Oleh :
Ita Yuniati (12.322.065)
Pengertian
Secara
bahasa
(etimologi)
tajdid
memiliki
makna
pembaharuan dan pelakunya disebut mujaddid (pembaharu).
Sedangkan dalam pengertian istilah (terminology), tajdid
berarti pembaharuan terhadap kehidupan keagamaan, baik
dalam bentuk pemikiran ataupun gerakan, sebagai respon
atau reaksi atas tantangan baik internal maupun eksternal
yang menyangkut keyakinan dan sosial umat. Dalam
pengertian lain, tajdid adalah upaya untuk memperbaharui
interpretasi-interpretasi atau pendapat-pendapat ulama
terdahulu terhadap ajaran-ajaran dasar Islam, atas dasar
bahwa ajaran tersebut sedah tidak relevan dengan tuntutan
dan perkembangan zaman. Oleh karena itu, tajdid adalah
usaha yang kontinyu dan dinamis, sebab selalu berhadapan
dan beinteraksi dengan historisitas kehidupan manusia.
Dalam konteks Muhammadiyah, tajdid bertujuan untuk
menghidupkan kembali ajaran al-Qur'an dan Sunnah dan
memerintahkan kaum muslimin untuk kembali kepadanya.
Perkembangan Tajdid
Muahammadiyah
1.
.
.
.
.
.
2.
3.
Makna
Pentingnya
Pembaharuan
Dilakukan
Muhammadiyah
Muhammadiyah selalu melakukan gerakan pembaruan dan
harus
selalu
menjadi
pelopor.
Sebagai
pelopor,
Muhammadiyah tidak boleh kehilangan kepeloporannya.
Karena itu, pembaruan menjadi kebutuhan mutlak bagi
warga pergerakan Muhammadiyah. Jadi, pembaruan akan
selalu terjadi dan terus berkembang.Dan, pembaruan itu
akan terjadi dalam semua bidang, tidak hanya terbatas pada
bidang sosial. Semuanya yang dilakukan harus dijalankan
dengan tindakan nyata. Itulah yang namanya amal
syahadah. Majelis Tarjih dan Tajdid itu berkutat melayani
persoalan-persoalan yang muncul khususnya masalah
keagamaan internal Muhammadiyah. Sehingga warga
Muhammadiyah mendapatkan pedoman dan jawaban dalam
masalah sosial keagamaan. Tidak hanya masalahfikih tapi
juga akidah, akhlak, dan masalah-masalah yang lain.
Bidang Keagamaan.
2.
Bidang pendidikan.
3.
Bidang kemasyarakatan
4.
Fundamentalis
istilah
Fundamentalis
yang
dihubungkan
dengan
penganut ajaran Islam garis keras, sering kita dengar
dari sumber informasi Negara barat. Hal itu terasa lebih
popular ketika telah terjadinya serangan 11 september
di New York. Kelompok Al-qaida yang dikomandani
Usamah bin Laden termasuk kategori ini. Belakangan
diduga ada jaringan yang sangat luas dari kelompok ini
di beberapa wilayah di dunia ini, termasuk di Asia
Tenggara, tentu Indonesia termasuk di dalamnya.
Adanya kelompok garis keras Fron Pembela Islam, yang
dipimpin Habib Rizizq Shihab, semakin memperkuat
dugaan, bahwa Islam atau muslim fundamentalis itu
identik dengan muslim yang mempunyai faham garis
keras
2.
Liberalis
Istilah Islam Liberal merupakan salah satu wacana dialektis Islam
dalam konteks menghadapi kemodernnan. Wacana ini menjadi
penting dan menonjol akhir-akhir ini, ketika dunia Islam terkepung
oleh peradaban dan sains modern yang datang dari barat.
Kemunculan Islam liberal berbeda secara kontras dengan Islam
fundamentalis yang menekankan pada tradisi salaf. Dalam faham
liberal,
faham
fundamentalis
hanya
akan
membawa
keterbelakangan yang akan membawa dunia islam menikmati
buah modernitas, berupa kemajuan ekonomi, demokrasi, hak asasi
manusia. Lebih dari itu, faham ini meyakini bahwa apabila Islam
difahami dengan pendekatan liberal akan menjadi perintis jalan
bagi liberalisme di dunia barat.
Dalam memahami sumber ajaran islam, Al-Quran dan Al-Sunnah,
kelompok ini berusaha untuk menangkap ajaran moral dan bukan
aturan-aturan normatif yang terkandung di dalamnya. Karena itu,
ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan norma hukum tidak harus
difahami apa adanya, melainkan harus dibawa kepada konteks
manusia modern.
3.
Moderat
Menggabungkan antara faham salaf dan modernis. Kelompok ini tidak terpaku hanya
pada buku-buku yang ditulis oleh ulama terdahulu, sebagaimana dilakukan oleh
kelompok fundamentalis, melainkan juga memperhatikan perkembangan pemikiran dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada saat ini.
Mengambil pendapat para ulama secara selektif, tidak mengikatkan diri dengan
mazhab tertentu. Kelompok ini berusaha untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan
penafsiran genearsi awal, dengan memperhatikan relevansinya dengan kondisi saat ini.
Kelompok ini berusaha untuk menggabungkan arti yang secara harfiah ada dalam teks,
tetapi berusaha juga memahami apa maksud pemberi syariat dibalik teks itu.
Dari empat karakteristik di atas, dapat difahami, bahwa kelompok ini telah berupaya
untuk membedakan antara masalah-masalah yang prinsipil dan konstan atau
permanent di satu pihak dan masalah-masalah yang tidak prinsipil, berubah dan
temporer di sisi yang lain. Mereka memilah ajaran Islam yang ada menjadi dua
kategori, yaitu yang tetap dan berubah. Yang termasuk prinsipil dan tidak berubah
adalah aqidah (keyakinan) , akhlak dan ibadah mahdlah. Sedangkan dalam masalah
muamalah pada umumnya dikategorikan pada masalah yang bersifat berubah,
terutama dalam hal yang bersifat oprasional.