Anda di halaman 1dari 27

PERAWATAN GIGI PERMANEN MUDA

APEKSIFIKASI
Apeksifikasi adalah suatu cara untuk mencipatakan lingkungan di
dalam saluran akar dan jaringan periapeks setelah pulpa
mengalami kematian agar terbentuk jaringan keras berupa apikal
barier kalsifikasi dengan tujuan menutup apeks yang terbuka. 1,2,4
Proses pembentukan apikal barier kalsifikasi ini disebut dengan
formasi osteosementum.5 Apeksifikasi dapat dilakukan baik pada
pasien usia muda maupun dewasa. Pada anak-anak, gigi anterior
mengalami kematian pulpa paling sering disebabkan oleh trauma.
Sedangkan untuk gigi posterior kematian jaringan pulpa umumnya
disebabkan oleh karies yang berlanjut.2,4
Penutupan ujung apeks yang terbuka sangat penting untuk
menunjang keberhasilan perawatan endodontik. Barier jaringan
keras pada apeks akan memungkinkan obturasi saluran akar yang
padat dan rapat.2
Ada empat tipe penutupan apeks setelah dilakukan apeksifikasi
(Frank 1966). Tipe yang pertama pertama, saluran akar dan apeks
terbentuk sesuai dengan konfigurasi normal akar; tipe kedua, apeks
menutup, tetapi saluran akar tetap berbentuk blunderbuss; tipe
ketiga, tidak terlihat perubahan radiografis, tetapi suatu barier
osteoid yang tipis terbentuk menjadi apikal stop pada apeks atau
dekat dengan apeks; tipe keempat, terbentuk barier di dalam
saluran akar, sebelum apeks.2

Gambar 1. Tipe penutupan apeks


INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI APEKSIFIKASI
Indikasi dilakukannya apeksifikasi adalah gigi permanen muda yang
nekrosis dengan apeks yang masih terbuka dengan atau tanpa
simtom klinis, gigi permanen muda dengan lesi periapikal serta
dapat direstorasi.1,4,6 Apeksifikasi merupakan pilihan terakhir
sebagai perawatan pada gigi dengan apeks yang masih terbuka. 4
Kontraindikasi dilakukannya apeksifikasi adalah gigi dengan akar
yang fraktur vertical dan sebagian besar fraktur horizontal, gigi
yang ankilosis (replacement resorption), dan gigi dengan akar yang
sangat pendek.1
BAHAN UNTUK APEKSIFIKASI
Kalsium hidroksida telah diterima secara luas sebagai bahan yang
dapat menginduksi terbentuknya apikal barier kalsifikasi. Beberapa
penelitian menunjukkan kesuksesan pembentukan apikal barier
kalsifikasi pada aplikasi kalsium hidroksida dicapur dengan CMCP.
Klein dkk., menyatakan keberhasilan apeksifikasi dengan
menggunakan kalsium hidroksida dicampur dengan cresatin yang
kurang toksik bila disbanding dengan CMCP. Untuk mengurangi
sitotoksisitasnya, kalsium hidroksida yang dicampur dengan larutan
saline, air steril, atau air terdestilasi juga menunjukkan keberhasilan
membentuk apikal barrier.7,8
Pembentukan apikal barier kalsifikasi oleh kalsium hidroksida
dipengaruhi oleh pH kalsium hidroksida itu sendiri serta
mikroorganisme yang terdapat pada saluran akar. Javelet dkk.,
meneliti bahwa apikal barier kalsifikasi terbentuk dengan aplikasi
kalsium hidroksida pH 11,4. Barier kalsifikasi yang terbentuk dapat
berupa cap, bridge, ataupun inground wedge, 2,7 dan mungkin
merupakan dentin, sementum, tulang, atau osetodentin. 2,4,7
Waktu yang diperlukan untuk membentuk apikal barier kalsifikasi
sekitar 3 sampai 20 bulan, tergantung dengan usia, simtom gigi
yang ada, dan radiolusensi apikal yang tampak pada radiografi. 8,9
Meskipun kalsium hidroksida telah diterima secara luas, beberapa
peneliti bekerja dengan menggunakan bahan lain. Bahan tersebut

adalah mineral trioxide aggregate (MTA). MTA pertama kali


diperkenalkan pada tahun 1993 dan diterima oleh Food and Drug
Administrations pada tahun 1998. MTA memiliki kelarutan yang
rendah, pH yang sama seperti kalsium hidroksida, opasitas yang
lebih opak daripada dentin, dan lebih biokompatibel. 7 MTA mengisi
apikal yang terbuka tanpa membentuk apikal barier kalsifikasi
sehingga MTA dapat digunakan sebagai bahan untuk one visit
apexification (Witherspoon dan ham 2001).3,8,9,10
Bahan lain yang sudah terbukti dalam penelitian dapat menginduksi
terbentuknya apikal barier kalsifikasi dalam teknik apeksifikasi
antara lain trikalsium fosfat, kolagen kalsium fosfat, osteogenik
protein-1, dan bone growth factor.4
TEKNIK PERAWATAN APEKSIFIKASI DENGAN Ca(OH)2
1. Preparasi akses
a.
Isolasi gigi dengan menggunakan cotton roll atau rubber dam.1
b.
Pembuangan jaringan karies dengan ekskavator atau bur bulat
kecepatan rendah.11
c.
Buka akses ke kamar pulpa dengan menggunakan bur bulat
dan tapered dengan ujung safe-ended untuk mencegah
overcutting atau perforasi.11 Akses dibuat lebih besar agar
memudahkan pembuangan jaringan nekrotik dan dentin lingual
dikurangi untuk mempermudah jalan masuk.1
d.
Debris dibersihkan dengan instrument tangan dan irigasi NaOCl
1-2%.11
2. Preparasi saluran akar
Preparasi saluran akar melibatkan dua proses, yaitu debridement
dan shaping. Debridement bertujuan untuk membersihkan
saluran akar dari debris, mikroorganisme, dan toksinnya. 11
Jaringan nekrotik dibersihkan untuk mencegah imigrasi dari
bakteri baru.12 Sedangkan shaping bertujuan untuk membentuk
saluran akar supaya bisa dimasukkan pengisi saluran akar.11
a.

b.

c.

Pengambilan
jaringan
pulpa
yang
nekrotik
dengan
1
menggunakan jarum ekstirpasi atau file hedstorm.
Penentuan panjang kerja yang sedikit lebih pendek dari apeks
pada radiografi.1 Panjang kerja lebih pendek 1-2 mm dari
radiograf.12
Instrumentasi
dengan
hati-hati
dengan
gerakan
sirkumferensial, ukuran file meningkat sesuai kebutuhan.
Debridement dilakukan optimal dengan tujuan membersihkan

d.

saluran akar dan agar mencapai panjang kerja, mengingat


dentin yang tipis pada gigi permanen muda memungkinkan
perforasi karena ketajaman file. 1 Irigasi menggunakan NaOCl
dengan perlahan-lahan agar debris organic bisa larut dan
mikroorganisme mati.1,11 Ketika preparasi saluran akar,
diperlukan kewaspadaan menggunakan instrument karena
instrument yang perforasi melewati akes dapat merusak
jaringan pembentuk barier.1,12
Irigasi final dengan NaOCl, kemudian saluran dikeringkan
dengan paper point1,11, atau sebelum menggunakan paper
point, saluran yang tergenang diaspirasi menggunakan
syringe.11

3. Dressing saluran akar


a.
Pencampuran bubuk kalsium hidroksida dengan barium sulfat
agar terlihat radiopak, perbandingan 9:1, 1 dilarutkan dengan
cairan salin membentuk pasta kental.1,11,12 Kalsium hidroksida
yang dipakai adalah tipe non-setting.11
b.
Kalsium hidroksida dimasukkan ke dalam saluran akar dengan
menggunakan amalcam carrier1,11, atau paper point kering.12
c.
Kondensasi kalsium hidroksida dengan instrument pemampat
yang memiliki stopper sesuai panjang kerja. 1,11 Pemampatan
dapat juga dilakukan dengan menggunakan paperpoint kering
supaya bisa menyerap kelebihan cairan. 12 Pada pemampatan
pertama kali, hindari penekanan berlebihan ke arah apeks
untuk mencegah overfilling mengingat saluran akar yang
masih lebar.1,11
d.
Pemeriksaan dengan radiografi untuk melihat apakah
pemampatan telah sempurna sebelum ditumpat semetara. Bila
terdapat ruang kosong, kalsium hidroksida dimampatkan lagi
sebelum dilakukan tumpatan sementara.1,11
e.
Tumpatan sementara dengan zink oxide eugenol yang
diperkuat (IRM) merupakan material yang paling baik. 1 Dapat
juga menggunakan GIC atau resin komposit.11
Preparasi akses, preparasi saluran akar, dan dressing saluran
akar dilakukan pada kunjungan I.
4. Monitoring pembentukan apikal barier
Pemanggilan ulang pada awalnya dijadwalkan untuk 4-6
minggu.11 Pada setiap kunjungan, kalsium hidroksida dibersihkan
dan dilakukan pemeriksaan apakah telah terbentuk barrier
dengan menekankan paperpoint secara perlahan sesuai panjang

kerja.11 Pembersihaan kalsium hidroksida juga bertujuan untuk


memadatkan
kembali
kalsium
hidroksida. 1
Pemeriksaan
pembentukan barrier juga dievaluasi menggunakan radiografi. 1,11
Literatur lain menyatakan pembersihan kalsium hidroksida
dilakukan ketika kepadatannya berkurang secara radiografis
saja.1
Pemanggilan selanjutnya dijadwalkan 3-6 bulan.1,11 Jika
penyembuhan telah terjadi (terbukti dengan osteogenesis) secara
radiografis dan klinis dengan menggunakan paperpoint atau file
yang ditekan perlahan dan terasa tahanan sehingga file tidak
dapat melewati apeks, berarti sudah terjadi penutupan yang
cukup dan sudah dapat dilakukan obturasi. Bila apeks masih
terbuka, saluran akar diirigasi, diberi kalsium hidroksida dan
ditutup sementara.1,1
5. Obturasi
Obturasi dilakukan setelah apeks tertutup. Obturasi dilakukan
dengan menggunakan bahan guta perca dan sealer untuk
mencegah masukknya mikroorganisme ke jaringan periapikal. 11
Teknik yang dipergunakan adalah kombinasi antara termal
adaptasi guta perca pada bagian apikal dan kondensasi lateral
dingin di bagian koronal.1,11
a.

Kanal diirigasi kemudian dikeringkan dengan paperpoint.1,11


Aduk slow setting sealer dan oleskan ke permukaan dinding
saluran akar tipis-tipis dengan menggunakan paste filler
(lentulo).11
c.
Master point guta perca dipanaskan dengan Bunsen kemudian
langsung dimasukkan kenalam saluran akar dan ditekan
perlahan supaya guta perca yang melunak dapat beradaptasi
di apikal barier.1,11 Master point dapat diperoleh dengan cara
memanaskan beberapa kon dan dipadatkan di antara dua kaca
pengaduk.1
d.
Lakukan kondensasi lateral dingin kemudian masukkan guta
perca aksesori yang telah diolesi dengan sealer, mampatkan
dengan kondensasi lateral sampai spreader tidak dapat masuk
ke dalam kanal kurang dari 2-3 mm. Pemeriksaan radiograf
kadang berguna untuk memeriksa pengisian apakah hermetis
atau tidak.11
e.
Guta perca yang berlebihan di koronal kemudian dipotong
dengan menggunakan ekskavator panas, dilanjutkan dengan
kondensasi vertical.11
6. Restorasi akhir
b.

Penutupan saluran akar tidak menambahkan ketebalan dinding


saluran akar ataupun kekuatan dari gigi permanen muda ini. Oleh
karena itu, restorasi final harus mengoptimalkan ketahanan sisa
jaringan gigi yang tertinggal. Restorasi akhir dengan
menggunakan komposit resin dentin bonded menjadi pilihan,
apalagi dimasukkan beberapa millimeter ke dalam saluan akar. 7,11
TEKNIK PERAWATAN DENGAN MTA
Pada kunjungan pertama, dilakukan pembukaan akses, preparasi
saluran akar, dan dressing saluran akar dengan menggunakan
kalsium hidroksida untuk desinfeksi saluran akar. Kemudian tumpat
dengan bahan restorasi sementara.4 Pada kunjungan selanjutnya,
yaitu setelah minimal satu minggu dari kunjungan pertama,8,12 gigi
bebas dari tanda dan gejala infeksi, 4 tumpatan sementara dibuka
kemudian kalsium hidroksida dibersihkan. Saluran akar diirigasi dan
dikeringkan.4,12
MTA diaduk sesuai petunjuk pabrik sampai konsistensi yang seperti
krim yang agak keras.5,12 MTA dimasukkan ke dalam saluran akar
sebanyak 4-5 mm4,12 dengan menggunakan amalgam carrier 4
kemudian kondensasi dengan menggunakan paper point atau
plugger berujung tumpul.4,5,8,12 Kelebihan MTA dibersihkan dari
saluran akar dan kavitas.4
Tempatkan cotton pellet yang basah supaya lingkungan lembab
sehingga MTA dapat berpolimerisasi.4,12 Akses kemudian ditutup
sementara dengan menggunakan cavit, 4 atau thermoplastic guta
perca dan zink oxide eugenol.12
Pada kunjungan berikutnya, tumpatan sementara dibongkar, dan
kapas dikeluarkan. MTA yang telah keras dapat diperiksa dengan
menggunakan file atau probe.4 Saluran akar kemudian diisi dengan
guta perca termoplastis kemudian ditumpat dengan menggunakan
resin komposit.12 Saluran akar dapat juga diisi dengan
menggunakan resin komposit intrakanal polimerisasi sinar secara
langsung untuk meningkatkan ketahanan terhadap fraktur akar. 4,5,7
dapat juga dengan meletakkan selapis GIC di atas MTA diikuti
dengan penempatan komposit resin atau bonded post.5,7 Restorasi
akhir sudah dapat dilakukan setelah 4 jam MTA dimasukkan ke
dalam saluran akar.4,5
APEKSIFIKASI KUNJUNGAN TUNGGAL DENGAN MTA

Apeksifikasi kunjungan tunggal dapat dilakukan sebagai berikut.


Membuka akses kemudian saluran akar dibersihkan dan dibentuk
dengan menggunakan instrument rotary Ni-Ti dengan NaOCl
sebagai bahan irigasi yang disemprotkan perlahan-lahan. Smear
layer yang ada dibersihkan dengan menggunakan campuran EDTA
dan NaOCl. Setelah pembentukan dan pembersihan selesai, plugger
kecil dimasukkan dan longgar 1,5 mm dari apikal radiografis. MTA
kemudian ditempatkan dengan MTA carrier dan dipadatkan dengan
plugger yang sebelumnya difitting. Pemeriksaan tumpatan apeks
MTA dengan radiografis, bila sudah baik pada sepertiga apikal,
maka kelebihan MTA di dinding saluran akar dibersihkan dengan
irigasi menggunakan air steril. Sisa air kemudian dibersihkan
dengan paperpoint steril.3 Restorasi akhir dengan menggunakan
resin komposit yang juga mengisi saluran akar yang tidak terisi MTA
supaya lebih kuat dan tahan terhadap fraktur. 3,7
EVALUASI KEBERHASILAN
Keberhasilan kasus ditandai sebagai berikut.1
1. Tidak ada tanda atau gejala penyakit periapeks.
2. Penyakit periapeks yang mereda dengan radiograf tampak
radiolusen pada apikal semakin mengecil.
3. Barier jaringan keras pada apeks terlihat pada radiograf atau
pada penjajakan yang hati-hati dengan menggunakan file.

Gambar 2. Perawatan apeksifikasi dengan MTA yang berhasil


PEMBAHASAN

Apeksifikasi merupakan teknik untuk menutup apeks yang masih


terbuka. Bahan yang dapat dipergunakan sebagai pengisi ujung
saluran akar yaitu kalsium hidroksida, MTA, trikalsium fosfat,
kolagen kalsium fosfat, osteogenik protein-1, dan bone growth
factor. Di antara semua bahan yang terbukti dapat menginduksi
terbentuknya apikal barier, yang paling lazim dan sering
dipergunakan adalah kalsium hidroksida7,8 dan MTA3,8,9,10.
Perawatan dengan kalsium hidroksida memerlukan kunjungan yang
berkali-kali karena sifat kalsium hidroksida yang mudah larut dan
teresorpsi sehingga ketika dievaluasi melalui radiografi, kepadatan
kalsium hidroksida akan menurun dan harus diganti. Perawatan
dengan MTA dapat dilakukan dua kali kunjungan ataupun sekali
kunjungan.13 Perbedaan antara dua kali kunjungan dan sekali
kunjungan hanya pada peletakkan bahan dressing kalsium
hidroksida.
Pada
perawatan
dua
kali
kunjungan,
untuk
memaksimalkan pembersihan saluran akar dari debris dan bakteri,
diberikan dressing kalsium hidroksida selama satu minggu,
sedangkan pada perawatan satu kali kunjungan, pembersihan
debris dan bakteri hanya dengna irigasi campuran EDTA dan NaOCl.
Dikembangkannya teknik satu kali kunjungan mempertimbangkan
kesulitan untuk recall pasien agar kembali ke dokter gigi untuk
memeriksa perawatannya, kontrol yang terlalu sering ke dokter gigi
juga mudah dilupakan pasien, selain itu juga mempertimbangkan
anak akan trauma dengan kunjungan yang berkali-kali ke dokter
gigi.3
Keberhasilan perawatan apeksifikasi dengan menggunakan MTA dan
kalsium hidroksida tidak jauh berbeda. Hasil penelitian El-Meligy
dan
Avery
menujukkan
kesuksesan
perawatan
dengan
menggunakan MTA adalah 100% sedangkan perawatan kalsium
hidroksida adalah 87%. Pemilihan teknik perawatan apeksifikasi
begantung kepada pertimbangan biaya yang akan dibebankan
kepada pasien, lamanya perawatan, kondisi gigi pasien dan
kooperatif pasien. Bila pasien tidak dapat melakukan kunjungan
berulang dapat dipertimbangkan dengan perawatan kunjungan
tunggal. Bila pasien memilih perawatan dengan menggunakan
kalsium hidroksida karena lebih terjangkau dari segi ekonomi, maka
pasien harus diingatkan untuk kontrol 3-21 bulan tergantung
keberhasilan pembentukan apikal barier, juga pasien harus
diingatkan bahwa kegagalan perawatan dengan kalsium hidroksida
mungkin terjadi dan perawatan ulang akan menjadi biaya dan
kunjungan akan semakin banyak. Perawatan dengan MTA mungkin
lebih mahal dibandingkan dengan kalsium hidroksida, namun

keberhasilan perawatan lebih tinggi dan kunjungan ke klinik hanya


satu-dua kali.10

DAFTAR PUSTAKA
1.

Walton RE., Torabinejad M., ed. Prinsip dan praktik ilmu endodonsi. Alih bahasa

2.

Sumawina N., Sidharta W., Nursasongko B. Jakarta: EGC, 1998: 490-503.


Usman M., Dharsono HDA. Penutupan apeks gigi tetap muda on vital
menggunakan

kalsium

hidroksida.

<

http://resources.unpad.ac.id/unpad-

content/uploads/publikasi_dosen/PENUTUPAN%20APEKS%20GIGI
%20TETAP%20MUDA%20NON%20VITAL%20MENGGUNAKAN
3.

%20KALSIUM%20HIDROKSIDA.PDF> (28 Oktober 2011).


Witherspoon DE., Ham K. One-visit apexification: technique for inducing root
end barrier formation in apical closures. Pract Proced Aesthet Dent 2001;13:455

4.

60.
Cohen S., Hargreaves KM. Pathways of the pulp. 9th edition. Canada: Mosby

5.

Elsevier, 2006: 869-74.


Gutmann JL., Dumsha TC., Lovdahl PE. Problem solving in endodontic
prevention, identification, and management. 4th edition. China: Mosby Elsevier,

6.
7.
8.

2006: 72.
Baumann MA., Beer R. Endodontology. Germany: Thieme, 2010: 208.
Rafter M. Apexification: a review. Dent Traumatol. 2005;21:1-8.
Fouad AF. Endodontic microbiology. 1st edition. USA: Willey-Blackwell, 2009:

9.

266-8.
Huang GT-J. Apexification: the beginning of its end. International

Endodontic Journal 2009;42:855-66.


10. Gaitonde P., Bishop K. Apexification with mineral trioxide aggregate:
an overview of the material and technique. Eur J Prosthodont Restor
Dent 2007;15: 415
11. Welbury RR. Pediatric dentistry. 2nd edition.Oxford: Oxford University Press,
2003: 177-81.
12. Baumann MA., Beer R., Kielbassa AM. Pocket atlas of endodontics. Germany:
Thieme, 2006: 52.
13. Clark A., Pinno A., Attoe D., Farzin F., Keith L., Gambacorta M. Comparison of
MTA and Ca(OH)2 for the apexification of necrotic immature permanent teeth:

An

Evidence

Based

Report.

<

http://www.utoronto.ca/dentistry/newsresources/evidence_based/EBR2010/W2_
EBLREPORT2010.pdf> (27 Oktober 2011).

Apeksogenesis
Apeksogenesis adalah perawatan pada gigi permanen muda dengan
mempertahankan pulpa yang vital dan/atau menyingkirkan pulpa yang terinflamasi
ireversibel yang bertujuan agar pembentukan akar dan pematangan apeks dapat
dilanjutkan. Berikut tindakan-tindakan yang termasuk di dalam apeksogenesis :
1. Protective liner
Indikasi: pada gigi dengan pulpa normal, ketika karies disingkirkan dan akan
dilakukan pemasangan restorasi, bahan protective liner diletakkan pada daerah
terdalam preparasi untuk meminimalkan injuri pada pulpa, mendukung
penyembuhan jaringan, dan/atau meminimalkan sensitivitas paska perawatan
Tujuan: memelihara kevitalan gigi, mendukung penyembuhan jaringan, dan
memfasilitasi pembentukan dentin tersier.
2. Indirect pulp treatment
Indikasi: pada gigi permanen dengan diagnosa pulpa normal atau pulpitis tanpa
keluhan atau dengan diagnosa pulpitis reversibel. Penegakan diagnosa dengan
pemeriksaan radiografi dan pemeriksaan klinis dan prognosis gigi dapat sembuh
dari gangguan karies.
Tujuan: restorasi akhir dapat harus dapat menjaga bagian interna gigi termasuk
dentin dari kontaminasi lingkungan oral. Kevitalan gigi harus dipertahankan.
Tidak ada gambaran resorpsi interna atau eksterna atau perubahan patologis
lainnya. Gigi dengan akar yang belum sempurna akan melanjutkan perkembangan
akarnya dan apeksogenesis.
3. Direct pulp cap
Indikasi: pada gigi dengan lesi karies kecil atau terpapar karena tindakan mekanis
dengan pulpa yang normal.
Tujuan: vitalitas gigi dipertahankan. Terbukti tidak dijumpai perubahan klinis atau
keluhan seperti : sensitiv, sakit, atau pembengkakan paska perawatan.
Penyembuhan pulpa dan pembentukan dentin reparatif terjadi. Terbukti juga tidak
ada perubahan radiografis berupa resorpsi interna atau eksterna, radiolusensi

periapikal, kalsifikasi yang abnormal, atau perubahan patologis lainnya. Gigi


dengan akar yang belum sempurna akan melanjutkan perkembangan akarnya dan
apeksogenesis.
4. Partial pulpotomy for carious exposure
Indikasi: pada gigi permanen muda dengan karies pulpa terbuka dimana
perdarahan pulpa dikontrol dalam beberapa menit. Gigi harus vital dengan
diagnosis pulpa normal atau pulpitis reversibel.
Tujuan: pulpa yang tertinggal diharapkan tetap vital setelah pulpotomi parsial.
Seharusnya tidak ada tanda klinis yang merugikan atau keluhan seperti : sensitiv,
sakit, atau pembengkakan. Tidak ada perubahan radiografis berupa resorpsi
interna atau eksterna, radiolusensi periapikal, kalsifikasi yang abnormal, atau
perubahan patologis lainnya. Gigi dengan akar yang belum sempurna akan
melanjutkan perkembangan akarnya dan apeksogenesis.
5. Partial pulpotomy for traumatic exposures (Cvek pulpotomy)
Indikasi: pada gigi permanen muda terutama dengan pembentukan akar yang
belum sempurna dengan keadaan pulpa terbuka karena trauma. Perdarahan pulpa
setelah penyingkiran jaringan pulpa yang terinflamasi harus dikontrol.
Tujuan: pulpa yang tertinggal diharapkan tetap vital setelah pulpotomi parsial.
Seharusnya tidak ada tanda klinis yang merugikan atau keluhan seperti : sensitiv,
sakit, atau pembengkakan. Tidak ada perubahan radiografis berupa resorpsi
interna atau eksterna, radiolusensi periapikal, kalsifikasi yang abnormal, atau
perubahan patologis lainnya. Gigi dengan akar yang belum sempurna akan
melanjutkan perkembangan akarnya dan apeksogenesis.
6. Apexogenesis
Apeksogenesis adalah waktu histologis untuk menggambarkan kelanjutan
perkembangan fisiologis dan pembentukan apeks akar. Pembentukan apeks pada
gigi permanen muda dapat diselesaikan dengan melakukan perawatan pulpa vital
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.2
SUMBER
1. Barrington C. Apexogenesis in an incompletely developed permanent tooth with
pulpal exposure. J Oral Health 2003: 49,50, 53.
2. Clinical affairs committee pulp therapy subcommittee. Guideline on pulp
therapy for primary and immature permanent teeth. American academy of
pediatric dentistry. Reference manual V 33 No 6 11/12. Revised 2009: 212-9.
3. Budiyanti EA. Perawatan endodontik pada anak. Jakarta: EGC, 2006: 50-5
4. Kennedy DB. Konservasi gigi anak. Alih bahasa: Narlan sumawinata. Ed 3.
Jakarta: EGC, 1992: 275-9.
5. Harty FJ. Endodonti klinis. Alih bahasa: Lilian yuwono. Ed 3. Jakarta:
Hipokrates, 1992: 299-302.

RESTORASI PASCA PERAWATAN


1) Restorasi Pasak
Pasak Profilaktik
Pasak adalah bangunan yang terbuat dari logam atau bahan restoratif kaku
yang dimasukkan dalam saluran akar gigi. 2 Profilaktik berasal dari sebuah istilah
Yunani yang artinya suatu tindakan yang diambil untuk mencegah penyakit atau
konsekuensi yang tidak dikehendaki.3 Jadi pasak profilaktik adalah alat yang
diaplikasikan untuk memperkuat struktur gigi dan mempertahankan restorasi gigi
yang telah dilakukan perawatan endodontik. Pasak profilaktik ditempatkan dalam
saluran akar. Pasak profilaktik dapat berbentuk custom cast ataupun prefabricated dan
terbuat dari bahan logam atau nonlogam.
Fungsi pasak untuk menambah retensi restorasi dan meneruskan tekanan yang
diterima gigi merata ke sepanjang akar. Daya retensi pasak dipengaruhi oleh panjang,
diameter, bentuk dan konfigurasi permukaan pasak.2
Beberapa panduan untuk menentukan panjang pasak yaitu : panjang pasak
sama dengan panjang mahkota klinis, panjang pasak sama dengan setengah atau
duapertiga panjang akar yang ada, dan panjang pasak lebih dari setengah panjang
akar dan didukung tulang alveolar.2
Pasak yang bersifat aktif dapat memberikan retensi intraradikuler yang lebih
baik, karena pada permukaan terdapat ulir atau galur yang dapat membentuk ikatan
mekanik dengan struktur gigi. Namun, hal ini dapat menimbulkan tekanan pada
daerah lateral maupun apikal sehingga dapat menyebabkan terjadinya fraktur akar. 4

Gambar 1. Komponen pasak dan inti tuang. a. pasak, b. inti, c. koping, d. mahkota
Pasak digunakan pada gigi yang telah dirawat endodontik, dimana struktur
mahkota gigi yang tersisa kurang dari setengah atau hanya struktur akarnya saja yang
tersisa, dan diperkirakan akan menerima beban yang besar. 4
Tujuan penggunaan pasak yaitu :4
1. Mempertahankan restorasi gigi (retensi)
2. Melindungi struktur gigi yang tersisa (proteksi)
Pasak yang ideal harus memenuhi hal-hal berikut ini : 4

Distribusi tekanan yang minimal pada gigi


Menyediakan retensi yang adekuat bagi core
Mudah dikeluarkan bila akan dilakukan perawatan ulang.
Tahan terhadap keretakan.
Desain pasak yang mendekati bentuk saluran akar.
Derajat translusensi yang terdapat memenuhi kebutuhan estetik pasien.
Untuk menjamin keberhasilan klinis, ada beberapa kriteria pemilihan sistem
pasak estetik yaitu. 4
1. Pasak harus dapat meneruskan cahaya untuk mengurangi bayangan
pasak dam gigi, sehingga memaksimalkan estetik restorasi akhir.
2. Pasak dapat diletakkan di dalam saluran akar untuk memperkuat akar
3. Pasak sebaiknya berbentuk tapered, mengikuti bentuk saluran akar
yang sebenarnya untuk menghindari pembuangan jaringan dentin
dalam akar.
4. Pasak harus dapat mentyerap dan menyebarkan tekanan jika terjadi
trauma yang mengenai mahkota gigi,
5. Pasak yang patah harus bisa dikeluarkan dengan mudah dengan teknik
atraumatuk.
6. Pasak harus memiliki variasi ukuran agar sesuai dengan diametet
saluran akar yang beragam.
II.2 Klasifikasi Pasak Profilaktik
Pasak dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu :
1. Costum-cast post
Costum-cast post di buat di klinik dan laboratorium dari hasil reproduksi
negatif saluran akar yang telah dipreparasi. Alloy emas (Tipe III dan IV) merupakan
logam pilihan yang digunakan hingga saat ini. 4
2. Pasak Prefabricated
Pasak ready made atau prefabricated dapat terbuat dari metal dan non-metal.
Pasak metal pada umumnya memiliki retensi yang baik (tapi mempunyai modulus
elastis yang berbeda dengan dentin sehingga tekanan yang jatuh pada gigi
terkonsentrasi dan dapat menimbulkan fraktur.4
Pasak metal terbuat dari Platinum Gold Palladium (PGp), Chobalt chronium
(Co-Cr) Nickel chrodium (Ni-Cr), dan titanium alloys. Ni- Cr dan Co-Cr lebih kuat
tapi kaku dan mudah korosi, hal ini merupakan penyebab fraktur. Titanium alloys
lebih lentur dan tahan terhadap korosi.4
Bentuk pasak prefabricated ada beberapa jenis yaitu tapered, paralel, serrated
(tajam) dan threaded (ulir). Pasak threaded merupakan pasak yang retentif diikuti
oleh paralel sided serrated post. 4
Keuntungan menggunakan pasak prefabricated adalah murah, mudah, cepat,
kuat dan retentif akan tetapi penggunaanya sangat selektif, bentuk pasak dan saluran
akar tidak sesuai dan mudah terjadi korosi.1

Beragam desain pasak prefabricated telah dikembangkan dan keanekaragaman


ini merupakan usaha untuk memenuhi tujuan retensi dan proteksi bagi struktur gigi
yang tersisa. Semua desain pasak ini dimasukkan kedalam kelompok di bawah ini. 4
1. Tapered, smooth-sided, disemen ke dalam saluran akar yang telah
dipreparasi dengan ukuran yang disesuaikan dengan reamer endodontik.
2. Parallel-sided disemen ke dalam saluran akar yang berbentuk silinder.
3. Tappered self-threading screw, dengan ulir yang melibatkan dinding dentin
untuk memperoleh retensi.
4. Parallel-sided threaded diinsersikan kedalam saluran akar yang dibuat
berulir (pretapped)
5. Parallel-sided, tapered apical ends, disemen ke dalam saluran akar yang
sesuai.

Gambar 2. Desain pasak buatan pabrik. A. Tapered, smooth-sided B. Paralel-sided C.


Tappered self-threading screw D. Parallel-sided threded E. Parallel-sided, tapered
apical ends
Gigi-geligi yang telah diisi seringkali memiliki struktur koronal gigi yang tidak
mencukupi, pemasangan pasak perlu dilakukan untuk memberikan retensi yang
adekuat bagi inti dan restorasi akhirnya. Telah dikembangkan beberapa alternatif cast
post-and-core termasuk pembuatan pasak sediaan dan inti custom-made dari bahan
komposit yang mempermudah prosedur restoratif di kursi unit. Pasak fibre-reinforced
composite [FRC] yang direkatkan menggunakan bahan adhesif menjadi lebih populer
karena memiliki sifat mekanis dan estetik yang menguntungkan. Antara lain, modulus
elastisitas pasak FRC hampir sama dengan dentin, sehingga tekanan yang
ditransmisikan oleh pasak ke dentin akar lebih rendah dibandingkan jika
menggunakan bahan lain, seperti titanium atau zirconia. Masih diperdebatkan apakah
transmisi tekanan dan rigiditas pasak mempengaruhi resistensi fraktur dan/atau mode
kegagalan akar gigi yang diisi dengan pasak. Faktor lain yang mempengaruhi
kemampuan pembebanan gigi yang telah diisi antara lain morfologi gigi, teknik
restoratif, dan banyaknya jaringan gigi yang hilang.5
II.3 Jenis-jenis Bahan Pasak Endodontik
Bahan pasak dibedakan atas dua jenis, yaitu logam dan non logam.

Bahan pasak jenis logam, antara lain : 4


Alloy emas
Alloy titanium

Stainless steel
Nikel kromium

Bahan pasak yang termasuk non logam adalah : 4


Keramik
Fiber reinforce
Fiber carbon
Fiber quartz matrix
Fiber glass
Pencetakan saluran akar yang telah dipreparasi sangat sulit dilakukan karena
ukurannnya yang panjang dan sempit. Untunglah sekarang didapat 2 macam bahan
yang memungkinkan dilakukannya pencetakan saluran akar dengan panjang yang
maksimum dan tepat.

Endopost, adalah campuran logam yang bertitik lebur tinggi dan dibuat sesuai
dengan standar alat endodontik dari ukuran 70 sampai dengan 140; dapat
dituang emas dan logam mulia lainnya.6

Endowel, adalah pin plastik berukuran standar 80- 140. Jika telah pas dengan
preparasi pasak dan dibuat pada malam atau pola resin, akan menguap keluar
dari investment dan meninggalkan cetakan yang dapat dituang dengan logam.6
II.4 Indikasi dan Kontraindikasi Post

Indikasi Pasak4
1. Gigi yang telah dirawat endodontik, dengan struktur mahkota gigi yang
tersisa kurang dari setengah.
2. Gigi yang telah dirawat endodontik, diana gigi tersebut menerima bebanyang
besar.
3. Gigi dengan struktur akar saja yang tersisa.
Kontraindikasi Pasak4
1. Gigi anterior yang telah dirawat endodontik, dengan marginal ridge yang
masih utuh.
2. Gigi posterior yang telah dirawat endodontik, dengan ruang pulpa yang besar
dan jaringan keras yang tersisa masih banyak sehingga masih dapat memberi
resistensi yang cukup untuk bahan restorasi.

II.5. Perawatan Endodontik


II.5.1. Definisi Perawatan Endodontik
Endodontik merupakan suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang berkaitan
dengan morfologi. Fisiologi, patologi jaringan pulpa dan jaringan sekitar akar gigi
atau yang disebut dengan jaringan periradikuler. Ilmu endodontik merupakan ilmu
pengetahuan yang bersifat dinamik, selalu mengalami perubahan dari tahun ke tahun
dengan harapan dapat meningkatkan angka keberhasilan penyembuhan suatu
penyakit sehingga pelayanan di bidang kedokteran gigi khususnya konservasi gigi
dapat dilakukan secara optimal. 7

II.5.2. Tahapan perawatan endodontik


Perawatan konservasi gigi adalah perawatan bagian dalam gigi, yang
bertujuan untuk mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga mulut.
Beberapa tahapan perawatan endodontik yang harus dilakukan antara lain:
Penentuan diagnosis suatu penyakit.
Diagnosis dan rencana perawatan yang teliti harus dipertimbangkan dalam
setiap usaha restorasi. Berikut ini adalah pertimbangan yang dapat membantu dalam
menentukan kemungkinan perawatan untuk gigi-geligi yang rusak : banyaknya sisa
mahkota yang tersisa, ada atau tidak karies subgingival, keadaan jaringan periodontal,
kualitas dan kuantitas tulang alveolar yang mendukung, morfologi akar, hubungan
rahang atas dan bawah, kebiasaan oklusal pasien (bruxism), dan kebutuhan untuk
mempertahankan gigi yang bersangkutan.8
Penentuan rencana perawatan yang harus dilakukan.
Kemudian masuk ke tahapan perawatan.
Pemeriksaan radiografi harus dapat memberikan petunjuk tambahan mengenai
hasil perawatan. Semua saluran akar harus diisi dan sepenuhnya tertutup baik oleh
bahan pengisi saluran akar. Selain itu, sisa-sisa gambaran radiolusen (arrested
rarefaction) harus hilang setelah 6 bulan sampai dengan 2 tahun. 8
Secara klinis kualitas terapi endodontik bergantung pada tidak adanya sakit
saat perkusi, tidak ada saluran fistel, tidak ada gejala inflamasi akut atau
pembengkakan. Dapat juga dilakukan transiluminasi gigi dengan sinar yang kuat
untuk mendeteksi keretakan yang mungkin terjadi pada akar atau setiap daerah lain
dari struktur akar yang dapat menggagalkan perawatan nantinya. 8
II.5.3 Pertimbangan restorasi setelah perawatan endodontik
Gigi yang telah mengalami perawatan endodontik mungkin lebih getas
(brittle) dan karenanya lebih mudah patah. Hal ini mungkin disebabkan karena
kandungan air yang rendah pada jaringan kerasnya daripada gigi dengan pulpa vital.9
Sesudah jaringan karies diangkat dan perawatan endodontik, dinding email
tidak mendapat dukungan yang baik karena kariesnya menggantung dan karena
preparasi ruang pulpa. Tumpatan amalgam atau inlay bukan merupakan pilihan yang
baik karena tonjol tetap tidak terlindung dan dapat terjadi fraktur vertikal. Sedikit atau
tidak adanya jaringan gigi di mahkota menyebabkan tidak dipilihnya perencanaan
restorasi tanpa retensi intraradikuler. Dengan demikian perawatan yang dipilih adalah
restorasi pasak. 9
Pasak yang dipasang pada saluran akar setelah perawatan endodontik adalah
pilihan yang baik karena dapat mencegah fraktur akar pada batas gusi. Sebagian besar
fraktur akar pada gigi yang telah dirawat endodontik tanpa diberi pasak, terjadi pada
batas gusi karena akar yang didukung oleh tulang dapat menahan daya yang
mengenai mahkota. Integritas mahkota-akar lebih baik bila pasak digunakan.8
Semua sistem pasak, baik pasak buatan pabrik (prefabricated) atau pasak yang
dibuat sendiri oleh dokter gigi (pasak individual) harus sedapat mungkin memenuhi
prinsip-prinsip desain sebagai berikut : 8
1. Pasak harus dibuat sepanjang mungkin

Panjang pasak penting karena potensi fraktur juga ada pada gigi yang sudah
diberi pasak. Lengan pengungkit dapat terbentuk dari aspek oklusal gigi sampai
puncak tulang alveolar (fulkrum) dan meluas sampai apeks dari pasak di dalam akar.8
Panjang pasak yang ideal sudah banyak dibicarakan. Panjang pasak sebaiknya
sama panjang dengan mahkota klinis gigi yang direstorasi. Panjang pasak maksimal
yang ideal sering sukar dicapai. Disarankan bahwa panjang pasak sebaiknya paling
sedikit sama dengan panjang mahkota yang sedang direstorasi, tapi bila hal ini tidak
memungkinkan, maka panjang pasak harus diperpanjang sampai dengan 5 mm dari
ujung apeks. Panjang pasak harus dibuat sedemikian rupa sehingga meninggalkan
minimal 3 mm dari bahan pengisi saluran akar pada apeks untuk mempertahankan
integritas penutupan saluran akar. Pasak harus cukup panjang untuk mencegah
terjadinya stres internal yang berlebihan pada akar dan panjangnya harus paling
sedikit setengah panjang akar yang didukung oleh tulang alveolar. 8
Panjang pasak bukanlah satu-satunya faktor utama yang dipertimbangkan
dalam mendesain restorasi. Pada suatu studi perbandingan mengenai pengaruh
panjang, diameter, dan bentuk pasak terhadap kekuatan tarik, ditemukan bahwa pasak
dengan dinding sejajar bergurat-gurat mempunyai retensi 4 kali lebih besar
dibandingkan pasak berbentuk kerucut. Penelitian ini juga menemukan bahwa
penambahan pada panjang atau diameter pasak hanya akan meningkatkan retensi
sebesar 30% sampai 40%.8
2. Dinding-dinding pasak harus se-sejajar mungkin
3. Bentuk pasak mengikuti bentuk saluran akar
4. Pasak harus terletak sesuai dengan sumbu panjang akar meskipun bagian
inti pasak dapat menyimpang ke arah lain untuk kepentingan estetik
5. Pemakaian prinsip ferulle
Ferrule dapat didefinisikan sebagai suatu cincin logam atau topi yang
diletakkan di sekitar ujung suatu alat, kaleng, dan sebagainya, untuk menambah
kekuatan. Efek ini digunakan pada preparasi pasak dalam bentuk kontrabevel
melingkari gigi (circumferential contrabevel). Kontrabevel ini menguatkan aspek
koronal dari preparasi pasak, menghasilkan suatu dudukan oklusal, dan bertindak
sebagai bentuk antirotasi. Efek ini juga digunakan bila tidak ada atau sedikit saja sisa
mahkota klinis dengan jalan membuat kontrabevel yang luas pada permukaan akar,
dengan batas akhir preparasi mahkota lebih apikal daripada unit pasak dan inti. Suatu
analogi menunjukkan aksi dari ferrule.8
6. Penggunaan bentuk-bentuk antirotasi seperti grooves, pins atau bentuk
kunci (keyways).
7. Hindarkan garis sudut tajam yang akan memulai garis fraktur di dalam akar
pada waktu gigi mendapatkan daya
8. Sebaiknya dipisahkan pasak inti dan mahkota
9. Buat dudukan oklusal atau kontrabevel pada bagian inti untuk mencegah
wedging action dan kemungkinan fraktur akar pada waktu gigi terkena daya
oklusal
10. Buat saluran vent pada pasak untuk menyalurkan tekanan hidrostatik yang
terjadi saat penyemenan

Adapun pertimbangan untuk rancangan pasak dan preparasinya, yaitu : 9,10


1. Jika terlalu pendek, kemungkinan patahnya akar akan lebih besar. Tekanan
yang ada akan diterima mahkota dan pasak didesak ke akar yang tidak
ditunjang oleh tulang.
2. Jika preparasi pasak cukup panjang (idealnya 1 1 kali panjang mahkota)
tekanan yang diterima mahkota akan tersebar ke seluruh akar yang berkontak
dengan pasak.

Gambar 3. Restorasi pasak dengan panjang yang ideal. A. Mahkota


pasak, B. Panjang pasak, C. Bahan pengisian saluran akar pada bagian
apeks.

3. Jika preparasi pasak terlalu lebar, akar akan menjadi lemah dan kemungkinan
fraktur lebih besar. Preparasi yang terlalu lebar mungkin akan mengakibatkan
perforasi akar. Pasak yang pendek dan lebar sering mengakibatkan fraktur
akar.
4. Jika preparasi dan pasak terlalu sempit, kesukaran mungkin akan dijumpai
untuk mencetaknya dan karena fleksibilitas pasaknya, gigi tidak akan menjadi
lebih kuat.
5. Penentuan diameter pasak harus dikontrol untuk memelihara radicular dentin,
mengurangi potensial perforasi dan mencegah gigi dari fraktur. Idealnya
diameter pasak adalah 1/3 diameter dari akar gigi. Apabila diameter pasak
kurang dari 1/3 diameter akar maka pasak tersebut akan mudah fraktur dan
retensi yang dihasilkan berkurang. Sebaliknya dengan bertambahnya diameter
pasak lebih dari 1/3 diameter akar gigi maka akan melemahkan sisa gigi yang
disebabkan preparasi saluran akar yang dilakukan berlebihan untuk
mendapatkan ruangan pasak. Menambah diameter pasak tidak memberikan
peningkatan yang signifikan untuk retensi pasak, tetapi cenderung dapat
mengorbankan sisa dentin yang sehat. Sisa dinding dentin yang tipis tidak

dapat menahan tekanan sewaktu gigi berfungsi sehingga dapat mengakibatkan


terjadinya fraktur akar.

Gambar 4. Hubungan antara diameter akar dengan diameter pasak. A. Diameter akar,
B. Dudukan, C. Diameter pasak 1/3 diameter akar, D. Lebar pundak 1/6 diameter
akar.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, desain pasak dapat diperoleh
dalam berbagai bentuk seperti buatan pabrik yang sudah jadi, tuang atau kombinasi
dari keduanya. Pasak buatan pabrik mempunyai dua bentuk dasar yaitu sisi sejajar
dan kerucut yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran reamer yang digunakan
dalam preparasi saluran akar. Sedangkan pasak tuang bentuknya mengikuti bentuk
preparasi saluran akar.10
Pasak yang dindingnya sejajar mempunyai retensi yang lebih baik daripada
pasak yang dindingnya mengerucut, sebab pasak yang sisi sejajar memusatkan
tekanan secara merata sepanjang dinding dari pasak, sementara pasak yang bentuknya
kerucut memusatkan tekanan pada bagian koronal dari dinding pasak tersebut.
Preparasi yang menyalahi bentuk saluran akar dengan bentuk sejajar maka dinding
lateral akar akan melemah dan mudah terjadi fraktur horizontal dari akar. 10
Pasak yang penampangnya bulat panjang (oval) ke arah labio-lingual lebih
kaku dan mencegah terjadinya rotasi dari pasak yang dibuat dari bahan yang sama
tetapi berpenampang bulat. Penampang yang oval dengan sendirinya dapat mencegah
rotasi. 10

Gambar 5. Penampang saluran akar yang oval yang dapat menahan rotasi
II.6 Penatalaksanaan Saluran Akar untuk Restorasi Pasak
Penatalaksanaan salurun akar untuk restorasi pasak dapat dilakukan setelah
perawatan saluran akar dan tidak terdapat kelainan pada saluran akar yang dapat
mempengaruhi retensi dan resistensi dari restorasi pasak. Berdasarkan hal ini kita
perlu merencanakan perawatan prostodonsi dalam pembuatan restorasi pasak
sehingga diperoleh restorasi pasak yang dapat memberikan kekuatan dan
menggatikan jaringan keras gigi yang tersisa serta mampu menghasilkan retensi dan
resistensi. 10
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum penatalaksanaan saluran akar untuk
pembuatan restorasi pasak yaitu : 10
1. Bekerja secara asepsis
Asepsis dapat dikategorikan dalam 2 bagian :
a) Asepsis alat-alat dan bahan
Sterilisasi terhadap alat-alat dan bahan yang digunakan sebelum dan sesudah
perawatan dapat dilakukan dengan panas basah dan panas kering. Sterilisasi tersebut
dilakukan untuk menjaga agar alat-alat dan bahan tidak terkontaminasi oleh bakteri
yang dapat menyebabkan kegagalan dalam perawatan. 10
b) Asepsis daerah kerja
Syarat utama untuk mencapai asepsis dari daerah kerja adalah dengan
melakukan pembersihan gigi yang akan dikerjakan dan gigi tetangganya dari segala
macam kotoran. 10
Penggunaan rubber dam adalah yang paling ideal dalam menjaga keasepsisan
daerah kerja. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan ruber dam kita dapat
mencegah masuknya alat atau bahan yang kita gunakan kedalam tenggorokan serta
dapat memproteksi jaringan lunak dalam mulut dari obat, mata bur dan jarum. 10
Mempelajari hasil foto roentgen yang terakhir dari perawatan saluran akar
sebelum memutuskan ukuran panjang dan lebar saluran akar yang akan dipreparasi
untuk tempat restorasi pasak.
2. Persiapan saluran akar
Persiapan saluran akar yang baik dapat memberikan retensi dan resistensi
yang baik pada restorasi mahkota pasak. Pasak yang disemenkan kedalam saluran
akar akan memberikan retensi pada inti, tetapi tidak memperkuat bahkan seringkali
memperlemah akar gigi. Karena itu, preparasi saluran akar harus dibuat seminimal
mungkin sesuai dengan keperluan retensinya. 10

Persiapan saluran akar dimulai dari penentuan kedalaman pasak serta


pengangkatan gutta percha dari saluran akar yang sudah dilakukan perawatan saluran
akar pada gigi yang akan menggunakan restorasi pasak. 10
3. Penentuan Kedalaman Pasak
Pengukuran kedalaman saluran akar untuk tempat masuknya pasak dapat
dilakukan dengan memasang isolator karet di atas reamer sejajar tinggi bidang insisal
gigi yang di ukur dari hasil foto roentgen. 10

Gambar 6. Menentukan kedalaman pasak. A. Mengukur panjang pada foto roentgen.


B. Memasang isolator karet diatas reamer sejajar tinggi bidang insisal gigi
Pasak di tanam dengan kedalaman yang sesuai dengan panjang pasak yang
ideal yaitu mendekati panjang mahkota supra alveolar atau dengan kata lain pasak
harus tertanam kedalam saluran akar sepanjang 2/3 panjang akar, yang tujuannya
untuk mendapatkan retensi yang maksimum serta tahanan terhadap pengaruh dari
tekanan daya gigit. 10
Ada beberapa pertimbangan untuk rancangan pasak terhadap kedalaman
preparasinya yakni jika preparasi untuk pasak terlalu pendek, kemungkinan patahnya
akar akan lebih besar oleh karana tekanan yang diterima mahkota dan pasak didesak
ke akar yang tidak didukung oleh tulang. Jika preparasi untuk pasak cukup panjang,
maka tekanan yang diterima mahkota akan tersebar keseluruh akar yang berkontak
dengan pasak. 10
4. Pengangkatan Gutta percha
Pada pengisian saluran akar secara penuh maka harus diusahakan
pengangkatan gutta percha sebanyak 2/3 bagian koronal akar saluran akar, sedangkan
gutta percha 1/3 bagian aspek tetap dipertahankan. Pengangkatan gutta percha harus
dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu keharmonisan obturasi di apeks. 10
Dalam keadaan panjang pasak
yang tidak cukup maka lebih baik
mempertimbankan pengurangan panjang pasak sehingg panjang sisa akar bagian
apeks yang terisi gutta percha tetap dipertahankan sepanjang minimal 5 mm. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga hermetis seal apeks sedangkan untuk bagian pasak
resistensinya dapat ditingkatkan dengan pemberian retensi tambahan seperti preparasi
saluran akar yang oval, penambahan dudukan maupun kanal tambahan.10
Pengangkatan gutta percha dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 10
a) Menggunakan pluger panas
Gutta percha diangkat dengan menggunakan pluger yang panas seperti
buah cerry. Guta percha diangkat sebanyak kira-kira 8 mm dan sisanya 5 mm

di apek. Untuk mendapatkan ukuran yang benar, pemampatan diberi tanda


setiap 5 mm. Gutta percha diambil sedikit demisedikit dengan memasaukkan
pluger yang panas tadi ke dalam saluran akar dan kemudian dibersihkan gutta
percha yang menempel pada alat tersebut sampai isi saluran akar hanya tersisa
di apeks sepanjang 5 mm. Hal ini dilakukan untuk menjaga tereliminasinya
kuman dari seluruh akar serta menjaga kehermetisan obturasi saluran akar.
b) Pesso reamer
Alat ini digunakan untuk mengeluarkan gutta percha dengan cara
menembus gutta percha yang lebih lunak serta tidak menimbulkan perforasi
didinding saluran akar asalkan reamer tidak dipakai pada saluran akar yang
bengkok.
c) Bahan organik.
Gutta percha dilunakkan dengan menggunakan larutan organik seperti
Eucalyptol. Masalah yang menyertai pelarut Eucalyptol adalah kotor dan sulit
menentukan pengambilan sampai panjang yang di kehendaki.
Sisa gutta percha kemudian dipadatkan dengan kondensasi alat-alat dan
bahan yang akan digunakan untuk melebarkan dan membentuk saluran akar untuk
tempat pasak dengan menjaga kesterilan dari alat dan bahan beban yang akan
digunakan.
5. Melebarkan dan membentuk dinding saluran akar
Untuk mendapatkan ruang yang cukup bagi tempat pasak yang akan
dipasang maka perlu dilakukan peleburan dan pembentukan saluran akar dengan
menggunakan instrumen intra kanal. Diameter pasak pengaruhnya lebih sedikit dalam
menciptakan retensi di bandingkan kedalaman pasak yang tertanam, oleh sebab itu
pelebaran saluran akar tidak boleh terlalu besar sampai ke jaringan dentin sekitarnya,
terutama pada bagian apikal. Sebagai patokan diameter pasak adalah tidak melebihi
1/3 dari akar mesio distal pada 3-5 mm dari apeks. 9

Gambar 7. Preparasi gigi untuk pasak tuang dan mahkota jaket porselen dengan inti
yang sudah dirawat endodontic. a dan b. permukaan mesio distal, c. permukaan
buko-lingual
Prosedur penatalaksanaan preparasi saluran akar untuk tempat restorasi
pasak adalah sebagai berikut : 10
Sediakan bur tangan dengan diameter 1,15 sampai dengan 1,15 mm
dan 4-5 mm lebih pendek dari saluran yang telah dipreparasi.

Masukkan bur tangan yang berdiameter 1,15 mm dengan gerakan


memutar searah jarum jam yang digunakan untuk melebarkan saluran
akar. Preparasi dikerjakan sampai sejauh 10 mm dari tepi gingiva
aproksimal dari mahkotanya dan bisa dibuat lebih panjang asalkan
masih tersisa gutta percha pengisian saluran akar sepanjang 5 mm.
Setelah itu dilanjutkan oleh bur yang ukurannya lebih besar yaitu 1,25
mm yang dipakai sampai mencapai panjang saluran akar yang sama
tersebut. Jika instrumen telah terasa seesak di apek berarti saluran akar
tidak perlu dilebarkan lagi. Jika bur terasa longgar, pakailah bur
dengan ukuran yang lebih besar yaitu 1,35 mm atau bahkan 1,55.
Ukuran preparasi bergantung dari ukuran asli saluran akar dari
akarnya. Dalam tindakan preparasi diharapkan saluran akar dapat
menjadi bentuk kerucut sehingga diperoleh retensi yang maksimal.
Untuk penggunaan pasak buatan pabrik maka penyelesaiaan pelebaran
saluran akar dilakukan menggunakan bur khusus yang disediakan oleh pabrik
bersama-sama dengan pasak buatan pabrik sehingga ukuran dan bentuk saluran akar
yang dihasilkan sama dengan ukuran dan besar pasak yang akan dipasangkan. 10
6. Menghilangkan daerah gerong
Pada pasak buatan sendiri sebelum melakukan pencetakan maka pada
saluran akar perlu dilakukan tindakan menghilangkan daerah gerong agar bahan cetak
dapat masuk dengan baik dengan baik dan juga mudah dikeluarkan. 10
Gerong pada dinding preparasi sering tidak terlihat, sehingga pemeriksaan
dengan menggunakan sonde periodontal amatlah membantu dalam menilai kontur
internal. Ujung saluran akar harus kecil dan reamer harus dioperasikam dengan
lambat dan di kontrol kuat. 10
Gerong yang terdapat pada dinding saluran dapat dihilangkan dan saluran
dikembangkan ke bentuk kerucut yang diinginkan dengan menggunakan teknik
berikut. 10
1. Pilih gutta percha yang besar.
2. Bentuk ujungnya sehungga pas kelubang saluran.
3. Oleskan vaselin ke permukaannya.
4. Dengan menggunakan spiral lentulo ulaskan semen zinc fosfat (ZoP)
ke dalam saluran, mengisinya hampir penuh tanpa gelembung.
5. Masukkan poin gutta percha biarkan sampai semen mengeras.
6. Tarik kembali gutta percha ( vaselin berfungsi sebagai media separasi)
7. Preparasi lagi saluran seperti yang diinginkan. Reamer pesso yang
baru atau sangat tajam dapat digunakan untuk mencukur dentin dan
mengeluarkan fragmen semen tanpa mengganggu kontur yang halus.
7. Pencetakan Saluran Akar
Pada pasak buatan pabrik tidak dilakukan pencetakan saluran akar. Hal ini
disebabkan karena pada pasak buatan pabrik dibentuk dengan pasak siap pakai yang
disesuaikan dengan ukuran saluran akar yang telah dipreparasi dan tersedia dalam
bentuk dan ukuran yang bervariasi. 10

Pada pasak buatan sendiri dilakukan pencetakan saluran akar yang dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. 10

Metode Langsung
Pencetakan saluran akar dapat dilakukan dengan menggunakan pola lilin
dengan menggunakan batang malam inlai lunak yang berbentuk kawat.
Pilih sprue runcing dan harus longgar bila dimasukkan pada saluran
akar yang telah dipreparasi.
Saluran akar dibasahi kemudian ujung batang dari malam inlay
dilunakkan dan dibentuk menjadi kerucut dan memasukkan ke dalam
saluran akar. Sempai seluruh saluran akar terisi penuh.
Tekan ujung malam dengan jari pada batas tepi insisal
Panaskan ujung sprue runcing pada bunsen, tahan dengan ujung jari.
Hal ini menjaga agar tidak terlalu panas, sehingga tidak melukai
mulut pasien.
Masukkan sprue yang telah dipanaskan kedalammalam dan dengan
hati-hati dengan dorongan ke dalam saluran sampai di ujung
preparasi.
Apabila telah mendingin, potong kelebihan malam dari inti yang
diinginkan. Keluarkan sprue dan malam yang telah melekat.
Periksa kerapatan permukaannya, tambahkan sedikit malam apabila
ada kekurangan dan memasukkan kembali supaya terbentuk sesuai
dengan dinding-dinding preparasi.
Metode Tidak Langsung
Pada metode tidak langsung pembuatan pola pasak inti dilakukan dengan
memodelir bahan pola diluar mulut melalui model kerja, yang sebelumnya pada
pasien dilakukan pencetakan dengan mengguankan bahan elestomer.
Pencetak gigi yang telah dipreparasi dapat dilakukan dengan memasukkan
bahan cetak elestomer kedalam saluran akar dengan menggunakan semprotan.
Sebatang kaawat yang dilumuri bahan perekat (tray adhesif) dan juga bahan cetak
dimasukkan kedalam saluran akar dengan gerakan memompa (pumping action) agar
semua bahan cetak yang telah masuk kedalam saluran akar dapat mengalir dengan
baik kedalam saluran akar. Batang kawat ini berfungsi sebagai pemegang bahan cetak
yang ada pada saluran akar dan juga memudahkan pengeluaran bahan cetak dari
saluran akar agar bahan cetak terssebut tidak patah pada saat dikeluarkan. 10
Pada ujung kawat yang berbeda bagian koronal saluran akar dibuat retensi
dengan membengkokkan kawat kemudian dilakukan pencetakan biasa dengan
menggunakan bahan cetak elastomer. 10
Setelah prosedur pencetakan dilakukan, pasak siap untuk dituang. Saluran
akar dipersiapkan untuk pemasangan restorasi pasak. Pasak dimasukkan ke dalam
saluran akar setelah seluruh permukaan dibersihkan dari sisa-sisa bahan pendam.
Untuk melekatkan pasak di dalam saluran akar, digunakan semen dengan adukan
yang agak encer. Pasak yang terlumuri adukan semen ini dimasukkan kedalam

saluran akar dan dipertahankan dalam kedudukan yang baik sampai semen mengeras
dan restorasi pasak siap untuk dilakukan. 10
Dalam pemasangan pasak yang sesuai dengan protokol klinis standar,
digunakan pilot drill untuk membuat kongruensi-bentuk saluran akar sampai ke
sepertiga apikal akar untuk memperoleh kesesuaian dan retensi pasak primer.
Kesesuaian pasak yang dioptimalkan ini dinamakan form-congruence/kecocokanbentuk dan ditujukan untuk memaksimalkan adaptasi pasak pada dinding saluran akar
di sekitarnya dengan interfase semen dentin-pasak yang tipis dan merata. Diduga
bahwa kongruensi-bentuk memungkinkan terjadinya distribusi tekanan pada dinding
saluran akar selama fungsi klinis. Kongruensi-bentuk lima pasak titanium sediaan
yang direkatkan menggunakan semen zinc fosfat dan menemukan bahwa celah semen
rata-rata bervariasi antara 33 sampai 62 m, tergantung pada sistem pasak yang
digunakan. 10
Pada gigi yang diisi menggunakan cast post-and-core dan mahkota yang
direkatkan dengan semen zinc fosfat, ditemukan peningkatan resistensi fraktur yang
signifikaan jika terjadi adaptasi maksimum pasak taper pada struktur akar yang
tersisa. Efek tersebut tidak ditemukan jika menggunakan pasak paralel. Namun,
preparasi ruang pasak memiliki beberapa resiko. Kurvatura dan potongan-melintang
setiap saluran akar dapat mempengaruhi preparasi tersebut dan melemahkan akar atau
bahkan mengakibatkan perforasi akar. 10
Pengaruh prosedur endodontik terhadap deformasi gigi-geligi anterior dan
menemukan bahwa stabilitasnya semakin berkurang seiring dengan dilakukannya
setiap tahap preparasi saluran akar. Penurunan stabilitas yang signifikan terjadi jika
ruang pasak dipreparasi, terutama setelah transformasi preparasi pasak konis/kerucut
menjadi bentuk silindris/bulat. Disimpulkan bahwa jika struktur gigi yang
dihilangkan cukup banyak dan geometri alami saluran akar berubah, maka akan
timbul efek de-stabilitas pada akar gigi yang diisi. Salah satu penelitian terbaru
menggunakan analisis komputasional, eksperimental, dan fraciographic menguraikan
pengaruh inner dentine [dentin bagian dalam], yang terletak di sekitar saluran akar,
terhadap resistensi fraktur gigi. Jelas, bukan hanya ketebalan dinding dentin yang
menstabilkan akar tapi juga keberadaan inner dentine yang memiliki modulus
elastisitas lebih rendah dibandingkan dengan dentin bagian luar yang lebih
termineralisasi. Pada saluran akar ireguler yang memiliki potongan-melintang oval,
dibutuhkan diameter drill yang besar untuk memastikan kesesuaian pasak
sirkumferensial, jadi banyak struktur inner dentine yang dibuang. Namun, pemilihan
pasak yang sesuai dengan diameter alami slauran akar tanpa preparasi, yang ditujukan
untuk mempertahankan substansi inner dentine, menyebabkan longgarnya pasak
dalam saluran ireguler [tidak ada kongruensi-bentuk].6
Segera setelah pasak direkatkan menggunakan bahan adhesif pada dinding
saluran akar, kesesuaian pasak yang ideal dalam saluran akar [kongurensi-bentuk]
tidak terlalu penting, seperti jika ruang diisi menggunakan luting komposit. Namun,
penyusutan lapisan semen resin yang lebih tebal akibat pasak yang tidak sesuai, akan
mengganggu kinerja klinis jangka panjang. Sebaliknya, setelah dilakukan preparasi
ruang pasak terstandardisasi [menggunakan post hole drill yang disuplai oleh pabrik]
dan prosedur bonding optimal., faktor konfigurasi kavitas yang tinggi akan

mengakibatkan pembentukan celah pada interfase semen-dentin ataupun pada


interfase semen-pasak. Untuk mengurangi ketebalan semen resin dalam ruang pasak
ireguler, Dianjurkan dilakukannya relining pasak pra-sementasi menggunakan
komposit flowable [pasak anatomis] untuk sementasi pasak fiber guna meningkatkan
kesesuaiannya dalam ruang pasak. Dengan latar belakang tersebut, penggunaan
teknik adhesif untuk sementasi pasak dan preparasi ruang pasak minimal untuk
mengurangi pembuangan jaringan keras lebih banyak dipilih dalam praktek klinis. 6

Gambar 8. Penempatan parallel para-post dan composite resin core pada gigi anterior
II.7 Kegagalan Penatalaksanaan Saluran Akar
Masalah klinis yang sering terjadi pada perawatan saluran akar dengan
restorasi pasak adalah kegagalan restorasi dalam mendapatkan retensi dan resistensi
pasak serta kegagalan akibat sisa akar yang telah dipreparasi sehingga pada
pemakaian restorasi pasak pasien yang sering merasa tidak nyaman. 10
Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa faktor
mempengaruhi hasil suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar adalah faktor patologi, faktor
penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan11
II.7.1 Faktor Patologis
Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi
tingkat keberhasilan perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
tidak mungkin menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam
saluran akar dan derajat keterlibatan jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat
mempengaruhi hasil perawatan saluran akar adalah : 11
1. Keadaan patologis jaringan pulpa.

Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam


keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa
vital dengan pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa
nekrosis memiliki prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi periapikal.
2. Keadaan patologis periapikal
Hanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil
perawatan saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan
prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum
dapat dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke
dua lesi ini dan pemeriksaan histologi kista periapikal sulit dilakukan.
3. Keadaan periodontal
Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
prognosis perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan
daerah periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses
penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak
dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi.
4. Resorpsi internal dan eksternal
Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan
menghentikan perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya
buruk karena sulit menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah
menyebabkan perforasi. Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang
teresorpsi agar mendapatkan pengisian yang hermetis.
www.unhas.ac.id/SKRIPSI
2) Restorasi Direct
Restorasi direct dalah restorasi yang ditimbulkan langsung ke dalam kavitas yang
telah dipreparasi. Misalnya amalgam atau komposit.
Indikasi :
1. Kehilangan jaringan gigi sebelum dan selama perawatan minimal
2. Prognosisi tidak menyenangkan
3. Mudah dikerjakan dengan murah
3) Restorasi Indirect
Restorasi tuang (onlay, mahkota dan mahkota penuh) adalah restorasi yang
memberi proteksi oklusal dan merupakan restorasi yang optimal jikan kehilangan
struktur gigi luas. Kavitas ditutup denga GIC sebagai basis tumpatan..untuk
mahkota penuh dibuat retensi dengan dibuatkan inti/pasak.
Walton, Richard E dan Mahmoud Torabinejad. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia.
Jakarta: EGC . 2008

Anda mungkin juga menyukai