Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. METODE CERAMAH
Metode ceramah adalah cara penyajian informasi dalam bentuk interaksi melalui
penjelasan secara lisan oleh seseorang kepada sekelompok pendengar. Metode ceramah
merupakan metode yang sering dan banyak digunakan dalam menjelaskan suatu materi. Selain
mudah juga tidak memerlukan banyak media. Seseorang yang menyampaikan materi
(penceramah) harus memiliki ketrampilan yang cukup untuk dapat meyampaikan materi dan
dapat dipahami oleh pendengar. Metode ceramah sangat dipengaruhi oleh suara, gaya bahasa,
sikap, kelancaran dalam berbicara dan kemudahan bahasa yang dapat dipahami.
Metode ceramah akan berhasil apabila si penceramah menguasai materi yang akan
disampaikan. Penceramah harus mempersiapkan diri dengan mempelajari
materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi kalau disusun dalam
diagram atau skema serta mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran,
misalnya

makalah

sebagainya

serta

singkat,

slide,

memodifikasi

transparan, sound

dengan

sesi

tanya

system,
jawab

dan

setelah

penyampaian materi. Hal ini bertujuan agar peserta dapat bertanya


tentang hal-hal yang belum dipahaminya tentang materi yang sudah
diberikan penceramah.
Metode ceramah mempunyai kelebihan diantaranya suasana berjalan tenang dan
kondusif, tidak membutuhkan tenaga dan waktu yang banyak karena dengan waktu singkat
dapat disampaikan banyak materi, melatih konsentrasi pendengar dalam menangkap informasi
isi ceramah, dapat member motivasi dan dorongan kepada pendengar. Metode ceramah juga
mempunyai kekurangan yaitu interaksi cenderung berpusat pada si penceramah sehingga
pendengar kurang aktif, si penceramah kurang mengetahui siapa pendengar yang belum
memahami isi ceramah, kurang memberikan kesempatan kepada pendengar untuk
mengembangkan isi ceramah dan mengeluarkan pendapat, pendengar kurang memahami si
ceramah apabila si penceramah menggunakan istilah-istilah yang jarang diketahui maknanya.

BAB II
KERANGKA KONSEP METODE CERAMAH

Pokok Bahasan

: Asma

Sub Pokok Bahasan

: Seputar asma dan dukungan keluarga pada penderita asma

Sasaran

: Keluarga dan penderita asma

Waktu

: 1 x pertemuan ( 30 menit )

Pertemuan Ke

:1

Hari/Tanggal

: Selasa, 2 Desember 2014

Tempat

: Balai desa

A. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah diberikan penyuluhan (ceramah) responden dapat mencegah dan menangani
penyakit asma.
B. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Dalam penyuluhan menggunakan metode ceramah selama 15 menit diharapkan
sasaran dapat :
1. Mengetahui pengertian asma
2. Mengetahui gejala asma
3. Mengetahui penyebab asma
4. Mengetahui penanganan pertama pada pasien asma
5. Mengetahui terapi yang digunakan
C. KARAKTERISTIK / PERSYARATAN PESERTA DIDIK
1. Keluarga yang memiliki saudara/kerabat yang menderita penyakit asma
2. Penderita asma
D. MATERI PENYULUHAN (AUDIO VISUAL)
Ceramah seputar penyakit asma
E. METODE PENYULUHAN
1. Menerangkan perihal penyakit asma
2. Jika kurang jelas ditanyakan ke pembicara
F. MEDIA YANG DIGUNAKAN
Laptop dan LCD
G. PROSES PEMBELAJARAN (CERAMAH)

Kegiatan

Penyuluhan

Sasaran

Alokasi
Waktu

Pendahuluan

a.

Pembukaan

dengan Menjawab

salam, 5 menit

salam, memperkenalkan diri, mendengarkan dan


dan kontrak waktu.
b. Menjelaskan

memberikan
tujuan

penyuluhan
c.

persetujuan
Memperhatikan

Menjelaskan

cakupan

materi yang akan dibahas


Isi

Ceramah mengenai asma

responden
menyimak

15 menit
dan

memperhatikan

Penutupan

memberikan

kesempatan bertanya

jika 10 menit

untuk berantanya jika ada kurang jelas


yang kurang jelas
mengevaluasi permasalahan

menyimak dan aktif


salam

penutup dan salam

BAB III
MATERI CERAMAH

A. PENGERTIAN ASMA

Asma adalah suatu kelainan karena adanya inflamasi atau peradangan pada saluran
nafas yang menyebabkan hipersensitivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan. Asma
dapat terjadi disegala usia dengan manifestasi yang bervariasi dan berbeda-beda antara
individu satu dengan yang lainnya. Meskipun asma bukan penyakit yang menyebabkan
kematian yang utama tetapi asma mempunyai dampak sosial yang cukup besar terhadap
produktivitas kerja dan aktivitas sehari-hari penderita.
Penyakit asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala
tidak mengganggu aktivitas tetapi dapat berkembang dengan gejala ringan sampai berat
bahkan dapat menyebabkan kematian. Menurut Dr. Hendrik Santoso klasifikasi asma dibagi
3 yaitu berdasarkan waktu, penyebab dan berat/ringan gejala. Berdasarkan waktu terdiri dari
penyakit asma akut, kronis, dan periodik. Berdasarkan penyebab terdiri dari penyakit asma
karena faktor dari dalam dan faktor dari luar. Berdasarkan berat/ringan gejala terdiri dari
penyakit asma berat, sedang dan ringan.
B. PATOFISIOLOGI
Pada penyakit asma dikenal dengan remodeling dan airway remodeling. Remodeling
merupakan perubahan massa, ukuran, atau jumlah komponen struktual jaringan yang terjadi
dalam pertumbuhan sebagai respon terhadap inflamasi atau peradangan. Perubahan tersebut
seperti yang terjadi dalam masa pertumbuhan paru normal atau sebagai respon terhadap
inflamasi akut atau kronis yang menyebabkan perubahan fungsi atau struktur jaringan yang
abnormal. Airway remodeling merupakan perubahan menetap dari struktur saluran napas
normal yang mencakup perubahan dalam komposisi dan fungsi dari sel-sel struktual.
Perubahan struktual tersebut meliputi fibrosis sub epithelial, peningkatan massa otot polos,
hyperplasia kelenjar mukosa, berkurangnya integritas tulang rawan, serta peningkatan
vaskularisasi bronchial. Dengan demikian airway remodeling menyebabkan penebalan
dinding saluran napas pada penderita asma. Airway remodeling berkaitan dengan perubahan
struktual saluran napas pada penderita asma yang tidak terjadi pada orang sehat.
C. PENYEBAB
Ada 2 jenis penyebab yang dapat memicu penyakit asma selain faktor genetik, stres,
infeksi saluran napas, dan olahraga berat yaitu :
1. Alergen, adalah sesuatu atau suatu zat yang menyebabkan gejala penyakit asma dengan
cara memunculkan reaksi alergi. Alergen penyakit asma diantaranya serbuk sari bunga,
hewan, tungau, dan debu rumah.

2. Iritan, adalah sesuatu atau suatu zat yang menyebabkan gejala penyakit asma dengan cara
mengganggu saluran napas. Iritan penyakit asma diantaranya udara dingin, asam rokok,
dan asap sisa pembakaran kimia.
D. GEJALA
Penyakit asma biasanya ditandai dengan gejala yang berulang-ulang berupa mengi,
sesak napas, rasa berat di dada, dan batuk terutama malam atau pagi hari. Gejala berulang
tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan sering kali
reversible dengan atau tanpa pengobatan. Manifestasi klinis asma ditandai dengan dyspnea,
kesesakan dada, wheezing, dan batuk malam hari, di mana hanya menjadi tanda dalam
beberapa kasus. Pasien melaporkan gejala seperti gangguan tidur dan nyeri dada.
Batuk yang memicu spasme atau kesesakan dalam saluran pernapasan yang berlanjut
terus-menerus dapat berbahaya. Beberapa serangan dimulai dengan batuk yang menjadi
progresif lebih sesak, dan kemudian bunyi wheezing (mengi) terjadi. Ada pula yang berbeda,
beberapa penderita asma hanya dimulai wheezing (mengi) tanpa batuk. Beberapa yang lain
tidak pernah wheezing tetapi hanya batuk selama serangan asma terjadi.
Ada beberapa tingkatan asma dengan gejala yang berbeda, yaitu :
1. Tingkat pertama : secara klinis normal, tetapi asma timbul jika ada faktor pencetus.
2. Tingkat kedua : penderita asma tidak mengeluh dan pada pemeriksaan fisik tanpa
kelainan tetapi fungsi parunya menunjukkan obstruksi jalan nafas. Disini banyak
ditemukan pada penderita yang baru sembuh dari serangan asma
3. Tingkat ketiga : penderita tidak ada keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik maupun
maupun fungsi paru menunjukkan tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
4. Tingkat keempat : penderita mengeluh sesak nafas, batuk dan nafas berbunyi.Pada
pemeriksaan fisik maupun spirometri akan dijumpai tanda-tanda obstruksi jalan napas.
5. Tingkat kelima : adalah status asmatikus, yaitu suatu keadaan darurat medik berupa
serangan akut asma yang berat, bersifat refrakter terhadap pengobatan yang biasa dipakai.
E. DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan asma memiliki mengi, hiperinflasi dada
sekunder dan penyumbatan pada bronkus atau pertukaran udara berkurang meskipun pada
pemeriksaan dada sring terlihat normal. Pemeriksaan dari kulit dan saluran pernapasan
bagian atas untuk penyakit atopik/dermatitis yang bersamaan juga penting untuk didiagnosis.
Asma ditandai dengan variable keterbatasan aliran udara. Hal ini penting karena untuk
menunjukkan bahwa pasien mempunyai penyumbatan jalan napas serta bantuan terapi
penyumbatan dengan bronkodilator. Beberapa pasien dengan paru obstruktif kronik mungkin
sebagian reversible terhadap penyumbatan jalan napasnya.

Pada anak-anak biasanya diagnosis asma didasarkan pada gejala, pemeriksaan fisik,
dan respon terhadap terapi. Pada orang dewasa penyumbatan jalan napas ditunjukkan secara
objektif. Meskipun ada hubungan antara gejala dan keterbatasan aliran udara pada pasien
yang merasakan namun kemampuan seorang dokter untuk menilai keterbatasan aliran udara
dan pemeriksaan fisik sangat terbatas. Jika ada peradangan kronis yang cukup, bronkodilator
mungkin tidak menormalkan jalan napas dan pengobatan dengan kortikosteroid (misalnya
prednisone) mungkin diperlukan untuk perbaikan fungsi paru dan respon terhadap bronkodilator.

Pada orang dewasa penderita emfisema, bronchitis kronis, penyakit jantung, emboli
paru, dan disfungsi laring harus dipertimbangkan dalam perbedaan diagnosisnya. Pada anakanak jika gejala asma terjadi diawal dengan cystic fibrosis, dysplasia bronkopulmonal,
sindrom imunodefisiensi, kelainan kardiovaskuler bawaan dan benda asing juga harus
dipertimbangkan.
F. TERAPI
Tujuan terapi asma adalah untuk mengontrol/memonitoring penyakit asma, mencegah
bertambah buruknya/progresif gejala asma, dan mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas.
Pengobatan harus sesuai agar tercapai monitoring terhadap penyakit asma.
1. Terapi non farmakologi
Menghindari atau membersihkan alergen/iritan
Menerapkan rumah dengan ventilasi/pertukaran udara yang baik
Menghindari stress
Olahraga ringan secara teratur
Tidak merokok
2. Terapi farmakologi
Obat penghilang rasa sesak
Bentuk inhalasi disukai karena memiliki efek cepat sebagai obat penghilang rasa
sesak untuk pengobatan gejala akut dan harus diresepkan untuk semua pasien asma.
Contoh : salbutamol, terbutalin, formoterol, ipratropium bromida. Salbutamol dan
terbutalin hanya dibutuhkan untuk menghilangkan gejala. Penggunaan 3 kali atau lebih
menunjukkan gejala memburuk dan menilai kembali pengobatan yang dibutuhkan.
Formoterol memiliki onset yang cepat sehingga dapat digunakan untuk gejala akut
namun hanya boleh digunakan untuk anak usia diatas 12 tahun dan dewasa. Ipratropium
bromida sebagai bronkodilator antikolinergik efek singkat tetapi kurang efektif dan tidak
disarankan digunakan oleh anak-anak.
Obat pengontrol

1) Korikosteroid inhalasi, terdapat dalam beberapa bentuk sediaan antara lain oral, parenteral,
dan inhalasi. Ditemukannya kortikosteroid yang larut lemak (lipid-soluble) seperti
beclomethasone, budesonide, flunisolide, fluticasone, and triamcinolone, memungkinkan
untuk mencapai efek ke saluran pernafasan dengan absorbsi sistemik yang minim.
Keuntungannya yaitu diberikan dalam dosis kecil secara langsung ke saluran pernafasan
(efek lokal), sehingga tidak menimbulkan efek samping sistemik yang serius. Jika
penggunaan secara inhalasi tidak mencukupi barulah diberikan secara oral, atau diberikan
bersama dengan obat lain (kombinasi, misalnya dengan bronkodilator). Efek samping local
yang sering terjadi adalah kandidiasis orofaringeal (juga dikenal sebagai oral thrush) dan
disfonia (suara serak, kesulitan berbicara). Pembilasan atau berkumur setelah inhalasi dan /
atau penggunaan perangkat spacer dapat membantu mengurangi risiko efek samping.
Kortikosteroid inhalasi tidak dapat menyembuhkan asma. Pada kebanyakan pasien asma akan
kembali kambuh beberapa minggu setelah berhenti menggunakan kortikosteroid inhalasi,
walaupun pasien telah menggunakan kortikosteroid inhalasi dengan dosis tinggi selama 2
tahun atau lebih. Kortikosteroid inhalasi tunggal juga tidak efektif untuk pertolongan pertama
pada serangan akut yang parah.

2) Antagonis reseptor leukotrien


Montelukast dan zafirlukast juga efektif untuk pengobatan asma dan umumnya dianggap
aman dan ditoleransi dengan baik. Namun, karena agen ini kurang efektif saat
digunakan sebagai monoterapi, biasanya digunakan pasien yang tidak mau menggunakan
inhalasi kortikosteroid. LTRAs juga dapat digunakan sebagai tambahan terapi jika asma
terkendali. Perlu dicatat bagaimanapun LTRAs dianggap kurang efektif dibandingkan LABAs
sebagai terapi tambahan pada orang dewasa. Pada anak-anak data kurang jelas. Sebagai
contoh, jika seorang anak dengan asma juga memiliki alergi rhinitis, penambahan
montelukast harus dipertimbangkan. Namun, jika anak mengalami napas persisten obstruksi,
penambahan LABA mungkin lebih diminati.

3) Inhalasi kombinasi kortikosteroid dengan LABAs


Seperti disebutkan sebelumnya, LABA monoterapi tidak dianjurkan pada pasien asma
karena tidak berdampak saluran udara peradangan dan berhubungan dengan
peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas. LABAs hanya dianjurkan bila
digunakan dalam kombinasi dengan terapi ICS. Kombinasi dari LABA dan ICS telah
terbukti sangat efektif dalam mengurangi gejala asma dan eksaserbasi, dan

merupakan pengobatan pilihan. Pilihan pada remaja atau orang dewasa yang
menderita asma yang tidak cukup terkontrol pada terapi ICS dosis rendah atau pada
anak di atas 6 tahun yang tidak terkendali pada dosis sedang ICS. Meskipun tidak ada
perbedaan yang jelas dalam keberhasilan antara ICSs dan LABAs diberikan dalam
sama atau inhaler terpisah, ICS kombinasi / inhaler LABA lebih disukai karena
menghalangi penggunaan dari LABA tanpa ICS, lebih nyaman dan dapat
meningkatkan kepatuhan pasien. Contoh tiga ICS kombinasi / inhaler LABA :
salmeterol/flutikason (Advair), budesonide/formoterol (Symbicort) dan mometason/
formoterol (Zenhale). Terapi ini hanya boleh digunakan pada pasien yang asma tidak
terkontrol dengan dosis rendah sampai sedang ICS atau penyakit yang membutuhkan
pengobatan dengan terapi kombinasi.
4) Teofilin
Teofilin adalah bronkodilator oral dengan sederhana efek anti-inflamasi. Mengingat jendela
terapinya sempit dan efek samping (misalnya gejala gastrointestinal, diare, kejang, aritmia
jantung, mual dan muntah), penggunaannya umumnya dicadangkan untuk pasien yang
menderita asma yang tidak terkontrol meskipun penggunaan ICS, LABAs dan / atau LTRAs.

5) Terapi anti-IgE
Anti-IgE antibodi monoklonal omalizumab telah terbukti mengurangi frekuensi eksaserbasi
asma sekitar 50%. Obat ini diberikan subkutan sekali setiap 2-4 minggu untuk pengobatan
sedang sampai parah asma persisten pada pasien usia 12 tahun atau lebih tua. Saat ini,
omalizumab dicadangkan untuk pasien yang sulit untuk mengontrol asma yang telah
didokumentasikan alergi dan gejala asma yang tidak terkontrol meskipun dengan terapi ICS.
Penting untuk dicatat bahwa kepatuhan jangka panjang dengan terapi kontroler sangat kurang
karena pasien cenderung berhenti terapi ketika gejala mereda.

6) Kortikosteroid sistemik
Kortikosteroid sistemik seperti prednison oral umumnya digunakan untuk pengobatan akut
sedang sampai eksaserbasi asma berat. Sementara sistemik kronis terapi kortikosteroid juga
mungkin efektif untuk untuk mengontrol asma, penggunaan steroid oral jangka panjang
berhubungan dengan efek samping yang serius. Oleh karena itu penggunaan jangka panjang
harus dihindari jika mungkin. Efek samping dengan jangka pendek dosis tinggi prednison
oral jarang terjadi tetapi dapat mencakup reversibel kelainan pada metabolisme glukosa,
meningkatkan nafsu makan, edema, berat badan, pembulatan wajah, suasana hati, hipertensi,
tukak lambung dan avaskular nekrosis.

G. PROBLEM MEDIK UMUM


1. Asma akut intermiten :

Di luar serangan, tidak ada gejala sama sekali. Pemeriksaan fungsi paru tanpa provokasi
tetap normal. Penderita ini sangat jarang jatuh ke dalam status asmatikus dan dalam
pengobatannya sangat jarang memerlukan kortikosteroid.
2. Asma akut dan status asmatikus:
Serangan asma dapat demikian beratnya sehingga penderita segera mencari pertolongan.
Bila serangan asma akut tidak dapat diatasi dengan obat-obat adrenergik beta dan teofilin
disebut status asmatikus.
3. Asma kronik persisten (asma kronik):
Pada asma kronik selalu ditemukan gejala-gejala obstruksi jalan napas, sehingga
diperlukan pengobatan yang terus menerus. Hal tersebut disebabkan oleh karena saluran
nafas penderita terlalu sensitif selain adanya faktor pencetus yang terus-menerus.

Modifikasi asma berdasarkan National Asthma Education Program (NAEPP) yaitu :


1. Asma Ringan

Singkat (< 1 jam ) eksaserbasi symptomatic < dua kali/minggu.

Puncak aliran udara ekspirasi > 80% diduga akan tanpa gejala.
2. Asma Sedang

Gejala asma kambuh >2 kali / mingggu

Kekambuhan mempengaruhi aktivitasnya

Kekambuhan mungkin berlangsung berhari-hari

Kemampuan puncak ekspirasi /detik dan kemampuan volume ekspirasi berkisar


antara 60-80%.

3. Asma Berat

Gejala terus menerus menganggu aktivitas sehari-hari

Puncak aliran ekspirasi dan kemampuan volume ekspirasi kurang dari 60% dengan
variasi luas

H. KIE

Diperlukan kortikosteroid oral untuk menghilangkan gejala


Penderita

asma

masih

diperbolehkan

olahraga.

Pilihan

jenis

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :


1. Dilakukan di lapangan/ gedung olah raga dan bukan olahraga berat
2. Olahraga yang dilakukan di ketinggian sebaiknya dihindari

olahraga

3. Pengawasan khusus dan alat bantu diperlukan untuk beberapa jenis olahraga

seperti : renang, atletik, senam


Keluarga dan Lingkungan
1. Keluarga harus dapat memahami dan menerima kondisi penderita.
2. Keluarga harus mencegah pemicu terjadinya asma
3. Keluarga dan penderita dapat menangani serangan asma yang dapat datang tiba-

tiba
4. Dorongan semangat dan menghindarkan penderita dari stres
Pertolongan pertama pada penderita asma
1. Jangan takut, jangan panik, utamakan keselamatan dan bertindak tenang
2. Tenangkan penderita
3. Bantu penderita untuk duduk dan beristirahat (jangan tidur terlentang)
4. Bantu penderita mengambilkan atau mencarikan obat
5. Biarkan penderita menggunakan obat inhalernya sendiri
6. Hindarkan penderita dari sumber alergi
7. Jangan banyak bertanya pada penderita
8. Pasien perlu dibawa ke rumah sakit apabila :
- Serangan pertama asma
- Bila napas pendek dan susah bernapas
- Lebih dari 15 menit tidak ada perubahan setelah menggunakan obat
- Penderita tidak sadarkan diri

KESIMPULAN

Asma adalah suatu kelainan karena adanya inflamasi atau peradangan pada saluran
nafas yang menyebabkan hipersensitivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan. Asma
dapat terjadi disegala usia dengan manifestasi yang bervariasi dan berbeda-beda antara
individu satu dengan yang lainnya. Meskipun asma bukan penyakit yang menyebabkan
kematian yang utama tetapi asma mempunyai dampak sosial yang cukup besar terhadap
produktivitas kerja dan aktivitas sehari-hari penderita. Penyebab asma antara lain genetik,
stress, infeksi saluran napas, olahraga berat, alergen dan iritan. Dukungan keluarga dan
penanganan yang tepat terhadap terapi sangat berhubungan erat dalam kepatuhan penderita
asma terhadap pengobatannya dan pencegahan terhadap serangan asma.

DAFTAR PUSTAKA

Dedi Ardinata. 2008. Eosinofil dan Patogenesa Asma. Majalah Kedokteran Nusantara
Volume 41 No. 4 Desember 2008
DitJen Bina Kefarmasian dan Alkes. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma.
Jakarta : DEPKES RI
Harold Kim, Jorge Mazza. 2011. Review Asthma. Allergy, Asthma & Clinical Immunology
2011,7 (Suppl 1):S2
James T Li MD, David S Pearlman MD, Richard A Nicklas. 1998. Algorithm for the
Diagnosis and Management of Asthma: a practice parameter update. VOLUME 81,
NOVEMBER, 1998
Rahadi Widodo, Susanthy Djajalaksana. 2012. Patofisiologi dan Marker Airway Remodeling
pada Asma Bronkial. J Respir Indo Vol. 32, No. 2, April 2012

Anda mungkin juga menyukai