Buku Pengantar Fisika Matematik Rinto Anugraha
Buku Pengantar Fisika Matematik Rinto Anugraha
FISIKA MATEMATIK
z
P (a, b, c)
r
c
y
a
b
PRAKATA
Saat ini buku yang membahas topik Pengantar Fisika Matematik masih
jarang dijumpai. Padahal, topik tersebut merupakan salah satu topik penting dalam
menggunakan matematika untuk menyelesaikan problem-problem fisika. Buku ini
ditulis dengan maksud untuk menambah perbendaharaan literatur dalam bidang
ilmu fisika, khususnya tentang Fisika Matematik.
Bahan buku ini sebagian diambil dari pengalaman kami dalam mengampu
matakuliah Pengantar Fisika Matematik di Jurusan Fisika FMIPA UGM,
ditambah dari sejumlah buku teks penting berbahasa asing. Meski demikian, buku
ini tidak saja terbatas hanya pada pengguna di Jurusan Fisika FMIPA UGM saja,
namun dapat pula sebagai salah satu referensi mahasiswa dan dosen bagi
matakuliah sejenis di Perguruan Tinggi lain. Buku ini sangat penting bagi
mahasiswa tahun pertama sebagai dasar-dasar matematika untuk mempelajari
fisika. Bagi khalayak umum, buku ini juga dapat menjadi referensi mengingat
tingkat kesulitannya disesuaikan dengan tingkat kesulitan bagi mahasiswa tahun
pertama.
Penyajian buku ini dimulai dari pembahasan bilangan kompleks yang
merupakan perluasan dari konsep bilangan real. Selanjutnya ditelaah aljabar
vektor, matriks, determinan dan persamaan linear. Pada bab empat disajikan limit,
fungsi dan turunan, diteruskan dengan bab lima tentang integral. Pada bab enam
diberikan konsep turunan parsial.
Pada setiap bab, cukup banyak diberikan contoh soal serta soal latihan itu
sendiri. Banyaknya contoh soal yang disajikan akan memudahkan pembaca lebih
memahami konsep setiap bab. Kami menyarankan agar soal-soal latihan yang
terdapat pada akhir setiap Bab dicoba untuk diselesaikan, agar pemahaman
tentang isi buku ini dapat lebih sempurna.
Melalui kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
segenap pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Selanjutnya,
meski telah disiapkan cukup lama, kami menyadari bahwa buku ini masih
memiliki banyak kekurangan. Barangkali pula di sana sini masih terdapat salah
i
tulis dan ketik. Karena itu kami dengan tangan terbuka sangat mengharap
masukan positif dari para pembaca, dalam rangka penyempurnaan buku ini.
Akhirnya kami berharap, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
fisika di masa depan.
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA
DAFTAR ISI
iii
BAB I
1
4
10
14
22
22
23
26
28
BILANGAN KOMPLEKS
Beberapa Sifat Aljabar Bilangan Kompleks
Perkalian dan Pemangkatan, Rumus de Moivre dan Euler
Rumus Binomium Newton
Penerapan Bilangan Kompleks
Mekanika
Osilator Selaras Teredam
Masalah Kelistrikan
Optika
32
32
33
33
34
36
36
40
42
48
54
59
60
63
65
70
81
81
84
92
92
94
98
101
BAB V INTEGRAL
Integral sebagai Inversi Penurunan (Anti Derivatif)
Rumus-Rumus Integral Dasar dan Metode Pengintegralan
106
106
106
iii
Pengintegralan Parsial
Substitusi Variabel
Metode Pecahan Parsial
Integral Tertentu (Integral Riemann
Penerapan Integral Tertentu
Mencari Luas di bawah Benda Putar
Volume Benda Putar
Menentukan Panjang Busur Kurva
Fungsi Gamma
Fungsi Beta
108
108
109
113
116
116
117
118
120
125
132
132
134
138
139
144
147
150
DAFTAR PUSTAKA
155
iv
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
BAB I
BILANGAN KOMPLEKS
Konsep bilangan kompleks muncul untuk mengakomodasi nilai akar suatu
bilangan negatif. Ditinjau persamaan kuadrat dalam z berikut :
az 2 + bz + c = 0
dengan a, b dan c variabel bebas. Penyelesaian persamaan kuadrat di atas adalah
z1, 2 =
b b 2 4ac
.
2a
1 = i,
sehingga i 2 = 1 . Selanjutnya
16 = 4i ,
3 = i 3 , i3 = i
2 8 = i 2 .i 8 = 4
z 2 2z + 2 = 0
maka akar-akar penyelesaiannya adalah :
z=
2 4 8 2 2i
=
=1 i .
2
2
z = x + iy
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
yang merupakan gabungan bilangan real x dan bilangan imaginer iy. Besaran x, y
dan
z = x2 + y 2 .
Dengan konsep tersebut, orang dapat menyatakan bentuk-bentuk seperti sin i,
exp(i), ln(i +1) dalam bentuk bilangan kompleks x +iy.
Sebuah bilangan kompleks seperti 5 + 3i adalah jumlah dari dua suku. Suku
real (tidak mengandung i) disebut bagian real dari bilangan kompleks. Koefisien i
dalam suku yang lain disebut bagian imaginer dari bilangan kompleks. Dalam
bilangan 5 + 3i, 5 adalah bagian real, sementara 3 adalah bagian imaginer. Penting
untuk dicatat bahwa bagian imaginer dari suatu bilangan kompleks, bukan
imaginer tetapi real.
Salah satu dari bagian real atau bagian imeginer dari suatu bilangan
kompleks dapat bernilai nol. Jika bagian real bernilai nol, bilangan kompleks
tersebut murni imaginer. Bagian real yang nol dapat diabaikan, sehingga misalnya
0 + 5i cukup ditulis 5i. Jika bagian imaginer dari bilangan kompleks tersebut
lenyap, maka bilangan kompleks tersebut murni real. Sehingga misalnya, 7 + 0i
cukup ditulis dengan 7.
Dalam aljabar, sebuah bilangan kompleks biasanya ditulis sebagai suatu
jumlahan, seperti 5 + 3i. Bentuk ini dapat pula ditulis dalam bentuk (5, 3). Jadi
kalau kita ingin menjumlahkan antara dua buah bilangan kompleks, misalnya 5 +
3i dengan 4 + 2i, kita dapat menuliskannya dalam bentuk (5 + 3i) + (4 + 2i) = 9 +
5i atau dalam bentuk (5, 3) + (4, 2) = (9, 5).
Ketika kita mengenal konsep ini, mungkin timbul pertanyaan, apakah arti
fisis dari sin i , ln(1 + i ) dan sebagainya. Akan kita lihat nanti bahwa bilangan
kompleks memainkan peran dalam sains, selain tentu saja matematika.
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
x
x
Gb. 1.1
Bidang Argand
x = r cos
y = r sin
dan
= arctan ( y / x)
sehingga
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
z = r (cos + i sin ) .
Contoh soal :
Nyatakan bentuk z = 2 + 2i 3 dalam koordinat polar.
Jawab :
x = 2, y = 2 3
sehingga
r = 4 + 12 = 4
dan
= arctan(2 3 / 2) = / 3
sehingga
Jawab :
Disini kita memiliki x = 1, y = 1 sehingga r =
5
+ 2 n
4
z = 1 i = 2 [cos(5 / 4 + 2n ) + i sin (5 / 4 + 2n )]
=
1.
1.
z1 = z 2
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
jika dan hanya jika keduanya memiliki bagian real yang sama :
Re ( z1 ) = Re ( z 2 ) ,
demikian pula dengan bagian imaginernya :
Im ( z1 ) = Im ( z 2 ) .
2.
z = z1 + z 2 = ( x1 + x2 ) + i( y1 + y 2 ) .
Demikian pula untuk pengurangan berlaku
z = z1 z 2 = ( x1 x2 ) + i( y1 y 2 ) .
3.
4.
z1 + z 2
z1 + z 2
b.
c.
d.
5.
dengan lambang
z* = x iy
sehingga
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
Re z* = Re z ,
Im z* = Im z ,
x = Re z = 12 ( z + z*),
dan
y = Im z = 2i ( z * z )
Konjugat kompleks ini dapat langsung diperoleh dengan menukar tanda +i
menjadi i. Sebagai contoh konjugat kompleks dari 2 + 3i adalah 2 3i. Konjugat
kompleks ini merupakan pencerminan bilangan kompleks terhadap sumbu x.
Menyederhanakan ke bentuk x + iy
Sembarang bilangan kompleks dapat ditulis dalam bentuk x + iy. Untuk
menjumlahkan, mengurangi dan mengalikan bilangan kompleks, perlu diingat
bahwa mereka mengikuti aturan aljabar biasa serta i 2 = 1 .
Contoh :
(1 + i ) 2 = 1 + 2i + i 2 = 2i .
Untuk membagi sebuah bilangan kompleks dengan lainnya, caranya masingmasing pembilang dan penyebut dikalikan dengan kompleks konjugat penyebut
sehingga penyebut menjadi real.
Contoh :
2 + i 2 + i 3 + i 5 + 5i 1 1
=
=
= + i.
3i 3i 3+i
10
2 2
Terkadang lebih mudah menghitung ketika disajikan dalam bentuk polar.
Contoh :
Tuliskan bentuk
1
2(cos 20 0 + i sin 20 0 )
dalam bentuk x + iy .
Jawab :
Karena 20 0 = 0,349 radian maka
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
1
2(cos 20 + i sin 20 )
0
1
1
=
= 0,5e 0,349i =
0
,
349
i
2(cos 0,349 + i sin 0,349)
2e
Contoh soal :
Tunjukkan z1 = 1 + i 3 dan z 2 = 2 2i 3 memenuhi kaedah ketidaksamaan
segitiga.
Jawab :
z1 = 1 + 3 = 2 ,
z 2 = 4 + 12 = 4 ,
z1 + z 2 = 3 i 3 ,
dan
z1 + z 2 = 9 + 3 = 2 3
sehingga
2 4 = 2 < 2 3 <2 + 4 = 6.
Contoh soal :
Carilah nilai absolut z =
2+i
.
3 2i
Jawab :
z=
2 + i 3 + 2i 4 + 7i
=
3 2i 3 + 2i
13
sehingga
z =
16 + 49
5
=
.
13
13
Contoh soal :
Carilah x dan y jika ( x + iy ) 2 = 2i .
Jawab :
Karena ( x + iy ) 2 = x 2 + 2ixy y 2 , maka diperoleh dua persamaan real :
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
x2 y2 = 0
dan
2 xy = 2 .
Dari persaman pertama diperoleh
y2 = x2
sehingga
y = x atau y = x .
2 x 2 = 2 atau 2 x 2 = 2 .
Karena x real, maka x 2 tidak boleh negatif. Karena itu
x 2 = 1 dan y = x
yang memberikan
x = y =1
dan
x = y = 1 .
Contoh soal :
Bagaimanakah bentuk kurva dalam bidang (x, y) yang memenuhi persamaan
z =3 ?
Jawab :
Karena
z = x2 + y 2 = 3
maka
x2 + y2 = 9 .
Karena itu persamaan z = 3 menggambarkan persamaan lingkaran dengan jarijari 3 dengan pusat di O.
Soal-Soal Latihan
1.
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
2.
a.
2 + 3i
1 i
b.
z
z
c.
(1 + 2i ) 3
d.
1+ i
1 i
Carilah seluruh nilai yang mungkin untuk bilangan real x dan y pada
persamaan berikut
3.
4.
a.
(2 x 3 y 5) + i ( x + 2 y + 1) = 0
b.
( x + iy )3 = 1
c.
x + iy + 2 + 3i
=i+2
2 x + 2iy 3
z 1 < 2
b.
z z = 5i
c.
z 1 + i = 2
d.
z +1 + z 1 = 8
e.
Re ( z 2 ) = 4
f.
z2 = z 2
g.
z2 + z 2 = 0
e3(1 4i )
b.
1 + i
1 i
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
10
c.
(1 + i ) 48
( 3 i ) 25
d.
(1 2i)i
e.
i ln i
f.
e (i / 4) + ln 3
2.
Euler
Dari perumusan
z = r (cos + i sin )
jika masing-masing ruas diturunkan ke diperoleh
dz
= r ( sin + i cos ) = i z
d
atau
dz
= i d .
z
Pengintegralan menghasilkan
ln z = i + C
dengan C suatu tetapan. Jika diisikan syarat :
= 0 maka z = r ,
sehingga
C = ln r .
Jadi diperoleh
z = r (cos + i sin ) = r exp (i )
Berlakulah rumus Euler :
e i = cos + i sin .
Adapun
e i = e i ( ) = cos( ) + i sin( ) = cos i sin
sehingga kedua rumus di atas dapat disatukan menjadi
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
11
e i = cos i sin
Dari bentuk di atas nilai cos dan sin dapat dituliskan sebagai
cos = 12 (ei + e i )
dan
sin =
1
2i
( e i e i )
Contoh soal :
Nyatakan z = 2 + 2i 3 dalam bentuk eksponensial.
Jawab :
Mengingat telah ditunjukkan di atas bahwa
Contoh soal :
Carilah nilai z 5 untuk bentuk z di atas.
Jawab :
z 5 = 45 exp(5i / 3) = 1024[cos(5 / 3) + i sin(5 / 3)] = 512(1 i 3 )
Contoh soal :
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
12
2 exp(i / 4)
Contoh soal :
Carilah semua akar persamaan x 4 + 2 x 2 + 4 = 0 .
Jawab :
Dengan substitusi :
u = x2
diperoleh bentuk persamaan kuadrat dalam u :
u 2 + 2u + 4 = 0
yang memiliki akar-akar
u1, 2 =
2 4 16
= 1 i 3 .
2
Jadi
u1 = 1 + i 3 = x 2 = 2 exp(2i / 3)
sehingga
x1, 2 = 2 exp(i / 3) = 2 (cos / 3 + i sin / 3)
=
1+ i 3
.
2
Kemudian
u 2 = 1 i 3 = x 2 = 2 exp(4i / 3)
sehingga
x3, 4 = 2 exp(2i / 3) = 2 (cos 2 / 3 + i sin 2 / 3) =
1+ i 3
.
2
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
13
1+ i 3
1+ i 3 1+ i 3
1 + i 3
,
,
dan
.
2
2
2
2
Dapat dilihat bahwa jumlah keempat akar tersebut sama dengan nol.
Contoh soal :
Carilah seluruh nilai akar
8.
Jawab :
z = 8 = 8(cos 0 + i sin 0)
= 8(cos 2 + i sin 2 )
= 8 (cos 4 + i sin 4 ) .
Jadi akar-akar untuk bentuk
8 adalah :
2
atau
2(cos 2 / 3 + i sin 2 / 3) = 1 + i 3
atau
2(cos 4 / 3 + i sin 4 / 3) = 1 i 3 .
Soal-soal Latihan
5.
6.
1 (ada 5 jawaban)
b.
16 (ada 8 jawaban)
c.
8i 3 8
7.
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
14
3.
n!
xnr yr
r = 0 ( n r )! r!
( x + y ) n = Crn x n r y r =
r =0
= x n + nx n 1 y +
n(n 1) n 2 2
x y + ... + nxy n 1 + y n
2!
e = lim [1 + (1 / n)]n
n
Apabila ke dalam rumus binomium Newton diisikan nilai :
x =1
dan
y = 1/n,
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
15
1
1 1 1
+ + + ... = 2,718281828...
1! 2! 3!
n = 0 n!
= i / n
dengan nilai n diambil besar sekali, maka dengan mengambil pendekatan
cos(i / n) = 1
dan
sin(i / n) = i / n
dihasilkan rumus untuk menurunkan nilai e yang berbentuk
n=0
n!
e = (1 + / n) = 1 + / 1! + / 2! + ... =
n
2
2!
4
4!
... =
(1) n 2 n
n = 0 ( 2 n)!
dan
sin =
3
3!
5
5!
(1) n 2 n +1
.
n = 0 ( 2n + 1)!
... =
2
2!
4
4!
+ ... =
2n
n = 0 ( 2 n)!
dan
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
16
sinh = +
3
3!
5
5!
+ ... =
2 n +1
n = 0 ( 2n
+ 1)!
Analog dengan kaitan untuk sin dan cos , bentuk hiperbolik di atas dapat
dikaitkan dengan e dalam bentuk
cosh = 12 (e + e )
dan
sinh = 12 (e e )
Fungsi hiperbolik yang lain adalah
tanh =
sinh e e
=
.
cosh e + e
= ln z .
Inversi bentuk hiperbolik ada hubungannya dengan logaritma alam (ln). Untuk
z = cosh = 12 (e + e )
sehingga diperoleh
= sinh 1 z = ln( z z 2 1) .
Bentuk penyelesaian di atas menunjukkan penyelesaian ganda (kecuali untuk z =
1) dan bernilai real apabila z 1. Untuk
z = sinh
maka diperoleh penyelesaian yang berbentuk
= sinh 1 z = ln( z + z 2 + 1) .
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
17
Bentuk di atas merupakan penyelesaian tunggal dan bernilai selalu real untuk
sembarang z real. Sedangkan untuk
z = tanh
diperoleh bentuk penyelesaian
1+ z
1 z
= tanh 1 z = 12 ln
yang bernilai real hanya untuk 1 < z < 1.
Contoh soal :
Nyatakan bentuk sin ( 2i ln 3) dalam bentuk x + iy .
Jawab :
z = sin ( 2i ln 3) = (2i ) 1 (exp(i + 2 ln 3) exp(i 2 ln 3) )
1
9 = 40 i .
2i
9
9+
=
Contoh soal :
Buktikan bahwa sin 2 z + cos 2 z = 1 .
Jawab :
eiz e iz
sin z =
2i
e 2iz 2 + e 2iz
=
dan
eiz + e iz
cos z =
2
e 2iz + 2 + e 2iz
=
sehingga
sin 2 z + cos 2 z =
2 2
+ = 1.
4 4
Contoh soal :
Buktikan bahwa
d
sin z = cos z .
dz
Jawab :
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
18
1 d iz
i (eiz + e iz )
e e iz =
= cos z .
2i dz
2i
Dalam matematika elementer, kita mempelajari logaritma hanya untuk
bilangan positif saja, tidak ada logaritma bilangan negatif. Hal ini memang
demikian jika kita hanya bekerja pada bilangan real saja. Namun jika kita bekerja
dengan bilangan kompleks, kita akan mengenal logaritma bilangan negatif,
bahkan logaritma dari bilangan kompleks itu sendiri.
Jika
z = ew
Contoh soal :
Carilah ln(1).
Jawab :
ln(1) = ln[exp i ( 2n)] = i ( 2n) untuk n = 0, 1, 2,
Contoh Soal :
Carilah nilai ln(1 + i )
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
19
Jawab :
Untuk z = 1 + i, maka
r= 2
dan
= / 4 2 n
maka
ln(1 + i ) = ln 2 + i ( / 4 2n )
= 0,347 + i ( / 4 2n ) .
Untuk setiap bilangan real positif, persamaan
ln a b = b ln a
ekuivalen dengan
a b = e b ln a .
Pangkat kompleks didefinisikan dengan rumus yang sama untuk a dan b
kompleks. Jadi menurut definisi
a b = e b ln a .
Karena nilai logaritma bilangan kompleks ada sejumlah tak hingga banyaknya,
demikian pula dengan pangkat kompleks ini. Kita dapat mengambil nilai utama
dengan sudut yang dipilih adalah sudut utama.
Contoh Soal :
Carilah seluruh nilai i 2i .
Jawab :
Bentuk tersebut dapat ditulis sebagai
i 2i = e 2i ln i .
Karena
ln i = i ( / 2 2n )
maka
i 2i = e 4n
dimana
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
20
e = 23,14 .
Perhatikan bahwa seluruh set nilai i 2i adalah real.
Contoh Soal :
Carilah seluruh nilai i1 / 2 .
Jawab :
i1 / 2 = e (1 / 2) ln i = e i / 4 e in .
Mengingat
+ 1 untuk n genap
e in =
1 untuk n gasal
maka
i 1 / 2 = e i / 4 =
1+
2
Contoh Soal :
Carilah z = arc cos 2 atau cos z = 2.
Jawab :
Dari bentuk
2=
eiz + e iz
,
2
dilakukan substitusi
u = eiz
sehingga diperoleh
u 2 4u + 1 = 0
Penyelesaian persamaan kuadrat di atas adalah :
u1, 2 =
4 16 4
=2 3
2
atau
eiz = 2 3 .
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
21
Soal-soal Latihan
9.
10.
cos ( 2i ln 3)
b.
tan 2i.
c.
sinh ln 2 +
3
d.
ln 2 i 2
e.
3 + i
sin i ln
f.
arccos (2)
g.
tanh 1 (i 3 )
h.
ln(sin 1 2i )
i.
tanh 1 (i i )
j.
e i +3 ln 2
k.
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
22
4.
2t + i
.
t i
Jawab :
Dari bentuk z = x + iy di atas, kecepatan kompleks dan percepatan kompleks
berturut-turut dirumuskan sebagai
v=
dz
dt
dan
d 2z
a= 2 .
dt
Karena itu besar kecepatan dan besar percepatan masing-masing sama dengan
v = dz / dt
dan
a = d 2 z / dt 2 .
Untuk nilai z di atas :
dz
3i
=
dt
(t i ) 2
sehingga
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
23
v=
dz dz
3i
3i
3
=
=
dt dt
(t i ) 2 (t + i ) 2 t 2 + 1
dz
=
dt
Sedangkan
d 2z
6i
=
2
dt
(t i )3
sehingga
d 2z
6
.
a= 2 = 2
dt
(t + 1) 3 / 2
Soal-soal Latihan
11.
12.
x + 2 x + 02 x = 0
dengan
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
24
b
2m
dan
0 =
k
.
m
Tetapan 0 adalah frekuensi sudut alamiah osilator yang tak teredam. Untuk
menyelesaikan persamaan di atas, dilakukan substitusi
x = e t
sehingga diperoleh persamaan kuadrat dalam :
2 + 2 + 02 = 0 .
Penyelesaian persamaan di atas adalah
1 = + 2 02
dan
2 = 2 02 .
I.
umumnya berbentuk
x = c1e1t + c2e 2 t
2 > 02 .
Jika 2 = 02 , maka
1 = 2 =
yang menghasilkan penyelesaian yang berbentuk eksponensial, yaitu
x1 = exp( t )
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
25
x2 = t exp( t )
sehingga penyelesaian umum untuk kasus 2 = 02 adalah
Adapun untuk redaman yang kecil, sehingga 2 < 02 , bentuk didalam akar
1 = + i1
dan
2 = i1
dengan
1 = 02 2 .
Penyelesaian umum untuk kasus ini adalah
a1 = i (c1 c2 )
dan
a2 = c1 + c2 .
Karena x real, c1 dan c2 adalah bilangan kompleks yang dihubungkan melalui
persamaan
c2 * = c1 .
Tetapan a1 dan a2 bernilai real.
Bentuk lain penyelesaian di atas adalah
x = A exp( t ) cos(1t )
dengan tetapan A dan diberikan oleh
A = a12 + a22
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
26
dan
tan =
a1
.
a2
Masalah Kelistrikan
Dalam teori arus listrik, jika VR adalah tegangan antara ujung-ujung
hambatan R, dan I adalah arus yang mengalir pada hambatan tersebut maka
berlaku hukum Ohm yang dirumuskan sebagai
VR = I R
Selain itu, kaitan antara arus I dan tegangan VL pada sebuah induktansi L adalah
VL = L
dI
dt
dan
VC =
1
I 0 cos t
C
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
27
V = VR + VL + VC .
Ada metode lain yang dapat digunakan untuk menelaah kasus di atas dengan
menggunakan konsep bilangan kompleks. Bentuk persamaan arus yang bervariasi
terhadap waktu dapat ditulis sebagai
I = I 0 e i t
dimana kuat arus secara fisis diberikan oleh bagian imaginer I dalam persamaan di
atas. Jadi
VL = RI 0 e i t
VL = iL I 0ei t = iL I
VC =
1
I
I 0 e i t =
i C
i C
sehingga
1
I .
V = VR + VL + VC = R + i L
1
.
Z = R + i L
C
Z = R 2 + ( X L X C )2
dengan
XL = L
dan
XC =
1
C
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
28
X L = XC
yang berarti
1
.
LC
Keadaan ini disebut dengan keadaan resonansi. Pada keadaan ini bentuk Z tidak
mengandung bagian kompleks.
Optika
Dalam optik, orang sering menggabungkan sejumlah gelombang cahaya
(yang dapat diwakili oleh fungsi sinus) Misalkan terdapat n gelombang yang
dapat dituliskan sebagai
sin(t ), sin(t + ), sin(t + 2 ), ... , sin(t + (n 1) )
Jika orang ingin menjumlahkan seluruh gelombang tersebut,langkah termudah
adalah dengan menyatakan fungsi sinus tersebut, langkah termudah adalah dengan
menyatakan fungsi sinus tersebut sebagai bagian imaginer dari suatu bilngan
kompleks, sehingga n gelombang tersebut dapat dinyatakan sebagai bagian
imaginer dari deret bilangan kompleks berikut :
a (1 r n )
Sn =
1 r
dengan a dan r berturut-turut suku pertama dan rasio deret, deret bilangan
kompleks di atas dapat dinyatakan sebagai
eit (1 ein )
.
1 e i
Dengan menggunakan bentuk
1 ein = ein / 2 (e in / 2 ein / 2 ) = 2iein / 2 sin(n / 2)
dan
1 ei = ei / 2 (e i / 2 ei / 2 ) = 2iei / 2 sin( / 2)
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
29
sin(n / 2)
.
sin( / 2)
Akhirnya dengan mengambil bagian imaginer hasil di atas, diperoleh jumlah deret
sinus sebagai
n
n 1
2 .
sin t +
sin
2
sin
Soal-soal Latihan
13.
Pada integral-integral berikut ini nyatakan sin dan cos dalam bentuk
eksponensial, selanjutnya tunjukkan bahwa
a.
14.
b.
cos
c.
=0
3x dx = .
sin 2 4 x dx =
Carilah nilai
( a + ib ) x
15.
a.
b.
ax
e sin bx dx =
ax
16.
Tunjukkan bahwa tan z tidak pernah bernilai i , serta tanh z tak pernah
bernilai 1 .
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
30
17.
Buktikan bahwa
a.
b.
c.
2n
r cos n + r 2 n sin n =
n=0
n=0
d.
1 + cos n =
n =1
e.
sin n =
n =1
sin 2n
2 sin
sin 2 n
sin
2
2 n in
n=0
cos[ N / 2] sin[( N + 1) / 2]
sin / 2
sin[ N / 2] sin [( N + 1) / 2]
sin / 2
18.
19.
20.
x 2 + 3x + 6 = 0
b.
x4 4x2 2 = 0
c.
21.
Dalam teori relativitas khusus, laju partikel bermassa (v) selalu lebih kecil
daripada laju cahaya dalam vakum (c). Sementara itu nilai tanh untuk
real selalu memiliki jangkauan nilai 1 < tanh < 1. Jika didefinisikan
tanh = v/c,
buktikan bahwa
_______________________________________________________________________________
Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
31
cosh =
1
1 v2 / c2
dan
sinh =
v/c
1 v2 / c2
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
32
BAB II
ALJABAR VEKTOR
Dalam fisika, konsep tentang vektor memainkan peranan yang sangat
penting. Banyak besaran-besaran dalam fisika yang merupakan besaran vektor
(selain juga skalar, tensor dan lain-lain). Sebagai contoh, gaya yang merupakan
salah satu fisika penting dalam mekanika merupakan contoh dari besaran vektor.
Contoh lain adalah kecepatan yang juga merupakan besaran vektor. Jika
kecepatan ini hanya dihitung besarnya, diperoleh kelajuan yang merupakan
besaran skalar.
Ketika membicarakan aljabar vektor, orang tidak hanya berkutat pada
masalah sifat-sifat penjumlahan, pengurangan, perkalian baik perkalian vektor
dengan suatu skalar maupun perkalian antar vektor dalam bentuk perkalian titik
dan perkalian silang, namun juga konsep-konsep lain seperti diferensial vektor,
integral vektor, koordinat lengkung dan sebagainya. Namun pada buku ini
kalkulus vektor tidak akan dibahas.
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
33
Besar Vektor
Panjang panah yang mewakili suatu vektor A disebut panjang atau
magnitud (magnitude) vektor A , yang ditulis dengan A atau A. Terkadang
ditulis pula sebagai norm A , yang ditulis dengan A . Dengan menggunakan
teorema Phytagoras, panjang A adalah
A = A = Ax2 + Ay2 dalam dua dimensi
atau
A = A = Ax2 + Ay2 + Az2 dalam tiga dimensi.
Contoh soal :
Gaya F memiliki komponen ke arah x sebesar 3 N dan komponen ke arah y
sebesar 4 N. Maka :
Fx = 3N , Fy = 4 N , F = Fx2 + Fy2 = 5 N.
dan
F
3
= sudut antara F dengan sumbu x = arctan y = arctan .
Fx
4
Tertutup (Closure) :
Jika a dan b vektor, maka a + b juga sebuah vektor.
2.
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
34
a + b = b + a.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Terdapat suatu vektor 0 sedemikian sehingga
a + 0 = 0 + a = a.
Untuk sebuah vektor a tertentu terdapat lawan ( a ) sedemikian sehingga
a + ( a ) = 0 .
Jika 1 dan 2 adalah skalar maka (1 + 2 )a = 1a + 2a .
(a + b ) = a + b .
1 ( 2 a ) = ( 1 2 ) a
Penjumlahan Vektor
Dua vektor A dan B dapat dijumlahkan secara geometri dengan dua cara :
(1) cara segitiga, dan
(2) cara jajaran genjang.
Pada penjumlahan dua vektor atau lebih, berlaku kaedah-kaedah :
Kaedah komutatif : A + B = B + A
Kaedah asosiatif : ( A + B) + C = A + (B + C) .
Dengan kata lain, vektor-vektor dapat dijumlahkan dengan menggunakan aturan
aljabar biasa.
Contoh : dua buah vektor 5i + 3 j dan 3i + 2 j dapat dijumlahkan dengan hasil
8i + 5 j
Sebuah vektor cA menyatakan sebuah vektor yang panjangnya c kali vektor
A dan arahnya adalah sejajar (berlawanan) dengan A jika c positif (negatif).
Jadi jika
A
= 5i + 3 j
maka
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
35
4 A = 20i + 12 j .
panjang nol, seluruh komponennya nol namun tidak memiliki arah. Sebuah vektor
dengan panjang satu disebut vektor satuan (unit vector). Jadi untuk sebarang
vektor A 0, vektor A / A adalah sebuah vektor satuan. Pada contoh A diatas,
maka vektor satuannya adalah
5i + 3 j
34
karena besarnya sama dengan
34 .
Soal-soal Latihan
1.
Tunjukkan bahwa ketiga garis bagi (garis yang membagi garis sama
panjang) pada suatu segitiga sembarang bertemu pada satu titik.
2.
3.
Tunjukkan bahwa sebuah garis yang melalui titik tengah sisi pertama dan
sejajar sisi kedua, akan membagi dua sisi ketiga.
4.
Tunjukkan bahwa garis yang menghubungkan titik tengah dua sisi pada
sembarang segitiga akan sejajar dengan sisi ketiga dan panjang garis
tersebut sama dengan setengah panjang sisi ketiga.
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
36
5.
ak x k
k =0
6.
(a, b) = (a, b) .
Tunjukkan bahwa dalam kondisi tersebut, pasangan bilangan tersebut tidak
membentuk sebuah ruang vektor.
Perkalian Skalar
Perkalian skalar antara vektor A dan B didefinisikan sebagai sebuah
besaran skalar yang sama dengan panjang A dikalikan panjang B dikalikan
cosinus sudut antara A dan B . Dituliskan sebagai
A B = A B cos .
Perkalian skalar memenuhi kaedah komutatif :
AB = BA .
Perkalian skalar juga memenuhi kaedah distributif :
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
37
(B + C) A = B A + C A .
karena sudut yang mengapit kedua vektor satuan yang berlaian tersebut sama
dengan 900 sehingga cos 900 = 0. Jadi diperoleh
A B = Ax Bx + Ay B y + Az Bz .
Jika diberikan dua vektor dengan nilai komponen-komponennya, dapat
dicari sudut yang mengapitnya.
Contoh soal :
Diketahui vektor A = 3i + 6 j + 9k dan B = 2i + 3 j + k , carilah sudut antara
A = 32 + 6 2 + 9 2 = 3 14
B = (2) 2 + 32 + 12 = 14
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
38
A B = Ax Bx + Ay B y + Az Bz = AB cos
atau
cos =
Ax Bx + Ay B y + Az Bz
AB
6 + 18 + 9 21 1
=
=
42 2
3 14 14
sehingga
= 600 .
Jika dua vektor A dan B tegaklurus, maka
cos = 0
sehingga berlaku
Ax Bx + Ay B y + Az Bz = 0
Sedangkan jika kedua vektor tersebut sejajar, berlaku (jika tak ada komponen
yang bernilai nol)
Ax Ay Az
=
=
.
Bx B y Bz
(Tentu saja, jika misalnya Ax = 0 maka Bx = 0 ).
Penggunaan perkalian titik muncul pada konsep kerja (work) dalam
mekanika klasik. Kerja infinitesimal dW yang dilakukan pada sebuah partikel oleh
gaya F sepanjang pergeseran infinitesimal d s adalah
dW = F d s .
Hukum Newton kedua menyatakan bahwa gaya F yang bekerja pada partikel
bermassa m akan menyebabkan partikel tersebut mengalami percepatan sebesar
F
a=
m
atau
dv
F = ma = m
dt
dengan v adalah kecepatan partikel. Laju kerja W terhadap waktu t selama gaya
F bekerja pada partikel adalah
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
39
dW d s
dv
= F
= Fv = m v,
dt
dt
dt
padahal
( )
dv
d 2
d
v = (v v ) = 2 v
dt
dt
dt
sehingga diperoleh
d 1 dE
F v = mv 2 = K .
dt 2
dt
Persamaan terakhir di atas menyatakan bahwa laju gaya F yang bekerja
pada partikel berkecepatan v sama dengan perubahan energi kinetik E K terhadap
Soal-soal Latihan
1.
a = 3i + m( j + k)
dan
b = i + 5 j + 2mk ,
carilah nilai m sedemikian sehingga vektor a tegak lurus dengan vektor b .
Untuk nilai m tersebut, carilah semua vektor satuan yang tegaklurus pada a
dan b .
2.
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
40
3.
Jika A = i + 2 j 3k dan B = 2i 3 j k , carilah :
(a) Cosinus sudut antara A dan B .
(b) Panjang proyeksi A pada B .
(c) Vektor proyeksi A pada B .
4.
Tunjukkan bahwa
BA + AB
tegaklurus dengan
AB BA
untuk A dan B sembarang.
yang hasilnya didefinisikan sebagai sebuah vektor yang memiliki panjang dan
arah sebagai berikut :
Besar A B adalah A B = A B sin
dengan adalah sudut positif (0 1800) antara A dan B . Arah
C
= AB
adalah tegaklurus bidang A dan B dan mengikuti rotasi putar kanan dari A ke
B.
Perkalian silang antara A dan B tidak mematuhi kaedah komutatif. Jadi
A B tidak sama dengan B A . Perumusannya
AB = B A
sehingga
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
41
AB + B A = 0 .
Jika A dan B sejajar atau berlawanan arah, maka sudut yang mengapit
i j = k , j i = k , j k = i ,
k j = i , k i = j , i k = j .
Untuk menuliskan bentuk A B secara eksplisit, bentuk tersebut dituliskan
sebagai
A B = ( Ax i + Ay j + Az k) ( Bx i + B y j + Bz k)
= i( Ay Bz Az B y ) + j ( Az Bx Ax Bz ) + k( Ax B y Ay Bx )
i
= Ax
Bx
Ay
By
k
Az .
Bz
Dari bentuk di atas, penyajian A B dapat dinyatakan dalam bentuk nilai
determinan matriks 3 3, dengan baris pertama berisi vektor-vektor satuan, baris
kedua berisi komponen vektor pertama ( A ), dan baris ketiga berisi komponen
vektor kedua ( B ). Karena A B adalah vektor yang tegaklurus pada A maupun
B , rumus di atas dapat digunakan untuk mencari vektor (termasuk vektor satuan)
yang tegaklurus pada keduanya.
Contoh soal :
Carilah seluruh vektor satuan yang tegaklurus pada vektor A = 2i + j k dan
B = i + 3 j 2k .
Jawab :
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
42
k
1 = i + 3 j + 5k .
1 3 2
i j
AB = 2 1
u =
i + 3 j + 5k
12 + 32 + 52
1
i + 3 j + 5k .
35
1
i + 3 j + 5k
35
(Mengapa ?)
dengan
A1 = Ax , A2 = Ay , A3 = Az
dan vektor-vektor satuan
n1 = i, n2 = j , n3 = k .
Selanjutnya
diperkenalkan
kesepakatan
penjumlahan
Einstein
yang
A = Ai ni
Jika vektor A dikalikan skalar dengan vektor B , hasilnya
A B = ( Ai ni ) ( B j n j ) = Ai B j ni n j .
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
43
11 = 22 = 33 = 1
sedangkan
12 = 21 = 13 = 31 = 23 = 32 = 0 .
Jadi
A B = Ai B j ij = Ai Bi
= Ax Bx + Ay B y + Az Bz .
Bentuk ij ini dinamakan delta Kronecker. Pada persamaan di atas telah
digunakan rumus
B j ij = Bi
untuk seluruh jangkauan j.
Adapun untuk perkalian silang antara A dan B , bentuknya dapat dituliskan
sebagai
A B = Ai ni B j n j = Ai B j ni n j = ijk Ai B j nk
ni n j = ijk n k .
Lambang ijk dinamakan sebagai epsilon Kronecker yang nilainya adalah
ijk
Definisi nilai di atas menegaskan bahwa jika pada indeks epsilon Kronecker
terdapat angka yang sama, nilainya sama dengan nol. Nilai epsilon Kronecker
baru tak lenyap jika seluruh angka pada indeksnya berbeda, serta bergantung pada
urutan perputaran genap atau ganjil.
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
44
( A B) k = ijk Ai B j .
Jika bentuk di atas dijabarkan :
( A B)1 = A2 B3 A3 B2 ;
( A B) 2 = A3 B1 A1 B3 ;
dan
( A B)3 = A1 B2 A2 B1 .
Sementara itu dari bentuk di atas dapat pula disimpulkan pula bahwa :
Ai B j A j Bi = ijk ( A B) k
Perkalian silang antara A dan B dapat ditulis sebagai :
A B = ( A2 B3 A3 B2 )i + ( A3 B1 A1 B3 ) j + ( A1B2 A2 B1 )k
Selanjutnya dilakukan perkalian susun tiga vektor sebagai
( A B) C = ( ijk Ai B j n k ) (Cm n m )
= ijk kmn Ai B j Cm nn
Sementara itu
( A B) C = imn ( A B) i C m nn = ( Am Bn An Bm ) Cm n n
= ( Bn nn )( AmCm ) ( An nn )( BmCm ) = B( A C) A(B C) .
Untuk mencari kaitan antara epsilon dan delta Kronecker, dua persamaan di atas
ditulis sebagai
ijk kmn Ai B j Cm nn = ( Am Bn An Bm ) Cm nn
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
45
atau
kij kmn ( Ai B j Cm nn ) = ( im jn in jm )( Ai B j Cm n n )
sehingga diperoleh
kij kmn = im jn in jm .
Jika dipilih i = m :
kmj kmn = mm jn mn jm = 3 jn jn = 2 jn .
Selanjutnya untuk j = n diperoleh
kmn kmn = 2 nn = 6 .
Contoh soal :
Carilah nilai ( A B) C jika A = i + j + k , B = i j + 2k dan C = 2i + j k .
Jawab :
k
1 1 = 3i j 2k .
1 1 2
i
AB = 1
Jadi
i
( A B) C = 3
1 2 = 3i + 7 j + k .
2 1 1
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
46
Jika partikel dalam keadaan rehat yang berarti v lenyap atau v sejajar atau
berlawanan arah dengan B maka gaya Lorentz di atas tereduksi menjadi gaya
Coulomb :
F = qE .
Contoh Soal :
Misalkan ingin dicari gaya Lorentz F yang bekerja pada partikel bermuatan q
E = E0 (i j k)
dan
B = 5E0 (i + j + 2k) / c .
Jawab :
i
v B = E0 2
j k
2 1 = E0 (3i 5 j + 4k)
1 1 2
sehingga
1 3
F = qE0 1 + 5 = qE0 (4i 6 j + 3k).
1 4
Penggunaan perkalian silang yang lain adalah pada momentum sudut rotasi
partikel yang bermassa m berkecepatan v yang berada pada vektor posisi r .
Momentum sudut rotasi partikel tersebut adalah
L = r mv .
Dengan menurunkan persamaan di atas ke waktu t, diperoleh
dL
dv
= rm
+ v mv .
dt
dt
Dengan mengingat
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
47
vv = 0
dan
dv
= F,
m
dt
diperoleh
dL
= rF = .
dt
Jadi perubahan momentum sudut rotasi partikel terhadap waktu sama dengan
torka partikel tersebut. Jika gaya luar yang bekerja pada partikel tersebut lenyap,
maka perubahan momentum sudut rotasi terhadap waktu menjadi lenyap, atau
momentum sudut rotasi partikel bernilai kekal.
Soal
soal Latihan
1.
Buktikan bahwa A (B C) = B( A C) C( A B)
2.
Sederhanakan bentuk ( A B) (C D) dan ( A B) (C D)
3.
Hitunglah nilai ( A B) 2 + ( A B) 2 dan ( A B) 2 [(A B) B] A .
4.
Buktikan identitas Jacobi : A (B C) + B (C A) + C ( A B) = 0 .
5.
Jika diketahui tiga buah vektor A = 2i + 3 j 4k , B = 2i + 3 j + 4k serta
C = 2i + 3 j 4k , buktikan secara eksplisit bahwa
( A B) C = B( A C) A (B C)
dan
( A B) C = (B C) A = (C A ) B
6.
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
48
7.
Carilah gaya Lorentz F yang bekerja pada partikel bermuatan q yang
E = E0 (3i 2 j + k)
dan
B = 5E0 (i j k) / c .
8.
4 1 3
A = 6 2 = 4 .
8 3 5
Dalam koordinat dua dimensi (x, y), persamaan garis lurus yang melalui titik
( x0 , y0 ) dengan kemiringan (slope) m dituliskan sebagai
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
49
y y0
=m
x x0
atau
y = mx + ( y0 mx0 )
Diberikan sebuah garis pada dua dua dimensi dengan vektor
A = ai + bj .
Selanjutnya diketahui sebuah garis yang melalui titik acuan ( x0 , y0 ) dan
sembarang titik ( x, y ) serta sejajar dengan arah vektor A . Persamaan garis
tersebut adalah
r r0 = ( x x0 )i + ( y y0 ) j .
Vektor ini paralel dengan A = ai + bj , sehingga perbandingan komponenkomponen kedua vektor tersebut (untuk a, b 0) adalah
x x0 y y0
=
a
b
atau
y y0 b
= .
x x0 a
Persamaan di atas merupakan persamaan garis lurus bergradien m = b/a.
Keadaan di atas dapat ditulis dalam bentuk, bahwa karena r r0 dan A
sejajar, maka vektor yang satu adalah tetapan kali vektor yang lain, atau
r r0 = At
atau
r = r0 + At
dengan t adalah tetapan skalar. Besaran t tersebut dapat dipandang sebagai suatu
parameter sehingga persamaan di atas dapat dijabarkan menjadi
x x0 = at
dan
y y0 = bt .
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
50
Dalam tiga dimensi, gagasan yang sama dapat kembali digunakan. Ingin
diperoleh persamaan garis lurus yang melalui titik tertentu ( x0 , y0 , z0 ) dan sejajar
dengan vektor A = ai + bj + ck . Jika ( x, y, z ) adalah sembarang titik pada garis
lurus tersebut, vektor yang penghubungkan titik ( x0 , y0 , z0 ) dan ( x, y, z ) akan
sejajar dengan A . Sehingga komponen-komponen x x0 , y y0 , z z 0
sebanding dengan komponen a, b dan c dari vektor A , dan diperoleh
x x0 y y0 z z 0
=
=
.
a
b
c
Persamaan di atas merupakan persamaan garis lurus dengan a, b dan c 0. Jika
misalkan c = 0, dari persamaan di atas diperoleh
x x0 y y0
=
, z = z0 .
a
b
Sebagaimana dalam kasus dua dimensi, dua persamaan terakhir di atas dapat
dituliskan sebagai
r = r0 + At
atau
x = x0 + at
y = y 0 + bt .
z = z 0 + ct
Kembali ditinjau pada dua dimensi, ingin dicari persamaan garis lurus L
yang melalui titik ( x0 , y0 ) dan tegaklurus terhadap vektor N = ai + bj .
Sebagaimana telah dituliskan di atas, vektor
r r0 = ( x x0 )i + ( y y0 ) j
melalui garis tersebut. Karena vektor tersebut tegaklurus dengan vektor N , maka
perkalian titik antara keduanya bernilai nol, yang memberikan
a ( x x0 ) + b( y y0 ) = 0
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
51
atau
y y0
a
= .
x x0
b
Persamaan di atas adalah persamaan garis yang tegaklurus pada N .
Dalam kasus tiga dimensi, yang akan diperoleh adalah persamaan bidang
yang tegaklurus suatu vektor normal. Jika ( x0 , y0 , z0 ) adalah suatu titik dalam
bidang dan ( x, y, z ) adalah sembarang titik pada bidang tersebut, maka vektor
r r0 = ( x x0 )i + ( y y0 ) j + ( z z0 )k
terletak pada bidang tersebut. Jika N = ai + bj + ck adalah vektor normal /
tegaklurus terhadap bidang, maka N dan r r0 tegaklurus, seingga persamaan
bidang tersebut adalah
N (r r0 ) = 0
yang jika dijabarkan menjadi
a ( x x0 ) + b( y y0 ) + c( z z 0 ) = 0
atau
ax + by + cz = d
dengan
d = ax0 + by0 + cz0 .
Contoh soal :
Carilah persamaan bidang yang melalui tiga titik A (1, 1, 1), B (2, 3, 0) dan C (0,
1, 2).
Jawab :
Vektor yang menghubungkan titik-titik tersebut pasti terletak pada bidang yang
diinginkan. Dalam hal ini dapat dipilih dua vektor, yaitu
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
52
Perkalian silang antara kedua vektor tersebut akan tegaklurus pada bidang. Vektor
tersebut adalah
i j
N = AB AC = 3 2
k
1 = 6i + 8 j 2k .
1 0 3
Sekarang persamaan bidang dengan arah normal diberikan oleh vektor N yang
melalui salah satu titik, katakanlah B, adalah
6( x 2) + 8( y 3) 2( z 0) = 0
atau jika disederhanakan menjadi
3x 4 y + z + 6 = 0 .
Contoh soal :
Carilah persamaan garis yang melalui (1, 0, 2) dan tegaklurus pada bidang di
atas.
Jawab :
Pada contoh di atas, vektor 3i 4 j + k tegaklurus pada bidang di atas, sehingga
vektor tersebut sejajar dengan garis yang ingin dicari. Karena itu persamaan garis
tersebut adalah
x 1 y 0 z (2)
=
=
.
3
4
1
Contoh soal :
Carilah jarak antara titik P (1, 2, 3) ke bidang 3 x 2 y + z + 1 = 0 .
Jawab :
Terlebih dahulu dipilih salah satu titik pada bidang, yaitu titik Q (1, 2, 0). Vektor
yang menghubungkan dari P ke Q adalah
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
53
PQ N
083
11
Jarak =
=
=
14 .
2
2
2
14
N
3 + ( 2) + 1
Soal-soal Latihan
1.
2.
3.
4.
(b)
5.
Carilah persamaan bidang yang melalui titik (1, 2, 3), (2, 3, 1) dan (3, 1, 2).
6.
7.
8.
9.
(b)
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
54
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
Dua buah vektor sebidang tetapi tidak segaris pasti bebas linear.
Tiga buah vektor dalam ruang 3 dimensi dan tidak sebidang pasti bebas
linear.
yang bebas linear dalam ruang V tersebut. Jadi dalam ruang vektor berdimensi N,
selalu dapat dicariN buah vektor yang bebas linear, tetapi setiap N + 1 vektor
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
55
dalam ruang tersebut pasti gayut linear. N vektor yang dapat dicari dengan sifat
bebas linear tersebut dalam ruang vektor berdimensi N dapat diperlakukan sebagai
basis. Terhadap suatu perangkat basis
{b i =1,2,..., N } ,
sembarang vektor x dalam ruang berdimensi N dapat diuraikan menjadi :
N
x = x1b1 + x2b 2 + ... + x N b N = xi b i .
i =1
xi (i = 1, 2, ..., N) adalah proyeksi vektor x terhadap basis.
Soal-soal Latihan
1.
2.
Titik-titik dalam ruang fisis 3 dimensi dengan vektor letak r yang
memenuhi persamaan
r.n = n x x + n y y + n z z = h
terletak pada suatu bidang datar S yang tegaklurus pada vektor satuan
n = n x i + n y j + n z k
dan berjarak h dari pusat koordinat O.
a.
Carilah jarak sembarang titik T dengan vektor letak rT ke bidang S.
b.
c.
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
56
d.
e.
3.
rC = 6i + 3k
adalah titik-titik sudut suatu segitiga siku-siku. Hitung pula :
a.
b.
c.
d.
4.
Carilah manakah di antara dua set vektor berikut ini yang gayut linear.
a.
a = (4, 1, 2), b = (1, 3,1), c = (3, 9, 3)
b.
a = (1, 0, 1), b = (2, 2, 1), c = (2,1, 5)
5.
x 3 y +1
= z 1.
=
2
2
a.
Tuliskan persamaan lintasan tersebut dalam bentuk r = r0 + A t .
b.
c.
2
t = (r0 A) / A .
6.
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
57
Ekspansikan rumus tersebut. Jika r tegaklurus dengan (yang berarti r
dan v terletak pada satu bidang), tunjukkan bahwa besar momentum sudut
adalah
L = mvr.
7.
Ekspansikan perkalian susun tiga a = ( r ) . Jika r tegaklurus dengan
, tunjukkan bahwa
a = 2 r .
8.
Dua partikel bermuatan yang bergerak menghasilkan dua gaya yang bekerja
pada pasangannya tersebut. Dua gaya tersebut sebanding dengan
v1 ( v 2 r )
dan
v 2 ( v1 r )
dengan r adalah vektor jarak yang menghubungkan kedua partikel.
Tunjukkan bahwa kedua gaya tersebut besarnya sama dan berlawanan arah
(hukum Newton tiga) jika dan hanya jika
r ( v1 v 2 ) = 0 .
9.
Tunjukkan bahwa sebarang vektor V pada sebuah bidang, dapat dinyatakan
sebagai kombinasi linear dari dua vektor tak sejajar A dan B pada bidang
tersebut, yaitu dalam bentuk V = aA + bB . Selanjutnya carilah nilai a dan
b.
(Petunjuk : Carilah hasil perkalian silang A V dan B V . Tunjukkan pula
bahwa
(B V ) n
a=
(B A ) n
dengan n adalah vektor normal bidang. Dengan cara yang sama cari pula
nilai b.)
_______________________________________________________________________________
Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
58
10.
_______________________________________________________________________________
59
BAB III
MATRIKS, DETERMINAN
DAN PERSAMAAN LINEAR
Pada bagian ini akan ditelaah kombinasi aljabar dan geometri yang sangat
berguna dalam berbagai problem fisika. Dalam fisika, banyak persoalan yang
melibatkan penyelesaian berupa set persamaan linear, misalnya persoalan
rangkaian listrik dengan menggunakan hukum Kirchoff. Jika diasumsikan telah
diselesaikan dua persaman linear simultan untuk x dan y berupa penyelesaian x =
2 dan y = 3, maka penyelesaian tersebut dapat dipandang sebagai titik (2, 3)
dalam bidang (x, y). Jika dua persamaan linear yang melibatkan dua variabel
bebas dipandang mewakili dua persamaan garis lurus, pada penyelesaiannya
berupa titik potong antara dua garis tersebut. Penyajian tersebut merupakan
wilayah geometri.
Banyak problem dalam fisika memerlukan penyelesaian set persamaan
linear dalam beberapa variabel yang tak belum diketahui nilainya. Untuk
menyelesaikan set persamaan linear, dapat digunakan metode substitusi atau
eliminasi. Metode ini cukup berguna untuk menyelesaikan kasus sederhana,
misalnya dua persamaan yang berisi dua variabel. Namun, untuk persoalan yang
lebih kompleks diperlukan metode yang lebih sistematik, terpadu dan cepat dalam
mencari penyelesaian yang diinginkan. Akan ditinjau dua metode tersebut untuk
menyelesaikan set persamaan simultan. Metode pertama yang biasa digunakan
disebut reduksi baris (row reduction) atau eliminasi Gauss, biasanya digunakan
dan beguna dalam komputasi numerik dan cukup efisien untuk menyelesaikan
banyak persamaan linear dengan bantuan komputer. Metode kedua adalah metode
Cramer yang memberikan perumusan untuk menyelesaikan seluruh variabel
dengan menghitung determinan matriks yang ordenya sama dengan jumlah
variabel bebas. Untuk kedua metode tersebut diperlukan konsep matriks dan
determinan.
Ditinjau 3 persamaan linear yang berisi 3 variabel :
__________________________________________________________________
60
2x + 5 y + z = 4
3x 4 y 2 z = 6
3x + 7 y 5 z = 8
Seluruh angka pada set persamaan tersebut dapat disusun sebagai
5
1 4
2
3 4 2 6 .
3 7 5 8
Bentuk di atas disebut matriks yang berode 3 4 karena berisi 3 baris dan 4
kolom. Pada matriks tersebut, sebagai contoh, angka 5 terletak pada baris ke satu
dan kolom ke dua. Angka 8 terletak pada baris ketiga dan kolom keempat.
Ada beberapa operasi matriks, yaitu :
1.
Kesamaan matriks .
Dua buah matriks dikatakan sama jika dan hanya jika orde kedua matriks
a + 2 2b c + d
b + d ae 2c f
4
2 d 1
b + 1
=
b + c e 5a
6
a = 1, b = 2, c = 3 d = 4, e = 5 dan f = 6.
2.
Transpos matriks
Jika terdapat
1 2 3
A =
4 5 6
maka
1 4
A = 2 5
3 6
Perkalian skalar
__________________________________________________________________
61
A =
3 4
2 1
maka
5 5
C = A + B =
5 5
dan
3 1
.
D = A B =
1
3
5.
pertama sama dengan banyaknya baris pada matriks kedua. Matriks hasil
perkalian kedua matriks tersebut memiliki orde : banyaknya baris sama dengan
banyaknya baris pada matriks pertama dan banyaknya kolom sama dengan
banyaknya kolom pada matriks kedua. Misalnya
7
1 2 3
dan B = 8
A =
4 5 6
9
maka
7
1 2 3 50
8 =
AB =
4 5 6 9 122
sedangkan BA tidak didefinisikan.
Untuk dua matriks persegi (matriks yang jumlah baris sama dengan jumlah
kolom) seperti
__________________________________________________________________
62
1 2
A =
3 4
dan
2 3
B =
4 1
maka
10 5
AB =
22 13
dan
11 16
BA =
7 12
yang berarti AB BA . Karena itu dapat dikatakan bahwa secara umum perkalian
matriks tidak bersifat komutatif.
6.
Invers matriks
Sebuah matriks persegi A memiliki invers A 1 sehingga
A A 1 = A 1 A = I
A =
3 7
3 1
sedemikian sehingga
1 0
= I .
A A1 = A1 A =
0 1
Konsep invers matriks sangat erat hubungannya dengan determinan matriks, yaitu
nilai karakteristik suatu matriks. Sebuah matriks persegi memiliki invers jika dan
hanya jika determinan matriks tersebut tidak sama dengan nol. Jika determinannya
sama dengan nol, matriks tersebut tidak memiliki invers, serta disebut pula
matriks singular. Contoh matriks singular adalah
__________________________________________________________________
63
2 3
A =
8 12
yang menyebabkan tidak adanya matriks A1 untuk A tersebut.
Soal-soal Latihan
1.
2.
1 2
2 3
3 4
, B =
dan C =
, carilah :
Jika A =
3 4
4 1
1 2
a.
b.
Jika diketahui
6 4
x + y
x y x
=
+
3
3
z w 1 2w z + w
carilah nilai x, y, z dan w.
3.
cos 1 sin 1
R1 =
sin 1 cos 1
dan
cos 2
R2 =
sin 2
sin 2
cos 2
__________________________________________________________________
64
sin
cos
yang dinamakan dengan matriks rotasi. Persamaan rotasi di atas dapat dinyatakan
sebagai persamaan matriks berikut :
x' cos
=
y ' sin
sin x
cos y
dengan
x'
r ' =
y'
dan
x
r = .
y
Selanjutnya ingin dicari transformasi balik dari ( x' , y ' ) ke ( x, y ) . Dari
x cos
=
y sin
sin x'
.
cos y '
__________________________________________________________________
65
sin cos
cos sin
sin x
cos y
1 0 x x
= .
=
0 1 y y
Hasil di atas menunjukkan bahwa matriks
cos
sin
sin
cos
cos
A =
sin
sin
.
cos
cos
A1 =
sin
sin
.
cos
Determinan
Determinan matriks persegi A berorde n n dengan komponen baris ke i
dan kolom ke j yaitu aij dituliskan sebagai
__________________________________________________________________
66
an1 an 2 ... ann
Sifat-sifat determinan matriks orde n n :
1.
Jika dua baris atau dua kolom dari determinan tersebut dipertukarkan, maka
nilai determinannya menjadi 1 nilai determinan semula.
Contoh :
1 2 3
4 5 6
2 1 3
4 5 6 = 1 2 3 = 5 4 6 .
7 8 9
7 8 9
8 7 9
2.
Jika dua baris atau lebih, begitu pula dengan dua kolom atau lebih adalah
identik (komponen-komponennya sama) maka nilai determinannya sama
dengan nol. Hal ini dapat ditunjukkan dengan mudah, mengingat jika baris
atau kolom dipertukarkan maka nilainya menjadi minusnya, padahal sama
sekali tidak mengubah nilai determinan semula (mengingat identiknya baris
atau kolom yang dipertukarkan). Jadi kalau nilai determinan sama dengan
minusnya, pasti nilai determinan tersebut sama dengan nol.
Contoh :
1
5
1
6
2
7
3
8
=0
4
9 10 11 12
karena komponen baris pertama sama dengan komponen baris ketiga.
Sedangkan
1
5
8
2 3 1
6 7 5
=0
9 10 8
9 11 12 9
karena komponen kolom pertama sama dengan komponen kolom keempat.
__________________________________________________________________
67
3.
Jika komponen suatu baris atau suatu kolom dikalikan dengan tetapan s
maka nilai determinan menjadi s nilai determinan mula-mula. Sebagai
contoh :
1 2
3 8
=2,
maka
1 2
1
2
=
= 3 .2 = 6 .
9 24 3.3 3.8
4.
Jika suatu baris ditambah dengan s baris yang lain, maka nilai determinan
tidak berubah. Demikian juga untuk kolom. Contoh :
1 2 8
3 2 1 =1,
1 1 2
demikian juga dengan misalnya
2
1
1
2
7 6 10
=3 2
1 1
1 juga = 1 .
2
Dalam hal ini matriks terakhir dimodifikasi dalam bentuk baris pertama
ditambah 2 baris kedua.
5.
__________________________________________________________________
68
1
4
0
3
0 4
1 4
1 0
+ (1)(3)
+1
4 = 2
3 2
4 2
4 3
2
= 24 + 54 3 = 75
Contoh soal :
Nyatakan persamaan bidang yang melalui tiga titik (0, 0, 0), (1, 2, 5) dan (2, 1,
0) dalam bentuk determinan matriks.
Jawab :
Determinan matriks yang dimaksud adalah
z 1
0 1
5 1
= 0.
2 1 0 1
Contoh soal :
hitunglah determinan berikut ini :
1 2 3 4
D=
2 3 4 1
3 4 1 2
4 1 2 3
Jawab :
Dengan melakukan operasi sebagai berikut : Baris II 2 Baris I ; Baris III 3
Baris I ; Baris IV 4 Baris I, maka nilai D tetap.
D=
0 2
10
0 7 10 13
Dilakukan ekspansi Laplace terhadap seluruh komponen pada kolom I, sehingga
nilai D yang tak lenyap hanyalah
D = 2 8 10 = (1)3 2 8 10 .
7 10 13
7 10 13
__________________________________________________________________
69
4
4
D = 0 4
4 = (1)
= 160 .
4 36
0 4 36
Setelah ditelaah beberapa sifat determinan, selanjutnya dikaji lebih lanjut
tentang invers matriks. Invers matriks A dirumuskan sebagai
A 1 =
1
CT
det A
dengan
Cmn = kofaktor amn .
Contoh Soal :
Carilah A 1 , untuk
a 0 b
A = 0 1 0
b c a
Jawab :
Det A = a 2 + b 2 .
Kofaktor setiap elemen di atas adalah :
Baris pertama :
Baris kedua
Baris ketiga
1 0
c a
=a,
0 b
c
0 b
1
b a
a b
0 1
= 0,
a b
= bc ,
=b,
0 0
b c
= a2 + b2 ,
= 0,
a 0
b c
a 0
0 1
= b
= ac
= a.
Sehingga
0
a
C = bc a 2 + b 2
b
0
ac
a
Jadi :
__________________________________________________________________
70
bc
a
1
1
T
2
2
=
C =
0 a +b
2
2
det A
a +b
0
b
0 .
a
Rumus Cramer
Determinan matriks orde n n dapat digunakan untuk menentukan
penyelesaian n buah persamaan linear yang mengandung n variabel. Metode ini
dinamakan dengan metode Cramer (Cramers rule). Sebagai contoh mula-mula
ditinjau 2 buah persamaan linear dengan 2 variabel bebas x dan y :
a1x + b1 y = c1
a2 x + b2 y = c2 .
Dari dua persamaan di atas diperoleh penyelesaian
c b c2b1
x= 1 2
a1b2 a2b1
dan
a c a2 c1
y= 1 2
a1b2 a2b1
Bentuk penyelesaian di atas dapat dituliskan menjadi :
c1
b1
c b
x= 2 2
a1 b1
a2 b2
dan
a1
a
y= 2
a1
a2
c1
c2
.
b1
b2
a
D= 1
a2
b1
b2
__________________________________________________________________
71
Jawab :
D=
1 2
= 7 .
x=
1 3 3
21
=
=3
D 5 2 7
y=
1 2 3
7
=
= 1 .
D 1 5 7
dan
Contoh :
Gunakan rumus Cramer untuk menentukan x dari persamaan di bawah ini.
( a b) x
abx
+ 2z = a2 + b2
a 3 y + bz = 0
( a + b ) x a ( a b) y
= a ( a b) .
Jawab :
Dengan menuliskan D sebagai :
ab
D = ab
a3
b
a + b a ( a b) 0
__________________________________________________________________
72
= 2
a3
ab
a + b a( a b)
a b
a + b a ( a b)
= a ( 2 a 3 + a 2b + b 3 )
sehingga
1
x=
D
1
=
D
a2 + b2
2
3
0
a
b
a ( a b) a ( a b ) 0
a2 + b2
a
0
a
b
a ( a b) 0
a ( a b)
3
2
3
a 2 + b2
3
a ( 2a + a b + b )
2
b
= ab
Soal-soal Latihan
1.
1 a bc
1 b ac = (c a)(b a )(c b)
1 c ab
2.
2 0
3 4
3
4 =0
0
3.
__________________________________________________________________
73
4.
5.
2 3
4 5
b.
1 2 3
2 3 1
3 1 2
c.
1
1
a.
b.
c.
6.
1 1 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0
0 1 2 3
3 0 1 2
2 3 0 1
1 2 3 0
1
a
1
b
1
c
1
d
a2
a3
b2
b3
c2
c3
d2
d3
a 0
b c
b
c
0
__________________________________________________________________
74
Jika pada set persamaan linear ternyata seluruh ruas kanan sama dengan nol,
serta det A 0, maka hanya muncul penyelesaian trivial, yaitu nilai seluruh
variabel tersebut = 0.
Contoh :
Pada set persamaan linear :
x + 3y + 2z = 0
x 2 y + 4z = 0
4x 2 y z = 0
maka diperoleh penyelesaian
x= y=z=0
karena
D = 1 2 4 0 .
4 2 1
Kasus ini dinamakan sistem persamaan linear homogen. Namun jika D = 0 ,
berarti tak semua dari set persamaan tersebut bebas. Salah satunya pasti
merupakan kombinasi linear dari persamaan linear lainnya. Dengan demikian
cacah persamaan yang bebas paling tidak kurang berkurang satu. Dengan
demikian, penyelesaian sistem persamaan linear homogen dengan D = 0 adalah
berupa perbandingan nilai antar variabel.
Contoh :
Untuk tiga persamaan linear dengan tiga variabel x, y dan z berikut :
x + 2 y + 3z = 0
2x + 3y 2z = 0
3x y + 5 z = 0
__________________________________________________________________
75
ternyata
D = 2 3 2 =0.
3 1 5
Ini menunjukkan bahwa salah satu persamaan linear merupakan kombinasi linear
persamaan-persamaan linear lainnya (Hal ini dapat pula dilihat bahwa persamaan
ketiga sama dengan persamaan satu dikurangi persamaan kedua).
Perbandingan nilai antara
x1 : x2 : x3 = x : y : z
adalah sama dengan
M ( D 1) : (1) M ( D 2) : M ( D 3)
dengan M ( D k ) adalah determinan matriks D yang telah dihilangkan baris ke 3
(karena ada tiga variabel atau tiga persamaan) dan kolom ke k. Jadi
x: y:z =
3 2
2 2
2 3
= 13 : 4 : 7
x + 2 y + 3z = 0
2x + 3y 2z = 0
Dari persamaan pertama dan kedua, dengan mengisikan misalnya nilai
x = 13,
berturut-turut diperoleh :
2 y + 3 z = 13 .
3 y 2 z = 26 .
Dua persamaan terakhir memberikan nilai
y = 4
dan
z = 7,
__________________________________________________________________
76
ak f k ( x) = 0
k =1
Contoh :
f1 ( x) = x dan f 2 ( x) = 3x maka
(3) x + (1).3 x = 0
yang menunjukkan bahwa kedua fungsi tersebut gayut linear. Sedangkan untuk
a1 sin x + a2 cos x = 0
hanya mungkin untuk tetapan a1 = a2 = 0 .
Untuk banyak fungsi, menentukan bebas atau gayut linear dapat dilakukan
dengan menggunakan determinan Wronskian. Jika terdapat n buah fungsi :
f1 ( x), f 2 ( x),..., f n ( x) yang seluruhnya memiliki derivatif hingga derivatif ke n
1, maka set fungsi tersebut dikatakan bebas linear jika dan hanya jika nilai
determinan Wronskian W :
W=
f1 ( x)
f1 ' ( x)
f 2 ( x)
f 2 ' ( x)
f1 ' ' ( x)
( n 1)
f1
( x)
f 2 ' ' ( x)
( n 1)
f2
( x)
f 3 ( x)
f3 ' ( x)
...
...
f 3 ' ' ( x)
...
( n 1)
f3
( x) ...
f n ( x)
f n ' ( x)
f n ' ' ( x) 0 .
( n 1)
fn
( x)
__________________________________________________________________
77
Contoh :
Untuk tiga buah fungsi x, x 2 , x 3 maka
x
x2
x3
2 x 3x 2
x2
W = 1 2 x 3x 2 = x
1
2 6x
2
0 2 6x
x3
6x
= x(12 x 2 6 x 2 ) (6 x 3 2 x 3 ) = 2 x 3 0
yang menunjukkan bahwa set fungsi x, x 2 , x 3 bebas linear. Sedangkan untuk set
fungsi x, 2 x, x 2 maka
x 2x
W=1
0
2
0
x2
2x = 0
2
yang menunjukkan bahwa set fungsi x, 2 x, x 2 gayut linear. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan menuliskan
a1 x + a2 (2 x) + a3 x 2 = 0
yang tak perlu seluruh a1, a2 , a3 bernilai nol. Dengan mengisikan misalnya
a1 = 2, a2 = 1, a3 = 0 ,
bentuk kombinasi linear di atas tetap dipenuhi.
Soal-soal Latihan
1.
x y + 2z = 5
a.
2x + 3 y z = 4
2x 2 y + 4z = 6
x 2y = 5
b.
2 x + 5 z = 10
3 y 4 z = 4
__________________________________________________________________
78
x+ yz =4
c.
x y + 2z = 3
2x 2 y + 4z = 6
x 2 y + 3z = 0
d.
x + 4 y 6z = 0
2 x + 2 y 3z = 0
3x + 4 y + 5 z 2w = 0
e.
2 x 5 y z + 3w = 0
2x 3 y + 5z + w = 0
x + y z + 4w = 0
2.
Tunjukkan apakah set fungsi berikut ini bebas atau gayut linear.
a.
b.
x, e x , xe x
c.
d.
sinh 2 x, cosh 2 x, e x , e 2 x
Soal-Soal Latihan
1.
x = x0 + v0 t + 1 at 2 ,
2
__________________________________________________________________
79
2.
Tunjukkan bahwa :
cos
0
0
2 cos
1
cos
1
0
0
.
2 cos
1
0
1
2 cos
1
0
1
2 cos
0
0
0
.
a.
b.
.
.
0
0
1 = cos 3
2 cos
.
.
0
2 cos
.
1
= cos n
.
1
2 cos
3.
4.
Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan untuk meluruh hingga tersisa
menjadi separuh dari jumlah semula. Suatu sampel zat radioaktif berisi
komponen A dan B yang masing-masing memiliki umur paruh 2 jam dan 3
jam. Diasumsikan bahwa hasil peluruhan menjadi gas yang lepas ke udara
(maksudnya tidak lagi menyatu dengan zat mula-mula). Setelah 12 jam,
suatu sampel zat tinggal bermassa 56 gram, dan setelah 18 jam tinggal
bermassa 12 gram. Hitunglah massa A dan B mula-mula.
__________________________________________________________________
80
5.
0 1
, y =
x =
1 0
i
Tunjukkan bahwa :
1 0
.
0 1
a.
x2 = 2y = z2 = 1 =
b.
x y y x = 2i z ,
demikian juga untuk pasangan permutasi lainnya.
6.
Perkalian matriks berikut ini biasanya muncul dalam telaah lensa tebal di
udara :
0 1 (n 1) / R1
1 (n 1) / R2 1
A =
1
1
0
d / n 1 0
dengan d adalah tebal lensa, n adalah indeks bias, R1 dan R2 adalah jarijari kelengkungan permukaan lensa. Elemen A12 adalah 1 / f dengan f
adalah panjang fokus lensa. Carilah nilai A, panjang fokus, serta tunjukkan
bahwa det(A) = 1.
7.
Sementara itu perkalian matriks yang muncul dalam telaah dua lensa tipis di
udara adalah
1 1 / f 2 1 0 1 1 / f1
M =
1 d 1 0
1
0
dengan f1 dan f 2 adalah panjang fokus masing-masing lensa serta d adalah
jarak antara kedua lensa tipis tersebut. Elemen M 12 adalah 1 / f dengan f
adalah panjang fokus gabungan. Carilah M, det M dan f.
__________________________________________________________________
81
BAB IV
LIMIT, FUNGSI DAN TURUNAN
Fungsi adalah kaedah pemetaan (mapping) dari suatu nilai yang disebut
variabel bebas yang himpunannya merupakan wilayah (domain) fungsi, ke suatu
nilai lain (variabel tak bebas) yang himpunannya merupakan jangakauan (range)
fungsi.
Misalkan terdapat fungsi
f ( x) = 2 x + 4 ,
maka domain fungsi f (x) tersebut adalah
2 x < ,
atau jika ditulis :
domain f = [2, ).
Adapun range fungsi tersebut adalah
0 f (x) < ,
atau dapat ditulis :
range f = [0, ).
Misalkan terdapat fungsi
g ( x) = x 2 + 2 x 3 ,
maka
g (1) = 12 + 2.1 3 = 0
g (2 x) = (2 x) 2 + 2(2 x) 3 = 4 x 2 + 4 x 3 dan seterusnya.
Dari bentuk f (x) dan g (x) tersebut, maka komposisi fungsi dinyatakan
sebagai :
( f g )( x) = f ( g ( x)) = 2 g ( x) + 4 = 2 x 2 + 4 x + 1
sedangkan
( g f )( x) =
2x + 4
)2 + 2
2x + 4 3 = 2x + 1 + 2 2x + 4 .
__________________________________________________________________
82
y = f ( x)
maka
x = f 1 ( y ) .
Contoh :
Misalkan y = g ( x) =
2x + 3
. Carilah g 1 ( x) .
x4
Jawab :
y=
2x + 3
x4
xy 4 y = 2 x + 3
x ( y 2) = 4 y + 3
4y + 3
x = g 1 ( y ) =
y2
sehingga
g 1 ( x) =
4x + 3
.
x2
Misalkan
g ( x) = x 4
dan
( f g )( x) = 2 x + 3
maka
g 1 ( x ) = x + 4 ,
sehingga
f ( x) = ( f g g 1 )( x) = ( f g )( g 1 ( x)) = 2( x + 4) + 3
= 2x + 11.
__________________________________________________________________
83
f ( x) =
x+3
3x 2
dan
( f g )( x) = 2 x 5 ,
maka
f 1 ( x) =
2x + 3
,
3x 1
sehingga
2(2 x 5) + 3
g ( x) = ( f 1 f g )( x) = f 1 (( f g )( x)) =
3(2 x 5) 1
4x 7
.
6 x 16
Soal-soal Latihan
1.
2.
3.
Jika f ( x) = 2 x + 4 dan g ( x 2) =
x +1
, carilah
2x + 3
a.
f (2 x) , f ( x = 4) , g ( x + 3) , g ( x 2 + 1)
b.
( f g )( x) , ( g f )(2) .
c.
( f f )(2 x) , ( g g )(3 x 1) .
a.
f ( x) =
b.
g ( y ) = 1 + (2 y 3)1 / 3
)3 / 2
x 1
2x
__________________________________________________________________
f ( x) =
84
dan
g (2 x 3) =
4.
5.
3x
.
2x + 1
g ( x) = 2 x + 3 dan ( f g )( x) =
b.
g 1 ( x) =
3x + 1
x+3
2x 1
dan ( f g 1 )( x) = 3 .
2x 3
Tunjukkan bahwa :
a.
( f g ) 1 = g 1 f 1
b.
( f 1 ) 1 = f
c.
( f g 1 ) 1 = g f 1
f ( x) = 2 ,
yang berarti untuk domain f = (, ) maka range f = 2.
2.
Fungsi pangkat
f ( x) = ax n ,
yang jika diperluas menjadi fungsi polinomial berderajat n :
Pn ( x) = a0 + a1x + a2 x 2 + ... + an x n =
ak x k
k =0
__________________________________________________________________
85
Jika a > 0, fungsi terbuka ke atas, dan sebaliknya jika a < 0, fungsi
terbuka ke bawah.
xe =
b
2a
ye =
D
4a
dan
dengan
D = b 2 4ac
adalah diskriminan fungsi.
Titik puncak maksimum diperoleh untuk a < 0, sedangkan titik
puncak minimum untuk a > 0.
Parabola dengan titik puncak ( xe , ye ) dapat pula dinyatakan sebagai
y = a ( x xe ) 2 + ye .
Jika D
b D
2a
__________________________________________________________________
x1 =
86
dan
x2 =
b+ D
.
2a
b
,
2a
Jika D < 0, grafik fungsi tidak memotong sumbu x. Dalam kasus ini,
jika a > 0, maka range fungsi selalu positif (definit positif), sedangkan
jika a < 0 maka range fungsi selalu negatif (definit negatif).
Jika pada fungsi kuadrat dipilih nilai y = 0, maka fungsi kuadrat tersebut
menjadi persamaan kuadrat :
ax 2 + bx + c = 0 , a 0.
Sifat-sifat persamaan kuadrat ini adalah :
b D
.
2a
b
.
a
c
.
a
D
.
a
__________________________________________________________________
87
3.
Fungsi trigonometri f ( x) = sin x dan cos x kontinu untuk selang < x <
. Fungsi
f ( x) = tan x =
sin x
cos x
maupun
cot x =
1
tan x
sec x =
1
cos x
csc x =
1
.
sin x
dan
sin 2 x + cos 2 x = 1
sec 2 x = 1 + tan 2 x
csc 2 x = 1 + cot 2 x
__________________________________________________________________
88
4.
tan x tan y
1 tan x tan y
tan( x y ) =
tan 2 x =
x+ y
x y
cos
2
2
x+ y
x y
sin
2
2
tan
2 tan x
1 tan 2 x
x+ y
x y
cos
2
2
x+ y
x y
sin
.
2
2
x 1 cos x
sin x
=
=
2
sin x
1 + cos x
Fungsi-fungsi eksponen
y = ax
dengan a > 0 kontinu untuk selang < x < dengan range y > 0.
Jika a = e (bilangan logaritma alam), maka fungsi eksponensial e
sinh x =
e x e x
,
2
__________________________________________________________________
89
e x + ex
cosh x =
2
dan
tanh x =
sinh x e x e x
=
.
cosh x e x + e x
Adapun fungsi
coth x =
1
tanh x
mengalami diskontinu di titik x = 0. Identitas yang terdapat dalam fungsifungsi hiperbolik adalah :
5.
cosh 2 x sinh 2 x = 1
sech 2 x = 1 tanh 2 x
csch 2 x = coth 2 x 1 .
y = f ( x) = sin x
maka
x = arcsin y .
Fungsi arcsin x dan arccos x hanya terdefinisi pada daerah 1 x 1,
sementara
fungsi
arctan x
dan
arccot x
terdefinisi
pada
daerah
< x < . Adapun fungsi arcsec x dan arccsc x terdefinisi pada selang
< x 1 dan 1 x < .
__________________________________________________________________
90
x = e log y = ln y .
Fungsi y = ln x kontinu untuk 0 < x < .
Sedangkan inversi fungsi hiperbolik
y = sinh x
adalah
x = sinh 1 y .
Fungsi y = sinh 1 x kontinu untuk < x < .
Fungsi y = cosh 1 x kontinu untuk 1 x < .
Fungsi y = tanh 1 x kontinu untuk 1 < x < 1.
Fungsi y = coth 1 x kontinu di daerah x < 1 atau x > 1 .
Soal-soal Latihan
1.
2.
a1x + b1 y = c1 dan a2 x + b2 y = c2 :
3.
4.
a.
Sejajar
b.
Tegaklurus
c.
b.
c.
91
c.
Melalui titik potong dengan sumbu x di (1, 0) dan (3, 0) dan titik
potong dengan sumbu y di (0, 3).
5.
b.
c.
6.
Carilah :
7.
a.
a+b,
b.
ab ,
c.
ab ,
d.
a 2 + b2
e.
a 3 + b3 .
2a dan 2b
b.
a3
b3
dan
2
2
c.
8.
a + 2 dan
b + 2.
d.
e.
__________________________________________________________________
92
9.
b.
2 sin 2 x + 5 cos x = 4
c.
cos x cos 2 x = 1 .
2
Limit Fungsi
Definisi Limit Fungsi : Diberikan fungsi f (x) yang didefinisikan pada interval
terbuka yang memuat bilangan x0 . Limit fungsi f (x) dengan x mendekati x0
adalah bilangan L yang ditulis sebagai :
lim f ( x) = L
x x0
jika untuk setiap > 0 yang diberikan, terdapat bilangan > 0 sedemikian
sehingga
f ( x) L <
untuk setiap x domain f (x) dan
0 < x x0 < .
Sifat-sifat Limit Fungsi
Berikut ini akan dituliskan beberapa sifat limit fungsi yang akan
memudahkan penghitungan limit.
(1)
(2)
(3)
x x0
x x0
x x0 x x0
x x0
x x0
__________________________________________________________________
93
(4)
x x0
lim
ln(1 + x)
= lim ln(1 + x)1 / x = ln lim(1 + x)1 / x = ln e = 1.
x
x0
x0
x0
lim
x2 4
( x 2)( x + 2)
lim
= lim
= lim x + 2 = 4.
x2
x2
x2
x2
x2
Dengan substitusi
ex 1 = u
sehingga
x = ln(1 + u )
maka
ex 1
u
ln(1 + u )
lim
= lim
= lim
x
ln(1 + u )
u
x0
u0
u0
= 1.
1
lim1 + = e
u
x
maka
lim1 +
3x
= lim1 +
( x / 2)
x/2
6 ( x / 2)
= e6
Soal-soal Latihan
__________________________________________________________________
94
1.
b.
xk ak
xa
xa
lim
lim
sin x tan x
x3
x0
c.
lim x 2 + 2 x + 5 x 2 3x + 4
x
d.
x2 + 2
lim
x2 1
e.
lim
x0
x 2 +3
x2
cos x sec x
Turunan Fungsi
Jika terdapat suatu fungsi y = f (x) , maka perilaku suatu titik sembarang (x,
y) yang terletak pada fungsi tersebut dapat diselidiki dengan mencari apakah pada
titik tersebut, kurva bersifat naik / turun atau stasioner. Cara menyelidikinya
adalah dengan menentukan tangen sudut garis singgung kurva y = f (x) di titik (x,
y) tersebut. Jika adalah sudut kemiringan garis singgung tersebut, maka :
dy
f ( x + h) f ( x)
= lim
dx
h
h0
(Untuk penjelasan dan penjabaran lebih terinci, silakan dilihat pada buku-buku
Kalkulus standar). Turunan pertama y = f ( x) ditulis sebagai
__________________________________________________________________
95
y' =
dy df
=
= f ' ( x) .
dx dx
d2y
dx 2
d3y
y ' ' ' = y (3) =
, dan seterusnya.
dx 3
Dengan menggunakan definisi turunan fungsi, dapat diperoleh beberapa
rumus-rumus penting turunan (derivatif) :
1.
Jika F ( x) = af ( x) + bg ( x) maka
dF
df
dg
=a
+b
dx
dx
dx
2.
Jika F ( x) = f ( x) g ( x) maka
dF df
dg
=
g+ f
dx dx
dx
3.
Jika F ( x) =
f ( x)
maka
g ( x)
df
dg
g f
dF dx
dx = f ' g fg '
=
dx
g2
g2
4.
dF dF df
=
.
dx
dx dx
Berikut ini disajikan nilai turunan fungsi-fungsi elementer
1.
Jika F ( x) = c , maka
dF
=0.
dx
2.
Jika F ( x) = x n maka
F ' = nx n 1 .
3.
Jika F ( x) = a x maka
__________________________________________________________________
96
F ' = a x ln a .
Khusus untuk a = e :
F ( x) = e x
maka
F'= ex .
4.
F '=
1
.
x ln a
Khusus untuk a = e :
F ( x) = ln x
maka
F'=
5.
1
.
x
6.
7.
8.
9.
10.
11.
F'=
1
1 x2
__________________________________________________________________
97
12.
F'=
13.
14.
1 x2
1
1+ x2
15.
1
x x2 1
17.
1+ x2
16.
1
x x2 1
18.
19.
F ' = sech 2 x
20.
F ' = csch 2 x
21.
22.
__________________________________________________________________
98
Soal-soal Latihan
1.
2.
3.
a.
y = xx
b.
y = arcsin
c.
1
y = ln 1 cot
x
d.
y = cosh e arccos( x
x+2
ex
Carilah nilai turunan fungsi di bawah ini pada titik x = 0 atau pada
pengambilan limit x 0 , jika nilainya ada :
cos(ln[ x + 1])
ln(cos[ x + 1])
a.
y=
b.
y = x sin x + (sin x) x
c.
e sin x
(sin x) e
y=
f ( x) = a0 + a1 ( x x0 ) + a2 ( x x0 ) + ... =
ak ( x x0 ) k .
k =0
df
x = x0 .
dx
__________________________________________________________________
a1 =
99
Selanjutnya jika f (x) diturunkan dua kali, kemudian hasilnya diisikan nilai
x = x0 , diperoleh
2a 2 =
d2 f
dx 2
x = x0 .
Jika proses penurunan ini dilakukan terus hingga turunan ke n, yang kemudian
hasilnya diisikan nilai x = x0 , diperoleh
an =
1 dn f
x = x0 .
n! dx n
Jadi
f ( x) =
(x x )k k
d f
0
x = x0
k!
dx k
k =0
x k d k f ( 0)
f ( x) =
.
dx k
k = 0 k!
Contoh soal :
Tentukan deret Maclaurin untuk fungsi e x .
Jawab :
Mengingat turunan ke n untuk fungsi e x sama dengan e x , yang jika diisikan x = 0
bernilai 1, maka
ex =
xk
k! = 1 + 1 +
k =0
x 2 x3
+
+ ... , < x <
2
6
x 2 k +1
sin x = (1)
(2k + 1)!
k =0
1.
= x
2.
cos x =
x3 x5 x7
+
(1) k
k =0
x 2k
(2k )!
__________________________________________________________________
100
= 1
3.
ln(1 + x) =
x2 x4 x6
+
(1)
k =0
= x
4.
k x
k +1
k +1
x 2 x3 x 4
+
+ ... , 1 < x 1
2
3
4
1
= (1) k x k
1 + x k =0
f ' ( x0 ) . Jika :
f ' ( x0 ) = 0 dan f ' ' ( x0 ) > 0 maka titik ( x0 , y0 ) adalah titik maksimum relatif.
f ' ( x0 ) = 0 dan f ' ' ( x0 ) < 0 maka titik ( x0 , y0 ) adalah titik minimum relatif.
f ' ( x0 ) = 0 dan f ' ' ( x0 ) = 0 maka titik ( x0 , y0 ) adalah titik belok.
Soal-soal Latihan
1.
2.
b.
3.
4.
Pada telaah tetapan Madelung dalam zat padat, terdapat bentuk deret
1 1 + 1 1 + ... . Carilah nilai deret tersebut dengan menggunakan bentuk
2
deret ln (1 + x).
__________________________________________________________________
101
5.
Pada telaah difraksi Fresnel dalam optika, muncul bentuk integral berikut
1
I = sin x 2 dx .
0
6.
1
. (V bersatuan juta volt).
4V 2
b.
c.
Penerapan Turunan
Ditinjau penerapan turunan pada kasus mekanika. Sebuah partikel bergerak
lurus dengan persamaan gerak
x(t ) = mt 2 + nt + p .
Maka :
1.
2.
3.
4.
dx
= 2mt + n .
dt
dv
= 2m .
dt
v = v0 + at .
__________________________________________________________________
102
x = x0 + v0t + 12 at 2 .
Hubungan antara v, v0 , a, x dan x0 dapat dituliskan sebagai
v 2 = v02 + 2a ( x x0 )
Sementara itu hubungan antara v, v0 , t , x dan x0 ditulis dalam bentuk
x = x0 + 12 t (v + v0 )
Selanjutnya dibahas penerapan turunan untuk menentukan maksimum atau
minimum pada luasan tertentu. Ditinjau sebuah tali yang panjangnya l. Tali
tersebut dipotong menjadi dua bagian, satu bagian dibuat lingkaran dan satu
bagian dibuat bujursangkar. Ingin dicari panjang potongan tali masing-masing,
agar jumlah kedua luas tersebut bernilai minimum.
Misalkan panjang tali lingkaran dan bujursangkar berturut-turut x dan l x.
Maka
Luas lingkaran = ( x / 2 ) 2 =
x2
,
4
sedangkan
luas bujursangkar =
(l x) 2
.
16
1
lx l 2
1
L=
+ x2 + .
8 16
4 16
Dengan menurunkan L ke x diperoleh
dL 1 1
l
=
+ x = 0
dx 2 8
8
atau
x=
l
4 + 1
__________________________________________________________________
103
d 2L
dx
1 1
+ >0
2 8
yang menunjukkan bahwa x yang diperoleh adalah titik minimum. Jadi agar
jumlah luas keduanya minimum :
panjang tali untuk lingkaran =
l
4 + 1
sedangkan
panjang tali untuk bujursangkar =
4 l
.
4 + 1
2.
b.
c.
Kuat penerangan pada sebuah titik berbanding terbalik dengan jarak titik
tersebut dari sumber cahaya, serta berbanding lurus terhadap intensitas
cahaya. Jika terdapat dua sumber cahaya yang berjarak x dan masingmasing memiliki intensitas I1 dan I 2 , tentukanlah pada titik manakah di
antara kedua sumber cahaya tersebut sehingga jumlah kuat penerangan
menjadi minimum ?
3.
4.
__________________________________________________________________
104
garis singgung pada titik di mana ia saat itu berada. Pada titik mana ia harus
mematikan mesin agar ia dapat mencapat titik (4, 10) ?
5.
Jika sebuah benda dilempar ke atas dari suatu ketinggian awal s0 meter
dengan kecepatan awal v0 meter/detik maka rumus ketinggian benda
tersebut s dari tanah sebagai fungsi waktu t adalah
s = 5t 2 + v0t + s0 .
Jika s0 = 100 meter dan v0 = 50 meter/detik
6.
a.
b.
c.
d.
e.
Gunakan konsep turunan ekstrem dan asas Fermat tentang lintasan cahaya,
untuk menunjukkan berlakunya hukum Snellius tentang pemantulan dan
pembiasan.
7.
f ( ) =
(1 + ) 2 + 2 ln(1 + 2 )
2 1 + 2
f ( = 1) ,
b.
lim
f ( )
,
0
c.
lim
f ( )
d.
__________________________________________________________________
105
x 2 x3 x 4
(Petunjuk : ln(1 + x) = x
+
+ ... )
2
3
4
8.
9.
dv
= kx
dt
E=
mc 2
2
1 v / c
__________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
106
BAB V
INTEGRAL
Pengertian integral muncul dalam dua konteks, yaitu :
1.
2.
Integral sebagai limit jumlah yang dikenal sebagai integral tertentu (definite)
atau integral Riemann.
f ( x) =
d
F ( x) .
dx
Fungsi yang diperoleh dari proses integral f (x) ini tidaklah tunggal. Bentuk
F (x) dapat ditambah dengan suatu tetapan integrasi C yang boleh bernilai
sembarang, karena fungsi induk yang baru ini yaitu
Finduk = F ( x) + C
memenuhi pula
dFinduk dF
=
= f ( x) .
dx
dx
ini
disajikan
rumus-rumus
dasar
yang
digunakan
dalam
pengintegralan.
n
x dx =
x n +1
+ C , n 1
n +1
dx
= ln x + C
x
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
107
ax
e dx =
e ax
+C
a
sin x dx = cos x + C
cos x dx = sin x + C
tan x dx = ln sec x + C
cot x dx = ln sin x + C
sec x dx = ln sec x + tan x + C
csc x dx = ln csc x cot x + C
sinh x dx = cosh x + C
cosh x dx = sinh x + C
tanh x dx = ln cosh x + C
coth x dx = ln sinh x + C
1
sech x dx = tan (sinh x) + C
csch x dx = ln tanh( x / 2) + C .
Soal-soal Latihan
1.
dx
ax + b
x 2 dx
ax + b
b.
c.
x2 a
d.
cos
e
e.
dx
2
sin 2 x dx
2 x 2 + 3 dx
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
108
2.
Diketahui persamaan
dy
x
= 2
. Jika untuk x = 2, nilai y = 2, carilah
dx x + 4
nilai y untuk x = 0.
Pengintegralan Parsial
Integral parsial dirumuskan sebagai :
u dv = uv v du
Contoh :
2 ax
x e dx = xe / a (1 / a) e dx = a e (ax 1) + C
2
2
2
x cos x dx = x sin x 2 x sin x dx = x sin x 2( x cos x cos x dx )
ax
ax
ax
Substitusi Variabel
Berikut ini beberapa contoh substitusi variabel dalam penghitungan integral
I=
dx
( x + 2)
x +1
Melalui substitusi
y = x +1
maka
x = y2 1,
dan
dx = 2 y dy ,
sehingga
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
109
I=
2 y dy
dy
( y 2 + 1) y = 2 y 2 + 1 = 2 arctan y + C
= 2 arctan x + 1 + C .
Melalui substitusi :
x = a tan u
dan
dx = a sec 2 u du ,
maka
dx
a sec 2 u du
=
= a 1 du = u / a + C = a 1 arctan( x / a ) + C .
x 2 + a 2 a 2 (tan 2 u + 1)
Melalui substitusi :
x = a sin u ; dx = a cos u du ,
maka
dx
a2 x2
a cos u du
a 2 (1 sin 2 u )
= du = u + C = arcsin( x / a) + C .
Melalui substitusi :
x = a sinh u ; dx = a cosh u du ,
maka
dx
a +x
2
a cosh u du
a (1 + sinh u )
2
= du = u + C = sinh 1 ( x / a) + C .
ak x k .
k =0
Integral
_________________________________________________________________________________________
110
P( x)
Q( x) dx
Ada beberapa keadaan antara bentuk P (x) dan Q (x) yang menentukan
penyelesaian integral pecahan rasional.
1.
Q' ( x) = P( x)
Pada kondisi ini, nilai integral adalah
Q'
P dx = ln P( x) + C
Sebagai contoh :
2x + 3
x 2 + 3x + 4 dx = ln x
2.
+ 3x + 4 + C .
Contoh soal :
x3
2x
1 2
2
x 2 + 2 dx = x x 2 + 2 dx = 2 x ln x + 2 + C .
3.
Integral
_________________________________________________________________________________________
111
+ D ( x 1)( x + 1)( x + 2) .
Dengan menyamakan suku-suku berpangkat sama dalam x antara kedua
ruas, diperoleh
x3 A + B + C + D = 0
x 2 6 A + 4 B + 3C + 2 D = 0
x 11A + B C D = 1
x 0 6 A 6 B 3C 2 D = 5
Dari empat persamaan di atas dengan empat variabel A, B, C dan D tersebut,
masing-masing dapat dicari nilainya yaitu :
A=
1
1
, B = 1, C = 1, D =
4
4
Untuk mencari keempat nilai tersebut, dapat pula ditempuh cara lain, yaitu
dengan mengisikan nilai pada persamaan pembilang :
Untuk x = 1, diperoleh 6 = 24A
Untuk x = 1, diperoleh 4 = 4B
Untuk x = 2, diperoleh 3 = 3C
Untuk x = 3, diperoleh 2 = 8D
yang selanjutnya juga menghasilkan nilai A, B, C dan D yang sama. Jadi
x+5
1
1
1
1
=
dx
dx
dx
dx
1 ( x 1)( x + 2) 4
1
1
ln x 1 ln x + 1 + ln x + 2 ln x + 3 + C = ln
+C .
4 ( x + 3)( x + 1) 4
4
4
x a = ln x a + C .
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
112
Metode pengerjaan di atas terjadi pada saat penyebut Q (x) dapat diuraikan
serta tak terdapat akar yang sama. Jika terdapat akar yang sama, dapat
disimak pada contoh di bawah ini.
Contoh :
Ingin dicari bentuk eksplisit
( x 2)( x 1) 2 ( x + 1)3 dx
Jawab :
Bentuk pecahan rasional pada integran tersebut dapat diuraikan menjadi
x
A
B
C
D
E
F
=
+
+
+
+
+
.
2
3
2
2
x 2 x 1 ( x 1)
x + 1 ( x + 1)
( x 2)( x 1) ( x + 1)
( x + 1)3
Persamaan untuk pembilang adalah
x = A( x 1) 2 ( x + 1)3 + B ( x 2)( x 1)( x + 1) 3 + C ( x 2)( x + 1)3
+ D( x 2)( x 1) 2 ( x + 1) 2 + E ( x 2)( x 1) 2 ( x + 1) + F ( x 2)( x 1) 2
Dengan mengisikan nilai-nilai berikut :
x = 2 2 = 27 A
x = 1 1 = 8C
x = 1 1 = 12 F
x = 0 0 = A + 2 B 2C 2 D 2 E 2 F
x = 2 2 = 9 A 12 B + 14C 36 D + 36 E 36 F
x = 3 3 = 256 A + 128B + 64C + 64 D + 16 B + 4 F
Dari enam persamaan di atas diperoleh :
A=
2
1
1
5
1
1
, B= , C= , D=
, E= , F=
27
16
8
432
36
12
Jadi
x
2
1
1
5
=
1
1
+
2
36( x + 1)
12( x + 1) 3
sehingga
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
113
1
1
+C
36( x + 1) 24( x + 1) 2
Soal-soal Latihan
1.
b.
3x 2 + 2 x + 4
2 x 3 + 2 x 2 + 8 x + 5 dx
c.
x2 + 2x + 4
x 3 dx
d.
( x 1)( x 2) dx
e.
x( x + 1) 2 ( x + 2)3 dx
sin x dx
x 1
Integral
_________________________________________________________________________________________
114
dan
y
f (x)
f (i )
x
xi xi + x b
Gambar 5.1.
Unsur luas dan integral Riemann
i = a + (i 1 + i )x
dengan
0 i 1 .
Pada pengambilan limit n yang berarti x 0 , maka diperoleh luas daerah
A di bawah kurva y = f (x) yang dibatasi oleh sumbu x, x = a dan x = b sebagai
i =1
i =1
A = lim Ai = lim f ( i )x =
n
f ( x) dx
x=a
n
x 0
Nilai a dan b merupakan batas bawah (lower limit) dan batas atas (upper limit)
pengintegralan.
Integral Riemann memiliki beberapa sifat dasar :
1.
f ( x) dx = f ( x) dx
b
2.
3.
f ( x) dx = f ( x) dx + f ( x) dx
( Af ( x) + Bg ( x)) dx = A f ( x) dx + B g ( x) dx
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
115
4.
5.
f ( x) dx = f (t ) dt
Jika f ( x) =
dG ( x)
maka
dx
f ( x) dx = G ( x) a = G (b) G (a)
a
Contoh soal :
/2
2
sin x dx =
/2
1
2
(1 cos 2 x) dx = 12 [x 12 sin 2 x] 0
/2
1
2
2 2 sin (0 0 ) = 4 .
Soal-soal Latihan
Hitunglah integral-integral di bawah ini
3
1.
(x
+ 2 x + 5) 2 dx
/4
sin 2 x + cos
2.
x dx
3.
x 2 + 16 dx
0
/2
4.
sin x dx
e2
5.
ln x dx
1
6.
0 x ( x
+ 1)10 dx
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
116
x2 + 1
7.
8.
9.
x 2001
2002 x 2000 + x1998 + x1996 + ... + x 4 + x 2 + 1 dx
10.
/ 3 ( x + sin x) dx
/2
x 3 + 3x
dx
cos 4 x sin x dx
2002
/3
adalah
b
A = ( f1 ( x) f 2 ( x) ) dx .
a
A = ( g1 ( y ) g 2 ( y ) ) dx .
a
Contoh soal :
Hitunglah luas daerah yang dibatasi oleh kurva y1 = x 3 + 3x 2 dan y2 = 4 x .
Jawab :
Titik potong antara kedua kurva dapat dicari melalui :
x 3 + 3x 2 = 4 x
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
117
atau
x( x + 4)( x 1) = 0
sehingga diperoleh titik potong :
x = 4, x = 0 dan x = 1.
Untuk daerah 4 < x < 0, hubungan kedua kurva adalah y1 > y2 , sedangkan untuk
selang 0 < x < 1 maka y1 < y2 .
Jadi luas daerah yang ditanyakan adalah
A=
( y1 y2 ) dx + ( y2 y1 ) dx
(x
0
=
2.
1
4
+ 3 x 2 4 x dx + x 3 3 x 2 + 4 x dx
0
x 4 + x3 2 x 2
0
4
+ 14 x 4 x 3 + 2 x 2
1
0
131
.
4
terbentuk suatu benda putaan. Ada dua cara yang dapat digunakan, yaitu metode
cakram (disk) dan metode kulit (shell).
Pada metode cakram, misalkan terdapat suatu luasan yang dibatasi oleh
Vx = f12 ( x) f 22 ( x) dx .
a
g1 ( y ) dan g 2 ( y ) > 0 ,
maka volume yang terbentuk jika diputar mengelilingi sumbu y adalah
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
118
V y = g12 ( y ) g 22 ( y ) dy .
a
Contoh :
Carilah volume kerucut yang ditimbulkan oleh perputaran garis
y = mx
Volume kerucut = y 2 dx = m 2 x 2 dx = 13 m 2 h 3 .
Pada kerucut tersebut,
tinggi kerucut = h,
jari-jari kerucut = mh.
Karena itu rumus volume kerucut dapat ditulis sebagai
1
(mh) 2
3
Volume kerucut =
h =
Pada metode kulit, misalkan terdapat suatu luasan yang dibatasi oleh
yatas = f ( x) , sumbu x, garis xkiri = a dan xkanan = b .
Diasumsikan pada selang [a, b], yatas > 0 . Volume benda yang terbentuk jika
diputar terhadap sumbu y adalah
b
V y = 2 x f ( x) dx .
a
Contoh :
Pada daerah yang dibatasi oleh
parabola y = x 2 , sumbu x dan garis x = 4,
carilah volume akibat perputaran mengelilingi sumbu y.
Jawab :
4
V = 2 x.x 2 dx =
0
3.
[ ]
2 4
x
4
4
0
= 128 .
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
119
sehingga
2
dy
ds = dx 1 + .
dx
Jadi panjang busur lengkung di antara x = a dan x = b adalah
b
sab =
a
dy
1 + dx .
dx
Contoh :
Ingin dicari panjang busur lingkaran yang berjari-jari R. Persamaan busur
tersebut di kuadran pertama dirumuskan sebagai
y = R2 x2 .
Batas integrasi adalah x = 0 dan x = R . Maka
dy
x
=
dx
R2 x2
sehingga
2
x2
R2
dy
1+ = 1+ 2
=
.
R x2 R2 x2
dx
Jadi panjang busur :
R
s = R
0
dx
R2 x2
= R arcsin
x R
= R(arcsin 1 arcsin 0 ) = R .
R 0
2
Mengingat hasil di atas adalah panjang busur lingkaran, maka keliling lingkaran
sama dengan 2R .
Soal-Soal Latihan
1.
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
120
2.
b.
c.
b.
c.
3.
y = 23 ( x 2 + 1) 3 / 2 antara x = 1 dan x = 4.
b.
y4
1
x=
+ 2 antara y = 2 dan y = 1. (perhatikan bentuk
16 2 y
u 2 = u
untuk u < 0)
c.
x = 3t 2 + 2, y = 2t 3 1; 1 t 3.
Fungsi Gamma
Untuk menyajikan perilaku fungsi gamma, ditinjau nilai integral berikut.
Untuk > 0 :
x
e dx =
0
1 x 1
e
= .
0
xe
dx =
atau
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
121
xe
dx =
2 x
dx =
3 x
dx =
3
3!
n x
dx =
n!
n +1
n x
dx = n!, n = 1, 2, 3, ...
0! = e x dx = e x
0
=1 .
0
Sejauh ini n masih berupa bilangan bulat tak negatif. Adapun untuk
sembarang bilangan bilangan positif, didefinisikan fungsi gamma :
( p) = x p 1e x dx , p > 0.
0
Untuk 0 < p < 1, integral di atas merupakan integral tak layak (improper integral)
karena x
p 1
demikian integral tersebut merupakan integral yang bernilai konvergen untuk p >
0 (termasuk untuk selang 0 < p < 1). Khusus untuk p bulat, diperoleh
( p ) = (n 1)!
sehingga diperoleh nilai-nilai berikut :
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
122
(1) = 0!= 1 ,
(2) = 1!= 1 ,
(3) = 2! = 2 dan seterusnya.
( p + 1) = x p e x dx
0
( p + 1) = x e
( e
x)
px
dx = p x p 1e x dx = p( p) .
p 1
22
mengingat
( 1 ) = .
2
Soal-soal Latihan
1.
a.
2/3 x
e dx
b.
xe x dx
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
123
c.
1 / 2 x
e dx
d.
2 x
2
x e dx (petunjuk : x = u )
2
e.
x
xe dx
3
f.
1
u
x ln x dx (petunjuk : x = e )
0
1
g.
ln x dx
h.
1 / 3 8 x
dx
0
1
i.
( ln x) 3 dx
2.
v = dv / dt < 0 .
Jika penghitungan telah sampai pada t sebagai integral fungsi x, lakukan
substitusi x = exp(u ). Jawaban : t = ( 1 ) / 2 .
2
3.
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
124
( n + 1 ) =
1.3.5...(2n 1)
4.
(2n)!
4 n n!
Buktikan bahwa
d
( p ) = x p 1e x ln x dx
dp
0
dan
dn
( p ) = x p 1e x (ln x) n dx .
n
dp
0
5.
a.
d1/ 2
2 x 2 3x + 5
1/ 2
dx
b.
d 3/ 2
(4 x 7 ) .
dx 3 / 2
( p ) =
1
( p + 1) .
p
Sebagai contoh :
( 1 ) =
2
1
2
( 1 ) = 2 .
2
Adapun untuk p 0 :
( p ) =
( p + 1)
.
p
( 1 ) =
2
1 t
e dt .
t
0
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
125
Dengan substitusi :
t = x2
yang berarti
dt = 2 x dx ,
maka
( 1 ) = 2
2
x
e dx .
2
( 1 ) = 2 e y dy .
2
[( 12 )]2 = 4 e ( x
+ y2 )
dx dy .
00
Integral ini meliputi seluruh daerah pada kuadran I. Dengan melakukan substitusi
ke koordinat kutub :
r 2 = x2 + y2 ,
dx dy = dA = r dr d ,
0r <,
0 /2
maka
[ ]
/2
( 1 ) 2 = 4
2
0 r =0
er
2
r 2
r dr d = 4. .
=
2 2 0
sehingga diperoleh
( 1 ) = .
2
Fungsi Beta
Fungsi Beta didefinisikan sebagai
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
126
B( p, q) = x p 1 (1 x) q 1 dx , p > 0, q > 0.
0
B ( p, q ) =
1
a
p + q 1
p 1
(a y ) q 1 dy .
Bentuk fungsi beta dapat pula dinyatakan dalam bentuk trigonometri, yaitu
dengan melakukan substitusi :
x = sin 2 ,
dx = 2 sin cos d ,
1 x = cos 2 ,
sehingga
/2
B ( p, q ) = 2
(sin )
2 p 1
(cos ) 2q 1 d
Hubungan antara fungsi beta dan fungsi gamma dapat dinyatakan dalam
bentuk :
B ( p, q ) =
( p)(q )
.
( p + q )
( p) = t p 1e t dt
0
( p) = 2 y 2 p 1e y dy
2
Dengan substitusi
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
127
y x dan p q
diperolah
(q) = 2 x 2 q 1e x dx .
2
2
2
( p)(q) = 4 x 2 q 1 y 2 p 1e ( x + y ) dx dy .
00
x 2 + y 2 = r 2 , dx dy = dA = r dr d ,
0 r < , 0 /2,
perkalian fungsi gamma terakhir di atas menjadi :
( p )( q ) = 4
/2
r =0 =0
= 4 r 2 p + 2 q 1e r dr
2
/2
(cos )
2q 1
(sin ) 2 p 1 d .
2 p + 2 q 1 r
e dr =
r
2
1
2
p + q 1 u
e du = 12 ( p + q ) ,
(sin )
2 p 1
(cos ) 2q 1 d = 12 B( p, q) .
Jadi
( p )(q ) = 4. 1 ( p + q ). 1 B ( p, q )
2
atau
B ( p, q ) =
( p )( q )
.
( p + q )
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
128
Soal-soal Latihan
1.
Buktikan bahwa :
B ( p, q ) = B ( q, p ) .
(petunjuk : x = 1 y . Dapat pula dilihat secara eksplisit pada hubungan
antara fungsi beta dengan fungsi gamma)
2.
x=
y
y +1
B ( p, q ) =
3.
y p 1dy
( y + 1) p + q .
0
B(m, n) =
1
1
=
m C (m + n 1, n 1) n C (m + n 1, m 1)
dengan
m
n!
C (m, n) = =
n (n r )!r!
adalah koefisien binomial / perumusan kombinasi. (petunjuk : gunakan
hubungan antara fungsi beta dengan fungsi gamma).
4.
x 4 dx
1 x2
/2
b.
sin 3 x cos x dx
0
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
129
c.
y 2 dy
(1 + y )6
0
d.
y dy
(1 + y 3 )2
0
e.
5.
x 2 dx
.
2 x
Buktikan bahwa :
B(n, n) =
B(n, 12 )
22 n 1
( 2n) =
6.
22 n 1
(n)(n + 12 ) .
Tunjukkan bahwa
y m dy
1
( y + 1) n +1 = (n m) C (n, m)
0
7.
Tunjukkan bahwa :
B(m, n) B (m + n, k ) = B (n, k ) B (n + k , m) .
8.
2 N
( kT ) 3 / 2
E exp( E / kT )
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
130
b.
n ( E ) dE .
N=
E =0
Etot =
E n( E ) dE = 2 NkT .
3
E =0
NkT )
__________________________________________________________________
Soal-soal Latihan Tambahan
1.
2.
_______________________________________________________________________________
Integral
_________________________________________________________________________________________
131
dengan k adalah tetapan. Apabila suhu benda tersebut turun menjadi 500 C
setelah 1 jam, berapakah suhu benda tersebut setelah 3 jam ?
3.
b.
c.
_______________________________________________________________________________
132
BAB VI
FUNGSI VARIABEL BANYAK :
TURUNAN PARSIAL
Pada bagian sebelumnya, biasanya fungsi yang ditelaah merupakan fungsi
satu variabel bebas. Pada bagian ini akan dikaji fungsi variabel banyak, namun
untuk tingkat pengantar ini hanya akan disajikan dua variabel bebas yaitu x dan y
yang grafiknya masih dapat dilukiskan dalam ruang tiga dimensi berkoordinat
Cartesan (x, y, z) sebagai luasan z = f(x, y). Akan ditelaah dua topik yaitu kalkulus
diferensial yaitu telaah tentang turunan parsial
menelaah integral fungsi dua variabel. Pada bagian ini terlebih dahulu ditelaah
turunan parsial dengan segala aplikasinya.
Turunan Parsial
Jika y = f(x) maka dy / dx menyatakan kemiringan kurva y = f (x) atau laju
perubahan y terhadap x. Konsep kelajuan sangat banyak muncul dalam fisika,
sebagai contoh : konsep kecepatan gerak partikel sebagai perubahan jarak
terhadap waktu, konsep percepatan sebagai perubahan kecepatan terhadap waktu,
laju pendinginan benda yang bersuhu tinggi, perubahan tekanan sebagai fungsi
volume pada suhu tetap
menentukan nilai ekstrem, yaitu maksimum atau minimum fungsi pada kurva
tersebut. Konsep turunan ini dapat pula diperluas untuk sejumlah variabel.
Ditinjau fungsi dua variabel
z = f ( x, y ) .
Fungsi tersebut dapat ditinjau variasinya sebagai fungsi x saja dengan nilai y
dipertahankan tetap = y0 atau fungsi y saja dengan x dipertahankan tetap = x0 .
Untuk keadaan pertama tersebut dengan z diturunkan parsial ke x saja,
penulisannya adalah
__________________________________________________________________
__
133
z ( x + h, y0 ) z ( x, y0 )
z
= x z = lim
.
h
x y = tetap = y 0
h0
Serupa dengan rumus di atas, untuk keadaan kedua dengan z diturunkan parsial ke
y, penulisannya adalah
z ( x0 , y + h) z ( x0 , y )
z
= y z = lim
.
y
h
x = tetap = x 0
h0
z = x2 + y2 .
Turunan parsialnya ke x dan y berturut-turut adalah
xz =
x
x2 + y 2 =
x
z
yz =
y
x2 + y2 = .
y
z
dan
Turunan pertama parsial ini dapat diturunkan lagi untuk menghasilkan turunan
parsial orde tinggi, misalnya dengan menurunkan x z ke y dan y z ke x. Untuk
perlakuan ini, hasilnya berbentuk
y x z =
2z
x
=
yx y x 2 + y 2
= xy
z3
dan
2z
y
x y z =
=
xy x x 2 + y 2
= yx .
z3
Ternyata hasil keduanya sama, atau dapat disimpulkan bahwa turunan parsial orde
tinggi tidak bergantung pada urutan pengambilan turunan. Jadi untuk sembarang
fungsi f ( x, y ) yang memiliki sifat-sifat turunan pertamanya ada, kontinu dan
dapat diambil turunan parsialnya, berlaku
__________________________________________________________________
__
134
2 f ( x, y ) 2 f ( x, y )
.
=
yx
xy
Soal-soal Latihan
1.
Carilah turunan parsial pertama fungsi yang diberikan terhadap tiap variabel
bebasnya
2.
a.
f ( x, y ) = ( 4 x y 2 ) 3 / 2
b.
f ( x, y ) = e x + y (cos x + sin y )
c.
f ( x, y ) =
tan 1(4 x 7 y )
cosh(2 x 2 + 3 y )
f ( x, y ) f ( x, y )
=
.
yx
xy
a.
f ( x, y ) = 2 x 2 y 3 3 x 3 y 2
b.
f ( x, y ) = e2 xy [1 + ln( xy )]
c.
x+ y
f ( x, y ) = sin 1 2
x + y3
Diferensial total
Jika
z = f ( x, y )
maka diferensial total z dirumuskan sebagai
dz =
z
z
dx + dy .
x
y
Sebagai contoh
z = x2 + y 2
__________________________________________________________________
__
135
maka
dz =
x
x2 + y2
dx +
y
x2 + y 2
dy .
Jika z adalah fungsi dari banyak variabel, maka bentuk diferensial total z
menyerupai bentuk di atas. Misalkan z adalah fungsi n variabel yang dirumuskan
sebagai
z = f ( x1, x2 ,..., xn )
maka diferensial total z adalah
dz =
n
z
z
z
z
dx1 +
dx2 + ... +
dxn =
dxk .
x1
x2
xn
x
k
k =1
.
(n + 1)2 n 2
Jika
f ( x) = 1 / x 2 ,
maka nilai di atas dapat dituliskan sebagai
f = f (1015 + 1) f (1015 ) .
Mengingat f dapat didekati dengan
f df =
2
x
dx
2
x3
2
15 3
(10 )
.1 = 2 10 45 .
r2
__________________________________________________________________
__
136
dengan k adalah tetapan. Jika ralat relatif pengukuran panjang adalah 5% dan ralat
relatif pengukuran jari-jari adalah 10%, carilah ralat relatif maksimum R.
Ralat relatif suatu besaran x, dirumuskan sebagai
dx
.
x
dR dl
dr
= 5% + 2 10% = 25%.
=
+2
R
l
r
Berikutnya pada contoh sistem dua massa m1 dan m2 , massa tereduksi
dirumuskan sebagai
1
1
1
+
.
m1 m2
Jika m1 bertambah sebesar 1%, berapakah fraksi perubahan m2 agar nilai tak
berubah ?
Dengan mengambil diferensial persamaan di atas serta mengisikan
dm1
m12
dm2
m22
atau
dm2
0,01m2
=
.
m2
m1
Sebagai contoh jika m1 = m2 maka m2 berkurang sebesar 1% dan seterusnya.
__________________________________________________________________
__
137
Soal-soal Latihan
1.
m1m2
.
m1 + m2
2.
3.
g=
4 2l
T2
Carilah ralat maksimum g jika ralat relatif l adalah 0,2 % dan ralat relatif T
adalah 0,3%.
4.
m
1 (R )2 / c 2
dengan q dan m berturut-turut adalah muatan dan massa rehat partikel yang
dipercepat dalam sinkroton tersebut, B adalah imbas medan magnet, R
__________________________________________________________________
__
138
adalah jari-jari orbit lintasan partikel, adalah frekuensi sudut dan c adalah
laju cahaya. Jika dan R bervariasi (seluruh besaran lain konstan),
dB q d
=
B m 3
atau dapat pula ditulis sebagai
dB d
1
.
=
1 (R) 2 / c 2
B
Dalil rantai
Selanjutnya ditinjau konsep dalil rantai (chain rule) yang sangat berguna
untuk memudahkan menentukan derivatif suatu fungsi. Misalnya ingin dicari nilai
dy / dx untuk y = ln sin 2 x . Soal tersebut dapat diselesaikan dengan menuliskan
y = ln u
u = sin v
dan
v = 2x
yang selanjutnya nilai dy / dx dicari melalui dalil rantai :
dy dy du dv
=
dx du dv dx
=
1
2 cos 2 x
. cos v.2 =
= 2 cot 2 x
u
sin 2 x
Konsep diferensial total dan dalil rantai juga dapat digabungkan untuk
menentukan derivatif fungsi. Misalkan tentukan dz / dt jika
z = x y , y = tan 1 t dan x = sin t .
z
z
dx + dy = yx y 1dx + x y ln x dy ,
x
y
sedangkan
__________________________________________________________________
__
139
dx = cos t dt
dan
dy =
dt
1+ t2
Jadi
dz = yx y 1 cos t dt + x y ln x
dt
1 + t2
dz
x y ln x
= yx y 1 cos t +
dt
1 + t2
1
= tan t (sin t )
1+ tan 1 t
cos t +
1
(sin t ) tan t ln(sin t )
1+ t2
Diferensial Implisit
Selanjutnya diberikan konsep diferensial implisit, melalui contoh soal
berikut ini. Diberikan bentuk
x + ex = t
dx
dx
+ ex
=1
dt
dt
atau
1
dx
=
.
dt 1 + e x
Selanjutnya dengan menurunkan sekali lagi ke t diperoleh
__________________________________________________________________
__
140
2
2
xd x
x dx
+e
+e =0
2
2
dt
d 2x
dt
dt
d 2x
ex
=
.
dt 2
(1 + e x )3
Persoalan ini akan lebih mudah dipahami jika hanya ingin dicari nilai
derivatif pada suatu titik tertentu.
Sebagai contoh untuk x = 0, maka t = 1 sehingga
dx
1
1
=
=
.
dt 1 + e0 2
dan
d 2x
dt
e0
1
= .
8
(1 + e )
0 3
Dari contoh di atas tampak bahwa diferensial implisit adalah metode terbaik untuk
menentukan kemiringan kurva yang memiliki bentuk persamaan yang kompleks /
rumit.
Contoh penerapan lain adalah menentukan persamaan garis singgung kurva
x3 3 y 2 + xy + 21 = 0
pada titik (1, 2). Dengan melakukan diferensial implisit persamaan di atas ke x,
diperoleh
3x 2 9 y 2
dy
dy
+ x + y = 0.
dx
dx
dy dy
+
+2=0
dx dx
atau
m=
dy 1
= .
dx 7
__________________________________________________________________
__
141
1
y = ( x 1) + 2
7
atau
x 7 y + 13 = 0 .
Soal-soal latihan
1.
2.
Untuk kurva
x2 / 3 + y 2 / 3 = 4 ,
carilah persamaan garis singgung pada titik ( 2 2 , 2 2 ), (8, 0) dan (0, 8).
z = xy , x = sin( s + t ) , y = s t .
Ingin dicari z / s dan z / t .
Diambil diferensial masing-masing persamaan di atas yang memberikan
dz = ydx + xdy ,
dx = cos( s + t )(ds + dt ) ,
dan
dy = ds dt .
Dengan substitusi dx dan dy ke dalam dz , diperoleh
__________________________________________________________________
__
142
Jika s konstan, z hanya fungsi variabel t sehingga persamaan di atas dapat dibagi
dengan dt. Ruas kiri ditulis sebagai z / t , yaitu turunan parsial z ke t ketika s
konstan. Didapat
z
= y cos( s + t ) x
t
dan serupa dengan itu diperoleh untuk turunan parsial z ke s berupa
z
= y cos( s + t ) + x .
s
Bentuk z / t sebenarnya dapat pula diperoleh dengan menggunakan dalil
rantai. Mengingat z adalah fungsi x dan y sementara keduanya fungsi t (dan s),
maka derivatif parsial z ke t dirumuskan sebagai
z z x z y
=
+
.
t x t y t
Dengan rumus di atas, nilai z / t adalah
z
= y cos( s + t ) x
t
yang sama dengan hasil di atas.
Soal-soal Latihan
1.
2.
a.
u / s
b.
u / t .
__________________________________________________________________
__
143
Tunjukkan bahwa :
3.
2u
x 2
4.
1 2u
c 2 t 2
= 0.
2u
x2
5.
1 2u
c2 t 2
= 0.
x y
= 1
y z x z
dan
x y z
= 1 .
y z z x x y
(Catatan : rumus-rumus tersebut banyak digunakan dalam termodinamika)
6.
S
cP = T
T P
__________________________________________________________________
__
144
dan
S
cV = T
.
T V
Tunjukkan bahwa :
S V
cP cV = T
.
V T T P
Pengubahan Variabel
Salah satu kegunaan diferensial parsial adalah dalam melakukan
pengubahan variabel (sebagai contoh dari koordinat Cartesan menjadi koordinat
kutub). Pengubahan variabel akan memberikan ungkapan yang lebih sederhana
atau persamaan diferensial yang lebih sederhana terhadap suatu sistem fisis yang
sedang ditinjau. Sebagai contoh, pada getaran selaput berbentuk lingkaran atau
aliran panas dalam silinder tegak, lebih baik digunakan koordinat polar,
sedangkan pada persoalan gelombang suara dalam suatu ruangan, koordinat
Cartesan yang lebih cocok digunakan. Untuk memperjelas konsep tersebut,
ditinjau contoh berikut ini. Gunakan pengubahan variabel :
r = x + vt
dan
s = x vt
dalam persamaan gelombang
2F
x 2
1 2F
v 2 t 2
=0
=
+
=
+
= + F
x r x s x r s r s
dan
F F r F s
F
F
=
+
=v
v
= v F
t
r t s t
r
s
r s
__________________________________________________________________
__
145
=
+
x r s
dan
= v .
t
r s
F
F F 2 F
2F 2F
+
+
= +
= 2 +2
x x r s r s r
rs s 2
dan
2
2 F 2 F
F
F
F
2 F
2
=
=
v
v
=
v
+ 2
r 2
s
s
s
t 2 t t r s r
2F
2F
1 2F
2F
=
4
= 0.
rs
x 2 v 2 t 2
2 F F
=
=0
rs r s
yang menghasilkan penyelesaian
F = f ( s ) + g (r ) = f ( x vt ) + g ( x + vt )
dengan f dan g adalah fungsi sembarang.
Contoh berikutnya adalah menuliskan persamaan Laplace
2F
2F
+
=0
x 2 y 2
__________________________________________________________________
__
146
F F x F y
F
F
=
+
= cos
+ sin
r
x r y r
x
y
dan
F F x F y
F
F
=
+
= r sin
+ r cos
x y
x
y
Sementara itu transformasi inversi (r , ) sebagai fungsi ( x, y ) adalah
r = x2 + y 2
dan
y
x
= arctan .
Karena itu
F F r F
F sin F
=
+
= cos
r
x r x x
r
dan
F F r F
F cos F
.
=
+
= sin
+
r
y r y y
r
Untuk menentukan derivatif kedua, digunakan bentuk
G=
F
x
H=
F
y
dan
F sin F
r
r
H = sin
F cos F
+
.
r
r
dan
Sehingga
2F
G
x
x
__________________________________________________________________
__
2
147
2F
y
H
y
dan
2 F 2 F G H
+
=
+
x 2 y 2 x y
Dengan substitusi F menjadi G pada turunan parsial ke x dan F menjadi H
pada turunan parsial ke y diperoleh
G
G sin G
= cos
x
r
r
dan
H
H cos H
= sin
+
.
y
r
r
Substitusi hasil di atas dihasilkan
2F
2F
G
H 1
H
G
+
= cos
+ sin
+ cos
sin
.
2
2
r
r r
x
y
Dari hasil di atas, tentu saja dibutuhkan empat turunan parsial G dan H yaitu
dengan menurunkan bentuk G dan H di atas :
G
2 F sin 2 F sin F
= cos
+
r
r r
r 2
r 2
H
2 F cos 2 F cos F
= sin
+
r
r r
r 2
r 2
H
2F
F cos 2 F sin F
= sin
+ cos
+
r
r
r 2
r
dan
G
2F
F sin 2 F cos F
= cos
sin
r
r
r 2
r
Dari bentuk di atas :
cos
G
H 2 F
+ sin
=
r
r
r 2
__________________________________________________________________
__
148
dan
1
H
G 1 F 1 2 F
sin
+
cos
=
r
r r r 2
Akhirnya diperoleh
2F
2 F 2 F 1 F 1 2 F 1 F 1 2 F
+
= 2 +
+
=
.
r
+
r r r 2 2 r r r r 2 2
x 2 y 2
r
Transformasi Legendre
Selanjutnya ditelaah tentang metode pengubahan variabel yang sangat
berguna dalam termodinamika dan mekanika, yang disebut dengan transformasi
Legendre (Legendre transformation). Diberikan sebuah fungsi f ( x, y ) , maka
df =
f
f
dx + dy .
x
y
p=
f
x
q=
f
y
dan
df = p dx + q dy .
Jika bentuk df dikurangi bentuk d (qy ) , diperoleh
d ( f qy ) = pdx ydq .
Jika didefinisikan fungsi g sebagai
g = f qy
maka
dg = pdx ydq
__________________________________________________________________
__
149
dan
g
= y .
q
Serupa dengan hal di atas, bentuk pdx dalam df dapat diganti dengan
xdp melalui bentuk fungsi f xp .
Soal-soal Latihan
1.
2z
2 z
5
+
6
= 0,
x y
x 2
y 2
lakukan substitusi
s = y + 2 x dan t = y + 3 x ,
selanjutnya tunjukkan bahwa persamaan tersebut menjadi
2 z
= 0.
s t
Selesaikan bentuk persamaan terakhir ini.
2.
(1 x 2 )
d2y
dx 2
2x
dy
+ 2y = 0
dx
3.
+ cot
dy
+ 2y = 0 .
d
__________________________________________________________________
__
150
d2y
dx
+x
dy
(1 x) y = 0
dx
berubah menjadi
u2
d2y
du
4.
+u
dy
+ (u 2 4) y = 0 .
du
5.
a.
Fungsi f (T , S )
b.
Fungsi g (T , P )
c.
Fungsi h( S , P ) .
__________________________________________________________________
__
151
dimensi. Jika dalam deret Taylor satu dimensi, ekspansi f (x) di sekitar titik x0
adalah
f ( x) =
( x x0 ) n
n!
n =0
dn
n f ( x)
dx
x
0
f ( x0 , y0 )
f ( x, y ) = ( x x0 ) + ( y y0 )
.
y
n
!
n =0
Deret Taylor dan nilai turunan-turunan parsial di berbagai titik sangat bermanfaat
untuk menentukan nilai ekstrem suatu fungsi serta mengidentifikasi sifat ekstrem
tersebut.
Ditinjau ekspansi deret Taylor fungsi f ( x, y ) di sekitar titik ekstrem /
stasioner ( xe , ye ) hingga orde dua dalam x = x xe , y = y ye atau hasil kali
silangnya, yang dirumuskan sebagai
f
f
(x) 2 2 f
f ( x, y ) = f ( xe , ye ) + x
+ y
+
x x , y
y x , y
2 x 2
e e
e e
xe , ye
+
(y ) 2 2 f
xy 2 f
+
2 y 2
2 xy
xe , ye
xe , ye
= f ( xe , ye ) + f
dengan
dengan berturut-turut
P=
f
f
2 f
2 f
2 f
,Q =
,A= 2
,B = 2
,C =
.
x x y
y x y
xy
y
e e
e e
xe y e
xe y e
xe y e
__________________________________________________________________
__
152
P =Q =0.
Jadi syarat perlu ekstrem adalah lenyapnya turunan parsial pertama di ( xe , ye ) .
Jika syarat ini telah terpenuhi maka
2
2
2
1
B y
C B y
2
f = A (x) 1 + + 2
2
A A x
A x
B2
A2
>0
atau
B 2 AC < 0 .
Kondisi untuk mana f > 0 di sekitar ( xe , ye ) menyebabkan f minimum lokal.
Soal-Soal Latihan
1.
2.
Menurut hukum gas ideal, tekanan P, volume V dan suhu T dirumuskan oleh
persamaan
PV = kT
dengan k adalah konstanta. Carilah nilai laju perubahan tekanan terhadap
suhu pada waktu suhunya sama dengan 400 C jika volume dipertahankan
tetap pada 100 cm3.
3.
__________________________________________________________________
__
153
4.
P
P
+T
= 0.
V
T
2 f ( x, y )
2 x
2 f ( x, y )
2 y
=0
5.
a.
f ( x, y ) = x3 y xy 3
b.
f ( x, y ) = ln(4 x 2 + 4 y 2 ) .
Suhu pada ( x, y ) dari suatu lempeng lingkaran yang berpusat di titik asal
diberikan oleh rumus
T ( x, y ) =
200
.
5 + x2 + y 2
6.
7.
a.
f ( x, y ) = x 2 2 x + 14 y 4
b.
f ( x, y ) =
c.
d.
2
2
f ( x, y ) = e ( x + y 4 y ) .
y2
b2
x2
a2
__________________________________________________________________
__
154
8.
9.
b.
c.
Tentukan ukuran balok (panjang, lebar dan tinggi) yang bervolume V agar
luas permukaannya minimum.
10.
Carilah ukuran balok yang volumenya V agar jumlah panjang rusukrusuknya minimum.
11.
Carilah suatu vektor dalam ruang tiga dimensi yang bertitik asal di O
dengan panjang 8 agar jumlah komponen-komponennya maksimum.
12.
Diberikan titik-titik
i =1
i =1
i =1
i =i
i =1
m xi2 + c xi = xi yi
dan
nc + m xi = yi .
__________________________________________________________________
__
155
Selanjutnya carilah nilai m dan c untuk titik-titik (1,2), (2, 3), (3, 5) dan (4,
7).
__________________________________________________________________
__
Daftar Pustaka
155
_______________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Boas, M.L., 1983, Mathematical Methods in the Physical Sciences, John Wiley &
Sons, New York.
Bradbury, T.C., 1984, Mathematical Methods with Applications to Problems in
the Physical Sciences, John Wiley & Sons, New York.
Harper, C., 1976, Introduction to Mathematical Physics, PrenticeHall, New
Jersey.
Muslim, 1993, Pengantar Fisika Matematik, Lab AtomInti, FMIPA UGM
Yogyakarta.
Spiegel, M.R., 1992, Matematika Lanjutan untuk Para Insinyur dan Ilmuwan,
Erlangga, Jakarta.
_______________________________________________________________________________