Anda di halaman 1dari 132

Olivia Avriyanti Hanafiah

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Sumatera Utara

Anamnesa dan Informed consent


Perdarahan
Suturing
Eksisi epulis dan Biopsi sederhana
Insisi abses intra oral
Odontektomi sederhana

-Diagnosis dan tatacara tindakan


medis
-Tujuan tindakan medis
-Alternatif tindakan lain dan
resikonya
-Resiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi
-Prognosis

Informed
Consent

Rekam
Medis

Instrumentarium

Alat-alat utk menjahit jarum & benang


Pisau bedah/ scalpel
Alat utk membor
Raspatorium/ elevator periosteal
Gunting
Retaktor
Bite Blocks and Mouth Props
Electrosurgical Unit

Tersedia dlm berbagai macam ukuran


dan jenis
Secara umum dibagi atas 2 jenis :
Resorbable Sutures
Nonresorbable Sutures.

Diresorbsi dlm beberapa waktu, seiring dgn


penyembuhan luka: 8-30 hari tergantung
bahan yg dipakai
Benang terbuat dari hewan atau sintetik

Tdk diresorbsi oleh tubuh


Harus diangkat setelah 7 hari penjahitan

Tersedia dlm beberapa ukuran :


Resorbsi : 3-0, 4-0, 5-0, 6-0, 7-0
Non resorbsi : 2-0, 3-0
Dlm bungkus steril dgn/ tanpa jarum

Benang terbuat dari hewan dan materi


sintetik

Nonresorbable surgical sutures-silk

Berbagai variasi jarum yg dipakai memiliki


perbedaan dlm bentuk, diameter, cross
sectional view dan ukuran
Umumnya terbuat dari steinless steal
Yg byk dipakai : atraumatic disposable
needles with pre-attached sutures on their
posterior ends.

Jarum dgn Round atau Oval Cross-Sectional


View :
Atraumatik
Utk menjahit mukosa yg tipis

Triangular Needles :
Utk menjahit jar yg tebal
Btk & pjg jarum
Sering dipakai semisirkular ( 3/8 lingkaran),
panjang 19-20 mm

pen grasp

Penampang kecil & tajam :


Untuk melepaskan interdental papila/ gingiva
dari perlekatannya sebelum dilakukan
ekstraksi gigi
Penampang/ paruh yg besar
Untuk melepaskan flap mukoperiosteum

Arteri klem
Berfungsi terutama utk memegang pembuluh
darah dan menghentikan perdarahan
Dapat juga utk membuka diseksi tumpul

GUNTING BENANG
utk memotong benang
memiliki permukaan potong yg tajam
GUNTING JARINGAN/ Metzenbaum
Utk jaringan lunak, terbagi 2 jenis :
Lagrange scissors : dgn ujung yg tajam utk
memotong jar lunak yg berlebih
Blunt-nosed Metzenbaum: dgn ujung tumpul utk
dissecting dan undermining mucosa

a. Blunt-nosed
Metzenbaum
b. b. Lagrange

Perdarahan

Eksisi Epulis

BIOPSI :
tindakan
pengambilan
contoh
jaringan/sel dr suatu lesi organisme
hidup baik total /sebagian untuk
pemeriksaan
mikroskopis
dan
diagnostik.

JARINGAN

HISTOLOGI

SEL

SITOLOGI

perubahan histologi

perubahan struktur
jaringan lesi

biopsi u/ memastikan
D/ sementara

Guna

biopsi:

Diagnosis lesi neoplasma


memeriksa lesi spesifik, proses
granulomatosa,
penyakit
metabolik ttt, kelainan darah
gangguan pertumbuhan
u/ menentukan tindakan yang
akan dilakukan pd penyakit ttt
evalusi kemajuan hasil pengobatan

Jenis

biopsi yang paling sering:

sitologi
aspirasi
insisi
eksisi
cakot (punch biopsy)

drill biopsy

Biopsi insisi:
suatu prosedur biopsi u/ mambil sebagian contoh
spesimen yg mewakili jar lesi.
Jika lesi luas, contoh spesimen hrs diambil lebih dr satu
area.
Indikasi: u/ lesi pd area yg tampak sulit diambil scr
keseluruhan k/ besarnya ukuran/lesi pd tempat yg
berisiko, serta adanya kecurigaan pd keganasan.
Prinsip2:
sebaiknya dilakukan pd daerah yg dianggap mewakili lesi
scr keseluruhan.
Daerah menunjukkan perubahan jar yg komplit. Jgn
mengambil jar nekrotik.
Bhn biopsi diambil dr tepi lesi dan jar normal
diikutsertakan.

Biopsi eksisi:
dilakukan dg mengambil lesi scr keseluruhan bersamaan dg
dilakukannya prosedur bedah.
Jar normal disekelilingnya hrs dieksisi u/ memastikan eksisi
telah dilakukan scr total.
Dpt berguna dlm menentukan pengobatan definitif
Indikasi:
dilakukan pd lesi kecil (<1cm), yg pd pemeriksaan klinis tampak
jinak.

Prinsip:
eksisi mengikutsertakan seluruh lesi bersama jar sekitarnya yg
kelihatan normal sepanjang 2-3 mm.

Anestesi:
Diusahakan mengunakan anestesi lokal
Cairan tdk di suntikkan diantara jar yg akan
diambildistorsi artifaktual spesimen.
Jika blok anestesi tdk memungkinkan infiltrasi dg jrk
1 cm dr lesi.

Stabilisasi Jaringan
Biopsi dlm mulut sering dilakukan pd daerah yg
bergerak ( bibir, palatum mole, lidah).
Bibir menempatkan 2 jari tangan asisten u/ menahan
kedua sisi dr area biopsi membantu hemostasis k/
adanya tekanan pd arteri labial.
Lidah diikat dg benang kemudian diretraksi

Hemostasis
Penggunaan suction sedpt mungkin
teraspirasi spesimen & merusak tekstur
Perdarahan ditekan dg tampon

dihindari

Insisi

Harus menggunakan scalpel yg tajam


Tdk dianjurkan menggunakan elektrosurgical
destruksi pd bts jar yg diinsisi & mubah bentuk
spesimen
Lakukan 2 insisi bentuk elips pd permukaan & bertemu
membentuk huruf V pd dsr lesi spesimen yg bagus &
meninggalkan bekas luka yg mdh menutup.
Harus memberikan bhn yg cukup u/ evaluasi
histopatologi.
Diusahakan menghindari jalan saraf, arteri & vena
kemungkinan trauma.
Jaringan normal diikutsertakan kira2 2-3 mm diskt lesi
(jika tampak jinak), 5 mm (jika tampak ganas).
Insisi dilakukan lebih dr 1 jika lesi memiliki karakteristik
berbeda

Penanganan Jaringan

Penanganan yg tdk baik spesimen hancur menunda


D/ definitifterapi tertundapengulangan biopsi

SPECIMEN CARE
Immediately placed in 10 % formalin
solution.
One bottle per specimen, DO NOT MIX
SPECIMENS

Penutupan luka
luka dpt ditutup scr primer.

Lembar data biopsi


dicantumkan label & identifikasi & data demografi
pasien dlm lembar biopsi.
Sampaikan semua yg berhub dg riwayat & gambaran
klinis lesi

Insisi

Abses

TEETH

PERIAPICAL
PERIODONTAL

ABSCESS

HEAD & NECK


SPACES

PERIAPICAL

PERIODONTAL

TOOTH
INFECTIONS

SPACE

SPACE

SPACE

HEAD & NECK


SPACES

PRIMER

PRIMARY MAXILLA

CANINA
BUCCAL
INFRATEMPORAL

SECUNDER

PRIMARY MANDIBULA

SUBMENTAL
BUCCAL
SUBMANDIBULA
SUBLINGUAL

MASSETER
PTERYGOMANDIBULA
TEMPORAL
PARAPHARYNGEAL
RETROPHARYNGEAL

RELATIONS OF DEEP SPACES IN INFECTIONS


SPACE

LIKELY CAUSES

NEIGHBORING SPACES

Buccal

Upper Premolar, upper molar


lower premolar

Infraorbital, pterigomandibular, infratemporal

Superficial temporal

Upper Molar
Lower Molar

Buccal, deep temporal,

Submandibular

Lower Molar

Sublingual, submental, pharyngeal lateral, buccal

Submental

Lower Anterior

Submandibular

Sublingual

Lower Premolar
Lower molar

Submandibular,
oesophagus)

Pterygomandibular

Lower third Molar

Buccal, pharyngeal lateral, submasseteric, deep temporal

Submaseteric

Lower third Molar

Buccal, pterygomandibular, parotis, superficial temporal

Infratemporal & deep


temporal

Upper Molar

superficial temporal, inferior petrosal sinus

Lateral pharyngeal

Lower third Molar, tonsils,


infection in neighboring
spaces

Pterygomandibula, submandibular, sublingual, peritonsilar,


retropharyngeal

infraorbital

Upper canine

Buccal

pharyngeal

lateral,

visceral

(trachea,

ETIOLOGI

Aerobic
7%

Streptococcus
staphylococcus

Odontogenic
Infections

Anaerobic
33 %

sterptococcus
peptostreptococcus
bacteriodes
fusobacterium spp

Mix
60 %

PRINSIP PENANGANAN INFEKSI :


Penilaian berat ringannya infeksi
Evaluasi pertahanan tubuh penderita
Evaluasi kebutuhan perawatan bersama
Intervensi bedah
Terapi suportif
Pemilihan AB
Evaluasi & monitor

Drainage

Therapy of
Odontogenic
infections

antibiotic

Remove the
etiology

way out of pus &bacterial


accumulation
decreased surface
tension
reduced the pain

Pre surgical antibiotic


Examination of culture &
sensitivity

FIRST PROCEDURE

DRAINAGE OF PUS ACCUMULATION


REMOVAL THE SOURCE OF INFECTION

SECOND PROCEDURE

AFTER INCISION & DRAINAGE


PROCEDURE

EXAMINATION OF
CULTURE & SENSITIVITY

EMPIRICAL

Penicillin

Erythromycin
Clindamycin
Cefadroxil
Cephalosporin
Metronidazole
Tetracycline

Diagrammatic illustrations showing the


incision
of an intraoral abscess and the placement
of a hemostat to facilitate the drainage of
pus

Diagrammatic illustrations showing the


placement of a rubber drain in the cavity and
stabilization with a suture on one lip of the
incision

Odontektomi Sederhana

Impaksi, kasus paling sering ditemukan


M3 plg sering krn gigi terakhir & tdk ada
tempat
Menimbulkan kelainan/ komplikasi pd
orofasial
Disebabkan oleh faktor lokal ataupun
sistemik
Perlu diangkat utk menghilangkan kelainan
dan mencegah terjadinya kelainan lebih lanjut
Diperlukan tehnik dan ketrampilan ttt,
dilakukan secara bedah

Klasifikasi molar 3 RB impaksi didasarkan atas :


Hub gigi (distal M2) dgn tepi ramus
mandibula : Pell & Gregory
Kedalaman Molar didalam tulang
Angulasi (posisi aksis M3 terhadap M2) :
George Winter

Kelas I :
ruang ant ramus
mandibula &
permukaan distal M2
RB cukup bagi uk
mesio-distal M3 RB
Kelas II :
ruang ant ramus
mandibula &
permukaan distal M2
RB kurang bagi uk
mesio-distal M3 RB
Kelas III :
Semua/ sebagian
besar M3 RB berada
didalam ramus
mandibula

Posisi A :
Bagian tertinggi M3 RB
terletak setinggi/
diatas grs oklusal M2
RB
Posisi B :
Bagian tertinggi M3 RB
terletak dibwh grs
oklusal tp diatas grs
servikal M2 RB
Posisi C :
Bagian tertinggi M3 RB
terletak dibwh grs
sevikal M2 RB

Vertikal
Mesioangular
Horizontal
Disto-angular
Buko-angular
Linguo-angular
Inverted
Unusual potition

Berdasarkan keadaan erupsi :


Erupsi penuh
Erupsi sebahagian
Tidak erupsi sama sekali
Di bawah mukosa
Imbeded (tertanam) dalam tulang

Karies : M2 da M3
Inflamasi : infeksi periapikal, perikoronal dan
periodontal
Resorpsi gigi tetangga/ tulang sekitar
Kista (folikuler)/ tumor
Rasa sakit neuralgia
Fraktur rahang
Komplikasi lain : tinnitus aurium, otitis,
kelainan mata (kabur, kebutaan, iritis), sakit
menelan

Hipersementosis
Tingkat kepadatan tulang : tu.orangtua
Bidang operasi sulit : kecilnya rongga mulut,
ketidakmampuan buka mulut lebar,
makroglosia
Ankilosis gigi
Berdekatan atau menyentuh struktur vital :
sinus maksilaris, pembuluh darah, syaraf

I.
II.
III.

PEMERIKSAAN
PROSEDUR
PERAWATAN POST OPERASI

TEHNIK PENGAMBILAN :
Pengambilan secara intoto/split bone (dalam keadaan
utuh)
Yaitu dengan cara membuang tulang yang
menghalanginya. Cara ini membutuhkan
pengambilan tulang yang lebih banyak dan
menimbulkan trauma yang lebih besar.
Pengambilan secara Inseparasi/ tooth division
Yaitu gigi yang terpendam dibelah dan dikeluarkan
sebagian-sebagian. Disini kita menseparasi gigi,
misalnya kita pisahkan korona dari akar. Kalau akar
lebih dari satu, maka dipisahkan dan akar yang telah
dipisah tersebut diambil satu-persatu. Tujuannya
memperkecil pembuangan tulang yg berlebihan.

PROSEDUR OPERASI
A. Anastesi lokal
B. Pembuatan flap/ insisi
C. Pengambilan tulang
D. Pemotongan & Pengambilan gigi
E. Pembersihan luka
F. Penutupan luka

Blok maksila atau mandibula


Inflitrasi supraperiosteal, perisemental

Syarat-syarat flap:
Insisi terletak pada jaringan yang sehat
Harus membuka daerah operasi yang jelas
Mempunyai dasar atau basis cukup lebar
sehingga pengaliran darah ke flap cukup
baik.

Utk RB, umunya insisi dpt berbentuk :

Triangular :

Insisi dimulai dari anterior ramus mandibula


hingga ke distal M2, kemudian dibuat insisi
miring ke arah bawah depan hingga ke
vestibulum
Agar lapang pandang operasi lebih baik,
insisi dpt diperlebar hingga ke M1
Biasanya utk gigi impaksi yg dalam

Horizontal (envelope) flap:

Insisi dimulai dari anterior border dari ramus


berjalan ke distal M2, diteruskan sepanjang
garis vertikal hingga ke M1/M2
Biasa digunakan utk gigi impaksi yg dekat
permukaan

Bila gigi terpendam seluruhnya dilapisi


tulang, maka tulang dapat dibuang dengan
bor atau pahat pd daerah distal, mesial atau
oklusal. Bor yang dipakai adalah bor yang
bulat dan tajam. Sambil membor kita irigasi
gunanya untuk mengurangi panas yang
timbul waktu mengebor, supaya tidak terjadi
nekrose tulang.
Setelah pengambilan tulang cukup, maka kita
coba mencongkel gigi keluar. Tulang bagian
lingual tidak diambil

Dapat dilakukan secara:


Intoto/split bone : gigi di keluarkan secara
bulat (utuh).
Setelah tulang mengelilingi gigi tersebut diambil
secukupnya maka kita harus mempunyai cukup
ruangan untuk meletakkan elevator di bawah
korona,lalu buat gerakan mengungkit gigi tersebut.
Kalau gigi ini tidak bergerak dengan tekanan yang
sedikit, maka kita harus mencari bagian tulang
mana yang masih menghalangi.

Tidak boleh mencongkel gigi dengan tenaga


besar. Jika tulang yang diambil telah cukup
tetapi gigi belum mau keluar, mungkin masih
ada tulang atau akar gigi yang menghalagi.
Bila mahkota gigi yang terpendam masih
belum bisa digerakkan dan terletak di bawah
mahkota molar dua sedang gigi tersebut akan
kita ambil dengan cara intoto, maka tulang
distal molar tiga kita ambil lebih banyak
sehingga molar tiga dapat kita congkel ke
arah distal. Cara atau teknik kerja tergantung
pada posisi gigi, keadaan gigi dan jaringan
sekitarnya.

Soket atau ruang bekas gigi harus betul-betul


dibersihkan dari sisa-sisa tulang bekas
pemboran.
Folikel harus kita bersihkan atau buang. Folikel
yang masih tertinggal dapat menyebabkan kista
residual.
Tepi tulang yang runcing harus kita haluskan
dengan bor atau dengan bone file setelah itu
rongga tersebut harus kita bersihkan dengan
semprotan air garam fisiologis 0,9 % supaya
pecahan partikel-partikel tulang dapat keluar
semua

Bila sudah bersih, flap dikembalikan ke


tempatnya dan dijahit.
Pada pasien diberikan obat-obatan seperti
antibiotik, analgetika, anti inflamasi, dan
dapat diberi tambahan vitamin untuk
menaikkan daya tahan tubuh.

Pada pasien diberi petunjuk tertulis yaitu:


Minum obat AB-AG-AI
Tampon digigit -1 jam utk menghentikan
perdarahan lalu dibuang karena dapat
menyebabkan terjadinya infeksi
Tampon harus diganti dengan yang bersih
bila masih berdarah.
Pasien tidak boleh berkumur-kumur selama
24 jam
Pasien istirahat yang cukup.

Hari 1 kompres dingin pd wajah setiap 30


mnt utk mengurangi pembengkakan
Makan makanan yg lunak dan bergizi,
dikunyah pd sisi berlawanan
Jgn mengisap daerah operasi
Pasien dapat berkumur-kumur dengan obat
kumur esok harinya, dianjurkan setiap habis
makan.
Setelah 5-7 hari jahitan dibuka.

Fraktur rahang.
Fraktur tulang alveolar
Perdarahan, karena terkena arteri.
Jaringan folikel masih tertinggal sehingga
dapat terjadi kista yang dapat berlanjut
menjadi tumor.
Bekerja tidak bersih sehingga dapat terjadi
infeksi yang dapat berlanjut menjadi
osteomielitis.

Terbukanya n. alveolaris inferior atau nervus


palatinus sehingga menyebabkan perastesi.
Perforasi sinus maksilaris
Fraktur tuberositas maksilaris
Trauma pada gigi molar dua.
Kerusakan jar lunak sekitar

Anda mungkin juga menyukai