Anda di halaman 1dari 11

Muhammadiyah sebagai

gerakan Islam Berwatak


Tajrid dan Tajdid

Oleh :
Ita Yuniati (12.322.065)

Pengertian
Secara
bahasa
(etimologi)
tajdid
memiliki
makna
pembaharuan dan pelakunya disebut mujaddid (pembaharu).
Sedangkan dalam pengertian istilah (terminology), tajdid
berarti pembaharuan terhadap kehidupan keagamaan, baik
dalam bentuk pemikiran ataupun gerakan, sebagai respon
atau reaksi atas tantangan baik internal maupun eksternal
yang menyangkut keyakinan dan sosial umat. Dalam
pengertian lain, tajdid adalah upaya untuk memperbaharui
interpretasi-interpretasi atau pendapat-pendapat ulama
terdahulu terhadap ajaran-ajaran dasar Islam, atas dasar
bahwa ajaran tersebut sedah tidak relevan dengan tuntutan
dan perkembangan zaman. Oleh karena itu, tajdid adalah
usaha yang kontinyu dan dinamis, sebab selalu berhadapan
dan beinteraksi dengan historisitas kehidupan manusia.
Dalam konteks Muhammadiyah, tajdid bertujuan untuk
menghidupkan kembali ajaran al-Qur'an dan Sunnah dan
memerintahkan kaum muslimin untuk kembali kepadanya.

Perkembangan Tajdid
Muahammadiyah
1.
.
.
.
.
.

Pilar gerak langkah pembaharuan muhammadiyah


zaman perintis kemerdekaan (1912-1945)
zaman kemerdekaan (1945-1950),
zaman Orde Lama (1950- 1966),
Orde Baru (1966-1998),
Orde Reformasi (1998-sekarang).
Selama rentang waktu itu, banyak kontribusi yang telah
diberikan Muhammadiyah bagi bangsa Indonesia. Mulai
dari pendidikan, kesehatan, peningkatan kesejahteraan
sosial, dan lain sebagainya. Kini, Muhammadiyah
mengembangkan satu konsep pembaruan baru sebagai
kelanjutan dari tauhid sosial yang menjadi pilar
pergerakan ormas Islam tersebut, yakni Fikih Al-Maun

Contoh Konkret dari Gerakan Pembaruan


yang dilakukan Muhammadiyah
Ada tiga hal yang menjadi pondasi utama gerak
langkah Muhammadiyah, yakni :
. bidang pendidikan,
. kesehatan,
. kesejahteraan sosial.
Ketiga hal ini dijalankan oleh Kiai Ahmad Dahlan
yang sangat jauh menyimpang dari mainstream
saat itu. Mengapa demikian? Karena kondisi
masyarakat Indonesia yang terjajah, tertindas,
terbelakang, miskin, dan selalu dibodohi oleh para
penjajah. Maka, untuk memperbaiki semua itu,
harus ada keberanian dalam melakukan perubahan
secara menyeluruh.

2.

3.

Makna
Pentingnya
Pembaharuan
Dilakukan
Muhammadiyah
Muhammadiyah selalu melakukan gerakan pembaruan dan
harus
selalu
menjadi
pelopor.
Sebagai
pelopor,
Muhammadiyah tidak boleh kehilangan kepeloporannya.
Karena itu, pembaruan menjadi kebutuhan mutlak bagi
warga pergerakan Muhammadiyah. Jadi, pembaruan akan
selalu terjadi dan terus berkembang.Dan, pembaruan itu
akan terjadi dalam semua bidang, tidak hanya terbatas pada
bidang sosial. Semuanya yang dilakukan harus dijalankan
dengan tindakan nyata. Itulah yang namanya amal
syahadah. Majelis Tarjih dan Tajdid itu berkutat melayani
persoalan-persoalan yang muncul khususnya masalah
keagamaan internal Muhammadiyah. Sehingga warga
Muhammadiyah mendapatkan pedoman dan jawaban dalam
masalah sosial keagamaan. Tidak hanya masalahfikih tapi
juga akidah, akhlak, dan masalah-masalah yang lain.

Pengaruh pergerakan pembaharuan


muhammadiyah dalam islam
1.

Bidang Keagamaan.

2.

Bidang pendidikan.

3.

Bidang kemasyarakatan

4.

Bidang politik dan kenegaraan

Contoh Tajdid dalam


Muhammadiyah
1.

Fundamentalis

istilah
Fundamentalis
yang
dihubungkan
dengan
penganut ajaran Islam garis keras, sering kita dengar
dari sumber informasi Negara barat. Hal itu terasa lebih
popular ketika telah terjadinya serangan 11 september
di New York. Kelompok Al-qaida yang dikomandani
Usamah bin Laden termasuk kategori ini. Belakangan
diduga ada jaringan yang sangat luas dari kelompok ini
di beberapa wilayah di dunia ini, termasuk di Asia
Tenggara, tentu Indonesia termasuk di dalamnya.
Adanya kelompok garis keras Fron Pembela Islam, yang
dipimpin Habib Rizizq Shihab, semakin memperkuat
dugaan, bahwa Islam atau muslim fundamentalis itu
identik dengan muslim yang mempunyai faham garis
keras

2.

Liberalis
Istilah Islam Liberal merupakan salah satu wacana dialektis Islam
dalam konteks menghadapi kemodernnan. Wacana ini menjadi
penting dan menonjol akhir-akhir ini, ketika dunia Islam terkepung
oleh peradaban dan sains modern yang datang dari barat.
Kemunculan Islam liberal berbeda secara kontras dengan Islam
fundamentalis yang menekankan pada tradisi salaf. Dalam faham
liberal,
faham
fundamentalis
hanya
akan
membawa
keterbelakangan yang akan membawa dunia islam menikmati
buah modernitas, berupa kemajuan ekonomi, demokrasi, hak asasi
manusia. Lebih dari itu, faham ini meyakini bahwa apabila Islam
difahami dengan pendekatan liberal akan menjadi perintis jalan
bagi liberalisme di dunia barat.
Dalam memahami sumber ajaran islam, Al-Quran dan Al-Sunnah,
kelompok ini berusaha untuk menangkap ajaran moral dan bukan
aturan-aturan normatif yang terkandung di dalamnya. Karena itu,
ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan norma hukum tidak harus
difahami apa adanya, melainkan harus dibawa kepada konteks
manusia modern.

3.

Moderat

Karakteristik kelompok moderat:


.

Menggabungkan antara faham salaf dan modernis. Kelompok ini tidak terpaku hanya
pada buku-buku yang ditulis oleh ulama terdahulu, sebagaimana dilakukan oleh
kelompok fundamentalis, melainkan juga memperhatikan perkembangan pemikiran dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada saat ini.

Mengambil pendapat para ulama secara selektif, tidak mengikatkan diri dengan
mazhab tertentu. Kelompok ini berusaha untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan
penafsiran genearsi awal, dengan memperhatikan relevansinya dengan kondisi saat ini.

Mendahulukan persoalan yang universal dibandingkan dengan masalah yang particular.


Kelompok ini lebih banyak berbicara masalah yang bersifat pokok (ushul) ketimbang
yang bersifat cabang (furu)

Kelompok ini berusaha untuk menggabungkan arti yang secara harfiah ada dalam teks,
tetapi berusaha juga memahami apa maksud pemberi syariat dibalik teks itu.

Dari empat karakteristik di atas, dapat difahami, bahwa kelompok ini telah berupaya
untuk membedakan antara masalah-masalah yang prinsipil dan konstan atau
permanent di satu pihak dan masalah-masalah yang tidak prinsipil, berubah dan
temporer di sisi yang lain. Mereka memilah ajaran Islam yang ada menjadi dua
kategori, yaitu yang tetap dan berubah. Yang termasuk prinsipil dan tidak berubah
adalah aqidah (keyakinan) , akhlak dan ibadah mahdlah. Sedangkan dalam masalah
muamalah pada umumnya dikategorikan pada masalah yang bersifat berubah,
terutama dalam hal yang bersifat oprasional.

Muhammadiyah memasuki abad


kedua
Tujuan yang hendak diraih dalam jangka panjang adalah terciptanya peradaban
utama, sebuah istilah lain dari masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,
sebagaimana tercantum dalam AD (Anggaran Dasar) Muhammadiyah tahun 2005
Bab III Pasal 6.
Bagaimana dengan gerak memasuki abad ke-2? sejak beberapa tahun terakhir
sebenarnya terpusat pada apa yang dinilai belum tergarap selama 100 tahun yang
lalu, harus mendapat perhatian utama. Pikiran-pikiran besar di bidang sosialkemanusiaan, moral, politik, dan ilmu pengetahuan tidak boleh diabaikan. Sebab,
tanpa ini semua, gagasan peradaban utama yang menjadi tema muktamar 2010
akan tetaplah tergantung di awan tinggi, tidak akan pernah membumi.
Dengan bermodal PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah), gerak ke arah lahirnya
pemikiran besar ini bukanlah sesuatu yang mustahil dengan syarat sivitas
akademikanya punya kepekaan yang tinggi untuk itu. Dengan bantuan alat
komunikasi modern yang semakin canggih sekarang ini, semua cita-cita besar akan
lebih mudah direalisasikan. Tetapi, ada musuh besar yang harus ditaklukkan, yaitu
kemalasan intelektual!
Sekali Muhammadiyah bisa menghancurkan musuh yang satu ini, jalan ke depan
akan semakin lapang dan terarah. Perbedaan paham dalam soal-soal penafsiran
agama dan kemanusiaan akan dapat dipersempit, jika modal intelektual itu tidak
dipasung. Peradaban utama hanyalah mungkin digagas dengan baik, manakala
prinsip kebebasan berpikir dibiarkan tumbuh dan berkembang dengan subur. Tentu,
corak intelektualisme yang dimaksud tetap berada dalam bingkai iman yang tulus.

Sekian dan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai