APEKSIFIKASI
Apeksifikasi adalah suatu cara untuk mencipatakan lingkungan di
dalam saluran akar dan jaringan periapeks setelah pulpa
mengalami kematian agar terbentuk jaringan keras berupa apikal
barier kalsifikasi dengan tujuan menutup apeks yang terbuka. 1,2,4
Proses pembentukan apikal barier kalsifikasi ini disebut dengan
formasi osteosementum.5 Apeksifikasi dapat dilakukan baik pada
pasien usia muda maupun dewasa. Pada anak-anak, gigi anterior
mengalami kematian pulpa paling sering disebabkan oleh trauma.
Sedangkan untuk gigi posterior kematian jaringan pulpa umumnya
disebabkan oleh karies yang berlanjut.2,4
Penutupan ujung apeks yang terbuka sangat penting untuk
menunjang keberhasilan perawatan endodontik. Barier jaringan
keras pada apeks akan memungkinkan obturasi saluran akar yang
padat dan rapat.2
Ada empat tipe penutupan apeks setelah dilakukan apeksifikasi
(Frank 1966). Tipe yang pertama pertama, saluran akar dan apeks
terbentuk sesuai dengan konfigurasi normal akar; tipe kedua, apeks
menutup, tetapi saluran akar tetap berbentuk blunderbuss; tipe
ketiga, tidak terlihat perubahan radiografis, tetapi suatu barier
osteoid yang tipis terbentuk menjadi apikal stop pada apeks atau
dekat dengan apeks; tipe keempat, terbentuk barier di dalam
saluran akar, sebelum apeks.2
b.
c.
Pengambilan
jaringan
pulpa
yang
nekrotik
dengan
1
menggunakan jarum ekstirpasi atau file hedstorm.
Penentuan panjang kerja yang sedikit lebih pendek dari apeks
pada radiografi.1 Panjang kerja lebih pendek 1-2 mm dari
radiograf.12
Instrumentasi
dengan
hati-hati
dengan
gerakan
sirkumferensial, ukuran file meningkat sesuai kebutuhan.
Debridement dilakukan optimal dengan tujuan membersihkan
d.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Walton RE., Torabinejad M., ed. Prinsip dan praktik ilmu endodonsi. Alih bahasa
2.
kalsium
hidroksida.
<
http://resources.unpad.ac.id/unpad-
content/uploads/publikasi_dosen/PENUTUPAN%20APEKS%20GIGI
%20TETAP%20MUDA%20NON%20VITAL%20MENGGUNAKAN
3.
4.
60.
Cohen S., Hargreaves KM. Pathways of the pulp. 9th edition. Canada: Mosby
5.
6.
7.
8.
2006: 72.
Baumann MA., Beer R. Endodontology. Germany: Thieme, 2010: 208.
Rafter M. Apexification: a review. Dent Traumatol. 2005;21:1-8.
Fouad AF. Endodontic microbiology. 1st edition. USA: Willey-Blackwell, 2009:
9.
266-8.
Huang GT-J. Apexification: the beginning of its end. International
An
Evidence
Based
Report.
<
http://www.utoronto.ca/dentistry/newsresources/evidence_based/EBR2010/W2_
EBLREPORT2010.pdf> (27 Oktober 2011).
Apeksogenesis
Apeksogenesis adalah perawatan pada gigi permanen muda dengan
mempertahankan pulpa yang vital dan/atau menyingkirkan pulpa yang terinflamasi
ireversibel yang bertujuan agar pembentukan akar dan pematangan apeks dapat
dilanjutkan. Berikut tindakan-tindakan yang termasuk di dalam apeksogenesis :
1. Protective liner
Indikasi: pada gigi dengan pulpa normal, ketika karies disingkirkan dan akan
dilakukan pemasangan restorasi, bahan protective liner diletakkan pada daerah
terdalam preparasi untuk meminimalkan injuri pada pulpa, mendukung
penyembuhan jaringan, dan/atau meminimalkan sensitivitas paska perawatan
Tujuan: memelihara kevitalan gigi, mendukung penyembuhan jaringan, dan
memfasilitasi pembentukan dentin tersier.
2. Indirect pulp treatment
Indikasi: pada gigi permanen dengan diagnosa pulpa normal atau pulpitis tanpa
keluhan atau dengan diagnosa pulpitis reversibel. Penegakan diagnosa dengan
pemeriksaan radiografi dan pemeriksaan klinis dan prognosis gigi dapat sembuh
dari gangguan karies.
Tujuan: restorasi akhir dapat harus dapat menjaga bagian interna gigi termasuk
dentin dari kontaminasi lingkungan oral. Kevitalan gigi harus dipertahankan.
Tidak ada gambaran resorpsi interna atau eksterna atau perubahan patologis
lainnya. Gigi dengan akar yang belum sempurna akan melanjutkan perkembangan
akarnya dan apeksogenesis.
3. Direct pulp cap
Indikasi: pada gigi dengan lesi karies kecil atau terpapar karena tindakan mekanis
dengan pulpa yang normal.
Tujuan: vitalitas gigi dipertahankan. Terbukti tidak dijumpai perubahan klinis atau
keluhan seperti : sensitiv, sakit, atau pembengkakan paska perawatan.
Penyembuhan pulpa dan pembentukan dentin reparatif terjadi. Terbukti juga tidak
ada perubahan radiografis berupa resorpsi interna atau eksterna, radiolusensi
Gambar 1. Komponen pasak dan inti tuang. a. pasak, b. inti, c. koping, d. mahkota
Pasak digunakan pada gigi yang telah dirawat endodontik, dimana struktur
mahkota gigi yang tersisa kurang dari setengah atau hanya struktur akarnya saja yang
tersisa, dan diperkirakan akan menerima beban yang besar. 4
Tujuan penggunaan pasak yaitu :4
1. Mempertahankan restorasi gigi (retensi)
2. Melindungi struktur gigi yang tersisa (proteksi)
Pasak yang ideal harus memenuhi hal-hal berikut ini : 4
Stainless steel
Nikel kromium
Endopost, adalah campuran logam yang bertitik lebur tinggi dan dibuat sesuai
dengan standar alat endodontik dari ukuran 70 sampai dengan 140; dapat
dituang emas dan logam mulia lainnya.6
Endowel, adalah pin plastik berukuran standar 80- 140. Jika telah pas dengan
preparasi pasak dan dibuat pada malam atau pola resin, akan menguap keluar
dari investment dan meninggalkan cetakan yang dapat dituang dengan logam.6
II.4 Indikasi dan Kontraindikasi Post
Indikasi Pasak4
1. Gigi yang telah dirawat endodontik, dengan struktur mahkota gigi yang
tersisa kurang dari setengah.
2. Gigi yang telah dirawat endodontik, diana gigi tersebut menerima bebanyang
besar.
3. Gigi dengan struktur akar saja yang tersisa.
Kontraindikasi Pasak4
1. Gigi anterior yang telah dirawat endodontik, dengan marginal ridge yang
masih utuh.
2. Gigi posterior yang telah dirawat endodontik, dengan ruang pulpa yang besar
dan jaringan keras yang tersisa masih banyak sehingga masih dapat memberi
resistensi yang cukup untuk bahan restorasi.
Panjang pasak penting karena potensi fraktur juga ada pada gigi yang sudah
diberi pasak. Lengan pengungkit dapat terbentuk dari aspek oklusal gigi sampai
puncak tulang alveolar (fulkrum) dan meluas sampai apeks dari pasak di dalam akar.8
Panjang pasak yang ideal sudah banyak dibicarakan. Panjang pasak sebaiknya
sama panjang dengan mahkota klinis gigi yang direstorasi. Panjang pasak maksimal
yang ideal sering sukar dicapai. Disarankan bahwa panjang pasak sebaiknya paling
sedikit sama dengan panjang mahkota yang sedang direstorasi, tapi bila hal ini tidak
memungkinkan, maka panjang pasak harus diperpanjang sampai dengan 5 mm dari
ujung apeks. Panjang pasak harus dibuat sedemikian rupa sehingga meninggalkan
minimal 3 mm dari bahan pengisi saluran akar pada apeks untuk mempertahankan
integritas penutupan saluran akar. Pasak harus cukup panjang untuk mencegah
terjadinya stres internal yang berlebihan pada akar dan panjangnya harus paling
sedikit setengah panjang akar yang didukung oleh tulang alveolar. 8
Panjang pasak bukanlah satu-satunya faktor utama yang dipertimbangkan
dalam mendesain restorasi. Pada suatu studi perbandingan mengenai pengaruh
panjang, diameter, dan bentuk pasak terhadap kekuatan tarik, ditemukan bahwa pasak
dengan dinding sejajar bergurat-gurat mempunyai retensi 4 kali lebih besar
dibandingkan pasak berbentuk kerucut. Penelitian ini juga menemukan bahwa
penambahan pada panjang atau diameter pasak hanya akan meningkatkan retensi
sebesar 30% sampai 40%.8
2. Dinding-dinding pasak harus se-sejajar mungkin
3. Bentuk pasak mengikuti bentuk saluran akar
4. Pasak harus terletak sesuai dengan sumbu panjang akar meskipun bagian
inti pasak dapat menyimpang ke arah lain untuk kepentingan estetik
5. Pemakaian prinsip ferulle
Ferrule dapat didefinisikan sebagai suatu cincin logam atau topi yang
diletakkan di sekitar ujung suatu alat, kaleng, dan sebagainya, untuk menambah
kekuatan. Efek ini digunakan pada preparasi pasak dalam bentuk kontrabevel
melingkari gigi (circumferential contrabevel). Kontrabevel ini menguatkan aspek
koronal dari preparasi pasak, menghasilkan suatu dudukan oklusal, dan bertindak
sebagai bentuk antirotasi. Efek ini juga digunakan bila tidak ada atau sedikit saja sisa
mahkota klinis dengan jalan membuat kontrabevel yang luas pada permukaan akar,
dengan batas akhir preparasi mahkota lebih apikal daripada unit pasak dan inti. Suatu
analogi menunjukkan aksi dari ferrule.8
6. Penggunaan bentuk-bentuk antirotasi seperti grooves, pins atau bentuk
kunci (keyways).
7. Hindarkan garis sudut tajam yang akan memulai garis fraktur di dalam akar
pada waktu gigi mendapatkan daya
8. Sebaiknya dipisahkan pasak inti dan mahkota
9. Buat dudukan oklusal atau kontrabevel pada bagian inti untuk mencegah
wedging action dan kemungkinan fraktur akar pada waktu gigi terkena daya
oklusal
10. Buat saluran vent pada pasak untuk menyalurkan tekanan hidrostatik yang
terjadi saat penyemenan
3. Jika preparasi pasak terlalu lebar, akar akan menjadi lemah dan kemungkinan
fraktur lebih besar. Preparasi yang terlalu lebar mungkin akan mengakibatkan
perforasi akar. Pasak yang pendek dan lebar sering mengakibatkan fraktur
akar.
4. Jika preparasi dan pasak terlalu sempit, kesukaran mungkin akan dijumpai
untuk mencetaknya dan karena fleksibilitas pasaknya, gigi tidak akan menjadi
lebih kuat.
5. Penentuan diameter pasak harus dikontrol untuk memelihara radicular dentin,
mengurangi potensial perforasi dan mencegah gigi dari fraktur. Idealnya
diameter pasak adalah 1/3 diameter dari akar gigi. Apabila diameter pasak
kurang dari 1/3 diameter akar maka pasak tersebut akan mudah fraktur dan
retensi yang dihasilkan berkurang. Sebaliknya dengan bertambahnya diameter
pasak lebih dari 1/3 diameter akar gigi maka akan melemahkan sisa gigi yang
disebabkan preparasi saluran akar yang dilakukan berlebihan untuk
mendapatkan ruangan pasak. Menambah diameter pasak tidak memberikan
peningkatan yang signifikan untuk retensi pasak, tetapi cenderung dapat
mengorbankan sisa dentin yang sehat. Sisa dinding dentin yang tipis tidak
Gambar 4. Hubungan antara diameter akar dengan diameter pasak. A. Diameter akar,
B. Dudukan, C. Diameter pasak 1/3 diameter akar, D. Lebar pundak 1/6 diameter
akar.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, desain pasak dapat diperoleh
dalam berbagai bentuk seperti buatan pabrik yang sudah jadi, tuang atau kombinasi
dari keduanya. Pasak buatan pabrik mempunyai dua bentuk dasar yaitu sisi sejajar
dan kerucut yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran reamer yang digunakan
dalam preparasi saluran akar. Sedangkan pasak tuang bentuknya mengikuti bentuk
preparasi saluran akar.10
Pasak yang dindingnya sejajar mempunyai retensi yang lebih baik daripada
pasak yang dindingnya mengerucut, sebab pasak yang sisi sejajar memusatkan
tekanan secara merata sepanjang dinding dari pasak, sementara pasak yang bentuknya
kerucut memusatkan tekanan pada bagian koronal dari dinding pasak tersebut.
Preparasi yang menyalahi bentuk saluran akar dengan bentuk sejajar maka dinding
lateral akar akan melemah dan mudah terjadi fraktur horizontal dari akar. 10
Pasak yang penampangnya bulat panjang (oval) ke arah labio-lingual lebih
kaku dan mencegah terjadinya rotasi dari pasak yang dibuat dari bahan yang sama
tetapi berpenampang bulat. Penampang yang oval dengan sendirinya dapat mencegah
rotasi. 10
Gambar 5. Penampang saluran akar yang oval yang dapat menahan rotasi
II.6 Penatalaksanaan Saluran Akar untuk Restorasi Pasak
Penatalaksanaan salurun akar untuk restorasi pasak dapat dilakukan setelah
perawatan saluran akar dan tidak terdapat kelainan pada saluran akar yang dapat
mempengaruhi retensi dan resistensi dari restorasi pasak. Berdasarkan hal ini kita
perlu merencanakan perawatan prostodonsi dalam pembuatan restorasi pasak
sehingga diperoleh restorasi pasak yang dapat memberikan kekuatan dan
menggatikan jaringan keras gigi yang tersisa serta mampu menghasilkan retensi dan
resistensi. 10
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum penatalaksanaan saluran akar untuk
pembuatan restorasi pasak yaitu : 10
1. Bekerja secara asepsis
Asepsis dapat dikategorikan dalam 2 bagian :
a) Asepsis alat-alat dan bahan
Sterilisasi terhadap alat-alat dan bahan yang digunakan sebelum dan sesudah
perawatan dapat dilakukan dengan panas basah dan panas kering. Sterilisasi tersebut
dilakukan untuk menjaga agar alat-alat dan bahan tidak terkontaminasi oleh bakteri
yang dapat menyebabkan kegagalan dalam perawatan. 10
b) Asepsis daerah kerja
Syarat utama untuk mencapai asepsis dari daerah kerja adalah dengan
melakukan pembersihan gigi yang akan dikerjakan dan gigi tetangganya dari segala
macam kotoran. 10
Penggunaan rubber dam adalah yang paling ideal dalam menjaga keasepsisan
daerah kerja. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan ruber dam kita dapat
mencegah masuknya alat atau bahan yang kita gunakan kedalam tenggorokan serta
dapat memproteksi jaringan lunak dalam mulut dari obat, mata bur dan jarum. 10
Mempelajari hasil foto roentgen yang terakhir dari perawatan saluran akar
sebelum memutuskan ukuran panjang dan lebar saluran akar yang akan dipreparasi
untuk tempat restorasi pasak.
2. Persiapan saluran akar
Persiapan saluran akar yang baik dapat memberikan retensi dan resistensi
yang baik pada restorasi mahkota pasak. Pasak yang disemenkan kedalam saluran
akar akan memberikan retensi pada inti, tetapi tidak memperkuat bahkan seringkali
memperlemah akar gigi. Karena itu, preparasi saluran akar harus dibuat seminimal
mungkin sesuai dengan keperluan retensinya. 10
Gambar 7. Preparasi gigi untuk pasak tuang dan mahkota jaket porselen dengan inti
yang sudah dirawat endodontic. a dan b. permukaan mesio distal, c. permukaan
buko-lingual
Prosedur penatalaksanaan preparasi saluran akar untuk tempat restorasi
pasak adalah sebagai berikut : 10
Sediakan bur tangan dengan diameter 1,15 sampai dengan 1,15 mm
dan 4-5 mm lebih pendek dari saluran yang telah dipreparasi.
Pada pasak buatan sendiri dilakukan pencetakan saluran akar yang dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. 10
Metode Langsung
Pencetakan saluran akar dapat dilakukan dengan menggunakan pola lilin
dengan menggunakan batang malam inlai lunak yang berbentuk kawat.
Pilih sprue runcing dan harus longgar bila dimasukkan pada saluran
akar yang telah dipreparasi.
Saluran akar dibasahi kemudian ujung batang dari malam inlay
dilunakkan dan dibentuk menjadi kerucut dan memasukkan ke dalam
saluran akar. Sempai seluruh saluran akar terisi penuh.
Tekan ujung malam dengan jari pada batas tepi insisal
Panaskan ujung sprue runcing pada bunsen, tahan dengan ujung jari.
Hal ini menjaga agar tidak terlalu panas, sehingga tidak melukai
mulut pasien.
Masukkan sprue yang telah dipanaskan kedalammalam dan dengan
hati-hati dengan dorongan ke dalam saluran sampai di ujung
preparasi.
Apabila telah mendingin, potong kelebihan malam dari inti yang
diinginkan. Keluarkan sprue dan malam yang telah melekat.
Periksa kerapatan permukaannya, tambahkan sedikit malam apabila
ada kekurangan dan memasukkan kembali supaya terbentuk sesuai
dengan dinding-dinding preparasi.
Metode Tidak Langsung
Pada metode tidak langsung pembuatan pola pasak inti dilakukan dengan
memodelir bahan pola diluar mulut melalui model kerja, yang sebelumnya pada
pasien dilakukan pencetakan dengan mengguankan bahan elestomer.
Pencetak gigi yang telah dipreparasi dapat dilakukan dengan memasukkan
bahan cetak elestomer kedalam saluran akar dengan menggunakan semprotan.
Sebatang kaawat yang dilumuri bahan perekat (tray adhesif) dan juga bahan cetak
dimasukkan kedalam saluran akar dengan gerakan memompa (pumping action) agar
semua bahan cetak yang telah masuk kedalam saluran akar dapat mengalir dengan
baik kedalam saluran akar. Batang kawat ini berfungsi sebagai pemegang bahan cetak
yang ada pada saluran akar dan juga memudahkan pengeluaran bahan cetak dari
saluran akar agar bahan cetak terssebut tidak patah pada saat dikeluarkan. 10
Pada ujung kawat yang berbeda bagian koronal saluran akar dibuat retensi
dengan membengkokkan kawat kemudian dilakukan pencetakan biasa dengan
menggunakan bahan cetak elastomer. 10
Setelah prosedur pencetakan dilakukan, pasak siap untuk dituang. Saluran
akar dipersiapkan untuk pemasangan restorasi pasak. Pasak dimasukkan ke dalam
saluran akar setelah seluruh permukaan dibersihkan dari sisa-sisa bahan pendam.
Untuk melekatkan pasak di dalam saluran akar, digunakan semen dengan adukan
yang agak encer. Pasak yang terlumuri adukan semen ini dimasukkan kedalam
saluran akar dan dipertahankan dalam kedudukan yang baik sampai semen mengeras
dan restorasi pasak siap untuk dilakukan. 10
Dalam pemasangan pasak yang sesuai dengan protokol klinis standar,
digunakan pilot drill untuk membuat kongruensi-bentuk saluran akar sampai ke
sepertiga apikal akar untuk memperoleh kesesuaian dan retensi pasak primer.
Kesesuaian pasak yang dioptimalkan ini dinamakan form-congruence/kecocokanbentuk dan ditujukan untuk memaksimalkan adaptasi pasak pada dinding saluran akar
di sekitarnya dengan interfase semen dentin-pasak yang tipis dan merata. Diduga
bahwa kongruensi-bentuk memungkinkan terjadinya distribusi tekanan pada dinding
saluran akar selama fungsi klinis. Kongruensi-bentuk lima pasak titanium sediaan
yang direkatkan menggunakan semen zinc fosfat dan menemukan bahwa celah semen
rata-rata bervariasi antara 33 sampai 62 m, tergantung pada sistem pasak yang
digunakan. 10
Pada gigi yang diisi menggunakan cast post-and-core dan mahkota yang
direkatkan dengan semen zinc fosfat, ditemukan peningkatan resistensi fraktur yang
signifikaan jika terjadi adaptasi maksimum pasak taper pada struktur akar yang
tersisa. Efek tersebut tidak ditemukan jika menggunakan pasak paralel. Namun,
preparasi ruang pasak memiliki beberapa resiko. Kurvatura dan potongan-melintang
setiap saluran akar dapat mempengaruhi preparasi tersebut dan melemahkan akar atau
bahkan mengakibatkan perforasi akar. 10
Pengaruh prosedur endodontik terhadap deformasi gigi-geligi anterior dan
menemukan bahwa stabilitasnya semakin berkurang seiring dengan dilakukannya
setiap tahap preparasi saluran akar. Penurunan stabilitas yang signifikan terjadi jika
ruang pasak dipreparasi, terutama setelah transformasi preparasi pasak konis/kerucut
menjadi bentuk silindris/bulat. Disimpulkan bahwa jika struktur gigi yang
dihilangkan cukup banyak dan geometri alami saluran akar berubah, maka akan
timbul efek de-stabilitas pada akar gigi yang diisi. Salah satu penelitian terbaru
menggunakan analisis komputasional, eksperimental, dan fraciographic menguraikan
pengaruh inner dentine [dentin bagian dalam], yang terletak di sekitar saluran akar,
terhadap resistensi fraktur gigi. Jelas, bukan hanya ketebalan dinding dentin yang
menstabilkan akar tapi juga keberadaan inner dentine yang memiliki modulus
elastisitas lebih rendah dibandingkan dengan dentin bagian luar yang lebih
termineralisasi. Pada saluran akar ireguler yang memiliki potongan-melintang oval,
dibutuhkan diameter drill yang besar untuk memastikan kesesuaian pasak
sirkumferensial, jadi banyak struktur inner dentine yang dibuang. Namun, pemilihan
pasak yang sesuai dengan diameter alami slauran akar tanpa preparasi, yang ditujukan
untuk mempertahankan substansi inner dentine, menyebabkan longgarnya pasak
dalam saluran ireguler [tidak ada kongruensi-bentuk].6
Segera setelah pasak direkatkan menggunakan bahan adhesif pada dinding
saluran akar, kesesuaian pasak yang ideal dalam saluran akar [kongurensi-bentuk]
tidak terlalu penting, seperti jika ruang diisi menggunakan luting komposit. Namun,
penyusutan lapisan semen resin yang lebih tebal akibat pasak yang tidak sesuai, akan
mengganggu kinerja klinis jangka panjang. Sebaliknya, setelah dilakukan preparasi
ruang pasak terstandardisasi [menggunakan post hole drill yang disuplai oleh pabrik]
dan prosedur bonding optimal., faktor konfigurasi kavitas yang tinggi akan
Gambar 8. Penempatan parallel para-post dan composite resin core pada gigi anterior
II.7 Kegagalan Penatalaksanaan Saluran Akar
Masalah klinis yang sering terjadi pada perawatan saluran akar dengan
restorasi pasak adalah kegagalan restorasi dalam mendapatkan retensi dan resistensi
pasak serta kegagalan akibat sisa akar yang telah dipreparasi sehingga pada
pemakaian restorasi pasak pasien yang sering merasa tidak nyaman. 10
Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa faktor
mempengaruhi hasil suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar adalah faktor patologi, faktor
penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan11
II.7.1 Faktor Patologis
Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi
tingkat keberhasilan perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
tidak mungkin menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam
saluran akar dan derajat keterlibatan jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat
mempengaruhi hasil perawatan saluran akar adalah : 11
1. Keadaan patologis jaringan pulpa.