TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Sampel
Anilin merupakan senyawa golongan dari amina aromatik. Senyawa amina
aromatik banyak digunakan dalam pembuatan zat warna, pestisida, plastik, kosmetik,
dan obat-obatan. Senyawa amina aromatik umumnya sangat polar sehingga mudah
larut dalam air. Selain itu, sifat lain dari amina aromatik yang sangat mendapat
perhatian adalah sifat toksik dan karsinogen (Gusmita dkk., 2013).
Senyawa anilin memiliki berat molekul 93,12 g/gmol, titik didih normalnya
184,4 C pada tekanan 1 atm atau 221,793 C pada tekanan 2,5 atm dan memiliki
nilai spesifik graviti 1,024 g/cm3. Anilin bentuk / wujudnya berupa cairan dan
berwarna jernih / tidak berwarna. Senyawa ini melakukan halogenasi dengan brom
pada larutan yang sangat encer dan akan menghasilkan endapan 2,4,6 tribromoanilin.
Hidrogenasi katalitik pada anilin fasa cair dengan suhu 135 170 C dan tekanan 50
500 atm akan menghasilkan 80 % sikloheksamin (C6H11NH2), sedangkan
hidrogenasi anilin pada fase uap dengan menggunakan katalis nikel menghasilkan 95
% sikloheksamin. Nitrasi anilin dengan asam nitrat pada suhu - 20 C menghasilkan
mononitroanilin, dan nitrasi anilin dengan nitrogen oksida cair pada suhu 0 C
menghasilkan 2,4 dinitrophenol (Pandia, 2011).
Asam sulfat pekat sering ditambahkan ke dalam sampel untuk mempercepat
terjadinya oksidasi. Asam sulfat pekat merupakan bahan pengoksidasi yang kuat.
Campuran asam sulfat dengan kalium sulfat pekat dapat dipergunakan untuk
mempercepat dekomposisi. Kalium sulfat pekat akan menaikkan titik didih asam
sulfat pekat sehingga dapat mempertinggi suhu dekstruksi sehingga proses dekstruksi
menjadi lebih cepat. Campuran asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat banyak
digunakan untuk mempercepat proses dekstruksi. Kedua asam tersebut merupakan
oksidator yang kuat. Dengan penambahan oksidator ini akan menurunkan suhu
dekstruksi yaitu pada suhu 350 oC, dengan demikian komponen yang dapat menguap
atau terdekomposisi pada suhu tinggi dapat dipertahankan dalam abu yang berarti
penentuan kadar abu lebih baik (Kristianingrum, 2011).
2.3 Sulfonasi
Sulfonasi adalah suatu reaksi untuk memodifikasi bahan polimer yang memiiki
cincin aromatik sebagai rantai utamanya. Sulfonasi termasuk ke dalam reaksi
elektrofilik. Sulfonasi dari polimer aromatis bisa menjadi sangat kompleks karena
reversibilitasnya. Senyawa seperti H2SO4 dan SO3 adalah bahan pensulfonasi yang
paling umum digunakan untuk berbagai polimer aromatik termasuk polistirena.
Sulfonasi polimer adalah salah satu metode untuk membuat fungsionalisasi membran
dengan sifat hidrofilik yang diinginkan untuk berbagai aplikasi seperti penukar ion,
nanofiltrasi, mikrofiltrasi, dan membran osmosis (Sidabutar, 2011).
Sulfonasi benzena dengan asam sulfat berasap (H2SO4 + SO3) menghasilkan
asam benzena sulfonat
Sulfonat bersifat mudah balik dan menunjukkan efek isotop kinetik yang sedang
dimana ion benzenonium antara dalam sulfonasi dapat kembali ke benzena atau terus
C. Asam sulfanilat tidak larut dalam pelarut organik, tapi sedikit larut dalam air.
Larut dalam basa, tetapi tidak dalam asam. Asam sulfanilat adalah garam dengan
jenis khusus yang disebut ion dipolar. Dalam hal ini, ion hidrogen menyerang
nitrogen karen NH2 merupakan basa lebih kuat daripada SO3-. Dalam larutan basa,
ion OH- yang kuat mendorong ion hidrogen supaya lepas dari basa lemah
membentuk para amino benzena sulfonat. Asam sulfanilat digunakan dalam
pembuatan bahan pewarna celup azo dan sintesis obat-obat sulfida (Limantara,
2012).