Anda di halaman 1dari 161

PENGANTAR

FISIKA MATEMATIK
z

P (a, b, c)
r

c
y

a
b

DR. ENG. RINTO ANUGRAHA NQZ


JURUSAN FISIKA FMIPA UGM
YOGYAKARTA
2011

PRAKATA
Saat ini buku yang membahas topik Pengantar Fisika Matematik masih
jarang dijumpai. Padahal, topik tersebut merupakan salah satu topik penting dalam
menggunakan matematika untuk menyelesaikan problem-problem fisika. Buku ini
ditulis dengan maksud untuk menambah perbendaharaan literatur dalam bidang
ilmu fisika, khususnya tentang Fisika Matematik.
Bahan buku ini sebagian diambil dari pengalaman kami dalam mengampu
matakuliah Pengantar Fisika Matematik di Jurusan Fisika FMIPA UGM,
ditambah dari sejumlah buku teks penting berbahasa asing. Meski demikian, buku
ini tidak saja terbatas hanya pada pengguna di Jurusan Fisika FMIPA UGM saja,
namun dapat pula sebagai salah satu referensi mahasiswa dan dosen bagi
matakuliah sejenis di Perguruan Tinggi lain. Buku ini sangat penting bagi
mahasiswa tahun pertama sebagai dasar-dasar matematika untuk mempelajari
fisika. Bagi khalayak umum, buku ini juga dapat menjadi referensi mengingat
tingkat kesulitannya disesuaikan dengan tingkat kesulitan bagi mahasiswa tahun
pertama.
Penyajian buku ini dimulai dari pembahasan bilangan kompleks yang
merupakan perluasan dari konsep bilangan real. Selanjutnya ditelaah aljabar
vektor, matriks, determinan dan persamaan linear. Pada bab empat disajikan limit,
fungsi dan turunan, diteruskan dengan bab lima tentang integral. Pada bab enam
diberikan konsep turunan parsial.
Pada setiap bab, cukup banyak diberikan contoh soal serta soal latihan itu
sendiri. Banyaknya contoh soal yang disajikan akan memudahkan pembaca lebih
memahami konsep setiap bab. Kami menyarankan agar soal-soal latihan yang
terdapat pada akhir setiap Bab dicoba untuk diselesaikan, agar pemahaman
tentang isi buku ini dapat lebih sempurna.
Melalui kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
segenap pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Selanjutnya,
meski telah disiapkan cukup lama, kami menyadari bahwa buku ini masih
memiliki banyak kekurangan. Barangkali pula di sana sini masih terdapat salah
i

tulis dan ketik. Karena itu kami dengan tangan terbuka sangat mengharap
masukan positif dari para pembaca, dalam rangka penyempurnaan buku ini.
Akhirnya kami berharap, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
fisika di masa depan.

Yogyakarta, Mei 2011


Rinto Anugraha NQZ

ii

DAFTAR ISI
PRAKATA

DAFTAR ISI

iii

BAB I

1
4
10
14
22
22
23
26
28

BILANGAN KOMPLEKS
Beberapa Sifat Aljabar Bilangan Kompleks
Perkalian dan Pemangkatan, Rumus de Moivre dan Euler
Rumus Binomium Newton
Penerapan Bilangan Kompleks
Mekanika
Osilator Selaras Teredam
Masalah Kelistrikan
Optika

BAB II ALJABAR VEKTOR


Sifat-Sifat Skalar dan Vektor
Besar Vektor
Sifat-Sifat Ruang Vektor
Penjumlahan Vektor
Perkalian Antara Vektor
Perkalian Skalar
Perkalian Vektor/Silang
Delta dan Epsilon Kronecker
Garis dan Bidang
Bebas dan Gayut Linear

32
32
33
33
34
36
36
40
42
48
54

BAB III MATRIKS, DETERMINAN DAN PERSAMAAN LINEAR


Operasi Matriks
Rotasi Sumbu-sumbu Koordinat
Determinan
Rumus Cramer

59
60
63
65
70

BAB IV LIMIT, FUNGSI DAN TURUNAN


Fungsi
Macammacam Fungsi Kontinu
Limit Fungsi
Sifatsifat Limit Fungsi
Turunan Fungsi
Deret Taylor dan Deret MacLaurin
Penerapan Turunan

81
81
84
92
92
94
98
101

BAB V INTEGRAL
Integral sebagai Inversi Penurunan (Anti Derivatif)
Rumus-Rumus Integral Dasar dan Metode Pengintegralan

106
106
106

iii

Pengintegralan Parsial
Substitusi Variabel
Metode Pecahan Parsial
Integral Tertentu (Integral Riemann
Penerapan Integral Tertentu
Mencari Luas di bawah Benda Putar
Volume Benda Putar
Menentukan Panjang Busur Kurva
Fungsi Gamma
Fungsi Beta

108
108
109
113
116
116
117
118
120
125

BAB VI FUNGSI VARIABEL BANYAK : TURUNAN PARSIAL


Turunan Parsial
Diferensial Total
Dalil Rantai
Diferensial Implisit
Pengubahan Variabel
Transformasi Legendre
Ekstremum Fungsi Dua Variabel

132
132
134
138
139
144
147
150

DAFTAR PUSTAKA

155

iv

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

BAB I
BILANGAN KOMPLEKS
Konsep bilangan kompleks muncul untuk mengakomodasi nilai akar suatu
bilangan negatif. Ditinjau persamaan kuadrat dalam z berikut :

az 2 + bz + c = 0
dengan a, b dan c variabel bebas. Penyelesaian persamaan kuadrat di atas adalah
z1, 2 =

b b 2 4ac
.
2a

Jika diskriminan D = b 2 4ac bernilai negatif, maka dua nilai z mengandung


akar bilangan negatif. Karena itulah didefinisikan nilai

1 = i,
sehingga i 2 = 1 . Selanjutnya
16 = 4i ,

3 = i 3 , i3 = i

adalah bilangan imaginer, tetapi


i2 = 1,

2 8 = i 2 .i 8 = 4

adalah bilangan real. Untuk contoh persamaan kuadrat berikut :

z 2 2z + 2 = 0
maka akar-akar penyelesaiannya adalah :

z=

2 4 8 2 2i
=
=1 i .
2
2

Istilah bilangan kompleks digunakan untuk menunjukkan set bilangan real,


imaginer atau gabungan keduanya, seperti 1 i . Maka i + 5, 17i, 4 mewakili
contoh-contoh bilangan kompleks.
Bilangan kompleks dirumuskan sebagai

z = x + iy

_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

yang merupakan gabungan bilangan real x dan bilangan imaginer iy. Besaran x, y
dan

x 2 + y 2 berturut-turut dinamakan bagian real, bagian imaginer dan modulus

bilangan kompleks z yang dituliskan sebagai


x = Re(z )
y = Im(z )
dan

z = x2 + y 2 .
Dengan konsep tersebut, orang dapat menyatakan bentuk-bentuk seperti sin i,
exp(i), ln(i +1) dalam bentuk bilangan kompleks x +iy.
Sebuah bilangan kompleks seperti 5 + 3i adalah jumlah dari dua suku. Suku
real (tidak mengandung i) disebut bagian real dari bilangan kompleks. Koefisien i
dalam suku yang lain disebut bagian imaginer dari bilangan kompleks. Dalam
bilangan 5 + 3i, 5 adalah bagian real, sementara 3 adalah bagian imaginer. Penting
untuk dicatat bahwa bagian imaginer dari suatu bilangan kompleks, bukan
imaginer tetapi real.
Salah satu dari bagian real atau bagian imeginer dari suatu bilangan
kompleks dapat bernilai nol. Jika bagian real bernilai nol, bilangan kompleks
tersebut murni imaginer. Bagian real yang nol dapat diabaikan, sehingga misalnya
0 + 5i cukup ditulis 5i. Jika bagian imaginer dari bilangan kompleks tersebut
lenyap, maka bilangan kompleks tersebut murni real. Sehingga misalnya, 7 + 0i
cukup ditulis dengan 7.
Dalam aljabar, sebuah bilangan kompleks biasanya ditulis sebagai suatu
jumlahan, seperti 5 + 3i. Bentuk ini dapat pula ditulis dalam bentuk (5, 3). Jadi
kalau kita ingin menjumlahkan antara dua buah bilangan kompleks, misalnya 5 +
3i dengan 4 + 2i, kita dapat menuliskannya dalam bentuk (5 + 3i) + (4 + 2i) = 9 +
5i atau dalam bentuk (5, 3) + (4, 2) = (9, 5).
Ketika kita mengenal konsep ini, mungkin timbul pertanyaan, apakah arti
fisis dari sin i , ln(1 + i ) dan sebagainya. Akan kita lihat nanti bahwa bilangan
kompleks memainkan peran dalam sains, selain tentu saja matematika.
_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

Dalam fisika, konsep bilangan kompleks sangat penting untuk dipelajari.


Dalam mekanika kuantum, muncul konsep ini, misalnya untuk menentukan
kaedah komutasi antara operator koordinat dan momentum. Kaedah komutasi
yang terkenal dalam mekanika kuantum antara kedua operator tersebut dituliskan
sebagai
[ x, p x ] = i .
Dalam pembahasan mekanika, kita juga dapat mengimplementasikan
konsep bilangan kompleks, misalnya penyajian vektor posisi partikel dalam dua
dimensi, dimana posisi x dan y berturut-turut merupakan bagian real dan imaginer
dari vektor posisi z. Selengkapnya hal ini akan disinggung dalam pasal penerapan
bilangan kompleks dalam fisika.
Bilangan kompleks z dapat disajikan sebagai suatu titik pada bidang Argand
berkoordinat Cartesan dengan sumbu X dan sumbu Y berturut-turut sebagai
sumbu real dan imaginer (Gb. 1). Anak panah dari titik O ke titik z disebut fasor.
Panjang fasor (r) menampilkan besar / modulus z . Fase bilangan kompleks z
adalah sudut antara sumbu real (sumbu X) dengan fasor yang dilambangkan
dengan . Dari Gb. 1.1 tampak bahwa
y

x
x

Gb. 1.1
Bidang Argand
x = r cos
y = r sin
dan

= arctan ( y / x)
sehingga
_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

z = r (cos + i sin ) .

Contoh soal :
Nyatakan bentuk z = 2 + 2i 3 dalam koordinat polar.

Jawab :
x = 2, y = 2 3
sehingga
r = 4 + 12 = 4
dan

= arctan(2 3 / 2) = / 3
sehingga

z = 4[cos( / 3) + i sin( / 3)] .


Contoh soal :
Tuliskan z = 1 i dalam bentuk polar

Jawab :
Disini kita memiliki x = 1, y = 1 sehingga r =

2 . Terdapat tak terhingga

banyaknya nilai yaitu

5
+ 2 n
4

dengan n adalah sembarang bilangan bulat. Nilai sudut = 5 / 4 seringkali


disebut sudut utama dari bilangan kompleks z = 1 i. Jadi z dapat dituliskan
sebagai

z = 1 i = 2 [cos(5 / 4 + 2n ) + i sin (5 / 4 + 2n )]
=

2 (cos 5 / 4 + i sin 5 / 4 ) = 2 exp(5i / 4) .

Bentuk di atas dapat pula ditulis sebagai

z = 2 (cos 2250 + i sin 2250 ) .

1.

Beberapa sifat aljabar bilangan kompleks

1.

Dua bilangan kompleks dikatakan sama :

z1 = z 2
_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

jika dan hanya jika keduanya memiliki bagian real yang sama :

Re ( z1 ) = Re ( z 2 ) ,
demikian pula dengan bagian imaginernya :

Im ( z1 ) = Im ( z 2 ) .
2.

Penjumlahan dua bilangan kompleks z1 = x1 + iy1 dan z 2 = x2 + iy 2 juga


menghasilkan bentuk bilangan kompleks

z = z1 + z 2 = ( x1 + x2 ) + i( y1 + y 2 ) .
Demikian pula untuk pengurangan berlaku

z = z1 z 2 = ( x1 x2 ) + i( y1 y 2 ) .
3.

Penjumlahan bilangan kompleks memenuhi kaedah ketaksamaan segitiga


yaitu
z1 z 2

4.

z1 + z 2

z1 + z 2

Himpunan C bilangan kompleks membentuk suatu grup terhadap


penjumlahan, karena :
a.

Himpunan tersebut bersifat tertutup terhadap operasi penjumlahan,


yaitu untuk setiap pasangan z1 , z 2 C maka z = z1 + z 2 C .

b.

Bersifat asosiatif terhadap kaedah penjumlahan yaitu


( z1 + z 2 ) + z 3 = z1 + ( z 2 + z 3 ) = z1 + z 2 + z3

c.

Terdapat unsur netral yaitu 0 C yang memenuhi


z+0=0+z=z

d.

Untuk setiap z C terdapat inversinya terhadap kaedah penjumlahan


(disebut z) sedemikian sehingga berlaku
z C dan z + (z) = z z = 0

5.

Karena berlaku z1 + z 2 = z 2 + z1 maka grup tersebut bersifat komutatif


(Abelan) terhadap penjumlahan.
Didefinisikan konjugat kompleks untuk bilangan kompleks z = x + iy

dengan lambang
z* = x iy
sehingga
_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

Re z* = Re z ,

Im z* = Im z ,

x = Re z = 12 ( z + z*),
dan

y = Im z = 2i ( z * z )
Konjugat kompleks ini dapat langsung diperoleh dengan menukar tanda +i
menjadi i. Sebagai contoh konjugat kompleks dari 2 + 3i adalah 2 3i. Konjugat
kompleks ini merupakan pencerminan bilangan kompleks terhadap sumbu x.

Menyederhanakan ke bentuk x + iy
Sembarang bilangan kompleks dapat ditulis dalam bentuk x + iy. Untuk
menjumlahkan, mengurangi dan mengalikan bilangan kompleks, perlu diingat
bahwa mereka mengikuti aturan aljabar biasa serta i 2 = 1 .
Contoh :
(1 + i ) 2 = 1 + 2i + i 2 = 2i .
Untuk membagi sebuah bilangan kompleks dengan lainnya, caranya masingmasing pembilang dan penyebut dikalikan dengan kompleks konjugat penyebut
sehingga penyebut menjadi real.

Contoh :
2 + i 2 + i 3 + i 5 + 5i 1 1
=
=
= + i.
3i 3i 3+i
10
2 2
Terkadang lebih mudah menghitung ketika disajikan dalam bentuk polar.

Contoh :
Tuliskan bentuk
1
2(cos 20 0 + i sin 20 0 )
dalam bentuk x + iy .
Jawab :
Karena 20 0 = 0,349 radian maka
_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

1
2(cos 20 + i sin 20 )
0

1
1
=
= 0,5e 0,349i =
0
,
349
i
2(cos 0,349 + i sin 0,349)
2e

0,5[cos 0,349 i sin 0,349] = 0,47 0,17i.

Contoh soal :
Tunjukkan z1 = 1 + i 3 dan z 2 = 2 2i 3 memenuhi kaedah ketidaksamaan

segitiga.

Jawab :
z1 = 1 + 3 = 2 ,
z 2 = 4 + 12 = 4 ,
z1 + z 2 = 3 i 3 ,
dan
z1 + z 2 = 9 + 3 = 2 3
sehingga
2 4 = 2 < 2 3 <2 + 4 = 6.

Contoh soal :
Carilah nilai absolut z =

2+i
.
3 2i

Jawab :
z=

2 + i 3 + 2i 4 + 7i

=
3 2i 3 + 2i
13

sehingga

z =

16 + 49
5
=
.
13
13

Contoh soal :
Carilah x dan y jika ( x + iy ) 2 = 2i .

Jawab :
Karena ( x + iy ) 2 = x 2 + 2ixy y 2 , maka diperoleh dua persamaan real :

_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

x2 y2 = 0

dan
2 xy = 2 .
Dari persaman pertama diperoleh
y2 = x2
sehingga
y = x atau y = x .

Substitusi hal ini kepada persamaan kedua menghasilkan

2 x 2 = 2 atau 2 x 2 = 2 .
Karena x real, maka x 2 tidak boleh negatif. Karena itu

x 2 = 1 dan y = x
yang memberikan

x = y =1
dan

x = y = 1 .
Contoh soal :
Bagaimanakah bentuk kurva dalam bidang (x, y) yang memenuhi persamaan

z =3 ?
Jawab :
Karena

z = x2 + y 2 = 3
maka

x2 + y2 = 9 .
Karena itu persamaan z = 3 menggambarkan persamaan lingkaran dengan jarijari 3 dengan pusat di O.

Soal-Soal Latihan
1.

Carilah nilai-nilai absolut berikut ini

_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

2.

a.

2 + 3i
1 i

b.

z
z

c.

(1 + 2i ) 3

d.

1+ i

1 i

Carilah seluruh nilai yang mungkin untuk bilangan real x dan y pada
persamaan berikut

3.

4.

a.

(2 x 3 y 5) + i ( x + 2 y + 1) = 0

b.

( x + iy )3 = 1

c.

x + iy + 2 + 3i
=i+2
2 x + 2iy 3

Gambarkan kurva/daerah dalam bidang kompleks untuk persamaan berikut


a.

z 1 < 2

b.

z z = 5i

c.

z 1 + i = 2

d.

z +1 + z 1 = 8

e.

Re ( z 2 ) = 4

f.

z2 = z 2

g.

z2 + z 2 = 0

Nyatakan bilangan kompleks berikut dalam bentuk x + iy.


a.

e3(1 4i )

b.

1 + i

1 i

_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

10

c.

(1 + i ) 48
( 3 i ) 25

d.

(1 2i)i

e.

i ln i

f.

e (i / 4) + ln 3

2.

Perkalian & pemangkatan bilangan kompleks, Rumus de Moivre dan

Euler
Dari perumusan
z = r (cos + i sin )
jika masing-masing ruas diturunkan ke diperoleh
dz
= r ( sin + i cos ) = i z
d
atau

dz
= i d .
z
Pengintegralan menghasilkan
ln z = i + C
dengan C suatu tetapan. Jika diisikan syarat :

= 0 maka z = r ,
sehingga
C = ln r .
Jadi diperoleh
z = r (cos + i sin ) = r exp (i )
Berlakulah rumus Euler :
e i = cos + i sin .
Adapun
e i = e i ( ) = cos( ) + i sin( ) = cos i sin
sehingga kedua rumus di atas dapat disatukan menjadi
_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

11

e i = cos i sin
Dari bentuk di atas nilai cos dan sin dapat dituliskan sebagai
cos = 12 (ei + e i )
dan
sin =

1
2i

( e i e i )

Dengan memanfaatkan rumus Euler di atas, pemangkatan bilangan kompleks z


dengan n menghasilkan

z n = r n (cos + i sin ) n = r n e in = r n (cos n + i sin n )


sehingga berlakulah rumus de Moivre :
(cos + i sin ) n = (cos n + i sin n ) .
Rumus di atas dapat pula digunakan untuk mencari akar bilangan kompleks.
Jika
z = r exp(i ) ,
maka
n

z = z1 / n = r 1 / n exp(i / n) = n r cos + i sin


n
n

Contoh soal :
Nyatakan z = 2 + 2i 3 dalam bentuk eksponensial.

Jawab :
Mengingat telah ditunjukkan di atas bahwa

z = 4[cos( / 3) + i sin( / 3)]


maka bentuk tersebut sama dengan
z = 4 exp(i / 3) .

Contoh soal :
Carilah nilai z 5 untuk bentuk z di atas.

Jawab :
z 5 = 45 exp(5i / 3) = 1024[cos(5 / 3) + i sin(5 / 3)] = 512(1 i 3 )

Contoh soal :
_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

12

Nyatakan bentuk z = (1 + i ) i dalam bentuk x + iy.


Jawab :
z=

2 exp(i / 4)

= ( 2 ) i exp( / 4) = exp(i ln 2 ). exp( / 4)

= exp( / 4) cos(ln 2 ) i sin(ln 2 )

= 2,19 (0,94 0,34i)


= 2,06 0,74i.

Contoh soal :
Carilah semua akar persamaan x 4 + 2 x 2 + 4 = 0 .

Jawab :
Dengan substitusi :

u = x2
diperoleh bentuk persamaan kuadrat dalam u :

u 2 + 2u + 4 = 0
yang memiliki akar-akar

u1, 2 =

2 4 16
= 1 i 3 .
2

Jadi
u1 = 1 + i 3 = x 2 = 2 exp(2i / 3)
sehingga
x1, 2 = 2 exp(i / 3) = 2 (cos / 3 + i sin / 3)
=

1+ i 3
.
2

Kemudian
u 2 = 1 i 3 = x 2 = 2 exp(4i / 3)
sehingga
x3, 4 = 2 exp(2i / 3) = 2 (cos 2 / 3 + i sin 2 / 3) =

1+ i 3
.
2

Jadi keempat akar persamaan x 4 + 2 x 2 + 4 = 0 adalah


_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

13

1+ i 3
1+ i 3 1+ i 3
1 + i 3
,
,
dan
.
2
2
2
2
Dapat dilihat bahwa jumlah keempat akar tersebut sama dengan nol.
Contoh soal :
Carilah seluruh nilai akar

8.

Jawab :
z = 8 = 8(cos 0 + i sin 0)
= 8(cos 2 + i sin 2 )
= 8 (cos 4 + i sin 4 ) .
Jadi akar-akar untuk bentuk

8 adalah :
2

atau

2(cos 2 / 3 + i sin 2 / 3) = 1 + i 3
atau
2(cos 4 / 3 + i sin 4 / 3) = 1 i 3 .

Soal-soal Latihan
5.

6.

Carilah seluruh akar-akar bilangan kompleks berikut


a.

1 (ada 5 jawaban)

b.

16 (ada 8 jawaban)

c.

8i 3 8

Tunjukkan bahwa jumlah seluruh n buah akar dari akar pangkat n


sembarang bilangan kompleks sama dengan nol.

7.

Gunakan rumus de Moivre untuk menunjukkan bahwa

cos 3 = 4 cos 3 3 cos


dan
_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

14

sin 3 = 3 sin 4 cos 3


8.

Gunakan fungsi eksponensial untuk menunjukkan bahwa

cos(1 2 ) = cos 1 cos 2 sin 1 sin 2


dan

sin(1 2 ) = sin 1 cos 2 cos 1 sin 2

3.

Rumus Binomium Newton


Rumus binomium Newton dituliskan sebagai
n

n!
xnr yr
r = 0 ( n r )! r!

( x + y ) n = Crn x n r y r =
r =0

= x n + nx n 1 y +

n(n 1) n 2 2
x y + ... + nxy n 1 + y n
2!

Untuk menunjukkan nilai e secara eksplisit, dituliskan


ei = ein ( / n ) = (cos( / n) + i sin( / n)) n .
Jika diisikan = i serta n besar sekali ( n ), maka

e = lim [cos(i / n) + i sin(i / n)]n


n
Mengingat untuk n besar,
cos(i / n) 1
dan
sin(i / n) i / n ,
maka

e = lim [1 + (1 / n)]n
n
Apabila ke dalam rumus binomium Newton diisikan nilai :
x =1
dan
y = 1/n,
_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

15

maka diperoleh bentuk eksplisit e


e = 1+

1
1 1 1
+ + + ... = 2,718281828...
1! 2! 3!
n = 0 n!

Apabila ke dalam rumus Euler, diisikan :

= i / n
dengan nilai n diambil besar sekali, maka dengan mengambil pendekatan
cos(i / n) = 1
dan
sin(i / n) = i / n
dihasilkan rumus untuk menurunkan nilai e yang berbentuk

n=0

n!

e = (1 + / n) = 1 + / 1! + / 2! + ... =
n

Dapat ditunjukkan dengan rumus binomium Newton bahwa bentuk untuk


cos dan sin berturut-turut adalah :
cos = 1

2
2!

4
4!

... =

(1) n 2 n

n = 0 ( 2 n)!

dan
sin =

3
3!

5
5!

(1) n 2 n +1
.
n = 0 ( 2n + 1)!

... =

Apabila ke dalam rumus terakhir di atas diisikan = i , diperoleh bentuk


cos(i ) yang real yang akan disebut cosh , dan bentuk sin(i ) yang imaginer =
i sinh . Jadi
cos(i ) = cosh
dan
sin(i ) = i sinh .
Bentuk eksplisit keduanya adalah
cosh = 1 +

2
2!

4
4!

+ ... =

2n

n = 0 ( 2 n)!

dan
_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

16

sinh = +

3
3!

5
5!

+ ... =

2 n +1

n = 0 ( 2n

+ 1)!

Analog dengan kaitan untuk sin dan cos , bentuk hiperbolik di atas dapat
dikaitkan dengan e dalam bentuk
cosh = 12 (e + e )
dan
sinh = 12 (e e )
Fungsi hiperbolik yang lain adalah

tanh =

sinh e e
=
.
cosh e + e

Bentuk z = e memiliki bentuk inversi

= ln z .
Inversi bentuk hiperbolik ada hubungannya dengan logaritma alam (ln). Untuk
z = cosh = 12 (e + e )

maka dengan mengalikan masing-masing ruas di atas dengan e serta menyusun


kembali persamaan kuadrat, diperoleh bentuk
(e ) 2 2 ze + 1 = 0 .
Persamaan kuadrat ini memiliki penyelesaian
2z 4z 2 4
e =
= z z2 1
2

sehingga diperoleh

= sinh 1 z = ln( z z 2 1) .
Bentuk penyelesaian di atas menunjukkan penyelesaian ganda (kecuali untuk z =
1) dan bernilai real apabila z 1. Untuk
z = sinh
maka diperoleh penyelesaian yang berbentuk

= sinh 1 z = ln( z + z 2 + 1) .

_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

17

Bentuk di atas merupakan penyelesaian tunggal dan bernilai selalu real untuk
sembarang z real. Sedangkan untuk
z = tanh
diperoleh bentuk penyelesaian

1+ z

1 z

= tanh 1 z = 12 ln
yang bernilai real hanya untuk 1 < z < 1.

Contoh soal :
Nyatakan bentuk sin ( 2i ln 3) dalam bentuk x + iy .

Jawab :
z = sin ( 2i ln 3) = (2i ) 1 (exp(i + 2 ln 3) exp(i 2 ln 3) )

= (2i ) 1 9(cos + i sin ) 9 1 (cos i sin )

1
9 = 40 i .
2i
9

9+
=

Contoh soal :
Buktikan bahwa sin 2 z + cos 2 z = 1 .

Jawab :

eiz e iz
sin z =
2i

e 2iz 2 + e 2iz
=

dan

eiz + e iz
cos z =
2

e 2iz + 2 + e 2iz
=

sehingga

sin 2 z + cos 2 z =

2 2
+ = 1.
4 4

Contoh soal :
Buktikan bahwa

d
sin z = cos z .
dz

Jawab :
_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

18

1 d iz
i (eiz + e iz )
e e iz =
= cos z .
2i dz
2i
Dalam matematika elementer, kita mempelajari logaritma hanya untuk
bilangan positif saja, tidak ada logaritma bilangan negatif. Hal ini memang
demikian jika kita hanya bekerja pada bilangan real saja. Namun jika kita bekerja
dengan bilangan kompleks, kita akan mengenal logaritma bilangan negatif,
bahkan logaritma dari bilangan kompleks itu sendiri.
Jika
z = ew

maka menurut definisi


w = ln z .
Karena sembarang bilangan kompleks z dapat dinyatakan dalam bentuk
z = re i
maka
w = ln(re i ) = ln r + i
Perumusan di atas memberikan nilai logaritma suatu bilangan kompleks z yaitu
logaritma dari modulusnya (yang real positif) ditambah dengan i yang pasti
imaginer.
Karena memiliki sejumlah tak hingga banyaknya (sudut utama dan sudut
lainnya yang berbeda kelipatan 2 dari sudut utama), karena itu logaritma
bilangan kompleks terdapat tak hingga banyaknya, yang nilainya berbeda dengan
lainnya oleh kelipatan 2i . Nilai utama dari ln z adalah satu nilai menggunakan
sudut utama dari , disini digunakan 0 < 2 . (Buku-buku lainnya ada yang
menggunakan < )

Contoh soal :
Carilah ln(1).

Jawab :
ln(1) = ln[exp i ( 2n)] = i ( 2n) untuk n = 0, 1, 2,

Contoh Soal :
Carilah nilai ln(1 + i )
_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

19

Jawab :
Untuk z = 1 + i, maka

r= 2
dan

= / 4 2 n
maka

ln(1 + i ) = ln 2 + i ( / 4 2n )

= 0,347 + i ( / 4 2n ) .
Untuk setiap bilangan real positif, persamaan
ln a b = b ln a
ekuivalen dengan
a b = e b ln a .
Pangkat kompleks didefinisikan dengan rumus yang sama untuk a dan b
kompleks. Jadi menurut definisi
a b = e b ln a .
Karena nilai logaritma bilangan kompleks ada sejumlah tak hingga banyaknya,
demikian pula dengan pangkat kompleks ini. Kita dapat mengambil nilai utama
dengan sudut yang dipilih adalah sudut utama.

Contoh Soal :
Carilah seluruh nilai i 2i .

Jawab :
Bentuk tersebut dapat ditulis sebagai
i 2i = e 2i ln i .
Karena
ln i = i ( / 2 2n )
maka
i 2i = e 4n
dimana

_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

20

e = 23,14 .
Perhatikan bahwa seluruh set nilai i 2i adalah real.
Contoh Soal :
Carilah seluruh nilai i1 / 2 .
Jawab :
i1 / 2 = e (1 / 2) ln i = e i / 4 e in .

Mengingat
+ 1 untuk n genap
e in =
1 untuk n gasal
maka
i 1 / 2 = e i / 4 =

1+
2

Ternyata, meskipun ln i memiliki sejumlah tak hingga banyaknya, nilai untuk


i1 / 2 hanya dua nilai, sebagaimana kita peroleh untuk akar pangkat dua.

Contoh Soal :
Carilah z = arc cos 2 atau cos z = 2.
Jawab :
Dari bentuk
2=

eiz + e iz
,
2

dilakukan substitusi

u = eiz
sehingga diperoleh

u 2 4u + 1 = 0
Penyelesaian persamaan kuadrat di atas adalah :
u1, 2 =

4 16 4
=2 3
2

atau
eiz = 2 3 .
_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

21

Dengan mengambil logaritma kedua ruas persamaan di atas diperoleh


iz = ln(2 3 ) + 2ni
atau
z = arc cos 2 = 2n i ln(2 3 ) .

Soal-soal Latihan
9.

10.

Nyatakan bilangan kompleks berikut dalam bentuk x + iy.


a.

cos ( 2i ln 3)

b.

tan 2i.

c.

sinh ln 2 +
3

d.

ln 2 i 2

e.

3 + i

sin i ln

f.

arccos (2)

g.

tanh 1 (i 3 )

h.

ln(sin 1 2i )

i.

tanh 1 (i i )

j.

e i +3 ln 2

k.

Tunjukkan bahwa bentuk-bentuk sinh 1 x, cosh 1 x dan tanh 1 x dapat


dinyatakan dalam bentuk fungsi ln yang sesuai. (Petunjuk : untuk
y = sinh 1 x atau x = sinh y = (e y e y ) / 2 , ubahlah ke menjadi persamaan
kuadrat dalam e y , begitu seterusnya).

_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

22

4.

Penerapan Bilangan Kompleks


Pada pasal ini akan dijelaskan penerapan bilangan kompleks pada fisika,

misalnya pada mekanika, kelistrikan dan optika.


Mekanika
Berikut ini akan disajikan beberapa contoh soal dalam mekanika yang
menggunakan konsep bilangan kompleks.
Contoh soal :
Sebuah partikel bergerak di dalam bidang (x, y) sedemikian sehingga posisi (x, y)
sebagai fungsi waktu t disajikan oleh persamaan
z = x + iy =

2t + i
.
t i

Carilah besar kecepatan dan percepatannya sebagai fungsi t.

Jawab :
Dari bentuk z = x + iy di atas, kecepatan kompleks dan percepatan kompleks
berturut-turut dirumuskan sebagai
v=

dz
dt

dan

d 2z
a= 2 .
dt
Karena itu besar kecepatan dan besar percepatan masing-masing sama dengan

v = dz / dt
dan

a = d 2 z / dt 2 .
Untuk nilai z di atas :

dz
3i
=
dt
(t i ) 2
sehingga

_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

23

v=

dz dz
3i
3i
3
=
=
dt dt
(t i ) 2 (t + i ) 2 t 2 + 1

dz
=
dt

Sedangkan
d 2z
6i
=
2
dt
(t i )3
sehingga

d 2z
6
.
a= 2 = 2
dt
(t + 1) 3 / 2

Soal-soal Latihan
11.

Sebuah partikel bergerak dalam bidang XY sehingga posisinya (x, y)


sebagai fungsi waktu diberikan oleh
z = x + iy = cos 2t + i sin 2t
Tentukan besar kecepatan dan percepatan partikel tersebut sebagai fungsi
waktu. Bagaimanakah bentuk gerakannya ?

12.

Analog dengan soal di atas, jika


z = cos 2t + i sin t ,
carilah kecepatan, percepatan serta lukiskan keadaan geraknya.

Gerak osilator selaras teredam


Ditinjau gerak partikel bermassa m dalam satu dimensi yang terikat dalam
pegas berkonstanta k. Jika partikel tersebut mengalami gaya gesekan yang
sebanding dengan kecepatannya, persamaan gerak partikel tersebut adalah
mx + bx + kx = 0
dengan bx adalah gaya gesek, dan b adalah tetapan gaya gesek. Persamaan di atas
dapat disederhanakan menjadi

x + 2 x + 02 x = 0
dengan

_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

24

b
2m

dan

0 =

k
.
m

Tetapan 0 adalah frekuensi sudut alamiah osilator yang tak teredam. Untuk
menyelesaikan persamaan di atas, dilakukan substitusi

x = e t
sehingga diperoleh persamaan kuadrat dalam :

2 + 2 + 02 = 0 .
Penyelesaian persamaan di atas adalah

1 = + 2 02
dan

2 = 2 02 .
I.

Jika 2 > 02 , diperoleh dua penyelesaian yang saling bebas. Penyelesaian

umumnya berbentuk
x = c1e1t + c2e 2 t

2 > 02 .

Penyelesaian ini dinamakan teredam lewat (overdamped). Penyelesaian di atas


akan unik jika koordinat dan kecepatan partikel pada suatu t tertentu diketahui,
yang dapat diambil untuk t = 0. Jadi tetapan c1 dan c2 dapat ditentukan melalui
persamaan-persamaan
x0 = c1 + c2
dan
v0 = 1c1 + 2c2 .
II.

Jika 2 = 02 , maka

1 = 2 =
yang menghasilkan penyelesaian yang berbentuk eksponensial, yaitu

x1 = exp( t )
_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

25

Penyelesaian yang lain adalah

x2 = t exp( t )
sehingga penyelesaian umum untuk kasus 2 = 02 adalah

x = (c1 + c2t ) exp( t ) .


Penyelesaian di atas dinamakan dengan teredam kritis (critical damped).
III.

Adapun untuk redaman yang kecil, sehingga 2 < 02 , bentuk didalam akar

menjadi bernilai negatif, sehingga dapat dinyatakan dalam bentuk

1 = + i1
dan

2 = i1
dengan

1 = 02 2 .
Penyelesaian umum untuk kasus ini adalah

x = exp( t )(c1 exp(i1t ) + c2 exp(i1t ) ) .


Bentuk di atas dapat diolah menjadi

x = exp( t )(a1 sin(1t ) + a2 cos(1t ) )


dengan

a1 = i (c1 c2 )
dan

a2 = c1 + c2 .
Karena x real, c1 dan c2 adalah bilangan kompleks yang dihubungkan melalui
persamaan

c2 * = c1 .
Tetapan a1 dan a2 bernilai real.
Bentuk lain penyelesaian di atas adalah

x = A exp( t ) cos(1t )
dengan tetapan A dan diberikan oleh
A = a12 + a22
_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

26

dan
tan =

a1
.
a2

Penyelesaian di atas dinamakan teredam meluruh.

Masalah Kelistrikan
Dalam teori arus listrik, jika VR adalah tegangan antara ujung-ujung
hambatan R, dan I adalah arus yang mengalir pada hambatan tersebut maka
berlaku hukum Ohm yang dirumuskan sebagai

VR = I R
Selain itu, kaitan antara arus I dan tegangan VL pada sebuah induktansi L adalah
VL = L

dI
dt

sedangkan arus dan tegangan yang melalui sebuah kapasitor berkapasitansi C


dihubungkan melalui persamaan
dVC I
=
dt
C

Ditinjau sebuah rangkaian seri dengan


tegangan bolak-balik V dan arus bolak-balik
I yang disa-jikan pada gambar di samping

ini. V dan I bervariasi terhadap waktu yang


diberikan oleh persamaan
I = I 0 sin t

Dengan I diberikan pada persamaan di atas, tegangan yang melalui R, L dan C


adalah
VR = RI 0 sin t
VL = LI 0 cos t

dan
VC =

1
I 0 cos t
C

sehingga tegangan total bernilai


_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

27

V = VR + VL + VC .
Ada metode lain yang dapat digunakan untuk menelaah kasus di atas dengan
menggunakan konsep bilangan kompleks. Bentuk persamaan arus yang bervariasi
terhadap waktu dapat ditulis sebagai

I = I 0 e i t
dimana kuat arus secara fisis diberikan oleh bagian imaginer I dalam persamaan di
atas. Jadi

VL = RI 0 e i t
VL = iL I 0ei t = iL I
VC =

1
I
I 0 e i t =
i C
i C

sehingga

1
I .
V = VR + VL + VC = R + i L

Dari persamaan terakhir didefinisikan besaran impedansi (kompleks) sebagai

1
.
Z = R + i L
C

Karena itu tegangan V dapat ditulis sebagai


V = ZI
yang mana penampilannya nampak seperti hukum Ohm. Besar Z dapat dicari
dengan menentukan modulusnya sebagai

Z = R 2 + ( X L X C )2
dengan

XL = L
dan
XC =

1
C

berturut-turut adalah reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif. Nilai Z akan


minimum jika
_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

28

X L = XC
yang berarti

1
.
LC

Keadaan ini disebut dengan keadaan resonansi. Pada keadaan ini bentuk Z tidak
mengandung bagian kompleks.

Optika
Dalam optik, orang sering menggabungkan sejumlah gelombang cahaya
(yang dapat diwakili oleh fungsi sinus) Misalkan terdapat n gelombang yang
dapat dituliskan sebagai
sin(t ), sin(t + ), sin(t + 2 ), ... , sin(t + (n 1) )
Jika orang ingin menjumlahkan seluruh gelombang tersebut,langkah termudah
adalah dengan menyatakan fungsi sinus tersebut, langkah termudah adalah dengan
menyatakan fungsi sinus tersebut sebagai bagian imaginer dari suatu bilngan
kompleks, sehingga n gelombang tersebut dapat dinyatakan sebagai bagian
imaginer dari deret bilangan kompleks berikut :

eit + eit + + eit + 2 + ... + eit + ( n 1) .


Deret di atas adalah deret geometri dengan suku pertama eit dan rasio ei .
Dengan menggunakan rumus jumlah untuk n suku pertama deret geometri :

a (1 r n )
Sn =
1 r
dengan a dan r berturut-turut suku pertama dan rasio deret, deret bilangan
kompleks di atas dapat dinyatakan sebagai

eit (1 ein )
.
1 e i
Dengan menggunakan bentuk
1 ein = ein / 2 (e in / 2 ein / 2 ) = 2iein / 2 sin(n / 2)
dan
1 ei = ei / 2 (e i / 2 ei / 2 ) = 2iei / 2 sin( / 2)
_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

29

maka jumlah deret di atas dapat dituliskan


ei (t +[ n 1] / 2)

sin(n / 2)
.
sin( / 2)

Akhirnya dengan mengambil bagian imaginer hasil di atas, diperoleh jumlah deret
sinus sebagai
n
n 1

2 .
sin t +

sin
2
sin

Soal-soal Latihan
13.

Pada integral-integral berikut ini nyatakan sin dan cos dalam bentuk
eksponensial, selanjutnya tunjukkan bahwa
a.

14.

cos 2 x cos 3x dx = sin 2 x sin 3x dx = sin 2 x cos 3x dx

b.

cos

c.

=0

3x dx = .

sin 2 4 x dx =

Carilah nilai

( a + ib ) x

dx , kemudian ambillah bagian real dan imaginer

untuk menunjukkan bahwa

15.

a.

e ax (a cos bx + b sin bx)


e cos bx dx =
a 2 + b2

b.

ax
e sin bx dx =

ax

e ax (a sin bx b cos bx)


a 2 + b2

Tunjukkan bahwa untuk sembarang real y, berlaku e iy = 1 , sedangkan


untuk sembarang kompleks z, berlaku e z = e x .

16.

Tunjukkan bahwa tan z tidak pernah bernilai i , serta tanh z tak pernah
bernilai 1 .

_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

30

17.

Buktikan bahwa
a.

cos + cos 3 + cos 5 + ... + cos(2n 1) =

b.

sin + sin 3 + sin 5 + ... + sin(2n 1) =

c.

2n

r cos n + r 2 n sin n =
n=0
n=0

d.

1 + cos n =
n =1

e.

sin n =
n =1

sin 2n
2 sin

sin 2 n
sin

2
2 n in

n=0

cos[ N / 2] sin[( N + 1) / 2]
sin / 2

sin[ N / 2] sin [( N + 1) / 2]
sin / 2

18.

Buktikan berlakunya kaedah ketaksamaan segitiga.

19.

Buktikan rumus binomium Newton dengan menggunakan induksi


matematik.

20.

Carilah semua akar-akar persamaan di bawah ini


a.

x 2 + 3x + 6 = 0

b.

x4 4x2 2 = 0

c.

x 2 x + 1 = 0 , kemudian hitunglah 100 + 100 , jika akar-akarnya


adalah dan .

21.

Dalam teori relativitas khusus, laju partikel bermassa (v) selalu lebih kecil
daripada laju cahaya dalam vakum (c). Sementara itu nilai tanh untuk
real selalu memiliki jangkauan nilai 1 < tanh < 1. Jika didefinisikan
tanh = v/c,
buktikan bahwa

_______________________________________________________________________________

Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________

31

cosh =

1
1 v2 / c2

dan

sinh =

v/c
1 v2 / c2

_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

32

BAB II
ALJABAR VEKTOR
Dalam fisika, konsep tentang vektor memainkan peranan yang sangat
penting. Banyak besaran-besaran dalam fisika yang merupakan besaran vektor
(selain juga skalar, tensor dan lain-lain). Sebagai contoh, gaya yang merupakan
salah satu fisika penting dalam mekanika merupakan contoh dari besaran vektor.
Contoh lain adalah kecepatan yang juga merupakan besaran vektor. Jika
kecepatan ini hanya dihitung besarnya, diperoleh kelajuan yang merupakan
besaran skalar.
Ketika membicarakan aljabar vektor, orang tidak hanya berkutat pada
masalah sifat-sifat penjumlahan, pengurangan, perkalian baik perkalian vektor
dengan suatu skalar maupun perkalian antar vektor dalam bentuk perkalian titik
dan perkalian silang, namun juga konsep-konsep lain seperti diferensial vektor,
integral vektor, koordinat lengkung dan sebagainya. Namun pada buku ini
kalkulus vektor tidak akan dibahas.

Sifat-sifat Skalar dan Vektor


Skalar adalah besaran yang secara lengkap ditentukan oleh besar dan
tandanya. Dalam fisika contoh besaran skalar adalah massa, panjang, waktu, laju,
muatan listrik, skalar potensial listrik dan sebagainya. Lambang besaran skalar
adalah huruf Romawi miring (italics), seperti m, s, t dan sebagainya.
Vektor adalah besaran yang secara geometris ditentukan oleh besar dan
arahnya dalam ruang. Contoh besaran vektor dalam fisika adalah vektor letak
suatu titik, kecepatan, percepatan, gaya, momentum, momentum sudut, torka, kuat
medan listrik, vektor imbas magnet, vektor potensial listrik, vektor pergeseran
listrik dan lain-lain. Lambang besaran vektor adalah huruf tebal tegak dan
   
biasanya diberi panah, seperti r, v, a, F dan sebagainya.

_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

33

Besar Vektor

Panjang panah yang mewakili suatu vektor A disebut panjang atau


magnitud (magnitude) vektor A , yang ditulis dengan A atau A. Terkadang



ditulis pula sebagai norm A , yang ditulis dengan A . Dengan menggunakan

teorema Phytagoras, panjang A adalah

A = A = Ax2 + Ay2 dalam dua dimensi

atau

A = A = Ax2 + Ay2 + Az2 dalam tiga dimensi.
Contoh soal :

Gaya F memiliki komponen ke arah x sebesar 3 N dan komponen ke arah y

sebesar 4 N. Maka :

Fx = 3N , Fy = 4 N , F = Fx2 + Fy2 = 5 N.
dan

F
3
= sudut antara F dengan sumbu x = arctan y = arctan .
Fx
4

Sifat-sifat ruang vektor


Sebuah ruang vektor (vector space) berisi kumpulan objek matematik untuk mana
suatu hukum penjumlahan didefinisikan :
  
c = a +b.
Sebuah proses perkalian skalar juga didefinisikan sebagai berikut :


Jika a sebuah vektor dan suatu skalar (bilangan biasa) maka a juga sebuah
vektor. Berikut ini adalah hukum dasar tentang aljabar vektor :
1.

Tertutup (Closure) :




Jika a dan b vektor, maka a + b juga sebuah vektor.

2.

Hukum penjumlahan komutatif :

_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

34

  

a + b = b + a.
3.

Hukum penjumlahan asosiatif :



 

 
( a + b ) + c = a + ( b + c ).

4.

Eksistensi vektor nol.

5.

6.
7.
8.


Terdapat suatu vektor 0 sedemikian sehingga
   

a + 0 = 0 + a = a.


Untuk sebuah vektor a tertentu terdapat lawan ( a ) sedemikian sehingga



a + ( a ) = 0 .



Jika 1 dan 2 adalah skalar maka (1 + 2 )a = 1a + 2a .




(a + b ) = a + b .


1 ( 2 a ) = ( 1 2 ) a

Penjumlahan Vektor


Dua vektor A dan B dapat dijumlahkan secara geometri dengan dua cara :
(1) cara segitiga, dan
(2) cara jajaran genjang.
Pada penjumlahan dua vektor atau lebih, berlaku kaedah-kaedah :
   
Kaedah komutatif : A + B = B + A
 
 
 
Kaedah asosiatif : ( A + B) + C = A + (B + C) .
Dengan kata lain, vektor-vektor dapat dijumlahkan dengan menggunakan aturan
aljabar biasa.
Contoh : dua buah vektor 5i + 3 j dan 3i + 2 j dapat dijumlahkan dengan hasil

8i + 5 j


Sebuah vektor cA menyatakan sebuah vektor yang panjangnya c kali vektor


A dan arahnya adalah sejajar (berlawanan) dengan A jika c positif (negatif).
Jadi jika

A

= 5i + 3 j

maka
_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

35


4 A = 20i + 12 j .

Sementara itu negatif sebuah vektor didefinisikan sebagai sebuah sebuah


vektor yang memiliki panjang sama tetapi arahnya berlawanan dengan vektor


semula, seperti vektor A adalah lawan vektor A . Untuk vektor

A = 5i + 3 j
maka

A = 5i 3 j .

Jumlah keduanya menghasilkan vektor nol ( 0 ). Vektor nol adalah vektor dengan

panjang nol, seluruh komponennya nol namun tidak memiliki arah. Sebuah vektor
dengan panjang satu disebut vektor satuan (unit vector). Jadi untuk sebarang

 

vektor A 0, vektor A / A adalah sebuah vektor satuan. Pada contoh A diatas,
maka vektor satuannya adalah

5i + 3 j
34
karena besarnya sama dengan

34 .

Soal-soal Latihan
1.

Tunjukkan bahwa ketiga garis bagi (garis yang membagi garis sama
panjang) pada suatu segitiga sembarang bertemu pada satu titik.

2.

Tunjukkan bahwa diagonal jajaran genjang membagi jajaran genjang sama


besar.

3.

Tunjukkan bahwa sebuah garis yang melalui titik tengah sisi pertama dan
sejajar sisi kedua, akan membagi dua sisi ketiga.

4.

Tunjukkan bahwa garis yang menghubungkan titik tengah dua sisi pada
sembarang segitiga akan sejajar dengan sisi ketiga dan panjang garis
tersebut sama dengan setengah panjang sisi ketiga.

_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

36

5.

Tunjukkan bahwa seluruh polinomial berderajat n dalam x


P( x) = a0 + a1x + a2 x 2 + ... + an x n =

ak x k

k =0

membentuk sebuah ruang vektor. Berapakah dimensi ruang ini? Carilah


sebuah himpunan vektor basis (tidak harus vektor satuan) yang menggelar
ruang ini.

6.

Tinjaulah himpunan seluruh pasangan bilangan real (a, b). Asumsikan


bahwa penjumlahan pasangan dan perkalian skalar didefinisikan sebagai
( a , b ) + (c, d ) = ( a + c, b + d )

(a, b) = (a, b) .
Tunjukkan bahwa dalam kondisi tersebut, pasangan bilangan tersebut tidak
membentuk sebuah ruang vektor.

Perkalian antara Vektor


Ada dua jenis perkalian antara dua buah vektor. Pertama, disebut perkalian
skalar (scalar product) atau perkalian titik (dot product) yang memberikan hasil
berupa besaran skalar. Kedua, disebut perkalian vektor (vector product) atau
perkalian silang (cross product) yang memberikan hasil berupa vektor juga.

Perkalian Skalar


Perkalian skalar antara vektor A dan B didefinisikan sebagai sebuah


besaran skalar yang sama dengan panjang A dikalikan panjang B dikalikan


cosinus sudut antara A dan B . Dituliskan sebagai
   
A B = A B cos .
Perkalian skalar memenuhi kaedah komutatif :
   
AB = BA .
Perkalian skalar juga memenuhi kaedah distributif :
_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

37

      
(B + C) A = B A + C A .

Sifat lain yang dimiliki oleh perkalian skalar adalah :


 
  

( A B) = (A) B = A (B)


Jika A dan B adalah fungsi parameter t maka :


 dB dA 
d  
+
B
( A B) = A
dt
dt
dt
Jika perkalian skalar ingin dinyatakan dalam bentuk komponenkomponennya, diperoleh
 
A B = ( Ax i + Ay j + Az k) ( Bx i + B y j + Bz k) .
Bentuk di atas mengandung sembilan suku, meliputi Ax Bx i i , Ax B y i j dan
seterusnya. Dengan menggunakan definisi perkalian skalar, diperoleh
i i = i i cos 0 = 1.1.1 = 1
dan serupa dengan itu :
j j = k k = 1 .
Sedangkan
i j = j k = k i = 0

karena sudut yang mengapit kedua vektor satuan yang berlaian tersebut sama
dengan 900 sehingga cos 900 = 0. Jadi diperoleh
 
A B = Ax Bx + Ay B y + Az Bz .
Jika diberikan dua vektor dengan nilai komponen-komponennya, dapat
dicari sudut yang mengapitnya.
Contoh soal :


Diketahui vektor A = 3i + 6 j + 9k dan B = 2i + 3 j + k , carilah sudut antara

kedua vektor tersebut.


Jawab :

A = 32 + 6 2 + 9 2 = 3 14
B = (2) 2 + 32 + 12 = 14
_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

38

 
A B = Ax Bx + Ay B y + Az Bz = AB cos

atau
cos =

Ax Bx + Ay B y + Az Bz
AB

6 + 18 + 9 21 1
=
=
42 2
3 14 14

sehingga

= 600 .


Jika dua vektor A dan B tegaklurus, maka
cos = 0
sehingga berlaku

Ax Bx + Ay B y + Az Bz = 0
Sedangkan jika kedua vektor tersebut sejajar, berlaku (jika tak ada komponen
yang bernilai nol)

Ax Ay Az
=
=
.
Bx B y Bz
(Tentu saja, jika misalnya Ax = 0 maka Bx = 0 ).
Penggunaan perkalian titik muncul pada konsep kerja (work) dalam
mekanika klasik. Kerja infinitesimal dW yang dilakukan pada sebuah partikel oleh


gaya F sepanjang pergeseran infinitesimal d s adalah
 
dW = F d s .

Hukum Newton kedua menyatakan bahwa gaya F yang bekerja pada partikel
bermassa m akan menyebabkan partikel tersebut mengalami percepatan sebesar

 F
a=
m
atau




dv
F = ma = m
dt

dengan v adalah kecepatan partikel. Laju kerja W terhadap waktu t selama gaya

F bekerja pada partikel adalah

_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

39



dW  d s  
dv 
= F
= Fv = m v,
dt
dt
dt

padahal

( )


 dv
d 2
d  
v = (v v ) = 2 v
dt
dt
dt
sehingga diperoleh

  d 1  dE
F v = mv 2 = K .
dt 2
dt


Persamaan terakhir di atas menyatakan bahwa laju gaya F yang bekerja

pada partikel berkecepatan v sama dengan perubahan energi kinetik E K terhadap

waktu t. Selain itu diperoleh pula bentuk berikut :




   
ds
dW = Fdt
= m dv v = p dv
dt

dengan momentum partikel p dirumuskan sebagai


p = mv .

Soal-soal Latihan
1.

Untuk dua buah vektor


a = 3i + m( j + k)
dan


b = i + 5 j + 2mk ,



carilah nilai m sedemikian sehingga vektor a tegak lurus dengan vektor b .

Untuk nilai m tersebut, carilah semua vektor satuan yang tegaklurus pada a

dan b .

2.

Sebuah partikel dikenai gaya



F = 3i + 2 j 4k N
sepanjang lintasan

r = 2i 3 j 4k m.

_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

40

Carilah kerja pada partikel tersebut.

3.



Jika A = i + 2 j 3k dan B = 2i 3 j k , carilah :


(a) Cosinus sudut antara A dan B .


(b) Panjang proyeksi A pada B .


(c) Vektor proyeksi A pada B .

4.

Tunjukkan bahwa

   
BA + AB
tegaklurus dengan

   
AB BA


untuk A dan B sembarang.

Perkalian Vektor / Silang




Perkalian vektor / silang antara dua vektor A dan B ditulis sebagai
 
AB

yang hasilnya didefinisikan sebagai sebuah vektor yang memiliki panjang dan
arah sebagai berikut :
 
 
 
Besar A B adalah A B = A B sin


dengan adalah sudut positif (0 1800) antara A dan B . Arah

 
C
= AB



adalah tegaklurus bidang A dan B dan mengikuti rotasi putar kanan dari A ke

B.


Perkalian silang antara A dan B tidak mematuhi kaedah komutatif. Jadi
 
 
A B tidak sama dengan B A . Perumusannya
 
 
AB = B A

sehingga
_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

41


 
 
AB + B A = 0 .


Jika A dan B sejajar atau berlawanan arah, maka sudut yang mengapit

keduanya 00 atau 1800 sehingga sin = 0 . Jadi


  


A B = 0 jika A dan B sejajar atau berlawanan arah
  

A A = 0 untuk sembarang vektor A .
Dengan menggunakan kaedah perkalian silang, diperoleh

i i = j j = k k = 0

i j = k , j i = k , j k = i ,
k j = i , k i = j , i k = j .
 
Untuk menuliskan bentuk A B secara eksplisit, bentuk tersebut dituliskan
sebagai
 
A B = ( Ax i + Ay j + Az k) ( Bx i + B y j + Bz k)
= i( Ay Bz Az B y ) + j ( Az Bx Ax Bz ) + k( Ax B y Ay Bx )

i
= Ax
Bx

Ay
By

k
Az .
Bz

 
Dari bentuk di atas, penyajian A B dapat dinyatakan dalam bentuk nilai
determinan matriks 3 3, dengan baris pertama berisi vektor-vektor satuan, baris

kedua berisi komponen vektor pertama ( A ), dan baris ketiga berisi komponen
 


vektor kedua ( B ). Karena A B adalah vektor yang tegaklurus pada A maupun

B , rumus di atas dapat digunakan untuk mencari vektor (termasuk vektor satuan)
yang tegaklurus pada keduanya.

Contoh soal :

Carilah seluruh vektor satuan yang tegaklurus pada vektor A = 2i + j k dan

B = i + 3 j 2k .

Jawab :

_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

42

k
1 = i + 3 j + 5k .
1 3 2

i j
 
AB = 2 1

Jadi vektor satuan yang dicari adalah

u =

i + 3 j + 5k
12 + 32 + 52

1
i + 3 j + 5k .
35

Selain hasil di atas, vektor satuan yang dicari adalah

1
i + 3 j + 5k
35

(Mengapa ?)

Delta dan Epsilon Kronecker



Dari bentuk penyajian komponen vektor A sebagai

A = Ax i + Ay j + Az k ,

bentuk tersebut dapat dituliskan sebagai


3

A = Ai ni
i =1

dengan
A1 = Ax , A2 = Ay , A3 = Az
dan vektor-vektor satuan

n1 = i, n2 = j , n3 = k .
Selanjutnya

diperkenalkan

kesepakatan

penjumlahan

Einstein

yang

menyatakan bahwa untuk indeks berulang, maka penjumlahan harus dilakukan


terhadap indeks tersebut. Adapun jika tidak ingin dijumlahkan maka hal tersebut

harus ditulis secara eksplisit. Berdasarkan aturan ini, bentuk penyajian vektor A
menjadi


A = Ai ni


Jika vektor A dikalikan skalar dengan vektor B , hasilnya
 
A B = ( Ai ni ) ( B j n j ) = Ai B j ni n j .
_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

43

Berdasarkan hasil perkalian skalar antara vektor-vektor satuan, maka dapat


disimpulkan bahwa perkalian skalar antara ni dan n j menghasilkan bentuk
1, i = j
ni n j = ij =
0, i j
Sebagai contoh :

11 = 22 = 33 = 1
sedangkan

12 = 21 = 13 = 31 = 23 = 32 = 0 .
Jadi

 
A B = Ai B j ij = Ai Bi
= Ax Bx + Ay B y + Az Bz .
Bentuk ij ini dinamakan delta Kronecker. Pada persamaan di atas telah
digunakan rumus

B j ij = Bi
untuk seluruh jangkauan j.


Adapun untuk perkalian silang antara A dan B , bentuknya dapat dituliskan

sebagai
 
A B = Ai ni B j n j = Ai B j ni n j = ijk Ai B j nk

dengan perkalian silang antara dua vektor satuan dirumuskan

ni n j = ijk n k .
Lambang ijk dinamakan sebagai epsilon Kronecker yang nilainya adalah

ijk

+ 1, ijk permutasi genap

= 1, ijk permutasi ganjil


0, jika selainnya

Definisi nilai di atas menegaskan bahwa jika pada indeks epsilon Kronecker
terdapat angka yang sama, nilainya sama dengan nol. Nilai epsilon Kronecker
baru tak lenyap jika seluruh angka pada indeksnya berbeda, serta bergantung pada
urutan perputaran genap atau ganjil.
_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

44

Lambang epsilon Kronecker yang tak lenyap adalah

123 = 231 = 312 = 132 = 213 = 321 = 1


sedangkan selainnya nol. Jadi dari 27 ( = 33 ) kemungkinan bentuk epsilon
Kronecker yang berindeks tiga, hanya ada 6 ( = 3! ) yang tak lenyap, sedangkan
sisanya sebanyak 27 lenyap.
Dari bentuk
 
 
A B = ( A B) k nk = ijk Ai B j n k

dapat disimpulkan bahwa

 
( A B) k = ijk Ai B j .
Jika bentuk di atas dijabarkan :
 
( A B)1 = A2 B3 A3 B2 ;
 
( A B) 2 = A3 B1 A1 B3 ;
dan

 
( A B)3 = A1 B2 A2 B1 .
Sementara itu dari bentuk di atas dapat pula disimpulkan pula bahwa :
 
Ai B j A j Bi = ijk ( A B) k


Perkalian silang antara A dan B dapat ditulis sebagai :
 
A B = ( A2 B3 A3 B2 )i + ( A3 B1 A1 B3 ) j + ( A1B2 A2 B1 )k
Selanjutnya dilakukan perkalian susun tiga vektor sebagai
  
( A B) C = ( ijk Ai B j n k ) (Cm n m )
= ijk kmn Ai B j Cm nn
Sementara itu

  
 
( A B) C = imn ( A B) i C m nn = ( Am Bn An Bm ) Cm n n
  
  
= ( Bn nn )( AmCm ) ( An nn )( BmCm ) = B( A C) A(B C) .
Untuk mencari kaitan antara epsilon dan delta Kronecker, dua persamaan di atas
ditulis sebagai

ijk kmn Ai B j Cm nn = ( Am Bn An Bm ) Cm nn
_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

45

atau

kij kmn ( Ai B j Cm nn ) = ( im jn in jm )( Ai B j Cm n n )
sehingga diperoleh

kij kmn = im jn in jm .
Jika dipilih i = m :

kmj kmn = mm jn mn jm = 3 jn jn = 2 jn .
Selanjutnya untuk j = n diperoleh

kmn kmn = 2 nn = 6 .
Contoh soal :
  



Carilah nilai ( A B) C jika A = i + j + k , B = i j + 2k dan C = 2i + j k .
Jawab :

k
1 1 = 3i j 2k .
1 1 2

i
 
AB = 1

Jadi

i
  
( A B) C = 3

1 2 = 3i + 7 j + k .
2 1 1

Nilai ini dapat pula dicari dengan menggunakan bentuk


  
  
  
( A B) C = B( A C) A (B C)


= 2B + 5A = 3i + 7 j + k .
Salah satu contoh penggunaan konsep perkalian silang adalah perumusan

gaya Lorentz F yang bekerja pada partikel bermuatan q yang bergerak dengan



kecepatan v yang berada dalam medan listrik E dan medan imbas magnet B .
Gaya Lorentz tersebut dirumuskan sebagai

  
F = q (E + v B ) .

_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

46



Jika partikel dalam keadaan rehat yang berarti v lenyap atau v sejajar atau

berlawanan arah dengan B maka gaya Lorentz di atas tereduksi menjadi gaya

Coulomb :


F = qE .

Contoh Soal :

Misalkan ingin dicari gaya Lorentz F yang bekerja pada partikel bermuatan q

yang bergerak dengan kecepatan


 c
v = (2i + 2 j + k)
5
dalam medan


E = E0 (i j k)
dan


B = 5E0 (i + j + 2k) / c .
Jawab :
i


v B = E0 2

j k
2 1 = E0 (3i 5 j + 4k)

1 1 2
sehingga

1 3


F = qE0 1 + 5 = qE0 (4i 6 j + 3k).
1 4
Penggunaan perkalian silang yang lain adalah pada momentum sudut rotasi


partikel yang bermassa m berkecepatan v yang berada pada vektor posisi r .
Momentum sudut rotasi partikel tersebut adalah
 

L = r mv .
Dengan menurunkan persamaan di atas ke waktu t, diperoleh



dL 
dv 
= rm
+ v mv .
dt
dt
Dengan mengingat
_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

47

  
vv = 0
dan

dv 
= F,
m
dt

diperoleh

dL   
= rF = .
dt

Jadi perubahan momentum sudut rotasi partikel terhadap waktu sama dengan
torka partikel tersebut. Jika gaya luar yang bekerja pada partikel tersebut lenyap,
maka perubahan momentum sudut rotasi terhadap waktu menjadi lenyap, atau
momentum sudut rotasi partikel bernilai kekal.
Soal
soal Latihan
1.

  
  
  
Buktikan bahwa A (B C) = B( A C) C( A B)

2.

 
 
 
 
Sederhanakan bentuk ( A B) (C D) dan ( A B) (C D)

3.

 
 
 
   
Hitunglah nilai ( A B) 2 + ( A B) 2 dan ( A B) 2 [(A B) B] A .

4.

  
  

  
Buktikan identitas Jacobi : A (B C) + B (C A) + C ( A B) = 0 .

5.



Jika diketahui tiga buah vektor A = 2i + 3 j 4k , B = 2i + 3 j + 4k serta

C = 2i + 3 j 4k , buktikan secara eksplisit bahwa
     
  
( A B) C = B( A C) A (B C)
dan
  
  
  
( A B) C = (B C) A = (C A ) B

6.

Carilah nilai ( akl amn )( bkn bml )

_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

48

7.


Carilah gaya Lorentz F yang bekerja pada partikel bermuatan q yang

bergerak dengan kecepatan


 c
v = (2i + j 2k)
5
dalam medan


E = E0 (3i 2 j + k)
dan


B = 5E0 (i j k) / c .

8.

Momentum sudut sebuah partikel bermassa m didefinisikan sebagai





L = mr (dr / dt ) .
Tunjukkan bahwa



dL / dt = mr (d 2 r / dt 2 ) .

Garis dan Bidang


Dalam geometri analitik, sebuah titik dapat ditandai oleh suatu koordinat
tiga dimensi ( x, y, z ) . Titik tersebut dapat dilambangkan melalui sebuah anak
panah, dengan pangkal di O dan ujung panah di titik tersebut. Vektor
yangdilambangkan anak panah tersebut ditulis sebagai

r = xi + yj + zk .
Vektor dapat digunakan untuk menghubungkan dua titik dalam ruang.

Misalnya vektor A yang menghubungkan titik (1, 2, 3) ke (4, 6, 8) adalah

A = (4, 6, 8) (1, 2, 3) = (3, 4, 5) = 3i + 4 j + 5k
atau juga dapat ditulis sebagai

4 1 3

A = 6 2 = 4 .
8 3 5

Dalam koordinat dua dimensi (x, y), persamaan garis lurus yang melalui titik
( x0 , y0 ) dengan kemiringan (slope) m dituliskan sebagai
_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

49

y y0
=m
x x0

atau
y = mx + ( y0 mx0 )
Diberikan sebuah garis pada dua dua dimensi dengan vektor

A = ai + bj .
Selanjutnya diketahui sebuah garis yang melalui titik acuan ( x0 , y0 ) dan

sembarang titik ( x, y ) serta sejajar dengan arah vektor A . Persamaan garis
tersebut adalah

 
r r0 = ( x x0 )i + ( y y0 ) j .

Vektor ini paralel dengan A = ai + bj , sehingga perbandingan komponenkomponen kedua vektor tersebut (untuk a, b 0) adalah

x x0 y y0
=
a
b
atau

y y0 b
= .
x x0 a
Persamaan di atas merupakan persamaan garis lurus bergradien m = b/a.

 
Keadaan di atas dapat ditulis dalam bentuk, bahwa karena r r0 dan A
sejajar, maka vektor yang satu adalah tetapan kali vektor yang lain, atau

 
r r0 = At
atau

  
r = r0 + At
dengan t adalah tetapan skalar. Besaran t tersebut dapat dipandang sebagai suatu
parameter sehingga persamaan di atas dapat dijabarkan menjadi

x x0 = at
dan

y y0 = bt .
_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

50

Dengan mengeliminasi, akan segera diperoleh kembali bentuk persamaan


y y0 b
= .
x x0 a

Dalam tiga dimensi, gagasan yang sama dapat kembali digunakan. Ingin
diperoleh persamaan garis lurus yang melalui titik tertentu ( x0 , y0 , z0 ) dan sejajar

dengan vektor A = ai + bj + ck . Jika ( x, y, z ) adalah sembarang titik pada garis
lurus tersebut, vektor yang penghubungkan titik ( x0 , y0 , z0 ) dan ( x, y, z ) akan

sejajar dengan A . Sehingga komponen-komponen x x0 , y y0 , z z 0

sebanding dengan komponen a, b dan c dari vektor A , dan diperoleh

x x0 y y0 z z 0
=
=
.
a
b
c
Persamaan di atas merupakan persamaan garis lurus dengan a, b dan c 0. Jika
misalkan c = 0, dari persamaan di atas diperoleh

x x0 y y0
=
, z = z0 .
a
b
Sebagaimana dalam kasus dua dimensi, dua persamaan terakhir di atas dapat
dituliskan sebagai

  
r = r0 + At
atau
x = x0 + at
y = y 0 + bt .
z = z 0 + ct
Kembali ditinjau pada dua dimensi, ingin dicari persamaan garis lurus L

yang melalui titik ( x0 , y0 ) dan tegaklurus terhadap vektor N = ai + bj .
Sebagaimana telah dituliskan di atas, vektor
 
r r0 = ( x x0 )i + ( y y0 ) j


melalui garis tersebut. Karena vektor tersebut tegaklurus dengan vektor N , maka
perkalian titik antara keduanya bernilai nol, yang memberikan
a ( x x0 ) + b( y y0 ) = 0
_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

51

atau
y y0
a
= .
x x0
b


Persamaan di atas adalah persamaan garis yang tegaklurus pada N .
Dalam kasus tiga dimensi, yang akan diperoleh adalah persamaan bidang
yang tegaklurus suatu vektor normal. Jika ( x0 , y0 , z0 ) adalah suatu titik dalam
bidang dan ( x, y, z ) adalah sembarang titik pada bidang tersebut, maka vektor
 
r r0 = ( x x0 )i + ( y y0 ) j + ( z z0 )k

terletak pada bidang tersebut. Jika N = ai + bj + ck adalah vektor normal /

 
tegaklurus terhadap bidang, maka N dan r r0 tegaklurus, seingga persamaan
bidang tersebut adalah

  
N (r r0 ) = 0
yang jika dijabarkan menjadi
a ( x x0 ) + b( y y0 ) + c( z z 0 ) = 0
atau
ax + by + cz = d
dengan
d = ax0 + by0 + cz0 .
Contoh soal :
Carilah persamaan bidang yang melalui tiga titik A (1, 1, 1), B (2, 3, 0) dan C (0,
1, 2).
Jawab :
Vektor yang menghubungkan titik-titik tersebut pasti terletak pada bidang yang
diinginkan. Dalam hal ini dapat dipilih dua vektor, yaitu

AB = (2, 3, 0) (1, 1, 1) = (3, 2, 1)


dan
AC = (1, 0, 3).

_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

52

Perkalian silang antara kedua vektor tersebut akan tegaklurus pada bidang. Vektor
tersebut adalah
i j

N = AB AC = 3 2

k
1 = 6i + 8 j 2k .

1 0 3


Sekarang persamaan bidang dengan arah normal diberikan oleh vektor N yang
melalui salah satu titik, katakanlah B, adalah
6( x 2) + 8( y 3) 2( z 0) = 0
atau jika disederhanakan menjadi
3x 4 y + z + 6 = 0 .

Contoh soal :
Carilah persamaan garis yang melalui (1, 0, 2) dan tegaklurus pada bidang di
atas.

Jawab :
Pada contoh di atas, vektor 3i 4 j + k tegaklurus pada bidang di atas, sehingga

vektor tersebut sejajar dengan garis yang ingin dicari. Karena itu persamaan garis
tersebut adalah

x 1 y 0 z (2)
=
=
.
3
4
1

Contoh soal :
Carilah jarak antara titik P (1, 2, 3) ke bidang 3 x 2 y + z + 1 = 0 .

Jawab :
Terlebih dahulu dipilih salah satu titik pada bidang, yaitu titik Q (1, 2, 0). Vektor
yang menghubungkan dari P ke Q adalah

PQ = (1, 2, 0) (1, 2, 3) = (0, 4, 3) = 4 j 3k .


Dari persamaan bidang, diperoleh vektor normal

N = 3i 2 j + k .
Karena itu jarak antara titik P ke bidang adalah proyeksi vektor PR ke vektor

normal N yang dirumuskan sebagai
_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

53


PQ N
083
11
Jarak =
=
=
14 .

2
2
2
14
N
3 + ( 2) + 1

Soal-soal Latihan
1.

Carilah sudut antara garis 2x + 3y = 6 dan 3x + 4y = 12.

2.

Carilah titik P pada garis x 4y = 8 sehingga garis yang menghubungkan


antara titik P dan titik (2, 2) tegaklurus pada garis x 4y = 8 tersebut.

3.

Carilah persamaan bidang yang tegaklurus vektor 2i j 2k dan melalui


titik ( 3, 2, 1).

4.

Tuliskan persamaan garis yang menghubungkan antara


(a)

Titik (3, 1) dan titik ( 2, 4)

(b)

Titik (2, 3, 4) dan titik (4, 6, 8)

5.

Carilah persamaan bidang yang melalui titik (1, 2, 3), (2, 3, 1) dan (3, 1, 2).

6.

Carilah jarak titik (1, 1, 1) ke bidang x + 2y + 3z = 10

7.

Carilah sudut antara bidang 2x + 3y 4z = 12 dan 3x y + 2z = 6.

8.

Carilah titik P pada bidang x + 2y + 3z = 6 sedemikian vektor yang


menghubungkan titik P dengan titik ( 2, 3, 1) tegaklurus bidang tersebut.

9.

Dalam kubus ABCDEFGH dengan panjang rusuk 2, titik P, Q dan R


berturut-turut adalah titik tengah ruas garis AB, CG dan DE. Hitunglah :
(a)

Jarak PH dan QR.

(b)

Jarak antara titik B ke ruas garis GQ.

_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

54

(c)

Jarak antara titik F ke bidang PGR.

(d)

Jarak antara garis FR dan garis PG.

(e)

Sinus sudut antara garis AG dan HQ.

(f)

Cosinus sudut antara garis CR dengan bidang DPQ.

(g)

Tangen sudut antara bidang AFH dan bidang APQ.

(h)

Luas bidang PQR.

Bebas dan Gayut Linear


Misalkan terdapat himpunan k buah vektor :
 

{b1 , b 2 ,..., b k } .
Himpunan tersebut disebut bebas linear jika dan hanya jika
k



 
s1b1 + s2b 2 + ... + sk b k = si b i = 0
i =1

kalau semua si = 0 (i = 1, 2, ..., k). Sebaliknya himpunan tersebut dikatakan gayut


linear / tak bebas linear jika dan hanya jika
k



 
s1b1 + s2b 2 + ... + sk b k = si b i = 0
i =1

tanpa semua si lenyap (i = 1, 2, ..., k).


Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa :

Dua buah vektor segaris pasti gayut linear.

Dua buah vektor sebidang tetapi tidak segaris pasti bebas linear.

Tiga buah vektor sebidang pasti gayut linear.

Tiga buah vektor dalam ruang 3 dimensi dan tidak sebidang pasti bebas
linear.

Empat buah vektor dalam ruang 3 dimensi pasti gayut linear.

N buah vektor dalam ruang N 1 dimensi pasti gayut linear.


Dimensi suatu ruang vektor V adalah cacah maksimum perangkat vektor

yang bebas linear dalam ruang V tersebut. Jadi dalam ruang vektor berdimensi N,
selalu dapat dicariN buah vektor yang bebas linear, tetapi setiap N + 1 vektor
_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

55

dalam ruang tersebut pasti gayut linear. N vektor yang dapat dicari dengan sifat
bebas linear tersebut dalam ruang vektor berdimensi N dapat diperlakukan sebagai
basis. Terhadap suatu perangkat basis

{b i =1,2,..., N } ,

sembarang vektor x dalam ruang berdimensi N dapat diuraikan menjadi :
N 




x = x1b1 + x2b 2 + ... + x N b N = xi b i .
i =1


xi (i = 1, 2, ..., N) adalah proyeksi vektor x terhadap basis.

Soal-soal Latihan
1.

Buktikan berlakunya ketaksamaan Schwartz :


 


A+B A + B

2.


Titik-titik dalam ruang fisis 3 dimensi dengan vektor letak r yang
memenuhi persamaan

r.n = n x x + n y y + n z z = h

terletak pada suatu bidang datar S yang tegaklurus pada vektor satuan

n = n x i + n y j + n z k
dan berjarak h dari pusat koordinat O.
a.


Carilah jarak sembarang titik T dengan vektor letak rT ke bidang S.

b.

Carilah persamaan bidang datar U yang melalui titik O dan tegaklurus


pada garis g yang menghubungkan titik A dengan vektor letak

rA = 2i + j
dan titik B dengan vektor letak

rB = 5i + 3 j + 6k .

c.

Carilah bidang datar W yang melalui titik C dengan



rC = i + j + k
dan sejajar dengan U. Tentukan jarak antara bidang U dan W.

_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

56

d.

Carilah bidang datar V yang melalui titik A, B dan C. tentukan


jaraknya dari titik O dan arah normal bidang V ini.

e.

3.

Hitunglah sisi-sisi, sudut-sudut serta luas segitiga ABC.

Tunjukkan bahwa titik-titik A, B dan C dengan vektor letak



rA = i + 4k ,

rB = 3i + 2 j + 5k
dan


rC = 6i + 3k
adalah titik-titik sudut suatu segitiga siku-siku. Hitung pula :
a.

nilai sudut lancipnya,

b.

letak titik beratnya

c.

luas segitiga tersebut.

d.

isi limas OABC.

4.

Carilah manakah di antara dua set vektor berikut ini yang gayut linear.



a.
a = (4, 1, 2), b = (1, 3,1), c = (3, 9, 3)



b.
a = (1, 0, 1), b = (2, 2, 1), c = (2,1, 5)

5.

Sebuah partikel bergerak sepanjang garis

x 3 y +1
= z 1.
=
2
2
a.

  
Tuliskan persamaan lintasan tersebut dalam bentuk r = r0 + A t .

b.

Carilah jarak terdekat partikel terhadap titik asal O.

c.

Jika t menyatakan waktu, tunjukkan bahwa waktu untuk jarak terdekat


tersebut diberikan oleh

  2
t = (r0 A) / A .

6.

Vektor momentum sudut dirumuskan sebagai



  
L = mr ( r ) .

_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

57




Ekspansikan rumus tersebut. Jika r tegaklurus dengan (yang berarti r

dan v terletak pada satu bidang), tunjukkan bahwa besar momentum sudut

adalah
L = mvr.

7.

   

Ekspansikan perkalian susun tiga a = ( r ) . Jika r tegaklurus dengan

, tunjukkan bahwa


a = 2 r .

8.

Dua partikel bermuatan yang bergerak menghasilkan dua gaya yang bekerja
pada pasangannya tersebut. Dua gaya tersebut sebanding dengan

 
v1 ( v 2 r )
dan




v 2 ( v1 r )

dengan r adalah vektor jarak yang menghubungkan kedua partikel.
Tunjukkan bahwa kedua gaya tersebut besarnya sama dan berlawanan arah
(hukum Newton tiga) jika dan hanya jika

  
r ( v1 v 2 ) = 0 .

9.


Tunjukkan bahwa sebarang vektor V pada sebuah bidang, dapat dinyatakan


sebagai kombinasi linear dari dua vektor tak sejajar A dan B pada bidang



tersebut, yaitu dalam bentuk V = aA + bB . Selanjutnya carilah nilai a dan
b.

 
 
(Petunjuk : Carilah hasil perkalian silang A V dan B V . Tunjukkan pula
bahwa

  
(B V ) n
a=   
(B A ) n

dengan n adalah vektor normal bidang. Dengan cara yang sama cari pula
nilai b.)
_______________________________________________________________________________

Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________

58

10.

Tunjukkan bahwa jarak titik ( x0 , y0 , z0 ) ke bidang ax + by + cz = d adalah


D=

ax0 + by0 + cz0 d


a 2 + b2 + c2

_______________________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

59

BAB III
MATRIKS, DETERMINAN
DAN PERSAMAAN LINEAR
Pada bagian ini akan ditelaah kombinasi aljabar dan geometri yang sangat
berguna dalam berbagai problem fisika. Dalam fisika, banyak persoalan yang
melibatkan penyelesaian berupa set persamaan linear, misalnya persoalan
rangkaian listrik dengan menggunakan hukum Kirchoff. Jika diasumsikan telah
diselesaikan dua persaman linear simultan untuk x dan y berupa penyelesaian x =
2 dan y = 3, maka penyelesaian tersebut dapat dipandang sebagai titik (2, 3)
dalam bidang (x, y). Jika dua persamaan linear yang melibatkan dua variabel
bebas dipandang mewakili dua persamaan garis lurus, pada penyelesaiannya
berupa titik potong antara dua garis tersebut. Penyajian tersebut merupakan
wilayah geometri.
Banyak problem dalam fisika memerlukan penyelesaian set persamaan
linear dalam beberapa variabel yang tak belum diketahui nilainya. Untuk
menyelesaikan set persamaan linear, dapat digunakan metode substitusi atau
eliminasi. Metode ini cukup berguna untuk menyelesaikan kasus sederhana,
misalnya dua persamaan yang berisi dua variabel. Namun, untuk persoalan yang
lebih kompleks diperlukan metode yang lebih sistematik, terpadu dan cepat dalam
mencari penyelesaian yang diinginkan. Akan ditinjau dua metode tersebut untuk
menyelesaikan set persamaan simultan. Metode pertama yang biasa digunakan
disebut reduksi baris (row reduction) atau eliminasi Gauss, biasanya digunakan
dan beguna dalam komputasi numerik dan cukup efisien untuk menyelesaikan
banyak persamaan linear dengan bantuan komputer. Metode kedua adalah metode
Cramer yang memberikan perumusan untuk menyelesaikan seluruh variabel
dengan menghitung determinan matriks yang ordenya sama dengan jumlah
variabel bebas. Untuk kedua metode tersebut diperlukan konsep matriks dan
determinan.
Ditinjau 3 persamaan linear yang berisi 3 variabel :
__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

60

2x + 5 y + z = 4
3x 4 y 2 z = 6
3x + 7 y 5 z = 8
Seluruh angka pada set persamaan tersebut dapat disusun sebagai

5
1 4
2

3 4 2 6 .
3 7 5 8

Bentuk di atas disebut matriks yang berode 3 4 karena berisi 3 baris dan 4
kolom. Pada matriks tersebut, sebagai contoh, angka 5 terletak pada baris ke satu
dan kolom ke dua. Angka 8 terletak pada baris ketiga dan kolom keempat.
Ada beberapa operasi matriks, yaitu :
1.

Kesamaan matriks .
Dua buah matriks dikatakan sama jika dan hanya jika orde kedua matriks

tersebut sama, serta komponen-komponen matriks yang letaknya sama bernilai


sama. Sebagai contoh

a + 2 2b c + d

b + d ae 2c f

4
2 d 1
b + 1
=

b + c e 5a
6

menghasilkan penyelesaian (buktikan !)

a = 1, b = 2, c = 3 d = 4, e = 5 dan f = 6.
2.

Transpos matriks

Jika terdapat

1 2 3

A =
4 5 6
maka

1 4

A = 2 5
3 6

dikatakan sebagai transpos matriks A. Mentranspos sebuah matriks berarti


menukar antara baris dengan kolom atau sebaliknya.
3.

Perkalian skalar

__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

61

Sebuah matriks dapat dikalikan dengan suatu bilangan skalar s sehingga


nilai komponen-komponennya menjadi s kali nilai komponen semula. Misalnya
1 2 3 5 10 15
=
.
5A = 5
4 5 6 20 25 30
4.

Penjumlahan / pengurangan matriks


Dua buah matriks atau lebih dapat dijumlakan atau dikurangi jika orde

matriks-matriks tersebut sama. Misalnya


1 2
4 3
dan B =

A =
3 4
2 1
maka
5 5

C = A + B =
5 5
dan
3 1
.
D = A B =
1
3

5.

Perkalian matriks dengan matriks


Dua buah matriks dapat dikalikan jika banyaknya kolom pada matriks

pertama sama dengan banyaknya baris pada matriks kedua. Matriks hasil
perkalian kedua matriks tersebut memiliki orde : banyaknya baris sama dengan
banyaknya baris pada matriks pertama dan banyaknya kolom sama dengan
banyaknya kolom pada matriks kedua. Misalnya

7

1 2 3
dan B = 8
A =
4 5 6
9

maka

7
1 2 3 50
8 =

AB =
4 5 6 9 122

sedangkan BA tidak didefinisikan.
Untuk dua matriks persegi (matriks yang jumlah baris sama dengan jumlah
kolom) seperti
__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

62

1 2

A =
3 4
dan
2 3

B =
4 1
maka
10 5

AB =
22 13
dan
11 16

BA =
7 12
yang berarti AB BA . Karena itu dapat dikatakan bahwa secara umum perkalian
matriks tidak bersifat komutatif.
6.

Invers matriks
Sebuah matriks persegi A memiliki invers A 1 sehingga
A A 1 = A 1 A = I

dengan I adalah matriks persegi identitas yang memiliki komponen-komponen


bernilai 1 hanya pada komponen diagonalnya, dan 0 untuk komponen selainnya.
Sebagai contoh,
1 2
7 2
dan A1 =

A =
3 7
3 1
sedemikian sehingga
1 0
= I .
A A1 = A1 A =
0 1
Konsep invers matriks sangat erat hubungannya dengan determinan matriks, yaitu
nilai karakteristik suatu matriks. Sebuah matriks persegi memiliki invers jika dan
hanya jika determinan matriks tersebut tidak sama dengan nol. Jika determinannya
sama dengan nol, matriks tersebut tidak memiliki invers, serta disebut pula
matriks singular. Contoh matriks singular adalah

__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

63

2 3

A =
8 12
yang menyebabkan tidak adanya matriks A1 untuk A tersebut.

Soal-soal Latihan
1.

2.

1 2
2 3
3 4
, B =
dan C =
, carilah :
Jika A =
3 4
4 1
1 2
a.

A + B, B C, AB, BA, BC.

b.

Tunjukkan bahwa AB BA, namun ( AB )C = A( BC ) .

Jika diketahui
6 4
x + y
x y x
=
+

3
3
z w 1 2w z + w
carilah nilai x, y, z dan w.

3.

Tunjukkan bahwa matriks-matriks :

cos 1 sin 1

R1 =
sin 1 cos 1
dan

cos 2
R2 =
sin 2

sin 2

cos 2

bersifat komut ( R1R2 = R2 R1 ).

Rotasi sumbu-sumbu koordinat


Dalam geometri analitik, terdapat suatu operasi rotasi dua dimensi yang
mentransformasi sumbu koordinat (x, y) menjadi sumbu koordinat (x, y). Jika
sudut rotasi adalah , persamaan rotasi sumbu-sumbu koordinat tersebut adalah
x' = x cos + y sin
y ' = x sin + y cos .

__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

64

Besaran yang mengandung dapat dinyatakan dalam bentuk


cos
A =
sin

sin

cos

yang dinamakan dengan matriks rotasi. Persamaan rotasi di atas dapat dinyatakan
sebagai persamaan matriks berikut :
x' cos
=
y ' sin

sin x

cos y

Persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai


r ' = Ar

dengan
x'
r ' =
y'
dan

x
r = .
y
Selanjutnya ingin dicari transformasi balik dari ( x' , y ' ) ke ( x, y ) . Dari

persamaan transformasi ( x, y ) ke ( x' , y ' ) , jika persamaan pertama dan kedua


masing-masing dikalikan sin dan cos , diperoleh
x' sin = x sin cos + y sin 2
dan

y ' cos = x sin cos + y cos 2 .


Dengan menjumlahkan kedua persamaan di atas diperoleh

y = x' sin + y ' cos


Adapun untuk x dapat dengan mudah dicari yaitu :

x = x' cos y sin


sehingga gabungan kedua persamaan transformasi balik dalam persamaan matriks
dapat dituliskan menjadi

x cos
=
y sin

sin x'
.
cos y '

__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

65

Dengan menggunakan hasil transformasi ( x, y ) ke ( x' , y ' ) diperoleh


x cos
=
y sin

sin cos

cos sin

sin x

cos y

1 0 x x
= .
=
0 1 y y
Hasil di atas menunjukkan bahwa matriks

cos

sin

sin

cos

merupakan invers matriks

cos
A =
sin

sin
.
cos

cos
A1 =
sin

sin
.
cos

Sehingga dapat dituliskan

Persamaan transformasi dari ( x' , y ' ) ke ( x, y ) dapat pula diperoleh dari


kaedah transformasi ( x, y ) ke ( x' , y ' ) dengan substitusi , sehingga

x = x' cos( ) + y ' sin( ) = x' cos y ' sin


dan

y = x' sin( ) + y ' cos( ) = x' sin + y ' cos .


Untuk bentuk di atas telah digunakan identitas
sin( ) = sin
dan
cos( ) = cos .

Determinan
Determinan matriks persegi A berorde n n dengan komponen baris ke i
dan kolom ke j yaitu aij dituliskan sebagai

__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

66

a11 a12 ... a1n


a
a22 ... a2n
Det A = 21
.


an1 an 2 ... ann
Sifat-sifat determinan matriks orde n n :
1.

Jika dua baris atau dua kolom dari determinan tersebut dipertukarkan, maka
nilai determinannya menjadi 1 nilai determinan semula.
Contoh :

1 2 3

4 5 6

2 1 3

4 5 6 = 1 2 3 = 5 4 6 .
7 8 9
7 8 9
8 7 9
2.

Jika dua baris atau lebih, begitu pula dengan dua kolom atau lebih adalah
identik (komponen-komponennya sama) maka nilai determinannya sama
dengan nol. Hal ini dapat ditunjukkan dengan mudah, mengingat jika baris
atau kolom dipertukarkan maka nilainya menjadi minusnya, padahal sama
sekali tidak mengubah nilai determinan semula (mengingat identiknya baris
atau kolom yang dipertukarkan). Jadi kalau nilai determinan sama dengan
minusnya, pasti nilai determinan tersebut sama dengan nol.
Contoh :
1

5
1

6
2

7
3

8
=0
4

9 10 11 12
karena komponen baris pertama sama dengan komponen baris ketiga.
Sedangkan
1
5
8

2 3 1
6 7 5
=0
9 10 8

9 11 12 9
karena komponen kolom pertama sama dengan komponen kolom keempat.

__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

67

3.

Jika komponen suatu baris atau suatu kolom dikalikan dengan tetapan s
maka nilai determinan menjadi s nilai determinan mula-mula. Sebagai
contoh :
1 2
3 8

=2,

maka
1 2
1
2
=
= 3 .2 = 6 .
9 24 3.3 3.8
4.

Jika suatu baris ditambah dengan s baris yang lain, maka nilai determinan
tidak berubah. Demikian juga untuk kolom. Contoh :

1 2 8
3 2 1 =1,
1 1 2
demikian juga dengan misalnya

1 + 2.3 2 + 2.2 8 + 2.1


3
1

2
1

1
2

7 6 10
=3 2
1 1

1 juga = 1 .
2

Dalam hal ini matriks terakhir dimodifikasi dalam bentuk baris pertama
ditambah 2 baris kedua.
5.

Untuk menghitung determinan matriks, dapat dilakukan ekspansi Laplace,


sehingga orde matriks dapat diperkecil sehingga memudahkan penghitungan
determinannya. Sebuah matriks yang memiliki komponen baris ke m dan
kolom ke n yaitu amn , nilai determinan matriknya dapat dirumuskan
melalui ekspansi Laplace sebagai
det A = (1) m + n M mn amn
dengan M mn adalah minor unsur amn yaitu determinan yang diperoleh dari
det A apabila baris nomor m dan kolom nomor n dihilangkan. Bentuk
(1) m + n M mn = K mn
sering dinamakan kofaktor unsur amn . Sebagai contoh :

__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

68

1
4

0
3

0 4
1 4
1 0
+ (1)(3)
+1
4 = 2
3 2
4 2
4 3
2
= 24 + 54 3 = 75

Contoh soal :
Nyatakan persamaan bidang yang melalui tiga titik (0, 0, 0), (1, 2, 5) dan (2, 1,
0) dalam bentuk determinan matriks.

Jawab :
Determinan matriks yang dimaksud adalah

z 1

0 1

5 1

= 0.

2 1 0 1

Contoh soal :
hitunglah determinan berikut ini :
1 2 3 4

D=

2 3 4 1
3 4 1 2

4 1 2 3

Jawab :
Dengan melakukan operasi sebagai berikut : Baris II 2 Baris I ; Baris III 3
Baris I ; Baris IV 4 Baris I, maka nilai D tetap.

D=

0 2

10

0 7 10 13
Dilakukan ekspansi Laplace terhadap seluruh komponen pada kolom I, sehingga
nilai D yang tak lenyap hanyalah

D = 2 8 10 = (1)3 2 8 10 .
7 10 13
7 10 13
__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

69

Dilakukan operasi : Baris II 2 Baris I ; Baris III 7 Baris I, sehingga

4
4
D = 0 4
4 = (1)
= 160 .
4 36
0 4 36
Setelah ditelaah beberapa sifat determinan, selanjutnya dikaji lebih lanjut
tentang invers matriks. Invers matriks A dirumuskan sebagai
A 1 =

1
CT
det A

dengan
Cmn = kofaktor amn .

Contoh Soal :
Carilah A 1 , untuk

a 0 b

A = 0 1 0
b c a

Jawab :
Det A = a 2 + b 2 .
Kofaktor setiap elemen di atas adalah :
Baris pertama :

Baris kedua

Baris ketiga

1 0
c a

=a,

0 b
c

0 b
1

b a

a b

0 1

= 0,

a b

= bc ,
=b,

0 0

b c

= a2 + b2 ,
= 0,

a 0
b c
a 0

0 1

= b
= ac
= a.

Sehingga

0
a

C = bc a 2 + b 2
b
0

ac
a

Jadi :

__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

70

bc
a
1
1
T
2
2
=
C =
0 a +b
2
2
det A
a +b
0
b

0 .
a

Rumus Cramer
Determinan matriks orde n n dapat digunakan untuk menentukan
penyelesaian n buah persamaan linear yang mengandung n variabel. Metode ini
dinamakan dengan metode Cramer (Cramers rule). Sebagai contoh mula-mula
ditinjau 2 buah persamaan linear dengan 2 variabel bebas x dan y :

a1x + b1 y = c1
a2 x + b2 y = c2 .
Dari dua persamaan di atas diperoleh penyelesaian

c b c2b1
x= 1 2
a1b2 a2b1
dan

a c a2 c1
y= 1 2
a1b2 a2b1
Bentuk penyelesaian di atas dapat dituliskan menjadi :

c1

b1

c b
x= 2 2
a1 b1
a2 b2
dan

a1
a
y= 2
a1
a2

c1
c2
.
b1
b2

Penyebut untuk dua penyelesaian di atas :

a
D= 1
a2

b1
b2

__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

71

dinamakan dengan determinan koefisien (determinant of the coeffisients). Adapun


pembilang pada penyelesaian di atas diperoleh dengan mengganti koefisien
variabel bebas yang ingin dicari dengan bilangan pada ruas kanan secara berturutturut.
Contoh :
Carilah set penyelesaian
2x + 3y = 3
x 2y = 5

Jawab :
D=

1 2

= 7 .

x=

1 3 3
21
=
=3
D 5 2 7

y=

1 2 3
7
=
= 1 .
D 1 5 7

dan

Metode Cramer ini dapat digunakan untuk menyelesaikan n persamaan dengan n


variabel jika D 0. Penyelesaian akan menghasilkan satu nilai untuk setiap
variabel. Metode ini bermanfaat jika misalkan akan dicari satu variabel tertentu.

Contoh :
Gunakan rumus Cramer untuk menentukan x dari persamaan di bawah ini.
( a b) x
abx

+ 2z = a2 + b2
a 3 y + bz = 0

( a + b ) x a ( a b) y

= a ( a b) .

Jawab :
Dengan menuliskan D sebagai :

ab

D = ab
a3
b
a + b a ( a b) 0
__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

72

= 2

a3

ab

a + b a( a b)

a b

a + b a ( a b)

= a ( 2 a 3 + a 2b + b 3 )
sehingga

1
x=
D

1
=
D

a2 + b2

2
3

0
a
b
a ( a b) a ( a b ) 0
a2 + b2
a
0

a
b
a ( a b) 0

a ( a b)
3

2
3

a 2 + b2
3

a ( 2a + a b + b )

2
b

= ab

Soal-soal Latihan
1.

Tunjukkan bahwa dengan menggunakan sifat-sifat determinan :

1 a bc
1 b ac = (c a)(b a )(c b)
1 c ab

2.

Tunjukkan, jika mungkin tanpa dengan menghitung, bahwa :

2 0
3 4

3
4 =0
0

Petunjuk : Lihatlah akibat pertukaran baris dengan kolom.

3.

Sebuah matriks persegi bersifat antisimetrik jika


amn = anm .
Tunjukkan bahwa determinan matriks antisimetrik bernilai nol jika orde
matriks ganjil.

__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

73

4.

5.

Carilah serta invers matriks berikut ini (jika ada) :


a.

2 3

4 5

b.

1 2 3

2 3 1
3 1 2

c.

1
1

Carilah determinan matriks berikut ini :

a.

b.

c.

6.

1 1 1

0 1 1
1 0 1

1 1 0

0 1 2 3
3 0 1 2
2 3 0 1
1 2 3 0
1
a

1
b

1
c

1
d

a2
a3

b2
b3

c2
c3

d2
d3

a 0
b c

b
c
0

Dalam persoalan rangkaian listrik (dalam hal ini jembatan Wheatstone),


terdapat set persamaan linear berikut :
( R3 + R4 ) I1 R3 I 2 R4 I 3 = V
R3 I1 ( R1 + R3 + R5 ) I 2 + R5 I 3 = 0
R4 I1 + R5 I 2 ( R2 + R4 + R5 ) I 3 = 0 .

__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

74

Gunakan metode Cramer untuk menentukan I 2 dan I 3 dinyatakan dalam


Ri dan V. Jika diketahui :
R1 = 10 , R2 = 12 , R3 = 14 , R4 = R5 = 15 , V = 9 V ,
carilah nilai I 2 secara eksplisit.

Jika pada set persamaan linear ternyata seluruh ruas kanan sama dengan nol,
serta det A 0, maka hanya muncul penyelesaian trivial, yaitu nilai seluruh
variabel tersebut = 0.

Contoh :
Pada set persamaan linear :

x + 3y + 2z = 0
x 2 y + 4z = 0
4x 2 y z = 0
maka diperoleh penyelesaian
x= y=z=0
karena

D = 1 2 4 0 .
4 2 1
Kasus ini dinamakan sistem persamaan linear homogen. Namun jika D = 0 ,
berarti tak semua dari set persamaan tersebut bebas. Salah satunya pasti
merupakan kombinasi linear dari persamaan linear lainnya. Dengan demikian
cacah persamaan yang bebas paling tidak kurang berkurang satu. Dengan
demikian, penyelesaian sistem persamaan linear homogen dengan D = 0 adalah
berupa perbandingan nilai antar variabel.

Contoh :
Untuk tiga persamaan linear dengan tiga variabel x, y dan z berikut :
x + 2 y + 3z = 0
2x + 3y 2z = 0
3x y + 5 z = 0

__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

75

ternyata

D = 2 3 2 =0.
3 1 5
Ini menunjukkan bahwa salah satu persamaan linear merupakan kombinasi linear
persamaan-persamaan linear lainnya (Hal ini dapat pula dilihat bahwa persamaan
ketiga sama dengan persamaan satu dikurangi persamaan kedua).
Perbandingan nilai antara
x1 : x2 : x3 = x : y : z
adalah sama dengan
M ( D 1) : (1) M ( D 2) : M ( D 3)
dengan M ( D k ) adalah determinan matriks D yang telah dihilangkan baris ke 3
(karena ada tiga variabel atau tiga persamaan) dan kolom ke k. Jadi
x: y:z =

3 2

2 2

2 3

= 13 : 4 : 7

Untuk mengecek kebenaran hasil tersebut, dengan melihat petunjuk bahwa


persamaan ketiga merupakan kombinasi linear persamaan pertama dan kedua,
maka keberadaannya dapat diabaikan. Karena itu persamaan linear yang tersisa
tinggal :

x + 2 y + 3z = 0
2x + 3y 2z = 0
Dari persamaan pertama dan kedua, dengan mengisikan misalnya nilai
x = 13,
berturut-turut diperoleh :
2 y + 3 z = 13 .
3 y 2 z = 26 .
Dua persamaan terakhir memberikan nilai
y = 4
dan
z = 7,
__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

76

sesuai dengan hasil di atas. Karen itu hasilnya adalah


x : y : z = 13 : 4 : 7 .
Salah satu penerapan determinan matriks adalah menentukan set fungsi
bebas atau gayut linear. Definisi bebas atau gayut linear ini menyerupai definisi
yang digunakan dalam analisis vektor. Fungsi f1 ( x), f 2 ( x),..., f n ( x) dikatakan
bebas linear jika kombinasi linearnya yang berbentuk
n

ak f k ( x) = 0

k =1

untuk semua ak = 0 (k = 1, 2, , n). Jika tidak semua ak = 0 , maka set fungsi


tersebut dikatakan gayut linear.

Contoh :

f1 ( x) = x dan f 2 ( x) = 3x maka

(3) x + (1).3 x = 0
yang menunjukkan bahwa kedua fungsi tersebut gayut linear. Sedangkan untuk

g1 ( x) = sin x dan g 2 ( x) = cos x


bersifat bebas linear, karena bentuk

a1 sin x + a2 cos x = 0
hanya mungkin untuk tetapan a1 = a2 = 0 .
Untuk banyak fungsi, menentukan bebas atau gayut linear dapat dilakukan
dengan menggunakan determinan Wronskian. Jika terdapat n buah fungsi :
f1 ( x), f 2 ( x),..., f n ( x) yang seluruhnya memiliki derivatif hingga derivatif ke n
1, maka set fungsi tersebut dikatakan bebas linear jika dan hanya jika nilai
determinan Wronskian W :

W=

f1 ( x)
f1 ' ( x)

f 2 ( x)
f 2 ' ( x)

f1 ' ' ( x)

( n 1)
f1
( x)

f 2 ' ' ( x)

( n 1)
f2
( x)

f 3 ( x)
f3 ' ( x)

...
...

f 3 ' ' ( x)
...

( n 1)
f3
( x) ...

f n ( x)
f n ' ( x)
f n ' ' ( x) 0 .

( n 1)
fn
( x)

Adapun jika W = 0, maka set fungsi tersebut gayut linear.

__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

77

Contoh :
Untuk tiga buah fungsi x, x 2 , x 3 maka
x

x2

x3

2 x 3x 2
x2
W = 1 2 x 3x 2 = x
1
2 6x
2
0 2 6x

x3
6x

= x(12 x 2 6 x 2 ) (6 x 3 2 x 3 ) = 2 x 3 0
yang menunjukkan bahwa set fungsi x, x 2 , x 3 bebas linear. Sedangkan untuk set
fungsi x, 2 x, x 2 maka
x 2x
W=1
0

2
0

x2
2x = 0
2

yang menunjukkan bahwa set fungsi x, 2 x, x 2 gayut linear. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan menuliskan
a1 x + a2 (2 x) + a3 x 2 = 0
yang tak perlu seluruh a1, a2 , a3 bernilai nol. Dengan mengisikan misalnya
a1 = 2, a2 = 1, a3 = 0 ,
bentuk kombinasi linear di atas tetap dipenuhi.

Soal-soal Latihan
1.

Selesaikan persamaan linear berikut :

x y + 2z = 5
a.

2x + 3 y z = 4
2x 2 y + 4z = 6
x 2y = 5

b.

2 x + 5 z = 10
3 y 4 z = 4

__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

78

x+ yz =4

c.

x y + 2z = 3
2x 2 y + 4z = 6
x 2 y + 3z = 0

d.

x + 4 y 6z = 0
2 x + 2 y 3z = 0

3x + 4 y + 5 z 2w = 0
e.

2 x 5 y z + 3w = 0
2x 3 y + 5z + w = 0
x + y z + 4w = 0

2.

Tunjukkan apakah set fungsi berikut ini bebas atau gayut linear.
a.

sin x, sin 2 x, sin 3 x

b.

x, e x , xe x

c.

eix , e ix , cos x, sin x

d.

sinh 2 x, cosh 2 x, e x , e 2 x

Soal-Soal Latihan
1.

Pergerakan partikel sepanjang sumbu x sebagai fungsi waktu t dengan


percepatan konstan diberikan oleh

x = x0 + v0 t + 1 at 2 ,
2

dengan x0 adalah posisi awal, v0 adalah kecepatan awal dan a adalah


percepatan konstan. Saat t = 1 detik, x = 47 cm ; saat t = 2 detik, x = 68 cm ;
dan saat t = 3 detik, x = 83 cm. Carilah nilai x0 , v0 dan a.

__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

79

2.

Tunjukkan bahwa :

cos

0
0

2 cos
1

cos

1
0
0
.

2 cos
1
0

1
2 cos
1

0
1
2 cos

0
0
0
.

a.

b.

.
.
0

0
1 = cos 3
2 cos

.
.
0

2 cos
.
1

= cos n

.
1
2 cos

untuk matriks orde n.

3.

Gunakan rumus Cramer untuk mencari x dan y dari persamaan transformasi


Lorentz dalam relativitas khusus berikut :
x' = ( x vt ) ,
t ' = (t vx / c 2 )
dengan
= (1 v 2 / c 2 ) 1 / 2 .

4.

Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan untuk meluruh hingga tersisa
menjadi separuh dari jumlah semula. Suatu sampel zat radioaktif berisi
komponen A dan B yang masing-masing memiliki umur paruh 2 jam dan 3
jam. Diasumsikan bahwa hasil peluruhan menjadi gas yang lepas ke udara
(maksudnya tidak lagi menyatu dengan zat mula-mula). Setelah 12 jam,
suatu sampel zat tinggal bermassa 56 gram, dan setelah 18 jam tinggal
bermassa 12 gram. Hitunglah massa A dan B mula-mula.

__________________________________________________________________

Matriks, Determinan dan Persamaan Linear


_________________________________________________________________________________________

80

5.

Matriks-matriks Pauli dalam mekanika kuantum dirumuskan sebagai


0 i
1 0
dan y =
.
0
0 1

0 1

, y =
x =
1 0
i
Tunjukkan bahwa :

1 0
.
0 1

a.

x2 = 2y = z2 = 1 =

b.

x y y x = 2i z ,
demikian juga untuk pasangan permutasi lainnya.

6.

Perkalian matriks berikut ini biasanya muncul dalam telaah lensa tebal di
udara :
0 1 (n 1) / R1
1 (n 1) / R2 1

A =
1
1
0
d / n 1 0

dengan d adalah tebal lensa, n adalah indeks bias, R1 dan R2 adalah jarijari kelengkungan permukaan lensa. Elemen A12 adalah 1 / f dengan f
adalah panjang fokus lensa. Carilah nilai A, panjang fokus, serta tunjukkan
bahwa det(A) = 1.

7.

Sementara itu perkalian matriks yang muncul dalam telaah dua lensa tipis di
udara adalah

1 1 / f 2 1 0 1 1 / f1

M =
1 d 1 0
1
0
dengan f1 dan f 2 adalah panjang fokus masing-masing lensa serta d adalah
jarak antara kedua lensa tipis tersebut. Elemen M 12 adalah 1 / f dengan f
adalah panjang fokus gabungan. Carilah M, det M dan f.

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

81

BAB IV
LIMIT, FUNGSI DAN TURUNAN
Fungsi adalah kaedah pemetaan (mapping) dari suatu nilai yang disebut
variabel bebas yang himpunannya merupakan wilayah (domain) fungsi, ke suatu
nilai lain (variabel tak bebas) yang himpunannya merupakan jangakauan (range)
fungsi.
Misalkan terdapat fungsi
f ( x) = 2 x + 4 ,
maka domain fungsi f (x) tersebut adalah

2 x < ,
atau jika ditulis :
domain f = [2, ).
Adapun range fungsi tersebut adalah
0 f (x) < ,
atau dapat ditulis :
range f = [0, ).
Misalkan terdapat fungsi
g ( x) = x 2 + 2 x 3 ,
maka
g (1) = 12 + 2.1 3 = 0
g (2 x) = (2 x) 2 + 2(2 x) 3 = 4 x 2 + 4 x 3 dan seterusnya.
Dari bentuk f (x) dan g (x) tersebut, maka komposisi fungsi dinyatakan
sebagai :
( f  g )( x) = f ( g ( x)) = 2 g ( x) + 4 = 2 x 2 + 4 x + 1
sedangkan

( g  f )( x) =

2x + 4

)2 + 2

2x + 4 3 = 2x + 1 + 2 2x + 4 .

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

82

Secara umum berlaku :


( f  g )( x) ( g  f )( x) .
Jika f adalah fungsi korespondensi satu-satu, maka f memiliki invers, yang
ditulis sebagai f 1. Jadi jika

y = f ( x)
maka

x = f 1 ( y ) .
Contoh :
Misalkan y = g ( x) =

2x + 3
. Carilah g 1 ( x) .
x4

Jawab :
y=

2x + 3
x4

xy 4 y = 2 x + 3
x ( y 2) = 4 y + 3
4y + 3
x = g 1 ( y ) =
y2
sehingga
g 1 ( x) =

4x + 3
.
x2

Misalkan
g ( x) = x 4
dan
( f  g )( x) = 2 x + 3
maka
g 1 ( x ) = x + 4 ,
sehingga
f ( x) = ( f  g  g 1 )( x) = ( f  g )( g 1 ( x)) = 2( x + 4) + 3
= 2x + 11.

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

83

Jika dicek, maka


( f  g )( x) = 2( x 4) + 11 = 2 x + 3 .
Sebaliknya jika

f ( x) =

x+3
3x 2

dan
( f  g )( x) = 2 x 5 ,
maka
f 1 ( x) =

2x + 3
,
3x 1

sehingga
2(2 x 5) + 3
g ( x) = ( f 1  f  g )( x) = f 1 (( f  g )( x)) =
3(2 x 5) 1

4x 7
.
6 x 16

Soal-soal Latihan
1.

2.

3.

Jika f ( x) = 2 x + 4 dan g ( x 2) =

x +1
, carilah
2x + 3

a.

f (2 x) , f ( x = 4) , g ( x + 3) , g ( x 2 + 1)

b.

( f  g )( x) , ( g  f )(2) .

c.

( f  f )(2 x) , ( g  g )(3 x 1) .

Carilah invers fungsi-fungsi berikut :


4x 1
2x + 5

a.

f ( x) =

b.

g ( y ) = 1 + (2 y 3)1 / 3

)3 / 2

Carilah ( f  g )( x) dan ( g  f )( x) jika

x 1
2x
__________________________________________________________________
f ( x) =

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

84

dan
g (2 x 3) =

4.

5.

3x
.
2x + 1

Carilah f (x) jika


a.

g ( x) = 2 x + 3 dan ( f  g )( x) =

b.

g 1 ( x) =

3x + 1
x+3

2x 1
dan ( f  g 1 )( x) = 3 .
2x 3

Tunjukkan bahwa :
a.

( f  g ) 1 = g 1  f 1

b.

( f 1 ) 1 = f

c.

( f  g 1 ) 1 = g  f 1

Macam-macam fungsi kontinu


1.

Fungsi konstan, seperti

f ( x) = 2 ,
yang berarti untuk domain f = (, ) maka range f = 2.
2.

Fungsi pangkat

f ( x) = ax n ,
yang jika diperluas menjadi fungsi polinomial berderajat n :

Pn ( x) = a0 + a1x + a2 x 2 + ... + an x n =

ak x k

k =0

yang kontinu untuk selang < x < .


Pada fungsi polinomial tersebut, jika n = 0, maka fungsi polinomial
tereduksi ke fungsi konstan :
P0 ( x) = a0 .

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

85

Jika n = 1, maka polinomial menjadi fungsi linear yang dapat pula


ditulis sebagai
y = f ( x) = mx + c .
Fungsi ini dalam penyajian grafik koordinat dua dimensi ( x, y )
berbentuk garis lurus dengan nilai gradien m serta memotong sumbu y di
titik (0, c).
Jika n = 2, maka polinomial tersebut menjadi fungsi kuadrat yang
dapat ditulis sebagai :
y = f ( x) = ax 2 + bx + c , a 0.
Dalam penggambaran grafik dua dimensi ( x, y ) , fungsi kuadrat ini
berbentuk parabola. Fungsi kuadrat ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Jika a > 0, fungsi terbuka ke atas, dan sebaliknya jika a < 0, fungsi
terbuka ke bawah.

Fungsi memiliki titik puncak, yaitu

xe =

b
2a

ye =

D
4a

dan

dengan
D = b 2 4ac
adalah diskriminan fungsi.
Titik puncak maksimum diperoleh untuk a < 0, sedangkan titik
puncak minimum untuk a > 0.
Parabola dengan titik puncak ( xe , ye ) dapat pula dinyatakan sebagai

y = a ( x xe ) 2 + ye .

Jika D

> 0, grafik fungsi memotong sumbu x di dua titik yang

berlainan. Dua titik potong tersebut adalah :

b D
2a
__________________________________________________________________
x1 =

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

86

dan
x2 =

b+ D
.
2a

Jika D = 0, grafik fungsi menyinggung sumbu x di satu titik, yaitu


x=

b
,
2a

yang juga sekaligus titik puncak.

Jika D < 0, grafik fungsi tidak memotong sumbu x. Dalam kasus ini,
jika a > 0, maka range fungsi selalu positif (definit positif), sedangkan
jika a < 0 maka range fungsi selalu negatif (definit negatif).

Jika pada fungsi kuadrat dipilih nilai y = 0, maka fungsi kuadrat tersebut
menjadi persamaan kuadrat :
ax 2 + bx + c = 0 , a 0.
Sifat-sifat persamaan kuadrat ini adalah :

Dengan diskriminan D = b 2 4ac , maka untuk :

D > 0, terdapat dua akar real yang berbeda.

D = 0, terdapat satu akar real.

D < 0, terdapat dua akar imaginer.

D = k 2 , terdapat akar rasional, untuk k bilangan rasional.

Akar-akar persamaan kuadrat tersebut adalah


x1,2 =

b D
.
2a

Dari akar-akar tersebut diperoleh rumus-rumus :

Jumlah dua akar : x1 + x2 =

Hasil kali dua akar : x1x2 =

Selisih dua akar : x1 x2 =

b
.
a

c
.
a

D
.
a

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

87

3.

Fungsi trigonometri f ( x) = sin x dan cos x kontinu untuk selang < x <
. Fungsi
f ( x) = tan x =

sin x
cos x

maupun
cot x =

1
tan x

masing-masing mengalami diskontinu di titik-titik


x = (n + 1 ) dan x = n
2

dengan n adalah bilangan bulat 0, 1, 2, dan seterusnya. Untuk fungsi


sin x dan cos x , periodenya adalah 2 , yaitu
f ( x + 2 ) = f ( x) ,
sedangkan untuk fungsi tan x dan cot x , periodenya adalah . Fungsi
trigonometri yang lain adalah

sec x =

1
cos x

csc x =

1
.
sin x

dan

Terdapat beberapa sifat-sifat fungsi trigonometri, yaitu :

sin 2 x + cos 2 x = 1

sec 2 x = 1 + tan 2 x

csc 2 x = 1 + cot 2 x

sin x = cos( x) = sin( x) = cos( 3 x) = sin( x)

cos x = sin( x) = cos( x) = sin( 3 x) = cos( x)

tan x = cot( x) = tan( x) = cot( 3 x) = tan( x)

sin( x y ) = sin x cos y cos x sin y

cos( x y ) = cos x cos y sin x sin y

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

88

4.

tan x tan y
1 tan x tan y

tan( x y ) =

sin 2 x = 2 sin x cos x

cos 2 x = cos 2 x sin 2 x = 2 cos 2 x 1 = 1 2 sin 2 x

tan 2 x =

2 sin x sin y = cos( x y ) cos( x + y )

2 cos x cos y = cos( x y ) + cos( x + y )

2 sin x cos y = sin( x + y ) + sin( x y )

2 cos x sin y = sin( x + y ) sin( x y )

sin x + sin y = 2 sin

x+ y
x y
cos
2
2

sin x sin y = 2 cos

x+ y
x y
sin
2
2

cos x + cos y = 2 cos

cos x cos y = 2 sin

tan

2 tan x
1 tan 2 x

x+ y
x y
cos
2
2
x+ y
x y
sin
.
2
2

x 1 cos x
sin x
=
=
2
sin x
1 + cos x

1 + sin 2 x = sin x + cos x

1 sin 2 x = sin x cos x

Fungsi-fungsi eksponen

y = ax
dengan a > 0 kontinu untuk selang < x < dengan range y > 0.
Jika a = e (bilangan logaritma alam), maka fungsi eksponensial e

kontinu dalam selang < x < , demikian pula dengan fungsi-fungsi


hiperbolik :

sinh x =

e x e x
,
2

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

89

e x + ex
cosh x =
2
dan
tanh x =

sinh x e x e x
=
.
cosh x e x + e x

Adapun fungsi
coth x =

1
tanh x

mengalami diskontinu di titik x = 0. Identitas yang terdapat dalam fungsifungsi hiperbolik adalah :

5.

cosh 2 x sinh 2 x = 1

sech 2 x = 1 tanh 2 x

csch 2 x = coth 2 x 1 .

Fungsi-fungsi inversi : Untuk fungsi-fungsi trigonometri terdapat fungsi


inversi yaitu arcsin x , arccos x , arctan x , arccot x , arcsec x dan arccsc x.
Jadi jika

y = f ( x) = sin x
maka
x = arcsin y .
Fungsi arcsin x dan arccos x hanya terdefinisi pada daerah 1 x 1,
sementara

fungsi

arctan x

dan

arccot x

terdefinisi

pada

daerah

< x < . Adapun fungsi arcsec x dan arccsc x terdefinisi pada selang
< x 1 dan 1 x < .

Fungsi eksponen mempunyai inversi yang disebut fungsi logaritmik.


Jadi jika
y = ax ,
maka
x = a log y , a > 0 dan a 1.
Khusus untuk a = e maka

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

90

x = e log y = ln y .
Fungsi y = ln x kontinu untuk 0 < x < .
Sedangkan inversi fungsi hiperbolik
y = sinh x
adalah
x = sinh 1 y .
Fungsi y = sinh 1 x kontinu untuk < x < .
Fungsi y = cosh 1 x kontinu untuk 1 x < .
Fungsi y = tanh 1 x kontinu untuk 1 < x < 1.
Fungsi y = coth 1 x kontinu di daerah x < 1 atau x > 1 .

Soal-soal Latihan
1.

Carilah titik potong antara dua fungsi linear : 2 x + 3 y = 6 dan 3 x + y = 9 .

2.

Carilah hubungan antara a1 , a2 , b1 dan b2 jika dua fungsi linear

a1x + b1 y = c1 dan a2 x + b2 y = c2 :

3.

4.

a.

Sejajar

b.

Tegaklurus

c.

Membentuk sudut 450.

Diketahui sebuah fungsi kuadrat y = x 2 4 x 28 . Carilah :


a.

Titik potong dengan sumbu x dan sumbu y.

b.

Titik puncak fungsi

c.

Titik singgung dengan garis ax + 2 y = 8 . Cari pula a.

Carilah fungsi kuadrat yang :


a.

Melalui titik (1, 2), (2, 4) dan (3, 8)

Melalui titik (2, 1) dan titik puncak (3, 4).


b.
__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

91

c.

Melalui titik potong dengan sumbu x di (1, 0) dan (3, 0) dan titik
potong dengan sumbu y di (0, 3).

5.

Carilah nilai m agar :


a.

Fungsi y = x 2 + (m + 1) x + (2m 3) memotong sumbu x di dua titik


yang berlainan.

b.

Garis y = mx + 3 menyinggung fungsi y = mx 2 + 2 x + m .

c.

Fungsi y = mx 2 + (m 2) x + 12 selalu bernilai positif untuk seluruh


jangakauan x.

6.

Diketahui persamaan kuadrat 2 x 2 + 3 x 5 = 0 memiliki akar-akar a dan b.

Carilah :

7.

a.

a+b,

b.

ab ,

c.

ab ,

d.

a 2 + b2

e.

a 3 + b3 .

Jika a dan b adalah akar-akar persamaan x 2 + 4 x + 2 = 0 , carilah persamaan


kuadrat baru yang akar-akarnya :
a.

2a dan 2b

b.

a3
b3
dan
2
2

c.

8.

a + 2 dan

b + 2.

d.

Kurang tiga dari akar persamaan yang lama.

e.

Setengah dari akar persamaan yang lama

Tunjukan berlakunya identitas rumus-rumus trigonometri di atas.

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

92

9.

Carilah harga x (0 < x < 2 ) yang memenuhi persamaan trigonometri


berikut :
a.

tan x + cot x = 4 cos 2 x

b.

2 sin 2 x + 5 cos x = 4

c.

cos x cos 2 x = 1 .
2

Limit Fungsi
Definisi Limit Fungsi : Diberikan fungsi f (x) yang didefinisikan pada interval
terbuka yang memuat bilangan x0 . Limit fungsi f (x) dengan x mendekati x0
adalah bilangan L yang ditulis sebagai :

lim f ( x) = L
x x0
jika untuk setiap > 0 yang diberikan, terdapat bilangan > 0 sedemikian
sehingga

f ( x) L <
untuk setiap x domain f (x) dan

0 < x x0 < .
Sifat-sifat Limit Fungsi
Berikut ini akan dituliskan beberapa sifat limit fungsi yang akan
memudahkan penghitungan limit.
(1)

(2)

(3)

lim{af ( x) + bg ( x)} = a lim f ( x) + b lim g ( x)


x x0

x x0

x x0

lim{ f ( x).g ( x)} = lim f ( x). lim g ( x)


x x0

x x0 x x0

lim{ f ( x) / g ( x)} = lim f ( x) / lim g ( x)


x x0

x x0

x x0

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

93

(4)

lim F { f ( x)} = F {lim f ( x)}


x x0

x x0

Contoh-contoh limit fungsi :


sin x
x
tan x
x
= lim
= lim
= lim
= 1.
x
sin x
x
tan x
x0
x0
x0
x0

lim

ln(1 + x)
= lim ln(1 + x)1 / x = ln lim(1 + x)1 / x = ln e = 1.
x
x0
x0
x0

lim

x2 4
( x 2)( x + 2)
lim
= lim
= lim x + 2 = 4.
x2
x2
x2
x2
x2
Dengan substitusi
ex 1 = u
sehingga
x = ln(1 + u )
maka

ex 1
u
ln(1 + u )

lim
= lim
= lim
x
ln(1 + u )
u
x0
u0
u0

= 1.

Selanjutnya dengan mengingat


u

1
lim1 + = e
u
x
maka

lim1 +

3x

= lim1 +
( x / 2)
x/2

6 ( x / 2)

= e6

Soal-soal Latihan
__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

94

1.

Carilah nilai limit-limit di bawah ini :


a.

b.

xk ak
xa
xa

lim

lim

sin x tan x

x3

x0
c.

lim x 2 + 2 x + 5 x 2 3x + 4
x

d.

x2 + 2

lim
x2 1

e.

lim
x0

x 2 +3

x2
cos x sec x

Turunan Fungsi
Jika terdapat suatu fungsi y = f (x) , maka perilaku suatu titik sembarang (x,
y) yang terletak pada fungsi tersebut dapat diselidiki dengan mencari apakah pada
titik tersebut, kurva bersifat naik / turun atau stasioner. Cara menyelidikinya
adalah dengan menentukan tangen sudut garis singgung kurva y = f (x) di titik (x,
y) tersebut. Jika adalah sudut kemiringan garis singgung tersebut, maka :

Untuk tan > 0 , fungsi tersebut naik di titik itu.

Untuk tan < 0 , fungsi tersebut turun di titik tersebut.

Untuk tan = 0 , fungsi tersebut mendatar / stasioner di titik tersebut.


Dari kasus tersebut, lahirlah konsep berikut turunan fungsi y = f ( x)

dy
f ( x + h) f ( x)
= lim
dx
h
h0
(Untuk penjelasan dan penjabaran lebih terinci, silakan dilihat pada buku-buku
Kalkulus standar). Turunan pertama y = f ( x) ditulis sebagai

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

95

y' =

dy df
=
= f ' ( x) .
dx dx

Turunan kedua, ketiga dan seterusnya dituliskan sebagai

y ' ' = f ' ' ( x) =

d2y
dx 2

d3y
y ' ' ' = y (3) =
, dan seterusnya.
dx 3
Dengan menggunakan definisi turunan fungsi, dapat diperoleh beberapa
rumus-rumus penting turunan (derivatif) :
1.

Jika F ( x) = af ( x) + bg ( x) maka
dF
df
dg
=a
+b
dx
dx
dx

2.

Jika F ( x) = f ( x) g ( x) maka
dF df
dg
=
g+ f
dx dx
dx

3.

Jika F ( x) =

f ( x)
maka
g ( x)
df
dg
g f
dF dx
dx = f ' g fg '
=
dx
g2
g2

4.

Jika F ( x) = F{ f ( x)} maka

dF dF df
=
.
dx
dx dx
Berikut ini disajikan nilai turunan fungsi-fungsi elementer
1.

Jika F ( x) = c , maka

dF
=0.
dx
2.

Jika F ( x) = x n maka

F ' = nx n 1 .
3.

Jika F ( x) = a x maka

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

96

F ' = a x ln a .
Khusus untuk a = e :

F ( x) = e x
maka

F'= ex .
4.

Jika F ( x) = a log x maka

F '=

1
.
x ln a

Khusus untuk a = e :
F ( x) = ln x
maka
F'=
5.

1
.
x

Jika F ( x) = sin x maka


F ' = cos x

6.

Jika F ( x) = cos x maka


F ' = sin x

7.

Jika F ( x) = tan x maka


F ' = sec 2 x

8.

Jika F ( x) = cot x maka


F ' = csc 2 x

9.

Jika F ( x) = sec x maka


F ' = sec x tan x

10.

Jika F ( x) = csc x maka


F ' = csc x cot x

11.

Jika F ( x) = arcsin x maka

F'=

1
1 x2

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

97

12.

Jika F ( x) = arccos x maka


1

F'=
13.

Jika F ( x) = arctan x maka


F'=

14.

1 x2

1
1+ x2

Jika F ( x) = arccot x maka


F'=

15.

1
x x2 1

Jika F ( x) = arccsc x maka


F'=

17.

1+ x2

Jika F ( x) = arcsec x maka


F'=

16.

1
x x2 1

Jika F ( x) = sinh x maka


F ' = cosh x

18.

Jika F ( x) = cosh x maka


F ' = sinh x

19.

Jika F ( x) = tanh x maka

F ' = sech 2 x
20.

Jika F ( x) = coth x maka

F ' = csch 2 x
21.

Jika F ( x) = sech x maka


F ' = sech x tanh x

22.

Jika F ( x) = csch x maka


F ' = csch x coth x

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

98

Soal-soal Latihan
1.

Buktikan rumus-rumus di atas.

2.

Carilah turunan pertama fungsi-fungsi berikut :

3.

a.

y = xx

b.

y = arcsin

c.

1
y = ln 1 cot
x

d.

y = cosh e arccos( x

x+2
ex

Carilah nilai turunan fungsi di bawah ini pada titik x = 0 atau pada
pengambilan limit x 0 , jika nilainya ada :
cos(ln[ x + 1])
ln(cos[ x + 1])

a.

y=

b.

y = x sin x + (sin x) x

c.

e sin x
(sin x) e

y=

Deret Taylor dan Deret Maclaurin


Pandang sebuah fungsi f ( x) yang diuraikan ke dalam deret pangkat dalam
( x x0 ) menurut :
2

f ( x) = a0 + a1 ( x x0 ) + a2 ( x x0 ) + ... =

ak ( x x0 ) k .

k =0

Jika ke dalam rumus di atas diisikan nilai x = x0 diperoleh


a 0 = f ( x0 ) .

Jika f ( x) diturunkan satu kali, kemudian hasilnya diisikan nilai x = x0 , diperoleh

df
x = x0 .
dx
__________________________________________________________________
a1 =

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

99

Selanjutnya jika f (x) diturunkan dua kali, kemudian hasilnya diisikan nilai
x = x0 , diperoleh

2a 2 =

d2 f
dx 2

x = x0 .

Jika proses penurunan ini dilakukan terus hingga turunan ke n, yang kemudian
hasilnya diisikan nilai x = x0 , diperoleh

an =

1 dn f
x = x0 .
n! dx n

Jadi

f ( x) =

(x x )k k
d f
0
x = x0
k!
dx k
k =0

Bentuk di atas adalah deret Taylor untuk fungsi f ( x) di sekitar titik x0 .


Jika diisikan x0 = 0, diperoleh deret Maclaurin :

x k d k f ( 0)
f ( x) =
.
dx k
k = 0 k!
Contoh soal :
Tentukan deret Maclaurin untuk fungsi e x .

Jawab :
Mengingat turunan ke n untuk fungsi e x sama dengan e x , yang jika diisikan x = 0
bernilai 1, maka

ex =

xk

k! = 1 + 1 +

k =0

x 2 x3
+
+ ... , < x <
2
6

Berikut ini disajikan bentuk-bentuk deret Maclaurin yang lain :

x 2 k +1
sin x = (1)
(2k + 1)!
k =0

1.

= x
2.

cos x =

x3 x5 x7
+

+ ... , < x < .


3! 5! 7!

(1) k

k =0

x 2k
(2k )!

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

100

= 1

3.

ln(1 + x) =

x2 x4 x6
+

+ ... , < x <


2! 4! 6!

(1)

k =0

= x
4.

k x

k +1

k +1

x 2 x3 x 4
+

+ ... , 1 < x 1
2
3
4

1
= (1) k x k
1 + x k =0

= 1 x + x 2 x 3 + ... , 1 < x < 1


Dari fungsi y = f (x) , maka turunan fungsi tersebut di titik x = x0 adalah

f ' ( x0 ) . Jika :
f ' ( x0 ) = 0 dan f ' ' ( x0 ) > 0 maka titik ( x0 , y0 ) adalah titik maksimum relatif.
f ' ( x0 ) = 0 dan f ' ' ( x0 ) < 0 maka titik ( x0 , y0 ) adalah titik minimum relatif.
f ' ( x0 ) = 0 dan f ' ' ( x0 ) = 0 maka titik ( x0 , y0 ) adalah titik belok.

Soal-soal Latihan
1.

Ekspansikan deret Taylor untuk fungsi ln x di sekitar x = 1. Selanjutnya


carilah nilai ln 0,99 sampai lima angka desimal.

2.

Ekspansikan fungsifungsi berikut dalam deret Maclaurin :


a.
ln(1 + x) dan carilah nilai ln 0,98.

e x dan carilah nilai e 0,1 , keduanya teliti empat angka di belakang


koma.

b.

3.

Ekspansikan cos x di sekitar x = 3 / 2 .

4.

Pada telaah tetapan Madelung dalam zat padat, terdapat bentuk deret
1 1 + 1 1 + ... . Carilah nilai deret tersebut dengan menggunakan bentuk
2

deret ln (1 + x).

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

101

5.

Pada telaah difraksi Fresnel dalam optika, muncul bentuk integral berikut
1

I = sin x 2 dx .
0

Dengan mengekspansikan sin x 2 , carilah nilai integral tersebut hingga lima


angka desimal.

6.

Kecepatan elektron v yang dihasilkan dari akselerator energi tinggi, nilainya


hampir mendekati laju cahaya c. Jika diberikan tegangan akselerator V,
rumus relativistik kecepatan elektron tersebut adalah
v = c 1

1
. (V bersatuan juta volt).
4V 2

Dengan menggunakan deret binomium, carilah nilai 1 v / c jika :


a.

V = 100 juta volt,

b.

V = 25.000 juta volt

c.

V = 100 giga volt.

Penerapan Turunan
Ditinjau penerapan turunan pada kasus mekanika. Sebuah partikel bergerak
lurus dengan persamaan gerak

x(t ) = mt 2 + nt + p .
Maka :
1.

Saat t = 0, maka posisi partikel terletak di x0 = x(t = 0) = p

2.

Laju partikel adalah v =

3.

Laju partikel saat t = 0 adalah v0 = n .

4.

Percepatan partikel adalah a =

dx
= 2mt + n .
dt

dv
= 2m .
dt

Karena itu dari persamaan laju dan percepatan partikel diperoleh

v = v0 + at .
__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

102

Sementara itu dari posisi partikel diperoleh

x = x0 + v0t + 12 at 2 .
Hubungan antara v, v0 , a, x dan x0 dapat dituliskan sebagai
v 2 = v02 + 2a ( x x0 )
Sementara itu hubungan antara v, v0 , t , x dan x0 ditulis dalam bentuk

x = x0 + 12 t (v + v0 )
Selanjutnya dibahas penerapan turunan untuk menentukan maksimum atau
minimum pada luasan tertentu. Ditinjau sebuah tali yang panjangnya l. Tali
tersebut dipotong menjadi dua bagian, satu bagian dibuat lingkaran dan satu
bagian dibuat bujursangkar. Ingin dicari panjang potongan tali masing-masing,
agar jumlah kedua luas tersebut bernilai minimum.
Misalkan panjang tali lingkaran dan bujursangkar berturut-turut x dan l x.
Maka
Luas lingkaran = ( x / 2 ) 2 =

x2
,
4

sedangkan
luas bujursangkar =

(l x) 2
.
16

Jumlah kedua luas tersebut :

1
lx l 2
1
L=
+ x2 + .
8 16
4 16
Dengan menurunkan L ke x diperoleh
dL 1 1
l
=
+ x = 0
dx 2 8
8
atau
x=

l
4 + 1

Dengan menurunkan L sekali lagi ke x diperoleh

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

103

d 2L
dx

1 1
+ >0
2 8

yang menunjukkan bahwa x yang diperoleh adalah titik minimum. Jadi agar
jumlah luas keduanya minimum :
panjang tali untuk lingkaran =

l
4 + 1

sedangkan
panjang tali untuk bujursangkar =

4 l
.
4 + 1

Soal-Soal Latihan Tambahan


1.

2.

Carilah Volume maksimum beserta ukuran :


a.

tabung lingkaran tegak dalam sebuah kerucut lingkaran tegak.

b.

tabung lingkaran tegak dalam sebuah bola berjari-jari r.

c.

kerucut lingkaran tegak dalam bola berjari-jari r.

Kuat penerangan pada sebuah titik berbanding terbalik dengan jarak titik
tersebut dari sumber cahaya, serta berbanding lurus terhadap intensitas
cahaya. Jika terdapat dua sumber cahaya yang berjarak x dan masingmasing memiliki intensitas I1 dan I 2 , tentukanlah pada titik manakah di
antara kedua sumber cahaya tersebut sehingga jumlah kuat penerangan
menjadi minimum ?

3.

Sebuah beban yang dihubungkan ke sebuah pegas bergerak sepanjang


sumbu x sehingga koordinat x pada saat t adalah
x = sin 2t + 3 cos 2t .
Tentukan jarak terjauh beban dari titik asal.

4.

Seorang penjelajah ruang angkasa bergerak dari kiri ke kanan sepanjang


kurva y = x . Jika ia mematikan mesinnya, ia akan bergerak sepanjang
2

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

104

garis singgung pada titik di mana ia saat itu berada. Pada titik mana ia harus
mematikan mesin agar ia dapat mencapat titik (4, 10) ?

5.

Jika sebuah benda dilempar ke atas dari suatu ketinggian awal s0 meter
dengan kecepatan awal v0 meter/detik maka rumus ketinggian benda
tersebut s dari tanah sebagai fungsi waktu t adalah

s = 5t 2 + v0t + s0 .
Jika s0 = 100 meter dan v0 = 50 meter/detik

6.

a.

Kapankah benda mencapai ketinggian maksimum ?

b.

Berapakah ketinggian maksimum ?

c.

Kapankah ia tiba di tanah ?

d.

Dengan kecepatan berapakah ia tiba di tanah ?

e.

Berapakah kecepatan dan percepatan benda saat t = 2 detik ?

Gunakan konsep turunan ekstrem dan asas Fermat tentang lintasan cahaya,
untuk menunjukkan berlakunya hukum Snellius tentang pemantulan dan
pembiasan.

7.

Perumusan Klein-Nishina untuk hamburan foton oleh elektron mengandung


suku yang berbentuk

f ( ) =

(1 + ) 2 + 2 ln(1 + 2 )

2 1 + 2

dengan = hv / mc 2 0 . Carilah nilai :


a.

f ( = 1) ,

b.

lim
f ( )
,
0

c.

lim
f ( )

d.

titik ekstrem beserta sifatnya.

__________________________________________________________________

Limit, Fungsi dan Turunan


_________________________________________________________________________________________

105

x 2 x3 x 4
(Petunjuk : ln(1 + x) = x
+

+ ... )
2
3
4

8.

Sebuah partikel dengan massa m bergerak sepanjang sumbu x sehingga


posisi x dan kecepatan = dx / dt memenuhi persamaan
m(v 2 v02 ) = k ( x02 x 2 )
dengan v0 , x0 dan k adalah tetapan. Buktikan bahwa

9.

dv
= kx
dt

Dalam teori relativitas khusus, energi sebuah elektron bermassa rehat m


yang bergerak dengan kecepatan v adalah

E=

mc 2
2

1 v / c

Carilah dua suku pertama dalam ekspansi deret


(1 v 2 / c 2 ) 1 / 2
2

dan kalikan dengan mc . Apakah bentuk suku kedua dalam ekspansi


tersebut, jika v / c bernilai kecil ?

__________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

106

BAB V
INTEGRAL
Pengertian integral muncul dalam dua konteks, yaitu :
1.

Integral sebagai inversi (kebalikan) dari penurunan (derivatif) atau


antiderivatif yang dalam hal ini disebut juga integral tak tentu (indefinite).

2.

Integral sebagai limit jumlah yang dikenal sebagai integral tertentu (definite)
atau integral Riemann.

Integral sebagai Inversi Penurunan (Anti Derivatif)


Suatu fungsi F(x) dapat dituliskan sebagai
F ( x) = f ( x) dx
jika

f ( x) =

d
F ( x) .
dx

Fungsi yang diperoleh dari proses integral f (x) ini tidaklah tunggal. Bentuk
F (x) dapat ditambah dengan suatu tetapan integrasi C yang boleh bernilai
sembarang, karena fungsi induk yang baru ini yaitu
Finduk = F ( x) + C
memenuhi pula
dFinduk dF
=
= f ( x) .
dx
dx

Rumus-rumus Integral dasar dan Metode Pengintegralan


Berikut

ini

disajikan

rumus-rumus

dasar

yang

digunakan

dalam

pengintegralan.


n
x dx =

x n +1
+ C , n 1
n +1

dx
= ln x + C
x

_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

107





ax
e dx =

e ax
+C
a

sin x dx = cos x + C
cos x dx = sin x + C
tan x dx = ln sec x + C

cot x dx = ln sin x + C
sec x dx = ln sec x + tan x + C
csc x dx = ln csc x cot x + C
sinh x dx = cosh x + C
cosh x dx = sinh x + C
tanh x dx = ln cosh x + C
coth x dx = ln sinh x + C
1
sech x dx = tan (sinh x) + C

csch x dx = ln tanh( x / 2) + C .









Penjabaran / penurunan rumus-rumus tersebut dapat dilihat pada buku-buku


kalkulus standar.

Soal-soal Latihan
1.

Hitunglah integral-integral berikut ini :


a.

dx

ax + b
x 2 dx
ax + b

b.

c.

x2 a

d.

cos
e

e.

dx
2

sin 2 x dx

2 x 2 + 3 dx

_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

108

2.

Diketahui persamaan

dy
x
= 2
. Jika untuk x = 2, nilai y = 2, carilah
dx x + 4

nilai y untuk x = 0.

Pengintegralan Parsial
Integral parsial dirumuskan sebagai :

u dv = uv v du
Contoh :



2 ax

x e dx = xe / a (1 / a) e dx = a e (ax 1) + C
2
2
2
x cos x dx = x sin x 2 x sin x dx = x sin x 2( x cos x cos x dx )
ax

ax

ax

= x 2 sin x + 2 x cos x 2 sin x + C




I = e x sin x dx = e x cos x e x cos x dx = e x cos x + e x sin x e x sin x dx


atau
2I = e x (sin x cos x) + C
sehingga

sin x dx = 12 e x (sin x cos x) + C

Substitusi Variabel
Berikut ini beberapa contoh substitusi variabel dalam penghitungan integral


Ingin dicari nilai

I=

dx

( x + 2)

x +1

Melalui substitusi
y = x +1
maka
x = y2 1,
dan
dx = 2 y dy ,
sehingga
_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

109

I=

2 y dy

dy

( y 2 + 1) y = 2 y 2 + 1 = 2 arctan y + C

= 2 arctan x + 1 + C .


Melalui substitusi :
x = a tan u

dan
dx = a sec 2 u du ,
maka

dx
a sec 2 u du
=
= a 1 du = u / a + C = a 1 arctan( x / a ) + C .
x 2 + a 2 a 2 (tan 2 u + 1)

Melalui substitusi :

x = a sin u ; dx = a cos u du ,
maka

dx
a2 x2

a cos u du

a 2 (1 sin 2 u )

= du = u + C = arcsin( x / a) + C .

Melalui substitusi :
x = a sinh u ; dx = a cosh u du ,
maka

dx
a +x
2

a cosh u du
a (1 + sinh u )
2

= du = u + C = sinh 1 ( x / a) + C .

Metode Pecahan Parsial


Rumus fungsi suku banyak berderajat n bulat positif adalah
Pn ( x) = a0 + a1 x + a2 x 2 + ... + an x n =

ak x k .

k =0

Fungsi pecahan rasional dirumuskan dengan bentuk


P ( x)
Q( x)
dengan P (x) dan Q (x) keduanya suku banyak. Karena itu bentuk integral
pecahan rasional adalah
_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

110

P( x)

Q( x) dx
Ada beberapa keadaan antara bentuk P (x) dan Q (x) yang menentukan
penyelesaian integral pecahan rasional.
1.

Q' ( x) = P( x)
Pada kondisi ini, nilai integral adalah

Q'

P dx = ln P( x) + C
Sebagai contoh :
2x + 3

x 2 + 3x + 4 dx = ln x
2.

+ 3x + 4 + C .

Derajat P (x) lebih besar atau sama dengan Q(x)


Pada kasus ini, bentuk
P ( x)
S ( x)
= R( x) +
Q( x)
Q ( x)
dengan R (x) dan S (x) juga suku banyak dalam x, serta derajat S (x)
kurang dari derajat Q(x) .

Contoh soal :

x3
2x
1 2

2
x 2 + 2 dx = x x 2 + 2 dx = 2 x ln x + 2 + C .
3.

Derajat P (x) kurang dari derajat Q(x)


Untuk memudahkan penyelesaian kasus ini, ditinjau kasus integral
x+5

( x 1)( x + 1)( x + 2)( x + 3) dx .


Pada integral di atas, bentuk P ( x) / Q( x) diuraikan menjadi
x+5
A
B
C
D
=
+
+
+
.
( x 1)( x + 1)( x + 2)( x + 3) x 1 x + 1 x + 2 x + 3
Keempat bilangan A, B, C dan D adalah tetapan. Persamaan untuk
pembilang kedua ruas adalah
x + 5 = A( x + 1)( x + 2)( x + 3) + B ( x 1)( x + 2)( x + 3) + C ( x 1)( x + 1)( x + 3)
_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

111

+ D ( x 1)( x + 1)( x + 2) .
Dengan menyamakan suku-suku berpangkat sama dalam x antara kedua
ruas, diperoleh

x3 A + B + C + D = 0

x 2 6 A + 4 B + 3C + 2 D = 0
x 11A + B C D = 1

x 0 6 A 6 B 3C 2 D = 5
Dari empat persamaan di atas dengan empat variabel A, B, C dan D tersebut,
masing-masing dapat dicari nilainya yaitu :

A=

1
1
, B = 1, C = 1, D =
4
4

Untuk mencari keempat nilai tersebut, dapat pula ditempuh cara lain, yaitu
dengan mengisikan nilai pada persamaan pembilang :
Untuk x = 1, diperoleh 6 = 24A
Untuk x = 1, diperoleh 4 = 4B
Untuk x = 2, diperoleh 3 = 3C
Untuk x = 3, diperoleh 2 = 8D
yang selanjutnya juga menghasilkan nilai A, B, C dan D yang sama. Jadi
x+5
1
1
1
1
=

( x 1)( x + 1)( x + 2)( x + 3) 4( x 1) x + 1 x + 2 4( x + 3)


sehingga
x+5

dx

dx

dx

dx

( x 1)( x + 1)( x + 2)( x + 3) dx = 4 ( x 1) x + 1 + x + 2 4 ( x + 3)


=

1 ( x 1)( x + 2) 4
1
1
ln x 1 ln x + 1 + ln x + 2 ln x + 3 + C = ln
+C .
4 ( x + 3)( x + 1) 4
4
4

Bentuk di atas diperoleh hanya dengan memanfaatkan rumus


dx

x a = ln x a + C .

_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

112

Metode pengerjaan di atas terjadi pada saat penyebut Q (x) dapat diuraikan
serta tak terdapat akar yang sama. Jika terdapat akar yang sama, dapat
disimak pada contoh di bawah ini.

Contoh :
Ingin dicari bentuk eksplisit

( x 2)( x 1) 2 ( x + 1)3 dx
Jawab :
Bentuk pecahan rasional pada integran tersebut dapat diuraikan menjadi
x
A
B
C
D
E
F
=
+
+
+
+
+
.
2
3
2
2
x 2 x 1 ( x 1)
x + 1 ( x + 1)
( x 2)( x 1) ( x + 1)
( x + 1)3
Persamaan untuk pembilang adalah
x = A( x 1) 2 ( x + 1)3 + B ( x 2)( x 1)( x + 1) 3 + C ( x 2)( x + 1)3
+ D( x 2)( x 1) 2 ( x + 1) 2 + E ( x 2)( x 1) 2 ( x + 1) + F ( x 2)( x 1) 2
Dengan mengisikan nilai-nilai berikut :
x = 2 2 = 27 A
x = 1 1 = 8C
x = 1 1 = 12 F
x = 0 0 = A + 2 B 2C 2 D 2 E 2 F
x = 2 2 = 9 A 12 B + 14C 36 D + 36 E 36 F
x = 3 3 = 256 A + 128B + 64C + 64 D + 16 B + 4 F
Dari enam persamaan di atas diperoleh :

A=

2
1
1
5
1
1
, B= , C= , D=
, E= , F=
27
16
8
432
36
12

Jadi

x
2
1
1
5
=

( x 2)( x 1) 2 ( x + 1) 3 27( x 2) 16( x 1) 8( x 1) 2 432( x + 1)


+

1
1
+
2
36( x + 1)
12( x + 1) 3

sehingga
_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

113

( x 2)( x 1) 2 ( x + 1)3 dx = 27 ln x 2 16 ln x 1 432 ln x + 1 + 8( x 1)

1
1

+C
36( x + 1) 24( x + 1) 2

Soal-soal Latihan
1.

Carilah nilai-nilai integral di bawah ini :


a.

b.

3x 2 + 2 x + 4
2 x 3 + 2 x 2 + 8 x + 5 dx

c.

x2 + 2x + 4
x 3 dx

d.

( x 1)( x 2) dx

e.

x( x + 1) 2 ( x + 2)3 dx

sin x dx

x 1

Integral tertentu (Integral Riemann)


Integral Riemann merupakan jumlahan unsur-unsur infinitesimal yang
bercacah mendekati takhingga dalam daerah luasan A yang dibatasi oleh interval
terbatas [a, b] serta sumbu x dan kurva y = f (x). Jika kedua nilai a dan b tersebut
berhingga, demikian pula dengan f (x) di daerah pengintegralan, maka integral
tersebut dinamakan integral layak (proper integal). Apabila salah satu dari ketiga
hal tersebut bernilai takhingga, tetapi nilai integralnya ada dan berhingga, maka
integral tersebut dinamakan integral tak layak (improper integral).
Pada gambar 5.1 , daerah A yang dibatasi oleh :
kurva y = f (x) , sumbu x, x = a dan x = b
dibagi menjadi sejumlah n buah daerah yang bentuknya mendekati empat persegi
panjang dengan lebar masing-masing x dan tinggi f ( i ) . Diketahui :
Lebar x = (b a ) / n
_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

114

dan
y
f (x)
f (i )

x
xi xi + x b

Gambar 5.1.
Unsur luas dan integral Riemann

i = a + (i 1 + i )x
dengan
0 i 1 .
Pada pengambilan limit n yang berarti x 0 , maka diperoleh luas daerah
A di bawah kurva y = f (x) yang dibatasi oleh sumbu x, x = a dan x = b sebagai

i =1

i =1

A = lim Ai = lim f ( i )x =
n

f ( x) dx

x=a

n
x 0

Nilai a dan b merupakan batas bawah (lower limit) dan batas atas (upper limit)
pengintegralan.
Integral Riemann memiliki beberapa sifat dasar :
1.

f ( x) dx = f ( x) dx
b

2.

3.

f ( x) dx = f ( x) dx + f ( x) dx

( Af ( x) + Bg ( x)) dx = A f ( x) dx + B g ( x) dx

_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

115

4.

5.

f ( x) dx = f (t ) dt
Jika f ( x) =

dG ( x)
maka
dx

f ( x) dx = G ( x) a = G (b) G (a)
a

Contoh soal :
/2

2
sin x dx =

/2
1
2

(1 cos 2 x) dx = 12 [x 12 sin 2 x] 0

/2

1
2

2 2 sin (0 0 ) = 4 .

Soal-soal Latihan
Hitunglah integral-integral di bawah ini
3

1.

(x

+ 2 x + 5) 2 dx

/4

sin 2 x + cos

2.

x dx

3.

x 2 + 16 dx
0

/2

4.

sin x dx

e2

5.

ln x dx
1

6.

0 x ( x

+ 1)10 dx

_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

116

x2 + 1

7.

8.

9.

x 2001
2002 x 2000 + x1998 + x1996 + ... + x 4 + x 2 + 1 dx

10.

/ 3 ( x + sin x) dx

/2

x 3 + 3x

dx

cos 4 x sin x dx

2002

/3

Penerapan Integral Tertentu


1.

Mencari luas di bawah kurva


Luas daerah yang dibatasi oleh
kurva yatas = f1 ( x) , ybawah = f 2 ( x) , xkiri = a dan xkanan = b

adalah
b

A = ( f1 ( x) f 2 ( x) ) dx .
a

Sementara itu luas daerah yang dibatasi oleh


xkanan = g1 ( y ) , xkiri = g 2 ( y ) , ybawah = a dan yatas = b
adalah
b

A = ( g1 ( y ) g 2 ( y ) ) dx .
a

Contoh soal :
Hitunglah luas daerah yang dibatasi oleh kurva y1 = x 3 + 3x 2 dan y2 = 4 x .

Jawab :
Titik potong antara kedua kurva dapat dicari melalui :

x 3 + 3x 2 = 4 x
_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

117

atau
x( x + 4)( x 1) = 0
sehingga diperoleh titik potong :

x = 4, x = 0 dan x = 1.
Untuk daerah 4 < x < 0, hubungan kedua kurva adalah y1 > y2 , sedangkan untuk
selang 0 < x < 1 maka y1 < y2 .
Jadi luas daerah yang ditanyakan adalah

A=

( y1 y2 ) dx + ( y2 y1 ) dx
(x
0

=
2.

1
4

+ 3 x 2 4 x dx + x 3 3 x 2 + 4 x dx
0

x 4 + x3 2 x 2

0
4

+ 14 x 4 x 3 + 2 x 2

1
0

131
.
4

Volume benda putar


Jika suatu area luas diputar mengelilingi suatu sumbu tertentu, maka akan

terbentuk suatu benda putaan. Ada dua cara yang dapat digunakan, yaitu metode
cakram (disk) dan metode kulit (shell).
Pada metode cakram, misalkan terdapat suatu luasan yang dibatasi oleh

yatas = f1 ( x) , ybawah = f 2 ( x) , garis xkiri = a dan xkanan = b .


Pada selang [a, b], diasumsikan

yatas dan ybawah > 0 .


Volume benda yang terbentuk jika diputar terhadap sumbu x adalah
b

Vx = f12 ( x) f 22 ( x) dx .
a

Sedangkan pada luasan yang dibatasi oleh

xkanan = g1 ( y ) , xkiri = g 2 ( y ) , garis ybawah = a dan yatas = b ,


jika diasumsikan pada selang [a, b] berlaku

g1 ( y ) dan g 2 ( y ) > 0 ,
maka volume yang terbentuk jika diputar mengelilingi sumbu y adalah
_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

118

V y = g12 ( y ) g 22 ( y ) dy .
a

Contoh :
Carilah volume kerucut yang ditimbulkan oleh perputaran garis

y = mx

mengelilingi sumbu x dengan batas x = h.


h

Volume kerucut = y 2 dx = m 2 x 2 dx = 13 m 2 h 3 .
Pada kerucut tersebut,
tinggi kerucut = h,
jari-jari kerucut = mh.
Karena itu rumus volume kerucut dapat ditulis sebagai
1
(mh) 2
3

Volume kerucut =

h =

luas alas tinggi.

Pada metode kulit, misalkan terdapat suatu luasan yang dibatasi oleh
yatas = f ( x) , sumbu x, garis xkiri = a dan xkanan = b .

Diasumsikan pada selang [a, b], yatas > 0 . Volume benda yang terbentuk jika
diputar terhadap sumbu y adalah
b

V y = 2 x f ( x) dx .
a

Contoh :
Pada daerah yang dibatasi oleh
parabola y = x 2 , sumbu x dan garis x = 4,
carilah volume akibat perputaran mengelilingi sumbu y.

Jawab :
4

V = 2 x.x 2 dx =
0

3.

[ ]

2 4
x
4

4
0

= 128 .

Menentukan Panjang Busur Kurva


Apabila ds adalah unsur lengkungan infinitesimal (berbentuk busur yang

dapat didekati dengan tali busur), maka menurut teorema Phytagoras,

_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

119

(ds ) 2 = (dx) 2 + (dy ) 2

sehingga
2

dy
ds = dx 1 + .
dx
Jadi panjang busur lengkung di antara x = a dan x = b adalah
b

sab =
a

dy
1 + dx .
dx

Contoh :
Ingin dicari panjang busur lingkaran yang berjari-jari R. Persamaan busur
tersebut di kuadran pertama dirumuskan sebagai

y = R2 x2 .
Batas integrasi adalah x = 0 dan x = R . Maka

dy
x
=
dx
R2 x2
sehingga
2

x2
R2
dy
1+ = 1+ 2
=
.
R x2 R2 x2
dx
Jadi panjang busur :
R

s = R
0

dx
R2 x2

= R arcsin

x R

= R(arcsin 1 arcsin 0 ) = R .
R 0
2

Mengingat hasil di atas adalah panjang busur lingkaran, maka keliling lingkaran
sama dengan 2R .

Soal-Soal Latihan
1.

Carilah luas daerah yang dibatasi oleh :


a.

Garis y = x 3 3x 2 x + 3 , sumbu x, garis x = 1 dan garis x = 2.

_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

120

2.

b.

Garis y 2 = 4 x dan garis 4 x 3 y = 4 .

c.

Garis y = x 3 dan garis y = x 2 + 2 x

Hitunglah volume benda putar apabila daerah yang dibatasi oleh :


a.

Garis x 2 y = 0 dan parabola y 2 2 x = 0 diputar mengelilingi


sumbu x.

b.

Garis y = 4 x dan parabola y = 4 x 2 diputar mengelilingi sumbu y.

c.

Parabola 3 x 2 16 y + 48 = 0 , parabola x 2 16 y + 80 = 0 dan sumbu y


diputar mengelilingi garis y = 2.

3.

Carilah panjang kurva untuk fungsi :


a.

y = 23 ( x 2 + 1) 3 / 2 antara x = 1 dan x = 4.

b.

y4
1
x=
+ 2 antara y = 2 dan y = 1. (perhatikan bentuk
16 2 y

u 2 = u

untuk u < 0)
c.

x = 3t 2 + 2, y = 2t 3 1; 1 t 3.

Fungsi Gamma
Untuk menyajikan perilaku fungsi gamma, ditinjau nilai integral berikut.
Untuk > 0 :

x
e dx =
0

1 x 1
e
= .
0

Dengan menurunkan kedua ruas terhadap , diperoleh

xe

dx =

atau

_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

121

xe

dx =

2 x

dx =

3 x

dx =

3
3!

atau secara umum

n x

dx =

n!

n +1

Dengan mengisikan = 1 dihasilkan

n x

dx = n!, n = 1, 2, 3, ...

Integral di atas merupakan integral tertentu dengan nilai sama dengan n!


untuk n bilangan bulat positif. Rumus di atas dapat digunakan untuk mencari nilai
0!, yaitu dengan mengisikan n = 0 :

0! = e x dx = e x
0

=1 .
0

Sejauh ini n masih berupa bilangan bulat tak negatif. Adapun untuk
sembarang bilangan bilangan positif, didefinisikan fungsi gamma :

( p) = x p 1e x dx , p > 0.
0

Untuk 0 < p < 1, integral di atas merupakan integral tak layak (improper integral)
karena x

p 1

menjadi tak hingga pada batas bawah integral (x = 0). Namun

demikian integral tersebut merupakan integral yang bernilai konvergen untuk p >
0 (termasuk untuk selang 0 < p < 1). Khusus untuk p bulat, diperoleh
( p ) = (n 1)!
sehingga diperoleh nilai-nilai berikut :
_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

122

(1) = 0!= 1 ,
(2) = 1!= 1 ,
(3) = 2! = 2 dan seterusnya.

Untuk sembarang p positif :

( p + 1) = x p e x dx
0

Dengan melakukan integral parsial dan substitusi :


x p = u , e x dx = dv , du = px p 1dx, v = e x
maka
p x

( p + 1) = x e

( e

x)

px

dx = p x p 1e x dx = p( p) .

p 1

Persamaan yang berbentuk


( p + 1) = p( p )
dinamakan dengan recursion relation untuk fungsi gamma. Sebagai contoh :
( 5 ) = ( 3 + 1) = 3 ( 3 ) = 3 1 ( 1 ) = 3
2

22

mengingat
( 1 ) = .
2

Pembuktian nilai ( 1 ) tersebut akan ditunjukkan kemudian.


2

Soal-soal Latihan
1.

Nyatakan bentuk-bentuk di bawah ini dalam bentuk fungsi gamma :

a.

2/3 x

e dx

b.

xe x dx

_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

123

c.

1 / 2 x

e dx

d.

2 x
2
x e dx (petunjuk : x = u )
2

e.

x
xe dx
3

f.

1
u
x ln x dx (petunjuk : x = e )

0
1

g.

ln x dx

h.

1 / 3 8 x

dx

0
1

i.

( ln x) 3 dx

2.

Sebuah partikel bermassa m bergerak dari keadaan rehat pada x = 1


sepanjang sumbu x menuju titik O menurut persamaan gerak :
a = d 2 x / dt 2 = 1 / x .
Tentukan waktu yang diperlukan saat partikel tiba di titik O.
Petunjuk : gunakan

a = dv / dt = (dv / dx)(dx / dt ) = v(dv / dx) ,


serta mengingat selama gerakan berlangsung :

v = dv / dt < 0 .
Jika penghitungan telah sampai pada t sebagai integral fungsi x, lakukan
substitusi x = exp(u ). Jawaban : t = ( 1 ) / 2 .
2

3.

Buktikan bahwa untuk n bilangan bulat positif berlaku

_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

124

( n + 1 ) =

1.3.5...(2n 1)

4.

(2n)!
4 n n!

Buktikan bahwa

d
( p ) = x p 1e x ln x dx
dp
0
dan

dn
( p ) = x p 1e x (ln x) n dx .
n
dp
0

5.

Carilah turunan-turunan berikut dengan menggunakan fungsi Gamma :

a.

d1/ 2
2 x 2 3x + 5
1/ 2
dx

b.

d 3/ 2
(4 x 7 ) .
dx 3 / 2

Untuk fungsi gamma bilangan negatif :

( p ) =

1
( p + 1) .
p

Sebagai contoh :

( 1 ) =
2

1
2

( 1 ) = 2 .
2

Adapun untuk p 0 :
( p ) =

( p + 1)
.
p

Demikian juga untuk p bilangan bulat negatif, nilai ( p ) ( p = 1,2,3,...) .


Selanjutnya akan dihitung ( 1 ) . Dari rumus fungsi gamma :
2

( 1 ) =
2

1 t
e dt .
t
0

_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

125

Dengan substitusi :

t = x2
yang berarti
dt = 2 x dx ,
maka

( 1 ) = 2
2

x
e dx .
2

Dengan substitusi : x y maka

( 1 ) = 2 e y dy .
2

Dengan mengalikan antara kedua fungsi gamma di atas, diperoleh

[( 12 )]2 = 4 e ( x

+ y2 )

dx dy .

00

Integral ini meliputi seluruh daerah pada kuadran I. Dengan melakukan substitusi
ke koordinat kutub :

r 2 = x2 + y2 ,
dx dy = dA = r dr d ,
0r <,
0 /2
maka

[ ]

/2

( 1 ) 2 = 4
2

0 r =0

er
2

r 2

r dr d = 4. .
=
2 2 0

sehingga diperoleh
( 1 ) = .
2

Fungsi Beta
Fungsi Beta didefinisikan sebagai

_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

126

B( p, q) = x p 1 (1 x) q 1 dx , p > 0, q > 0.
0

Dapat ditunjukkan bahwa :


B ( p , q ) = B ( q, p ) .
Jangkauan batas atas integrasi dapat diperluas menjadi a, yaitu dengan melakukan
substitusi x = y / a , sehingga fungsi beta menjadi

B ( p, q ) =

1
a

p + q 1

p 1

(a y ) q 1 dy .

Bentuk fungsi beta dapat pula dinyatakan dalam bentuk trigonometri, yaitu
dengan melakukan substitusi :

x = sin 2 ,
dx = 2 sin cos d ,
1 x = cos 2 ,
sehingga
/2

B ( p, q ) = 2

(sin )

2 p 1

(cos ) 2q 1 d

Hubungan antara fungsi beta dan fungsi gamma dapat dinyatakan dalam
bentuk :
B ( p, q ) =

( p)(q )
.
( p + q )

Untuk membuktikannya, dimulai dengan

( p) = t p 1e t dt
0

yang dengan melakukan substitusi t = y 2 diperoleh

( p) = 2 y 2 p 1e y dy
2

Dengan substitusi
_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

127

y x dan p q

diperolah

(q) = 2 x 2 q 1e x dx .
2

Jika dua fungsi gamma di atas dikalikan, hasilnya

2
2
( p)(q) = 4 x 2 q 1 y 2 p 1e ( x + y ) dx dy .

00

Dengan substitusi ke koordinat kutub di kuadran I :


x = r cos , y = r sin ,

x 2 + y 2 = r 2 , dx dy = dA = r dr d ,
0 r < , 0 /2,
perkalian fungsi gamma terakhir di atas menjadi :

( p )( q ) = 4

/2

(r cos ) 2 q 1(r sin ) 2 p 1 e r r dr d


2

r =0 =0

= 4 r 2 p + 2 q 1e r dr
2

/2

(cos )

2q 1

(sin ) 2 p 1 d .

Pada integral r, dengan substitusi u = r 2 , bentuk

2 p + 2 q 1 r
e dr =
r
2

1
2

p + q 1 u

e du = 12 ( p + q ) ,

sedangkan pada integral , bentuk


/2

(sin )

2 p 1

(cos ) 2q 1 d = 12 B( p, q) .

Jadi

( p )(q ) = 4. 1 ( p + q ). 1 B ( p, q )
2

atau
B ( p, q ) =

( p )( q )
.
( p + q )

_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

128

Soal-soal Latihan
1.

Buktikan bahwa :

B ( p, q ) = B ( q, p ) .
(petunjuk : x = 1 y . Dapat pula dilihat secara eksplisit pada hubungan
antara fungsi beta dengan fungsi gamma)

2.

Dengan melakukan substitusi

x=

y
y +1

pada fungsi beta, tunjukkan bahwa :

B ( p, q ) =

3.

y p 1dy
( y + 1) p + q .
0

Tunjukkan bahwa untuk m dan n bulat, berlaku perumusan :

B(m, n) =

1
1
=
m C (m + n 1, n 1) n C (m + n 1, m 1)

dengan

m
n!
C (m, n) = =
n (n r )!r!
adalah koefisien binomial / perumusan kombinasi. (petunjuk : gunakan
hubungan antara fungsi beta dengan fungsi gamma).

4.

Nyatakan bentuk-bentuk berikut dalam bentuk fungsi beta, sekaligus juga


dalam fungsi gamma.
a.

x 4 dx

1 x2

/2

b.

sin 3 x cos x dx

0
_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

129

c.

y 2 dy
(1 + y )6
0

d.

y dy

(1 + y 3 )2
0

e.

5.

x 2 dx
.
2 x

Buktikan bahwa :

B(n, n) =

B(n, 12 )
22 n 1

selanjutnya tunjukkan berlakunya rumus duplikasi (duplication formula)


untuk fungsi gamma :

( 2n) =

6.

22 n 1

(n)(n + 12 ) .

Tunjukkan bahwa

y m dy
1
( y + 1) n +1 = (n m) C (n, m)
0

untuk m dan n bilangan bulat positif serta n > m.

7.

Tunjukkan bahwa :

B(m, n) B (m + n, k ) = B (n, k ) B (n + k , m) .
8.

Dalam mekanika statistik, kerapatan jumlah partikel (n) sebagai fungsi


tenaga (E) dirumuskan sebagai
n( E ) =

2 N
( kT ) 3 / 2

E exp( E / kT )

_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

130

dengan N adalah jumlah partikel, k adalah tetapan Boltzmann dan T suhu


mutlak.
a.

Gunakan konsep turunan untuk menentukan nilai E sehingga n


bernilai ekstrem, serta tentukan termasuk ekstrem maksimum atau
minimumkah nilai tersebut ?

b.

Gunakan integral fungsi Gamma untuk menunjukkan bahwa jumlah


partikel N untuk seluruh jangkauan E dirumuskan sebagai

n ( E ) dE .

N=

E =0

(Dengan kata lain, tunjukkan bahwa integral tersebut sama dengan N)


c.

Gunakan pula fungsi Gamma untuk menunjukkan bahwa energi total


partikel adalah

Etot =

E n( E ) dE = 2 NkT .
3

E =0

(Dengan kata lain, tunjukkan bahwa integral tersebut sama dengan


3
2

NkT )

__________________________________________________________________
Soal-soal Latihan Tambahan
1.

Jika sebuah partikel yang bergerak sepanjang sumbu x memiliki percepatan


a = 4 t + 8 , serta diketahui v0 = 6 dan x0 = 2 , carilah v dan x pada saat t
= 3.

2.

Hukum Newton tentang pendinginan menyatakan bahwa laju mendinginnya


suatu benda sebanding dengan selisih temperatur antara benda dengan
medium / lingkungannya. Sebuah benda bersuhu 800 C diletakkan di
ruangan kamar bersuhu 300. Persamaan diferensial yang berlaku adalah
dT
= k (T 30)
dt

_______________________________________________________________________________

Integral
_________________________________________________________________________________________

131

dengan k adalah tetapan. Apabila suhu benda tersebut turun menjadi 500 C
setelah 1 jam, berapakah suhu benda tersebut setelah 3 jam ?

3.

Hukum aksi massa dalam ilmu kimia menghasilkan persamaan diferensial


dx
= k (a x)(b x)
dt
k, a dan b > 0. Diasumsikan b > a.
Dalam rumus tersebut, x adalah banyaknya zat pada saat t yang dihasilkan
oleh persenyawaan dua zat yang lain. Jika x = 0 pada saat t = 0 :
a.

Selesaikan persamaan diferensial tersebut.

b.

Buktikan bahwa x a jika t .

c.

Jika a = 2 dan b = 4, dan dalam waktu 1 jam terdapat 1 gram zat.


Berapakah banyaknya zat tersebut setelah 3 jam ?

_______________________________________________________________________________

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

132

BAB VI
FUNGSI VARIABEL BANYAK :
TURUNAN PARSIAL
Pada bagian sebelumnya, biasanya fungsi yang ditelaah merupakan fungsi
satu variabel bebas. Pada bagian ini akan dikaji fungsi variabel banyak, namun
untuk tingkat pengantar ini hanya akan disajikan dua variabel bebas yaitu x dan y
yang grafiknya masih dapat dilukiskan dalam ruang tiga dimensi berkoordinat
Cartesan (x, y, z) sebagai luasan z = f(x, y). Akan ditelaah dua topik yaitu kalkulus
diferensial yaitu telaah tentang turunan parsial

dan kalkulus integral yang

menelaah integral fungsi dua variabel. Pada bagian ini terlebih dahulu ditelaah
turunan parsial dengan segala aplikasinya.

Turunan Parsial
Jika y = f(x) maka dy / dx menyatakan kemiringan kurva y = f (x) atau laju
perubahan y terhadap x. Konsep kelajuan sangat banyak muncul dalam fisika,
sebagai contoh : konsep kecepatan gerak partikel sebagai perubahan jarak
terhadap waktu, konsep percepatan sebagai perubahan kecepatan terhadap waktu,
laju pendinginan benda yang bersuhu tinggi, perubahan tekanan sebagai fungsi
volume pada suhu tetap

dan sebagainya. Konsep derivatif digunakan untuk

menentukan nilai ekstrem, yaitu maksimum atau minimum fungsi pada kurva
tersebut. Konsep turunan ini dapat pula diperluas untuk sejumlah variabel.
Ditinjau fungsi dua variabel
z = f ( x, y ) .
Fungsi tersebut dapat ditinjau variasinya sebagai fungsi x saja dengan nilai y
dipertahankan tetap = y0 atau fungsi y saja dengan x dipertahankan tetap = x0 .
Untuk keadaan pertama tersebut dengan z diturunkan parsial ke x saja,
penulisannya adalah

__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

133

z ( x + h, y0 ) z ( x, y0 )
z
= x z = lim

.
h
x y = tetap = y 0
h0

Serupa dengan rumus di atas, untuk keadaan kedua dengan z diturunkan parsial ke

y, penulisannya adalah
z ( x0 , y + h) z ( x0 , y )
z

= y z = lim
.

y
h

x = tetap = x 0
h0

Sebagai contoh, ditinjau fungsi

z = x2 + y2 .
Turunan parsialnya ke x dan y berturut-turut adalah
xz =

x
x2 + y 2 =
x
z

yz =

y
x2 + y2 = .
y
z

dan

Turunan pertama parsial ini dapat diturunkan lagi untuk menghasilkan turunan
parsial orde tinggi, misalnya dengan menurunkan x z ke y dan y z ke x. Untuk
perlakuan ini, hasilnya berbentuk
y x z =

2z

x
=
yx y x 2 + y 2

= xy

z3

dan

2z

y
x y z =
=
xy x x 2 + y 2

= yx .

z3

Ternyata hasil keduanya sama, atau dapat disimpulkan bahwa turunan parsial orde
tinggi tidak bergantung pada urutan pengambilan turunan. Jadi untuk sembarang
fungsi f ( x, y ) yang memiliki sifat-sifat turunan pertamanya ada, kontinu dan
dapat diambil turunan parsialnya, berlaku

__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

134

2 f ( x, y ) 2 f ( x, y )
.
=
yx
xy

Soal-soal Latihan
1.

Carilah turunan parsial pertama fungsi yang diberikan terhadap tiap variabel
bebasnya

2.

a.

f ( x, y ) = ( 4 x y 2 ) 3 / 2

b.

f ( x, y ) = e x + y (cos x + sin y )

c.

f ( x, y ) =

tan 1(4 x 7 y )
cosh(2 x 2 + 3 y )

Untuk fungsi-fungsi f ( x, y ) berikut ini, periksalah kebenaran rumus

f ( x, y ) f ( x, y )
=
.
yx
xy
a.

f ( x, y ) = 2 x 2 y 3 3 x 3 y 2

b.

f ( x, y ) = e2 xy [1 + ln( xy )]

c.

x+ y

f ( x, y ) = sin 1 2
x + y3

Diferensial total
Jika
z = f ( x, y )
maka diferensial total z dirumuskan sebagai
dz =

z
z
dx + dy .
x
y

Sebagai contoh
z = x2 + y 2

__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

135

maka
dz =

x
x2 + y2

dx +

y
x2 + y 2

dy .

Jika z adalah fungsi dari banyak variabel, maka bentuk diferensial total z
menyerupai bentuk di atas. Misalkan z adalah fungsi n variabel yang dirumuskan
sebagai
z = f ( x1, x2 ,..., xn )
maka diferensial total z adalah
dz =

n
z
z
z
z
dx1 +
dx2 + ... +
dxn =
dxk .
x1
x2
xn

x
k
k =1

Ditinjau beberapa penerapan pada penghitungan hampiran dengan


menggunakan diferensial. Jika n = 1015, carilah nilai

.
(n + 1)2 n 2
Jika
f ( x) = 1 / x 2 ,
maka nilai di atas dapat dituliskan sebagai
f = f (1015 + 1) f (1015 ) .
Mengingat f dapat didekati dengan
f df =

2
x

dx

2
x3

maka dengan x = 1015 dan x = 1 , nilai di atas adalah

2
15 3

(10 )

.1 = 2 10 45 .

Selanjutnya ditinjau contoh : hambatan R pada sebuah kawat sebanding


dengan panjang kawat l, dan berbanding terbalik dengan kuadrat jari-jari kawat r,
yang dirumuskan sebagai
R=k

r2
__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

136

dengan k adalah tetapan. Jika ralat relatif pengukuran panjang adalah 5% dan ralat
relatif pengukuran jari-jari adalah 10%, carilah ralat relatif maksimum R.
Ralat relatif suatu besaran x, dirumuskan sebagai
dx
.
x

Dari perumusan hambatan kawat, dengan mengambil kogaritma alam, bentuknya


menjadi
ln R = ln k + ln l 2 ln r .
Dengan menderivatifkan rumus di atas, diperoleh
dR dl
dr
= 2 .
R
l
r

Nilai ralat relatif maksimum R atau dR / R diperoleh saat dl / l dan dr / r


berlawanan tanda sehingga kedua suku tersebut dapat dijumlahkan. Selanjutnya
diperoleh nilai maksimum :

dR dl
dr
= 5% + 2 10% = 25%.
=
+2
R
l
r
Berikutnya pada contoh sistem dua massa m1 dan m2 , massa tereduksi
dirumuskan sebagai
1

1
1
+
.
m1 m2

Jika m1 bertambah sebesar 1%, berapakah fraksi perubahan m2 agar nilai tak
berubah ?
Dengan mengambil diferensial persamaan di atas serta mengisikan

dm1 = 0,01m1 , diperoleh


0=

dm1
m12

dm2
m22

atau
dm2
0,01m2
=
.
m2
m1
Sebagai contoh jika m1 = m2 maka m2 berkurang sebesar 1% dan seterusnya.

__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

137

Soal-soal Latihan
1.

Massa tereduksi untuk sistem dua partikel bermassa m1 dan m2


dirumuskan sebagai

m1m2
.
m1 + m2

Jika m2 bertambah sebesar 1 %, berapakah perubahan besar m1 agar tak


berubah ?

2.

Resistor kabel memiliki hambatan R yang sebanding dengan panjang kabel l


dan berbanding terbalik dengan kuadrat jari-jari r, sehingga dapat dituliskan
sebagai
R = kl / r 2 .
Jika ralat relatif dalam pengukuran panjang adalah 0,05% dan ralat relatif
dalam pengukuran jari-jari adalah 0,15 %, carilah ralat maksimum R
tersebut

3.

Percepatan gravitasi dapat ditentukan dari panjang l dan periode T suatu


pendulum yang dirumuskan sebagai

g=

4 2l
T2

Carilah ralat maksimum g jika ralat relatif l adalah 0,2 % dan ralat relatif T
adalah 0,3%.

4.

Persamaan operasional sinkroton secara relativistik dirumuskan sebagai


qB =

m
1 (R )2 / c 2

dengan q dan m berturut-turut adalah muatan dan massa rehat partikel yang
dipercepat dalam sinkroton tersebut, B adalah imbas medan magnet, R

__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

138

adalah jari-jari orbit lintasan partikel, adalah frekuensi sudut dan c adalah
laju cahaya. Jika dan R bervariasi (seluruh besaran lain konstan),

tunjukkan bahwa hubungan antara d dan dB dapat ditulis sebagai


2

dB q d
=
B m 3
atau dapat pula ditulis sebagai

dB d
1
.
=
1 (R) 2 / c 2
B

Dalil rantai
Selanjutnya ditinjau konsep dalil rantai (chain rule) yang sangat berguna
untuk memudahkan menentukan derivatif suatu fungsi. Misalnya ingin dicari nilai
dy / dx untuk y = ln sin 2 x . Soal tersebut dapat diselesaikan dengan menuliskan
y = ln u
u = sin v
dan

v = 2x
yang selanjutnya nilai dy / dx dicari melalui dalil rantai :

dy dy du dv
=
dx du dv dx
=

1
2 cos 2 x
. cos v.2 =
= 2 cot 2 x
u
sin 2 x

Konsep diferensial total dan dalil rantai juga dapat digabungkan untuk
menentukan derivatif fungsi. Misalkan tentukan dz / dt jika
z = x y , y = tan 1 t dan x = sin t .

Diferensial total z adalah


dz =

z
z
dx + dy = yx y 1dx + x y ln x dy ,
x
y

sedangkan
__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

139

dx = cos t dt

dan

dy =

dt
1+ t2

Jadi

dz = yx y 1 cos t dt + x y ln x

dt
1 + t2

yang dengan membagi kedua ruas dengan dt diperoleh

dz
x y ln x
= yx y 1 cos t +
dt
1 + t2
1

= tan t (sin t )

1+ tan 1 t

cos t +

1
(sin t ) tan t ln(sin t )

1+ t2

Diferensial Implisit
Selanjutnya diberikan konsep diferensial implisit, melalui contoh soal
berikut ini. Diberikan bentuk
x + ex = t

Carilah dx / dt dan d 2 x / dt 2 . Jika diberikan nilai x tertentu, maka nilai t segera


diketahui melalui persamaan di atas. Selanjutnya grafik x dan t dapat dibuat
dengan kemiringan grafik adalah dx / dt . Dengan kata lain, x adalah sebuah fungsi
t walaupun persamaan untuk x sebagai fungsi elementer t tidak dapat ditentukan.

Untuk menentukan dx / dt , dianggap x adalah fungsi t dan selanjutnya


mendiferensialkan setiap suku persamaan tersebut ke t. Prosedur ini dinamakan
dengan diferensial implisit (implisit differentiation). Dari bentuk tersebut, jika
diturunkan ke t, hasilnya adalah

dx
dx
+ ex
=1
dt
dt
atau
1
dx
=
.
dt 1 + e x
Selanjutnya dengan menurunkan sekali lagi ke t diperoleh
__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

140

2
2
xd x
x dx
+e
+e =0
2
2
dt

d 2x
dt

dt

Dengan mengisikan nilai dx / dt di atas, akhirnya diperoleh turunan keduanya


yaitu

d 2x

ex
=

.
dt 2
(1 + e x )3

Persoalan ini akan lebih mudah dipahami jika hanya ingin dicari nilai
derivatif pada suatu titik tertentu.
Sebagai contoh untuk x = 0, maka t = 1 sehingga

dx
1
1
=
=
.
dt 1 + e0 2
dan

d 2x
dt

e0

1
= .
8
(1 + e )
0 3

Dari contoh di atas tampak bahwa diferensial implisit adalah metode terbaik untuk
menentukan kemiringan kurva yang memiliki bentuk persamaan yang kompleks /
rumit.
Contoh penerapan lain adalah menentukan persamaan garis singgung kurva
x3 3 y 2 + xy + 21 = 0
pada titik (1, 2). Dengan melakukan diferensial implisit persamaan di atas ke x,
diperoleh
3x 2 9 y 2

dy
dy
+ x + y = 0.
dx
dx

Substitusi nilai x = 1 dan y = 2 :


3 36

dy dy
+
+2=0
dx dx

atau
m=

dy 1
= .
dx 7

Jadi persamaan garis singgung adalah

__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

141

1
y = ( x 1) + 2
7
atau
x 7 y + 13 = 0 .

Soal-soal latihan
1.

Jika x y = y x , carilah dy / dx pada titik (2, 4).

2.

Untuk kurva

x2 / 3 + y 2 / 3 = 4 ,
carilah persamaan garis singgung pada titik ( 2 2 , 2 2 ), (8, 0) dan (0, 8).

Di atas telah ditinjau z = f ( x, y ) dengan x dan y adalah fungsi t.


Selanjutnya diasumsikan bahwa z = f ( x, y ) seperti sebelumnya, tetapi x dan y
masing-masing merupakan fungsi dua variabel s dan t. Jadi z adalah suatu fungsi s
dan t dan selanjutnya ingin dicari z / s dan z / t . Untuk memperjelas, sebagai
contoh ditinjau fungsi berikut :

z = xy , x = sin( s + t ) , y = s t .
Ingin dicari z / s dan z / t .
Diambil diferensial masing-masing persamaan di atas yang memberikan

dz = ydx + xdy ,
dx = cos( s + t )(ds + dt ) ,
dan

dy = ds dt .
Dengan substitusi dx dan dy ke dalam dz , diperoleh

dz = [ y cos( s + t ) + x ]ds + [ y cos( s + t ) x ]dt

__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

142

Jika s konstan, z hanya fungsi variabel t sehingga persamaan di atas dapat dibagi
dengan dt. Ruas kiri ditulis sebagai z / t , yaitu turunan parsial z ke t ketika s
konstan. Didapat

z
= y cos( s + t ) x
t
dan serupa dengan itu diperoleh untuk turunan parsial z ke s berupa
z
= y cos( s + t ) + x .
s
Bentuk z / t sebenarnya dapat pula diperoleh dengan menggunakan dalil
rantai. Mengingat z adalah fungsi x dan y sementara keduanya fungsi t (dan s),
maka derivatif parsial z ke t dirumuskan sebagai

z z x z y
=
+
.
t x t y t
Dengan rumus di atas, nilai z / t adalah

z
= y cos( s + t ) x
t
yang sama dengan hasil di atas.

Soal-soal Latihan
1.

Jika diberikan fungsi-fungsi berikut


u = xy 2 z 3 , x = sin( s + t ) , y = cosh( s t ) dan z = exp(st ) ,
carilah nilai

2.

a.

u / s

b.

u / t .

Diketahui x, y dan z adalah koordinat Cartesan, sementara r, dan


adalah koordinat bola, untuk mana hubungan antara kedua koordinat
tersebut dirumuskan sebagai
x = r sin cos , y = r sin sin , z = r cos .

__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

143

Tunjukkan bahwa :

(dx) 2 + (dy ) 2 + (dz ) 2 = (dr ) 2 + r 2 (d ) 2 + sin 2 (d )2 .

3.

Persamaan gelombang yang merambat sepanjang koordinat x dengan waktu


t yang berkecepatan c dapat dituliskan sebagai
u = f ( x ct ) + g ( x + ct ) .
Tunjukkan bahwa berlaku persamaan

2u
x 2
4.

1 2u
c 2 t 2

= 0.

Suatu gelombang elektromagnetik yang merambat dengan laju c sepanjang


koordinat x dengan waktu t memiliki bentuk persamaan (A dan B konstan)
u ( x, t ) = A sin( x ct ) + B cos( x + ct ) .
Tunjukkan bahwa gelombang tersebut memenuhi bentuk

2u
x2

5.

1 2u
c2 t 2

= 0.

Diberikan fungsi f ( x, y, z ) = 0 . Tunjukkan bahwa

x y
= 1
y z x z
dan

x y z
= 1 .
y z z x x y
(Catatan : rumus-rumus tersebut banyak digunakan dalam termodinamika)

6.

Diberikan bentuk fungsi S (V , T ) dan V ( P, T ) . Didefinisikan kapasitas


panas dalam termodinamika :

S
cP = T

T P
__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

144

dan
S
cV = T
.
T V
Tunjukkan bahwa :

S V
cP cV = T

.
V T T P

Pengubahan Variabel
Salah satu kegunaan diferensial parsial adalah dalam melakukan
pengubahan variabel (sebagai contoh dari koordinat Cartesan menjadi koordinat
kutub). Pengubahan variabel akan memberikan ungkapan yang lebih sederhana
atau persamaan diferensial yang lebih sederhana terhadap suatu sistem fisis yang
sedang ditinjau. Sebagai contoh, pada getaran selaput berbentuk lingkaran atau
aliran panas dalam silinder tegak, lebih baik digunakan koordinat polar,
sedangkan pada persoalan gelombang suara dalam suatu ruangan, koordinat
Cartesan yang lebih cocok digunakan. Untuk memperjelas konsep tersebut,
ditinjau contoh berikut ini. Gunakan pengubahan variabel :
r = x + vt
dan
s = x vt
dalam persamaan gelombang
2F
x 2

1 2F
v 2 t 2

=0

dan selesaikan persamaan tersebut.


Dari transformasi variabel tersebut, diperoleh
F F r F s F F

=
+
=
+
= + F
x r x s x r s r s

dan
F F r F s
F
F

=
+
=v
v
= v F
t
r t s t
r
s
r s

__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

145

Dari bentuk di atas diperoleh kaedah

=
+
x r s

dan

= v .
t
r s

Selanjutnya diperoleh pula


2F
x 2

F
F F 2 F
2F 2F
+
+

= +
= 2 +2
x x r s r s r
rs s 2

dan

2
2 F 2 F
F
F
F
2 F
2
=
=
v

v
=
v

+ 2

r 2

s
s
s
t 2 t t r s r

2F

Dengan mengisikan keduanya ke dalam persamaan diferensial asli, diperoleh

2F

1 2F
2F

=
4
= 0.
rs
x 2 v 2 t 2

Persamaan di atas dapat diselesaikan dengan mudah, yaitu

2 F F
=
=0
rs r s
yang menghasilkan penyelesaian
F = f ( s ) + g (r ) = f ( x vt ) + g ( x + vt )
dengan f dan g adalah fungsi sembarang.
Contoh berikutnya adalah menuliskan persamaan Laplace
2F

2F
+
=0
x 2 y 2

dalam koordinat polar r, dengan


x = r cos
dan
y = r sin .
Dari dua transformasi koordinat di atas, diperoleh

__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

146

F F x F y
F
F
=
+
= cos
+ sin
r
x r y r
x
y
dan
F F x F y
F
F
=
+
= r sin
+ r cos
x y
x
y
Sementara itu transformasi inversi (r , ) sebagai fungsi ( x, y ) adalah
r = x2 + y 2
dan

y
x

= arctan .
Karena itu
F F r F
F sin F
=
+
= cos

r
x r x x
r
dan
F F r F
F cos F
.
=
+
= sin
+
r
y r y y
r
Untuk menentukan derivatif kedua, digunakan bentuk
G=

F
x

H=

F
y

dan

yang selanjutnya memberikan


G = cos

F sin F

r
r

H = sin

F cos F
+
.
r
r

dan

Sehingga

2F

G
x

x
__________________________________________________________________
__
2

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

147

2F
y

H
y

dan

2 F 2 F G H
+
=
+
x 2 y 2 x y
Dengan substitusi F menjadi G pada turunan parsial ke x dan F menjadi H
pada turunan parsial ke y diperoleh
G
G sin G
= cos

x
r
r
dan
H
H cos H
= sin
+
.
y
r
r
Substitusi hasil di atas dihasilkan
2F

2F
G
H 1
H
G
+
= cos
+ sin
+ cos
sin
.
2
2
r
r r


x
y

Dari hasil di atas, tentu saja dibutuhkan empat turunan parsial G dan H yaitu
dengan menurunkan bentuk G dan H di atas :

G
2 F sin 2 F sin F
= cos

+
r
r r
r 2
r 2
H
2 F cos 2 F cos F
= sin
+

r
r r
r 2
r 2

H
2F
F cos 2 F sin F
= sin
+ cos
+

r
r
r 2
r
dan

G
2F
F sin 2 F cos F
= cos
sin

r
r
r 2
r
Dari bentuk di atas :
cos

G
H 2 F
+ sin
=
r
r
r 2

__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

148

dan
1
H
G 1 F 1 2 F
sin
+
cos
=
r

r r r 2
Akhirnya diperoleh
2F

2 F 2 F 1 F 1 2 F 1 F 1 2 F
+
= 2 +
+
=
.
r
+
r r r 2 2 r r r r 2 2
x 2 y 2
r

Transformasi Legendre
Selanjutnya ditelaah tentang metode pengubahan variabel yang sangat
berguna dalam termodinamika dan mekanika, yang disebut dengan transformasi
Legendre (Legendre transformation). Diberikan sebuah fungsi f ( x, y ) , maka
df =

f
f
dx + dy .
x
y

Selanjutnya dengan menuliskan

p=

f
x

q=

f
y

dan

maka bentuk diferensial total f menjadi

df = p dx + q dy .
Jika bentuk df dikurangi bentuk d (qy ) , diperoleh

df d (qy ) = pdx + qdy qdy ydq


atau

d ( f qy ) = pdx ydq .
Jika didefinisikan fungsi g sebagai

g = f qy
maka

dg = pdx ydq

__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

149

sehingga dapat disimpulkan bahwa


g
=p
x

dan
g
= y .
q
Serupa dengan hal di atas, bentuk pdx dalam df dapat diganti dengan
xdp melalui bentuk fungsi f xp .

Soal-soal Latihan
1.

Dalam persamaan diferensial parsial


2z

2z
2 z

5
+
6
= 0,
x y
x 2
y 2

lakukan substitusi
s = y + 2 x dan t = y + 3 x ,
selanjutnya tunjukkan bahwa persamaan tersebut menjadi

2 z
= 0.
s t
Selesaikan bentuk persamaan terakhir ini.

2.

Ubahlah variabel x ke melalui x = cos ke dalam persamaan Legendre

(1 x 2 )

d2y
dx 2

2x

dy
+ 2y = 0
dx

sehingga berubah menjadi


d2y
d

3.

+ cot

dy
+ 2y = 0 .
d

Ubahlah variabel x ke u = 2 x yang menyebabkan persamaan Besssel

__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

150

d2y
dx

+x

dy
(1 x) y = 0
dx

berubah menjadi
u2

d2y
du

4.

+u

dy
+ (u 2 4) y = 0 .
du

Dalam termodinamika, diberikan fungsi


dU = TdS PdV

dengan U adalah energi dakhil, T adalah suhu mutlak, S adalah entropi, P


adalah tekanan dan V adalah volume. Carilah transformasi Legendre yang
memberikan :

5.

a.

Fungsi f (T , S )

b.

Fungsi g (T , P )

c.

Fungsi h( S , P ) .

Diberikan L(q, q ) sedemikian sehingga


dL = p dq + p dq .
Carilah H ( p, q ) sedemikian sehingga
dH = q dp p dq .
Di sini L dan H adalah fungsi yang biasa digunakan dalam mekanika
masing-masing dinamakan Lagrangan dan Hamiltonan. Besaran q dan p
dinamakan koordinat umum (generalized coordinat) dan momentum umum
(generalized momentum). Besaran q dan p biasanya melambangkan
derivatif q dan p ke waktu t.

Ekstremum fungsi dua variabel


Turunan parsial ini bermanfaat guna menyelidiki perilaku perubahan fungsi
di sekitar titik tertentu melalui deret Taylor fungsi variabel banyak dalam bentuk
produk pangkat ( x x0 ) n ( y y0 ) n yang merupakan perluasan deret Taylor satu

__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

151

dimensi. Jika dalam deret Taylor satu dimensi, ekspansi f (x) di sekitar titik x0
adalah

f ( x) =

( x x0 ) n
n!
n =0

dn

n f ( x)
dx
x
0

maka untuk dua variabel x dan y, ekspansi deret f ( x, y ) di sekitar titik ( x0 , y0 )


adalah

f ( x0 , y0 )
f ( x, y ) = ( x x0 ) + ( y y0 )
.

y
n
!

n =0
Deret Taylor dan nilai turunan-turunan parsial di berbagai titik sangat bermanfaat
untuk menentukan nilai ekstrem suatu fungsi serta mengidentifikasi sifat ekstrem
tersebut.
Ditinjau ekspansi deret Taylor fungsi f ( x, y ) di sekitar titik ekstrem /
stasioner ( xe , ye ) hingga orde dua dalam x = x xe , y = y ye atau hasil kali
silangnya, yang dirumuskan sebagai

f
f
(x) 2 2 f
f ( x, y ) = f ( xe , ye ) + x
+ y
+
x x , y
y x , y
2 x 2
e e
e e
xe , ye
+

(y ) 2 2 f
xy 2 f
+
2 y 2
2 xy
xe , ye
xe , ye

= f ( xe , ye ) + f
dengan

f = Px + Qy + 12 (x) 2 A 1 + 2( B / A)(y / x) + (C / A)(y / x) 2

dengan berturut-turut
P=

f
f
2 f
2 f
2 f
,Q =
,A= 2
,B = 2
,C =
.
x x y
y x y
xy

y
e e
e e
xe y e
xe y e
xe y e

Fungsi f akan ekstrem di ( xe , ye ) apabila f lenyap di ( xe , ye ) dalam orde linear


x dan y , yang berarti

__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

152

P =Q =0.
Jadi syarat perlu ekstrem adalah lenyapnya turunan parsial pertama di ( xe , ye ) .
Jika syarat ini telah terpenuhi maka
2
2
2

1
B y
C B y
2
f = A (x) 1 + + 2
2
A A x
A x

Nilai f akan positif jika


A>0
dan

B2
A2

>0

atau
B 2 AC < 0 .
Kondisi untuk mana f > 0 di sekitar ( xe , ye ) menyebabkan f minimum lokal.

Soal-Soal Latihan
1.

Volume V suatu tabung lingkaran tegak diberikan oleh


V = r 2h
dengan r adalah jari-jari dan h adalah tinggi tabung. Jika h dipertahankan
tetap pada h = 10 cm, carilah laju perubahan V terhadap r pada r = 5 cm.

2.

Menurut hukum gas ideal, tekanan P, volume V dan suhu T dirumuskan oleh
persamaan
PV = kT
dengan k adalah konstanta. Carilah nilai laju perubahan tekanan terhadap
suhu pada waktu suhunya sama dengan 400 C jika volume dipertahankan
tetap pada 100 cm3.

3.

Tunjukkan dari persamaan gas ideal pada nomor di atas berlaku

__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

153

4.

P
P
+T
= 0.
V
T

Sebuah fungsi dua variabel f ( x, y ) yang memenuhi persamaan Laplace

2 f ( x, y )
2 x

2 f ( x, y )
2 y

=0

disebut sebagai fungsi harmonik. Tunjukkan bahwa fungsi-fungsi di bawah


ini adalah fungsi harmonik.

5.

a.

f ( x, y ) = x3 y xy 3

b.

f ( x, y ) = ln(4 x 2 + 4 y 2 ) .

Suhu pada ( x, y ) dari suatu lempeng lingkaran yang berpusat di titik asal
diberikan oleh rumus

T ( x, y ) =

200

.
5 + x2 + y 2

Carilah di daerah manakah yang paling panas ?

6.

Carilah nilai-nilai maksimum atau minimum lokal dari fungsi-fungsi yang


diberikan di bawah ini :

7.

a.

f ( x, y ) = x 2 2 x + 14 y 4

b.

f ( x, y ) =

c.

f ( x, y ) = cos x + cos y + cos( x + y ) ; 0 < x < / 2 ; 0 < y < / 2

d.

2
2
f ( x, y ) = e ( x + y 4 y ) .

y2
b2

x2
a2

Nyatakan sebuah bilangan positif N sebagai jumlah dari tiga bilangan


sedemikian sehingga hasil kali tiga bilangan tersebut bernilai maksimum.

__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

154

8.

9.

Carilah jarak terpendek antara :


a.

Titik asal dan permukaan z 2 = x 2 y + 4 serta titik hubungnya

b.

Titik asal dan bidang x + 2 y + 3 z = 12 serta titik hubungnya

c.

Titik (1, 2, 0) dan bidang x + y + z = 0 serta titik hubungnya

Tentukan ukuran balok (panjang, lebar dan tinggi) yang bervolume V agar
luas permukaannya minimum.

10.

Carilah ukuran balok yang volumenya V agar jumlah panjang rusukrusuknya minimum.

11.

Carilah suatu vektor dalam ruang tiga dimensi yang bertitik asal di O
dengan panjang 8 agar jumlah komponen-komponennya maksimum.

12.

Diberikan titik-titik

P1 ( x1, y1), P2 ( x2 , y2 ), ... , Pn ( xn , yn )

pada bidang koordinat XY. Akan dicari garis y = mx + c sedemikian


sehingga jumlah kuadrat jarak tegaklurus titik-titik tersebut ke garis
y = mx + c adalah minimum, atau dengan kata lain, ingin dicari nilai

minimum bentuk fungsi


n

f (m, c) = ( yi mxi c)2 .


i =1

Tunjukkan bahwa minimum tersebut terjadi saat


n

i =1

i =1

i =1

i =i

i =1

m xi2 + c xi = xi yi
dan
nc + m xi = yi .

__________________________________________________________________
__

Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial


_________________________________________________________________________________________
____

155

Selanjutnya carilah nilai m dan c untuk titik-titik (1,2), (2, 3), (3, 5) dan (4,
7).

__________________________________________________________________
__

Daftar Pustaka
155
_______________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA
Boas, M.L., 1983, Mathematical Methods in the Physical Sciences, John Wiley &
Sons, New York.
Bradbury, T.C., 1984, Mathematical Methods with Applications to Problems in
the Physical Sciences, John Wiley & Sons, New York.
Harper, C., 1976, Introduction to Mathematical Physics, PrenticeHall, New
Jersey.
Muslim, 1993, Pengantar Fisika Matematik, Lab AtomInti, FMIPA UGM
Yogyakarta.
Spiegel, M.R., 1992, Matematika Lanjutan untuk Para Insinyur dan Ilmuwan,
Erlangga, Jakarta.

_______________________________________________________________________________

Anda mungkin juga menyukai