Anda di halaman 1dari 64

TIM PENYUSUN

Kementerian Lingkungan Hidup:


Unit Kerja Asisten Deputi Ekonomi Lingkungan
Nara sumber:
M. Suparmoko,Awal Subandar,Wisnu Ali Martono, Omo Rusdiana,Rizal
Bactiar,Yossy Suzanna
Desain cover oleh:
MATOA
Foto cover dari:
KLH

ii

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Kata Pengantar
Puji syukur kepada Allah SWT atas diterbitkannya Panduan Valuasi Ekonomi
Ekosistem Danau/Waduk. Panduan ini merupakan salah satu series dari
Panduan Umum Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Panduan ini dimaksudkan untuk melengkapi Panduan Umum Valuasi Ekonomi
Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Kenyataan bahwa lingkungan merupakan
satu kesatuan utuh di mana terdapat keterkaitan ekologis antara satu ekosistem
dengan ekosistem lainnya, sehingga penentuan nilai atau valuasi ekonomi
lingkungan seyogyanya bersifat menyeluruh serta membutuhkan metodologi
yang lebih kompleks dan rumit. Namun guna penyederhanaan nilai tersebut,
maka fokus panduan ini diarahkan sebagai pendekatan untuk menilik satu
ekosistem tertentu, seperti Ekosistem Danau/Waduk.
Panduan ini memberi gambaran tentang metodologi dan tata cara valuasi
ekonomi yang spesifik dapat diterapkan di ekosistem danau/waduk serta
menyajikan pengetahuan umum mengenai ekosistem danau/waduk secara
sederhana. Tinjauan teoritikal yang tersaji dalam buku ini diharapkan dapat
menjadi pengkayaan bagi para penggunanya, khususnya dalam melakukan
valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan danau/waduk.
Ekosistem danau/waduk merupakan suatu kawasan yang berperan penting
dalam menjaga kestabilan ekosistem peralihan lautan dan daratan. Kawasan
ini perlu dilindungi, karena memiliki banyak fungsi dan manfaat bagi manusia
baik dari segi lingkungan maupun ekonomi.
Di sisi lain, karena kepentingan aktifitas manusia telah banyak menyebabkan
kehidupan ekosistem danau/waduk terganggu. Oleh karenanya, diperlukan
suatu upaya penanganan ekosistem danau/waduk dengan pengelolaan yang
dapat mempertahankan fungsi lingkungan bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Upaya penanganan tersebut membutuhkan dukungan berbagai perangkat

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

iii

pengelolaan lingkungan hidup. Salah satunya adalah perangkat valuasi


ekonomi yang sudah mulai dipahami dapat mendukung upaya pengelolaan
ekosistem danau/waduk.
Kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah terlibat dalam penyusunan panduan ini, khususnya kepada
para nara sumber dan praktisi ekonomi lingkungan yang telah berkontribusi
dalam memberikan pengetahuan dan bahan referensi selama penyusunan
panduan ini.
Kami mengharapkan saran dan masukan untuk penyempurnaan panduan ini.
Semoga buku ini memberi dorongan bagi berbagai pihak untuk melakukan
valuasi ekonomi dan memanfaatkan hasilnya bagi pengelolaan lingkungan
hidup, khususnya ekosistem danau/waduk.
Semoga bermanfaat,

Jakarta,
Desember 2010
Kementerian Lingkungan Hidup
Deputi MENLH Bidang
Tata Lingkungan

Imam Hendargo Abu Ismoyo

iv

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................ iii
Daftar Isi................................................................................................................ v
Daftar Istilah...................................................................................................... vii
Bab 1 Manfaat Valuasi Ekonomi...................................................... 1
Bab 2 Ekosistem Danau/Waduk . .................................................... 5
2.1
2.2
2.3
2.4

Pengertian Ekosistem Danau/Waduk ..........................................


Fungsi dan Manfaat Ekosistem Danau/Waduk ........................
Kerusakan Ekosistem Danau/Waduk ...........................................
Valuasi Ekonomi Kerusakan Ekosistem Danau/waduk .........

5
9
9
10

Bab 3 Tahapan Valuasi Ekonomi



Ekosistem Danau/Waduk....................................................... 13
Bab 4 Kerangka dan Prosedur Valuasi Ekonomi

Ekosistem Danau/Waduk ..................................................... 19
Bab 5 Contoh Perhitungan Valuasi Ekonomi ....................... 31
Bab 6 Implikasi Kebijakan . ............................................................... . 47
Daftar Tabel
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3

Klasifikasi Ukuran Danau/Waduk .................................................. 7


Luas, Kedalaman dan Volume Danau di Indonesia ................... 8
Matrik Identifikasi Fungsi dan Manfaat Kualitatif Potensi
Dampak Pembangunan terhadap Ekosistem
Danau/Waduk ...................................................................................... 21

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Tabel 4 Prosedur Valuasi Ekonomi untuk Ekosistem



Danau/Waduk........................................................................................ 23
Tabel 5 Penilaian Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk............................. 28
Tabel 6 Perhitungan Nilai Ekonomi Ikan Tangkap di Danau Toba ... . 34
Tabel 7 Perhitungan Nilai Ekonomi Ikan Budidaya (Karamba)

di Danau Toba........................................................................................ 36
Tabel 8 Perhitungan Nilai Ekonomi Danau Toba sebagai Obyek

Wisata di Kabupaten Simalungun.................................................. 38
Tabel 9 Perhitungan Nilai Ekonomi Usaha Angkutan Kapal Umum

di Danau Toba......................................................................................... 41
Tabel 10 Nilai Ekonomi Total Danau Toba untuk Kabupaten

Simalungun............................................................................................. 45

Daftar Pustaka................................................................................................... 51

vi

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Daftar Istilah
1. Valuasi ekonomi SDA dan Lingkungan (SDAL) Ekosistem Danau/
waduk: Upaya pengenaan nilai moneter terhadap sebagian atau seluruh
potensi sumber daya alam dan lingkungan ekosistem danau/waduk, sesuai
dengan tujuan pemanfaatannya.
2. Nilai Ekonomi Total [NET] (Total Economic Value, TEV) Ekosistem
Danau/waduk: Nilai moneter sumber daya alam dan lingkungan yang
merupakan proksi yang mencerminkan nilai fungsi yang dimiliki sumber
daya alam dan lingkungan di ekosistem danau/waduk.
Nilai Ekonomi Total

Nilai Guna
Langsung

Ekstraktif
Tidak
ekstraktif

Nilai Guna
Tidak
Langsung

Nilai
Pilihan

Jasa
lingkungan:
nilai langsung,
nilai tidak
langsung

Jasa
lingkungan:
nilai langsung,
nilai tidak
langsung

Nilai
Warisan

Keanekaragaman
Hayati

Nilai
Keberadaan

Sosial
budaya
Keanekaragaman
Hayati

a. Nilai atas dasar penggunaan (Use Value):


Nilai ekonomi karena digunakannya sumber daya alam dan lingkungan
danau/waduk
b. Nilai atas dasar tanpa penggunaan (Non-use Value/Passive Value):
Nilai ekonomi sumber daya alam dan lingkungan danau/waduk
yang diberikan oleh masyarakat. Masyarakat memberikan nilai ini

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

vii

didasarkan pada alasan agar sumber daya alam dan lingkungan tetap
dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang ataupun karena alasan
ikut bertanggung jawab atas keberlanjutan keberadaan sumber daya
alam maupun peninggalan budaya tertentu.
c. Nilai keberadaan:
Nilai yang diberikan oleh masyarakat lebih karena keberadaan
ekosistem danau/waduk tanpa mereka harus perlu menggunakannya.
Besarnya nilai ini didasarkan pada persepsi atau anggapan yang
dirasakan oleh masyarakat baik dari sisi sosial maupun budaya.
3. Jasa lingkungan ekosistem danau/waduk:
Jasa yang disediakan lingkungan danau/waduk, seperti: area tampungan
air, pengendali banjir.
4. Kerusakan lingkungan:
Perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia,
dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup.
5. Nilai degradasi:
Nilai moneter dari dampak penurunan kualitas lingkungan pencemaran
atau kerusakan sumber daya alam dan lingkungan
6. Unit rent SDA:
Nilai sewa per unit SDA, contoh: nilai sewa lahan di tempat, nilai ikan per
kilogram di perairan.
7. Danau/waduk:
Suatu ekosistem perairan yang menggenang dan menampung air dengan
inlet lebih banyak dari pada outletnya.
8. Waduk:
Danau buatan yang dibentuk melalui pembangunan bendungan yang
memotong aliran sungai atau dibangun pada saluran outlet danau/waduk
alami sebagai pengontrol tinggi muka air danau/waduk.
9. Pengendali iklim mikro:
Keberadaan ekosistem danau/waduk dapat mempengaruhi kelembaban
dan tingkat curah hujan setempat.
10. Laba layak:
laba (profit) yang dibayarkan kepada pelaku usaha dan dihitung sesuai
dengan tingkat bunga simpanan yang berlaku.

viii

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Pernyataan/Disclaimer
Nilai yang dihasilkan dalam perhitungan valuasi ekonomi ini
merupakan nilai pendekatan yang mencerminkan nilai fungsi yang
dimiliki sumber daya alam dan lingkungan pada suatu ekosistem.
Panduan ini tidak memberi arahan sampai pada tingkat penghitungan
efek ganda perhitungan valuasi ekonomi pada tingkat perekonomian
secara luas.

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

ix

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

BAB 1
Manfaat Valuasi Ekonomi
Danau biasanya dikaitkan dengan keelokan, keasrian, dan keheningan. Citra
yang melekat ini menjadikan danau identik sebagai daerah wisata, seperti
Danau Batur di Bali, Danau Toba (Sumatera Utara), dan Danau Singkarak
(Sumatera Barat). Pencitraan seperti ini tentu tidak keliru asal tidak melupakan
bahwa danau juga memiliki fungsi-fungsi yang lain. Danau Towuti (Sulawesi
Selatan), sebagai contoh, merupakan sumber utama pasokan air tawar untuk
keperluan rumah tangga, pertanian, peternakan dan perikanan. Kemudian,
air Danau Maninjau dan Singkarak dimanfaatkan untuk membangkitkan
listrik. Danau Tempe (Sulawesi Selatan) memiliki fungsi konservasi sebagai
tempat pembesaran ikan sidat, yang nantinya akan beruaya (bermigrasi) ke
laut untuk memijah. Selain itu pada beberapa tempat ditemukan pula danau/
waduk yang memiliki fungsi sosial, seperti sebagai tempat pelaksanaan ritual
budaya dan lainnya, seperti di Danau Kelimutu, NTT.
Rangkaian peran yang dimiliki oleh danau, hingga batas-batas tertentu juga
terjadi pada waduk (danau buatan) kendati dengan intensitas dan skala yang
berbeda. Oleh karena itu, uraian selanjutnya istilah danau dan waduk akan
digunakan secara bergantian.
Dengan memperhatikan berbagai peran danau/waduk sebagaimana
diuraikan di atas, maka pemanfaatannya perlu dilakukan secara bijaksana.
Sebagai open-resource danau/waduk berpotensi dimanfaatkan manusia dan
makhluk hidup lainnya dan juga menerima dampak dari berbagai kegiatan
manusia yang memanfaatkan danau/waduk secara langsung maupun tidak
langsung. Beberapa jenis kegiatan yang memanfaatkan danau/waduk antara
lain: perikanan tangkap, budidaya perikanan, pariwisata, pembangkit tenaga
listrik, transportsi air , dan lain-lain.

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Berbekal pemahaman seperti di atas, maka pemanfaatan danau/waduk


perlu dilakukan secara bijaksana demi mempertahankan kelestariannya.
Dalam kerangka berpikir ini valuasi ekonomi dapat dimanfaatkan untuk
mewujudkan harapan atas pemanfaatan danau/waduk yang bijaksana.
Harapan tersebut dapat terwujud melalui beberapa manfaat yang dapat
dipetik melalui valuasi ekonomi, yakni:

(a) Untuk mengidentifikasi dan membedakan intensitas masalah


dalam pemanfaatan danau/waduk

Pada pengelolaan pemanfaatan danau/waduk tentunya telah


diketahui berbagai kegiatan manusia yang secara langsung
maupun tidak langsung, bergantung pada danau/waduk. Berbagai
kegiatan tersebut tentu saja berpotensi menimbulkan dampak
terhadap danau/waduk maupun lingkungan sekitarnya. Dampak
tersebut mungkin saja beragam antara satu daerah dengan daerah
lainnya, dan dengan intensitas yang berbeda pula. Kondisi ini akan
menyulitkan pengelola danau/waduk dan para pembuat kebijakan
dalam memahami seberapa serius persoalan yang timbul. Dalam
kaitan ini valuasi ekonomi dapat dimanfaatkan untuk memberikan
kedalaman pemahaman atas persoalan-persoalan yang mungkin
timbul sebagai akibat pemanfaatan danau/waduk. Nilai hasil valuasi
ekonomi biasanya mencerminkan tingkat dampak. Dengan kata
lain, semakin serius dampak yang ditimbulkan maka hasil valuasi
ekonominya pun akan semakin besar. Apalagi valuasi ekonomi telah
memperhitungkan pula hal-hal yang bersifat intangible (belum
terukur).
Lebih jauh lagi, pengetahuan tentang potensi dampak yang timbul
ini dapat digunakan untuk menyiapkan langkah-langkah antisipasi
dalam mengatasinya. Besarnya biaya yang mungkin timbul dalam
mengatasi potensi dampak tersebut dapat memaksa pengelola
danau/waduk dan masyarakat untuk berpikir kreatif-solutif dalam
mempersiapkan langkah-langkah antisipatif.

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

(b) Untuk menganalisis kebijakan dan menerapkan akuntabilitas


dalam pemanfaatan danau/waduk

Pengetahuan mengenai hasil valuasi ekonomi, yang terkait dengan


potensi dan intensitas dampak, diharapkan dapat memberikan
kesadaran kepada para pengelola danau/waduk dan para pembuat
keputusan mengenai implikasi dari kebijakan yang mereka tetapkan
dalam pemanfaatan danau/waduk. Dengan demikian pengelola
danau/waduk dan pembuat kebijakan dapat menganalisis jenisjenis kebijakan pemanfaatan danau/waduk yang dapat diterapkan.
Selanjutnya, hasil valuasi ekonomi yang dipakai sebagai dasar dalam
analisis dan pengambilan keputusan pemanfaatan danau/waduk
dapat dijadikan dasar menerapkan prinsip akuntabilitas karena
publik dapat mengetahui dasar dan arah para pembuat kebijakan
dalam menetapkan pemanfaatan danau/waduk.

(c) Untuk menyusun indikator pemanfaatan berkelanjutan danau/

waduk
Indikator keberhasilan pembangunan secara umum, dan khususnya
pemanfaatan danau/waduk, masih terbatas pada hal-hal yang
bersifat tangible (terukur). Sementara hal-hal yang sulit diukur
(intangible) cenderung dinihilkan. Kelemahan indikator keberhasilan
semacam ini dapat dikoreksi melalui pemanfaatan valuasi ekonomi,
karena hal-hal yang intangible pun turut diperhitungkan dan diukur
dalam pembuatan keputusan tentang pemanfaatan danau/waduk.
Dengan demikian, indikator pemanfaatan danau/waduk yang
dikaitkan dengan valuasi ekonomi akan lebih komprehensif karena
mempertimbangkan seluruh hal, baik bersifat tangible maupun
intangible.

(d) Untuk memperbaiki standar dalam mengukur pemanfaatan

danau/waduk
Pengetahuan atas jenis dan potensi dampak pemanfaatan danau/
waduk, serta nilai ekonominya sekaligus, akan bermanfaat bagi
para pengelola danau/waduk dalam menentukan standar dan jenis
pemanfaatan apa saja yang dampaknya dapat ditolerir. Standar yang

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

ditetapkan diharapkan dapat lebih baik karena mempertimbangkan


hal-hal tangible dan intangible secara bersamaan.
Dalam jangka panjang, praktek-praktek pemanfaatan danau/waduk
sebagaimana diuraikan di atas diperkirakan dapat bermanfaat dalam
memantau pemanfaatan danau/waduk yang berkelanjutan. Hal ini
dimungkinkan karena potensi dampak pemanfaatan danau/waduk (yang
bersifat tangible maupun intangible) sudah diidentifikasi, dan langkahlangkah antisipasi mengatasi dampak tersebut sudah dapat disiapkan sejak
dini.

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

BAB 2
Ekosistem Danau/Waduk
2.1 Pengertian Ekosistem Danau/Waduk
Danau/waduk adalah genangan air dalam suatu cekungan permukaan tanah
yang terbentuk secara alami maupun buatan yang airnya bersumber dari air
permukaan dan/atau air tanah. Pada hakekatnya, ekosistem danau/waduk
adalah ekosistem akuatik perairan danau/waduk dan ekosistem terestrial
daerah tangkapan air danau/waduk. Dalam panduan ini yang dimaksud
dengan ekosistem danau/waduk adalah ekosistem akuatik perairan danau/
waduk.
Berdasarkan pembentukannya, danau/waduk dapat dikelompokkan menjadi
danau/waduk yang terbentuk secara alami (natural lake) dan yang terbentuk
secara buatan (man made lake/artificial lake). Danau/waduk buatan dikenal
dengan sebutan waduk (reservoir) atau bendungan, dan danau/waduk
kecil disebut situ seperti Situ Gintung, Situ Patenggang, Situ Bagendit. Situ
umumnya berperan sebagai fungsi pengaturan air untuk irigasi, pengendali
banjir, perikanan, wisata alam dan lain-lain.
Kuantitas dan kualitas air danau/waduk berhubungan dengan tata air
dan drainase wilayah serta dipengaruhi oleh tipe pemanfaatan badan air
danau/waduk dan pemanfaatan lahan di dalam wilayah tangkapannya.
Fungsi ekosistem danau/waduk akan mengalami penurunan apabila
terjadi kerusakan di wilayah perairan maupun di daerah tangkapan airnya
(DTA). Ekosistem danau/waduk memiliki peranan penting dalam menjamin
kualitas dan kuantitas ketersediaan air tawar, serta fungsi danau/waduk
lainnya diantaranya sebagai habitat kehidupan liar, peluang pengembangan
ekonomi lokal, nilai estetika, religi dan tradisi.

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Karakteristik Danau/Waduk
Indonesia yang berada di kawasan tektonik aktif memiliki jenis danau/
waduk yang sangat beragam berdasarkan tipe pembentukannya. Atas dasar
kejadiannya danau dapat dikelompokkan ke dalam beberapa tipologi yaitu :

a. Danau Tektonik, yaitu danau yang terbentuk oleh tenaga endogen yang

bersumber dari gerakan tektonik seperti cekungan-cekungan akibat


patahan dan lipatan. Contohnya: Danau Tempe, Danau Tondano dan
Danau Towuti di Sulawesi.

b. Danau Vulkanik, yaitu danau bekas gunung api. Air danau berasal dari

curah hujan yang tertampung pada lubang kepundan atau kaldera.


Contohnya: Danau Kawah Gunung Kelud, Gunung Batur, dan Gunung
Galunggung.

c. Danau Vulkano-Tektonik, yaitu danau yang terbentuk dari gabungan

proses vulkanik dan tektonik. Patahan atau depresi pada bagian


permukaan bumi pasca letusan. Dapur magma yang telah kosong
menjadi tidak stabil sehingga terjadi pemerosotan atau patah. Cekungan
akibat patahan tersebut kemudian diisi oleh air, contohnya Danau Toba
di Sumatera.

d. Danau Karst (solusional), yaitu danau yang terbentuk pada daerah batu

gamping yang mengalami pelarutan sehingga membentuk lahan negatif


atau berada di bawah rata-rata permukaan setempat.

e. Danau Ladam (oxbow lake) terbentuk akibat proses pemotongan saluran

sungai secara alami dan ditinggalkan oleh alirannya sehingga disebut


juga kali mati.

f. Danau Gletser adalah danau yang terbentuk karena es mencair. Pada


saat gletser mencair dan meluncur ke bawah, gletser tersebut mengikis
batuan yang dilaluinya sehingga terbentuklah cekungan. Jika terisi oleh
air maka terbentuklah danau.

g. Danau buatan (biasa disebut sebagai waduk atau bendungan), yaitu

danau buatan manusia yang dibentuk dengan cara membendung aliran


sungai. Bendungan buatan manusia lebih dikenal dengan istilah waduk,

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

seperti: Waduk Jatiluhur, Waduk Cirata, Waduk Saguling, Bendungan


Karangkates, dan Waduk Gajahmungkur.
Berdasarkan ukuran luas dan volumenya, danau/waduk dapat dikelompokkan
menjadi 4 kategori yaitu danau/waduk berukuran besar, medium, kecil dan
sangat kecil (Tabel 1).
Tabel 1. Klasifikasi Ukuran Danau/Waduk

Klasifikasi
Besar
Medium
Kecil

Luas (km2)

Volume (Juta m3)

10.000 1.000.000

10.000 100.000

100 10.000

100 10.000

1 100

1 100

<1

<1

Sangat Kecil

Sumber : ILEC, Vol9, p.33, 1999


Danau/waduk di Indonesia memiliki ukuran yang sangat bervariasi. Danau/
waduk yang memiliki kategori luas medium adalah Danau Matano, Poso,
Ranau, Singkarak, Tempe dan Towuti. Berdasarkan volume danau/waduk di
Indonesia banyak yang memiliki kategori danau/waduk besar, yaitu Danau
Maninjau, Matano, Ranau, Singkarak dan Toba. Bahkan Danau Toba memiliki
memiliki luas 1.130 km2 dan volume sangat besar yaitu 240.000 juta m3,
melebihi kategori danau besar dengan volume 100.000 juta m3. Danau Toba
merupakan danau terluas di Indonesia dan salah satu yang terluas di dunia.
Untuk kedalaman danau/waduk belum ada ketentuannya secara spesifik,
meskipun demikian Deputi Bidang Peningkatan Konservasi SDA dan
Pengendalian Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup
mengusulkan kategori kedalaman danau seperti tampak pada Tabel 2;
yaitu sangat dangkal (<10 m), dangkal (10-50m), medium (50-100m), dalam
(100-200m) dan sangat dalam (>200m). Danau/waduk paparan banjir pada
umumnya termasuk dalam kategori danau/waduk sangat dangkal (Danau
Limboto dan Danau Tempe). Danau/waduk yang termasuk kategori sangat

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

dalam adalah Danau Dibawah, Danau Maninjau, Danau Matano, Danau Poso,
Danau Ranau, Danau Singkarak, Danau Toba dan Danau Towuti.
Tabel 2. Luas, Kedalaman dan Volume Danau di Indonesia

No.

Nama
Danau/
waduk

Luas
(km2)

Kedalaman
maks. (m)

Volume
Juta m3

Kategori
Luas
Danau/
waduk

Kategori
Volume
Danau/
waduk

Batur

15,9

88

820

Kecil

Medium

Bratan

3,85

22

49

Kecil

Kecil

Buyan

3,9

87

160

Kecil

Medium

Diatas

12,3

44

tad

Kecil

Dibawah

11,2

309

tad

Kecil

Kerinci

46

97

tad

Kecil

Limboto

56

2,5

tad

Kecil

8
9
10
11

97,9
164,1
323,2
125,9

169
590
450
229

10.400
55.015
tad
tad

Kecil
Medium
Medium
Medium

Besar
Besar

25

14

52

Kecil

Kecil

13

Maninjau
Matano
Poso
Ranau
Rawa
Pening
Sentani

93,6

42

tad

Kecil

14

Singkarak

107,8

268

tad

Medium

15

Tamblingan

1,9

90

27

Kecil

16

Tempe

350

tad

Medium

17

Toba

1,130

529

tad

Medium

18

Tondano

50

20

tad

Kecil

12

19

Towuti

561,1

Sumber : Badruddin M, dkk, 2007


Keterangan : tad = tidak ada data.

203

tad

Medium

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Besar

Besar

Sangat
besar

2.2. Fungsi dan Manfaat Ekosistem Danau/Waduk


Danau/waduk mempunyai fungsi penting baik secara ekologis, ekonomis,
estetika, wisata alam maupun religi dan tradisi. Secara ekologis danau/waduk
mempunyai fungsi dan manfaat sebagai tempat penampungan air, daerah
resapan, dan habitat kehidupan liar, penahan instrusi air laut, sedangkan
secara ekonomis berfungsi atau bermanfaat sebagai sumber air irigasi,
perikanan dan wisata alam, transportasi dan sebagainya.
Secara umum fungsi dan manfaat ekosistem danau/waduk adalah sebagai
berikut:

Sumber air baku (PDAM, industri)

Sumber air irigasi

Sumber air kebutuhan rumah tangga

Tempat perikanan tangkap dan perikanan budidaya

Sumber energi air untuk PLTA yang dibangun pada outlet danau/waduk

Pengendali banjir, karena menyimpan air di waktu musim hujan

Obyek pariwisata

Sumber plasma nutfah (flora dan fauna endemik)

Pengendali iklim mikro

Sarana pendidikan dan penelitian

Prasarana transportasi
2.3. Kerusakan Ekosistem Danau/Waduk
Kerusakan ekosistem danau/waduk adalah tidak atau berkurangnya fungsi
ekosistem danau/waduk dalam memberikan manfaat sebagai dampak dari
adanya perubahan, baik secara fisik maupun non fisik terhadap ekosistem
yang ada. Perubahan fisik yang dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem
danau/waduk seperti adanya pembangunan rumah hunian di bagian
tanggul danau/waduk, terjadinya sedimentasi yang berdampak terhadap
semakin menyusutnya luasan danau/waduk. Perubahan non fisik yang
dapat berdampak terhadap kerusakan ekosistem danau/waduk seperti
pembuangan limbah yang dapat mengakibatkan pencemaran perairan, dan
berkurangnya populasi endemik.

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Ada dua faktor penyebab terjadinya kerusakan ekosistem danau/waduk,


yaitu: karena faktor alam dan faktor manusia. Kerusakan ekosistem karena
faktor alam adalah kerusakan ekosistem danau/waduk yang disebabkan
oleh adanya bencana alam yang berdampak terhadap terjadinya kerusakan
ekosistem. Sedangkan kerusakan ekosistem karena faktor manusia adalah
kerusakan ekosistem danau/waduk yang diakibatkan oleh dampak negatif
yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia.
2.4 . Valuasi Ekonomi Kerusakan Ekosistem Danau/Waduk
Valuasi atau penilaian ekonomi kerusakan danau/waduk adalah proses
mengidentifikasi, mengukur, dan menetapkan nilai ekonomi kerusakan
danau/waduk. Penilaian ekonomi kerusakan danau/waduk dapat dilakukan
berdasarkan nilai manfaat langsung, manfaat tidak langsung, nilai pilihan,
dan nilai pewarisan dari ekosistem danau/waduk.
Jadi dalam penentuan nilai (valuasi ekonomi) kerusakan sumber daya alam
dan lingkungan dilakukan melalui tahapan secara ringkas, yaitu:
a. Mengidentifikasi penyebab terjadinya kerusakan; identifikasi ini
bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab kerusakan sumber
daya dan lingkungan, sebagai contoh: pencemaran di waduk akibat
masuknya limbah pabrik.
b. Mengidentifikasi penyebaran kerusakan; bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana penyebaran pencemar, apakah pencemar
hanya bersifat lokal atau pencemar dapat meluas.
c. Mengidentifikasi tingkat atau intensitas kerusakan; bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat kerusakan yang terjadi apakah
katergori besar, sedang dan ringan. Tingkat atau intensitas kerusakan
didasarkan atas ekosistem yang diteliti, luasan, dampak terhadap
manusia, dan dampak terhadap lingkungan.
d. Mengidentifikasi sumber daya dan lingkungan yang rusak; identifikasi
ini nantinya berdasarkan manfaat langsung, manfaat tidak langsung,
manfaat pilihan, dan manfaat pewarisan.
e. Valuasi (pemberian nilai) ekonomi. Valuasi ekonomi kerusakan ini
dilakukan melalui teknik-teknik valuasi ekonomi yang telah ada.
Perhitungan total nilai kerusakan sumber daya dan lingkungan
terdiri dari nilai sumber daya alam dan lingkungan yang rusak; biaya
restorasi untuk sumber daya alam dan lingkungan yang rusak; dan

10

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

biaya yang diperlukan untuk melakukan perhitungan nilai sumber


daya alam dan lingkungan yang rusak. Kerusakan sumber daya
alam dan lingkungan memerlukan waktu yang panjang untuk
pemulihannya, mulai dari peristiwa terjadinya kerusakan hingga
pulih seperti sediakala.
2.4.1 Nilai Ekonomi dan Ekologi Ekosistem Danau/Waduk
Seperti telah disebutkan di atas bahwa ekosistem danau/waduk merupakan
salah satu ekosistem yang banyak memberikan manfaat baik secara langsung
maupun tidak langsung bagi kehidupan manusia. Manfaat tidak langsung
danau/waduk antara lain sebagai penampung air, sebagai kawasan resapan
air, mengurangi volume limpasan air permukaan, mengurangi banjir atau
genangan. Pada kondisi tertentu, danau/waduk dapat berfungsi sebagai
pembangkit listrik, pengimbuh (recharge) air pada cekungan air tanah
serta penahan intrusi air asin. Berdasarkan hasil survei di Jabodetabek,
fungsi danau/waduk antara lain: sebagai sumber air irigasi (44%), tandon air
(reservoir) (31%), pengendali banjir (10%), perikanan (8%), wisata alam (3%),
lainnya (4%) (KLH, 2007).

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

11

12

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

BAB 3
Tahapan Valuasi Ekonomi
Ekosistem Danau/Waduk
Tahapan yang dilakukan dalam melakukan valuasi ekonomi fungsi sumber
daya alam dan lingkungan di ekosistem danau/waduk adalah sebagai berikut:

1. Penentuan Tujuan Valuasi Ekonomi


Danau/Waduk

(1)
Penentuan Tujuan

Penentuan tujuan ini penting terkait dengan


hasil akhir yang ingin dicapai. Tujuan ini akan
mempengaruhi pemilihan danau/waduk yang akan
dijadikan obyek perhitungan valuasi. Kemudian
ditetapkan batas-batas kajian, baik batas ekosistem
maupun batasan dan metode valuasi. Perhitungan
akan dilakukan sesuai dengan tujuan umum,
misalnya untuk mengetahui Nilai Ekonomi Total
(NET), biaya ganti kerugian pencemaran/kerusakan,
atau akuntansi sumber daya alam di ekosistem danau/
waduk, atau tujuan spesifik misalnya: mengetahui
nilai pawisata. Khusus untuk perhitungan NET
langsung dilanjutkan ke tahapan 3a.

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

13

2. Penentuan Daerah/Wilayah Danau/


Waduk yang akan di Valuasi

(2)
Penentuan Daerah/
Wilayah

Penentuan daerah/wilayah ini penting untuk


mengetahui potensial danau/waduk, situ atau
waduk yang dapat divaluasi. Selain itu, langkah ini
diperlukan untuk mengenal pemangku kepentingan
yang dapat memberi gambaran yang holistik (yang
menyeluruh) tentang fungsi ekosistem danau/
waduk terkait dengan sumber daya ekonomi
masyarakat di tempat yang bersangkutan, terutama
untuk mendapatkan gambaran macam manfaat
nilai tanpa penggunaan, karena nilai ini sangat
spesifik menurut daerah, hal ini akan mendukung
tim valuasi ekonomi yang terdiri dari berbagai ahli
terkait dengan ekosistem danau/waduk.

(3.a)
Identifikasi Fungsi dan
Manfaat

(3.b)
Identifikasi Permasalahan,
Jenis, Klasifikasi

3.a. Identifikasi Fungsi dan


Manfaat Ekosistem
Danau/Waduk
Untuk keperluan valuasi
per lu diketahui fungsi
dan manfaat yang dapat

3.b. Pengidentifikasian
Permasalahan,
Jenis, Klasifikasi,
dan Sebaran SDAL
di Ekosistem Danau/
Waduk

14

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

dibedakan ke dalam fungsi


penggunaan ekstraktif
(seperti: perikanan, air baku
air minum) penggunaan
non-ekstraktif (seperti
pariwisata), jasa lingkungan,
jasa keanekaragaman
hayati, dan pengaruh sosial/
budaya. Kemudian perlu
dikelompokkan masingmasing fungsi dan manfaat
danau/waduk sebagaimana
dibahas dalam Bab 4, Tabel
4. Untuk perhitungan NET
dilihat fungsi dan manfaat
ekosistem danau/waduk
yang dapat dan penting
diketahui sesuai tujuan
valuasinya.

Tahapan ini diarahkan untuk


mengetahui secara pasti
gambaran cara menghitung
kerusakan/pencemaran dan
akuntansi SDAL di ekosistem
danau/waduk. Untuk itu perlu
diketahui fungsi dan manfaat
SDAL yang terganggu atau
mengalami perubahan dan
menjadi fokus perhitungan
yang akan dilakukan sesuai
tujuan valuasinya. Untuk
memudahkan identifikasi
permasalahan, jenis,
klasifikasi dan sebaran SDAL
di ekosistem danau/waduk
digunakan matrik pendekatan
sebagaimana tercantum
pada Tabel 3 di Bab 4. Selain
itu, hendaknya dicatat pula
pemangku kepentingan yang
mewakili ekosistem danau/
waduk.

4. Penentuan Metode Valuasi Ekonomi


Ekosistem Danau/waduk

(4)
Metode Valuasi

Pemilihan metode valuasi akan dipengaruhi oleh


ketersediaan data. Medode yang paling mudah
adalah metode yang tersedia harga pasarnya.
Namun apabila tidak tersedia harga pasar, maka
beberapa metode lain dapat digunakan, antara lain
pendekatan biaya pengganti. Matrik identifikasi
teknik valuasi yang disarankan dapat dilihat dalam
Tabel 5 pada Bab 4.

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

15

5. Pengkuantifikasian Data Fungsi


Ekosistem Danau/Waduk

(5)
Kuantifikasi Data

Untuk keperluan valuasi diperlukan data kuantifikasi


fungsi ekosistem danau/waduk sehingga dapat
diketahui kuantitas seluruh NET atau volume
penambahan atau pengurangan sumber daya
alam dan lingkungan ataupun luas pencemaran/
kerusakan di ekosistem danau/waduk yang terjadi
pada suatu kurun waktu tertentu (setahun atau
beberapa tahun). Dibutuhkan juga data tentang
tingkat diskonto yang akan dipakai, dan kurun
waktu pemulihan pencemaran/kerusakan untuk
menghitung nilai kerusakan atau pencemarannya.
Untuk memperoleh data yang lebih akurat tentang
gambaran ekosistem danau/waduk, yang akan
dikaji dapat digunakan teknik analisis spasial
(penginderaan jauh dan sistem informasi geografis).
Tingkat ketelitian data yang dibutuhkan tergantung
pada tujuan valuasi ekonomi.

6. Penghitungan Nilai Ekonomi Ekosistem


Danau/ Waduk

(6)
Penghitungan Nilai
Ekonomi

16

Pada tahap ini dilakukan valuasi masing-masing


fungsi dan manfaat SDAL danau/waduk. Hasil dari
tahap ini merupakan perhitungan keseluruhan nilai
fungsi (NET) atau nilai pencemaran/kerusakan, atau
akuntansi SDAL di ekosistem danau/waduk sesuai
dengan hasil identifikasi isu/tujuan perhitungan.

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

7. Analisis Hasil Perhitungan Valuasi


Ekonomi Danau/Waduk

(7)
Analisis
perhitungan

Dalam tahap ini dilakukan kajian terhadap nilai yang


didapat dari valuasi ekonomi ekosistem danau/
waduk yang selanjutnya dapat dimanfaatkan
untuk pengambilan keputusan. Sebagai hasil
kajian, sebaiknya dijabarkan juga implikasi/makna
dari suatu nilai proxy yang telah dihitung. Pada
hakekatnya suatu keputusan tentang ekosistem
danau/waduk seyogyanya memperhatikan trade off
atas dampak suatu kegiatan pada sumber daya alam
tersebut dan cara meminimumkan dampak yang
mengikutinya.

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

17

18

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

BAB 4
Kerangka dan Prosedur
Valuasi Ekonomi Ekosistem
Danau/Waduk
Kerangka dan prosedur valuasi ekonomi ekosistem danau/waduk pada
prinsipnya tidak berbeda dengan kerangka dan prosedur valuasi ekonomi
pada ekosistem lain. Adapun yang membedakan hanyalah fungsi dan
manfaat masing-masing sumber daya alam dan lingkungan yang terdapat
dalam ekosistem yang bersangkutan.
Agar perhitungan Valuasi Ekonomi menghasilkan angka dengan ketepatan
tinggi, sebaiknya diidentifikasi sebanyak mungkin manfaat ekosistem danau/
waduk, terutama yang mempunyai nilai manfaat ekonomi strategis di lokasi
studi. Nilai ekonomi yang dihitung terdiri dari fungsi ekosistem danau/waduk
baik di daerah tangkapan air maupun sempadan sungai (off-site) dan nilai
spesifik yang menjadi keunikan ekosistem danau/waduk yang dikaji (on site).
Prosedur dan lembar kerja serta penilaian ekonomi sumber daya alam dan
lingkungan di ekosistem danau/waduk, dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel
5. Metode yang digunakan dalam menghitung nilai ekonomi ekosistem
danau/waduk, tergantung pada jenis nilai yang akan dihitung (nilai guna
atau use value, atau nilai nirguna atau non-use value). Untuk nilai guna sendiri
dibedakan atas nilai guna langsung (direct use value) dan nilai guna tidak
langsung (indirect use value).
Untuk nilai guna langsung perhitungan nilai sumber daya yang dimanfaatkan
menggunakan pendekatan harga pasar (market price) untuk setiap komoditi
yang diambil dari ekosistem danau/waduk yang bersangkutan. Harga pasar
ini digunakan untuk mengetahui harga neto atau unit rent dari berbagai
penggunaan sumber daya alam tersebut.

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

19

Harga neto atau unit rent didapatkan dari harga pasar dikurangi dengan biaya
produksi (biaya untuk mendapatkan komoditi tersebut) dan dikurangi lagi
dengan laba layak. Secara matematis penghitungan rente ekonomi dapat
diformulasikan sebagai berikut:

Unit rent = (P-AC)




dimana

P = harga pasar
AC = biaya produksi rata-rata
= laba layak ( profit)

Laba layak atau balas jasa terhadap investasi biasanya diambil sebesar suku
bunga (simpanan atau pinjaman) yang berlaku, misalnya sekitar 10% per
tahun.
Adapun indikator yang dipakai dalam menentukan nilai ekonomi ekosistem
danau/waduk yang digunakan secara ekstraktif adalah nilai produksi
total per satuan waktu (misal tahun) untuk masing-masing produk (dalam
rupiah). Data-data yang dibutuhkan dalam penghitungan, antara lain harga
pasar dari masing-masing komoditi, jumlah komoditi yang diproduksi dari
ekosistem danau/waduk, dan total luasnya. Selain itu dibutuhkan pula data
mengenai biaya produksi atau biaya untuk mendapatkan komoditi yang ada
di ekosistem danau/waduk.
Penilaian ekonomi ekosistem danau/waduk dalam penggunaannya
yang bersifat non-ekstraktif, misalnya sebagai lokasi obyek wisata,
dapat menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost method) yang
memperhitungkan semua biaya yang dikeluarkan dan waktu yang
dikorbankan oleh wisatawan hingga sampai dan menikmati obyek wisata
tersebut. Sedangkan dalam penggunaannya sebagai obyek penelitian dan
sarana pendidikan digunakan teknik pendekatan biaya riel penelitian.
Untuk jasa keanekaragaman hayati yang diberikan oleh ekosistem danau/
waduk, yaitu antara lain sebagai daya tarik wisata, dapat digunakan
pendekatan penilaian kontingensi (contingency approach) seperti kesediaan
membayar (willingness to pay), oleh masyarakat untuk tetap mempertahankan
keberadaan ekosistem danau/waduk beserta fungsinya.

20

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Manfaat sosial-budaya yang diperoleh masyarakat setempat dari keberadaan


sumber daya ekosistem danau/waduk antara lain sebagai nilai warisan, yang
juga dapat dinilai dengan menggunakan pendekatan penilaian kontingensi
(willingness to pay). Besarnya nilai ini dinyatakan melalui kemauan membayar
masyarakat untuk mempertahankan nilai sosial-budaya yang diberikan oleh
keberadaan sumber daya ekosistem danau/waduk.
Tabel 3. Matrik Identifikasi Fungsi dan Manfaat Kualitatif Potensi
Dampak Pembangunan terhadap Ekosistem Danau/Waduk
Jenis Kegiatan /
Produk/Jasa

Tingkatan
dampak
Nilai (+/-)

Penerima
Dampak
(3)

(1)

(2)

Pribadi Umum

Dampak
Ekonomi

a.

Penggunaan
ekstraktif

Tipe
Guna/
tanpa
guna ?
(4)

Dapatkah
dikuantifikasi?

Macam
pendekatan?

(5)

(6)

IkanTangkap
Air baku
Tanaman air
Ganggang
......

Lain-lain
b.

Penggunaan
Tidakekstraktif
Sumber daya
tenaga listrik
atau PLTA
Pariwisata
Pendidikan
Penelitian

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

21

Tabel 3. Matrik Identifikasi Fungsi dan Manfaat Kualitatif Potensi


Dampak Pembangunan terhadap Ekosistem Danau/Waduk
(lanjutan)
Lain-lain
B.

Dampak
ligkungan
Jasa
lingkungan
Jasa
keanekaragaman hayati

Dampak
sosial
Dampak
langsung
Dampak
tidak
langsung

Keterangan:
Kolom 1: Menunjuk kategori dampak yang dapat dilihat dari dampak ekonomi,
lingkungan dan sosial.

Dampak ekonomi dilihat dari pengunaan ekstraktif dari eksositem danau/
waduk, seperti :perikanan, dan lain-lain. Penggunaan tidak ekstraktif, seperti:
pariwisata, pendidikan dan lain-lain (selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
4).

Dampak lingkungan dapat dibedakan untuk jasa lingkungan dan jasa
keanekaragaman hayati (uraian masing-masing jasa dimaksud sebagaimana
diuraikan pada Tabel 4).

Dampak sosial dilihat dari dampak langsung dan tidak langsung, seperti
dampak terhadap kesehatan, aksesibilitas
Kolom 2: Menunjuk apakah terjadi dampak positif dan dampak negatif
Kolom 3: Menunjuk pada macam penerima dampak
Kolom 4: Menunjuk pada macam nilai: nilai guna atau nilai tanpa guna
Kolom 5: Menunjuk dampak yang dapat dikuantifikasi atau yang tidak dapat
dikuantifikasi
Kolom 6: Menunjuk macam pendekatan yang digunakan

22

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Tabel 4. Prosedur Valuasi Ekonomi untuk Ekosistem Danau/Waduk


Fungsi dan
Manfaat

Teknik
Valuasi

Indikator

Data yang
Dibutuhkan

Catatan dan
Asumsi

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Penggunaan Ekstraktif
Perikanan
(bilih, ikan
mas, tawes,
gabus, sepat
siam, bungo,
tambakan,
nila, sidat,
cocor
bebek, dll..),
molusca1)

Jika produk
tersebut
diperjualbelikan,
digunakan harga
neto1

Jika produk
tersebut tidak
diperjual
belikan, namun
ada produk
sejenis yang
diperjualbelikan,
digunakan harga
neto produk
sejenis tersebut.

Gulma air

Jika produk
tidak diperjual
belikan dan
tidak ada produk
sejenis yang
diperjualbelikan,
digunakan
pendekatan biaya
kesempatan
(opportunity
cost), yaitu nilai
waktu yang hilang
untuk mengganti
produk yang
hilang.

Untuk penilaian
langsung:
- Harga pasar setempat
untuk masing-masing
produk (rupiah/kg)
- Jumlah produk yang
dihasilkan dari danau/
waduk, yang dijual, dan
yang digunakan oleh
rumah tangga (Kg/Ha/
tahun)
- Total luas areal kajian
Nilai Produksi (Ha)
total per
Untuk penilaian tidak
tahun untuk
langsung:
masing- Harga per unit untuk
masing
produk sejenis (rupiah/
produk
unit)
- Biaya bahan (Rp)
(rupiah)
- Waktu yang digunakan
untuk panen atau
membudidayakan
produk (jam/minggu)
- Upah yang setara
dengan upah lokal
untuk tenaga kerja (Rp/
hari)
- Nilai Tukar
- Tahun (tanggal saat
data dikumpulkan)

Harga
pasar dapat
disesuaikan
dalam kaitannya
dengan musim
maupun
perubahan
harga lain
Harga pasar
menunjukkan
nilai yang
sebenarnya
dalam
keseimbangan
pasar
persaingan
sempurna
Semua
eksternalitas
dapat
diidentifikasi
dan
diperhitungkan
dalam harga

Harga neto = unit rent = harga pasar biaya pengambilan/biaya produksi

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

23

Tabel 4. Prosedur Valuasi Ekonomi untuk Ekosistem Danau/Waduk


(lanjutan)
Fungsi
dan
Manfaat

Teknik
Valuasi

Indikator

Data yang
Dibutuhkan

Catatan dan
Asumsi

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Penggunaan Non- Ekstraktif


Pariwisata/
rekreasi

Biaya
Perjalanan
(Travel Cost
Method- TCM),

Pendidikan, Pendekatan
Olah raga
biaya
pengganti
(Replacement
Cost), yaitu
Biaya mengajar
di tempat lain

24

Jumlah uang
dan nilai
waktu yang
dikeluarkan
oleh para
pengunjung
untuk
mendatangi
tempat yang
bersangkutan

- Data dari survei


pengunjung (jumlah
pengunjung dan tarif
masuk ke lokasi wisata)
- Pengeluaran yang
dilakukan dalam
mengunjungi lokasi
wisata (biaya perjalanan
dan pengeluaran
harian)
- Waktu yang diperlukan
untuk perjalanan dari
tempat asal ke lokasi
wisata dan kembali lagi,
beserta opportunity cost
waktu yang digunakan
- Frekuensi dan lamanya
kunjungan
- Jumlah haripengunjung (visitordays)

- Akses ke lokasi
tersedia bagi
semua orang
- Kunjungan hanya
memiliki satu
tujuan, yaitu
berwisata. Untuk
kunjungan yang
bersifat ganda
(wisata dan
lainnya), biaya
perjalanan dan
pengeluaran harus
dibagi sesuai
dengan bobot
tujuan kunjungan
- Tidak ada faktor
di luar biaya
perjalanan yang
mempengaruhi
penggunaan lokasi
wisata
- Harga pasar yang
digunakan dalam
valuasi tidak
didistorsi

Total biaya
yang
diperlukan
untuk
memperoleh
lokasi belajar
pengganti
yang
memiliki
fasilitas
kurang lebih
sama

- Jumlah kegiatan
pendidikan per satuan
waktu (misal: tahun)
- Biaya kegiatan
mengajar di tempat lain
sebagai pengganti

- Lokasi pengganti
harus memiliki
fasilitas yang
sebanding dengan
lokasi yang
digantikan dengan
aksesibilitas yang
memadai
- Harga pasar yang
digunakan dalam
valuasi tidak
didistorsi

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Tabel 4. Prosedur Valuasi Ekonomi untuk Ekosistem Danau/Waduk


(lanjutan)
Fungsi
dan
Manfaat

Teknik
Valuasi

Indikator

Data yang
Dibutuhkan

Catatan dan
Asumsi

Penggunaan Non- Ekstraktif


Penelitian

Pendekatan
biaya
pengganti
(Replacement
Cost), yaitu
Biayabiaya yang
dibutuhkan
dalam
penelitian,
atau biaya
penggunaan
teknik yang lain
sebagai ganti

Total
biaya yang
diperlukan
untuk
memperoleh
lokasi
penelitian
pengganti
yang
memiliki
fasilitas
kurang lebih
sama

- Jumlah kunjungan
peneliti tahunan
- Biaya yang diperlukan
untuk melakukan
kegiatan penelitian di
lokasi lain

- Lokasi pengganti
harus memiliki
fasilitas yang
sebanding dengan
lokasi yang
digantikan dengan
aksesibilitas yang
memadai
- Harga pasar yang
digunakan dalam
valuasi tidak
didistorsi

PLTA

Pendekatan
harga yang
diterima akibat
kegiatan
ekonomi
masyarakat

Total nilai
yang
diterima oleh
masyarakat
per tahun
(Rp)

- Jumlah dan jenis


kegiatan ekonomi per
tahun

- Harga pasar yang


digunakan dalam
valuasi tidak
didistorsi

Sumber
daya Air:
Reservoir
air/Area
tampungan
air

Perubahan
produktivitas:
nilai produksi
yang hilang
di sektor
pertanian,
pasokan air,
ikan dan
penggunaan
lain.

Nilai total per


tahun dalam
memberikan
air

Jasa Lingkungan

Pengendali
banjir

Nilai total per


tahun yang
diberikan
danau/
waduk/situ
dalam ........
(Rp)

Seluruh eksternalitas
diidentifikasi dan
sudah termasuk
dalam harga.

- Luas dan produksi


lahan pertanian yang
terlindungi
- Jumlah dan nilai
sumber air (sumur) yang
terlindungi
- Harga produk dan air

- Wilayah yang
terlindungi dapat
diidentifikasi.
- Fungsi
perlindungan dapat
dimodelkan.
- Pengaruh
musiman dapat
diperhitungkan

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

25

Tabel 4. Prosedur Valuasi Ekonomi untuk Ekosistem Danau/Waduk


(lanjutan)
Fungsi dan
Manfaat

Teknik
Valuasi

Indikator

Data yang
Dibutuhkan

Catatan dan
Asumsi

Jasa Lingkungan
Menahan
sedimen

Biaya penggantian:
Biaya yang
diperlukan untuk
menggantikan
sedimen yang
hilang jika tidak
ada danau/
waduk, biaya
menggantikan
nutrisi yang hilang,

Nilai per
tahun yang
diberikan
danau/
waduk dalam
.
(Rp)

- Beban sedimen (gr/


liter)
- Volume air yang harus
dipurifikasi
- Biaya pengolahan
limbah

- Standard
pengolahan
emisi/limbah/
sedimentasi
menurut
teknologi yang
dipakai

Menghasilkan
oksigen

Biaya penggantian:
Biaya
menghasilkan
oksigen.

Manfaat per
tahun yang
diberikan
dalam
bentuk
produksi
oksigen (Rp)

- Harga oksigen per ton


- Tingkat penciptaan
oksigen oleh hutan di
sekitar danau/waduk

- Harga
oksigen yang
diperjualbelikan
digunakan
sebagai proksi
nilai oksigen
yang dihasilkan
danau/waduk

Tempat
perkembangbiakan
hewan

Nilai jual setempat


berdasarkan pada
kontribusi danau/
waduk dalam
perkembangbiakan
fauna yang
diperdagangkan

Manfaat per
tahun yang
diberikan
dalam
bentuk
penambahan
fauna

- harga produk
- banyaknya
pertumbuhan stock
fauna

Keanekaragaman
hayati

Penilaian
Kontingensi :
Willingness to
pay untuk fungsi
keanekaragaman
hayati

Jasa Keanekaragaman Hayati

26

Total nilai
untuk
produksi
masingmasing per
tahun (Rp)

Untuk Penilaian
Langsung:
- Harga pasar untuk tiap
jenis . (Rp)
- Jumlah .
yang dipanen atau
dibudidayakan, dijual
dan digunakan untuk
.

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

- Harga
pasar dapat
diterapkan
untuk
menghitung
harga musiman
atau perubahan
harga lainnya

Tabel 4. Prosedur Valuasi Ekonomi untuk Ekosistem Danau/Waduk


(lanjutan)
Fungsi dan
Manfaat

Teknik
Valuasi

Indikator

Data yang
Dibutuhkan

Catatan dan
Asumsi

Jasa Keanekaragaman Hayati


Untuk penilaian tidak
langsung:
- Harga pengganti
untuk produk-produk
sejenis (Rp)
- Biaya bahan (Rp)
- Upah yang setara
dengan upah lokal
untuk tenaga kerja
(Rp/hari)
- Waktu yang
digunakan untuk
panen atau
membudidayakan
produk (jam/minggu)
- Upah yang setara
dengan upah lokal
untuk tenaga kerja
(Rp/hari)

- Harga pasar
mencerminkan
harga pasar
sesungguhnya
dalam
keseimbangan pasar
yang kompetitif
(harga tidak
didistorsi)
- Seluruh eksternalitas
diidentifikasi dan
sudah termasuk
dalam harga.

Manfaat Sosial / Budaya


Aktivitas
spiritual/
keagamaan

Penilaian
Kontingensi
: Willingness
to pay untuk
sosial/budaya/
keindahan

Nilai sosial
/budaya/
warisan dari
suatu danau/
waduk yang
dinyatakan
dengan
kemauan
untuk
membayar
oleh
penduduk
sekitar
danau/
waduk

Hasil survei/teknik
lelang/ pilihan yang
tersedia

Responden:
- memahami dan
dapat memberi
makna pilihan
yang tersedia pada
kuestioner.
- jujur dalam
menjawab.
- Mempunyai
informasi yang
cukup atas pilihan
yang ada
- Jumlah cukup
mewakili pengguna
danau/waduk
- Bebas dari pengaruh
- Tidak ada strategi/
pengaruh yang bias

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

27

Tabel 5. Penilaian Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk


Nilai Penggunaan
Penggunaan

Langsung

Tidak
Langsung

(1)

(2)

(3)

Nilai Tanpa-Penggunaan

Pilihan

Quasi

Warisan

Keberadaan

(4)

(5)

(6)

(7)

Tehnik Yang
Disarankan
(8)

Ekstraktif

Harga Pasar jika


produk tersebut
diperjual belikan,
harga proksi
(menggunakan
harga produk
sejenis) jika tidak
diperjualbelikan

Harga Pasar,
sebagai bahan baku
kerajinan

Pertanian
pasang surut;
sayur mayur

Harga Pasar produk


pertanian yang
dihasilkan

Pertambangan:
galian C

Perkebunan

Harga Pasar produk


yang dihasilkan

Perikanan*)

Gulma air:
Pelepah
enceng gondok
(Eichornia
crassipes)
Sempadan:

Harga Pasar produk


yang dihasilkan

Penggunaan Tidak Ekstraktif


Pariwisata/
rekreasi

Travel Cost Method

Pendidikan, olah
raga

Biaya Pengganti

Penelitian

Biaya Pengganti

PLTA

Nilai Energi Listrik

28

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Tabel 5. Penilaian Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk (lanjutan)


Jasa Lingkungan
Area tampungan
air

Harga Pasar

Pengendali
banjir

Biaya Pengganti dam


Pencegah Banjir

Pemeliharaan
ikan dengan
karamba

Harga Pasar

Prasarana
transportasi

Harga Pasar

Pemelihara iklim
mikro

Biaya Pengganti

Nilai simulasi survei

Nilai simulasi survei

Tempat
perkembang
biakan hewan :
Perairan**):
Sempadan***)

Jasa Keanekaragaman Hayati


Tanaman
endemik

Lainnya

Nilai simulasi survei


x

Nilai simulasi survei

Nilai simulasi survei

Manfaat Sosial / Budaya


Aktivitas
spiritual /
keagamaan

Lainnya

Nilai simulasi survei

Lainnya

Nilai simulasi survei

Lainnya

Nilai simulasi survei

Keterangan:
1) Masing-masing jenis ikan yang terdapat dalam ekosistem danau/waduk yang sedang divaluasi
dihitung sendiri-sendiri.
*) Contoh: bilih, ikan mas, tawes, gabus, sepat siam, bungo, tambakan, nila, sidat, cocor bebek,
dll.., molusca 1)
**) Contoh: reptile, buaya kodok, ikan arwana (Scleropages formosus), ikan ulang uli (Botia
macranthus),
***) Contoh: kera hitam, babi rusa, anoa

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

29

30

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

BAB 5
Contoh Penghitungan
Valuasi ekonomi untuk ekosistem danau/waduk masih jarang dilakukan.
Oleh karena itu, untuk memberi gambaran aplikasi valuasi ekonomi dalam
panduan ini disajikan contoh perhitungan valuasi ekonomi berdasarkan hasil
penelitian dan observasi lapangan. Untuk data yang tidak tersedia digunakan
data berdasarkan masukan dari pendapat para ahli.

5.1 Kegiatan Penelitian


5.1.1 Obyek dan lokasi penelitian
Danau Toba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Danau Toba merupakan
danau yang luas yang mencakup 7 (tujuh) kabupaten. Salah salah satu
kabupaten tersebut adalah Kabupaten Simalungun.
5.1.2 Pelaksanaan
Wawancara dilakukan terhadap pimpinan dan staf Bapedalda, Dinas
Pariwisata, Dinas Perhubungan Sungai dan Danau di Kabupaten Simalungun;
serta masyarakat lokal, seperti pengusaha kapal, awak kapal, pembudidaya
karamba, penjual ikan, serta pedagang/pengepul ikan. Data sekunder
diperoleh dari berbagai laporan dinas termasuk Simalungun Dalam Angka
yang diterbitkan oleh BAPPEDA dan BPS Kabupaten Simalungun.
5.1.3 Ruang lingkup
Valuasi ekonomi Danau Toba dibatasi pada penggunaan atau pemanfaatan
danau di Kabupaten Simalungun tanpa mempertimbangkan siapa atau dari

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

31

mana orang yang memanfaatkannya.1 Demikian pula valuasi dibatasi hanya


untuk ekosistem aquatik (perairan) Danau Toba.
5.1.4 Metodologi
Seperti telah diuraikan di bab-bab sebelumnya nilai ekonomi total (NET)
Danau Toba akan dibedakan menjadi nilai guna langsung yang diperoleh
dari perhitungan nilai ekonomi produk-produk yang diekstraksi (diambil)
dari danau dan nilai guna tidak langsung bagi jasa yang dimanfaatkan oleh
masyarakat.
Sesungguhnya nilai ekonomi total sebuah danau dapat dihitung dengan
menjumlahkan nilai ekonominya untuk setiap daerah (kabupaten/kota)
yang memanfaatkan dan menerima manfaat dari danau tersebut, tetapi
harus dihindari adanya penghitungan ganda (double counting). Contohnya,
jangan sampai nilai ekonomi danau sebagai sumber air untuk pembangkit
listrik dihitung di Kabupaten Simalungun, karena PLTA di air terjun Siguragura adanya di Kabupaten Asahan dan air Sungai Asahan yang mengalirkan
air terjun Sigura-gura yang menjadi penggerak turbin PLTA Asahan.

5.2 Fungsi dan Manfaat Danau Toba


Dari data sekunder dan pengamatan langsung di lapangan serta diskusi
dengan berbagai pihak, Danau Toba telah dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai sumber air untuk irigasi pertanian, sumber air minum, tempat
menangkap ikan, tempat budidaya ikan, obyek pariwisata, dan bagian dari
prasarana transportasi danau.
Dari hasil survei-cepat di lapangan tidak semua fungsi atau manfaat danau
pada umumnya berlaku di Kabupaten Simalungun.
1

Hal ini sejalan dengan konsep Produk Domestik Bruto (PDB). Yang dimaksud dengan domestik
adalah penggunaan atau hasil yang diperoleh di lokasi studi. Misalnya PDB Indonesia adalah
produksi yang dihasilkan di Indonesia, tidak memperhatikan siapa atau kebangsaan apa yang
menghasilkannya. Misalnya untuk produksi ikan adalah ikan yang dihasilkan di Kabupaten Simalungun, tidak memperhatikan yang memiliki orang Jakarta, atau orang Medan.

32

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

5.2.1 Air Danau Toba sebagai sumber air irigasi pertanian


Daerah Simalungun sebagian besar terletak di bagian atas Danau Toba,
sehingga persawahan di kabupaten tersebut tidak memanfaatkan Danau
Toba sebagai sumber pengairan. Banyak sungai-sungai kecil yang justru
menjadi pemasok air untuk pengairan sawah dan kegiatan pertanian lainnya,
sedang sisanya mengalir ke Danau Toba. Oleh karena itu manfaat Danau
Toba sebagai sumber air irigasi di Kabupaten Simalungun tidak dihitung nilai
ekonominya.
5.2.2 Air Danau Toba sebagai sumber air baku air minum
Air minum di Kabupaten Simalungun dikelola oleh 3 (tiga) PDAM, yaitu PDAM
Tirta Lihou, PDAM Tirta Uli, dan PDAM Tirta Nadi. Air baku yang dikelola dan
disalurkan kepada para pemakai air minum tidak berasal dari Danau Toba
tetapi dari air sungai dan air tanah. Oleh karena itu, nilai ekonomi untuk air
Danau Toba sebagai air baku air minum di Kabupaten Simalungun adalah
sebesar (0) nol.
5.2.3 Air Danau Toba sebagai habitat ikan tangkap
Ikan hidup di dalam air; karena itu Danau Toba dengan volume airnya yang
sangat berlimpah dan wilayah pengairan danau yang luas sangat besar
manfaatnya untuk kehidupan ikan. Ingat dalam valuasi ekonomi Danau Toba
dalam kaitannya dengan perikanan, sebenarnya yang dinilai bukan ikan yang
dihasilkannya, tetapi jasa Danau Toba sebagai habitatnya sehingga ikan dapat
tumbuh dan berkembang sampai dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Karena belum tergambar berapa nilai jasa Danau Toba sebagai habitat ikan
dan memberikan kehidupan bagi ikan, maka metode valuasi yang digunakan
adalah metode atau pendekatan produksi. Seperti tampak pada Tabel 6.
Harga jual ikan diperoleh dari hasil wawancara dan di cek dengan data harga
ikan yang diterbitkan oleh BAPPEDA dala Simanlungun Dalam Angka, 2009,
yaitu rata-rata Rp 7.000 per Kg pada tahun 2007. Biaya total perikanan tangkap
dibedakan menjadi biaya langsug dan biaya tidak langsung. Yang dimaksud
dengan biaya langsung adalah biaya-biaya yang langsung berhubungan

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

33

dengan biaya produksi perikanan tangkap seperti biaya untuk bahan bakar;
sewa kail, jala, umpan, dan perahu; serta upah tenaga awak kapal penangkap
ikan. Data biaya langsung diperoleh dari hasil wawancara dengan nelayan
atau buruh penangkap ikan. Nilai biaya langsung ini ditemukan sebesar Rp
2.600.000/ton.
Tabel 6. Perhitungan Nilai Ekonomi Ikan Tangkap di Danau Toba
Harga per
No.

Keterangan

Nilai Total Per

Unit

Unit

(Rp/Ton)

(Rp/ton)

1.

Harga jual

7.000.000

2.

Biaya total perikanan tangkap

7.000.000

3.

Biaya langsung perikanan tangkap (4+5)

2.990.000

Biaya penangkapan (langsung):


4.

2.600.000

Bahan bakar

Sewa sampan, kail, jala, umpan

1.000.000

Upah tenaga

1.500.000

5.

Keuntungan usaha (15% * biaya


tangkap)

6.

Biaya tak langsung (jasa danau yang harus


diperhitungkan):

100.000

390.000
4.010.000

Nilai pakan alami & nutrisi lainnya*

2.000.000

Nilai air

2.010.000

*) dihitung berdasarkan pendekatan penggunaan pakan buatan pada budidaya karamba

Dengan asumsi bahwa laba atau keuntungan hasil penangkapan ikan yang
layak diterima oleh penangkap ikan sama dengan biaya bunga bank (15%
dari total biaya penangkapan sebagai modal usaha) dan juga diasumsikan
sebagai bagian dari biaya langsung (Rp 390.000/ton), maka total biaya
langsung penangkapan ikan dapat diperoleh yaitu sebesar Rp 2.990.000/ ton
ikan.

34

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Kemudian akan dicari nilai jasa Danau Toba sebagai kontribusi pada perikanan
tangkap. Caranya adalah dengan mengurangkan seluruh biaya langsung
penangkapan ikan yang termasuk laba layak pengusaha atau nelayan
(Rp 2.990.000/ ton) dari nilai total hasil penjualan ikan yang ditangkap (Rp
7.000.000/ton) atau sama dengan Rp 4.010.000. Jadi perkiraan nilai ekonomi
total dari konstribusi Danau Toba untuk produksi ikan tangkap rata-rata
sebesar Rp 4.010.000/ton.
Nilai jasa lingkungan Danau Toba untuk perikanan tangkap sebesar Rp
4.010.000/ton dapat dirinci menjadi dua bagian yaitu nilai ekonomi pakan
dan nutrisi lainnya sebesar Rp 2.000.000/ton. Nilai ini diasumsikan sama
dengan kalau seseorang mengusahakan ikan budidaya dengan karamba
yang harus mengeluarkan biaya untuk pakan ikan sebesar Rp 2.000.000/
ton ikan). Jasa danau toba lainnya adalah nilai air yang dimanfaatkan untuk
kehidupan ikan diperoleh dengan mengurangkan nilai pakan dan nutrisi
lainnya dari nilai jasa lingkungan Danau Toba untuk kehidupan ikan tangkap
yaitu sebesar (Rp 4.010.000/ton - Rp 2.000.000/ton = Rp 2.010.000/ton.
Selanjutnya dengan produksi ikan tangkap yang tercatat di Dinas Perikanan
Kabupaten Simalungun sebanyak 154,60 ton pada tahun 2007, nilai ekonomi
total Danau Toba sebagai penghasil produk ekstraktif ikan tangkap sebesar
154,6 x Rp 4.010.000 = Rp 619.946.000 atau hampir mencapai Rp 0,62 miliar/
tahun.
5.2.4 Air Danau Toba sebagai wadah (media) budidaya ikan (karamba)
Untuk perikanan budidaya (jaring apung atau karamba), metode
perhitungannya tidak jauh berbeda dengan perhitungan pada fungsi Danau
Toba sebagai wadah atau habitat dari ikan tangkap. Secara rinci perhitungan
hasil usaha dan nilai ekonomi jasa lingkungan Danau Toba disajikan pada
Tabel 7.
Bedanya terletak pada pemberian pakan untuk ikan yang dibudidaya dan
penyediaan jaring atau karamba sebagai tempat mengurung ikan supaya
tidak meninggalkan tempat.

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

35

Dalam perhitungan ini diasumsikan harga ikan per ton hasil produksi karamba
sama dengan harga ikan tangkap Rp 7000/Kg atau Rp 7.000.000/ton. Adapun
biaya produksi langsung dapat dirinci sebagai: penyusutan jaring dan
kerangka karamba, bahan bakar/listrik, pakan, dan upah tenaga kerja, dan
laba layak pengusaha, yang keseluruhannya berjumlah Rp 4.657.500/ton ikan.
Dengan demikian maka dapat diperoleh nilai konstribusi Danau Toba dalam
memberikan jasa lingkungan danau sebesar 7.000.000/ton - Rp 4.657.500/
ton = Rp2.342.500/ton ikan. Kemudian nilai ekonomi jasa lingkungan ini
dapat dirinci menjadi nilai nutrisi lainnya yang diberikan Danau Toba sebesar
Rp2.342.500/ton - Rp 2.010.000 = Rp 332.500 / ton ikan.
Tabel 7. Perhitungan Nilai Ekonomi Ikan Budidaya (Karamba) di

Danau Toba

No.

Keterangan

Harga per
Unit
(Rp/Ton)

Nilai Total
Per Unit
(Rp/Ton)

1.

Harga jual

7.000.000

2.

Biaya total perikanan jaring apung

7.000.000

3.

Biaya langsung jaring apung

4.657.500

Biaya pemeliharaan ikan di jaring karamba)


4.050.000
4.

5.

Penyusutan jaring & kerangka karamba


Bahan bakar/listrik
Pakan
Upah tenaga

500.000
50.000
2.000.000
1.500.000

Keuntungan usaha (15% * biaya


langsung)

607.500

Biaya tak langsung (jasa danau yang harus diperhitungkan):


6.
7.

36

Nilai nutrisi lainnya

332.500

Nilai air danau Toba

2.010.000

LABA NORMAL

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

2. 342.500

0 (Nihil)

Catatan:
o Produksi 20 ton per tahun, karena panen 3 tahun
o Biaya investasi jaring apung Rp 25.000.000 untuk 10 ton ikan/tahun, umur pakai
selama 5 tahun
o Nilai nutrisi lainnya didapat dari biaya tidak langsung dikurangi nilai air (seperti pada
perikanan tangkap)

Jadi nilai ekonomi Danau Toba sebagai wadah budidaya perikanan jaring
apung adalah Rp 2.342.500 per ton ikan. Kalau pada tahun 2007 diketahui
jumlah produksi ikan jaring apung sebanyak 1.636 ton, maka nilai ekonomi
total danau toba sebagai wadah budidaya jaring apung mencapai 1.636 x Rp
2. 342.500 = Rp 3.832.330.000 atau lebih dari Rp 3,8 miliar/tahun.
5.2.5 Danau Toba sebagai obyek rekreasi dan pariwisata
Di samping Danau Toba dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan di atas,
Danau Toba juga digunakan sebagai tempat kegiatan pariwisata dan rekreasi
langsung seperti untuk lomba dayung dan berbagai atraksi pada saat
perayaan nasional setiap tanggal 17 Agustus. Pemerintah Daerah melalui
Dinas Pariwisata mengeluarkan biaya perayaan tersebut. Nilai anggaran
Pemerintah Daerah ini dapat dianggap sebagai nilai sewa terhadap jasa
lingkungan danau beserta air dan pemandangan alam serta iklimnya. Nilai
anggaran tersebut mencapai sekitar Rp 380.000.000/tahun pada tahun 2007
(Laporan Dinas Pariwisata, Kabupaten Simalungun, 2007).
Banyak wisatawan yang datang ke Danau Toba untuk menyaksikan
keindahanan pemandangan danau dan sekitarnya serta ingin datang untuk
menyaksikan secara langsung seperti apa sesungguhnya Danau Toba itu.
Dalam hal ini pendekatan yang dapat dipakai adalah pendekatan yang
sudah umum dipakai untuk menilai tempat wisata atau taman nasional, yaitu
dengan pendekatan biaya perjalanan (travel cost method). Hal yang penting
dalam pendekatan biaya perjalanan ini adalah:
Biaya perjalanan dari kota asal sampai di kota tujuan (Danau Toba)
Lamanya waktu dalam menempuh perjalanan
Pengeluaran makan dalam perjalanan
Lamanya tinggal di tempat tujuan (Danau Toba),
Pengeluaran untuk hotel, makan-minum, dan rekreasi lainnya.

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

37

Data perjalanan dari Medan ke Danau Toba yang memakan waktu 5 jam
perjalanan karena lalu lintas sudah semakin padat dibanding dengan 10
tahun yang lalu. Diperkirakan biaya kesempatan (opportunity costs) sebesar
Rp 250.000/jam. Biaya sewa taksi Rp 700.000 per hari dan ditumpangi oleh
4 orang dan 1 orang sopir. Pengeluaran untuk bahan bakar Rp 300.000,per hari. Keperluan makan di perjalanan Rp 500.000. Kemudian bermalam
dan tinggal di Hotel selama 2 hari dengan biaya sewa hotel Rp 320.000 per
malam untuk 2 orang per kamar. Selama di kawasan Danau Toba pengunjung
tidak melakukan kegiatan rekreasi, tetapi hanya menikmati pemandangan
alam, sehingga pengeluaran yang terjadi hanya pengeluaran untuk makan
siang dan makan malam, karena makan pagi sudah disediakan oleh hotel.
Perhitungan nilai ekonomi total tempat wisata alam sebagai berikut (Lihat
Tabel 8).
Karena tidak ada data mengenai jumlah pengunjung. maka digunakan
perkiraan atas dasar jumlah hotel dan jumlah kamar serta jumlah tempat
tidur yang ada di Kabupaten Simalungun yang jumlahnya sebanyak 50 hotel
dengan 1303 kamar dan berisi 2.273 tempat tidur. Dari wawancara dengan
beberapa pemilik hotel diperkirakan occupancy rate hotel dan penginapan
sebesar 60% pada tahun 2007.
Tabel 8. Perhitungan Nilai Ekonomi Danau Toba sebagai Obyek Wisata
di Kabupaten Simalungun.

No.

Keterangan

Dari luar Wilayah


Kabupaten (Rp/
orang)

Dari dalam
Wilayah Kabupaten
(Rp/orang)

1)

Nilai Ekonomi Total Danau


Toba sbg taman wisata
alam

3.690.000

1.765.000

2)

Biaya perjalanan dari


tempat asal ke Danau Toba

3.000.000

1.075.000

Biaya transport (pp)

250.000

75.000

38

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Tabel 8. Perhitungan Nilai Ekonomi Danau Toba sebagai Obyek Wisata


di Kabupaten Simalungun (lanjutan).
No.

Keterangan

Dari luar Wilayah


Kabupaten (Rp/
orang)

Dari dalam
Wilayah Kabupaten
(Rp/orang)

250.000

250.000

Biaya makan (pp)

Time cost: 10 jam (pp)

2.500.000

750.000

3)

Pengeluaran selama di
Danau Toba

690.000

690.000

Tranport lokal

250.000

250.000

Hotel

240.000

240.000

Pengeluaran konsumsi

200.000

200.000

Sumber: Hasil perhitungan


Di samping itu diperkirakan pula pengunjung dari Medan ke Danau Toba
hanya sebanyak 20% dari total pengunjung pada tahun 2007 dan sisanya
80% pengunjung berasal dari sekitar kabupaten terdekat sehingga biaya
perjalanan lebih murah yang diperkirakan hanya setinggi 30% biaya
perjalanan dari Medan. Atas dasar data dan informasi tersebut dapat dihitung
nilai ekonomi Danau Toba sebagai obyek wisata alam untuk Kabupaten
Simalungun sebesar:
- 20% x (60% x 2.273) x Rp 3.690.000 = Rp 1.006.484.400 (untuk
pengunjung dari Medan) ditambah dengan
- 80% x (60% x 2.273) x (Rp 1.765.000) = Rp 1.925.685.600 (untuk
pengunjung dari sekitar Kabupaten Simalungun); sehingga nilai total
Danau Toba sebagai lokasi wisata adalah sebesar Rp 1.006.484.400 +
Rp 1.925.685.600 =
Rp 2.932.170.000/tahun.
Jadi nilai ekonomi Danau Toba sebagai obyek wisata alam untuk Kabupaten
Simalungun pada tahun 2007 mencapai Rp 2.932.170.000/tahun, pada
tahun 2007. Jika diperhitungkan pula nilai rekreasi di Danau Toba sebesar
Rp 380.000.000/tahun, maka nilai Danau Toba sebagai tempat wisata dan
rekreasi sebesar Rp 3.312.170.000/tahun, atau Rp 3.31 miliar/tahun.
Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

39

5.2.6 Danau Toba sebagai prasarana transportasi danau


Danau Toba banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bepergian dari
satu kota/desa ke kota/desa lain dengan menggunakan angkutan kapal
melalui perairan Danau Toba. Untuk menghitung nilai ekonomi total Danau
Toba sebagai prasarana transportasi digunakan pendekatan berapa kapal
dan berapa kali setiap kapal yang melintasi Danau Toba dalam satu tahun.
Untuk kapal angkutan penumpang diperlukan data jumlah penumpang
dan tarif angkutan per penumpang. Demikian pula untuk barang-barang
yang diangkut oleh kapal-kapal tersebut. Kapal penumpang ada yang
menggunakan tarif angkutan per perjalanan atau trayek perjalanan tetapi
ada pula yang menggunakan sistem sewa khususnya untuk penumpang /
pengunjung wisatawan.

a) Kapal penumpang umum


Kapal penumpang umum berperan sebagai sarana penghubung transportasi
dari kota Prapat ke Tomok singgah di beberapa kota lain. Data mengenai
kapal angkutan umum tertera di bawah ini.
Data angkutan kapal penumpang umum
Jenis Kapal
Harga Kapal

Kapasitas barang
Kapasitas orang
Rata-rata
Bahan Bakar (solar + oli) yang dibutuhkan
Biaya karcis

: Kapal Kayu
: Rp 150.000.000,-/
kapal
: 25 ton
: 60 orang
: 4 rit/hari
: 30 lt/rit
: Rp. 20.000,-/orang

Biaya Perawatan
Perawatan rutin (Pengecatan, dempul, seng plat) : Rp 1.000.000,-/tahun
Pergantian gerbok
: Rp 3 jt s/d 8 jt / 7

tahun
Pemilik kapal kebanyakan dari orang-orang Pulau Samosir

40

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Atas dasar data yang ada dapat dihitung nilai ekonomi jasa Danau Toba
untuk sektor transportasi seperti pada Tabel 6. Setelah dilakukan perhitungan
ditemukan bahwa nilai ekonomi jasa Danau Toba dalam mendukung kegiatan
transportasi kapal penumpang adalah Rp 456.273.715/kapal/tahun. Sehingga
jika ada 4 kapal yang dioperasikan sebagai kapal penumpang di perairan
Danau Toba yang termasuk wilayah Kabupaten Simalungun, maka nilai jasa
Danau Toba secara total untuk kapal angkutan penumpang mencapai 4 x Rp
456.273.715 = Rp 1.825.094.860.
Perlu dicatat bahwa data yang tersedia khusus untuk kapal angkutan umum
ternyata tidak mencukupi untuk menghitung nilai-nilai ekonomi total
jasa Danau Toba. Untuk mengatasi kekurangan data digunakan berbagai
informasi yang ada seperti data yang ditemukan dalam perhitungan kapal
sewaan untuk usaha budidaya perikanan maupn bagi para wisatawan. Jadi
data dari sumber lain boleh juga digunakan; dan hasilnya seperti yang dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Perhitungan Nilai Ekonomi Usaha Angkutan Kapal Umum di
Danau Toba
No.

1.

Keterangan

Penerimaan;- Hari biasa 300 hari @4 rit: 4 x .75 x 60 x Rp


20.000 x 300
- Hari libur 50 Hari : 4 x 60 x Rp 20.000 x 50 .........
(hari besar & libur sekolah)
Total penerimaan
Biaya operasional (langsung):

2.

Nilai per unit


(Rp/tahun)

Nilai total
(Rp)

1.080.000.000
240.000.000
1.320.000.000

785,205,714

7.500.000

Bahan bakar (solar) (60 liter/rit): 60 x 1400


rit x Rp 6.000

504.000.000

Upah awak kapal (2-3 orang): 20% dari


penerimaan

264.000.000

Penyusutan kapal harga Rp 150.000.000,


umur teknis 20 thn

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

41

Tabel 9. Perhitungan Nilai Ekonomi Usaha Angkutan Kapal Umum di


Danau Toba (lanjutan)
No.

Nilai per unit


(Rp/tahun)

Keterangan

Nilai total
(Rp)

Perawatan: - rutin Rp 1.000.000/tahun

1.000.000

Perawatan: - oli Rp 300.000/bulan x 12


bulan

3.600.000

785.714

4.200.000

120.000

Perawatan: - ganti gebok


jt / 7 tahun

: Rp. 3 jt s/d 8

Pungutan parkir : 1.400 x Rp 3000


Retribusi ke Dinas perhubungan Rp
10.000/bulan
3.

Biaya tak langsung (jasa danau): total


penerimaan biaya operasional langsung
laba layak*)

4.

Biaya total (langsung & tidak langsung)

5.

Keuntungan usaha layak: 10% x Rp 434,755,714

456.273.715
1.241.479.429
78,520,571

Catatan: *) Nilai laba layak harus dihitung terlebih dahulu seperti yang tampak pada baris ke 5.
Hasilnya digunakan bersama dengan nilai biaya operasional langsung untuk mengurangi nilai total
penerimaan, sehingga diperoleh nilai biaya tak langsung yaitu jasa Danau Toba yang dimanfaatkan
dimanfaatkan dalam kegiatan transportasi untuk penumpang umum.

b) Kapal Sewaan Disewa oleh PT. AQUA FARM


Di samping kapal angkutan umum ada juga kapal yang disewa oleh
perusahaan budidaya ikan. Yang dominan dalam usaha ini adalah PT. Aqua
Farm. Data persewaan kapal oleh PT. Aqua Farm tampak seperti dalam kotak
di bawah ini. Namun dalam buku Pedoman ini tidak dipaparkan perhitungan
nilai ekonomi total jasa Danau Toba untuk kegiatan persewaan kapal bagi
usaha perikanan. Para pemakai buku ini diharapkan dapat mencoba sendiri
dengan metode yang sama dengan yang telah dibuat pada perhitungan nilai
jasa Danau Toba untuk angkutan kapal penumpang.

42

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Kapal disewa rutin oleh PT. Aqua Farm:


Jenis kapal: Kapal kayu
Muatan
: Pelet
Tujuan
: Keramba
Rata-rata rit : 4 rit/minggu
Ongkos
: Rp. 27,-/Kg (Rp. 27,-/Ton)
Rata-rata mengangkut
: 18 25 ton/rit/sekali jalan
Kapasitas barang
: 25 ton atau 60 orang
Rata-rata 4 rit/hari
Bahan Bakar (Solar + oli) yang dibutuhkan 30 lt/rit
Biaya karcis Rp. 20.000,-/orang
Biaya Perawatan
Perawatan rutin (Pengecatan, dempul, seng plat)
: Rp. 1.000.000,-/

tahun
Pergantian gerbok: Rp. 3 jt s/d 8 jt / 7 tahun
Pemilik kapal kebanyakan dari orang-orang Pulau Samosir

c) Kapal wisatawan charter


Disamping kedua kegiatan penggunaan kapal sebagai alat transportasi di
Danau Toba seperti diuraikan di atas, masih ada lagi kapal yang diusahakan
dengan sistem charter, khususnya untuk wisatawan. Data yang dapat
dikumpulkan untuk kapal wisata ini seperti dipaparkan sebagai berikut:
Jenis Kapal
Harga Kapal
Kapasitas penumpang
Jumlah awak kapal
Kapal wisata tujuan

Jumlah kapal wisata

: Kapal Kayu
: Rp. 150.000.000,-/kapal
: 60 orang.
: 2 orang
: Parapat, Tomok, Ambarita dan Batu
Gantung
: pemilik swasta/perorangan

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

43

Harga sewa
: Rp. 800.000,-/5 jam/kapal
Harga perorangan
: Rp. 20.000,-/orang
Jarak waktu tempuh ke Parapat dan Batu Gantung 2 jam
Jarak waktu tempuh ke Tomok - Ambarita : 2 jam + 1 jam jalan darat
Pada hari-hari biasa kapal wisata hanya 1rit x/hari, untuk hari besar
(lebaran dan natal) rata-rata 2-3 rit/hari.
Kebutuhan Bahan Bakar :
- Ke Parapat
: 35 lt solar
- Ke Batu Gantung
: 25 lt solar
Gaji Upah
Krue kapal wisata (2 0rang): 20% dari total pendapatan
Komisi Agen: 10% dari total pendapatan
Retribusi
Retribusi ke Dinas Perhubungan
: Rp. 10.000,-/bulan (sejak

tahun 2001)
Parkir ke Dinas Perhubungan
: Rp. 3.000,-/sandar (hanya di

Pulau Samosir)
Biaya Perawatan
Perawatan rutin (Pengecatan, dempul, seng plat) : Rp. 1.000.000,-/

tahun
Pergantian gerbok
: Rp. 3 jt s/d 8 jt / 7

tahun.
Seperti halnya dengan nilai ekonomi jasa Danau Toba untuk angkutan kapal
charter, perhitungan nilai ekonomi untuk kapal wisata tidak diberikan hasil
perhitungannya dalam buku i. Para pembaca dapat melakukan perhitungan
sendiri dengan metode yang relatif sama.
Sebagai rangkuman dari bab ini harus ditunjukkan berapa sesungguhnya nilai
jasa Danau Toba untuk berbagai jenis penggunaan. Dalam buku pedoman

44

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

ini belum semua jenis penggunaan atau aktivitas sudah diberikan contoh
penghitungannya. Dengan mengidentifikasi secara lebih cermat akan dapat
diperoleh macam penggunaan yang sebenarnya. Atas dasar perhitungan
yang dilakukan dalam contoh perhitungan yang telah diuraikan di atas
dapat diperoleh nilai ekonomi total (NET) jasa Danau Toba pada Kabupaten
Simalungun seperti pada Tabel 10.
Tabel 10. Nilai Ekonomi Total Danau Toba untuk Kabupaten Simalungun

No.

Jenis Penggunaan

Rp/Unit
/tahun

Produksi
/tahun

Nilai jasa
danau
(Rp/Unit)

Total nilai jasa


danau
(Rp/tahun)

Sumber air irigasi


pertanian

M3

Sumber air baku air


minum

M3

Habitat perikanan
tangkap

Ton

154,60

4.010.000

619,946,000

Habitat perikanan
budidaya

Ton

1.636,00

2.342.500

3,832,330,000

Pariwisata (turist
luar kabupaten)

Orang

273

3.690.000

1,007,370,000

Pariwisata (turist
dlm kabupaten)

Orang

1.091

1.765.000

1,925,615,000

Wadah rekreasi air

1 kali

1 kali

50.000.000

50,000,000

Jasa transportasi
kapal penumpang

Kapal

456.273.715

1,825,094,860

Jasa transportasi u/
kapal karamba

Kapal

tad

tad

tad

10

Jasa transportasi u/
kapal wisata

Kapal

tad

tad

tad

9,260,355,860

Total Nilai
Ekonomi Danau
Toba

Sumber: Tabel 6 - 9

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

45

Secara keseluruhan Nilai Ekonomi Total Danau Toba berdasarkan hasil


perhitungan atas dasar data yang ada mencapai Rp 9.260.355.860 atau lebih
dari Rp 9,26 miliar/ tahun pada tahun 2007. Angka ini akan menjadi lebih
besar lagi bila data yang dibutuhkan dapat diperoleh dan semakin lengkap
diketahui fungsi atau penggunaan jasa dari Danau Toba pada tahun 2007.
Metode valuasi ekonomi ini dapat diaplikasikan pada danau-danau lainnya
yang mungkn sekali memiliki jenis penggunaan atau fungsi yang berbeda
dengan yang ada di Danau Toba dan untuk Kabupaten Simalungun.

46

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

BAB 6
Implikasi Kebijakan
Pelaksanaan valuasi ekonomi bermanfaat dalam penyediaan data dan
informasi guna mendukung suatu pengambilan keputusan, yang kemudian
akan ditetapkan menjadi kebijakan. Bayangkan suatu kasus hipotetis
yang menyebabkan seorang pengambil keputusan harus memutuskan
atas proyek pembangunan wisata danau di wilayahnya. Untuk keperluan
proyek tersebut harus dilakukan pembukaan lahan seluas 3000 m2. Kepada
pengambil keputusan disajikan laporan yang memuat dampak positif dan
negatif dari proyek tersebut.
Dampak positif dari proyek tersebut adalah sebagai berikut:
i. potensi penerimaan daerah (terutama dari retribusi) sebesar Rp. 500
juta/tahun.
ii. peluang kerja bagi masyarakat sebanyak 50 orang dengan nilai Rp. 900
juta/tahun.
iii. dampak ekonomi tidak langsung (seperti industri cendera mata.
jajanan. dll.) senilai Rp. 3.5 miliar/tahun.
Selain dampak positif, disajikan pula dalam laporan tersebut dampak negatif
yang mungkin ditimbulkan berupa:
i. erosi (bahkan mungkin longsor)
ii. sedimentasi
iii. kehilangan daerah pemijahan ikan
iv. penurunan tangkapan ikan (yang berdampak terhadap penurunan
penghasilan nelayan)
Dengan gambaran dampak positif dan negatif seperti di atas, maka
pengambil keputusan kemungkinan besar akan menyetujui proyek tersebut.

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

47

Hal ini mudah dijelaskan karena pengambil keputusan melihat dampak


positif memiliki nilai yang nyata dan relatif besar. Sementara dampak negatif
hanya berupa pernyataan kualitatif yang sulit dibayangkan wujud fisiknya.
Sekarang, bayangkan kalau dampak negatif tersebut disajikan dalam bentuk
hasil valuasi sebagai berikut:
i. erosi yang ditimbulkan menimbulkan kerugian setara Rp. 2 miliar.
ii. sedimentasi mengakibatkan kerugian senilai Rp. 4 miliar.
iii. kehilangan daerah pemijahan ikan yang nilainya diperkirakan setara
Rp. 15 miliar.
iv. penurunan tangkapan ikan yang berdampak terhadap penurunan
penghasilan nelayan dan nilainya diperkirakan mencapai Rp. 750 juta.
Dengan memperhatikan besaran dampak positif (Rp. 4,9 miliar) dan
dampak negatif (Rp. 21,75 miliar), maka mau tak mau pengambil keputusan
harus berpikir keras dalam menentukan nasib proyek tersebut. Sekarang
pengambil keputusan bisa melihat kalau nilai dampak negatif (mudharat)
yang ditimbulkan dari proyek tersebut jauh lebih besar dibandingkan nilai
dampak positif (manfaat).
Dengan ilustrasi seperti di atas, maka akan dapat dibayangkan implikasi
kebijakan yang mungkin ditimbulkan dari valuasi ekonomi. Beberapa
implikasi yang mungkin timbul dan akan sangat berpengaruh terhadap
pembuatan kebijakan, adalah sebagai berikut:
Mengembangkan sikap bijaksana dalam membuat keputusan yang
terkait dengan eksploitasi danau dan sikap ini dapat dimunculkan
dengan menyajikan dampak positif dan negatif hasil valuasi ekonomi.
Mengembangkan sikap lebih berhati-hati dalam menyusun programprogram pembangunan yang memiliki potensi dampak terhadap
danau, karena dampak yang dipertimbangkan tidak semata-mata
dampak positif saja tetapi juga dampak negatif.
Menumbuhkan sikap antisipatif terhadap potensi dampak yang
ditimbulkan akibat eksploitasi danau, serta mencarikan jalan
pencegahan atau penanganan kuratifnya bila terpaksa.

48

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Memperoleh masukan dalam menganalisis kebijakan dan


menerapkan akuntabilitas pemanfaatan danau.
Memperoleh masukan dalam mengembangkan indikator dan
standar pemanfaatan danau berkelanjutan.
Dari uraian di atas, walaupun nilai ekonomi untuk fungsi lingkungan yang
tidak ada transaksi pasarnya hanya memiliki nilai guna tidak langsung
(indirect use value)), namun seringkali sangat bermanfaat dalam pengambilan
keputusan yang sifatnya lebih baik dan lebih memberikan manfaat sosial
neto yang maksimal.

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

49

50

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Daftar Pustaka
Badan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba, Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara, 2009, Profil Kawasan Danau, Medan.
Deputi MENLH Bidang Peningkatan Konservasi SDA dan Pengendalian
Kerusakan Lingkungan, 2006, Profil Danau Indonesia, Edisi 1 Tahun
2006, Jakarta.
Deputi MENLH Bidang Peningkatan Konservasi SDA dan Pengendalian
Kerusakan Lingkungan, 2007, Strategi dan Rencana Aksi Pelestarian Situ
Wilayah Jabodetabek, Jakarta.
Deputi MENLH Bidang Peningkatan Konservasi SDA dan Pengendalian
Kerusakan Lingkungan, Gambaran Umum Potensi dan Kondisi Danau
Indonesia dan Dampak Perubahan Iklim, Jakarta, 2009.
Deputi MENLH Bidang Peningkatan Konservasi SDA dan Pengendalian
Kerusakan Lingkungan, 2009, Pengertian Danau3_KLH.Pdf, Jakarta.
Suharti, Titing, 2004. Institut Pertanian Bogor, Pengelolaan Sungai, Danau
dan Waduk untuk Konservasi Sumber Daya Air, Bogor.
[http://www.highestlake.com/ Lists of the highest lakes in the US and the world]
[http://www.mlswa.org/lkclassif1.htm Lake Classification Systems].

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

51

52

Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk

Anda mungkin juga menyukai