Teknik Penyusunan Anggaran Daerah
Teknik Penyusunan Anggaran Daerah
MAKALAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Penganggaran dan Evaluasi Kinerja
Sektor Publik
DISUSUN OLEH :
Ervilah (105020301111032)
Mahendra Dyo Sandiwara (105020301111034)
Ferry Fambia Anggriawan (105020301111035)
Patricia Saptapradipta (105020301111036)
Muhammad Fadhli Azmi (105020301111025)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah berkenan memberi
petunjuk dan kekuatan kepada penulis sehingga makalah, "Teknis Penyusunan APBD" ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi -materi yang ada. Materi-materi bertujuan agar
dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa dalam belajar Penganggaran dan Evaluasi
Sektor Publik. Serta mahasiswa juga dapat memahami nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
berpikir dan bertindak.
Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, para mahasiswa akan mampu menghadapi
masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang timbul dalam belajar Penganggaran dan Evaluasi
Sektor Publik. Dan dengan harapan semoga mahasiswa mampu berinovasi dan berkreasi dengan
potensi yang dimiliki.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Penganggaran dan Evaluasi
Sektor Publik, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Brawiyaja. Saya sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jau dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang
akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
1. DASAR
HUKUM
RENCANA
KERJA
DAN
ANGGARAN-SATUAN
KERJA
RENCANA
KERJA
DAN
ANGGARAN-SATUAN
KERJA
3. Pagu indikatif yang tertera pada PPAS adalah pagu anggaran tertinggi yang dapat
diusulkan melalui RKA SKPD, inklud didalamnya adalah pagu dana yang bersumber
dari DAK dan dana bantuan Pemerintah Pusat maupun provinsi
4. Untuk meminimalisir kesalahan maka RKA SKPD dibuat dengan menggunakan Sistem
Informasi Manajemen Daerah (SIMDA), oleh sebab itu input data oleh petugas dari
SKPD dilaksanakan di Kantor DPPKAD pada saat jam kerja.
5. Tim Teknis TAPD melakukan evaluasi dan konseling RKA SKPD dan bertugas untuk
mendampingi proses input data sebelum disampaikan kepada Tim Anggaran Pemerintah
Daerah (TAPD).
6. SKPD yang tidak menyampaikan RKA hasil input data di SIMDA maka untuk tidak
menghambat dan mengganggu jadwal penetapan APBD maka RKA SKPD sama dengan
tahun lalu dengan penyesuaian.
7. Masing-masing SKPD agar memperhatikan perubahan nomor dan nama rekening yang
ada pada program SIMDA Keuangan sesuai dengan lampiran Permendagri 21/2011
dalam proses input RKA masing-masing SKPD, seperti:
a. Untuk penganggaran hadiah berupa uang yang akan diberikan kepada
masyarakat/pihak ketiga dianggarkan pada jenis belanja pegawai dengan obyek
belanja uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat (5.2.1.05).
b. Untuk penganggaran pemeliharaan rutin/berkala/perbaikan aset dengan kriteria
tidak menambah kapasitas dan kualitas aset dianggarkan pada jenis belanja barang
dan jasa, obyek belanja pemeliharaan (5.2.2.20).
c. Untuk penganggaran barang dan/atau hadiah yang akan diberikan pada
masyarakat/pihak ketiga dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa, obyek
belanja barang yang akan diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga (5.2.2.23).
d. Untuk penganggaran barang yang akan dijual pada masyarakat/pihak ketiga
dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa, obyek belanja barang yang akan
diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga (5.2.2.24).
8. Untuk memudahkan evaluasi dan penilaian TAPD sebuah kegiatan searah dengan
RPJMD Kabupaten, maka Indikator kinerja, Tolak ukur kinerja dan target kinerja
kegiatan pada format RKA SKPD diisi dengan lengkap dan terukur.
9. RKA-SKPD yang telah disusun dan disampaikan kepada PPKD akan dibahas lebih
lanjut oleh TAPD untuk evaluasi dan ditelaah kesesuaiannya dengan semua dokumen
perencanaan yang telah ditetapkan.
Output (keluaran) : barang atau jasa yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai
dengan input yang digunakan.
Input (masukan) : besarnya sumber-sumber: dana, sumber daya manusia, material, waktu
dan teknologi yang digunakan untuk melaksanakan suatu program atau kegiatan.
Kinerja/prestasi kerja : keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah
dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang
terukur.
3.2.1
Kaitan logis antara program atau kegiatan yang diusulkan dengan Prioritas dan
Plafon Anggaran (PPA) dan Kebijakan Umum APBD.
Kesesuaian antara program atau kegiatan yang diusulkan dengan tugas pokok
dan fungsi SKPD yang bersangkutan.
Kewajaran biaya suatu program atau kegiatan dipengaruhi oleh tolok ukur
kinerja dan standar biaya
3.2.2
Kaitan antara anggaran biaya dengan harga standar yang berlaku, dan
3.2.3
Standar Biaya
Berdasarkan klasifikasi belanja tidak langsung dan belanja langsung, untuk
menilai kewajaran biaya, standar biaya (biaya rata-rata) program atau kegiatan
dapat dihitung dengan dua cara: (1) standar biaya langsung, dan (2) standar biaya
total.
3.3 Pokok-pokok kebijakan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RKA SKPD
Pokok-pokok kebijakan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RKA SKPD terkait
dengan pendapatan dan belanja SKPD adalah sebagai berikut:
Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah
1.Penetapan target pendapatan daerah berdasarkan perhitungan yang akurat atas
potensi penerimaan yang menjadi kewenangan SKPD, sehingga dalam penentuan
dan penetapan jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan
perkiraan yang terukur secara rasional dapat tercapai dalam satu tahun anggaran.
2.Guna mencapai target penerimaan yang telah ditetapkan SKPD yang berwenang
wajib melaksanakan upaya optimal pemungutannya dengan selalu berpedoman
pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
penyusunan
anggaran
belanja
untuk
setiap
kegiatan
agar
juga
harus
ditambah
seluruh
belanja
yang
terkait
dengan
jenis,
objek
dan
rincian
objek
pendapatan
daerah
yang
dipungut/dikelola/diterima oleh SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Dokumen pelaksanaan yang terkait dengan belanja memuat informasi tentang kelompok
belanja tidak langsung dan belanja langsung yang masing-masing diuraikan menurut jenis,
objek dan rincian objek belanja.
3. Program
4. Kegiatan
5. Anggaran utk mencapai sasaran tersebut
6. Rencana penarikan dana tiap satuan kerja
7. Pendapatan yang diperkirakan
Pihak Terkait
1. PPKD
Dalam kegiatan ini, PPKD memiliki tugas sebagai berikut :
2. SKPD
Dalam kegiatan ini, SKPD memiliki tugas sebagai berikut :
Menyerahkan Rancangan DPA-SKPD pada PPKD dalam batas waktu yang telah
ditetapkan.
4. SEKDA
Dalam kegiatan ini, SEKDA memiliki tugas untuk :
5. PPKD
Dalam kegiatan ini, PPKD memiliki tugas sebagai berikut :
6. SKPD
Dalam kegiatan ini, SKPD memiliki tugas sebagai berikut :
Menyerahkan Rancangan DPA-SKPD pada PPKD dalam batas waktu yang telah
ditetapkan.
8. SEKDA
Dalam kegiatan ini, Sekda memiliki tugas sebagai berikut :
DPA-SKPD adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh
Kepala SKPD sebagai Pengguna Anggaran.
Pembuatan DPA dimulai dengan PPKD memberitahukan kepada semua kepala SKPD
melalui surat pemberitahuan untuk menyusun rancangan DPA-SKPD, terhitung paling
lambat 3 hari setelah APBD ditetapkan. Kepala SKPD membuat Rancangan DPA
berdasarkan RKA sesuai dengan Peraturan Bupati Bangka Barat tentang Penjabaran
APBD.
Input, output, hasil, kelompok sasaran dalam DPA SKPD 2.2.1 harus diisi dengan jelas
sehingga menggambarkan anggaran berbasis kinerja.
DPA dianggap sah bila ditandatangani oleh PPKD, Pengguna Anggaran dan TAPD.
Rencana Pencairan pertriwulan harus ditulis besarannya didalam DPA sesuai dengan
anggaran kas yang disusun.
Nomor DPA dibuat untuk menggambarkan urusan yang dijalankan SKPD bersangkutan
beserta dengan kode program dan kegiatan serta akun yang terkait. Dalam konteks DPA 1,
kolom terakhir di bagian Nomor diisi dengan 4 yang menunjukkan kode akun pendapatan.
Untuk memenuhi asas tranparansi dan prinsip anggaran berdasarkan rencana pendapatan
yang dianggarkan, pengisian rincian penghitungan tidak diperkenankan mencantumkan
satuan ukuran yang tidak terukur, seperti paket, pm, lumpsum.
Formulir DPA-SKPD 2.1 sebagai formulir untuk menyusun rencana kebutuhan belanja
tidak langsung SKPD dalam tahun anggaran yang direncanakan. DPA-SKPD 2.1 hanya
diisi dengan belanja gaji pegawai. Bagi SKPD yang bertindak sebagai SKPKD dapat juga
mengisinya dengan belanja subsidi, hibah, dll.
Nomor DPA dibuat untuk menggambarkan urusan yang dijalankan SKPD bersangkutan
beserta dengan kode program dan kegiatan serta akun yang terkait. Dalam konteks DPA
2.1, kolom terakhir di bagian Nomor diisi dengan 5 dan 1 yang menunjukkan kode belanja
tidak langsung.
Untuk memenuhi asas tranparansi dan prinsip anggaran berdasarkan rencana pendapatan
yang dianggarkan, pengisian rincian penghitungan tidak diperkenankan mencantumkan
satuan ukuran yang tidak terukur, seperti paket, pm, lumpsum.
Formulir DPA-SKPD 2.2.1 digunakan untuk merencanakan belanja langsung dari setiap
kegiatan yang diprogramkan. Dengan demikian apabila dalam satu program terdapat satu
atau lebih kegiatan maka setiap kegiatan dituangkan dalam formulir DPA-SKPD 2.2.1
masing-masing.
Nomor DPA dibuat untuk menggambarkan urusan yang dijalankan SKPD bersangkutan
beserta dengan kode program dan kegiatan serta akun yang terkait. Dalam konteks DPA
2.2.1, kode program dan kegiatan diisi sesuai dengan kode yang berkenaan, sedangkan dua
kolom terakhir diisi dengan 5 dan 2 yang menunjukkan kode belanja langsung.
Untuk memenuhi asas tranparansi dan prinsip anggaran berdasarkan rencana pendapatan
yang dianggarkan, pengisian rincian penghitungan tidak diperkenankan mencantumkan
satuan ukuran yang tidak terukur, seperti paket, pm, lumpsum
Sumber data formulir DPA-SKPD diperoleh dari peringkasan jumlah pendapatan menurut
kelompok dan jenis pendapatan yang diisi dalam formulir DPA-SKPD 1, jumlah belanja
tidak langsung menurut kelompok dan jenis belanja yang diisi dalam formulir DPA-SKPD
2.1, dan penggabungan dari seluruh jumlah kelompok dan jenis belanja langsung yang diisi
dalam setiap formulir DPA-SKPD 2.2.1
Khusus PPKD pada formulir DPA-PPKD setelah surplus dan defisit anggaran diuraikan
kembali ringkasan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan sebagaimana tercantum dalam
formulir DPA-PPKD 3.
Prinsip penyusunan
Untuk menyusun DPA-SKPD diperlukan informasi yang secara akurat dan sinkron yang
terkait dengan belanja berdasarkan urusan pemerintahan, organisasi, standar biaya, prestasi
kerja yang dicapai dari program dan kegiatan.
Urusan pemerintahan daerah memuat bidang urusan pemerintah daerah yang dikelola
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
Oganisasi memuat nama organisasi atau nama SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna
barang. Prestasi kerja yang hendak dicapai terdiri dari indikator, tolok ukur kinerja dan
target kinerja.
Program memuat nama program yang akan dilaksanakan SKPD dalam tahun anggaran
berkenaan sebagaimana yang telah disepakati dalam KUA dan PPA. Sedangkan kegiatan
memuat nama kegiatan yang akan dilaksanakan SKPD dalam tahun anggaran berkenaan
sebagaimana yang telah disepakati dalam KUA dan PPA.
Indikator-indikator dalam DPA-SKPD meliputi masukan, keluaran dan hasil. Tolok ukur
kinerja yang merupakan ukuran prestasi kerja yang akan dicapai dari keadaan semula
dengan mempetimbangkan faktor kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
dari program dan kegiatan. Target kinerja merupakan hasil yang diharapkan dari suatu
program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan
Mekanisme penyusunan
1. PPKD paling lambat 3 (Tiga) hari kerja setelah Peraturan Daerah tentang APBD
ditetapkan, memberitahukan kepada semua Kepala SKPD agar menyusun Rancangan
DPA-SKPD. ( Pasal 123 Ayat 1)
2. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling lama 6 (enam)
hari kerja terhitung sejak tanggal pemberitahuan disampaikan oleh PPKD.
3. TAPD melakukan verfikasi terhadap rancangan DPA-SKPD bersama-sama dengan Kepala
SKPD paling lama 15 hari kerja sejak ditetapkannya Peraturan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD. ( Pasal 124 Ayat 1).
4. Berdasarkan hasil verifikasi tersebut, PPKD mengesahkan Rancangan DPA-SKPD dengan
persetujuan Sekretaris Daerah.
5. DPA-SKPD yang telah disahkan disampaikan kepada Kepala SKPD, Satuan Kerja
Pengawasan Daerah dan BPK paling lama 7 hari kerja.
6. DPA-SKPD digunakan sebagai dasar pelaksanaan Anggaran oleh kepala SKPD selaku
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang.
5. REVISI DPA-SKPD
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Hal-hal teknis yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan anggaran, antara lain :
1) pergeseran anggaran antar jenis, antar kelompok, antar kegiatan, antar program, antar unit
organisasi hanya dapat dilakukan melalui mekanisme Perubahan APBD;
2) revisi Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD :
Sebelum perubahan APBD :
a) penggeseran antar unit organisasi, antar kegiatan dan antar jenis belanja serta penggeseran
antar obyek belanja dalam jenis belanja dan antar rincian obyek belanja diformulasikan
dalam DPPA-SKPD;
b) penggeseran antar rincian obyek belanja dalam obyek belanja berkenaan dapat dilakukan
atas persetujuan PPKD;
c) penggeseran antar obyek belanja dalam jenis belanja berkenaan dilakukan atas persetujuan
Sekretaris Daerah;
d) pergeseran/perubahan pada penjelasan atau alokasi anggaran pada detail komponen dalam
satu rincian obyek belanja dilakukan dengan persetujuan Tim Anggaran Pemerintah Daerah,
atas pengajuan Pengguna Anggaran kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah disertai
dengan alasan dan penjelasan maksud penggeseran tersebut, selanjutnya diadakan
pembahasan dan ditampung dalam Perubahan APBD;
e)
Tim
Anggaran
Pemerintah
Daerah
bersama
SKPD
yang
mengusulkan
penggeseran/perubahan membuat dan menandatangani berita acara yang berisi rincian kode
rekening beserta penjelasannya yang akan disesuaikan pada perubahan APBD;
f) Persetujuan PPKD sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan dengan menandatangani
Berita Acara sebagaimana dimaksud pada huruf e.
g) Persetujuan Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf c dilakukan dengan
menandatangani Berita Acara sebagaimana dimaksud pada huruf e.
3) untuk kegiatan baru yang bersifat fisik, apabila tidak mungkin dilaksanakan sebelum tahun
anggaran berakhir, agar dihindari penganggarannya dalam Perubahan APBD. Namun demikian,
kegiatan baru tersebut dapat dianggarkan dalam tahun anggaran berikutnya;
4) revisi DPA SKPD tidak berlaku untuk penggeseran belanja tidak langsung ke belanja langsung
terkait dengan komponen belanja gaji dan tunjangan pegawai.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah pasal 159:
(1) Perubahan DPA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 ayat (1) dapat berupa
peningkatan atau pengurangan capaian target kinerja program dan kegiatan dari yang telah
ditetapkan semula.
(2) Peningkatan atau pengurangan capaian target kinerja program dan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diformulasikan dalam format dokumen pelaksanaan perubahan
anggaran SKPD (DPPA-SKPD).
(3) Dalam format DPPA-SKPD dijelaskan capaian target kinerja, kelompok, jenis, obyek, dan
rincian obyek pendapatan, belanja serta pembiayaan baik sebelum dilakukan perubahan
maupun setelah perubahan.
(4) Format DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran C.IV
peraturan menteri ini.
6. REVISI APBD
Proses revisi anggaran di lingkungan Pemerintah Pusat (APBN) diatur pada Peraturan
Menteri Keuangan nomor 32/PMK.02/2013 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun
Anggaran 2013, sedangkan untuk proses revisi anggaran di lingkungan Pemerintah Daerah
(APBD) diatur oleh peraturan yang dikeluarkan oleh masing-masing kepala daerah, namun
tetap berpedoman pada peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat.
Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan, dibahas bersama
DPRD dengan pemerintah daerah dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBD
tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi:
a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;
b.
c. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran Iebih tahun sebelumnya harus digunakan
dalam tahun berjalan;
d. keadaan darurat; dan
e. keadaan luar biasa.
Keadaan darurat sebagaimana dimaksud sekurang - kurangnya memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah dan tidak dapat
diprediksikan sebelumnya;
2. Tidak diharapkan terjadi secara berulang;
3. Berada di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan
4. Memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang
disebabkan oleh keadaan darurat.
Perubahan APBD diajukan setelah laporan realisasi anggaran semester pertama dan hanya
dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa.
Keadaan luar biasa adalah keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran
dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh persen).
Rancangan kebijakan umum perubahan APBD harus memuat secara lengkap penjelasan
mengenai hal - hal sebagai berikut:
1. perbedaan asumsi dengan kebijakan umum anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya;
2. program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk ditampung dalam perubahan APBD
dengan mempertimbangkan sisa waktu pelak sanaan APBD untu k tahun anggaran berjalan;
3. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus dikurangi dalam perubahan APBD
apabila asumsi kebijakan umum anggaran tidak dapat tercapai; dan
4. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus ditingk atkan dalam perubahan
APBD apabila melampaui asumsi KUA.
2. Perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap, terdiri atas:
1) Hasil optimalisasi
2) Sisa anggaran swakelola
3) Kekurangan biaya operasional;
4) Perubahan prioritas penggunaan anggaran;
5) Perubahan kebijakan pemerintah; dan/atau
6) Keadaan kahar (force majeure)
Hasil optimalisasi dan sisa anggaran swakelola dapat digunakan untuk hal-hal yang bersifat
prioritas, mendesak, kedaruratan atau yang tidak dapat ditunda.
3. Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi, hal ini dapat disebabkan terdiri atas:
1) Ralat kode akun sesuai kaidah akuntansi sepanjang dalam peruntukan dan sasaran yang
sama;
2) Ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);
3) Perubahan nomenklatur bagian anggaran dan/atau satker sepanjang kode tetap;
4) Ralat kode nomor register Penerimaan Hibah Luar Negeri dan/atau Penerimaan Hibah
Dalam Negeri;
5) Ralat kode kewenangan;
6) Ralat kode lokasi;
7) Ralat cara penarikan Penerimaan Hibah Luar Negeri dan/atau Penerimaan Hibah Dalam
Negeri; dan/atau
8) Ralat pencantuman volume, jenis dan satuan keluaran yang berbeda antara dokumen
pelaksanaan anggaran atau hasil kesepakatan DPR RI dengan Pemerintah Pusat/DPRD
dengan Pemerintah Daerah.
2.
Persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah, selambat lambat nya 3 (tiga)
bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran.
3,
Proses evaluasi dan penetapan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan
rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD menjadi
peraturan daerah dan peraturan kepala dae rah berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47, Pasal 48, Pasal 52, dan Pasal 53 PP No mor 58 Tahun 2005.
1. Pembayaran bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah yang melampaui anggaran
yang tersedia yang mendahului perubahan APBD;
5. Pendanaan program dan kegiatan baru dengan kriteria harus diselesaikan sampai dengan
batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan; dan
6. Pendanaan kegiatan- kegiatan yang capaian target kinerja nya ditingkatkan dari yang telah
ditetapkan semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan yang dapat diselesaikan
sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan.
Penggunaan saldo lebih anggaran tahun sebelumnya untuk penda naan kegiatan seperti
tersebut pada butir (1), (2), (3), dan (6) tersebut di atas harus diformulasikan terlebih dahulu dalam
DPPA- SKPD, kecuali untuk kegiatan
Dokumen
Perubahan APBD sebagai akibat dari keadaan darurat dan keadaan luar biasa juga harus
memperhatikan ketentuan yang berikut ini.
1. Pendanaan Keadaan Darurat Keadaan darurat sebagaimana disebutkan dalam uraian
terdahulu sekurang kurangnya harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a.Keadaan darurat bukan merupakan keadaan normal dari kegiatan pemerintah daerah
sehari hari dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya;
c.Keadaan darurat berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan
d.Keadaan darurat dapat berakibat signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan
yang disebabkan oleh keadaan darurat tersebut.
Dalam keadaan darurat pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum
tersedia anggarannya yang selanjutny a akan/harus diusulkan dalam rancanganperubahan APBD
dan ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD.
Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya tersebut dapat menggunakan
pos belanja tak terduga. Dalam hal pos belanja tak terduga tidak mencukupi kebutuhan, maka
pendanaan keadaan darurat dapat dilakukan dengan cara:
(1) menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan
lainnya dalam tahun anggaran berjalan, dan/atau;
(\2) memanfaatkan uang kas yang tersedia.
Keadaan luar biasa yang dimaksud sebagai faktor yang mendorong perlunya perubahan
APBD adalah suatu keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam
APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh persen). Persentase
ini merupakan selisih kenai kan atau penurunan antara pendapatan dan belanja dalam APBD.
Akan tetapi bila estimasi penerimaan dalam APBD diperkirakan mengalami penurunan
lebih dari 50%, pemerinta h daerah harus melakukan penjadwalan ulang capaian target
kinerja program dan kegiatan dalam tahun anggaran berjalan yang formulasinya dicantumkan
dalam DPPA - SKPD. Dokumen - dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran SKPD tersebut di
atas selanjutnya digunakan sebagai dasar Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang
Perubahan APBD.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) no.13 tahun 2006 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
http://pengelolaan-keuangan-daerah.blogspot.com/2011/10/surat-edaran-nomor_06.html.
Diakses
http://dppkadhsselatan.blogspot.com/2011/07/se-bupati-nomor-9100419dppkad-tentang.html.
Diakses pada 9 April 2013
b.paparan teknik penyusunan RKA SKPD. Pdf. Diakses pada 12 April 2013