2)
(1)
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan
Kebijakan (SAPPK), ITB. (2)Kelompok Keilmuan Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur,
Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.
Abstrak
Kawasan perumahan kumuh dan liar yang berada di tepi sungai perkotaan memberikan
dampak negatif bagi penduduk yang bertempat tinggal di kawasan tersebut, lingkungan
alami sungai, dan bagi kota itu secara umum. Hal ini juga terjadi di kawasan
perumahan Kampung Pulo yang terletak di tepi Sungai Ciliwung, Provinsi DKI Jakarta.
Persoalan banjir dan kualitas hidup penduduk yang rendah
sebagai
implikasi
perkembangan perumahan kumuh ini dapat diselesaikan dengan melakukan
perencanaan dan perancangan kembali dengan mempertimbangkan prinsip
perancangan normatif kawasan perumahan tepi sungai (normatif), potensi dan
persoalan lingkungan fsik dan lingkungan sosial setempat (supply), serta preferensi
penduduk terhadap kebutuhan hunian (demand). Penelitian ini akan merumuskan
prinsip dan konsep perancangan kawasan perumahan Kampung Pulo, yang
disimulasikan dalam bentuk ilustrasi perancangan berupa kawasan perumahan vertikal
(rumah susun) setinggi 10 lantai dengan 8 lantai hunian yang telah memenuhi
ketentuan yang berlaku, bersifat adaptif di kawasan rawan banjir, serta dapat
menyelesaikan persoalan praktis di wilayah penelitian.
Kata-kunci : bantaran sungai, perancangan kembali, perumahan kumuh, perumahan tepi
sungai, prinsip perancangan kawasan perumahan
Pengant
ar
Tingginya tingkat urbanisasi di Jakarta
telah
mempengaruhi
perkembangan
kawasan perumahan kumuh dan liar di
ibukota. Berdasarkan data BPS DKI Jakarta
pada Kusumawardhani (2011), luasan
kawasan kumuh di DKI Jakarta pada tahun
2011
adalah
sebesar
8.000
Ha.
Perumahan kumuh dan liar di Jakarta
menempati
berbagai
kawasan
yang
cukup strategis, termasuk di bantaran
Sungai Ciliwung, sungai sepanjang 119
km yang memiliki hulu di wilayah Puncak,
Bogor dan melintasi bagian-bagian kota
yang
penting secara sosial, ekonomi,
dan politik di Jakarta (Triana dan Karim,
Kompas, 2009). Selain menyebabkan
rendahnya
kualitas
hidup
penduduk
Perancangan Kembali Kawasan Perumahan Kampung Pulo di Tepi Sungai Ciliwung Provinsi DKI
iniJakarta adalah
perpaduan
metode
kualitatif
dan
kuantitatif
(mixedmethod) dengan pendekatan penelitian
yang digunakan adalah pendekatan
normatif
dan
pendekatan
supplydemand oriented. Pendekatan normatif
menggunakan metode kualitatif untuk
merumuskan
prinsip
perancangan
normatif kawasan perumahan tepi
sungai. Pendekatan supply-demand
oriented
menggunakan
metode
kuantitatif yang dilengkapi informasi
kualiatatif, yaitu (a) mempertimbangkan
karakteristik
lingkungan
fisik,
karakteristik lingkungan sosial, dan
persepsi untuk mengidentifikasi potensi
dan persoalan lingkungan
kawasan
perumahan
Kampung Pulo sebagai
supply,
dan
(b)
mengidentifikasi
preferensi
penduduk
terhadap
kebutuhan hunian sebagai demand.
Metode
Data
Pengumpulan
Normatif
Prinsip
- Menerapkan tema tertentu Perancangan
dengan menempatkan pinggir sungai
Zonasi
(waters edge)
dan
sebagai perhatian utama.
penataan
- Menempatkan bangunan hunian dan fasilitas lingkungan secara
kompone
berkelompok (cluster)
- Menyediakan akses dan sirkulasi yang mudah dicapai oleh publik di
dalam maupun dari luar kawasan, terpadu, dan memudahkan dalam
berbagai kondisi.
Sirkulasi
- Menyediakan jalur evakuasi yang dapat digunakan saat terjadi bencana
dan
atau keadaaan darurat, khususnya saat terjadi banjir.
aksesibilita
- Menyediakan jalur sirkulasi di sepanjang pinggir sungai.
s
- Menyediakan area parkir di tiap cluster secara berkelompok yang
Ruang
- Menyediakan ruang terbuka dan penghijauan yang mencukupi di
terbuka
pusat/sub pusat
dan se
g npgen
ngga dan
(bufm
ee
r)ndi
janut
g uh
aliaran
ungga
. .
dan
PSUpenghija
lingkunguan
an - ka
Mewnasan
yediakan
PSbUagai
umuru
manya
leya
ngkap
cuse
kup
pian
keb
n psen
huini
tidak
tergenang
air
banjir
dengan
menghalangi banjir/melapisi
bangunan
(dry food-proofng), mendirikan tanggul,
serta melakukan pembongkaran
dan
membangun ulang bangunan yang rusak
akibat banjir.
Berdasarkan hasil analisis isi, kriteria
perancangan dalam perancangan kawasan
perumahan tepi sungai, adalah (1) aspek
keserasian
lingkungan,
(2)
aspek
keselamatan (safety) dan
keamanan
(security), (3) aspek kesehatan, (4) aspek
kemudahan, dan (5) aspek
kenyamanan. Mengacu pada kriteria
tersebut,
disusunlah prinsip perancangan normatif
kawasan perumahan tepi sungai yang
dapat dilihat pada Tabel 1.
Potensi
dan
Persoalan
Lingkungan
Kawasan Perumahan Kampung
Pulo
Secara administratif, Kampung Pulo
terdiri dari dua RW yaitu RW 02 dan RW
03, Kelurahan Kampung Melayu,
Kecamatan Jatinegara, Kota Administrasi
Jakarta Timur, DKI Jakarta. Terletak di
sebelah utara Sekolah Santa Maria
Fatima, berseberangan dengan Pasar
Jatinegara, dan dekat dengan Terminal
Bus Kampung Melayu, membuat kawasan
ini mudah dijangkau. Namun untuk masuk
ke dalam kawasan hanya tersedia 5 gang
selebar 1-1,5 m sebagai akses utama
kawasan.
Pada kondisi saat ini, Kampung Pulo
memiliki
peruntukan
lahan
dominan
sebagai kawasan perumahan (7,81 Ha).
Kawasan ini memiliki kontur yang relatif
datar dengan ketinggian 11 m dpl. Letak
geografis yang sebagian besar dikelilingi
Sungai Ciliwung (sepanjang 1.255,80 m
atau 74,03% dari total panjang batas
kawasan), serta ketinggian tanah yang
cenderung
lebih
rendah
dibanding
kawasan di sekitarnya, menyebabkan
kawasan ini rawan dilanda banjir akibat
luapan Sungai Ciliwung. Hal ini diperparah
dengan banyaknya hunian penduduk di
bantaran
sungai
sehingga
semakin
Pasar
Jatinegar
a
Dipo KA
Bukit
Duri
Kawasan
Perumaha
n Bukit
Duri
Sekolah
Santa
Maria
Fatima
Jalan
Jatinegar
a
Barat
Sunga
i
Ciliwun
g
aksesibilitas
kawasan
yang
rendah
diindikasikan dengan terbatasnya akses
masuk, sempitnya jalur sirkulasi, dan
tidak
tersedianya
lahan
parkir
kendaraan roda empat;
lingkungan
fsik,
lingkungan
sosial,
Gambar
2.
Persoalan
Potensi
Pemandangan Alami Sungai
Kampung Pulo
Banjir
Ciliwung
dan
di
memanfaatkan
Sungai
Ciliwung
dan tepiannya sebagai objek wisata
dan penghijauan;
menempatkan
ruang
hunian
di
atas ketinggian muka banjir serta
memiliki fungsi non hunian sebagai
tempat berdagang;
menyediakan
lokasi
penampungan
yang relatif dekat/terjangkau, sistem
komunikasi/ informasi dan peringatan
banjir, serta dilakukannya rehabilitasi
Sungai Ciliwung;
menyediakan
sarana
lingkungan
meliputi
lapangan olahraga, taman, gedung
serbaguna/balai warga, masjid/musala,
dan perangkat keamanan lingkungan;
menyediakan
prasarana
dan
utilitas
lingkungan meliputi jaringan air bersih,
persampahan, MCK, drainase, jalan
yang terang dan terlihat;
Preferensi
penduduk
dalam
lingkup
perencanaan kawasan perumahan yaitu
persentase penduduk yang tetap ingin
menempati Kampung Pulo dan akan
diakomodasi melalui penelitian ini adalah
sebesar minimal 80% sesuai hasil survei
hingga mendekati batas atas 89,80% dari
total KK di wilayah penelitian sesuai hasil
perhitungan estimasi interval proporsi.
Intensitas Bangunan dan Program
Ruang
Penelitian ini menggunakan beberapa
asumsi di antaranya
adalah:
(1)
mengakomodasi semua penduduk yang
memiliki preferensi tetap ingin bertempat
tinggal di Kampung Pulo, serta (2)
ketinggian
muka
banjir
berkurang
sebesar 3,27 m
sebagai
akibat
dilaksanakannya
normalisasi Sungai
3
Ciliwung
menjadi selebar 35 m,
pembangunan sudetan ke Banjir Kanal
4
Timur , dan berbagai rekayasa teknis
penanganan
banjir
Sungai
Ciliwung.
Ketentuan
maks.
Luas lantai 157.501,58 m2
( KLB = 2.4)
maks.
Luas lahan
rusun
50%
maks.
Luas tapak
rusun
25%
Luas lahan
maks.
bangunan
30%
PSU umum
Luas
min.
ruang
20%
terbuka
Rencana
120.288 m2
35,40%
17,70%
10,40%
54,20%
perancangan
kawasan
perumahan
Kampung Pulo, yaitu sebagai berikut.
1.
Menyediakan
akses
masuk/keluar
(entrance/exit)
di
berbagai arah untuk meningkatkan
aksesibilitas kawasan.
2. Menyediakan jalur kendaraan dan
jalur pejalan di seluruh bagian kawasan
untuk mempermudah sirkulasi di dalam
maupun ke luar kawasan.
3. Menata jalur sirkulasi di sepanjang
pinggir sungai.
4. Menempatkan bangunan hunan dan
fasilitas lingkungan ke dalam cluster
berdasarkan skala rukun warga (RW).
5. Menghubungkan
pusat
dan
sub
pusat kawasan dari tiap cluster.
6. Menempatkan lantai hunian di atas
ketinggian muka banjir kala ulang lima
tahunan.
7.
Menyediakan ruang terbuka dan
penghijauan
yang
memadai
di
pusat/sub pusat kawasan dan sebagai
penyangga
(bufer)
di sepanjang
pinggir sungai.
8. Menerapkan konsep atap hijau (roof
garden)
pada bangunan hunian.
9. Menyediakan
akses
dan
lokasi
evakuasi bencana di tiap cluster dan ke
luar kawasan.
10. Terdapat jembatan di atas ketinggian
muka banjir yang terhubung dengan
bangunan hunian dan lokasi evakuasi
bencana banjir.
PU
dan
JICA.
(2007).
Pedoman
Perencanaan
dan
Perancangan Arsitektur Rumah Susun
Sederhana. Puslitbangkim PU dan Japan
International Cooperation Agency (JICA).
Chiara, J. De dan L. E. Koppelman. (1978).
Standar
Perencanaan
Tapak.
Terjemahan: Januar Hakim. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Djakapermana, Ruchyat Deni. (2008).
Rencana
Tata
Ruang
Kawasan
Jabodetabekpunjur:
Upaya
Menyeimbangkan
Pertumbuhan
Ekonomi
dengan
Kelestarian
Lingkungan Hidup. Artikel pada Bulletin
Tata Ruang Ed. Juli-Agustus 2008.
Han, D. dkk. (2002). Design Studies on
University
Kusumawardhani,
Department
of
of
Citra.
(2011).
Karakteristik
Fisik
Permukiman
Kumuh di Perkotaan Berdasarkan
Topological Penataan, Studi Kasus
Menteng Atas dan Kampung Melayu.
Skripsi.
Depok:
Program
Studi
Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas
Indonesia.
Tim Ekspedisi
(2009).
Ciliwung
Kompas.
Buku
Kompa
s.
Torre,
L.
Catatan Kaki
1
A.
(1989). Waterfront
Development. New York: Van Nostrand
Reinhold.
Untermann, R. dan R. Small.
(1984). Perencanaan Tapak Untuk
Perumahan - Jilid II. Alih Bahasa: Ir.
Aris K. Onggodiputro. Bandung:
Penerbit PT. Intermedia.
Waluyadi, H., R.Jayadi, dan D. Legono.
2007. Kajian Penanganan Banjir Kali
Ditinjau dari
(Studi Kasus
- Pintu Air
Forum Teknik
Sipil No. XVII/3 September 2007.
Watson, D. dan M. Adams. (2011).
Umum
Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan. Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor
5/PRT/M/2007
tentang
Teknis
Pembangunan
Sederhana
Bertingkat
Tinggi.
Rumah
Pedoman
Susun
Rumah
Susun
Sederhana.