f.
g.
h.
i.
j.
k.
hipertensi
pulmonale.
Hipoksia
sejauh
ini
merupakan
Terdapat sekitar 50.000 angka kematian di Amerika Serikat pada tahun 2006 ini dalam setahun
akibat emboli paru dan sekitar setengahnya terjadi dalam satu jam pertama akibat gagal jantung
kanan.
Menurut Boedhi-Darmojo (2001) di Indonesia angka prevalensi hipertensi
pulmonal penyebab kor-pulmonal berkisar antara 0,65-28,6%. Biasanya kasus
terbanyak ada pada daerah perkotaan. Angka tertinggi tercatat di daerah Sukabumi,
diikuti daerah Silungkang, Sumatera barat (19,4%) serta yang terendah di daerah
lembah Bariem, Irian Jaya.
Secara global, insidensi cor pulmonale bervariasi antar tiap negara, tergantung pada prevalensi
merokok, polusi udara, dan factor resiko lain untuk penyakit paru-paru yang bervariasi.
5. Manifestasi Klinis
Informasi yang didapat bisa berbeda-beda antara satu penderita yang satu dengan
yang lain tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan pulmonary heart disease.
a. Kor-pumonal akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat istirahat, kadangkadang didapatkan batuk-batuk, dan hemoptisis.
b. Kor-pulmonal dengan PPOM : sesak napas disertai batuk yang produktif (banyak
sputum).
c. Kor pulmonal dengan Hipertensi Pulmonal primer : sesak napas dan sering
pingsan jika beraktifitas (exertional syncope).
d. Pulmonary heart disease dengan kelainan jantung kanan : bengkak pada perut dan
kaki serta cepat lelah.
Gejala predominan pulmonary heart disease yang terkompensasi berkaitan dengan
penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik, dispnea karena olahraga, wheezing
respirasi, kelelahan dan kelemahan. Jika penyakit paru sudah menimbulkan gagal
jantung kanan, gejala - gejala ini lebih berat. Edema dependen dan nyeri kuadran
kanan atas dapat juga muncul.
Tanda-tanda pulmonary heart disease misalnya sianosis, clubbing, vena leher
distensi, ventrikel kanan menonjol atau gallop (atau keduanya), pulsasi sternum bawah
atau epigastrium prominen, hati membesar dan nyeri tekan, dan edema dependen.
Gejala- gejala tambahan ialah:
Sianosis
Mata menonjol
6. Patofisiologi
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik, didapatkan :
JVP meningkat dikaitkan dengan adanya respon gagal jantung kanan dan
hipertropi ventrikel kanan sendiri, ketika terjadi hipertropi ventrikel kanan dan
akhirnya gagal jantung kanan, maka vena jugularis juga ikut menunjang
kompensasi sehingga tekanan atau venous jugularis pulse mengalami
peningkatan.
Hepatomegali dikatkan dengan adanya desakan dari arah ventrikel kanan
jantung yang mendesak ruang diafragma dan hepar sehingga ketika dilakukan
menunjukkan:
Right Ventrikular Strain yaitu adanya depresi segmen S-T dan gelombang T yang
terbalik pada sandapan perikordial kanan. Kadang-kadang kriteria hipertrofi
ventrikel kanan yang klasik sulit didapat. Padmavati dalam penelitiannya
menyatakan criteria yang lain untuk kor-pulmonal dalam kombinasi EKG sebagai
berikut :
RS di V5 dan V6
Aksis bergeser ke kanan
QR di AVR
P pulmonal
Arteri pulmonale kanan di katakan melebar apabila lebih dari 16 mm dan kiri
lebih 18 mm.
Ictus tampak
bergeser &
naik ke kiri
atas
pengisian
cairan
di
ventrikel
dan
pemberian
vasokonstriktor
Lasix
(Furosemida),
Midamor
(Amilorid),
Naqua
ACE-inhibitor
(Angiotensin
Converting
Enzyme
Inhibitio)
4) Digitalis
Adalah obat yang meningkatkan kekuatan dan efisiensi jantung dan digunakan
untuk mengobati layu jantung dan menormalkan lagi denyut jantung. Dalam
kaitannya terhadap pengobatan kor pulmonal hanya bermanfaat diberikan apabila
telah disertai dengan penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri. Digitalis diberikan
terutama bila terdapat gagal jantung kanan, tetapi yang paling penting adalah
mengobati penyakit paru yang mendasarinya.
Dosis pemberian obat digitalis :
Jika dalam 2 minggu terakhir klien tidak mendapat terapi digitalis, maka
dapat diberikan digitalis cepat (IV) dengan dosis 0,2-0,4 mg setiap 4-6 jam
sampai dengan total dosis 1,6 mg.
Heparin : IV bolus 5000 IU, drip 1000 IU/jam atau sesuai dengan hasil APTT.
Contoh :
RUMUS = DOSIS : PENGENCERAN
i. Advis dokter Heparin 1000 unit/jam
ii. Pengenceran 25.000 dalam 500 ml normal saline
iii. 500 ml = 25.000 unit 1 ml = 50 unit
iv. 1000 : 50 = 20 ml/jam
v. Jika menggunakan infus set mikro, maka (20 ml/jam x 60) : 60 = 20
tetes/menit
7) Pengobatan Lain
Inhibitor karbonik anhidrase (asetasolamid) suatu waktu banyak dipakai pada
pasien hiperkapnia kronik. Tetapi efek sampingnya yang membahayakn adalah
terjadinya asidosis metabolik pada asidosis respiratorik yang telah ada.
Phlebotomy menjadi tatalaksana standar pada polisitemia yang disebabkan
hipoksia kronik. Saat ini belum berhasil dibuktikan adanya perbaikan onyektif
pada pertukaran gas maupun tekanan arteri pulmonalis akibat phlebotomy.
Beberapa ahli mengeluarkan darah vena sebanyak 250 mL, untuk mencegah
tromboemboli bila hematokrit atau hipertensi pulmonal sangat tinggi.
9. Komplikasi
Komplikasi dari pulmonary heart disease diantaranya:
a. Sinkope
b. Gagal jantung kanan
c. Edema perifer
d. Kematian
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Anamnesa, meliputi:
1) Identitas Pasien
a) Kor pulmonal dapat terjadi pada orang dewasa dan pada anak-anak. Untuk
orang dewasa, kasus yang paling sering ditemukan adalah pada lansia
karena sering didapati dengan kebiasaan merokok dan terpapar polusi. Hal
ini di dasarkan pada epidemiologi penyakit-penyakit yang menjadi
penyebab kor pulmonal, karena hipertensi pulmonal merupakan dampak
dari beberepa penyakit yang menyerang paru-paru. Untuk kasus anakanak, umumnya terjadi kor pulmonal akibat obstruksi saluran napas atas
seperti hipertrofi tonsil dan adenoid.
b) Jenis pekerjaan yang dapat menjadi resiko terjadinya kor pulmonal adalah
para pekerja yang sering terpapar polusi udara dan kebiasaan merokok
yang tinggi.
c) Lingkungan tempat tinggal yang dapat menjadi resiko terjadinya kor
pulmonal adalah lingkungan yang dekat daerah perindustrian, dan kondisi
rumah yang kurang memenuhi persyaratan runmah yang sehat. Contohnya
ventilasi rumah yang kurang baik,hal ini akan semakin memicu terjadinya
penyakit-penyakit paru dan berakibat terjadinya kor pulmonal.
2) Riwayat Sakit dan Kesehatan
a) Keluhan utama : Pasien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak,
nyeri dada
b) Riwayat penyakit saat ini : Pada pasien kor pulmonal, biasanya akan
diawali dengan tanda-tanda mudah letih, sesak, nyeri dada, batuk yang
tidak produktif. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul.
Apa
tindakan
yang
telah
dilakukan
untuk
menurunkan
atau
Jenis: Dispnoe
b)
B2 (BLOOD)
c)
B3 (BRAIN)
Penglihatan(mata)
Pusing
Gangguan kesadaran
d)
B4 (BLADDER)
Urin:
o Jumlah : kurang dari 1-2 cc/ kg BB/ jam
o Warna : kuning pekat
o Bau : khas
e)
Oliguria
B5 (BOWEL)
Abdomen : asites
f)
B6 (BONE)
Turgor : jelek
Oedema
4) Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.
2.
Diagnosa keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan. hipoksemia secara
reversible/ menetap, refraktori dan kebokoran interstisial pulmonal/ alveolar pada
status cedera kapiler paru.
2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan. sempitnya lapang respirasi
dan penekanan toraks.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan.
penurunan nafsu makan (energi lebih banyak digunakan untuk usaha bernapas,
sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).
4) Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan. kelemahan fisik dan keletihan.
5) Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan oliguria.
3.
Perencanaan Keperawatan
Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan. Hipoksemia secara reversible/
menetap, refraktori dan kebokoran interstisial pulmonal/ alveolar pada status cedera
kapiler paru.
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
Mandiri
Pantau frekuensi, kedalaman
pernapasan.Catat penggunaan
otot aksesori, nafas bibir,
tidakmampuan bicara/ berbincang.
Tinggikan kepala tempat tidur,
bantu pasien untuk memilih
posisi yang mudah untuk
bernapas.
Dorong
nafas
perlahan atau nafas bibir sesuai
kebutuhan
atau
toleransi
individu.
Awasi secara rutin kulit dan
warna membrane mukosa.
Palpasi fremitus.
Awasi
tingkat
kesadaran/
status mental. Selidiki adanya
perubahan.
Rasional
Berguna dalam evaluasi derajat
distress pernapasan dan/ atau
kronisnya proses penyakit.
Pengiriman
oksigen
diperbaiki dengan posisi
tinggi dan latihan nafas
menurunkan kolaps jalan
dispnea dan kerja nafas.
dapat
duduk
untuk
nafas,
hipoksemia.
Evaluasi
tingkat
toleransi
Selama distress pernapasan berat/
aktifitas. Berikan lingkungan
akut/ refraktori pasien secara total
yang tenang dan kalem. Batasi
tak mampu melakukan aktifitas
aktifitas pasien atau dorong
sehari-hari karena hipoksemia dan
untuk tidur/ istirahat dikursi
dispnea.
Istirahat
diselingi
selama fase akut. Mungkinkan
aktifitas perawatan masih penting
pasien melakukan aktifitas
dari program pengobatan. Namun,
secara bertahap dan tingkatkan
program latihan ditujukan untuk
sesuai toleransi individu.
meningkatkan ketahanan dan
kekuatan tanpa menye-babkan
dispnea
berat,
dan
dapat
meningkatkan rasa sehat.
Awasi tanda vital dan irama
Tachycardia,
disritmia,
dan
jantung
perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia
sistemik pada fungsi jantung.
Kolaborasi
Awasi/ gambarkan seri GDA
PaCO2
biasanya
meningkat
dan nadi oksimetri.
(bronchitis, enfisema) dan pao2
secara umum menurun, sehingga
hipoksia terjadi dengan derajat
lebih kecil atau lebih besar.
Catatan: PaCO2 normal atau
meningkat menandakan kegagalan
perna-pasan yang akan datang
selama asmatik.
Berikan oksigen tambahan
Dapat memperbaiki/ mencegah
yang sesuai dengan indikasi
memburuknya hypoxia. Catatan:
hasil GDA dan toleransi pasien.
emfisema
kronis,
mengatur
pernapasan pasien ditentukan oleh
kadar
CO2
dan
mungkin
dieluarkan dengan peningkatan
PaO2 berlebihan.
Bantu
instubasi,
berikan/
pertahankan
ventilasi
mekanik,dan pindahkan UPI
sesuai instruksi pasien.
Tujuan
Kriteria hasil
Tindakan/ intervensi
Berikan posisi fowler atau semi
fowler
Rasional
Memaksimalkan ekspansi paru,
menurunkan kerja pernapasan, dan
menurunkan resiko aspirasi
2
Ajarkan teknik napas dalam
Membantu meningkatkan difusi
dan atau pernapasan bibir atau
gas dan ekspansi jalan napas kecil,
pernapasan diafragmatik abdomemberika
pasien
beberapa
men bila diindikasikan
kontrol terhadap pernapasan,
membantu menurunkan ansietas.
3
Obserfasi TTV (RR atau
Mengetahui
keadekuatan
frekuensi permenit)
frekuensi
pernapasan
dan
keefektifan jalan napas
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
nafsu makan (energi lebih banyak digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism
berlangsung lebih cepat).
Tujuan
makan membaik.
Kriteria hasil :
o Gizi untuk kebutuhan metabolik terpenuhi
o Massa tubuh dan berat badan klien berada dalam batas normal.
Tindakan/ intervensi
Beri motivasi pada klien untuk
mengubah kebiasaan makan.
3
4
Rasional
Agar pasien mau memenuhi diet
yang disarankan untuk kebutuhan
nutrisi dalam metabolisme.
Mengurangi anorexia pada pasien.
Untuk mengetahui perkembangan
asupan gizi klien melalui sampel
darah.
Untuk mengetahui perkembangan
klien dalam mempertahankan berat
badan normal.
5
6
Kriteria hasil : mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan di tunjukkan dengan
daya tahan, menunjukkan penghematan energi.
No.
1
2
Tindakan/ Intervensi
Rasional
Mandiri
Beri
bantuan
untuk Ajarkan
klien
bagaimana
melaksanakan aktifitas sehari- meningkatkan rasa control dan
hari
mandiri dengan kondisi yang ada
Ajarkan
klien
bagaimana Istirahat memungkinkan tubuh
menghadapi
aktifitas memperbaiki
energy
yang
menghindari kelelahan dan digunakan selama aktifitas
berikan periode istirahat tanpa
gangguan di antara aktifitaa
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi Dengan ahli gizi,perawat dapat
mengenai menu makanan pasien
menentukan jenis-jenis makanan
yang harus dikonsumsi untuk
memaksi-malkan
pembentukan
energy dalam tubuh pasien.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan pola
eliminasi urin normal dapat dikembalikan.
Kriteria hasil : klien menunjukkan pola pengeluaran urin yang normal, klien
menunjukkan pengetahuan yang adekuat tentang eliminasi urin.
No.
1
Tindakan/ intervensi
Rasional
Mandiri
Pantau pengeluaran urine, catat Pengeluaran urine mungkin sedikit
jumlah dan warna saat dimana dan pekat karena penurunan perfusi
diuresis terjadi.
ginjal. Posisi terlentang membantu
diuresis sehingga pengeluaran urine
dapat ditingkatkan selama tirah
baring.
Pantau/ hitung keseimbangan Terapi diuretic dapat disebabkan
intake dan output selama 24 jam
oleh kehilangan cairan tiba-tiba/
berlebihan (hipovolemia) meskipun
edema/ asites masih ada.
Pertahakan duduk atau tirah Posisi
tersebut
meningkatkan
baring dengan posisi semifowler filtrasi ginjal dan menurunkan
selama fase akut.
produksi
ADH
sehingga
meningkatkan dieresis.
Pantau TD dan CVP (bila ada)
Hipertensi dan peningkatan CVP
menunjukkan kelebihan cairan dan
dapat menunjukkan terjadinya
peningkatan kongesti paru, gagal
jantung.
Kaji bisisng usus. Catat keluhan Kongesti visceral (terjadi pada GJK
anoreksia,
mual,
distensi lanjut) dapat mengganggu fungsi
abdomen dan konstipasi.
gaster/ intestinal.
Kolaborasi
Konsul dengan ahli diet.
Perlu memberikan diet yang dapat
diterima klien yang memenuhi
kebutuhan kalori dalam pembatasan
natrium.
DAFTAR PUSTAKA
A. Sovari, Ali.(2009). Kor Pulmonal. Available at http://emedicine.medscape.com, di
akses pada tanggal 7 Oktober 2012 jam 19.46 WIB.
Bahar, Asril, dkk.(2011). Buku Ajar Ilmu Peyakit Dalam Jilid III, Edisi ketiga
(Persatuan Ahli Penyakit Dalam). Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Boughman, Diane C & Hackley, Joann C.(2000).Buku Saku Keperawatan Medical
Bedah. Jakarta: EGC
Nuzulul.(2011). Asuhan Keperawatan (Askep) Cor Pulmonal Atau Pulmonary Heart
Disease available at http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35530-Kep
%20Respirasi-Askep%20Cor%20Pulmonal.html diakses pada tanggal 23 Oktober
2012 jam 21.09 WIB.
Udjianti, Wayan Juni.(2010).Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.
Wahyusari,
Shinta.(2011).Kor
Pulmonal.
Available
at
Medical-Surgical
Nursing.USA:Springhouse
Korporation.
obstructive
pulmonal
disease
copd
availabel
at
gambar
http://www.doctortipster.com/3553-pulmonary-heart-disease-cor-
pulmonale-causes-symptoms-diagnosis-and-treatment.html