Serbuk Effervescent
Serbuk Effervescent
Tablet Effervescent
Effervescent didefenisikan sebagai timbulnya gelembung gas dari cairan
sebagai hasil dari reaksi kimia. Campuran effervescent telah diketahui dan
digunakan sebagai obat sejak 100 tahun yang lalu. Tablet effervescent merupakan
metode yang nyaman untuk pemberian sejumlah zat aktif atau bahan kimia
yang telah diukur sebelumnya dengan disolusi. Larutan effervescent berkilau,
lezat, dan menyediakan zat aktif dalam bentuk larutan dengan ketersediaan
hayati yang terjamin bagi orang yang sulit menelan tablet atau kapsul biasa
(Siregar dan Wikarsa, 2010).
Effervescent didefenisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan
gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat
pelarutan effervescent adalah karbon dioksida sehingga dapat memberikan efek
sparkling (rasa seperti air soda) (Lieberman, dkk., 1992).
Tablet effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan tablet dengan cara
pengempaan bahan-bahan aktif campuran asam-asam organik, seperti asam sitrat
atau asam tartarat dan natrium bikarbonat. Bila tablet ini dimasukkan ke dalam
air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat sehingga
terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan gas karbondioksida serta
air. Reaksinya cukup cepat dan biasanya berlangsung dalam waktu satu menit atau
kurang. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga menghasilkan
rasa yang enak karena adanya karbonat yang dapat membantu memperbaiki rasa
obat-obat tertentu (Banker dan Anderson, 1986).
4
Universitas Sumatera Utara
5
Reaksinya adalah sebagai berikut :
C6H8O7 + 3 NaHCO3
Na-Sitrat
Air
Karbondioksida
Asam sitrat
1 gram asam sitrat (BM = 210) bereaksi dengan 1,2 g natrium bikarbonat
(BM = 84) berdasarkan perhitungan berikut :
x = 1,2 g Na bikarbonat
b. Asam Tartarat
C4H6O6+ 2NaHCO3
150
2x84
menghindari
masalah
ketidakstabilan
kandungan
selama
penyimpanan.
4. Dapat diberikan kepada pasien yang sulit menelan tablet atau kapsul (setelah
dilarutkan terlebih dulu dalam air minum).
5. Zat aktif yang tidak stabil apabila disimpan dalam larutan bercair akan lebih
stabil dalam tablet effervescent.
(Siregar dan Wikarsa, 2010)
Asam Sitrat
Asam sitrat merupakan asam yang umum digunakan sebagai asam
makanan dan harganya relatif murah. Asam ini memiliki kelarutan yang tinggi,
mempunyai kekuatan asam yang tinggi dan tersedia dalam bentuk granular,
anhidrat dan bentuk monohidrat. Selain itu, tersedia juga dalam bentuk serbuk.
Asam ini sangat higroskopis, oleh karena itu penanganan dan penyimpanannya
memerlukan perhatian khusus (Lieberman, dkk., 1992).
Sumber asam yang paling umum digunakan dalam pembuatan tablet
effervescent adalah asam sitrat dan asam tartarat. Asam sitrat terdapat dalam
bentuk serbuk hablur, anhidrat, dan bentuk monohidrat. Asam sitrat bersifat
higroskopis sehingga harus dijaga dari masuknya udara terutama bila disimpan
dalam ruang dengan kelembaban udara yang tinggi (Wilisa, 2009).
Asam sitrat adalah asam makanan yang paling umum digunakan. Asam
sitrat mudah di dapat, melimpah, relatif tidak mahal, sangat mudah larut,
memiliki kekuatan asam yang tinggi, tersedia sebagai granula halus, mengalir
bebas, tersedia dalam bentuk anhidrat dan bentuk monohidrat berkualitas
makanan. Bahan ini sangat higroskopis sehingga harus disimpan dengan hati-hati
untuk mencegah pemaparan pada daerah dengan kelembaban yang tinggi
jika bahan ini di keluarkan dari wadah aslinya dan di kemas kembali dengan
tidak sesuai. Asam sitrat mudah larut dalam etanol. Pada kelembaban relatif
yang lebih rendah dari 65% asam sitrat mengembang pada suhu 25oC
(Siregar dan Wikarsa, 2010).
Natrium Bikarbonat
Natrium bikarbonat merupakan serbuk kristal berwarna putih yang
memiliki rasa asin, mudah larut air, dan tidak higroskopis. Natrium bikarbonat
pada RH di atas 85% akan cepat menyerap air di lingkungannya dan akan
menyebabkan dekomposisi dan hilangnya karbondioksida sehingga sebagai bahan
effervescent diperlukan penyimpanan yang rapat. Natrium bikarbonat selain dapat
dipakai sebagai salah satu bahan gas forming yang menghasilkan karbondioksida,
senyawa ini juga dapat dipakai sebagai pengisi tablet effervescent (Juita, 2008)
Natrium bikarbonat merupakan sumber utama karbondioksida dalam
sistem effervescent. Senyawa ini larut sempurna dalam air, tidak higroskopis,
tidak mahal, banyak tersedia di pasaran dalam lima tingkat ukuran partikel (mulai
dari serbuk halus sampai granula seragam yang mengalir bebas), dapat dimakan
dan digunakan secara luas dalam produk makanan sebagai soda kue. Natrium
bikarbonat merupakan alkali natrium yang paling lemah, mempunyai pH 8,3
dalam larutan air dalam konsentrasi 0,85%. Zat ini menghasilkan kira-kira 52%
9
karbondioksida (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Sumber karbonat, digunakan sebagai bahan penghancur dan sumber
timbulnya gas yang berupa CO2 pada tablet effervescent. Sumber karbonat yang
biasa digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah natrium karbonat dan
rendah yang tidak akan mengambil air dari udara sampai tingkat kelembaban
98%. Rasa yang menyenangkan dan mouthfeel dari manitol juga membuatnya
menjadi populer untuk tablet kunyah (Wikipedia, 2011).
Sekilas Tentang Rosela
Nama latin rosela adalah Hibiscus sabdariffa L. Hibiscus termasuk
tanaman tropis yang tumbuh tahunan. Rosela mempunyai kemiripan dengan
kembang sepatu karena memang tanaman ini masih satu famili, yaitu malvaceace.
Berbagai jenis varietas dari hibiscus tersebar di seluruh dunia termasuk India,
Afrika, Sudan, Jamaika, Cina, Filipina, dan Amerika. Koleksi terbesar plasma
nutfah dari hibiscus disimpan di Maryland (Amerika Serikat) dan Australia
(Mardiah, dkk., 2009)
Dalam taksonomi tumbuhan, rosela diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Malvaceales
Famili
: Malvaceae
Genus
: Hibiscus
Spesies
: Hibiscus sabdariffa L.
berbentuk
silindris dan berkayu, serta memiliki banyak percabangan. Pada batang melekat
daun-daun yang tersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk bulat telur dengan
pertulangan menjari dan tepi bergerigi. Ujung daun ada yang runcing atau
bercabang. Tulang daunnya berwarna merah. Panjang daun dapat mencapai 6-15
cm dan lebar 5-8 cm. Akar yang menopang batangnya berupa akar tunggang
(Widyanto dan Nelistya, 2008).
Pada prinsipnya rosela dapat hidup di kondisi lahan, cuaca, serta suhu
yang bagaimanapun, akan tetapi di setiap daerah yang berbeda akan menghasilkan
warna yang berbeda pula. Batang rosela akan tumbuh dari satu titik tumbuh.
Rosela yang ditanam di lereng pegunungan memiliki warna kelopak yang merah
agak kehitam-hitaman sedangkan yang ditanam di tanah pekarangan memiliki
warna yang merah kurang cerah dan yang ditanam di sawah dan dataran rendah
memiliki warna merah cerah dan dapat dijadikan standart ekspor. Batangnya
tumbuh sangat tinggi. Satu pohon bisa keluar kelopak bunga sebanyak 10 kg
(Warientek, 2008).
12
tanaman ini berwarna merah tua, tebal, dan berair serta banyak mengandung
vitamin A, vitamin C dan asam amino. Selain itu kelopak bunga rosela juga
mengandung asam organik, polisakarida, dan flavonoid (Daryanto, 2008).
Kelopak bunga rosela mempunyai kandungan vitamin C yang sangat
tinggi sehingga mampu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan
berbagai penyakit dengan menghambat terakumulasinya radikal bebas penyebab
penyakit kronis dan dapat mencegah penuaan dini. Dalam hal ini yang berperan
adalah antosianin. Selain kandungan vitamin C yang sangat tinggi, rosela juga
kaya akan mineral, seperti kalsium, fosfor, potasium, dan zat besi yang sangat
penting untuk tubuh. Selain vitamin C, rosela juga mengandung vitamin B1,
vitamin B2, niasin dan vitamin D. Tubuh manusia membutuhkan 22 asam amino.
Dari 22 ini, 18 di antaranya terpenuhi dari bunga rosela. Dua diantaranya (arginin
dan lisin) bila bersinergi dengan asam glutamat dapat merangsang otak untuk
menggerakkan hormon tubuh manusia (Mangkurat, 2008).
Dari semua jenis vitamin yang ada, vitamin C merupakan vitamin yang
paling mudah rusak. Di samping sangat larut dalam air, vitamin C mudah rusak
teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim,
oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila
vitamin
dibiarkan
dalam
keadaan
asam,
atau
pada
suhu
rendah
13
(Winarno, 1995).
Adapun komposisi kimia kelopak bunga rosela dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 1. Komposisi kimia kelopak rosela segar per 100 g bahan
Komposisi Kimia
Kalori (kal)
Jumlah
49
Air (%)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (%)
Serat (g)
Abu (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Betakaroten (mg)
Vitamin C (mg)
Tiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niasin (mg)
84,5
1,145
2,61
12,3
12
6,9
1,263
273,2
8,98
0,029
6,7
0,117
0,277
0,765
kopyor. Sukrosa merupakan gula yang murah dan diproduksi dalam jumlah besar.
Secara komersial gula pasir dibuat melalui proses penyulingan dan kristalisasi
(Almatsier, 2001).
Sukrosa mempunyai sifat yang mudah larut dalam air, berbentuk kristal
dan mempunyai rasa manis sehingga sukrosa yang ditambahkan sebagai pemanis
terutama untuk meningkatkan cita rasa. Di samping itu juga digunakan sebagai
pengawet karena tekanan osmosisnya yang tinggi sehingga menyebabkan
terjadinya
plasmolisis
yang
mengakibatkan
kematian
bagi
mikroba
bentuk bubuk
unit glukosa yang dapat mengikat air, sehingga oksigen yang larut dapat
dikurangi, akibatnya proses oksidasi dapat dicegah. Dekstrin memiliki sifat
yang dapat larut dalam air, lebih stabil terhadap suhu panas sehingga dapat
melindungi senyawa volatil dan senyawa yang peka terhadap panas atau oksidasi.
Proses Pembuatan Tablet Effervescent Rosella
a. Sortasi
Kelopak bunga yang telah di panen dipisahkan berdasarkan tingkat
serangan hama dan penyakit, tingkat kematangan, dan ukuran. Kelopak yang
terserang kutu daun, akan diselimuti oleh bahan lekat berwarna putih, sehingga
perlu dipisahkan dan dibersihkan terlebih dahulu (Mardiah, dkk.2009).
b. Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran (tanah) yang menempel, residu
fungisida atau insektisida dan memperoleh penampakan yang baik. Pencucian
dapat dilakukan dengan menggunakan air atau dengan sikat (Baliwati, dkk.,
2004).
c. Blansing
Blansing merupakan perlakuan pendahuluan untuk beberapa jenis sayuran
dan buah-buahan dengan tujuan mendapatkan mutu produk yang dikeringkan,
dikalengkan, dan dibekukan dengan kualitas baik. Proses blansing termasuk
ke dalam proses termal dan umumnya membutuhkan suhu berkisar 75-95oC
16
selama 1-10 menit (Estiasih dan Ahmadi, 2009).
Pada dasarnya proses blansing bertujuan untuk menginaktifkan enzimenzim yang menyebabkan perubahan kualitas bahan pangan. Proses ini diterapkan
terutama pada bahan pangan segar yang mudah mengalami kerusakan akibat
aktivitas enzim yang tinggi. Contoh bahan pangan tersebut adalah sayuran dan
buah-buahan (Estiasih dan Ahmadi, 2009).
d. Penghancuran
Setelah diblanshing masukkan kelopak bunga ke dalam blender dan
ditambahkan air. Kumalaningsih dan Suprayogi (2006) mengatakan penambahan
air ini ditujukan agar memudahkan proses penghancuran. Proses penghancuran ini
dilakukan sampai halus untuk mengurangi endapan pada sari buah yang
dihasilkan.
e. Penyaringan
Setelah dilakukan penghancuran, maka langkah selanjutnya adalah proses
penyaringan dengan kain saring atau saringan yang halus. Tujuan dari
penyaringan ini adalah untuk mengurangi biji atau daging buah yang tidak hancur
sempurna sehingga nanti akan mempengaruhi penampilan dari produk yang
dihasilkan (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).
f. Pengeringan
Pengeringan
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air
tersebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan
tersebut dikurangi sampai satu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi
17
didalamnya (Winarno, dkk., 1980).
Selain bertujuan untuk mengawetkan, pengeringan juga bertujuan untuk
mengurangi volume dan berat produk. Implikasi pengurangan volume dan berat
produk terhadap biaya produksi, distribusi, dan penyimpanan dapat mereduksi
biaya operasional. Tujuan lain dari pengeringan adalah untuk diversifikasi produk
seperti inovasi pada produk sereal instan (instant cereal) dan minuman instan
(instant beverages) (Estiasih dan Ahmadi, 2009).
g. Pencampuran
Proses pencampuran merupakan proses yang sangat penting sebelum
dilakukan pencetakan tablet. Pencampuran bertujuan untuk memperolah
campuran homogen antar partikel-partikel penyusunnya, pencampuran yang
kurang baik atau tidak homogen akan menyebabkan kadar zat aktif dalam tablet
kurang seragam (Siregar dan Wikarsa, 2010).
h. Pengayakan
Pengayakan dimaksudkan untuk menghasilkan campuran butir dengan ukuran
tertentu agar dapat diolah lebih lanjut sehingga diperoleh penampilan atau bentuk
komersial yang diinginkan (Bernasconi, dkk., 2005).
Ayakan biasanya berupa anyaman dengan mata jala yang berbentuk bujur
sangkar atau empat persegi panjang, berupa plat yang berlubang-lubang bulat atau
bulat panjang. Selama proses pengayakan ukuran lubang ayakan harus tetap
konstan. Yang menjadi ciri ayakan antara lain adalah:
1. Ukuran dalam mata jala
2. Jumlah mata jala (mesh) per satuan panjang, misalnya per cm atau per inch
3. Jumlah mata jala (mesh) per satuan luas, misalnya per cm2 atau per inchi2
(Bernasconi, dkk., 1995).
18
i. Pencetakan
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan
bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.
Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk, dan penandaaan permukaan
tergantung pada desain cetakan (Ditjen POM, 1995).
Tablet cetakan dibuat dengan cara menekan masa serbuk lembab dengan tekanan
rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal
yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada
kekuatan tekanan yang diberikan (Ditjen POM, 1995).
j. Pengemasan
Setelah pencampuran dan tabletasi selesai, produk tablet effervescent
segera dikemas dengan kemasan primer yang hermetis (kedap uap air dan kedap
gas), misalnya dengan aluminium foil berlapis polietilen supaya dapat dikelim
(sealing). Setelah dikemas dengan kemasan primer, penyimpanan produk
effervescent dapat dilakukan pada ruangan bersuhu dan ber-RH normal
(Liberman, dkk., 1992)
Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk pengemasan produk antara lain kotak
cardboard dengan atau tanpa jendela selofan transparan, plastik polietilen atau
propilen, dan satu lapis kantong plastik (polietilen atau polipropilen) (Mardiah,
dkk., 2009).