LAPORAN KASUS
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
SIKATRIK PENIS
Disusun Oleh
Nadila Lupita Puteri
0910015046
Dinar Wulan H.
0910015051
0910015052
Finda Rahmanisa
0910015053
M.Rozaqy Ishaq
0910015056
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
Gejala-gejala yang timbul juga bervariasi tetapi yang terbanyak dikeluhkan adalah
nyeri pada lokasi suntikkan. Sedangkan sebagian pasien memiliki keluhan yang tidak
spesifik seperti perubahan kontur penis dan perubahan warna kulit pada lokasi suntikkan.
1.2 Tujuan
1. Menambah ilmu dan pengetahuan mengenai penyakit sikatrik penis
2. Membandingkan informasi yang terdapat pada literatur dengan kenyataan pada
kasus.
3. Melatih mahasiswa dalam
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 20 November 2014 di ruang perawatan bedah
Cempaka 1 RSUD AW Sjahranie, Samarinda.
-
Identitas Pasien:
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Status
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
Alamat
Masuk Rumah Sakit
Tanggal pemeriksaan
: Tn. AS
: Laki-laki
: 34 tahun
: Menikah
: Guru SMP
: Sarjana
: Separi Mahakam RT 10
: 14 November 2014
: 20 November 2014
Keluhan Utama
Kulit mengeras pada penis
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan kulit penis mengeras seperti koreng sejak 5 tahun
sebelum masuk rumah sakit, namun 3 bulan belakangan ini, keluhan dirasakan
bertambah parah karena disertai rasa nyeri dan gatal. Pasien juga pernah mengalami
keluar nanah putih kekuningan dari lubang kencingnya. Selama 4 tahun tersebut gejala
dirasakan hilang timbul dan kulit yang mengeras akan sembuh setelah meminum obat
pemberian dokter yaitu trisulfa. Sebelumnya pasien pernah memakai suntikan pembesar
penis yaitu minyak urang aring pada 6 tahun yang lalu karena diajak oleh temantemannya.
gangguan saat berhubungan suami istri yaitu susah untuk memulai ereksi dan cairan yang
keluar saat ejakulasi juga sedikit sehingga pasien merasa kurang puas. Pasien tidak
mengalami keluhan saat buang air kecil maupun buang air besar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya
Riwayat Hipertensi, Diabetes Mellitus, asma, alergi disangkal
4
4.
Keadaan Umum
: Sakit ringan
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda vital
:
- Nadi
: 84 x/menit
- Frekuensi napas : 20 x/menit
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Temperatur
: 36,6oC
Kepala-Leher :
Normocephal, Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-), bibir sianosis (-), faring
- Jantung :
a. Inspeksi
b. Palpasi
Abdomen
a. Inspeksi
c. Perkusi
d. Auskultasi
7.
Ekstremitas
:
: Datar, sikatriks (-), hematom (-), distensi (-)
b. Palpasi
: Nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien tidak teraba
: Timpani, ascites (-), nyeri ketok hepar (-), nyeri ketok CVA (-/-),
: Bising usus normal
: Akral hangat, edema (-)
Status Urologis
Flank pain (-/-)
5
C. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium
Laboratorium (17-11-2014)
Pemeriksaan
Hb
Hct
Leukosit
Eritrosit
Trombosit
GDS
Ureum
Creatinin
Na
Cl
K
AB HIV
HbsAg
BT
CT
Nilai
11,1 gr/dl
38 %
8.200
3,98 juta
303.000
85 mg/dl
20,9 mg/dl
1,2 mg/dl
136 mmol/L
105 mmol/L
3,9 mmol/L
NR
NR
2
8
Nilai Normal
11 - 16
37 - 54
5.000 10.000
3,5 5,5 juta
100.000 300.000
60 - 150
10 - 40
0,5 1,5
135 - 155
95 - 105
3,6 5,5
Negatif
Negatif
Hasil USG : Gastritis (+), multiple cholelitiasis berupa > 10 butir batu empedu.
D. Diagnosis Kerja
Sikatrik Penis
E. Penatalaksanaan
Rekonstruksi penis
F. Prognosis
Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Silikonoma adalah granuloma kronik yang timbul karena adanya iritasi yang terus
menerus dalam jangka waktu yang lama dengan silikone. Silikonoma atau sclerosing
lipogranuloma sering adalah suatu kondisi kulit yang ditandai dengan banyaknya granulomagranuloma serta fibrosis yang terjadi pada jaringan lemak subkutan akibat dari injeksi silikon
maupun mineral oil lainnya.1,2 Sclerosing lipogranuloma pada genitalia pria adalah suatu
keadaan dimana terdapat massa subkutan pada penis. Silikonoma penis terjadi akibat injeksi
cairan viskositas tinggi untuk tujuan membesarkan ukuran maupun merubah kontur penis.
Material tersebut tidak bisa di metabolisme oleh tubuh sehingga menimbulkan reaksi tubuh
terhadap benda asing. Akibatnya berisiko terhadap kesehatan dan memerlukan intervensi
segera agar tidak menyebabkan gangguan fungsi organ.3
Anatomi 4
Sistem Reproduksi Pria
a.Organ Eksterna
-Penis
-Scrotum
b.Organ Interna
-Testis
-Epididimis
-Vas deferens
-Vesikula seminalis
-Kelenjar prostat
-Uretra/saluran kencing
(Gambar 1).
Ketiganya tersusun dari tiga korpus berbentuk silinder yang mengandung jaringan kavernosa
erektil, yakni sepasang corpus cavernosum yang terletak pada bagian dorsal dan satu corpus
8
spongiosum yang terletak pada bagian ventral. Setiap corpus cavernosum dilapisi oleh lapisan
fibrosa yang disebut tunica albuginea dan kedua corpus cavernosum dipisahkan oleh septum
penis. Di sebelah superfisial tunica albuginea terdapat fascia profunda penis (fascia Buck),
yang merupakan lanjutan dari fascia perineal profunda yang membentuk lapisan membranosa
yang kuat yang menutupi dan melekatkan keduacorpus cavernosa dengan corpus
spongiosum. Kedua corpus cavernosa membentuk crus penis pada bagian posterior.
Corpus spongiosum yang terletak di bagian bawah (bagian ventral) dan di dalamnya
terdapat uretra pars spongiosa. Pada bagian distal, corpus spongiosum membesar dan
membentuk glans penis. Tepi glans penis merupakan proyeksi ujung corpus cavernosum yang
membentuk corona glandis. Corona glandis memisahkan basis glans dan corpus penis. Di
ujung dari glans penis terdapat bagian uretra anterior berupa celah terbuka yang disebut
orificium urethra externa.
Arteri dorsalis penis : berjalan pada setiap sisi vena dorsalis penis pada dorsal groove
di antara corpus cavernosa, yang mensuplai darah menuju ke jaringan fibrosa di
sekitar corpus cavernosa, corpus spongiosum dan uretra spongiosa, dan kulit penis.
Arteri profunda penis : menembus crura di bagian proksimal dan berjalan di sebelah
distal dekat dengan pusat corpus cavernosa, yang mensuplai jaringan erektil pada
struktur tersebut.
Arteri bulbaris : mensuplai daerah posterior (pars bulbosa) dari corpus spongiosum
dan uretra di dalamnya serta glandula bulbouretralis.
Cabang superfisial dan profunda dari arteri pudendus eksterna mensuplai
darah ke kulit penis, yang saling beranastomis dengan cabang dari arteri pudendus interna.
Darah yang berasal dari ruang cavernosus dialirkan oleh plexus venosus yang
bergabung dengan vena dorsalis penis profunda pada fascia Buck. Vena ini berjalan di antara
lamina dari ligamentum suspensorium, yang memasuki pelvis dimana selanjutnya mengalir
menuju plexus venosus prostatika. Darah yang berasal dari lapisan superfisial penis mengalir
10
menuju vena dorsalis penis superfisialis, dimana selanjutnya mengalir menuju vena pudendus
eksterna superficial.
Aliran limfa yang berasal dari kulit penis pada awalnya mengalir menuju limfonodus
inguinal superficialis. Sedangkan yang berasal dari glans penis dan uretra spongiosa bagian
distal mengalir menuju ln. inguinal profunda dan ln. iliaca eksterna, dan yang berasal dari
corpus cavernosa dan uretra spongiosa bagian proksimal mengalir menuju ln. iliaca interna.
Epidemiologi
Penggunaan silikone cair, paraffin maupun mineral oil jenis lain dengan tujuan
memperbesar ukuran dan merubah kontur penis sudah dikenal pada komunitas primitif.
Walaupun banyak komplikasi serius akibat praktek ini, tren semacam ini semakin populer
hingga abad ke 20. Kasus silikonoma penis telah banyak dilaporkan dalam literatur
internasional paling banyak terjadi di Asia, Rusia, dan Eropa Timur. Pasien terbanyak lakilaki dewasa muda.5,6
Etiologi
Silikonoma atau sclerosing lipogranuloma terjadi akibat penggunaan injeksi zat
seperti silikone, paraffin maupun mineral oil lainnya.5
Histopatologi
Silikonoma terjadi akibat injeksi silikone maupun mineral oil jenis lain. Granuloma semacam
ini disebabkan oleh proses radang kronik yang bersamaan dengan infeksi akibat adanya
benda asing dalam interstisial, sedangkan tubuh tidak memiliki enzim untuk memetabolisme
bahan eksogen yang berada di interstisial sehingga terjadi reaksi penolakan terhadap benda
asing. Proses radang ini diperantarai oleh makrofag, limfosit dan kadang-kadang sekelompok
sel raksasa berinti banyak. Sifat khas peradangan ini adalah pengumpulan makrofag dalam
jumlah besar dan agregasi makrofag menjadi gumpalan-gumpalan nodular yang disebut
granuloma. Granuloma biasanya terbentuk karena adanya agen penyerang yang menetap di
jaringan yang resisten terhadap usaha tubuh untuk membuangnya. Agen-agen semacam itu
dapat berupa bahan-bahan tidak larut tetapi steril. Gambaran histopatologi pada penyakit ini
11
adanya substitusi jaringan subkutan dengan ruang kistik minyak. Ruang ini muncul sebagai
kista kosong ketika dilakukan pengecatan dengan hematoksilin dan eosin.6,7
Gejala Klinis
Reaksi penolakan terhadap benda asing muncul dalam bentuk peradangan sehingga
menyebabkan gejala klinis seperti nyeri, indurasi, edema, jaringan parut, ulserasi, perubahan
warna kulit dan pembengkakan pada penis, deformitas, nekrosis, nyeri saat ereksi dan ketidak
mampuan melakukan aktifitas seksual. Gejala-gejala tersebut kebanyakan muncul setelah
beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah injeksi.8,9
Terapi 10,11
Terapi definitif pada pasien dengan kasus silikonoma penis meliputi eksisi dan pengangkatan
lengkap massa yang terdapat pada jaringan kulit maupun subkutan yang bisa menyebabkan
gangguan fungsi organ, teknik ini merupakan metode yang tepat untuk menghindari gejala
penyakit ini muncul lagi di masa depan. Terdapat juga teknik lain yaitu kombinasi antara
teknik di atas dengan teknik penggunaan Scrotal Flaps atau Split Thickening Skin Grafts.
Pada teknik scrotal flaps setelah seluruh massa diangkat, kemudian dilakukan skin flap
menggunakan kulit skrotum yang di vaskularisasi oleh cabang posterior arteri pudenda
interna atau cabang anterior arteri pudenda eksterna sebagai flap. Split Thickening Skin
Grafts merupakan skin graft yang meliputi seluruh bagian epidermis dan dermis. Cara ini
lebih dapat diterima dari segi kosmetika dan perbaikan fungsi seksual. Bisa menggunakan
kulit dari bagian inguinal maupun kulit asli dari penis.
Prognosis
Pengangkatan seluruh massa merupakan satu-satunya penanganan yang efektif dan tepat.
Kekambuhan dapat terjadi pada kasus eksisi yang tidak lengkap11.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
14
15