Anda di halaman 1dari 40

Teknis Penyusunan Anggaran APBD

MAKALAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Penganggaran dan Evaluasi Kinerja
Sektor Publik

DISUSUN OLEH :

Ervilah (105020301111032)
Mahendra Dyo Sandiwara (105020301111034)
Ferry Fambia Anggriawan (105020301111035)
Patricia Saptapradipta (105020301111036)
Muhammad Fadhli Azmi (105020301111025)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah berkenan memberi
petunjuk dan kekuatan kepada penulis sehingga makalah, "Teknis Penyusunan APBD" ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi -materi yang ada. Materi-materi bertujuan agar
dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa dalam belajar Penganggaran dan Evaluasi
Sektor Publik. Serta mahasiswa juga dapat memahami nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
berpikir dan bertindak.
Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, para mahasiswa akan mampu menghadapi
masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang timbul dalam belajar Penganggaran dan Evaluasi
Sektor Publik. Dan dengan harapan semoga mahasiswa mampu berinovasi dan berkreasi dengan
potensi yang dimiliki.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Penganggaran dan Evaluasi
Sektor Publik, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Brawiyaja. Saya sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jau dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang
akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

1. DASAR

HUKUM

RENCANA

KERJA

DAN

ANGGARAN-SATUAN

KERJA

PEMERINTAH DAERAH (RKA-SKPD)


Rencana Kerja dan Anggaran-Satuan Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat
RKA-SKPD diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Pasal-pasal dalam peraturan ini, yang berhubungan
dengan RKA-SKPD antara lain :
Pasal 10 menyebutkan bahwa pejabat pengguna anggaran / pengguna barang daerah
mempunyai tugas dan wewenang menyusun RKA-SKPD.
Pasal 35 ayat 5 menyebutkan bahwa kepala daerah menerbitkan pedoman penyusunan
RKA-SKPD sebagai pedoman kepala SKPD menyusun RKA-SKPD.
Bagian keempat dari peraturan ini khusus membahas tentang RKA-SKPD. Penjelasan
ini dimulai dari pasal 36 sampai dengan pasal 40.
Bagian kelima dalam peraturan ini juga masih menyinggung tentang RKA-SKPD yaitu
pada pasal 41 dan 42, namun dalam bahasan penyiapan raperda APBD.
2. MEKANISME

RENCANA

KERJA

DAN

ANGGARAN-SATUAN

KERJA

PEMERINTAH DAERAH (RKA-SKPD)


RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan
kegiatan SKPD serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya. RKA-SKPD memuat
rencana pendapatan, belanja untuk masing-masing program dan kegiatan menurut fungsi untuk
tahun yang direncanakan, dirinci sampai dengan rincian objek pendapatan, belanja, dan
pembiayaan, serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya.
Secara umum, pengertian mekanisme adalah cara kerja atau totalitas alur kerja yang
ditempuh dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Dari pengertian tersebut, kita dapat
mendefinisikan mekanisme RKA-SKPD adalah cara kerja yang ditempuh untuk menghasilkan
Rencana Kerja dan Anggaran-Satuan Kerja Pemerintah Daerah. RKA-SKPD disusun dengan
menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran
terpadu, dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja.
Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah, yaitu suatu pendekatan
penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan
tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan
implikasi biaya akibat keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan
dalam prakiraan maju. Pendekatan Prakiraan Maju, berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk
program dan kegiatan yang direncanakan dalam tahun anggaran berikutnya dari tahun anggaran
yang direncanakan.

Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan


mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan SKPD untuk
menghasilkan dokumen rencana kerja dan anggaran.
Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan prestasi kerja dilakukan dengan
memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan dari
kegiatan dan program termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut.
Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja dilakukan berdasarkan capaian kinerja,
indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga (ditetapkan dengan keputusan
kepala daerah), dan standar pelayanan minimal.
Selanjutnya PPKD menyusun rancangan peraturan daerah tentang APBD berikut
dokumen pendukung berupa nota keuangan dan rancangan APBD berdasarkan RKA-SKPD
yang telah ditelaah oleh tim anggaran pemerintah daerah.

3. TEKNIS PENYUSUNAN RKA-SKPD

3.1 Penyusunan RKA-SKPD


Ketentuan Pasal 90 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2012 tentang Perubahan kedua Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, Kepala SKPD menyusun RKA-SKPD berdasarkan Prestasi Kerja dengan
memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan hasil yang diharapkan dari
program dan kegiatan yang direncanakan.
Berdasarkan nota kesepakatan KUA dan PPA, Tim Anggaran pemerintah
Daerah (TAPD) menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah tentang
pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun
RKA-SKPD. Dalam rangka penyusunan RKA-SKPD, Rancangan Surat Edaran
Kepala Daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD mencakup:
prioritas pembangunan daerah dan program/kegiatan yang terkait
alokasi plafon anggaran sementara untuk setiap program/kegiatan SKPD
batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD; dan
dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode rekening APBD, format
RKA-SKPD, analisis standar belanja dan standar satuan harga.
Kepala SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan 2 (dua) tahun
anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun anggaran berjalan.
Evaluasi bertujuan menilai program dan kegiatan yang belum dapat dilaksanakan
dan/atau belum diselesaikan tahun-tahun sebelumnya untuk dilaksanakan dan/atau
diselesaikan pada tahun yang direncanakan atau 1 (satu) tahun berikutnya dari tahun yang
direncanakan.
Dalam menyusun RKA SKPD sebagai bagian dari penyusunan APBD secara
khusus perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Prioritas Pembangunan Daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam RKPD menjadi
acuan utama SKPD dalam menyusun RKA
2. Secara materi wajib memperhatikan sinkronisasi antara RKPD, KUA dan PPAS, dan
RKA SKPD. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan APBD yang menggambarkan
keterpaduan dari seluruh kegiatan dan program dalam upaya peningkatan pelayanan
umum dan kesejahteraan masyarakat

3. Pagu indikatif yang tertera pada PPAS adalah pagu anggaran tertinggi yang dapat
diusulkan melalui RKA SKPD, inklud didalamnya adalah pagu dana yang bersumber
dari DAK dan dana bantuan Pemerintah Pusat maupun provinsi
4. Untuk meminimalisir kesalahan maka RKA SKPD dibuat dengan menggunakan Sistem
Informasi Manajemen Daerah (SIMDA), oleh sebab itu input data oleh petugas dari
SKPD dilaksanakan di Kantor DPPKAD pada saat jam kerja.
5. Tim Teknis TAPD melakukan evaluasi dan konseling RKA SKPD dan bertugas untuk
mendampingi proses input data sebelum disampaikan kepada Tim Anggaran Pemerintah
Daerah (TAPD).
6. SKPD yang tidak menyampaikan RKA hasil input data di SIMDA maka untuk tidak
menghambat dan mengganggu jadwal penetapan APBD maka RKA SKPD sama dengan
tahun lalu dengan penyesuaian.
7. Masing-masing SKPD agar memperhatikan perubahan nomor dan nama rekening yang
ada pada program SIMDA Keuangan sesuai dengan lampiran Permendagri 21/2011
dalam proses input RKA masing-masing SKPD, seperti:
a. Untuk penganggaran hadiah berupa uang yang akan diberikan kepada
masyarakat/pihak ketiga dianggarkan pada jenis belanja pegawai dengan obyek
belanja uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat (5.2.1.05).
b. Untuk penganggaran pemeliharaan rutin/berkala/perbaikan aset dengan kriteria
tidak menambah kapasitas dan kualitas aset dianggarkan pada jenis belanja barang
dan jasa, obyek belanja pemeliharaan (5.2.2.20).
c. Untuk penganggaran barang dan/atau hadiah yang akan diberikan pada
masyarakat/pihak ketiga dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa, obyek
belanja barang yang akan diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga (5.2.2.23).
d. Untuk penganggaran barang yang akan dijual pada masyarakat/pihak ketiga
dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa, obyek belanja barang yang akan
diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga (5.2.2.24).
8. Untuk memudahkan evaluasi dan penilaian TAPD sebuah kegiatan searah dengan
RPJMD Kabupaten, maka Indikator kinerja, Tolak ukur kinerja dan target kinerja
kegiatan pada format RKA SKPD diisi dengan lengkap dan terukur.
9. RKA-SKPD yang telah disusun dan disampaikan kepada PPKD akan dibahas lebih
lanjut oleh TAPD untuk evaluasi dan ditelaah kesesuaiannya dengan semua dokumen
perencanaan yang telah ditetapkan.

3.2 Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja


Dalam pendekatan kinerja ada dua hal penting yang ditekankan, yaitu :

Output (keluaran) : barang atau jasa yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai
dengan input yang digunakan.
Input (masukan) : besarnya sumber-sumber: dana, sumber daya manusia, material, waktu
dan teknologi yang digunakan untuk melaksanakan suatu program atau kegiatan.
Kinerja/prestasi kerja : keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah
dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang
terukur.

3.2.1

Analisa Standar Biaya


Dalam sistem anggaran berbasis kinerja/prestasi kerja, setiap usulan
program, kegiatan dan anggaran SKPD dinilai kewajarannya dengan menggunakan
Standar Analisa Belanja (SAB)
Analisa Standar Belanja (ASB) adalah standar atau pedoman yang
digunakan untuk menganalisis kewajaran beban kerja atau biaya setiap program
atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu SKPD dalam satu tahun
anggaran.
Penilaian kewajaran pembebanan belanja dalam ASB mencakup 2 hal :
kewajaran beban kerja dan kewajaran biaya
Penilaian Kewajaran Beban Kerja
Beban kerja program atau kegiatan yang diusulkan oleh suatu SKPD dapat
dinilai kewajarannya antara lain berdasarkan pertimbangan hal-hal sebagai berikut:

Kaitan logis antara program atau kegiatan yang diusulkan dengan Prioritas dan
Plafon Anggaran (PPA) dan Kebijakan Umum APBD.

Kesesuaian antara program atau kegiatan yang diusulkan dengan tugas pokok
dan fungsi SKPD yang bersangkutan.

Kapasitas SKPD yang bersangkutan untuk melaksanakan program atau


kegiatan pada tingkat pencapaian yang diinginkan dan dalam jangka waktu
satu tahun anggaran.

Penilaian Kewajaran Biaya

Kewajaran biaya suatu program atau kegiatan dipengaruhi oleh tolok ukur
kinerja dan standar biaya

Kewajaran biaya yang dianggarkan, dengan demikian, berkaitan dengan tiga


aspek, yaitu:

3.2.2

Kaitan antara biaya yang dianggarkan dengan target pencapaian kinerja,

Kaitan antara anggaran biaya dengan harga standar yang berlaku, dan

Kaitan antara biaya yang dianggarkan dengan sumber dananya

Cara Mempermudah Kewajaran Dan Capaian Kinerja SKPD


Untuk memudahkan penilaian kewajaran biaya dan capaian kinerja suatu
program atau kegiatan, anggaran belanja setiap SKPD terlebih dahulu
diklasifikasikan berdasarkan kelompok belanja, yaitu: Belanja Langsung dan
Belanja Tidak Langsung.
Belanja tidak langsung merupakan tipe belanja yang sulit dinilai
kewajarannya, sedangkan belanja langsung dapat dinilai kewajarannya secara
rasional.

3.2.3

Standar Biaya
Berdasarkan klasifikasi belanja tidak langsung dan belanja langsung, untuk
menilai kewajaran biaya, standar biaya (biaya rata-rata) program atau kegiatan
dapat dihitung dengan dua cara: (1) standar biaya langsung, dan (2) standar biaya
total.

3.3 Pokok-pokok kebijakan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RKA SKPD
Pokok-pokok kebijakan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RKA SKPD terkait
dengan pendapatan dan belanja SKPD adalah sebagai berikut:
Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah
1.Penetapan target pendapatan daerah berdasarkan perhitungan yang akurat atas
potensi penerimaan yang menjadi kewenangan SKPD, sehingga dalam penentuan
dan penetapan jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan
perkiraan yang terukur secara rasional dapat tercapai dalam satu tahun anggaran.
2.Guna mencapai target penerimaan yang telah ditetapkan SKPD yang berwenang
wajib melaksanakan upaya optimal pemungutannya dengan selalu berpedoman
pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

3.SKPD selaku instansi pemungut bertanggungjawab sepenuhnya atas upaya dan


realisasi pencapaian target penerimaan dan secara berkala akan dilakukan evaluasi
atas pencapaian target penerimaan.
Belanja Daerah
Belanja daerah disusun dengan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi
pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan, oleh karena itu SKPD harus
menetapkan target capaian kinerja dalam konteks satuan kerja sejalan dengan urusan
yang menjadi kewenangannya.
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
bahwa rencana belanja dikelompokan menurut Kelompok Belanja Tidak Langsung
dan Kelompok Belanja Langsung, yang masing-masing kelompok diuraikan menurut
Jenis, Objek dan Rincian Objek Belanja.
1. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung adalah jenis belanja yang tidak terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, termasuk didalamnya belanja
pegawai yang telah diatur dengan ketentuan seperti sistem penggajian, tunjangan
serta penghasilan lainnya termasuk tunjangan kinerja yang diberikan oleh daerah.
2. Belanja Langsung
Belanja langsung adalah jenis belanja yang terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program. Ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2012 tentang Perubahan kedua Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, disebutkan bahwa Belanja Langsung terdiri atas :
Belanja Pegawai;
Belanja Barang dan Jasa; serta
Belanja Modal

Penganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan program dan


kegiatan pemerintah daerah tahun anggaran berikutnya perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana belanja untuk setiap kegiatan wajib mengutamakan
keberpihakan kepada kepentingan publik (masyarakat) dari pada kepentingan
aparatur, sehingga porsi belanja yang menyentuh langsung kepentingan
masyarakat harus lebih besar dari belanja aparatur.
b. Perencanaan anggaran harus berdasarkan analisis kewajaran biaya yang dikaitkan
dengan out put yang dihasilkan dari satu kegiatan sehingga terhindar dari
pemborosan.
c.Dalam

penyusunan

anggaran

belanja

untuk

setiap

kegiatan

agar

mempedomani/mempertimbangkan standar harga yang telah ditetapkan dengan


Keputusan Bupati.
d. Kegiatan-kegiatan yang sifatnya pelatihan keterampilan teknis bagi masyarakat
diselenggarakan secara terbuka (pengumuman secara luas), profesional dan
mandiri, sehingga diselenggarakan bukan hanya sekedar memenuhi target peserta
Belanja Pegawai
1)Belanja pegawai dalam kegiatan, terutama untuk penganggaran honorarium
bagi pegawai harus dibatasi,
2)Pembentukan tim dengan pertimbangan substansi persoalan/permasalahan yang
dihadapi, melibatkan minimal 5 (lima) SKPD terkait dan penganggaran honor
tim dibatasi paling banyak 3 (tiga) kali. Keberadaan PNSD/Non PNSD dalam
tim hanya didasarkan pada pertimbangan bahwa yang bersangkutan benarbenar memiliki peranan dan kontribusi nyata terhadap efektivitas pelaksanaan
kegiatan tim.
3)Tim yang pembentukannya tidak disyaratkan/ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan, sebelum dicantumkan dalam RKA pembentukannya
harus didahului dengan pengajuan usulan/telaahan kepada Bupati dilampiri
dengan rencana kerja dan output yang akan dihasilkan.
4) Penganggaran belanja honor non PNS/honor PTT tidak dapat dicantumkan
dalam APBD sebelum adanya keputusan pengangkatan/kontrak dari pejabat

yang berwenang dengan mengacu kepada prosedur pengangkatan tenaga


kontrak/PTT yang telah ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan.
Belanja Barang dan Jasa
1) Penganggaran untuk belanja barang habis pakai agar disesuaikan dengan
kebutuhan nyata SKPD yang didasarkan atas pelaksanaan tugas dan fungsi
SKPD, jumlah pegawai dan volume pekerjaan dengan memperhitungkan sisa
persediaan barang tahun anggaran 2011.
2) Mengutamakan produksi dalam negeri dan melibatkan usaha mikro dan usaha
kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan
sehat, kesatuan sistem dan kemampuan teknis.
3) Penganggaran belanja barang (termasuk berupa aset tetap) yang akan
diserahkan kepemilikannya pada tahun anggaran berkenaan, dianggarkan pada
jenis belanja barang jasa (objek Belanja Barang Yang Akan diserahkan Kepala
Masyarakat/Pihak Ketiga)
4) Kemudian belanja barang (termasuk berupa aset tetap) yang akan dijual kepada
pihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan, dianggarkan pada
jenis belanja barang jasa (objek Belanja Barang Yang Akan dijual Kepala
Masyarakat/Pihak Ketiga)
5) Belanja perjalanan dinas dalam daerah dan luar daerah penganggarannya harus
secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi. Setiap PNS yang
ditugaskan melakukan perjalanan dinas wajib membuat laporan kepada pejabat
yang menugaskan. Laporan perjalanan dinas dimaksud bukan formalitas
sebatas pertanggungjawaban keuangan tetapi memuat laporan hasil perjalanan
dinas dan hal-hal yang direkomendasikan untuk diambil manfaatnya oleh
pemerintah daerah.
6) Penganggaran untuk kegiatan perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja
dan studi banding/kunjungan belajar atau kegiatan sejenis lainnya dibatasi
frekuensi dan jumlah pesertanya, dan dikhususkan untuk memenuhi substansi
kebijakan yang sedang dirumuskan. Hasil studi banding dilaporkan sesuai
peraturan perundang-undangan.
7) Penganggaran dalam rangka peningkatan SDM penyelenggara pemerintahan
daerah hanya diperkenankan untuk pelatihan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah atau lembaga non pemerintah yang bekerjasama dan telah

mendapat akreditasi dari Lembaga Administrasi Negara (LAN) sesuai


Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan
Pelatihan Jabatan PNS. Sedapat mungkin menghindari pelatihan yang
mengharuskan adanya kontribusi kepada peserta.
8) Belanja pemeliharaan barang inventaris kantor disesuaikan dengan kondisi fisik
barang yang akan dipelihara, dan lebih diprioritaskan untuk mempertahankan
kembali fungsi barang yang bersangkutan
Belanja Modal
1) Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah agar dalam
merencananakan belanja modal diarahkan untuk pembangunan infrastruktur
yang menunjang investasi daerah
2) Merencanakan dan menetapkan anggaran untuk kegiatan pengadaan barang dan
inventaris agar dilakukan secara selektif sesuai kebutuhan SKPD didahului
dengan evaluasi terhadap barang-barang inventaris yang tersedia baik dari segi
kondisi maupun umur ekonomisnya.
3) Perencanaan kebutuhan barang milik daerah disusun dalam rencana kerja dan
anggaran SKPD setelah memperhatikan ketersediaan barang milik daerah yang
ada.
4) Perencanaan kebutuhan pemeliharaan barang milik daerah disusun dalam RKA
SKPD dengan memperhatikan data barang yang ada dalam pemakaian
5) Rencana Kebutuhan barang milik daerah dan Rencana Kebutuhan
Pemeliharaan Barang Milik Daerah sebagai dasar penyusunan RKA SKPD TA
2011
6) RKB dan RKPB SKPD yang dibuat dan disampaikan oleh SKPD menjadi
pertimbangan utama bagi TAPD untuk persetujuan pengadaan belanja
modal/barang inventaris
7) Penganggaran belanja modal tidak hanya sebesar harga beli/bangun aset tetap,
tetapi

juga

harus

ditambah

seluruh

belanja

yang

terkait

pengadaan/pembangunan aset tetap tersebut sampai siap digunakan.

dengan

4. DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) SKPD


Pengertian
adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan SKPD serta
anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya. RKA-SKPD memuat rencana pendapatan,
belanja untuk masing-masing program dan kegiatan menurut fungsi untuk tahun yang
direncanakan, dirinci sampai dengan rincian objek pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta
prakiraan maju untuk tahun berikutnya.
Pengertian Lain:

DPA-SKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan


digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran/pengguna barang.

Dokumen pelaksanaan yang terkait dengan pendapatan memuat informasi tentang


kelompok,

jenis,

objek

dan

rincian

objek

pendapatan

daerah

yang

dipungut/dikelola/diterima oleh SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Dokumen pelaksanaan yang terkait dengan belanja memuat informasi tentang kelompok
belanja tidak langsung dan belanja langsung yang masing-masing diuraikan menurut jenis,
objek dan rincian objek belanja.

Dokumen pelaksanaan yang terkait dengan pembiayaan memuat informasi tentang


kelompok penerimaan pembiayaan yang dapat digunakan untuk menutup defisit APBD dan
pengeluaran pembiayaan yang digunakan untuk memanfaatkan surplus APBD yang
masing-masing diuraikan menurut jenis, objek dan rincian objek pembiayaan.

Dasar Hukum DPA SKPD:


Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
21 tahun 2010 tentang perubahan kedua terhadap Peraturan Menteri dalam Negeri No 13 Tahun
2006 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD)
Dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar
pelaksanaan oleh pengguna anggaran.
Rancangan DPA-SKPD merinci:
1. Sasaran yang hendak dicapai
2. Fungsi

3. Program
4. Kegiatan
5. Anggaran utk mencapai sasaran tersebut
6. Rencana penarikan dana tiap satuan kerja
7. Pendapatan yang diperkirakan

Pihak Terkait
1. PPKD
Dalam kegiatan ini, PPKD memiliki tugas sebagai berikut :

Membuat Surat Pemberitahuan pembuatan rancangan DPA-SKPD berdasarkan Perda


APBD dan Per KDH Penjabaran APBD.

Menyerahkan Surat Pemberitahuan pada SKPD.

Mengotorisasi Rancangan DPA-SKPD.

Menandatangani Rancangan DPA-SKPD yang telah disetujui oleh SEKDA menjadi


DPA-SKPD.

Memberikan tembusan DPA-SKPD kepada SKPD, Satuan Kerja Pengawasan Daerah,


dan BPK.

2. SKPD
Dalam kegiatan ini, SKPD memiliki tugas sebagai berikut :

Menyusun Rancangan DPA-SKPD.

Menyerahkan Rancangan DPA-SKPD pada PPKD dalam batas waktu yang telah
ditetapkan.

3. Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)


Dalam kegiatan ini, TAPD memiliki tugas sebagai berikut :

Melakukan verifikasi Rancangan DPA-SKPD bersama Kepala SKPD.

Menyerahkan Rancangan DPA-SKPD yang telah lolos verifikasi kepada SEKDA.

4. SEKDA
Dalam kegiatan ini, SEKDA memiliki tugas untuk :

Menyetujui Rancangan DPA-SKPD.

5. PPKD
Dalam kegiatan ini, PPKD memiliki tugas sebagai berikut :

Membuat Surat Pemberitahuan pembuatan rancangan DPA-SKPD berdasarkan Perda


Perubahan APBD dan Per KDH Penjabaran Perubahan APBD.

Menyerahkan Surat Pemberitahuan pada SKPD.

Mengesahkan Rancangan DPA-SKPD yang telah disetujui oleh SEKDA menjadi


DPA-SKPD.

Memberikan tembusan DPA-SKPD kepada SKPD.

6. SKPD
Dalam kegiatan ini, SKPD memiliki tugas sebagai berikut :

Menyusun Rancangan DPA-SKPD.

Menyerahkan Rancangan DPA-SKPD pada PPKD dalam batas waktu yang telah
ditetapkan.

7. Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)


Dalam kegiatan ini, TAPD memiliki tugas sebagai berikut :

Melakukan otorisasi Rancangan DPA-SKPD.

Menyerahkan Rancangan DPA-SKPD yang telah diotorisasi kepada Sekda.

Mengesahkan rancangan DPA-SKPD menjadi DPA-SKPD.

8. SEKDA
Dalam kegiatan ini, Sekda memiliki tugas sebagai berikut :

Menyetujui Rancangan DPA-SKPD.

Penyusunan DPA SKPD


1. PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah tentang APBD ditetapkan,
memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar menyusun rancangan DPA-SKPD.
2. Rancangan DPA-SKPD merinci sasaran yang hendak dicapai, program, kegiatan, anggaran
yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap
SKPD serta pendapatan yang diperkirakan.
3. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling lama 6 (enam)
hari kerja setelah pemberitahuan.
4. TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD bersama-sama dengan kepala SKPD
paling lama 15 (lima betas) hari kerja sejak ditetapkannya peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD.
5. Berdasarkan hasil verifikasi, PPKD mengesahkan rancangan DPA-SKPD dengan
persetujuan sekretaris daerah.
6. DPA-SKPD yang telah disahkan, disampaikan kepada kepala SKPD, satuan kerja
pengawasan daerah, dan Badan Pemeriksa Keuangan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak
tanggal disahkan.
7. DPA-SKPD yang telah disahkan dengan persetujuan sekretaris daerah, digunakan sebagai
dasar pelaksanaan anggaran oleh kepala SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna
barang.
Deskripsi Prosedur

1. Cara Pengisian DPA

DPA-SKPD adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh
Kepala SKPD sebagai Pengguna Anggaran.

Rancangan DPA-SKPD adalah rancangan yang berisi:


o

sasaran yang hendak dicapai

program dan kegiatan

anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut

rencana penarikan dana tiap-tiap SKPD serta pendapatan yang diperkirakan.

Pembuatan DPA dimulai dengan PPKD memberitahukan kepada semua kepala SKPD
melalui surat pemberitahuan untuk menyusun rancangan DPA-SKPD, terhitung paling
lambat 3 hari setelah APBD ditetapkan. Kepala SKPD membuat Rancangan DPA
berdasarkan RKA sesuai dengan Peraturan Bupati Bangka Barat tentang Penjabaran
APBD.

Rancangan DPA merupakan dokumen pelaksanaan anggaran perkegiatan.

Input, output, hasil, kelompok sasaran dalam DPA SKPD 2.2.1 harus diisi dengan jelas
sehingga menggambarkan anggaran berbasis kinerja.

Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling lama 6


(enam) hari kerja sejak surat pemberitahuan diterima oleh Kepala SKPD melalui Seksi
Anggaran DPPKA.

DPA dianggap sah bila ditandatangani oleh PPKD, Pengguna Anggaran dan TAPD.

Rencana Pencairan pertriwulan harus ditulis besarannya didalam DPA sesuai dengan
anggaran kas yang disusun.

DPA-SKPD terdiri dari:


o

DPA-SKPD/PPKD 1 Digunakan untuk menyusun rencana pendapatan atau


penerimaan SKPD dan PPKD dalam tahun anggaran yang direncanakan.

DPA-SKPD/PPKD 2.1 Digunakan untuk menyusun rencana kebutuhan


belanja tidak langsung SKPD dan PPKD dalam tahun anggaran yang
direncanakan.

DPA-SKPD 2.2.1 Digunakan untuk merencanakan belanja langsung dari


setiap kegiatan yang diprogramkan.

DPA-SKPD 2.2 Merupakan formulir rekapitulasi dari seluruh program dan


kegiatan SKPD yang dikutip dari setiap formulir DPA-SKPD 2.2.1 (rincian
anggaran belanja langsung menurut program dan per kegiatan SKPD).

DPA-PPKD 3.1 Digunakan untuk perencanaan penerimaan pembiayaan


dalam tahun anggaran.

DPA-PPKD 3.2 Digunakan untuk merencanakan pengeluaran pembiayaan


dalam tahun anggaran yang direncanakan.

Ringkasan DPA-SKPD/PPKD Merupakan kompilasi dari seluruh DPA


SKPD dan PPKD.

Cara pengisian formulir DPA-SKPD 1

Formulir DPA-SKPD 1 sebagai formulir untuk menyusun rencana pendapatan atau


penerimaan SKPD dalam tahun anggaran yang direncanakan. Oleh karena itu nomor kode
rekening dan uraian nama kelompok, jenis, objek dan rincian objek pendapatan yang
dicantumkan dalam formulir DPA-SKPD 1 disesuaikan dengan pendapatan tertentu yang
akan dipungut atau penerimaan tertentu dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD
sebagaimana ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Nomor DPA dibuat untuk menggambarkan urusan yang dijalankan SKPD bersangkutan
beserta dengan kode program dan kegiatan serta akun yang terkait. Dalam konteks DPA 1,
kolom terakhir di bagian Nomor diisi dengan 4 yang menunjukkan kode akun pendapatan.

Untuk memenuhi asas tranparansi dan prinsip anggaran berdasarkan rencana pendapatan
yang dianggarkan, pengisian rincian penghitungan tidak diperkenankan mencantumkan
satuan ukuran yang tidak terukur, seperti paket, pm, lumpsum.

Cara pengisian formulir DPA-SKPD 2.1

Formulir DPA-SKPD 2.1 sebagai formulir untuk menyusun rencana kebutuhan belanja
tidak langsung SKPD dalam tahun anggaran yang direncanakan. DPA-SKPD 2.1 hanya
diisi dengan belanja gaji pegawai. Bagi SKPD yang bertindak sebagai SKPKD dapat juga
mengisinya dengan belanja subsidi, hibah, dll.

Nomor DPA dibuat untuk menggambarkan urusan yang dijalankan SKPD bersangkutan
beserta dengan kode program dan kegiatan serta akun yang terkait. Dalam konteks DPA
2.1, kolom terakhir di bagian Nomor diisi dengan 5 dan 1 yang menunjukkan kode belanja
tidak langsung.

Untuk memenuhi asas tranparansi dan prinsip anggaran berdasarkan rencana pendapatan
yang dianggarkan, pengisian rincian penghitungan tidak diperkenankan mencantumkan
satuan ukuran yang tidak terukur, seperti paket, pm, lumpsum.

Cara pengisian formulir DPA-SKPD 2.2.1

Formulir DPA-SKPD 2.2.1 digunakan untuk merencanakan belanja langsung dari setiap
kegiatan yang diprogramkan. Dengan demikian apabila dalam satu program terdapat satu
atau lebih kegiatan maka setiap kegiatan dituangkan dalam formulir DPA-SKPD 2.2.1
masing-masing.

Nomor DPA dibuat untuk menggambarkan urusan yang dijalankan SKPD bersangkutan
beserta dengan kode program dan kegiatan serta akun yang terkait. Dalam konteks DPA
2.2.1, kode program dan kegiatan diisi sesuai dengan kode yang berkenaan, sedangkan dua
kolom terakhir diisi dengan 5 dan 2 yang menunjukkan kode belanja langsung.

Untuk memenuhi asas tranparansi dan prinsip anggaran berdasarkan rencana pendapatan
yang dianggarkan, pengisian rincian penghitungan tidak diperkenankan mencantumkan
satuan ukuran yang tidak terukur, seperti paket, pm, lumpsum

Cara pengisian formulir DPA-SKPD 2.2


Formulir DPA-SKPD 2.2 merupakan formulir rekapitulasi dari seluruh program dan kegiatan
SKPD yang dikutip dari setiap formulir DPA-SKPD 2.2.1 (rincian anggaran belanja langsung
menurut program dan per kegiatan SKPD).

Cara pengisian formulir DPA-PPKD 3.1


Formulir ini tidak diisi oleh SKPD lainnya, pengerjaan dilakukan oleh PPKD.

Cara pengisian formulir DPA-SKPD 3.2


Formulir ini tidak diisi oleh SKPD lainnya, pengerjaan dilakukan oleh PPKD.

Cara pengisian Ringkasan DPA-SKPD

Sumber data formulir DPA-SKPD diperoleh dari peringkasan jumlah pendapatan menurut
kelompok dan jenis pendapatan yang diisi dalam formulir DPA-SKPD 1, jumlah belanja
tidak langsung menurut kelompok dan jenis belanja yang diisi dalam formulir DPA-SKPD
2.1, dan penggabungan dari seluruh jumlah kelompok dan jenis belanja langsung yang diisi
dalam setiap formulir DPA-SKPD 2.2.1

Khusus PPKD pada formulir DPA-PPKD setelah surplus dan defisit anggaran diuraikan
kembali ringkasan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan sebagaimana tercantum dalam
formulir DPA-PPKD 3.

Prinsip penyusunan

Untuk menyusun DPA-SKPD diperlukan informasi yang secara akurat dan sinkron yang
terkait dengan belanja berdasarkan urusan pemerintahan, organisasi, standar biaya, prestasi
kerja yang dicapai dari program dan kegiatan.

Urusan pemerintahan daerah memuat bidang urusan pemerintah daerah yang dikelola
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

Oganisasi memuat nama organisasi atau nama SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna
barang. Prestasi kerja yang hendak dicapai terdiri dari indikator, tolok ukur kinerja dan
target kinerja.

Program memuat nama program yang akan dilaksanakan SKPD dalam tahun anggaran
berkenaan sebagaimana yang telah disepakati dalam KUA dan PPA. Sedangkan kegiatan
memuat nama kegiatan yang akan dilaksanakan SKPD dalam tahun anggaran berkenaan
sebagaimana yang telah disepakati dalam KUA dan PPA.

Indikator-indikator dalam DPA-SKPD meliputi masukan, keluaran dan hasil. Tolok ukur
kinerja yang merupakan ukuran prestasi kerja yang akan dicapai dari keadaan semula
dengan mempetimbangkan faktor kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
dari program dan kegiatan. Target kinerja merupakan hasil yang diharapkan dari suatu
program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan

Mekanisme penyusunan
1. PPKD paling lambat 3 (Tiga) hari kerja setelah Peraturan Daerah tentang APBD
ditetapkan, memberitahukan kepada semua Kepala SKPD agar menyusun Rancangan
DPA-SKPD. ( Pasal 123 Ayat 1)
2. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling lama 6 (enam)
hari kerja terhitung sejak tanggal pemberitahuan disampaikan oleh PPKD.
3. TAPD melakukan verfikasi terhadap rancangan DPA-SKPD bersama-sama dengan Kepala
SKPD paling lama 15 hari kerja sejak ditetapkannya Peraturan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD. ( Pasal 124 Ayat 1).
4. Berdasarkan hasil verifikasi tersebut, PPKD mengesahkan Rancangan DPA-SKPD dengan
persetujuan Sekretaris Daerah.
5. DPA-SKPD yang telah disahkan disampaikan kepada Kepala SKPD, Satuan Kerja
Pengawasan Daerah dan BPK paling lama 7 hari kerja.
6. DPA-SKPD digunakan sebagai dasar pelaksanaan Anggaran oleh kepala SKPD selaku
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang.

5. REVISI DPA-SKPD
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Hal-hal teknis yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan anggaran, antara lain :
1) pergeseran anggaran antar jenis, antar kelompok, antar kegiatan, antar program, antar unit
organisasi hanya dapat dilakukan melalui mekanisme Perubahan APBD;
2) revisi Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD :
Sebelum perubahan APBD :
a) penggeseran antar unit organisasi, antar kegiatan dan antar jenis belanja serta penggeseran
antar obyek belanja dalam jenis belanja dan antar rincian obyek belanja diformulasikan
dalam DPPA-SKPD;
b) penggeseran antar rincian obyek belanja dalam obyek belanja berkenaan dapat dilakukan
atas persetujuan PPKD;
c) penggeseran antar obyek belanja dalam jenis belanja berkenaan dilakukan atas persetujuan
Sekretaris Daerah;
d) pergeseran/perubahan pada penjelasan atau alokasi anggaran pada detail komponen dalam
satu rincian obyek belanja dilakukan dengan persetujuan Tim Anggaran Pemerintah Daerah,
atas pengajuan Pengguna Anggaran kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah disertai
dengan alasan dan penjelasan maksud penggeseran tersebut, selanjutnya diadakan
pembahasan dan ditampung dalam Perubahan APBD;
e)

Tim

Anggaran

Pemerintah

Daerah

bersama

SKPD

yang

mengusulkan

penggeseran/perubahan membuat dan menandatangani berita acara yang berisi rincian kode
rekening beserta penjelasannya yang akan disesuaikan pada perubahan APBD;
f) Persetujuan PPKD sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan dengan menandatangani
Berita Acara sebagaimana dimaksud pada huruf e.
g) Persetujuan Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf c dilakukan dengan
menandatangani Berita Acara sebagaimana dimaksud pada huruf e.

h) pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud di atas dituangkan dalam perubahan APBD,


penjabaran perubahan APBD dan DPPA-SKPD;
i) Pergeseran Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (b) dan Ayat (c) dilakukan dengan
cara mengubah peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD sebagai dasar
pelaksanaan, untuk selanjutnya dianggarkan dalam rancangan peraturan daerah tentang
perubahan APBD.

Sesudah perubahan APBD :


a) penggeseran antar rincian obyek belanja dalam obyek belanja berkenaan dapat dilakukan atas
persetujuan PPKD;
b) penggeseran antar obyek belanja dalam jenis belanja berkenaan dilakukan atas persetujuan
Sekretaris Daerah;
c) pergeseran/perubahan pada penjelasan atau alokasi anggaran pada detail komponen dalam
satu rincian obyek belanja dilakukan dengan persetujuan Tim Anggaran Pemerintah Daerah,
atas pengajuan Pengguna Anggaran kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah disertai
dengan alasan dan penjelasan maksud penggeseran tersebut;
d)Tim Anggaran Pemerintah Daerah bersama SKPD yang mengusulkan penggeseran/perubahan
membuat dan menandatangani berita acara yang berisi rincian kode rekening beserta
penjelasannya yang akan disesuaikan pada perubahan APBD;
e) Persetujuan PPKD sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan dengan menandatangani
Berita Acara sebagaimana dimaksud pada huruf d.
f) Persetujuan Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan dengan
menandatangani Berita Acara sebagaimana dimaksud pada huruf d.
g) pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud di atas dituangkan dalam revisi DPPA-SKPD;
h) pergeseran sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b sebagai dasar pelaksanaan
APBD dan selanjutnya dituangkan dalam perubahan Peraturan Walikota tentang Penjabaran
Perubahan APBD pada akhir tahun anggaran.

3) untuk kegiatan baru yang bersifat fisik, apabila tidak mungkin dilaksanakan sebelum tahun
anggaran berakhir, agar dihindari penganggarannya dalam Perubahan APBD. Namun demikian,
kegiatan baru tersebut dapat dianggarkan dalam tahun anggaran berikutnya;
4) revisi DPA SKPD tidak berlaku untuk penggeseran belanja tidak langsung ke belanja langsung
terkait dengan komponen belanja gaji dan tunjangan pegawai.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah pasal 159:
(1) Perubahan DPA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 ayat (1) dapat berupa
peningkatan atau pengurangan capaian target kinerja program dan kegiatan dari yang telah
ditetapkan semula.
(2) Peningkatan atau pengurangan capaian target kinerja program dan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diformulasikan dalam format dokumen pelaksanaan perubahan
anggaran SKPD (DPPA-SKPD).
(3) Dalam format DPPA-SKPD dijelaskan capaian target kinerja, kelompok, jenis, obyek, dan
rincian obyek pendapatan, belanja serta pembiayaan baik sebelum dilakukan perubahan
maupun setelah perubahan.
(4) Format DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran C.IV
peraturan menteri ini.

6. REVISI APBD
Proses revisi anggaran di lingkungan Pemerintah Pusat (APBN) diatur pada Peraturan
Menteri Keuangan nomor 32/PMK.02/2013 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun
Anggaran 2013, sedangkan untuk proses revisi anggaran di lingkungan Pemerintah Daerah
(APBD) diatur oleh peraturan yang dikeluarkan oleh masing-masing kepala daerah, namun
tetap berpedoman pada peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat.
Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan, dibahas bersama
DPRD dengan pemerintah daerah dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBD
tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi:
a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;
b.

keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit


organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja;

c. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran Iebih tahun sebelumnya harus digunakan
dalam tahun berjalan;
d. keadaan darurat; dan
e. keadaan luar biasa.
Keadaan darurat sebagaimana dimaksud sekurang - kurangnya memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah dan tidak dapat
diprediksikan sebelumnya;
2. Tidak diharapkan terjadi secara berulang;
3. Berada di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan
4. Memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang
disebabkan oleh keadaan darurat.

Perubahan APBD diajukan setelah laporan realisasi anggaran semester pertama dan hanya
dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa.
Keadaan luar biasa adalah keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran
dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh persen).

Rancangan kebijakan umum perubahan APBD harus memuat secara lengkap penjelasan
mengenai hal - hal sebagai berikut:
1. perbedaan asumsi dengan kebijakan umum anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya;
2. program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk ditampung dalam perubahan APBD
dengan mempertimbangkan sisa waktu pelak sanaan APBD untu k tahun anggaran berjalan;

3. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus dikurangi dalam perubahan APBD
apabila asumsi kebijakan umum anggaran tidak dapat tercapai; dan
4. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus ditingk atkan dalam perubahan
APBD apabila melampaui asumsi KUA.

Revisi anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan pengurangan


alokasi anggaran terhadap:
1. Kebutuhan biaya operasional satker kecuali untuk memenuhi biaya operasional pada satker lain
dan dalam peruntukan yang sama;
2. Alokasi tunjangan profesi guru/dosen dan tunjangan kehormatan profesor kecuali untuk
memenuhi tunjangan profesi guru/dosen dan tunjangan kehormatan profesor pada satker lain;
3. Kebutuhan pengadaan bahan makanan dan/atau perawatan tahanan/narapidana kecuali untuk
memenuhi kebutuhan pengadaan bahan makanan dan/atau perawatan tahanan untuk
tahanan/narapidana pada satker lain;
4. Pembayaran berbagai tunggakan;
5. Rupiah Murni Pendamping sepanjang paket pekerjaan masih berlanjut; dan/atau
6. Paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan dananya sehingga menjadi
minus.

Revisi anggaran terdiri atas:


1. Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan pagu anggaran
belanja termasuk pergeseran rincian anggaran belanjanya, terdiri atas:
1) Kelebihan realisasi penerimaan di atas target yang telah direncanakan di dalam
APBN/APBD;
2) Lanjutan pelaksanaan kegiatan yang dananya bersumber dari Penerimaan Hibah Luar
Negeri dan/atau Penerimaan Hibah Dalam Negeri;
3) Percepatan penarikan Penerimaan Hibah Luar Negeri dan/atau Penerimaan Hibah Dalam
Negeri;
4) Penerimaan Hibah Luar Negeri dan/atau Penerimaan Hibah Dalam Negeri setelah Undang
Undang mengenai APBN atau Perda mengenai APBD ditetapkan;
5) Penerimaan hibah langsung dalam bentuk uang;
6) Penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari penerimaan di atas pagu untuk satker
BLU/BLUD;
7) Perubahan pagu anggaran pembayaran subsidi energi; dan/atau
8) Perubahan pagu anggaran pembayaran bunga utang.

2. Perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap, terdiri atas:
1) Hasil optimalisasi
2) Sisa anggaran swakelola
3) Kekurangan biaya operasional;
4) Perubahan prioritas penggunaan anggaran;
5) Perubahan kebijakan pemerintah; dan/atau
6) Keadaan kahar (force majeure)
Hasil optimalisasi dan sisa anggaran swakelola dapat digunakan untuk hal-hal yang bersifat
prioritas, mendesak, kedaruratan atau yang tidak dapat ditunda.
3. Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi, hal ini dapat disebabkan terdiri atas:
1) Ralat kode akun sesuai kaidah akuntansi sepanjang dalam peruntukan dan sasaran yang
sama;
2) Ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);
3) Perubahan nomenklatur bagian anggaran dan/atau satker sepanjang kode tetap;
4) Ralat kode nomor register Penerimaan Hibah Luar Negeri dan/atau Penerimaan Hibah
Dalam Negeri;
5) Ralat kode kewenangan;
6) Ralat kode lokasi;
7) Ralat cara penarikan Penerimaan Hibah Luar Negeri dan/atau Penerimaan Hibah Dalam
Negeri; dan/atau
8) Ralat pencantuman volume, jenis dan satuan keluaran yang berbeda antara dokumen
pelaksanaan anggaran atau hasil kesepakatan DPR RI dengan Pemerintah Pusat/DPRD
dengan Pemerintah Daerah.

Revisi anggaran juga dilakukan dalam hal terjadi:


1. Perubahan atas APBN/APBD;
2. Penerapan pemberian penghargaan dan pengenaan sanksi (reward and punishment system);
3. Instruksi Presiden/Kepala Daerah mengenai penghematan anggaran; dan/atau
4. Kebijakan Prioritas Pemerintah yang telah ditetapkan lainnya.

Adapun proses Perubahan APBD adalah sebagai berikut:


1. Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD
tahun anggaran yang bersangkutan untuk mendapatkan persetujuan DPRD sebelum tahun
anggaran yang bersangkutan berakhir.

2.

Persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah, selambat lambat nya 3 (tiga)
bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran.

3,

Proses evaluasi dan penetapan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan
rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD menjadi
peraturan daerah dan peraturan kepala dae rah berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47, Pasal 48, Pasal 52, dan Pasal 53 PP No mor 58 Tahun 2005.

Penggunaan Saldo Lebih Tahun Sebelumnya Dalam Perubahan APBD


Saldo anggaran lebih tahun sebelumnya merupakan sisa lebih perhitungan anggaran
(SiLPA) tahun sebelumnya yang berasal dari selisih lebih antara realisasi penerimaan dan realisasi
pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. SiLPA mencakup pelampauan penerimaan
PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan
daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada p
ihak ketiga sampai dengan akhir\ tahun belum terselesaikan, dan
sisa dana kegiatan lanjutan. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya
tersebut harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan untuk hal- hal berikut ini :

1. Pembayaran bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah yang melampaui anggaran
yang tersedia yang mendahului perubahan APBD;

2. Pelunasan seluruh kewajiban bunga dan pokok hutang;

3. Pendanaan kenaikan gaji tunjangan PNS akibat adanya kebijakan pemerintah;

4. Pendanaan kegiatan lanjutan sesuai dengan ketentua n Pasal 138 Permendagri


Nomor 13 Tahun 2006;

5. Pendanaan program dan kegiatan baru dengan kriteria harus diselesaikan sampai dengan
batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan; dan

6. Pendanaan kegiatan- kegiatan yang capaian target kinerja nya ditingkatkan dari yang telah
ditetapkan semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan yang dapat diselesaikan
sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan.

Penggunaan saldo lebih anggaran tahun sebelumnya untuk penda naan kegiatan seperti

tersebut pada butir (1), (2), (3), dan (6) tersebut di atas harus diformulasikan terlebih dahulu dalam
DPPA- SKPD, kecuali untuk kegiatan

butir (4) yang formulasinya dicantumkan

Dokumen

Pelaksanaan Anggaran Lanjutan SKPD (DPAL- SKPD) da n kegiatan (5) yang


diformu lasikan dalam Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA - SKPD).

Pendanaan Keadaan Darurat dan Keadaan Luar Biasa

Perubahan APBD sebagai akibat dari keadaan darurat dan keadaan luar biasa juga harus
memperhatikan ketentuan yang berikut ini.
1. Pendanaan Keadaan Darurat Keadaan darurat sebagaimana disebutkan dalam uraian
terdahulu sekurang kurangnya harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a.Keadaan darurat bukan merupakan keadaan normal dari kegiatan pemerintah daerah
sehari hari dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya;

b. Keadaan darurat tidak diharapkan sebagai kejadian yang berulang -ulang;

c.Keadaan darurat berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan

d.Keadaan darurat dapat berakibat signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan
yang disebabkan oleh keadaan darurat tersebut.

Dalam keadaan darurat pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum
tersedia anggarannya yang selanjutny a akan/harus diusulkan dalam rancanganperubahan APBD
dan ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD.

Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya tersebut dapat menggunakan
pos belanja tak terduga. Dalam hal pos belanja tak terduga tidak mencukupi kebutuhan, maka
pendanaan keadaan darurat dapat dilakukan dengan cara:
(1) menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan
lainnya dalam tahun anggaran berjalan, dan/atau;
(\2) memanfaatkan uang kas yang tersedia.

2.Pendanaan Keadaan Luar Biasa

Keadaan luar biasa yang dimaksud sebagai faktor yang mendorong perlunya perubahan

APBD adalah suatu keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam
APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh persen). Persentase
ini merupakan selisih kenai kan atau penurunan antara pendapatan dan belanja dalam APBD.

Apabila estimasi penerimaan dalam APBD diperkirakan mengalami peningkatan Lebih


dari 50%, pemerintah daerah dapat menambah kegiatan baru yang harus diformulasikan terlebih
dahulu dalam RKA - SKPD, dan/atau penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan
kegiatan dalam tahun anggaran berjalan yang formulasinya dicantumkan dalam DPPA -SKPD.

Akan tetapi bila estimasi penerimaan dalam APBD diperkirakan mengalami penurunan
lebih dari 50%, pemerinta h daerah harus melakukan penjadwalan ulang capaian target
kinerja program dan kegiatan dalam tahun anggaran berjalan yang formulasinya dicantumkan
dalam DPPA - SKPD. Dokumen - dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran SKPD tersebut di
atas selanjutnya digunakan sebagai dasar Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang
Perubahan APBD.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) no.13 tahun 2006 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah

www.bappedajakarta.go.id. Diakses pada 12 April 2013


http://pengelolaankeuangandaerah.blogspot.com/2010/09/pengertian-rka-skpd.html. Diakses pada
10 April 2013

https://docs.google.com/file/d/0BwZHmkVgmixIUE93SXlUMVM4Ulk/edit?pli=1. Diakses pada


10 April 2013

http://pengelolaan-keuangan-daerah.blogspot.com/2011/10/surat-edaran-nomor_06.html.

Diakses

pada tanggal 2013

http://shintyadewi.blogspot.com/2010/04/teknis-penyusunan-rka-skpd.html. Diakses pada 10 April


2013

http://dppkadhsselatan.blogspot.com/2011/07/se-bupati-nomor-9100419dppkad-tentang.html.
Diakses pada 9 April 2013

b.paparan teknik penyusunan RKA SKPD. Pdf. Diakses pada 12 April 2013

dppkad.gorontalokab.go.id. Diakses pada 12 April 2013

dppka.jogjaprov.go.id. Diakses pada 12 April 2013

pengelolaan-keuangan-daerah.blogspot.com. Diakses pada 12 April 2013

Anda mungkin juga menyukai