KLH 2010 Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau PDF
KLH 2010 Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau PDF
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Allah SWT atas diterbitkannya Panduan Valuasi Ekonomi
Ekosistem Danau/Waduk. Panduan ini merupakan salah satu series dari
Panduan Umum Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Panduan ini dimaksudkan untuk melengkapi Panduan Umum Valuasi Ekonomi
Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Kenyataan bahwa lingkungan merupakan
satu kesatuan utuh di mana terdapat keterkaitan ekologis antara satu ekosistem
dengan ekosistem lainnya, sehingga penentuan nilai atau valuasi ekonomi
lingkungan seyogyanya bersifat menyeluruh serta membutuhkan metodologi
yang lebih kompleks dan rumit. Namun guna penyederhanaan nilai tersebut,
maka fokus panduan ini diarahkan sebagai pendekatan untuk menilik satu
ekosistem tertentu, seperti Ekosistem Danau/Waduk.
Panduan ini memberi gambaran tentang metodologi dan tata cara valuasi
ekonomi yang spesifik dapat diterapkan di ekosistem danau/waduk serta
menyajikan pengetahuan umum mengenai ekosistem danau/waduk secara
sederhana. Tinjauan teoritikal yang tersaji dalam buku ini diharapkan dapat
menjadi pengkayaan bagi para penggunanya, khususnya dalam melakukan
valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan danau/waduk.
Ekosistem danau/waduk merupakan suatu kawasan yang berperan penting
dalam menjaga kestabilan ekosistem peralihan lautan dan daratan. Kawasan
ini perlu dilindungi, karena memiliki banyak fungsi dan manfaat bagi manusia
baik dari segi lingkungan maupun ekonomi.
Di sisi lain, karena kepentingan aktifitas manusia telah banyak menyebabkan
kehidupan ekosistem danau/waduk terganggu. Oleh karenanya, diperlukan
suatu upaya penanganan ekosistem danau/waduk dengan pengelolaan yang
dapat mempertahankan fungsi lingkungan bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Upaya penanganan tersebut membutuhkan dukungan berbagai perangkat
iii
Jakarta,
Desember 2010
Kementerian Lingkungan Hidup
Deputi MENLH Bidang
Tata Lingkungan
iv
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................ iii
Daftar Isi................................................................................................................ v
Daftar Istilah...................................................................................................... vii
Bab 1 Manfaat Valuasi Ekonomi...................................................... 1
Bab 2 Ekosistem Danau/Waduk . .................................................... 5
2.1
2.2
2.3
2.4
5
9
9
10
Daftar Pustaka................................................................................................... 51
vi
Daftar Istilah
1. Valuasi ekonomi SDA dan Lingkungan (SDAL) Ekosistem Danau/
waduk: Upaya pengenaan nilai moneter terhadap sebagian atau seluruh
potensi sumber daya alam dan lingkungan ekosistem danau/waduk, sesuai
dengan tujuan pemanfaatannya.
2. Nilai Ekonomi Total [NET] (Total Economic Value, TEV) Ekosistem
Danau/waduk: Nilai moneter sumber daya alam dan lingkungan yang
merupakan proksi yang mencerminkan nilai fungsi yang dimiliki sumber
daya alam dan lingkungan di ekosistem danau/waduk.
Nilai Ekonomi Total
Nilai Guna
Langsung
Ekstraktif
Tidak
ekstraktif
Nilai Guna
Tidak
Langsung
Nilai
Pilihan
Jasa
lingkungan:
nilai langsung,
nilai tidak
langsung
Jasa
lingkungan:
nilai langsung,
nilai tidak
langsung
Nilai
Warisan
Keanekaragaman
Hayati
Nilai
Keberadaan
Sosial
budaya
Keanekaragaman
Hayati
vii
didasarkan pada alasan agar sumber daya alam dan lingkungan tetap
dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang ataupun karena alasan
ikut bertanggung jawab atas keberlanjutan keberadaan sumber daya
alam maupun peninggalan budaya tertentu.
c. Nilai keberadaan:
Nilai yang diberikan oleh masyarakat lebih karena keberadaan
ekosistem danau/waduk tanpa mereka harus perlu menggunakannya.
Besarnya nilai ini didasarkan pada persepsi atau anggapan yang
dirasakan oleh masyarakat baik dari sisi sosial maupun budaya.
3. Jasa lingkungan ekosistem danau/waduk:
Jasa yang disediakan lingkungan danau/waduk, seperti: area tampungan
air, pengendali banjir.
4. Kerusakan lingkungan:
Perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia,
dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup.
5. Nilai degradasi:
Nilai moneter dari dampak penurunan kualitas lingkungan pencemaran
atau kerusakan sumber daya alam dan lingkungan
6. Unit rent SDA:
Nilai sewa per unit SDA, contoh: nilai sewa lahan di tempat, nilai ikan per
kilogram di perairan.
7. Danau/waduk:
Suatu ekosistem perairan yang menggenang dan menampung air dengan
inlet lebih banyak dari pada outletnya.
8. Waduk:
Danau buatan yang dibentuk melalui pembangunan bendungan yang
memotong aliran sungai atau dibangun pada saluran outlet danau/waduk
alami sebagai pengontrol tinggi muka air danau/waduk.
9. Pengendali iklim mikro:
Keberadaan ekosistem danau/waduk dapat mempengaruhi kelembaban
dan tingkat curah hujan setempat.
10. Laba layak:
laba (profit) yang dibayarkan kepada pelaku usaha dan dihitung sesuai
dengan tingkat bunga simpanan yang berlaku.
viii
Pernyataan/Disclaimer
Nilai yang dihasilkan dalam perhitungan valuasi ekonomi ini
merupakan nilai pendekatan yang mencerminkan nilai fungsi yang
dimiliki sumber daya alam dan lingkungan pada suatu ekosistem.
Panduan ini tidak memberi arahan sampai pada tingkat penghitungan
efek ganda perhitungan valuasi ekonomi pada tingkat perekonomian
secara luas.
ix
BAB 1
Manfaat Valuasi Ekonomi
Danau biasanya dikaitkan dengan keelokan, keasrian, dan keheningan. Citra
yang melekat ini menjadikan danau identik sebagai daerah wisata, seperti
Danau Batur di Bali, Danau Toba (Sumatera Utara), dan Danau Singkarak
(Sumatera Barat). Pencitraan seperti ini tentu tidak keliru asal tidak melupakan
bahwa danau juga memiliki fungsi-fungsi yang lain. Danau Towuti (Sulawesi
Selatan), sebagai contoh, merupakan sumber utama pasokan air tawar untuk
keperluan rumah tangga, pertanian, peternakan dan perikanan. Kemudian,
air Danau Maninjau dan Singkarak dimanfaatkan untuk membangkitkan
listrik. Danau Tempe (Sulawesi Selatan) memiliki fungsi konservasi sebagai
tempat pembesaran ikan sidat, yang nantinya akan beruaya (bermigrasi) ke
laut untuk memijah. Selain itu pada beberapa tempat ditemukan pula danau/
waduk yang memiliki fungsi sosial, seperti sebagai tempat pelaksanaan ritual
budaya dan lainnya, seperti di Danau Kelimutu, NTT.
Rangkaian peran yang dimiliki oleh danau, hingga batas-batas tertentu juga
terjadi pada waduk (danau buatan) kendati dengan intensitas dan skala yang
berbeda. Oleh karena itu, uraian selanjutnya istilah danau dan waduk akan
digunakan secara bergantian.
Dengan memperhatikan berbagai peran danau/waduk sebagaimana
diuraikan di atas, maka pemanfaatannya perlu dilakukan secara bijaksana.
Sebagai open-resource danau/waduk berpotensi dimanfaatkan manusia dan
makhluk hidup lainnya dan juga menerima dampak dari berbagai kegiatan
manusia yang memanfaatkan danau/waduk secara langsung maupun tidak
langsung. Beberapa jenis kegiatan yang memanfaatkan danau/waduk antara
lain: perikanan tangkap, budidaya perikanan, pariwisata, pembangkit tenaga
listrik, transportsi air , dan lain-lain.
waduk
Indikator keberhasilan pembangunan secara umum, dan khususnya
pemanfaatan danau/waduk, masih terbatas pada hal-hal yang
bersifat tangible (terukur). Sementara hal-hal yang sulit diukur
(intangible) cenderung dinihilkan. Kelemahan indikator keberhasilan
semacam ini dapat dikoreksi melalui pemanfaatan valuasi ekonomi,
karena hal-hal yang intangible pun turut diperhitungkan dan diukur
dalam pembuatan keputusan tentang pemanfaatan danau/waduk.
Dengan demikian, indikator pemanfaatan danau/waduk yang
dikaitkan dengan valuasi ekonomi akan lebih komprehensif karena
mempertimbangkan seluruh hal, baik bersifat tangible maupun
intangible.
danau/waduk
Pengetahuan atas jenis dan potensi dampak pemanfaatan danau/
waduk, serta nilai ekonominya sekaligus, akan bermanfaat bagi
para pengelola danau/waduk dalam menentukan standar dan jenis
pemanfaatan apa saja yang dampaknya dapat ditolerir. Standar yang
BAB 2
Ekosistem Danau/Waduk
2.1 Pengertian Ekosistem Danau/Waduk
Danau/waduk adalah genangan air dalam suatu cekungan permukaan tanah
yang terbentuk secara alami maupun buatan yang airnya bersumber dari air
permukaan dan/atau air tanah. Pada hakekatnya, ekosistem danau/waduk
adalah ekosistem akuatik perairan danau/waduk dan ekosistem terestrial
daerah tangkapan air danau/waduk. Dalam panduan ini yang dimaksud
dengan ekosistem danau/waduk adalah ekosistem akuatik perairan danau/
waduk.
Berdasarkan pembentukannya, danau/waduk dapat dikelompokkan menjadi
danau/waduk yang terbentuk secara alami (natural lake) dan yang terbentuk
secara buatan (man made lake/artificial lake). Danau/waduk buatan dikenal
dengan sebutan waduk (reservoir) atau bendungan, dan danau/waduk
kecil disebut situ seperti Situ Gintung, Situ Patenggang, Situ Bagendit. Situ
umumnya berperan sebagai fungsi pengaturan air untuk irigasi, pengendali
banjir, perikanan, wisata alam dan lain-lain.
Kuantitas dan kualitas air danau/waduk berhubungan dengan tata air
dan drainase wilayah serta dipengaruhi oleh tipe pemanfaatan badan air
danau/waduk dan pemanfaatan lahan di dalam wilayah tangkapannya.
Fungsi ekosistem danau/waduk akan mengalami penurunan apabila
terjadi kerusakan di wilayah perairan maupun di daerah tangkapan airnya
(DTA). Ekosistem danau/waduk memiliki peranan penting dalam menjamin
kualitas dan kuantitas ketersediaan air tawar, serta fungsi danau/waduk
lainnya diantaranya sebagai habitat kehidupan liar, peluang pengembangan
ekonomi lokal, nilai estetika, religi dan tradisi.
Karakteristik Danau/Waduk
Indonesia yang berada di kawasan tektonik aktif memiliki jenis danau/
waduk yang sangat beragam berdasarkan tipe pembentukannya. Atas dasar
kejadiannya danau dapat dikelompokkan ke dalam beberapa tipologi yaitu :
a. Danau Tektonik, yaitu danau yang terbentuk oleh tenaga endogen yang
b. Danau Vulkanik, yaitu danau bekas gunung api. Air danau berasal dari
d. Danau Karst (solusional), yaitu danau yang terbentuk pada daerah batu
Klasifikasi
Besar
Medium
Kecil
Luas (km2)
10.000 1.000.000
10.000 100.000
100 10.000
100 10.000
1 100
1 100
<1
<1
Sangat Kecil
dalam adalah Danau Dibawah, Danau Maninjau, Danau Matano, Danau Poso,
Danau Ranau, Danau Singkarak, Danau Toba dan Danau Towuti.
Tabel 2. Luas, Kedalaman dan Volume Danau di Indonesia
No.
Nama
Danau/
waduk
Luas
(km2)
Kedalaman
maks. (m)
Volume
Juta m3
Kategori
Luas
Danau/
waduk
Kategori
Volume
Danau/
waduk
Batur
15,9
88
820
Kecil
Medium
Bratan
3,85
22
49
Kecil
Kecil
Buyan
3,9
87
160
Kecil
Medium
Diatas
12,3
44
tad
Kecil
Dibawah
11,2
309
tad
Kecil
Kerinci
46
97
tad
Kecil
Limboto
56
2,5
tad
Kecil
8
9
10
11
97,9
164,1
323,2
125,9
169
590
450
229
10.400
55.015
tad
tad
Kecil
Medium
Medium
Medium
Besar
Besar
25
14
52
Kecil
Kecil
13
Maninjau
Matano
Poso
Ranau
Rawa
Pening
Sentani
93,6
42
tad
Kecil
14
Singkarak
107,8
268
tad
Medium
15
Tamblingan
1,9
90
27
Kecil
16
Tempe
350
tad
Medium
17
Toba
1,130
529
tad
Medium
18
Tondano
50
20
tad
Kecil
12
19
Towuti
561,1
203
tad
Medium
Besar
Besar
Sangat
besar
10
11
12
BAB 3
Tahapan Valuasi Ekonomi
Ekosistem Danau/Waduk
Tahapan yang dilakukan dalam melakukan valuasi ekonomi fungsi sumber
daya alam dan lingkungan di ekosistem danau/waduk adalah sebagai berikut:
(1)
Penentuan Tujuan
13
(2)
Penentuan Daerah/
Wilayah
(3.a)
Identifikasi Fungsi dan
Manfaat
(3.b)
Identifikasi Permasalahan,
Jenis, Klasifikasi
3.b. Pengidentifikasian
Permasalahan,
Jenis, Klasifikasi,
dan Sebaran SDAL
di Ekosistem Danau/
Waduk
14
(4)
Metode Valuasi
15
(5)
Kuantifikasi Data
(6)
Penghitungan Nilai
Ekonomi
16
(7)
Analisis
perhitungan
17
18
BAB 4
Kerangka dan Prosedur
Valuasi Ekonomi Ekosistem
Danau/Waduk
Kerangka dan prosedur valuasi ekonomi ekosistem danau/waduk pada
prinsipnya tidak berbeda dengan kerangka dan prosedur valuasi ekonomi
pada ekosistem lain. Adapun yang membedakan hanyalah fungsi dan
manfaat masing-masing sumber daya alam dan lingkungan yang terdapat
dalam ekosistem yang bersangkutan.
Agar perhitungan Valuasi Ekonomi menghasilkan angka dengan ketepatan
tinggi, sebaiknya diidentifikasi sebanyak mungkin manfaat ekosistem danau/
waduk, terutama yang mempunyai nilai manfaat ekonomi strategis di lokasi
studi. Nilai ekonomi yang dihitung terdiri dari fungsi ekosistem danau/waduk
baik di daerah tangkapan air maupun sempadan sungai (off-site) dan nilai
spesifik yang menjadi keunikan ekosistem danau/waduk yang dikaji (on site).
Prosedur dan lembar kerja serta penilaian ekonomi sumber daya alam dan
lingkungan di ekosistem danau/waduk, dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel
5. Metode yang digunakan dalam menghitung nilai ekonomi ekosistem
danau/waduk, tergantung pada jenis nilai yang akan dihitung (nilai guna
atau use value, atau nilai nirguna atau non-use value). Untuk nilai guna sendiri
dibedakan atas nilai guna langsung (direct use value) dan nilai guna tidak
langsung (indirect use value).
Untuk nilai guna langsung perhitungan nilai sumber daya yang dimanfaatkan
menggunakan pendekatan harga pasar (market price) untuk setiap komoditi
yang diambil dari ekosistem danau/waduk yang bersangkutan. Harga pasar
ini digunakan untuk mengetahui harga neto atau unit rent dari berbagai
penggunaan sumber daya alam tersebut.
19
Harga neto atau unit rent didapatkan dari harga pasar dikurangi dengan biaya
produksi (biaya untuk mendapatkan komoditi tersebut) dan dikurangi lagi
dengan laba layak. Secara matematis penghitungan rente ekonomi dapat
diformulasikan sebagai berikut:
P = harga pasar
AC = biaya produksi rata-rata
= laba layak ( profit)
Laba layak atau balas jasa terhadap investasi biasanya diambil sebesar suku
bunga (simpanan atau pinjaman) yang berlaku, misalnya sekitar 10% per
tahun.
Adapun indikator yang dipakai dalam menentukan nilai ekonomi ekosistem
danau/waduk yang digunakan secara ekstraktif adalah nilai produksi
total per satuan waktu (misal tahun) untuk masing-masing produk (dalam
rupiah). Data-data yang dibutuhkan dalam penghitungan, antara lain harga
pasar dari masing-masing komoditi, jumlah komoditi yang diproduksi dari
ekosistem danau/waduk, dan total luasnya. Selain itu dibutuhkan pula data
mengenai biaya produksi atau biaya untuk mendapatkan komoditi yang ada
di ekosistem danau/waduk.
Penilaian ekonomi ekosistem danau/waduk dalam penggunaannya
yang bersifat non-ekstraktif, misalnya sebagai lokasi obyek wisata,
dapat menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost method) yang
memperhitungkan semua biaya yang dikeluarkan dan waktu yang
dikorbankan oleh wisatawan hingga sampai dan menikmati obyek wisata
tersebut. Sedangkan dalam penggunaannya sebagai obyek penelitian dan
sarana pendidikan digunakan teknik pendekatan biaya riel penelitian.
Untuk jasa keanekaragaman hayati yang diberikan oleh ekosistem danau/
waduk, yaitu antara lain sebagai daya tarik wisata, dapat digunakan
pendekatan penilaian kontingensi (contingency approach) seperti kesediaan
membayar (willingness to pay), oleh masyarakat untuk tetap mempertahankan
keberadaan ekosistem danau/waduk beserta fungsinya.
20
Tingkatan
dampak
Nilai (+/-)
Penerima
Dampak
(3)
(1)
(2)
Pribadi Umum
Dampak
Ekonomi
a.
Penggunaan
ekstraktif
Tipe
Guna/
tanpa
guna ?
(4)
Dapatkah
dikuantifikasi?
Macam
pendekatan?
(5)
(6)
IkanTangkap
Air baku
Tanaman air
Ganggang
......
Lain-lain
b.
Penggunaan
Tidakekstraktif
Sumber daya
tenaga listrik
atau PLTA
Pariwisata
Pendidikan
Penelitian
21
Dampak
ligkungan
Jasa
lingkungan
Jasa
keanekaragaman hayati
Dampak
sosial
Dampak
langsung
Dampak
tidak
langsung
Keterangan:
Kolom 1: Menunjuk kategori dampak yang dapat dilihat dari dampak ekonomi,
lingkungan dan sosial.
Dampak ekonomi dilihat dari pengunaan ekstraktif dari eksositem danau/
waduk, seperti :perikanan, dan lain-lain. Penggunaan tidak ekstraktif, seperti:
pariwisata, pendidikan dan lain-lain (selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
4).
Dampak lingkungan dapat dibedakan untuk jasa lingkungan dan jasa
keanekaragaman hayati (uraian masing-masing jasa dimaksud sebagaimana
diuraikan pada Tabel 4).
Dampak sosial dilihat dari dampak langsung dan tidak langsung, seperti
dampak terhadap kesehatan, aksesibilitas
Kolom 2: Menunjuk apakah terjadi dampak positif dan dampak negatif
Kolom 3: Menunjuk pada macam penerima dampak
Kolom 4: Menunjuk pada macam nilai: nilai guna atau nilai tanpa guna
Kolom 5: Menunjuk dampak yang dapat dikuantifikasi atau yang tidak dapat
dikuantifikasi
Kolom 6: Menunjuk macam pendekatan yang digunakan
22
Teknik
Valuasi
Indikator
Data yang
Dibutuhkan
Catatan dan
Asumsi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Penggunaan Ekstraktif
Perikanan
(bilih, ikan
mas, tawes,
gabus, sepat
siam, bungo,
tambakan,
nila, sidat,
cocor
bebek, dll..),
molusca1)
Jika produk
tersebut
diperjualbelikan,
digunakan harga
neto1
Jika produk
tersebut tidak
diperjual
belikan, namun
ada produk
sejenis yang
diperjualbelikan,
digunakan harga
neto produk
sejenis tersebut.
Gulma air
Jika produk
tidak diperjual
belikan dan
tidak ada produk
sejenis yang
diperjualbelikan,
digunakan
pendekatan biaya
kesempatan
(opportunity
cost), yaitu nilai
waktu yang hilang
untuk mengganti
produk yang
hilang.
Untuk penilaian
langsung:
- Harga pasar setempat
untuk masing-masing
produk (rupiah/kg)
- Jumlah produk yang
dihasilkan dari danau/
waduk, yang dijual, dan
yang digunakan oleh
rumah tangga (Kg/Ha/
tahun)
- Total luas areal kajian
Nilai Produksi (Ha)
total per
Untuk penilaian tidak
tahun untuk
langsung:
masing- Harga per unit untuk
masing
produk sejenis (rupiah/
produk
unit)
- Biaya bahan (Rp)
(rupiah)
- Waktu yang digunakan
untuk panen atau
membudidayakan
produk (jam/minggu)
- Upah yang setara
dengan upah lokal
untuk tenaga kerja (Rp/
hari)
- Nilai Tukar
- Tahun (tanggal saat
data dikumpulkan)
Harga
pasar dapat
disesuaikan
dalam kaitannya
dengan musim
maupun
perubahan
harga lain
Harga pasar
menunjukkan
nilai yang
sebenarnya
dalam
keseimbangan
pasar
persaingan
sempurna
Semua
eksternalitas
dapat
diidentifikasi
dan
diperhitungkan
dalam harga
23
Teknik
Valuasi
Indikator
Data yang
Dibutuhkan
Catatan dan
Asumsi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Biaya
Perjalanan
(Travel Cost
Method- TCM),
Pendidikan, Pendekatan
Olah raga
biaya
pengganti
(Replacement
Cost), yaitu
Biaya mengajar
di tempat lain
24
Jumlah uang
dan nilai
waktu yang
dikeluarkan
oleh para
pengunjung
untuk
mendatangi
tempat yang
bersangkutan
- Akses ke lokasi
tersedia bagi
semua orang
- Kunjungan hanya
memiliki satu
tujuan, yaitu
berwisata. Untuk
kunjungan yang
bersifat ganda
(wisata dan
lainnya), biaya
perjalanan dan
pengeluaran harus
dibagi sesuai
dengan bobot
tujuan kunjungan
- Tidak ada faktor
di luar biaya
perjalanan yang
mempengaruhi
penggunaan lokasi
wisata
- Harga pasar yang
digunakan dalam
valuasi tidak
didistorsi
Total biaya
yang
diperlukan
untuk
memperoleh
lokasi belajar
pengganti
yang
memiliki
fasilitas
kurang lebih
sama
- Jumlah kegiatan
pendidikan per satuan
waktu (misal: tahun)
- Biaya kegiatan
mengajar di tempat lain
sebagai pengganti
- Lokasi pengganti
harus memiliki
fasilitas yang
sebanding dengan
lokasi yang
digantikan dengan
aksesibilitas yang
memadai
- Harga pasar yang
digunakan dalam
valuasi tidak
didistorsi
Teknik
Valuasi
Indikator
Data yang
Dibutuhkan
Catatan dan
Asumsi
Pendekatan
biaya
pengganti
(Replacement
Cost), yaitu
Biayabiaya yang
dibutuhkan
dalam
penelitian,
atau biaya
penggunaan
teknik yang lain
sebagai ganti
Total
biaya yang
diperlukan
untuk
memperoleh
lokasi
penelitian
pengganti
yang
memiliki
fasilitas
kurang lebih
sama
- Jumlah kunjungan
peneliti tahunan
- Biaya yang diperlukan
untuk melakukan
kegiatan penelitian di
lokasi lain
- Lokasi pengganti
harus memiliki
fasilitas yang
sebanding dengan
lokasi yang
digantikan dengan
aksesibilitas yang
memadai
- Harga pasar yang
digunakan dalam
valuasi tidak
didistorsi
PLTA
Pendekatan
harga yang
diterima akibat
kegiatan
ekonomi
masyarakat
Total nilai
yang
diterima oleh
masyarakat
per tahun
(Rp)
Sumber
daya Air:
Reservoir
air/Area
tampungan
air
Perubahan
produktivitas:
nilai produksi
yang hilang
di sektor
pertanian,
pasokan air,
ikan dan
penggunaan
lain.
Jasa Lingkungan
Pengendali
banjir
Seluruh eksternalitas
diidentifikasi dan
sudah termasuk
dalam harga.
- Wilayah yang
terlindungi dapat
diidentifikasi.
- Fungsi
perlindungan dapat
dimodelkan.
- Pengaruh
musiman dapat
diperhitungkan
25
Teknik
Valuasi
Indikator
Data yang
Dibutuhkan
Catatan dan
Asumsi
Jasa Lingkungan
Menahan
sedimen
Biaya penggantian:
Biaya yang
diperlukan untuk
menggantikan
sedimen yang
hilang jika tidak
ada danau/
waduk, biaya
menggantikan
nutrisi yang hilang,
Nilai per
tahun yang
diberikan
danau/
waduk dalam
.
(Rp)
- Standard
pengolahan
emisi/limbah/
sedimentasi
menurut
teknologi yang
dipakai
Menghasilkan
oksigen
Biaya penggantian:
Biaya
menghasilkan
oksigen.
Manfaat per
tahun yang
diberikan
dalam
bentuk
produksi
oksigen (Rp)
- Harga
oksigen yang
diperjualbelikan
digunakan
sebagai proksi
nilai oksigen
yang dihasilkan
danau/waduk
Tempat
perkembangbiakan
hewan
Manfaat per
tahun yang
diberikan
dalam
bentuk
penambahan
fauna
- harga produk
- banyaknya
pertumbuhan stock
fauna
Keanekaragaman
hayati
Penilaian
Kontingensi :
Willingness to
pay untuk fungsi
keanekaragaman
hayati
26
Total nilai
untuk
produksi
masingmasing per
tahun (Rp)
Untuk Penilaian
Langsung:
- Harga pasar untuk tiap
jenis . (Rp)
- Jumlah .
yang dipanen atau
dibudidayakan, dijual
dan digunakan untuk
.
- Harga
pasar dapat
diterapkan
untuk
menghitung
harga musiman
atau perubahan
harga lainnya
Teknik
Valuasi
Indikator
Data yang
Dibutuhkan
Catatan dan
Asumsi
- Harga pasar
mencerminkan
harga pasar
sesungguhnya
dalam
keseimbangan pasar
yang kompetitif
(harga tidak
didistorsi)
- Seluruh eksternalitas
diidentifikasi dan
sudah termasuk
dalam harga.
Penilaian
Kontingensi
: Willingness
to pay untuk
sosial/budaya/
keindahan
Nilai sosial
/budaya/
warisan dari
suatu danau/
waduk yang
dinyatakan
dengan
kemauan
untuk
membayar
oleh
penduduk
sekitar
danau/
waduk
Hasil survei/teknik
lelang/ pilihan yang
tersedia
Responden:
- memahami dan
dapat memberi
makna pilihan
yang tersedia pada
kuestioner.
- jujur dalam
menjawab.
- Mempunyai
informasi yang
cukup atas pilihan
yang ada
- Jumlah cukup
mewakili pengguna
danau/waduk
- Bebas dari pengaruh
- Tidak ada strategi/
pengaruh yang bias
27
Langsung
Tidak
Langsung
(1)
(2)
(3)
Nilai Tanpa-Penggunaan
Pilihan
Quasi
Warisan
Keberadaan
(4)
(5)
(6)
(7)
Tehnik Yang
Disarankan
(8)
Ekstraktif
Harga Pasar,
sebagai bahan baku
kerajinan
Pertanian
pasang surut;
sayur mayur
Pertambangan:
galian C
Perkebunan
Perikanan*)
Gulma air:
Pelepah
enceng gondok
(Eichornia
crassipes)
Sempadan:
Pendidikan, olah
raga
Biaya Pengganti
Penelitian
Biaya Pengganti
PLTA
28
Harga Pasar
Pengendali
banjir
Pemeliharaan
ikan dengan
karamba
Harga Pasar
Prasarana
transportasi
Harga Pasar
Pemelihara iklim
mikro
Biaya Pengganti
Tempat
perkembang
biakan hewan :
Perairan**):
Sempadan***)
Lainnya
Lainnya
Lainnya
Lainnya
Keterangan:
1) Masing-masing jenis ikan yang terdapat dalam ekosistem danau/waduk yang sedang divaluasi
dihitung sendiri-sendiri.
*) Contoh: bilih, ikan mas, tawes, gabus, sepat siam, bungo, tambakan, nila, sidat, cocor bebek,
dll.., molusca 1)
**) Contoh: reptile, buaya kodok, ikan arwana (Scleropages formosus), ikan ulang uli (Botia
macranthus),
***) Contoh: kera hitam, babi rusa, anoa
29
30
BAB 5
Contoh Penghitungan
Valuasi ekonomi untuk ekosistem danau/waduk masih jarang dilakukan.
Oleh karena itu, untuk memberi gambaran aplikasi valuasi ekonomi dalam
panduan ini disajikan contoh perhitungan valuasi ekonomi berdasarkan hasil
penelitian dan observasi lapangan. Untuk data yang tidak tersedia digunakan
data berdasarkan masukan dari pendapat para ahli.
31
Hal ini sejalan dengan konsep Produk Domestik Bruto (PDB). Yang dimaksud dengan domestik
adalah penggunaan atau hasil yang diperoleh di lokasi studi. Misalnya PDB Indonesia adalah
produksi yang dihasilkan di Indonesia, tidak memperhatikan siapa atau kebangsaan apa yang
menghasilkannya. Misalnya untuk produksi ikan adalah ikan yang dihasilkan di Kabupaten Simalungun, tidak memperhatikan yang memiliki orang Jakarta, atau orang Medan.
32
33
dengan biaya produksi perikanan tangkap seperti biaya untuk bahan bakar;
sewa kail, jala, umpan, dan perahu; serta upah tenaga awak kapal penangkap
ikan. Data biaya langsung diperoleh dari hasil wawancara dengan nelayan
atau buruh penangkap ikan. Nilai biaya langsung ini ditemukan sebesar Rp
2.600.000/ton.
Tabel 6. Perhitungan Nilai Ekonomi Ikan Tangkap di Danau Toba
Harga per
No.
Keterangan
Unit
Unit
(Rp/Ton)
(Rp/ton)
1.
Harga jual
7.000.000
2.
7.000.000
3.
2.990.000
2.600.000
Bahan bakar
1.000.000
Upah tenaga
1.500.000
5.
6.
100.000
390.000
4.010.000
2.000.000
Nilai air
2.010.000
Dengan asumsi bahwa laba atau keuntungan hasil penangkapan ikan yang
layak diterima oleh penangkap ikan sama dengan biaya bunga bank (15%
dari total biaya penangkapan sebagai modal usaha) dan juga diasumsikan
sebagai bagian dari biaya langsung (Rp 390.000/ton), maka total biaya
langsung penangkapan ikan dapat diperoleh yaitu sebesar Rp 2.990.000/ ton
ikan.
34
Kemudian akan dicari nilai jasa Danau Toba sebagai kontribusi pada perikanan
tangkap. Caranya adalah dengan mengurangkan seluruh biaya langsung
penangkapan ikan yang termasuk laba layak pengusaha atau nelayan
(Rp 2.990.000/ ton) dari nilai total hasil penjualan ikan yang ditangkap (Rp
7.000.000/ton) atau sama dengan Rp 4.010.000. Jadi perkiraan nilai ekonomi
total dari konstribusi Danau Toba untuk produksi ikan tangkap rata-rata
sebesar Rp 4.010.000/ton.
Nilai jasa lingkungan Danau Toba untuk perikanan tangkap sebesar Rp
4.010.000/ton dapat dirinci menjadi dua bagian yaitu nilai ekonomi pakan
dan nutrisi lainnya sebesar Rp 2.000.000/ton. Nilai ini diasumsikan sama
dengan kalau seseorang mengusahakan ikan budidaya dengan karamba
yang harus mengeluarkan biaya untuk pakan ikan sebesar Rp 2.000.000/
ton ikan). Jasa danau toba lainnya adalah nilai air yang dimanfaatkan untuk
kehidupan ikan diperoleh dengan mengurangkan nilai pakan dan nutrisi
lainnya dari nilai jasa lingkungan Danau Toba untuk kehidupan ikan tangkap
yaitu sebesar (Rp 4.010.000/ton - Rp 2.000.000/ton = Rp 2.010.000/ton.
Selanjutnya dengan produksi ikan tangkap yang tercatat di Dinas Perikanan
Kabupaten Simalungun sebanyak 154,60 ton pada tahun 2007, nilai ekonomi
total Danau Toba sebagai penghasil produk ekstraktif ikan tangkap sebesar
154,6 x Rp 4.010.000 = Rp 619.946.000 atau hampir mencapai Rp 0,62 miliar/
tahun.
5.2.4 Air Danau Toba sebagai wadah (media) budidaya ikan (karamba)
Untuk perikanan budidaya (jaring apung atau karamba), metode
perhitungannya tidak jauh berbeda dengan perhitungan pada fungsi Danau
Toba sebagai wadah atau habitat dari ikan tangkap. Secara rinci perhitungan
hasil usaha dan nilai ekonomi jasa lingkungan Danau Toba disajikan pada
Tabel 7.
Bedanya terletak pada pemberian pakan untuk ikan yang dibudidaya dan
penyediaan jaring atau karamba sebagai tempat mengurung ikan supaya
tidak meninggalkan tempat.
35
Dalam perhitungan ini diasumsikan harga ikan per ton hasil produksi karamba
sama dengan harga ikan tangkap Rp 7000/Kg atau Rp 7.000.000/ton. Adapun
biaya produksi langsung dapat dirinci sebagai: penyusutan jaring dan
kerangka karamba, bahan bakar/listrik, pakan, dan upah tenaga kerja, dan
laba layak pengusaha, yang keseluruhannya berjumlah Rp 4.657.500/ton ikan.
Dengan demikian maka dapat diperoleh nilai konstribusi Danau Toba dalam
memberikan jasa lingkungan danau sebesar 7.000.000/ton - Rp 4.657.500/
ton = Rp2.342.500/ton ikan. Kemudian nilai ekonomi jasa lingkungan ini
dapat dirinci menjadi nilai nutrisi lainnya yang diberikan Danau Toba sebesar
Rp2.342.500/ton - Rp 2.010.000 = Rp 332.500 / ton ikan.
Tabel 7. Perhitungan Nilai Ekonomi Ikan Budidaya (Karamba) di
Danau Toba
No.
Keterangan
Harga per
Unit
(Rp/Ton)
Nilai Total
Per Unit
(Rp/Ton)
1.
Harga jual
7.000.000
2.
7.000.000
3.
4.657.500
5.
500.000
50.000
2.000.000
1.500.000
607.500
36
332.500
2.010.000
LABA NORMAL
2. 342.500
0 (Nihil)
Catatan:
o Produksi 20 ton per tahun, karena panen 3 tahun
o Biaya investasi jaring apung Rp 25.000.000 untuk 10 ton ikan/tahun, umur pakai
selama 5 tahun
o Nilai nutrisi lainnya didapat dari biaya tidak langsung dikurangi nilai air (seperti pada
perikanan tangkap)
Jadi nilai ekonomi Danau Toba sebagai wadah budidaya perikanan jaring
apung adalah Rp 2.342.500 per ton ikan. Kalau pada tahun 2007 diketahui
jumlah produksi ikan jaring apung sebanyak 1.636 ton, maka nilai ekonomi
total danau toba sebagai wadah budidaya jaring apung mencapai 1.636 x Rp
2. 342.500 = Rp 3.832.330.000 atau lebih dari Rp 3,8 miliar/tahun.
5.2.5 Danau Toba sebagai obyek rekreasi dan pariwisata
Di samping Danau Toba dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan di atas,
Danau Toba juga digunakan sebagai tempat kegiatan pariwisata dan rekreasi
langsung seperti untuk lomba dayung dan berbagai atraksi pada saat
perayaan nasional setiap tanggal 17 Agustus. Pemerintah Daerah melalui
Dinas Pariwisata mengeluarkan biaya perayaan tersebut. Nilai anggaran
Pemerintah Daerah ini dapat dianggap sebagai nilai sewa terhadap jasa
lingkungan danau beserta air dan pemandangan alam serta iklimnya. Nilai
anggaran tersebut mencapai sekitar Rp 380.000.000/tahun pada tahun 2007
(Laporan Dinas Pariwisata, Kabupaten Simalungun, 2007).
Banyak wisatawan yang datang ke Danau Toba untuk menyaksikan
keindahanan pemandangan danau dan sekitarnya serta ingin datang untuk
menyaksikan secara langsung seperti apa sesungguhnya Danau Toba itu.
Dalam hal ini pendekatan yang dapat dipakai adalah pendekatan yang
sudah umum dipakai untuk menilai tempat wisata atau taman nasional, yaitu
dengan pendekatan biaya perjalanan (travel cost method). Hal yang penting
dalam pendekatan biaya perjalanan ini adalah:
Biaya perjalanan dari kota asal sampai di kota tujuan (Danau Toba)
Lamanya waktu dalam menempuh perjalanan
Pengeluaran makan dalam perjalanan
Lamanya tinggal di tempat tujuan (Danau Toba),
Pengeluaran untuk hotel, makan-minum, dan rekreasi lainnya.
37
Data perjalanan dari Medan ke Danau Toba yang memakan waktu 5 jam
perjalanan karena lalu lintas sudah semakin padat dibanding dengan 10
tahun yang lalu. Diperkirakan biaya kesempatan (opportunity costs) sebesar
Rp 250.000/jam. Biaya sewa taksi Rp 700.000 per hari dan ditumpangi oleh
4 orang dan 1 orang sopir. Pengeluaran untuk bahan bakar Rp 300.000,per hari. Keperluan makan di perjalanan Rp 500.000. Kemudian bermalam
dan tinggal di Hotel selama 2 hari dengan biaya sewa hotel Rp 320.000 per
malam untuk 2 orang per kamar. Selama di kawasan Danau Toba pengunjung
tidak melakukan kegiatan rekreasi, tetapi hanya menikmati pemandangan
alam, sehingga pengeluaran yang terjadi hanya pengeluaran untuk makan
siang dan makan malam, karena makan pagi sudah disediakan oleh hotel.
Perhitungan nilai ekonomi total tempat wisata alam sebagai berikut (Lihat
Tabel 8).
Karena tidak ada data mengenai jumlah pengunjung. maka digunakan
perkiraan atas dasar jumlah hotel dan jumlah kamar serta jumlah tempat
tidur yang ada di Kabupaten Simalungun yang jumlahnya sebanyak 50 hotel
dengan 1303 kamar dan berisi 2.273 tempat tidur. Dari wawancara dengan
beberapa pemilik hotel diperkirakan occupancy rate hotel dan penginapan
sebesar 60% pada tahun 2007.
Tabel 8. Perhitungan Nilai Ekonomi Danau Toba sebagai Obyek Wisata
di Kabupaten Simalungun.
No.
Keterangan
Dari dalam
Wilayah Kabupaten
(Rp/orang)
1)
3.690.000
1.765.000
2)
3.000.000
1.075.000
250.000
75.000
38
Keterangan
Dari dalam
Wilayah Kabupaten
(Rp/orang)
250.000
250.000
2.500.000
750.000
3)
Pengeluaran selama di
Danau Toba
690.000
690.000
Tranport lokal
250.000
250.000
Hotel
240.000
240.000
Pengeluaran konsumsi
200.000
200.000
39
: Kapal Kayu
: Rp 150.000.000,-/
kapal
: 25 ton
: 60 orang
: 4 rit/hari
: 30 lt/rit
: Rp. 20.000,-/orang
Biaya Perawatan
Perawatan rutin (Pengecatan, dempul, seng plat) : Rp 1.000.000,-/tahun
Pergantian gerbok
: Rp 3 jt s/d 8 jt / 7
tahun
Pemilik kapal kebanyakan dari orang-orang Pulau Samosir
40
Atas dasar data yang ada dapat dihitung nilai ekonomi jasa Danau Toba
untuk sektor transportasi seperti pada Tabel 6. Setelah dilakukan perhitungan
ditemukan bahwa nilai ekonomi jasa Danau Toba dalam mendukung kegiatan
transportasi kapal penumpang adalah Rp 456.273.715/kapal/tahun. Sehingga
jika ada 4 kapal yang dioperasikan sebagai kapal penumpang di perairan
Danau Toba yang termasuk wilayah Kabupaten Simalungun, maka nilai jasa
Danau Toba secara total untuk kapal angkutan penumpang mencapai 4 x Rp
456.273.715 = Rp 1.825.094.860.
Perlu dicatat bahwa data yang tersedia khusus untuk kapal angkutan umum
ternyata tidak mencukupi untuk menghitung nilai-nilai ekonomi total
jasa Danau Toba. Untuk mengatasi kekurangan data digunakan berbagai
informasi yang ada seperti data yang ditemukan dalam perhitungan kapal
sewaan untuk usaha budidaya perikanan maupn bagi para wisatawan. Jadi
data dari sumber lain boleh juga digunakan; dan hasilnya seperti yang dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Perhitungan Nilai Ekonomi Usaha Angkutan Kapal Umum di
Danau Toba
No.
1.
Keterangan
2.
Nilai total
(Rp)
1.080.000.000
240.000.000
1.320.000.000
785,205,714
7.500.000
504.000.000
264.000.000
41
Keterangan
Nilai total
(Rp)
1.000.000
3.600.000
785.714
4.200.000
120.000
: Rp. 3 jt s/d 8
4.
5.
456.273.715
1.241.479.429
78,520,571
Catatan: *) Nilai laba layak harus dihitung terlebih dahulu seperti yang tampak pada baris ke 5.
Hasilnya digunakan bersama dengan nilai biaya operasional langsung untuk mengurangi nilai total
penerimaan, sehingga diperoleh nilai biaya tak langsung yaitu jasa Danau Toba yang dimanfaatkan
dimanfaatkan dalam kegiatan transportasi untuk penumpang umum.
42
: Kapal Kayu
: Rp. 150.000.000,-/kapal
: 60 orang.
: 2 orang
: Parapat, Tomok, Ambarita dan Batu
Gantung
: pemilik swasta/perorangan
43
Harga sewa
: Rp. 800.000,-/5 jam/kapal
Harga perorangan
: Rp. 20.000,-/orang
Jarak waktu tempuh ke Parapat dan Batu Gantung 2 jam
Jarak waktu tempuh ke Tomok - Ambarita : 2 jam + 1 jam jalan darat
Pada hari-hari biasa kapal wisata hanya 1rit x/hari, untuk hari besar
(lebaran dan natal) rata-rata 2-3 rit/hari.
Kebutuhan Bahan Bakar :
- Ke Parapat
: 35 lt solar
- Ke Batu Gantung
: 25 lt solar
Gaji Upah
Krue kapal wisata (2 0rang): 20% dari total pendapatan
Komisi Agen: 10% dari total pendapatan
Retribusi
Retribusi ke Dinas Perhubungan
: Rp. 10.000,-/bulan (sejak
tahun 2001)
Parkir ke Dinas Perhubungan
: Rp. 3.000,-/sandar (hanya di
Pulau Samosir)
Biaya Perawatan
Perawatan rutin (Pengecatan, dempul, seng plat) : Rp. 1.000.000,-/
tahun
Pergantian gerbok
: Rp. 3 jt s/d 8 jt / 7
tahun.
Seperti halnya dengan nilai ekonomi jasa Danau Toba untuk angkutan kapal
charter, perhitungan nilai ekonomi untuk kapal wisata tidak diberikan hasil
perhitungannya dalam buku i. Para pembaca dapat melakukan perhitungan
sendiri dengan metode yang relatif sama.
Sebagai rangkuman dari bab ini harus ditunjukkan berapa sesungguhnya nilai
jasa Danau Toba untuk berbagai jenis penggunaan. Dalam buku pedoman
44
ini belum semua jenis penggunaan atau aktivitas sudah diberikan contoh
penghitungannya. Dengan mengidentifikasi secara lebih cermat akan dapat
diperoleh macam penggunaan yang sebenarnya. Atas dasar perhitungan
yang dilakukan dalam contoh perhitungan yang telah diuraikan di atas
dapat diperoleh nilai ekonomi total (NET) jasa Danau Toba pada Kabupaten
Simalungun seperti pada Tabel 10.
Tabel 10. Nilai Ekonomi Total Danau Toba untuk Kabupaten Simalungun
No.
Jenis Penggunaan
Rp/Unit
/tahun
Produksi
/tahun
Nilai jasa
danau
(Rp/Unit)
M3
M3
Habitat perikanan
tangkap
Ton
154,60
4.010.000
619,946,000
Habitat perikanan
budidaya
Ton
1.636,00
2.342.500
3,832,330,000
Pariwisata (turist
luar kabupaten)
Orang
273
3.690.000
1,007,370,000
Pariwisata (turist
dlm kabupaten)
Orang
1.091
1.765.000
1,925,615,000
1 kali
1 kali
50.000.000
50,000,000
Jasa transportasi
kapal penumpang
Kapal
456.273.715
1,825,094,860
Jasa transportasi u/
kapal karamba
Kapal
tad
tad
tad
10
Jasa transportasi u/
kapal wisata
Kapal
tad
tad
tad
9,260,355,860
Total Nilai
Ekonomi Danau
Toba
Sumber: Tabel 6 - 9
45
46
BAB 6
Implikasi Kebijakan
Pelaksanaan valuasi ekonomi bermanfaat dalam penyediaan data dan
informasi guna mendukung suatu pengambilan keputusan, yang kemudian
akan ditetapkan menjadi kebijakan. Bayangkan suatu kasus hipotetis
yang menyebabkan seorang pengambil keputusan harus memutuskan
atas proyek pembangunan wisata danau di wilayahnya. Untuk keperluan
proyek tersebut harus dilakukan pembukaan lahan seluas 3000 m2. Kepada
pengambil keputusan disajikan laporan yang memuat dampak positif dan
negatif dari proyek tersebut.
Dampak positif dari proyek tersebut adalah sebagai berikut:
i. potensi penerimaan daerah (terutama dari retribusi) sebesar Rp. 500
juta/tahun.
ii. peluang kerja bagi masyarakat sebanyak 50 orang dengan nilai Rp. 900
juta/tahun.
iii. dampak ekonomi tidak langsung (seperti industri cendera mata.
jajanan. dll.) senilai Rp. 3.5 miliar/tahun.
Selain dampak positif, disajikan pula dalam laporan tersebut dampak negatif
yang mungkin ditimbulkan berupa:
i. erosi (bahkan mungkin longsor)
ii. sedimentasi
iii. kehilangan daerah pemijahan ikan
iv. penurunan tangkapan ikan (yang berdampak terhadap penurunan
penghasilan nelayan)
Dengan gambaran dampak positif dan negatif seperti di atas, maka
pengambil keputusan kemungkinan besar akan menyetujui proyek tersebut.
47
48
49
50
Daftar Pustaka
Badan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba, Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara, 2009, Profil Kawasan Danau, Medan.
Deputi MENLH Bidang Peningkatan Konservasi SDA dan Pengendalian
Kerusakan Lingkungan, 2006, Profil Danau Indonesia, Edisi 1 Tahun
2006, Jakarta.
Deputi MENLH Bidang Peningkatan Konservasi SDA dan Pengendalian
Kerusakan Lingkungan, 2007, Strategi dan Rencana Aksi Pelestarian Situ
Wilayah Jabodetabek, Jakarta.
Deputi MENLH Bidang Peningkatan Konservasi SDA dan Pengendalian
Kerusakan Lingkungan, Gambaran Umum Potensi dan Kondisi Danau
Indonesia dan Dampak Perubahan Iklim, Jakarta, 2009.
Deputi MENLH Bidang Peningkatan Konservasi SDA dan Pengendalian
Kerusakan Lingkungan, 2009, Pengertian Danau3_KLH.Pdf, Jakarta.
Suharti, Titing, 2004. Institut Pertanian Bogor, Pengelolaan Sungai, Danau
dan Waduk untuk Konservasi Sumber Daya Air, Bogor.
[http://www.highestlake.com/ Lists of the highest lakes in the US and the world]
[http://www.mlswa.org/lkclassif1.htm Lake Classification Systems].
51
52