Anda di halaman 1dari 3

Muhammadiyah dan Gerakan Tajdid (Pembaharuan)

Muhammadiyah memanifestasikan gerakan pemaharuan (tajdid) sebagai asas gerakannya, selain gerakan islam dan
gerakan dakwah sehingga tajdid sudah menjadi nalar dan karakter gerakan Muhammadiyah. Tajdid juga menjadi
tema yang sudah lekat dengan pendiri Muhammadiyah. Gerakan tajdid muncul dalam perbagai bentuk. yang
masing-masing merupakan tanggapan terhadap persoalan yang terjadi dinamisasi lingkungannya. Persoalan yang
dimaksud muncul dalam bentuk, pertama, tantangan kemunduran umat Islam danyang, kedua, tantangan yang
muncul dari kemajuan umat Islam. (Maryadi Abdullah 2000:26)
Atas dua tantangan tersebut, maka Muhammadiyah mengartikan tajdid sebagai gerakan pemurnian (purifikasi) dan
pembaharuan (modernisasi).
Muhammadiyah menyatakan bahwa tajdid meliputi tiga hal yakni:
1. Pemurnian aqidah dan ibadah serta pembentukan akhlakul karimah
2. pembentukansikap hidup yang dinamis, kreatif, prograsif dan berwawasan ke depan.
3. pengembangan kepemimpinan, organisasi dan etos kerja dalam persyarikatan
Muhammadiyah (BRM 1997: 47-48)

A. Gerakan Purifikasi (Pemurnian)


Muhammadiyah mengenal gerakan purifikasi (Tanfizdu al-aqidah al-Islamiyah) sebagai
gerakan pembaharuan untuk memurnikan ajaran agama islam dari syirk atau mengembalikan
agama kepada semangat dan ajaran islam yang murni dan membebasakn umat isalm dari
Tahayul, Bid'ah dan Khurafat. Cita-cita dan gerakan pembaharuan yang dipelopori
Muhammadiyah sendiri sebenarnya menghadapi konteks kehidupan keagamaan yang bercorak
ganda yakni sinterik dan tradisional. Menurut keyakinan Muhammadiyah, isalm yang murni
adalah keyakinan dan amal keagamaan yang hanya berasal dari Al-quran dan As-sunah. Selain
kedua sumber ini maka tidak ada sumber lain yang diterima karena penerimaan atau pengakuan
akan amal beragama dengan sumber tambahan akan menjerumuskan umat dalam kegiatan
bid’ah khurafat atau bisa diartikan terperososk kedalam perbutan syirk. Muhammadiyah
berusaha menggeser budaya islam sintrik dan islam tradisional sekaligus menawarkan sikap
keagamaan yang lebih murni. Gerakan pemurnian ini berarti rasionalisasi yang menghapus
submber-sumber budaya lama dengan digantikan budaya baru atau menggantikan tradisi lama
dengan tradisi baru. Muhammadiyah terus berusaha melakukan peubahan demi mencapai cita-
cita tranformasi sosialnya hingga saat ini dengan melakukan penguatan dan penyadaran
terhadap pola kehidupan manusia. Gerakan yang tidak kalah yakni penajaman tauhid yang
dimana formulasi tauhid terletak pada realitas social. Apapun bentuknya, tauhid menjadi titik
pusat dalam melandasi dan mendasari aktivitas. Tauhid harus diterjemahkan ke dalam realitas
historis-empiris. Ajaran agama harus diberi tafsiran baru yang lebih kontekstual dan elaborative
sesuai dengan konteks ruang dan waktu. Tauhid seharusnya dapat menjawab semua
problematika kehidupan moedrnitas dan merupakan senjata pamungkas yang mampu
memberikan alternatife baru yang lebih anggun dan segar karena tujuan tauhid adalah
humanisasi.

B. Gerakan Moderenisasi (Pembaharuan)


Gerakan moderniasasi merupakan gerakan pembaharian pemikiran untuk mencapai pemecahan
atas persoalan yang dihadapi berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai titik landasan yang
sekaligus memberikan pengarahan ke pemikiran yang harus dikembangkan. Gerakan
pembaharuan dalam Muhammadiyah didasakan pada keyakinan bahwa islam bertujuan untuk
menciptakan suatu tata sosio-politik di atas landasan etik dan moral yang kuat dalam rangka
mengaktualisasikan prinsip rahmatan lilalamin. Muhammadiyah dengan tajdidnya akan
senantiasa relevan terhadap perubahan yang bergulir. Tajdid bagi Muhammadiyah adalah
perangkat dan dipersiapkan untuk untuk mengantisipasi kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tajdid merupakan media dan sarana yang benar-benar diharapkan mampu
menyelesaikan dan memperbaharui problem meskipun hal itu sama sekali baru.
Muhammadiyah juga tidak akan menghilangkan elan vitalnya dari permukaan, jika problem
yang dihadapii dapat terjawab drngan cepat. Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid berarti
mengadaptasi persoalan-persoalan keagamaan dan social pada wilayah historis-empirs.
Dinamisasi dalam Muhammadiyah aalah mempertautkan antara rks nomatifitas dengan teks
histotoritas (dari tekstual menuju konetkstual). Dua wilayah ini dalam garapam
Muhammadiyah senantiasa berjalan bersama-sama. Misalnya KH. Ahad Dahlan dalam
mengajarkan surat Al-Ma’un kepada para santri menunjukan bukti nyata bahwa
Muhammadiyah tidak hanya berputar-putar pada wilayah teologis, tapi Muhammadiyah
berusaha concern terhadap problem social yang harus mem[eroleh perhatian serius. Sehingga
teologi Muhammadiyah menjadi teologi social yang dapat dilihat kasat mata dan konkrit. Oleh
karena itu, Muhammadiyah kemudian mendirikan amal usaha seperti PKU (Rumah Sakit),
Lembaga Pendidikan, Panti Asuhan dan bidang-bidang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai