Surga
Fotarisman Zaluchu
Penerbit
Suluh Indomedia Press
2014
Penerbit:
Suluh Indomedia Press
Jl. Abdul Hamid No. 1-B, Medan
Telp/ Fax: +62 61 4151453
e-mail: suluhindomedia.press@gmail.com
ISBN: 978-602-70571-1-1
Kata Pengantar
Anugerah Tuhan1
Keajaiban Tuhan16
Pengalaman Indah27
Menanti Datangnya Anugerah41
Bayi Itu Lahir51
Epilog: Bayi Agung63
Hamil
Isteri saya positif hamil! Tadi sore kami ke dokter
spesialis kandungan. Umur kehamilannya sudah 4 minggu
6 hari. Hamil? Sungguh bagi saya hal ini sangat tidak
terduga. Selama ini kami berusaha untuk mencoba
menunda
kehamilan.
Isteri
saya
masih
harus
menyelesaikan perkuliahan, sementara kami baru saja
melangsungkan pesta dan resepsi pernikahan yang sangat
melelahkan.
Maka, kami sama sekali tidak menduga bahwa
keterlambatan haidnya isteri sayaMiraadalah pertanda
kehamilan. Pagi hari Mira mencoba test dengan
menggunakan alat test kehamilan yang bisa didapatkan di
apotik. Ternyata bergaris ganda. Kemungkinannya positif.
Tapi saya tidak yakin. Pulang kerja, saya sudah tidak
sabar ingin memastikan keadaan Mira. Saya coba tidur,
mata tetap tidak mampu terpejam. Maka sore hari, dengan
hati yang tidak sabar kami pun bergegas ke dokter.
Saya tidak dapat melukiskan perasaan saya ketika
dokter kemudian memulai pemeriksaan menggunakan
Ultra Sonografi (USG). Dokter menggeser-geser alat
tersebut berulangkali dan berkali-kali, berputar-putar di
atas perut Mira yang sudah digosokkan semacam cream,
1
proses yang ajaib itu. Sembari memperhatikan gambargambar yang ditunjukkan oleh dokter, setiap kali selesai
melakukan pemeriksaan kehamilan, saya merenungkan
betapa ajaibnya perlindungan Tuhan pada yang dikasihiNya. Sejak awal kehidupan, manusia yang dibentuk olehNya, diberikan tempat yang aman dan nyaman untuk
berkembang. Tak dibiarkan-Nya jatuh dan gugur sebelum
berkembang, namun dijadikan-Nya tubuh seorang manusia,
ibunya, sebagai tempat yang menjadi saluran berkat-Nya
kepada manusia baru yang akan lahir itu.
Kasih Semula
Dari sini kita masuk ke dalam pemahaman yang
lebih mendalam. Adalah fakta bahwa kita jarang memahami
makna kasih Tuhan. Namun menonton sebuah proses
terjadinya pembuahan, dan kemudian bagaimana awalawal kehidupan terjadi di depan mata, seperti saya yang
menjalaninya,
menimbulkan
sensasi
yang
amat
mengharukan mengenai hal itu.
Nyata benar bahwa Tuhan sudah mengasihi kita,
persis ketika kita belum dibentuk. Bagaimana? Dia
memilihkan pasangan orangtua untuk menjadi ayah dan
ibu bagi manusia yang akan dilahirkan itu. Itu adalah fakta
pertama. Pernikahan antara dua orang, berada di bawah
otoritas dan kedaulatan-Nya. Dikatakan-Nya dalam
Kejadian 2:24,
Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan
ayahnya dan ibunya dan menjadi satu dengan
isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
15
Perkembangan
Bulan pertama kehamilan adalah bulan yang sangat
menentukan. Sebab pada saat itu, seluruh komponen
pembentuk seorang manusia dewasa sudah mulai dibentuk
dasar-dasarnya. Segera setelah menempel di rahim ibunya,
cikal bakal bayi segera berubah menjadi bentuk-bentukan
mungil yang nantinya akan terus berkembang menjadi
organ yang lebih siap untuk mandiri.
Dalam tubuh seukuran hanya seruas jari manusia
dewasa itu, semua proses metabolisme sudah dimulai. Cikal
bakal jantung, otak, ruas tulang belakang, organ-organ
utama, semuanya dirancang. Bentuk awalnya memang
aneh, tetapi amat mengagumkan. Bayangkan, dari sebuah
titik kecil tadi, terjadi pembelahan yang berlangsung cepat,
sehingga tak satupun yang terlupakan. Masing-masing sel
bergerak seolah sudah mengetahui hendak berbuat apa.
Sempurna!
Itulah
komentar
saya
ketika
menyaksikan bagaimana rupa si kecil dalam bentuknya
yang paling sederhana. Seperti segumpal daging saja,
namun di dalamnya terdapat sebuah bayangan tentang
sesosok manusia. Mungil dan lucu. Tetapi sangat
mengagumkan.
Dalam hati, muncul rasa takjub atas luar biasanya
16
26
Sensasi
Bulan-bulan awal kehamilan isteri saya, kami tidak
merasakan tanda-tanda adanya kehidupan lain yang baru
muncul. Namun seiring dengan berlanjutnya kehamilan,
tanda-tanda kehidupan muncul dan menimbulkan
kegairahan pada kami untuk menikmatinya.
Awalnya hanyalah gerakan-gerakan halus yang
hanya bisa dirasakan oleh isteri saya. Gerakan-gerakan
yang menandakan hadirnya bayi mungil dengan kehidupan
baru itu menimbulkan sensasi yang sukar dilukiskan.
Seiring dengan perkembangan usianya, gerakannya
tidak lagi halus, tetapi sudah terlihat bergerak di
permukaan tubuh isteri saya. Gerakan-gerakan itu tampak
kuat dan terkadang memberikan hentakan-hentakan. Kami
melihatnya terkadang dipenuhi oleh perasaan yang
bersuka, meskipun terkadang isteri saya harus menahan
rasa tidak enak tertentu.
Sang bayi sudah belajar menjadi manusia biasa.
Ketika memasuki bulan ketiga, dalam ukuran yang tidak
lebih dari 5-6 cm itu, si mungil sudah memperlihatkan
keceriaannya. Dia berayun-ayun dalam cairan air ketuban
di dalam perut ibunya. Dalam waktu tertentu, ia terkadang
menendang di sebelah atas. Lalu di saat berikutnya sudah
27
paling
penting
kelihatannya
adalah
bagaimana
menjadikannya menjadi lebih baik.
Saya membayangkan, andaikan saja setiap keluarga
memiliki niat untuk saling belajar, maka berbagai
ketegangan dalam keluarga pastilah mudah diterobos. Saya
pernah menyaksikan bagaimana sebuah keluarga selalu
dipenuhi oleh tuntutan. Suami menuntut isteri berlaku
suatu hal. Isteri menuntut suami berlaku suatu hal. Kalau
itu yang terjadi, maka niscayalah tidak ada kedamaian.
Rumah tangga demikian hanyalah akan diisi dengan
keramaian pertengkaran dan egoisme satu sama lain.
Dalam rumah tangga, amatlah manusiawi untuk
selalu mengembangkan keterbukaan. Saya selalu mengajak
isteri untuk berbicara mengenai masa depan keluarga,
bahkan anak-anak kelak. Saya amat mengerti bahwa tidak
ada teman terdekat yang dipercayakan kepada saya selain
dia yang diberkati oleh Tuhan menjadi pendamping saya,
dan demikian juga sebaliknya. Karena itu yang terjadi,
maka sukacita dalam rumah tangga akan mewujud dengan
sendirinya.
Demikian juga sejak isteri saya hamil. Saya selalu
mengajaknya untuk bercerita mengenai kehidupan kami,
dan kehidupan anak kami kelak. Ada peralihan topik
pembicaraan
sekarang.
Kalau
dulu
sebelum
mempersiapkan diri menyambut datangnya anak, maka
setiap pembicaraan selalu berarah kepada kami berdua.
Pada kisah kasih di antara kami. Tetapi kini situasinya
sudah berbeda. Kini kami mulai belajar berbicara mengenai
anak.
Inilah pelajaran penting bagi kami, pasangan baru
yang dikaruniai anak oleh Tuhan. Kami semakin menyadari
bahwa menjadi orangtua ternyata tidak mudah. Salah satu
alasannya adalah karena kami harus belajar meninggalkan
keinginan dan kepentingan kami sendiri, lalu belajar
29
anak kami.
Saya bisa merasakan kasih dan sukacita yang
dialami oleh seorang ayah dalam kisah anak yang hilang.
Menanti-nanti anaknya yang pergi meninggalkannya
menimbulkan kesedihan yang amat sangat. Sang ayah
kemudian dengan penuh harap, barangkali selalu duduk di
teras rumahnya, memandang dari kejauhan kalau-kalau
anaknya pulang segera. Kerinduan itulah yang kemudian
membuatnya girang bukan main, ketika kemudian anaknya
datang. Dari jauh ia memandang sosok ituyang tampak
gembel dan lusuhmengejar dan kemudian memeluknya.
Kasih dan sukacita karena bertemu dengan
anaknya yang dikasihinya membuat sang ayah berada
dalam kerinduan yang amat sangat. Setiap hari ia hanya
mengisi batinnya dengan satu nama saja, nama anaknya
yang bungsu itu. Itulah kasih seorang ayah. Itulah kasih
seorang orangtua. Kasih sang ayah yang menahan diri
untuk tetap duduk dan bersabar selalu menanti anaknya,
demikian juga dengan yang kami alami. Isteri saya harus
bersabar bahkan juga ketika berjalan sekalipun. Dokter
selalu menyatakan kepada isteri saya demikian, jika satu
langkah lagi sampai di pintu rumah sekalipun tetapi sudah
merasa lelah, maka harus berhenti. Dokter menunjukkan
kepada kami bagaimana metabolisme bayi kami selalu dua
kali lebih cepat dari isteri saya. Itu sebabnya jika isteri saya
sampai mengalami kelelahan, kelelahan yang dialami oleh
bayi kami pastilah lebih lagi.
Kehadiran seorang anak, terutama menanti dengan
penuh kesabaran dalam kehamilan, membentuk kami
untuk mengasihinya. Kami memang belum pernah
melihatnya. Kami belum pernah bertemu dengannya.
Bahkan kami belum pernah melihat wajahnya secara
langsung. Namun kami memiliki kerinduan untuk kelak
ketika kami berjumpa langsung, ketika kami bertemu muka
33
34
Mengenal dia
Salah satu kebiasaan yang saya sudah lakukan ketika
bayi saya berusia empat bulan adalah berkomunikasi
padanya. Setiap kali saya berangkat dan pulang, saya selalu
menggunakan waktu itu setidaknya untuk mengelusnya.
Di malam hari saya selalu menggunakan waktu khusus
untuk berbicara padanya. Saya menceritakan mengenai
seluruh aktifitas saya padanya termasuk kegembiraan dan
kesedihan saya. Bahkan saya juga menceritakan padanya
mengenai rencana-rencana kami sekiranya ia sudah besar
kelak.
Secara normal ia pasti sudah bisa mendengarkan
kami meski ia belum berada di luar perut ibunya. Ia bisa
meresponi segala sesuatu yang dirasakannya, bahkan
cahaya sekecil apapun yang masuk mampu membuatnya
bergerak. Karena itulah saya menggunakan kesempatan itu
untuk merangsang kemampuan dan pembentukannya sejak
dini.
Saya tahu bahwa ia mengerti apa yang saya
bicarakan dari gerakan-gerakan yang ia tunjukkan. Setiap
kali saya bercerita mengenai sesuatu hal, maka sosok bayi
saya akan bergerak. Ketika umurnya sudah menjelang lahir,
gerakannya sudah berupa gelembung yang terlihat jelas di
permukaan kulit ibunya. Melihat ini jelas merupakan
sebuah kesenangan tersendiri bagi kami. Apalagi ketika
menyaksikan bagaimana ia berputar dalam rahim ibunya
yang semakin lama semakin sempit baginya.
Belajar berkomunikasi kepada setiap anak, pastilah
merupakan beban besar bagi orangtua, dimanapun itu. Dan
ini hanya dilakukan dengan cara sederhana saja sudah
cukup, yaitu memberikan waktu untuk berbicara. Saya
mengerti hal ini sebagaimana pernah saya alami dari
keluarga kami. Papa dan Mama saya selalu menggunakan
35
Naluri
Salah satu yang muncul menjelang kelahiran bayi
kami adalah sebuah keinginan untuk mempersiapkan diri.
Hari-hari yang dilalui oleh isteri saya adalah hari-hari yang
mulai sangat sibuk. Ia sangat memikirkan persiapan
menyambut bayi kami.
Kadang istri saya pergi ke supermarket hanya untuk
melihat kebutuhan bayi kami. Pada saat umur
kehamilannya memasuki usia lima bulan, isteri saya sudah
membeli seluruh keperluan yang dibutuhkan oleh bayi
kami nantinya. Pertimbangannya adalah jika nantinya baru
dipersiapkan, ada kemungkinan akan ada yang terlewat.
Menjadi orangtua baru memang berawal dari naluri
untuk mempersiapkan kelahiran bayi. Saya melihat hal itu
dengan jelas pada isteri saya. Setiap kali ia pulang
berbelanja dan membuka-buka barang bawaannya sambil
memperlihatkannya pada saya, saya melihat ada perubahan
yang semakin kentara. Kini isteri saya benar-benar telah
menggunakan waktunya untuk memikirkan bayi kami. Ia
sudah menjadi calon ibu dengan kemampuan dan kemauan
psikologis yang dibentuk oleh Dia dengan baik.
Naluri menjadi orangtua yang bersiap menyambut
kedatangan bayi kami bukan hanya dialami oleh isteri saya.
Saya juga mulai mempersiapkan diri dengan berbagai cita41
50
Menuju Kelahiran
Proses kehamilan biasanya memasuki fase
matangdalam istilah medisnya disebut mature. Lama
sebuah kehamilan biasanya adalah 40 minggu. Seiring
dengan perkembangan usianya, bayi kami mengalami
pergerakan yang ajaib. Menjelang bersalin, posisinya kini
sudah berada dalam keadaan siap untuk keluar dari rahim
isteri saya.
Posisi siap itu adalah posisi dimana kepala bayi kami
secara perlahan berada di sebelah bawah. Posisinya
mengarah keluar tubuh ibunya menghadap ke mulut rahim.
Artinya kelak ketika proses bersalin nantinya terjadi, yang
akan keluar pertama sekali tentunya adalah kepala sang
bayi. Dengan keajaiban yang luar biasa, gaya tarik alamiah
membuat kepala bayi kami memasuki mulut rahim ibunya
secara perlahan tapi pasti.
Di usia cukup bulan itulah, isteri saya semakin
merasakan sesak. Kapasitas air ketuban yang sudah
semakin banyak ditambah dengan gerakan-gerakan bayi
kami yang semakin keras karena umurnya sudah lebih
besar, menyebabkan rasa sesak lebih terasa dibandingkan
bulan-bulan sebelumnya.
51
62
Apa arti bayi itu? Tidak lain dan tidak bukan, untuk
menunjukkan bahwa Tuhan sangat mengasihi manusia
kita semua. Kasih-Nya itu adalah untuk menyelamatkan
kita dari kutuk dosa yang mematikan kita secara kekal.
Kasih-Nya itu adalah cara untuk membuat kita bisa selamat.
Kasih-Nya itu adalah dengan memberikan anak-Nya.
Tetapi bayi itu adalah kekasih Bapa-Nya sendiri.
Kisah Alkitab tidak memberikan tempat bagi perasaan bagi
Yusuf dan Mariaorangtua bayi itu. Karena sesungguhnya,
perasaan cinta dan kasih Bapa-Nya yang di surgalah yang
lebih besar kepada bayi itu, yang hendak diceritakan dalam
bagian berikutnya dan yang menjadi pengisi hidup bayi itu.
Alkitab hendak memperlihatkan bahwa Tuhan di surga,
sesungguhnya memiliki kasih yang amat besar pada bayi
itu, yang adalah Anak-Nya juga. Ketika Yesus dibaptis di
Sungai Yordan, pernyataan Tuhan dengan sangat jelas
berkumandang dari surga, sebagaimana dituliskan dalam
Matius 3:17,
Inilah Anak yang Ku-kasihi, kepada-Nyalah Aku
berkenan.
78