Anda di halaman 1dari 15

TINJAUAN PUSTAKA

Tablet Effervescent
Effervescent didefenisikan sebagai timbulnya gelembung gas dari cairan
sebagai hasil dari reaksi kimia. Campuran effervescent telah diketahui dan
digunakan sebagai obat sejak 100 tahun yang lalu. Tablet effervescent merupakan
metode yang nyaman untuk pemberian sejumlah zat aktif atau bahan kimia
yang telah diukur sebelumnya dengan disolusi. Larutan effervescent berkilau,
lezat, dan menyediakan zat aktif dalam bentuk larutan dengan ketersediaan
hayati yang terjamin bagi orang yang sulit menelan tablet atau kapsul biasa
(Siregar dan Wikarsa, 2010).
Effervescent didefenisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan
gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat
pelarutan effervescent adalah karbon dioksida sehingga dapat memberikan efek
sparkling (rasa seperti air soda) (Lieberman, dkk., 1992).
Tablet effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan tablet dengan cara
pengempaan bahan-bahan aktif campuran asam-asam organik, seperti asam sitrat
atau asam tartarat dan natrium bikarbonat. Bila tablet ini dimasukkan ke dalam
air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat sehingga
terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan gas karbondioksida serta
air. Reaksinya cukup cepat dan biasanya berlangsung dalam waktu satu menit atau
kurang. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga menghasilkan
rasa yang enak karena adanya karbonat yang dapat membantu memperbaiki rasa
obat-obat tertentu (Banker dan Anderson, 1986).

4
Universitas Sumatera Utara

5
Reaksinya adalah sebagai berikut :
C6H8O7 + 3 NaHCO3

Na3C6H5O7 + 4 H2O + 3 CO2

Asam sitrat Na-Bikarbonat

Na-Sitrat

Air

Karbondioksida

Reaksi di atas tidak dikehendaki terjadi sebelum effervescent dilarutkan,


oleh karena itu kadar air bahan baku dan kelembaban lingkungan perlu
dikendalikan tetap rendah untuk mencegah ketidakstabilan produk. Pengendalian
akan berlangsung terus secara cepat karena hasil reaksi adalah air. Kelarutan dari
bahan baku merupakan salah satu hal yang penting dalam pembuatan tablet
effervescent. Jika kelarutannya kurang baik maka reaksi tidak akan terjadi dan
tablet tidak larut dengan cepat (Lieberman, dkk., 1992).
Garam effervescent yang baik mengandung asam sitrat dan asam tartarat
(1:2) agar didapatkan granul yang rapuh. Reaksinya sebagai berikut:
a.

Asam sitrat

C6H8O7 .H2O + 3NaHCO3


210
3x84

Na3C6H5O7 + 4H2O + 3CO2

1 gram asam sitrat (BM = 210) bereaksi dengan 1,2 g natrium bikarbonat
(BM = 84) berdasarkan perhitungan berikut :

x = 1,2 g Na bikarbonat
b. Asam Tartarat
C4H6O6+ 2NaHCO3
150
2x84

Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2

2 gram asam tartarat (BM=150) bereaksi dengan 2,24 g natrium bikarbonat


berdasarkan perhitungan berikut :

Universitas Sumatera Utara

Sehingga total natrium bikarbonat yang dibutuhkan untuk mereaksikan


asam sitrat dan asam tartarat adalah 1,2 g + 2,24 g = 3,44 g atau 3,4 g. Dari
perhitungan tersebut didapatkan perbandingan asam sitrat : asam tartarat : natrium
bikarbonat adalah 1 : 2 : 3,4 (Ansel, dkk., 1995).
Manfaat Effervescent
Keuntungan tablet effervescent adalah bentuk sediaan tablet dengan
penyiapan bahan-bahan dalam waktu seketika jika mengandung dosis yang tepat.
Sedangkan kerugian tablet effervescent adalah kesukaran untuk menghasilkan
produk yang stabil secara kimia. Bahkan kelembaban udara selama pembuatan
produk mungkin sudah cukup untuk memulai reaktivitas effervescent. Selama
reaksi berlangsung, air yang dibebaskan dari bikarbonat menyebabkan
autokatalisis dari reaksi. Kelembaban udara di sekitar tablet setelah wadahnya
di buka juga dapat menyebabkan penurunan kualitas yang cepat dari produk,
setelah sampai di tangan konsumen. Karena itu tablet effervescent dikemas secara
khusus dalam kantong lembaran alumunium kedap udara atau kemasan padat
dalam tabung silindris dengan ruang udara yang minimum. Alasan lain untuk
kemasan adalah kenyataan bahwa tablet biasanya telah dikempa sehingga
cukup mudah untuk menghasilkan reaksi effervescent dalam waktu yang cepat
(Banker dan Anderson, 1994).
Ada berbagai keuntungan sediaan tablet effervescent seperti di bawah ini :
1. Memberi cita rasa menyenangkan karena membantu menutup rasa zat aktif
7
yang tidak menyenangkan.
2. Tablet mudah digunakan setelah dilarutkan, nyaman dan merupakan bentuk
sediaan yang mengandung zat aktif.

Universitas Sumatera Utara

3. Dapat dikemas secara individual untuk mencegah masuknya kelembaban


sehingga

menghindari

masalah

ketidakstabilan

kandungan

selama

penyimpanan.
4. Dapat diberikan kepada pasien yang sulit menelan tablet atau kapsul (setelah
dilarutkan terlebih dulu dalam air minum).
5. Zat aktif yang tidak stabil apabila disimpan dalam larutan bercair akan lebih
stabil dalam tablet effervescent.
(Siregar dan Wikarsa, 2010)
Asam Sitrat
Asam sitrat merupakan asam yang umum digunakan sebagai asam
makanan dan harganya relatif murah. Asam ini memiliki kelarutan yang tinggi,
mempunyai kekuatan asam yang tinggi dan tersedia dalam bentuk granular,
anhidrat dan bentuk monohidrat. Selain itu, tersedia juga dalam bentuk serbuk.
Asam ini sangat higroskopis, oleh karena itu penanganan dan penyimpanannya
memerlukan perhatian khusus (Lieberman, dkk., 1992).
Sumber asam yang paling umum digunakan dalam pembuatan tablet
effervescent adalah asam sitrat dan asam tartarat. Asam sitrat terdapat dalam
bentuk serbuk hablur, anhidrat, dan bentuk monohidrat. Asam sitrat bersifat
higroskopis sehingga harus dijaga dari masuknya udara terutama bila disimpan
dalam ruang dengan kelembaban udara yang tinggi (Wilisa, 2009).
Asam sitrat adalah asam makanan yang paling umum digunakan. Asam
sitrat mudah di dapat, melimpah, relatif tidak mahal, sangat mudah larut,
memiliki kekuatan asam yang tinggi, tersedia sebagai granula halus, mengalir
bebas, tersedia dalam bentuk anhidrat dan bentuk monohidrat berkualitas

Universitas Sumatera Utara

makanan. Bahan ini sangat higroskopis sehingga harus disimpan dengan hati-hati
untuk mencegah pemaparan pada daerah dengan kelembaban yang tinggi
jika bahan ini di keluarkan dari wadah aslinya dan di kemas kembali dengan
tidak sesuai. Asam sitrat mudah larut dalam etanol. Pada kelembaban relatif
yang lebih rendah dari 65% asam sitrat mengembang pada suhu 25oC
(Siregar dan Wikarsa, 2010).
Natrium Bikarbonat
Natrium bikarbonat merupakan serbuk kristal berwarna putih yang
memiliki rasa asin, mudah larut air, dan tidak higroskopis. Natrium bikarbonat
pada RH di atas 85% akan cepat menyerap air di lingkungannya dan akan
menyebabkan dekomposisi dan hilangnya karbondioksida sehingga sebagai bahan
effervescent diperlukan penyimpanan yang rapat. Natrium bikarbonat selain dapat
dipakai sebagai salah satu bahan gas forming yang menghasilkan karbondioksida,
senyawa ini juga dapat dipakai sebagai pengisi tablet effervescent (Juita, 2008)
Natrium bikarbonat merupakan sumber utama karbondioksida dalam
sistem effervescent. Senyawa ini larut sempurna dalam air, tidak higroskopis,
tidak mahal, banyak tersedia di pasaran dalam lima tingkat ukuran partikel (mulai
dari serbuk halus sampai granula seragam yang mengalir bebas), dapat dimakan
dan digunakan secara luas dalam produk makanan sebagai soda kue. Natrium
bikarbonat merupakan alkali natrium yang paling lemah, mempunyai pH 8,3
dalam larutan air dalam konsentrasi 0,85%. Zat ini menghasilkan kira-kira 52%
9
karbondioksida (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Sumber karbonat, digunakan sebagai bahan penghancur dan sumber
timbulnya gas yang berupa CO2 pada tablet effervescent. Sumber karbonat yang
biasa digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah natrium karbonat dan

Universitas Sumatera Utara

natrium bikarbonat. Keduanya adalah yang paling reaktif. Dalam tablet


effervescent, sodium bikarbonat merupakan sumber karbon yang paling utama
yang dapat larut sempurna, nonhigroskopik, murah, banyak, dan tersedia
secara komersial mulai dari bentuk bubuk sampai bentuk granul. Sehingga
natrium bikarbonat lebih banyak dipakai dalam pembuatan tablet effervescent
(Mohrle, 1989).
Manitol
Manitol dengan rumus kimia C6H14O6 atau D-mannitol; 1,2,3,4,5,6-hexane
hexol merupakan monosakarida poliol dengan nama kimia manitol berbentuk
kristal berwarna putih, tidak berbau, larut dalam air, sangat sukar larut dalam
alkohol dan tidak larut hampir dalam semua pelarut organik. Manitol berasa manis
dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,5 kali sampai 0,7 kali tingkat
kemanisan sukrosa. Nilai kalori manitol sebesar 1,6 kkal/g atau 6,69 kJ/g,
termasuk golongan GRAS (Generally Recognized As Safe), sehingga aman
dikonsumsi manusia, tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan
peningkatan kadar glukosa dan insulin dalam darah bagi penderita diabetes.
Konsumsi manitol sebayak 20 g/hari akan mengakibatkan efek laksatif
(Cahyadi, 2009).
Manitol tidak menyebabkan peningkatan glukosa darah, dan karena itu
digunakan sebagai pemanis bagi penderita diabetes, dan permen karet. Ini juga
memiliki rendah indeks glisemik, membuatnya menjadi makanan karbohidrat
rendah. Meskipun manitol memiliki gula alkohol yang relatif rendah yang
mempunyai efek pendingin yang biasanya ditemukan dalam permen mint. Namun,
ketika manitol benar-benar di larutkan dalam produk menginduksi efek
pendinginan yang kuat. Selain itu mempunyai sifat higroskopis yang sangat

Universitas Sumatera Utara

rendah yang tidak akan mengambil air dari udara sampai tingkat kelembaban
98%. Rasa yang menyenangkan dan mouthfeel dari manitol juga membuatnya
menjadi populer untuk tablet kunyah (Wikipedia, 2011).
Sekilas Tentang Rosela
Nama latin rosela adalah Hibiscus sabdariffa L. Hibiscus termasuk
tanaman tropis yang tumbuh tahunan. Rosela mempunyai kemiripan dengan
kembang sepatu karena memang tanaman ini masih satu famili, yaitu malvaceace.
Berbagai jenis varietas dari hibiscus tersebar di seluruh dunia termasuk India,
Afrika, Sudan, Jamaika, Cina, Filipina, dan Amerika. Koleksi terbesar plasma
nutfah dari hibiscus disimpan di Maryland (Amerika Serikat) dan Australia
(Mardiah, dkk., 2009)
Dalam taksonomi tumbuhan, rosela diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Malvaceales

Famili

: Malvaceae

Genus

: Hibiscus

Spesies

: Hibiscus sabdariffa L.

(Mardiah, dkk., 2009).


Rosela mempunyai nama ilmiah Hibiscus sadbariffa L merupakan anggota
family Malvaceae. Rosela dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dan
subtropis. Tanaman ini mempunyai habitat asli di daerah yang terbentang dari
India hingga Malaysia. Namun, sekarang
di daerah tropis

tanaman ini telah tersebar luas

dan subtropis di seluruh dunia. Karena itu, tak heran jika

Universitas Sumatera Utara

tanaman ini mempunyai nama umum yang berbeda-beda di berbagai negara


(Maryani dan Kristiana, 2005).
Tanaman rosela berupa semak berdiri tegak dengan tinggi 3-5 m. Ketika
masih muda, batang dan daunnya berwarna hijau. Ketika beranjak dewasa dan
masih berbunga, batangnya berwarna coklat kemerahan. Batang

berbentuk

silindris dan berkayu, serta memiliki banyak percabangan. Pada batang melekat
daun-daun yang tersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk bulat telur dengan
pertulangan menjari dan tepi bergerigi. Ujung daun ada yang runcing atau
bercabang. Tulang daunnya berwarna merah. Panjang daun dapat mencapai 6-15
cm dan lebar 5-8 cm. Akar yang menopang batangnya berupa akar tunggang
(Widyanto dan Nelistya, 2008).
Pada prinsipnya rosela dapat hidup di kondisi lahan, cuaca, serta suhu
yang bagaimanapun, akan tetapi di setiap daerah yang berbeda akan menghasilkan
warna yang berbeda pula. Batang rosela akan tumbuh dari satu titik tumbuh.
Rosela yang ditanam di lereng pegunungan memiliki warna kelopak yang merah
agak kehitam-hitaman sedangkan yang ditanam di tanah pekarangan memiliki
warna yang merah kurang cerah dan yang ditanam di sawah dan dataran rendah
memiliki warna merah cerah dan dapat dijadikan standart ekspor. Batangnya
tumbuh sangat tinggi. Satu pohon bisa keluar kelopak bunga sebanyak 10 kg
(Warientek, 2008).

12

Komposisi Kimia Rosela


Beberapa penelitian yang telah dilakukan ternyata rosela terutama pada
bagian kelopaknya mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh. Kelopak bunga

Universitas Sumatera Utara

tanaman ini berwarna merah tua, tebal, dan berair serta banyak mengandung
vitamin A, vitamin C dan asam amino. Selain itu kelopak bunga rosela juga
mengandung asam organik, polisakarida, dan flavonoid (Daryanto, 2008).
Kelopak bunga rosela mempunyai kandungan vitamin C yang sangat
tinggi sehingga mampu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan
berbagai penyakit dengan menghambat terakumulasinya radikal bebas penyebab
penyakit kronis dan dapat mencegah penuaan dini. Dalam hal ini yang berperan
adalah antosianin. Selain kandungan vitamin C yang sangat tinggi, rosela juga
kaya akan mineral, seperti kalsium, fosfor, potasium, dan zat besi yang sangat
penting untuk tubuh. Selain vitamin C, rosela juga mengandung vitamin B1,
vitamin B2, niasin dan vitamin D. Tubuh manusia membutuhkan 22 asam amino.
Dari 22 ini, 18 di antaranya terpenuhi dari bunga rosela. Dua diantaranya (arginin
dan lisin) bila bersinergi dengan asam glutamat dapat merangsang otak untuk
menggerakkan hormon tubuh manusia (Mangkurat, 2008).
Dari semua jenis vitamin yang ada, vitamin C merupakan vitamin yang
paling mudah rusak. Di samping sangat larut dalam air, vitamin C mudah rusak
teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim,
oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila
vitamin

dibiarkan

dalam

keadaan

asam,

atau

pada

suhu

rendah
13

(Winarno, 1995).

Adapun komposisi kimia kelopak bunga rosela dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 1. Komposisi kimia kelopak rosela segar per 100 g bahan
Komposisi Kimia
Kalori (kal)

Jumlah
49

Universitas Sumatera Utara

Air (%)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (%)
Serat (g)
Abu (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Betakaroten (mg)
Vitamin C (mg)
Tiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niasin (mg)

84,5
1,145
2,61
12,3
12
6,9
1,263
273,2
8,98
0,029
6,7
0,117
0,277
0,765

Sumber : (Mardiah, dkk., 2009).


Kelopak rosela mengandung antioksidan yang dapat menghambat
terakumulasinya radikal bebas yang dapat menyebabkan penyakit kronis, seperti
kerusakan ginjal, diabetes, jantung koroner, kanker (darah) dan dapat mencegah
penuaan dini. Dalam hal ini, antosianin merupakan pigmen tumbuhan yang
memberikan warna merah pada bunga rosela dan berperan mencegah kerusakan
sel akibat paparan sinar ultra violet berlebih (Widyanto dan Nelistya, 2009).
Banyaknya kandungan antosianin menentukan tingkat kepekatan warna
merah pada bunga rosela. Semakin banyak kandungan antosianin maka semakin
pekat warna merahnya dan semakin banyak kandungan antioksidannya. Kadar
antosianin juga mempengaruhi rasa seduhan. Warna yang pekat menandakan
rasanya sangat asam oleh karena kandungan asam malat, asam sitrat dan asam
14
askorbat (Widyanto dan Nelistya, 2009).
Bahan-Bahan Tambahan
Gula Sukrosa
Sukrosa adalah disakarida yang mempunyai peran penting dalam
pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan dan kelapa

Universitas Sumatera Utara

kopyor. Sukrosa merupakan gula yang murah dan diproduksi dalam jumlah besar.
Secara komersial gula pasir dibuat melalui proses penyulingan dan kristalisasi
(Almatsier, 2001).
Sukrosa mempunyai sifat yang mudah larut dalam air, berbentuk kristal
dan mempunyai rasa manis sehingga sukrosa yang ditambahkan sebagai pemanis
terutama untuk meningkatkan cita rasa. Di samping itu juga digunakan sebagai
pengawet karena tekanan osmosisnya yang tinggi sehingga menyebabkan
terjadinya

plasmolisis

yang

mengakibatkan

kematian

bagi

mikroba

(Buckle, dkk., 1987).


Komponen bahan pangan yang terutama berperan membentuk kristal
adalah air (es), gula, gula alkohol, lemak dan pati. Komponen lain yang juga dapat
membentuk kristal dalam bahan pangan antara lain pengemulsi, garam, asam
organik, dan protein. Elemen pembentuk struktur dalam produk pangan seperti
sel, udara, kristal dan globula lemak berperan penting dalam menentukan umur
simpan produk pangan. Adanya kristal ini mempengaruhi mutu, tekstur dan daya
simpan produk pangan (Estiasih dan Ahmadi, 2009).
Dekstrin
Dekstrin adalah golongan karbohidrat dengan berat molekul tinggi
yang merupakan modifikasi pati dengan asam. Dekstrin mudah larut dalam air,
lebih cepat terdispersi, tidak kental serta lebih stabil daripada pati. Fungsi
dekstrin yaitu sebagai pembawa bahan pangan yang aktif seperti bahan flavor
15
dan pewarna yang mempunyai sifat mudah larut air dan bahan pengisi
(filler) karena dapat meningkatkan

berat produk dalam

bentuk bubuk

(Ribut dan Kumalaningsih, 2004).


Penambahan dekstrin ke dalam produk dapat mengurangi kerusakan
vitamin C. Fennema (1985) mengemukakan bahwa dekstrin tersusun atas

Universitas Sumatera Utara

unit glukosa yang dapat mengikat air, sehingga oksigen yang larut dapat
dikurangi, akibatnya proses oksidasi dapat dicegah. Dekstrin memiliki sifat
yang dapat larut dalam air, lebih stabil terhadap suhu panas sehingga dapat
melindungi senyawa volatil dan senyawa yang peka terhadap panas atau oksidasi.
Proses Pembuatan Tablet Effervescent Rosella
a. Sortasi
Kelopak bunga yang telah di panen dipisahkan berdasarkan tingkat
serangan hama dan penyakit, tingkat kematangan, dan ukuran. Kelopak yang
terserang kutu daun, akan diselimuti oleh bahan lekat berwarna putih, sehingga
perlu dipisahkan dan dibersihkan terlebih dahulu (Mardiah, dkk.2009).
b. Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran (tanah) yang menempel, residu
fungisida atau insektisida dan memperoleh penampakan yang baik. Pencucian
dapat dilakukan dengan menggunakan air atau dengan sikat (Baliwati, dkk.,
2004).
c. Blansing
Blansing merupakan perlakuan pendahuluan untuk beberapa jenis sayuran
dan buah-buahan dengan tujuan mendapatkan mutu produk yang dikeringkan,
dikalengkan, dan dibekukan dengan kualitas baik. Proses blansing termasuk
ke dalam proses termal dan umumnya membutuhkan suhu berkisar 75-95oC
16
selama 1-10 menit (Estiasih dan Ahmadi, 2009).
Pada dasarnya proses blansing bertujuan untuk menginaktifkan enzimenzim yang menyebabkan perubahan kualitas bahan pangan. Proses ini diterapkan
terutama pada bahan pangan segar yang mudah mengalami kerusakan akibat

Universitas Sumatera Utara

aktivitas enzim yang tinggi. Contoh bahan pangan tersebut adalah sayuran dan
buah-buahan (Estiasih dan Ahmadi, 2009).
d. Penghancuran
Setelah diblanshing masukkan kelopak bunga ke dalam blender dan
ditambahkan air. Kumalaningsih dan Suprayogi (2006) mengatakan penambahan
air ini ditujukan agar memudahkan proses penghancuran. Proses penghancuran ini
dilakukan sampai halus untuk mengurangi endapan pada sari buah yang
dihasilkan.
e. Penyaringan
Setelah dilakukan penghancuran, maka langkah selanjutnya adalah proses
penyaringan dengan kain saring atau saringan yang halus. Tujuan dari
penyaringan ini adalah untuk mengurangi biji atau daging buah yang tidak hancur
sempurna sehingga nanti akan mempengaruhi penampilan dari produk yang
dihasilkan (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).
f. Pengeringan
Pengeringan

merupakan suatu metoda untuk mengeluarkan atau

menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air
tersebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan
tersebut dikurangi sampai satu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi
17
didalamnya (Winarno, dkk., 1980).
Selain bertujuan untuk mengawetkan, pengeringan juga bertujuan untuk
mengurangi volume dan berat produk. Implikasi pengurangan volume dan berat
produk terhadap biaya produksi, distribusi, dan penyimpanan dapat mereduksi
biaya operasional. Tujuan lain dari pengeringan adalah untuk diversifikasi produk

Universitas Sumatera Utara

seperti inovasi pada produk sereal instan (instant cereal) dan minuman instan
(instant beverages) (Estiasih dan Ahmadi, 2009).
g. Pencampuran
Proses pencampuran merupakan proses yang sangat penting sebelum
dilakukan pencetakan tablet. Pencampuran bertujuan untuk memperolah
campuran homogen antar partikel-partikel penyusunnya, pencampuran yang
kurang baik atau tidak homogen akan menyebabkan kadar zat aktif dalam tablet
kurang seragam (Siregar dan Wikarsa, 2010).
h. Pengayakan
Pengayakan dimaksudkan untuk menghasilkan campuran butir dengan ukuran
tertentu agar dapat diolah lebih lanjut sehingga diperoleh penampilan atau bentuk
komersial yang diinginkan (Bernasconi, dkk., 2005).
Ayakan biasanya berupa anyaman dengan mata jala yang berbentuk bujur
sangkar atau empat persegi panjang, berupa plat yang berlubang-lubang bulat atau
bulat panjang. Selama proses pengayakan ukuran lubang ayakan harus tetap
konstan. Yang menjadi ciri ayakan antara lain adalah:
1. Ukuran dalam mata jala
2. Jumlah mata jala (mesh) per satuan panjang, misalnya per cm atau per inch
3. Jumlah mata jala (mesh) per satuan luas, misalnya per cm2 atau per inchi2
(Bernasconi, dkk., 1995).

18

i. Pencetakan
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan
bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.

Universitas Sumatera Utara

Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk, dan penandaaan permukaan
tergantung pada desain cetakan (Ditjen POM, 1995).
Tablet cetakan dibuat dengan cara menekan masa serbuk lembab dengan tekanan
rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal
yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada
kekuatan tekanan yang diberikan (Ditjen POM, 1995).
j. Pengemasan
Setelah pencampuran dan tabletasi selesai, produk tablet effervescent
segera dikemas dengan kemasan primer yang hermetis (kedap uap air dan kedap
gas), misalnya dengan aluminium foil berlapis polietilen supaya dapat dikelim
(sealing). Setelah dikemas dengan kemasan primer, penyimpanan produk
effervescent dapat dilakukan pada ruangan bersuhu dan ber-RH normal
(Liberman, dkk., 1992)
Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk pengemasan produk antara lain kotak
cardboard dengan atau tanpa jendela selofan transparan, plastik polietilen atau
propilen, dan satu lapis kantong plastik (polietilen atau polipropilen) (Mardiah,
dkk., 2009).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai