ABORTUS IMMINENS
Oleh:
Jeffi Wahyu Ekoputro
0710710044
0710710112
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah abortus dipakai untuk menunjukan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dan berusia kurang dari 20 minggu
dengan berat badan kurang dari 500 gr. Insiden abortus spontan secara umum
pernah disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Abortus ini dibedakan
antara lain abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkomplitus, dan abortus
komplitus, selain itu juga dikenal adanya abortus habitualis, missed abortion dan
abortus infeksious selama kehamilan
Abortus imminens ditandai dengan terjadinya perdarahan dari uterus
pada masa kehamilan < 20 minggu, hasil konsepsi masih dalam uterus, belum
didapati adanya pembukaan serviks, disertai atau tidak dengan adanya rasa
mules. Sifat abortus imminens adalah baru mengancam dan masih ada harapan
untuk mempertahankan janin.
Insiden aborsi dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya seperti
kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan
anak memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 %
dari semua kehamilan. . Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada usia
kehamilan sebelum 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan karena kelainan pada
kromosom. Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan
blighted ovum dan 50-60 % dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping
kelainan kromosom, abortus spontan juga disebabkan oleh penggunaan obat
dan faktor lingkungan, seperti konsumsi kafein selama kehamilan.
Abnormalitas dari kromosom adalah etiologi yang paling sering
menyebabkan abortus. Penyebab yang lain dari aborsi dengan persentasi yang
kecil adalah infeksi, kelainan anatomi, factor endokrin, factor immunologi, dan
penyakit sistemik pada ibu.
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau
seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua.
Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut
menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya proses abortus.
Abortus dapat dibagi menjadi abortus spontan dan abortus provokatus.
Abortus spontan merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan atau
terjadi secara spontan. Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan
sebelum 20 minggu akibat tindakan baik menggunakan alat maupun obatobatan. Dan abortus imminens termasuk abortus spontan.
Penegakan diagnosis abortus imminens dapat
dilakukan
melalui
didapatkan
gejala
perdarahan
pervaginam
setelah
mengalami
keterlambatan haid, sering terdapat rasa mules atau kram perut bawah. Pada
pemeriksaan fisik dapat dijumpai perdarahan berupa bercak hingga sedang,
servik masih tertutup, uterus sesuai dengan tanda gestasi, dan uterus masih
lunak. Penatalaksanaan abortus imminens antara lain: Observasi perdarahan,
istirahat, hindarkan coitus, istirahat berbaring, pemberian hormon progesteron
namun masih dalam perdebatan, dan pemeriksaan USG apakah janin masih
hidup atau tidak. Prognosis ditentukan lamanya perdarahan , jika perdarahan
berlangsung lama, mules- mules yang disertai pendataran serviks menandakan
prognosis
yang
buruk.
Selain
mendiagnosis
abortus,
perlu
dipikirkan
ini.
Untuk mengetahui penatalaksanaan yang tepat pada pasien ini.
Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi pada pasien ini.
Untuk mengetahui prognosis abortus imminens pada pasien ini.
Untuk mengetahui upaya pencegahan abortus imminens pada kehamilan
selanjutnya dari pasien ini.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Abortus imminens disebut juga abortus membakat, dimana terjadi
perdarahan pervaginam pada kehamilan <20 minggu dengan atau tanpa
kontraksi uterus tanpa disertai dilatasi serviks dan tanpa pengeluaran hasil
Usia Ibu
Faktor yang berkaitan dengan kehamilan
Jumlah kehamilan dengan janin aterm sebelumnya
Kejadian abortus sebelumnya
Riwayat hamil dengan janin yang mengalami kelainan congenital atau
defek genetik
- Pengaruh orang tua
Kelainan genetik orang tua
Komplikasi medis (Saifudin, 2004)
tetapi
masih
ada
kemungkinan
untuk
Abortus komplit
Adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan
kurang dari 20 mingguatau berat badan kurang dari 500 gram dan
b. Abortus Provokatus
Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu
akibat tindakan baik menggunakan alat maupun obat-obatan. Jenis
abortus provokatus dibagi berdasarkan alasan melakukan abortus
adalah :
indikasi medis
Abortus kriminalis adalah abortus provokatus yang dilakukan bukan
karena indikasi medis tetapi perbuatan yang tidak legal atau
melanggar hokum (Cunningham, 2007).
Abortus complete dan abortus incomplete (Mochtar, 2007)
(Mansjoer,2001).
Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted
ovum dan 50-60 % dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping
kelainan kromosom, abortus spontan juga disebabkan oleh penggunaan
obat dan faktor lingkungan, seperti konsumsi kafein selama kehamilan
(Mansjoer, 2001).
2.5 Etiologi
Abortus spontan meiliki banyak etiologi yang satu dan lainnya saling
terkait. Abnsormalita dari kromosom adalah etiologi yang paling sering
menyebabkan abortus, 50% angka kejadian abortus pada trimester
pertama, lalu insiden menurun pada trimester kedua sekitar 20-30 %, dan
5-10 % pada trimester ketiga. Penyebab yang lain dari aborsi dengan
persentasi yang kecil adalah infeksi, kelainan anatomi, factor endokrin,
factor immunologi, dan penyakit sistemik pada ibu. Dan ada banyak pula
penyebab yang belum diketahui hingga sampai saat in (Cunningham,
2007).
Pada kehamilan muda, abortus tidak jarang didahului oleh kematian
janin, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai
berikut :
1. hasil konsepsi
kelainan perkembangan dapat dipengaruhi oleh faktor endogen
seperti kelainan kromosom ( trisomi dan popiplidi)
2. fakor ibu antara lain :
Infeksi : Mycoplasma,Ureaplasma,dll
Kelainan darah
Faktor imunologis
2.6 Patofisiologi
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau
seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua.
Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua
tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya
proses abortus.
servikalis.
Perdarahan
pervaginam
terjadi
saat
proses
perdarahan
pervaginam
banyak.
Perdarahan
pervaginam
umumnya lebih sedikit namun rasa sakit lebih menonjol (Mochtar, 2007).
2.7 Diagnosis
Diagnosis abortus imminens ditegakan antara lain:
Tanda-tanda hamil muda
untuk
menegakan
diagnosis
abortus
imminens
kita
perlu
memperhatikan :
Riwayat menstruasi
dengan atau tanpa rasa mules. Perdarahan pervaginam dapat hanya berupa flek
(bercak-bercak darah) hingga perdarahan banyak. Hal in sangat penting untuk
menilai apakah perdarahan semakin berkurang atau bahkan semakin memburuk.
Adanya gumpalan darah atau jaringan merupakan tanda bahwa abortus berjalan
dengan progresif. Bila ditemukan nyeri perlu dicatat letak dan lamanya nyeri
tersebut berlangsung (Sastrawinata, 2008).
Pada pemeriksaan fisik, abdomen perlu diperiksa untuk menentukan
lokasi nyeri. Sumber dicari dengan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan
vaginal toucher , tentukan perdarahan berasal dari dinding vagina, permukaan
serviks atau keluar melalui OUE (Sastrawinata, 2008).
Pada pemeriksaan dalam, lakukan pemeriksaan pergerakan serviks
karenanya bila nyeri pada pergerakan serviks (+), maka kemungkinan terjadinya
kehamilan ektopik perlu dipertimbangkan. Jika ditemukan UOI telah membuka,
kemungkinan yang terjadi adalah abortus insipiens, inkomplit maupun abortus
komplit. Pemeriksaan pada uterus juga perlu dilakukan, tentukan besar,
konsistensi uterus serta pada adneksa, adakah nyeri tekan atau massa. Bila
didapatkan adanya sekret vagina abdominal, sebaiknya dibuat pemeriksaan
biologisnya (Saifudin, 2004).
Pada kasus abortus, selain menghentikan perdarahannya, perlu dicari
penyebab terjadinya abortus dan menentukan sikap dalam penanganannya
selanjutnya. Pemeriksaan penunjang yang dapat kita lakukan antara lain :
1. - HCG
2. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht
Serviks
Uterus
Gejala/
Diagnosis
Tindakan
Bercak
Tertutup
Sesuai
Tanda
Kram perut
Abortus
Observasi
hingga
dengan
bawah uterus
Imminens
perdarahan,
Sedang
usia
lunak
istirahat,
gestasi
hindarkan
Sedikit
Limbung /
Kehamilan
coitus
Laparotomi
membesar
pingsan
ektopik
dan parsial
dari normal
Nyeri perut
yang
salpingektomi
bawah
terganggu
atau
Nyeri goyang
salpingestomi
porsio
Masa adneksa
Cairan bebas
Tertutup
Lebih kecil
intra abdomen
Sedikit/tanpa
Abortus
Tidak perlu
/terbuka
dari usia
nyeri perut
komplit
terapi spesifik
gestasi
bawah
kecuali
Riwayat
perdarahan
ekspulsi hasil
berlanjut atau
Sesuai
konsepsi
Kram atau
Abortus
hingga
usia
nyeri perut
insipiens
massif/
kehamilan
bawah belum
Sedang
Terbuka
banyak
terjadi infeksi
Evakuasi
terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
Kram atau
Abortus
nyeri perut
inkomplit
evakuasi
bawah ekspulsi
sebagian hasil
Terbuka
Lunak dan
konsepsi
Mual/muntah
Abortus
Evakuasi
10
lebih besar
Kram perut
mola
dari usia
bawah
gestasi
Sindroma mirip
tatalaksana
mola
preeklamsia
Tak ada janin
keluar jaringan
seperti anggur
(Saifudin, 2002)
2.8 Diagnosa Banding
1. Kehamilan ektopik terganggu ( KET )
Pada KET ditemukan amenore, perdarahan pervaginam, biasanya sedikit
sedangkan pada abortus biasanya perdarahan cukup banyak, nyeri bagian
bawah perut dan pembesaran di belakang uterus. Tetapi nyerri pada KET
biasanya lebih hebat. Pemeriksaan seperti kuldosintesis dan USG dapat
dikerjakan untuk menyingkirkan diagnosis banding ini. Sebelum timbul KET,
suatu kehamilan ektopik hanya berupa kehamilan ektopik yang belum
terganggu. Pada keadaan ini yang ditemui berupa gejala gejala hamil
muda atau abortus imminens (Mansjoer, 2001)
2. Mola Hidatidosa
Pada
mola
hidatidosa,
uterus
biasanya
membesar
lebih
cepat
dan
lamanya
perdarahan
menentukan
prognosis
berlangsung
lama,
mules
mules
disertai
dengan
11
kehamilan )
DJJ yang perlahan ( < 85 dpm ) (Mochtar, 2007).
2.10 Penatalaksanaan
Penanganan abortus iminens terdiri atas :
1. Istirahat tirah baring, tujuannya agar aliran darah ke uterus lebih lancar dan
berkurangnya rangsangan mekanik sehimgga perdarahan berhenti, dilarang
untuk koitus selama 2 minggu . Pemberian sedatif juga bisa diberikan, dan
tidak melakukan aktifitas fisik yang berlebihan
2. Pemberian progesteron pada abortuis imminens masih bersifat controversial.
Hormon progesterone dapat diberikan jika pada pemeriksaan didapatkan
adanya kekurangan hormon progesterone
3. Pemeriksaan USG perlu untuk menentukan viabilitas janin
4. bila perdarahan :
berhenti : lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang
bila terjadi perdarahan lagi.
Berlangsung lama : nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan
kemungkinan adanya penyebab lain ( hamil ektopik atau mola )
(Cunningham, 2007)
2.11 Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah :
1.
Perdarahan masif
Dapat diatasi dengan membersihkan uterus dari sisa sisa hasil konsepsi
dan jika perlu pemberian transfusi darah erforasi
2.
Perforasi uterus
12
Syok
Syok pada abortus biasanya bisa terjadi karena perdarahan ( syok
hemoragik ) dan karena infeksi berat ( syok septik ) (Saifuddin, 2004)
BAB 3
URAIAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama
Register
Usia
Alamat
Pekerjaan
Menikah
Lama Menikah
Tanggal pertama kontrol poli
: Ny. S. M
: 110402xx
: 38 tahun
: Jl.Perusahaan III Barat RT 02/08 Singosari
: Ibu Rumah Tangga
: 1 kali
: 20 tahun
: 30 Maret 2012
3.2 Subyektif
Autoanamnesis tgl 28 April 2012, pukul 09.00
-
Keluhan Utama
Keluar darah (flek-flek) dari jalan lahir sejak satu hari yang lalu
pembalut 3x/hari
Tanggal 22/3/12 pasien merasakan perut membesar dan kaku ke
13
Riwayat menstruasi
Menarche 15 th, siklus haid 28 hari lamanya 7 hari, banyaknya 3
pembalut/hari, nyeri haid tidak ada
Riwayat operasi
Tidak didapatkan riwayat operasi
3.3 Obyektif
3.3.1 Pemeriksaan Fisik
KU
TD
: 110/70 mmHg
: 100 x/m
RR
: 20 x/m
TB/BB skrg
: 161 cm/ 55 kg
Kepala/leher
Toraks
: Cor
Pulmo
Abdomen
GE
Inspekulo
VT
14
: 10.600 ul
Trombo
: 249.000 ul
GDS
: 111 mg/dl
3.4 Assessment
3.3.1 Diagnosis
Abortus imminens
3.3.2 Differential Diagnosis
3.5 Planning
Bed rest total
Duphaston 3x1 tab
Asam mefenamat 3x1 tab
Amoksisilin 3x500 mg
Rob 1x1 tab
KIE
Pro USG Fetomaternal 4 minggu lagi
15
BAB 4
PEMBAHASAN
Abortus berdasarkan definisinya adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dengan usia kurang dari 20 minggu
dan berat janin belum mencapai 500 gr.
Keluhan utama pada abortus adalah perdarahan pervaginan, dimana
pada pasien ini. Ny s , 38 th datang dengan keluhan perdarahan pervaginam
sejak 1 bulan, disertai keluhan tambahan berupa rasa mules. Serta pada
pemeriksaan fisik, tidak terdapat dilatasi servik.
Penyebab abortus secara garis besar terbagi menjadi dua berdasarkan
faktor maternal dan faktor hasil konsepsi . pada pasien ini penyebabnya masih
perlu dicari. Dari faktor konsepsi, kelainan perkembangan maupun pertumbuhan
hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin maupun cacat , tetapi dari
hasil pemeriksaan USG tidak didapati kelainan. Penyebab lain bisa berupa
kelainan kromosom , dari beberapa penelitian tamapak bhwa 50-60% dari
abortus dini spontan berhubungan dengan anomali kromosom pada saat
konsepsi. Pada pasien ini adanya kelainan kromoson pada janinnya yang
menjadi penyebab abortus tidak dapat dibuktikan sebab tidak dilakukan
pemeriksaan.
Faktor maternal yang memungkinkan menjadi penyebab abortus, antara
lain adalah infeksi. Pada pasien ini didapatkan riwayat keputihan yang
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya abortus terjadinya abortus. Faktorfaktor lain yang bisa menjadi penyebab abortus ,seperti adanya gangguan
endokrin, riwayat penyakit kronis, penggunaan obat-obatan maupun riwayat
trauma tidak ditemukan pada pasien ini.
Berdasarkan keluhan utama pasien berupa perdarahan pervaginam, pada
kehamilan kurang dari 20 minggu, selain abortus perlu juga dicurigai adanya KET
dan mola hidatidosa sebagai diagnosis banding.
Kehamilan ekopik terganggu, gejala awalnya berupa amenore seperti
pada kehamilan biasa dan kemudian terjadi perdarahan pervaginam, Tetapi hal
ini dapat disingkirkan sebab tidak terdapatnya tanda-tanda akut abdomen yang
merupakan tanda klasik pada KET dan pada pemeriksaan fisik tdak ditemukan
nyeri goyang portio dan pada pemeriksaan USG didapati bvahwa hasil konsepsi
berada dalam kavum uteri sehingga diagnosis banding KET dapat disingkirkan
16
pemeriksaan USG.
Penanganan abortus imminens yang utama adalah tirah baring (bed rest),
Pemberian antibiotika di sini adalah untuk mengatasi infeksi tidak untuk
mencegah terjadinya abortus. Pemberian analgetik berupa asam mefenamat.
Dan pemberian inbion sebagai terapi suportif. Pemberian hormon progesteron
pada abortus imminens masih merupakan kontroversi sebab keberhasilan
dalam penggunaan obat ini sering mengakibatkan tidak lebih dari keadaan
missed abortion.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Pada kasus perdarahan pada masa kehamilan , dengan usia kehamilan
dibawah 20 minggu. Selain dicurigai sebagai abortusvtapi perlu juga dipikirkan
adanya KET dan mola hodatidosa.
17
Pada abortus
SARAN
Penanganan yang adekuat dari para tenaga medis (bidan/dokter) dalam
melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang
sehingga dapat memberikan penatalaksanaan yang adekuat sehingga dapat
mempengaruhi prognosanya.
DAFTAR PUSTAKA
dalam
kehamilan,
persalinan
dan
masa
nifas
http://srobgyn.www3.50megs.com/mnh/Obs4.html;
18
Research
spontaneous
Abortion.
Diakses
dari
http://www.fertilitysolution.com/PDF/abort.pdf
Estronaut
Signs
of
Spontaneus
Abortion.
Diakses
dari
http://www.gennexhealth.com
Saifuddin AB, dkk. Dalam : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Edisi pertama cetakan kedua. JNPKKR-POG I
-Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta 2002
Mansjoer A, dkk. Kelainan Dalam Kehamilan. Dalam : Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi ketiga. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta, 2001; 260-265.
19