Anda di halaman 1dari 15

SMF/Lab Ilmu Bedah

LAPORAN KASUS

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

SIKATRIK PENIS

Disusun Oleh
Nadila Lupita Puteri

0910015046

Dinar Wulan H.

0910015051

Chika Ahsanu Amala

0910015052

Finda Rahmanisa

0910015053

M.Rozaqy Ishaq

0910015056
Pembimbing

dr. Boyke Soebhali, Sp.U

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


SMF Ilmu Bedah
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
2014
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Silikon atau dimethylsiloxane adalah polimer inorganic. Silikon dapat disintesis
menjadi beberapa jenis material seperti cairan, gel dan karet. Silikon tidak berbau, tak
berwarna, tahan air, tahan kimia, tahan oksidasi dan stabil pada suhu tinggi. Silikon cair
dikembangkan tahun 1963 dan digunakan sebagai bahan augmentasi pada payudara dan
wajah. Lama kelamaan, banyak laporan tentang akumulasi bahan ini yang mengakibatkan
efek samping termasuk peradangan, indurasi, perubahan warna kulit dan granuloma
akibat silikon. Silikonoma adalah granuloma kronik. Silikonoma atau sclerosing
lipogranuloma adalah suatu kondisi kulit yang ditandai dengan banyaknya granulomagranuloma serta fibrosis yang terjadi pada jaringan lemak subkutan akibat dari injeksi
silikone maupun mineral oil lainnya.
Silikonoma penis terjadi akibat injeksi cairan viskositas tinggi untuk tujuan
membesarkan ukuran maupun merubah kontur penis. Hal ini menyebabkan konsekuensi
rusaknya fungsi seksual dari organ tersebut. Saat ini penggunaan silikone cair baik untuk
alasan kecantikan maupun lain-lain sudah sangat populer di kalangan masyarakat luas.
Tidak sedikit pula saat ini praktek penyuntikan silikon secara ilegal yang dilakukan oleh
tenaga nonmedis. Umumnya penyuntikkan silikon ini dilakukan pada tempat-tempat yang
ingin dirubah bentuk dan konturnya misalnya di daerah hidung, dagu, kelopak mata, pipi,
payudara hingga penis. Sejak dahulu, banyak yang menganut paham bahwa memiliki
organ seksual dengan ukuran yang besar merupakan symbol kekuatan seorang pria
khususnya dalam hal seksualitas sehingga hal ini sudah menjadi budaya popoler pada
komunitas primitif meskipun praktek ini menjadi kurang modis setelah tahun 1990an.
Namun praktek ini terus berlanjut di beberapa bagian dunia, hal ini dibuktikan dari
banyaknya laporan kasus baik dari Asia maupun Eropa. Penelitian yang dilakukan oleh
Tack Lee dkk pada pasien-pasien yang memiliki riwayat injeksi silikon maupun bahanbahan lain oleh tenaga nonmedis menyimpulkan bahwa tujuan penggunaan silikon
maupun bahan-bahan lain untuk injeksi pada penis diataranya yaitu : memperbesar
ukuran penis, mengatasi masalah disfungsi ereksi, dan untuk memuaskan pasangan
seksual.

Gejala-gejala yang timbul juga bervariasi tetapi yang terbanyak dikeluhkan adalah
nyeri pada lokasi suntikkan. Sedangkan sebagian pasien memiliki keluhan yang tidak
spesifik seperti perubahan kontur penis dan perubahan warna kulit pada lokasi suntikkan.
1.2 Tujuan
1. Menambah ilmu dan pengetahuan mengenai penyakit sikatrik penis
2. Membandingkan informasi yang terdapat pada literatur dengan kenyataan pada
kasus.
3. Melatih mahasiswa dalam

melaporkan dengan baik suatu kasus yang didapat dari

anamnesa hingga penatalaksanaan dan follow up

BAB II
LAPORAN KASUS

A. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 20 November 2014 di ruang perawatan bedah
Cempaka 1 RSUD AW Sjahranie, Samarinda.
-

Identitas Pasien:
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Status
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
Alamat
Masuk Rumah Sakit
Tanggal pemeriksaan

: Tn. AS
: Laki-laki
: 34 tahun
: Menikah
: Guru SMP
: Sarjana
: Separi Mahakam RT 10
: 14 November 2014
: 20 November 2014

Keluhan Utama
Kulit mengeras pada penis
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan kulit penis mengeras seperti koreng sejak 5 tahun
sebelum masuk rumah sakit, namun 3 bulan belakangan ini, keluhan dirasakan
bertambah parah karena disertai rasa nyeri dan gatal. Pasien juga pernah mengalami
keluar nanah putih kekuningan dari lubang kencingnya. Selama 4 tahun tersebut gejala
dirasakan hilang timbul dan kulit yang mengeras akan sembuh setelah meminum obat
pemberian dokter yaitu trisulfa. Sebelumnya pasien pernah memakai suntikan pembesar
penis yaitu minyak urang aring pada 6 tahun yang lalu karena diajak oleh temantemannya.

Pasien mengaku hanya memakai 1 kali suntikkan. Pasien mengalami

gangguan saat berhubungan suami istri yaitu susah untuk memulai ereksi dan cairan yang
keluar saat ejakulasi juga sedikit sehingga pasien merasa kurang puas. Pasien tidak
mengalami keluhan saat buang air kecil maupun buang air besar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya
Riwayat Hipertensi, Diabetes Mellitus, asma, alergi disangkal
4

Riwayat penyakit jantung tidak diketahui pasien.


Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa
Istri tidak mengalami keputihan, nyeri BAK, ataupun gatal-gatal pada kemaluan.
Riwayat Diabetes Mellitus, asma, hipertensi, alergi disangkal
B. Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
1.
2.
3.

4.

Keadaan Umum
: Sakit ringan
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda vital
:
- Nadi
: 84 x/menit
- Frekuensi napas : 20 x/menit
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Temperatur
: 36,6oC
Kepala-Leher :
Normocephal, Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-), bibir sianosis (-), faring

hiperemis (-), tonsil hiperemis (-), pembesaran KGB (-).


Thoraks
:
- Paru
:
a. Inspeksi : Pergerakan dada simetris, retraksi (-), retraksi dinding dada (-)
b. Palpasi: Vocal fremitus simetris, fremitus raba simetris
c. Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
d. Auskultasi : Vesikuler (+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).
5.

- Jantung :
a. Inspeksi
b. Palpasi

: Ictus Cordis tampak (-)


: Ictus Cordis teraba (+) di ICS V Midclavicula Line Sinistra
c. Perkusi
: Batas kanan jantung di Parasternal Line Dextra, batas

kiri di ICS V Midclavicula Line Sinistra


d. Auskultasi : S1 dan S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
6.

Abdomen
a. Inspeksi
c. Perkusi
d. Auskultasi

7.

Ekstremitas

:
: Datar, sikatriks (-), hematom (-), distensi (-)
b. Palpasi
: Nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien tidak teraba
: Timpani, ascites (-), nyeri ketok hepar (-), nyeri ketok CVA (-/-),
: Bising usus normal
: Akral hangat, edema (-)

Status Urologis
Flank pain (-/-)
5

Flank mass (-/-)


Regio genitalia eksterna :
a.
b.

Inspeksi : sikatriks (+), edema (-), kemerahan (-), pus (-)


Palpasi : nyeri tekan (+), plak non eritematous (+), kulit penis teraba mengeras (+)

C. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium
Laboratorium (17-11-2014)
Pemeriksaan
Hb
Hct
Leukosit
Eritrosit
Trombosit
GDS
Ureum
Creatinin
Na
Cl
K
AB HIV
HbsAg
BT
CT

Nilai
11,1 gr/dl
38 %
8.200
3,98 juta
303.000
85 mg/dl
20,9 mg/dl
1,2 mg/dl
136 mmol/L
105 mmol/L
3,9 mmol/L
NR
NR
2
8

Nilai Normal
11 - 16
37 - 54
5.000 10.000
3,5 5,5 juta
100.000 300.000
60 - 150
10 - 40
0,5 1,5
135 - 155
95 - 105
3,6 5,5
Negatif
Negatif

Hasil USG : Gastritis (+), multiple cholelitiasis berupa > 10 butir batu empedu.
D. Diagnosis Kerja
Sikatrik Penis
E. Penatalaksanaan
Rekonstruksi penis
F. Prognosis
Dubia ad bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Silikonoma adalah granuloma kronik yang timbul karena adanya iritasi yang terus
menerus dalam jangka waktu yang lama dengan silikone. Silikonoma atau sclerosing
lipogranuloma sering adalah suatu kondisi kulit yang ditandai dengan banyaknya granulomagranuloma serta fibrosis yang terjadi pada jaringan lemak subkutan akibat dari injeksi silikon
maupun mineral oil lainnya.1,2 Sclerosing lipogranuloma pada genitalia pria adalah suatu
keadaan dimana terdapat massa subkutan pada penis. Silikonoma penis terjadi akibat injeksi
cairan viskositas tinggi untuk tujuan membesarkan ukuran maupun merubah kontur penis.
Material tersebut tidak bisa di metabolisme oleh tubuh sehingga menimbulkan reaksi tubuh
terhadap benda asing. Akibatnya berisiko terhadap kesehatan dan memerlukan intervensi
segera agar tidak menyebabkan gangguan fungsi organ.3

Anatomi 4
Sistem Reproduksi Pria
a.Organ Eksterna
-Penis
-Scrotum
b.Organ Interna
-Testis
-Epididimis
-Vas deferens
-Vesikula seminalis
-Kelenjar prostat
-Uretra/saluran kencing

Gambar 1. Anatomi penis


Secara anatomis, penis terbagi atas radix, corpus dan glans penis

(Gambar 1).

Ketiganya tersusun dari tiga korpus berbentuk silinder yang mengandung jaringan kavernosa
erektil, yakni sepasang corpus cavernosum yang terletak pada bagian dorsal dan satu corpus
8

spongiosum yang terletak pada bagian ventral. Setiap corpus cavernosum dilapisi oleh lapisan
fibrosa yang disebut tunica albuginea dan kedua corpus cavernosum dipisahkan oleh septum
penis. Di sebelah superfisial tunica albuginea terdapat fascia profunda penis (fascia Buck),
yang merupakan lanjutan dari fascia perineal profunda yang membentuk lapisan membranosa
yang kuat yang menutupi dan melekatkan keduacorpus cavernosa dengan corpus
spongiosum. Kedua corpus cavernosa membentuk crus penis pada bagian posterior.
Corpus spongiosum yang terletak di bagian bawah (bagian ventral) dan di dalamnya
terdapat uretra pars spongiosa. Pada bagian distal, corpus spongiosum membesar dan
membentuk glans penis. Tepi glans penis merupakan proyeksi ujung corpus cavernosum yang
membentuk corona glandis. Corona glandis memisahkan basis glans dan corpus penis. Di
ujung dari glans penis terdapat bagian uretra anterior berupa celah terbuka yang disebut
orificium urethra externa.

Gambar 2. Penis potongan melintang


Kulit penis tipis dan berwarna lebih gelap dibanding kulit sekitarnya yang
dihubungkan dengan tunica albuginea oleh jaringan ikat longgar. Pada bagian leher glans
penis, kulit dan fascia penis berlanjut sebagai dua lapisan kulit yang disebut prepusium.
Frenulum preputii merupakan lipatan pada bagian tengah yang berasal dari lapisan dalam
preputium ke permukaan uretral dari glans penis.

Gambar 3. Vaskularisasi penis


Vaskularisasi penis
Suplai darah arteri pada penis terutama berasal dari cabang arteri pudendus
internus :

Arteri dorsalis penis : berjalan pada setiap sisi vena dorsalis penis pada dorsal groove
di antara corpus cavernosa, yang mensuplai darah menuju ke jaringan fibrosa di

sekitar corpus cavernosa, corpus spongiosum dan uretra spongiosa, dan kulit penis.
Arteri profunda penis : menembus crura di bagian proksimal dan berjalan di sebelah
distal dekat dengan pusat corpus cavernosa, yang mensuplai jaringan erektil pada

struktur tersebut.
Arteri bulbaris : mensuplai daerah posterior (pars bulbosa) dari corpus spongiosum
dan uretra di dalamnya serta glandula bulbouretralis.
Cabang superfisial dan profunda dari arteri pudendus eksterna mensuplai

darah ke kulit penis, yang saling beranastomis dengan cabang dari arteri pudendus interna.
Darah yang berasal dari ruang cavernosus dialirkan oleh plexus venosus yang
bergabung dengan vena dorsalis penis profunda pada fascia Buck. Vena ini berjalan di antara
lamina dari ligamentum suspensorium, yang memasuki pelvis dimana selanjutnya mengalir
menuju plexus venosus prostatika. Darah yang berasal dari lapisan superfisial penis mengalir

10

menuju vena dorsalis penis superfisialis, dimana selanjutnya mengalir menuju vena pudendus
eksterna superficial.
Aliran limfa yang berasal dari kulit penis pada awalnya mengalir menuju limfonodus
inguinal superficialis. Sedangkan yang berasal dari glans penis dan uretra spongiosa bagian
distal mengalir menuju ln. inguinal profunda dan ln. iliaca eksterna, dan yang berasal dari
corpus cavernosa dan uretra spongiosa bagian proksimal mengalir menuju ln. iliaca interna.
Epidemiologi
Penggunaan silikone cair, paraffin maupun mineral oil jenis lain dengan tujuan
memperbesar ukuran dan merubah kontur penis sudah dikenal pada komunitas primitif.
Walaupun banyak komplikasi serius akibat praktek ini, tren semacam ini semakin populer
hingga abad ke 20. Kasus silikonoma penis telah banyak dilaporkan dalam literatur
internasional paling banyak terjadi di Asia, Rusia, dan Eropa Timur. Pasien terbanyak lakilaki dewasa muda.5,6

Etiologi
Silikonoma atau sclerosing lipogranuloma terjadi akibat penggunaan injeksi zat
seperti silikone, paraffin maupun mineral oil lainnya.5

Histopatologi
Silikonoma terjadi akibat injeksi silikone maupun mineral oil jenis lain. Granuloma semacam
ini disebabkan oleh proses radang kronik yang bersamaan dengan infeksi akibat adanya
benda asing dalam interstisial, sedangkan tubuh tidak memiliki enzim untuk memetabolisme
bahan eksogen yang berada di interstisial sehingga terjadi reaksi penolakan terhadap benda
asing. Proses radang ini diperantarai oleh makrofag, limfosit dan kadang-kadang sekelompok
sel raksasa berinti banyak. Sifat khas peradangan ini adalah pengumpulan makrofag dalam
jumlah besar dan agregasi makrofag menjadi gumpalan-gumpalan nodular yang disebut
granuloma. Granuloma biasanya terbentuk karena adanya agen penyerang yang menetap di
jaringan yang resisten terhadap usaha tubuh untuk membuangnya. Agen-agen semacam itu
dapat berupa bahan-bahan tidak larut tetapi steril. Gambaran histopatologi pada penyakit ini
11

adanya substitusi jaringan subkutan dengan ruang kistik minyak. Ruang ini muncul sebagai
kista kosong ketika dilakukan pengecatan dengan hematoksilin dan eosin.6,7

Gejala Klinis
Reaksi penolakan terhadap benda asing muncul dalam bentuk peradangan sehingga
menyebabkan gejala klinis seperti nyeri, indurasi, edema, jaringan parut, ulserasi, perubahan
warna kulit dan pembengkakan pada penis, deformitas, nekrosis, nyeri saat ereksi dan ketidak
mampuan melakukan aktifitas seksual. Gejala-gejala tersebut kebanyakan muncul setelah
beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah injeksi.8,9

Terapi 10,11
Terapi definitif pada pasien dengan kasus silikonoma penis meliputi eksisi dan pengangkatan
lengkap massa yang terdapat pada jaringan kulit maupun subkutan yang bisa menyebabkan
gangguan fungsi organ, teknik ini merupakan metode yang tepat untuk menghindari gejala
penyakit ini muncul lagi di masa depan. Terdapat juga teknik lain yaitu kombinasi antara
teknik di atas dengan teknik penggunaan Scrotal Flaps atau Split Thickening Skin Grafts.
Pada teknik scrotal flaps setelah seluruh massa diangkat, kemudian dilakukan skin flap
menggunakan kulit skrotum yang di vaskularisasi oleh cabang posterior arteri pudenda
interna atau cabang anterior arteri pudenda eksterna sebagai flap. Split Thickening Skin
Grafts merupakan skin graft yang meliputi seluruh bagian epidermis dan dermis. Cara ini
lebih dapat diterima dari segi kosmetika dan perbaikan fungsi seksual. Bisa menggunakan
kulit dari bagian inguinal maupun kulit asli dari penis.

Prognosis
Pengangkatan seluruh massa merupakan satu-satunya penanganan yang efektif dan tepat.
Kekambuhan dapat terjadi pada kasus eksisi yang tidak lengkap11.

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Grabb & Smiths Plastic Surgery. Edisi 4. 1997.


2. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009.
3. Ishandono Dachlan. Penile Granuloma Caused by Liquid Silicone Injection 35. No 3.
2007. Berkala Ilmu Kedokteran. Vol. 39, No. 1, Maret 2007: 53-58
4. Qadrijati I. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Manusia. PSKS, UNS. 2011.
5. Tanggo V, Budi AS. Differentiation Management In Reconstruction of Penile Siliconoma.
Departement of Plastic Reconstructive and Esthetic Surgery Airlangga University, Dr
Soetomo General Hospital Surabaya, Indonesia. 2012.
6. Wiwanitkit V. Penile Injection of Foreign Bodies in Eight Thai Patients. Departement of
Laboratory Medicine, Faculty of Medicine, Chulalongkom University, Bangkok, Thailand.
2010.
7. Marc A, Bjurlin, et al. Mineral Oil-Induced Sclerosing Lipogranuloma of The Penis.
Division of Urology, Departement of Surgery, Cook County Health and Hospital System,
Cook County Hospital, Chicago. 2010.
8. Prasetyo. One-sheet Spiraling Full Thickness Skin Graft for Penile Resurfacing After
Paraffinoma Excision. Medical Journal. Indonesia 2011.
9. Bayraktar N, Basar I. Penile paraffinoma. Hindawi Publishing Corporation. Case Report in
Urology. 2012.
10. Kokkonouzis I, Antoniou G, Droulias A. Penis Deformity After Intra-Urethral Liquid
Paraffin Administration in a Young Male : a Case Report. Department of Urology, Kyparissia
General Hospital, Kyparissia, Greece. 2008.
11. Jeong JH, Shin HJ, Woo SH, Seul JH. A New Repair Technique for Penile Paraffinoma.
Departement of Plastic and Reconstuctive Surgery, Yeungnam University College of
Medicine, Korea. 2006.

13

14

15

Anda mungkin juga menyukai