Makalah RU V
Makalah RU V
PENDAHULUAN
dasar
yang
baik
terhadap
pertumbuhan
Balikpapan
yang
semula bertumpu pada ekonomi agraris beralih pada ekonomi industri dan
perdagangan.
1
Peristiwa
Ditemukannya beberapa sumber minyak mentah di
1922
1946
1949
1950
1952
1954
1973
April 1981
Nov 1981
Nov 1983
Amerika Serikat
Kilang Balikpapan II diresmikan oleh Presiden
5 Des 1997
Nov 2003
23 Juni 2005
Terbatas
Proyek pembangunan Flare Gas Recovery System dan Hydrogen
9 Okt 2008
BBM
di
Indonesia
bagian
timur.
Namun
pada
kasus-kasus
Sejalan perkembangan kebutuhan BBM di Indonesia, kilang Balikpapan I diupgrade pada tahun 1995 dan mulai dioperasikan pada tahun 1997 dengan
menggantikan fungsi unit PMK I, PMK II, dan HVU I menjadi CDU V dan HVU III.
Kapasitas produksi minyak mentah di kilang Balikpapan I adalah 60 MBSD. Jadi
kilang Balikpapan I terdiri dari CDU V, HVU III, Wax Plant, Dehydration Plant
(DHP), dan Effuent Water Treatment Plant (EWTP).
Kilang Balikpapan II mulai dibangun pada tahun 1980 dan resmi berprestasi
mulai tanggal 1 November 1983. Kilang Balikpapan II memiliki kapasitas desain 200
MBSD yang terdiri dari :
a. Hydroskimming Complex
(HSC) yang meliputi
Crude Distillation Unit IV (CDU IV), Plant 1
Naptha Hydrotreater (NHT), Plant 4
Platformer Unit, Plant 5
LPG Recovery Unit, Plant 6
Sour Water Stripper Unit (SWS), Plant 7
LPG Treater Unit, Plant 9
b. Hydrocracking Complex HCC) yang meliputi
High Vacuum Unit II (HVU II), Plant 2
Hydrocracking Unibon (HCU II), Plant 3
Hydrogen Plant, Plant 3
Hydrogen Recovery Plant, Plant 38
Flare Gas Recovery, Plant 19
1.3 Lokasi Pabrik
atas
cabang-cabang
yang
berdasarkan
5
regional.
Organisasi
didukung SDM yang bermutu. Untuk maksud tersebut laboratorim unit produksi
UP V Balikpapan dilengkapi dengan sarana penunjang antara lain :
1.
2.
3.
4.
Menyelenggarakan kegiatan kontrol kualitas semua bahan baku, produkproduk, serta bahan kimia penunjang operasi Kilang dalam rangka
Laboratorium.
Merencanakan, meanggarkan dan mengelola asset peralatan gedung, serta
material operasi Laboratorium.
Dengan
demikian
keberadaan
Laboratorium
Kilang
menjadi
sangat
10
Sejalan perkembangan kebutuhan BBM di Indonesia, kilang Balikpapan I diupgrade pada tahun 1995 dan mulai dioperasikan pada tahun 1997 dengan
menggantikan fungsi unit PMK I, PMK II, dan HVU I menjadi CDU V dan HVU III.
Kapasitas produksi minyak mentah di kilang Balikpapan I adalah 60 MBSD. Jadi
kilang Balikpapan I terdiri dari CDU V, HVU III, Wax Plant, Dehydration Plant
(DHP), dan Effuent Water Treatment Plant (EWTP).
Kilang Balikpapan II mulai dibangun pada tahun 1980 dan resmi berprestasi
mulai tanggal 1 November 1983. Kilang Balikpapan II memiliki kapasitas desain 200
MBSD yang terdiri dari :
a. Hydroskimming Complex
(HSC) yang meliputi
Crude Distillation Unit IV (CDU IV), Plant 1
adalah unit distillasi secara atmospheric dengan berdasarkan perbedaan
titik didih secara fisis dengan kapasitas 200 MBSD yang menghasilakn
LPG, Naphta, Kerosene, LGO, HGO, dan Long Residue. Desain awal unit
ini adalah 40 % bekapai dan 60 % Handil. namun seiring berjalannya
waktu, karena terjadi penurunan dari eksplorasi dan juga menipisnya
cadangan crude handil dan bekapai, maka sekarang crude yang digunakan
sebagai umpan adalah dari bermacam2 daerah, namun tetap dgn spesifikasi
yang mendekati desain alat awal.
Naptha Hydrotreater (NHT), Plant 4
adalah unit yang digunakan untuk mengurangi komponen sulphur, oksigen,
nitrogen, dan senyawa logam serta menghidrogenasi senyawa olefin yang
terkandung dalam heavy naphta dari CDU IV dan HCU (will describe
11
12
13
Plant
Crude Distillation
Vacuum Distillation
Hydrocracker
NHT Platformer
LPG Recovery
Wax Plant
Pembangunan
Kilang
Jumlah
2 Unit
2 Unit
2 Unit
1 Unit
1 Unit
1 Unit
Balikpapan
II
dilatarbelakangi
Kapasitas
260 MBSD
106 MBSD
55 MBSD
20 MBSD
534 Ton/hari
150 Ton/hari
oleh
14
Subsidi yang besar tersebut disebabkan oleh kenaikan harga minyak mentah dan
produksi BBM dalam negeri belum mencukupi.
Pada mulanya, kilang Balikpapan di desain untuk mengolah minyak mentah
yang berasal dari lapangan minyak lokal yaitu lapangan minyak Attaka, Badak,
Bekapai, Handil, Sepinggan, dan Tanjung. Namun ketika cadangan minyak mentah di
tempat tersebut mulai menipis maka untuk memenuhi pasokan kilang, pada saat ini
kilang Balikpapan mengolah minyak mentah dari lapangan lain seperti Arjuna,
Belida, Duri, Minas, dan Widuri. Selain itu, kilang Balikpapan mampu mengolah
minyak yang didatangkan dari luar negeri seperti Arabian Superlight (Saudi Arabia),
Bachho (Vietnam), Jabiru (Australia), Sarir (Libya), Tapis (Malaysia) dan lain-lain.
Kilang ini dirancang untuk mengolah campuran minyak Handil (60%) dan Bekapai
(40%), namun dengan terbatasnya cadangan minyak-minyak tersebut kilang
Balikpapan II saat ini mengolah berbagai macam campuran minyak yang
spesifikasinya mendekati minyak Handil dan Bekapai.
2.2 Produk Kilang PT Pertamina RU V Balikpapan
Kilang ini mengolah minyak mentah menjadi produk-produk yang siap
dipasarkan. Produk tersebut meliputi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Non Bahan
Bakar Minyak (NBBM). Produk jadi yang mampu diproduksi kilang ini adalah LPG,
premium, avtur, kerosin, gas oil, fuel oil, dan naphta. Bahan bakar Non BBM yaitu
Liquified Petroleum Gas (LPG) dan Lilin (Wax).
15
16
Gambar 2.2 Process Flow Diagram Wax Plant PT. Pertamina UPV Balikpapan
2.3.2 URAIAN PROSES DEWAXING UNIT
Teknologi
proses
dewaxing
adalah
proses
dewaxing
dengan
17
Filter Press setelah mengalami proses pendinginan pada unit chiller. Proses
penyaringan (Filter Press) Dewaxing berlangsung secara bertingkat (3-seri) pada
kondisi operasi (temperature) yang berbeda untuk mendapatkan grade slack wax
yang berbeda.
Chilling Unit berupa Double Pipe Exchanger yang dilengkapi scrapper dengan
media pendinginan refrigeration system menggunakan refrigerant gas NH3
berfungsi untuk mendinginkan umpan ke Filter Press pada masing-masing
tingkat pendinginan Filter Press. Fungsi Chiller selain sebagai alat pendingin
juga untuk mengkristalkan wax sebelum dipisahkan dalam Filter Press. Pada
Filter Press A dengan temperatur feed 30 oC akan dihasilkan A-Cake dan
Filtrat A Filter Oil sebagai feed B-Filter Press dengan pendinginan pada temp
20 oC akan dihasilkan B-Cake dan Filtrat B Filter Oil. B Filter Oil sebagai feed
C-Filter Press didinginkan pada temp 10 oC dan dihasilkan C-Cake dan C
Filter Oil. Masing-masing Cake yang dihasilkan dari Filter Press dicairkan pada
Melting Box untuk selanjutnya disimpan pada Slack Wax Tank dalam kondisi
cair.
C-Filter Oil ditampung di tanki dan selanjutnya digunakan sebagai campuran
feed Unit Hydrocracker. Untuk mempersiapkan feed pada proses selanjutnya
(sweating) dilengkapi dengan fasilitas blending untuk pencampuran Cake sesuai
target grade produksi.
2.3.3 DISKRIPSI PROSES SWEATING UNIT
Proses Sweating umumnya didasarkan pada hasil percobaan (experiment) dan
pengalaman (experience). Proses sweating adalah proses wax deoiling dengan
prinsip kesetimbangan fase antara cair-padat (proses rekristalisasi). Efek deoiling
terjadi karena kadar minyak dalam fase liquid lebih tinggi dibandingkan dalam
fase padat, sehingga proses melting akan memisahkan oil dari padatan slack wax.
Pemanasan secara bertahap (gradually) padatan slack wax akan melelehkan low
18
melting point paraffin bersamaan dengan kandungan oil dipisahkan yang pada
target tertentu akan didapatkan wax dengan melting point lebih tinggi.
Fasilitas proses sweating di Wax Plant UP-V terdiri dari Vertical Tube Stove
(VTS) yang dioperasikan untuk grade wax domestic dan Sweating Box untuk
grade ekspor dengan prinsip proses pada dasarnya sama. Proses Sweating
berlangsung secara batch dengan jumlah umpan sesuai kapasitas alat. Tahapan
proses secara umum terdiri dari (a) water filling, (b) slack wax filling, (c)
cooling, (d) sweating (gradually heating) dan (e) melting. Untuk proses cooling
dan heating dilengkapi dengan sistem sirkulasi air dingin dan cooling tower
system dan sirkulasi air panas dengan sumber pemanasan berasal dari steam.
A. Proses Sweating dengan VTS (Vertical Tube Stove)
VTS berupa vessel silinder tegak dilengkapi dengan tube-tube berfungsi
sebagai media perpindahan panas dengan mengalirkan cooled water pada saat
cooling dan warm water dengan injeksi steam pada tahap heating (sweating).
Bagian shell VTS diisi dengan slack wax yang pada bagian bawahnya dilengkapi
dengan perforated plate berfungsi sebagai penahan solid slack wax selama proses
sweating berlangsung. Kapasitas masing-masing VTS sebesar 40 ton slack wax
per batch. Perbedaan grade produksi ditentukan oleh perbedaan properties feed
slack wax yang diumpankan.
Sebelum slack wax diumpankan, VTS diisi terlebih dahulu dengan air sampai
batas di atas perforated plate agar slack wax beku tertahan di perforated plate.
Slack wax dipompakan masuk ke shell VTS hingga penuh dan dilanjutkan
pendinginan dengan mensirkulasikan air pendingin ke dalam tubes hingga
temperature pembekuan sempurna (7 jam). Selanjutnya lakukan pemutusan
(drain) air di bawah slack wax beku, sehingga slack wax akan tertahan pada
perforated plate. Proses sweating dimulai dengan sirkulasi air panas dan injeksi
steam untuk menaikkan temperature slack wax secara bertahap dengan kenaikan
2 oC per jam hingga target temperature 45 oC dan selanjutnya kenaikan
19
sirkulasi air dingin. Lanjutkan dengan heating step 1 & 2 dimana programable
controler di-set target temperature dan kenaikannya:
Heating
step
1,
dengan
kenaikan
oC/jam
hingga
target
MP.
Heating step 2, dengan kenaikan 0.1 C/jam dari MP hingga (MP+10) oC.
Foots oil 1 diambil sebagai bahan baku VTS & Foots oil 2 sebagai scale wax
untuk grade domestic.
Pedoman akhir proses sweating didasarkan pada analisa Specific Gravity,
Melting Point, dan Oil Content dari foots oil. Pengambilan produk scale wax
dilakukan dengan proses melting hingga semua scale wax di-draw off ke
intermediate scale wax tank. Cycle time pengoperasian Sweating Box rata-rata
115 jam (grade FRW 135P) versus design hanya 100 jam. Yield produksi yang
dapat dicapai untuk grade produksi FRW 135P rata-rata 25 - 30 %.
2.3.4 DISKRIPSI PROSES TREATING UNIT
Proses treating produksi wax yang cukup dikenal luas adalah tipe Acid Clay
dan Hydrotreating. Acid clay treating melibatkan proses yang sederhana dan
efektif, namun adanya rugi-rugi (losses) hasil reaksi, pemakaian asam sulfat
pekat dan ekses buangan limbah acid sludge harus dipertimbangkan dalam
aplikasinya.
Wax Hydrotreating memiliki kelebihan berupa proses kontinyu katalitis, yield
maximum, tanpa ekses lingkungan, namun pertimbangan design aplikasinya
diperlukan sumber gas H2 (lihat gambar Process Flow Diagram). Tujuan proses
treating adalah stabilisasi kualitas produk wax dengan menghilangkan senyawasenyawa hydrocarbon paraffin yang tidak diinginkan seperti cyclo, aromat dan
senyawa hydrocarbon tidak jenuh.
21
Dari agiatator asam, wax ditransfer ke Clay Agitator untuk dilanjutkan dengan
penambahan Clay yang berfungsi mengadsorb gugus impurities dan minyak
dengan target perbaikan thermal stability. Penambahan clay untuk grade FRW
sebanyak 2 x lipat dibandingkan untuk grade domestik sebesar 1% on feed,
pengadukan 1.5 jam pada temperatur 100 - 135 oC dengan pemanasan steam
coil. Proses akhir dari treating adalah penyaringan partikel padat (ex clay) pada
saat pemompaan / rundown produksi melalui Clay Filter Press dengan memakai
kain kanvas dan kertas. Proses treating untuk grade Batik Wax dilakukan tanpa
acid treating, sedangkan untuk grade MW dilakukan dengan 2 kali acid treating.
2.3.6 DISKRIPSI MOULDING / FINISHING
Pada dasarnya proses produksi wax berakhir setelah proses treating,
sedangkan moulding lebih ditujukan untuk finishing dan handling. Beberapa unit
produksi telah mengaplikasikan proses moulding untuk menyiapkan final wax
product seperti lilin (candles) langsung dipasarkan kepada konsumen. Proses
moulding kebanyakan lebih bersifat untuk tahap intermediate product dengan
tujuan keleluasaan konsumen untuk produksi lanjutan.
Fasilitas di Kilang UP-V Balikpapan berupa moulding machine untuk
memproduksi wax dalam bentuk lempengan (slab). Grade wax domestik yang
diproduksi sebagai Slab Wax seperti HHP, HSR, YBW; sedangkan Match wax
dalam bentuk curah dengan kemasan drum. Grade wax ekspor dalam bentuk bulk
FRW dengan pengiriman melalui cargo kapal laut. Saat ini sedang dijajagi dalam
bentuk slab.
Proses moulding di PT. Pertamina (Persero) UP V dilakukan dengan
pemompaan wax dari rundown tank ke moulding machine yang beroperasi secara
batch. Moulding machine yang telah penuh terisi wax mengalami proses
pendinginan di cooling plate dengan media pendinginan air laut selama +2 jam.
Dengan proses pendinginan selama 2 jam tersebut, diperhitungkan telah menjadi
23
SG = 0.8496
Dist. ASTM, IBP =207 oC, FBP = 372 oC
Viscosity Engler 50 oC = 1.98 cSt
Wax Content= 56 %
Congealing Point = 43 oC
Dalam operasionalnya, umpan Dewaxing Unit ditambahkan dengan foots oil
(7%) agar tidak terlampau viscous untuk menghindari gangguan operasi chiller
serta ditujukan untuk pembibitan kristal paraffin.
Produk Intermediate Slack Wax memiliki tipical physical properties:
24
BAB III
PENUTUP
Pertamina merupakan suatu perusahaan milik negara yang
berfungsi sebagai penyedia dan suplai bahan bakar minyak dan non
bahan bakar minyak yang sangat bermanfaat dalam kehidupan seharisehari.
Kilang Unit Pengolahan V Balikpapan terletak di Teluk
Balikpapan yang menempati areal seluas 889 Ha. Kilang UP V
25
DAFTAR PUSTAKA
http://wikimapia.org/1250721/id/Pertamina-Unit-Pengolahan-V-Balikpapan
http://refinery-syaiful-rochman.blogspot.com/
http://putrapratamadany.blogspot.com/2011/07/sejarah-singkat-pt-pertamina-ruv.html
http://fikipikiviki.blogspot.com/2011/07/hari-ke-3-kp-di-pertamina-ru-v.html
26
27