Case Ischialgia
Case Ischialgia
ISCHIALGIA
Oleh
MULFA SATRIA ASNEL
1010313109
Pembimbing:
Dr. Hj. Meiti Frida, Sp.S (K)
Dr. Hendra Permana, Sp.S
RESUME KASUS
Pasien perempuan, usia 63 tahun dirawat di bangsal Neurologi RSUP Dr.
M. Djamil Padang dengan keluhan utama nyeri punggung bawah kanan sejak 6
jam sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan menjalar ke tungkai kanan dan
punggung kaki kanan. Nyeri dirasakan seperti disetrum. Nyeri meningkat setiap
pasien batuk dan mengedan, serta bekurang jika pasien berbaring telentang.
Akibat nyeri ini pasien kesulitan bergerak dan nyeri bila berjalan. Sehingga pasien
bnayak berbaring. Pasien juga merasakan kebas pada betis kanan bagian dalam
sampai punggung kaki kanan.
BAB I
TI NJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Ischialgia didefinisikan sebagai nyeri yang terasa sepanjang n.
Ischiadicus dan lanjutannya sepanjang tungkai yaitu n.peroneus komunis dan
n.tibialis. Berkas saraf tersebut merupakan seberkas saraf sensorik dan motorik
yang meninggalkan pleksus lumbosakralis dan menuju foramen infrapiriforme
dan keluar pada permukaan belakang tungkai di pertengahan lipatan bokong.
arakhnoid, radiks dengan saraf spinalnya, c.) Pembuluh darah, d.) muskulus atau
otot skelet.
Pinggang merupakan pengemban tubuh dari toraks sampai perut. Tiap ruas
tulang belakang berikut diskus intervertebralis sepanjang kolumna vertebralis
merupakan satuan anatomik dan fisiologik. Bagian depan berupa korpus
vertebralis dan diskus intervertebralis yang berfungsi sebagai pengemban yang
kuat dan tahan terhadap tekanan-tekanan menurut porosnya. Berfungsi sebagai
penahan tekanan adalah nukleus pulposus.
Dalam keseluruhan tulang belakang terdapat kanalis vertebralis yang
didalamnya terdapat medula spinalis yang membujur ke bawah sampai L 2.
Melalui foramen intervertebralis setiap segmen medula spinalis menjulurkan
radiks dorsalis dan ventralisnya ke periferi. Di tingkat servikal dan torakal, berkas
serabut tepi itu menuju ke foramen tersebut secara horizontal. Namun di daerah
lumbal dan sakrum berjalan secara curam ke bawah dahulu sebelum tiba di tingkat
foramen intervertebralis yang bersangkutan. Hal tersebut dikarenakan medula
spinalis membujur hanya sampai L 2 saja.
Otot-otot yang terdapat di sekeliling tulang belakang mempunyai origo
dan insersio pada prosesus transversus atau prosesus spinosus. Stabilitas kolumna
vertebrale dijamin oleh ligamentum secara pasif dan secara aktif oleh otot-otot
tersebut. Ujung-ujung serabut penghantar impuls nyeri terdapat di ligamentum,
otot-otot, periostium, lapisan luar anulus fibrosus dan sinovia artikulus posterior.
B. Fisiologi Nyeri
3
talamus.
Sistem
ini
disebut
sistem
paleospinotalamik
yang
untuk
mencegah
pergerakan
sehingga
proses
penyembuhan
dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya
dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan
terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan
lesi primer pada sistem saraf.
Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku dan
tidak enak namun lokasi tidak jelas.
Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai
yang sakit difleksikan.
Gejala dan tanda kompresi radiks atau medula spinalis terjadi pada 20%
kasus (akibat abses dingin)
Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps vertebra dan
kifosis)
Penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang muncul
terutama gangguan motorik.
5.
F. Diagnosis
Anamnesis
Dalam anamnesis perlu diketahui:
Awitan
Penyebab mekanis NPB menyebabkan nyeri mendadak yang timbul
setelah posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan
fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
aktivitas. Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk,
10
bersin atau manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri
lebih berat atau menetap jika berbaring.
Kualitas/intensitas
Penderita
perlu
menggambarkan
intensitas
nyeri
serta
dapat
Inspeksi :
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang
membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta
11
kemungkinan
adanya
suatu
spondilolisis
atau
Palpasi :
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
12
Pemeriksaan :
Tanda Laseque: menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal
khususnya L5 atau S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada
lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 90 0 lalu dengan perlahan-lahan dan
graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada
tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri akan berkurang bila
lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat
tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasimodifikasi tanda laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan
suatu nyeri radikuler. Cara laseque yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra
lateral merupakan tanda kemungkinan herniasi diskus.
13
Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan
nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian
juga dengan tanda laseque kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif
yang terbaik untuk suatu HNP, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang
secara operatif terbukti menderita HNP dan pada hernia yang besar dan lengkap
tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien. Harus diketahui bahwa tanda
Laseque berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada
penderita yang tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).
Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan dengan
cara yang sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan
suatu respons yang positif pada tungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan
adanya suatu HNP.
Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti
tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.
Tes Sicard: Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki.
Tes valsava: Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul
nyeri.
Laboratorium:
Pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah (LED),
kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal
Pemeriksaan Radiologis :
Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan
degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadangkadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu
skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
14
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis
telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan
berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap
memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.
MRI sangat berguna bila:
vertebra dan level neurologis belum jelas
kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat
berharga pada diagnosis NPB dan diperlukan oleh ahli bedah saraf/ortopedi untuk
menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan apakah adanya sekwester
diskus yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor.
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan umum
-
Analgetik
NSAID
b. Penatalaksanaan khusus
Pembedahan dicadangkan bagi pasien yang mengalami nyeri rekalsitrasi
peristen atau sering mengalami nyeri walaupun telah menjalani terapi
konservatif atau memperlihatkan defisit neurologi yang berat.
15
BAB II
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN :
Nama
: Ny. A
: 63 tahun
Alamat
: Jalan Mangunsarkoro
Pekerjaan
MR
: 166000
Alloanamnesis : (Pasien)
Seorang pasien perempuan usia 63 tahun dirawat di bangsal Neurologi
RSUP Dr.M.Djamil Padang sejak tanggal 26 Mei 2014 dengan :
Keluhan Utama : nyeri pinggang kanan bawah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
16
Pasien juga merasakan kebas pada betis kanan bagian dalam sampai
punggung kaki kanan.
Akibat nyeri ini pasien kesulitan bergerak dan nyeri bila berjalan sehingga
pasien lebih banyak berbaring.
Pasien pernah dirawat di bangsal saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
PEMERIKSAAN FISIK
Umum
Keadaan umum
Kesadaran
Nadi/ irama
Pernafasan
Tekanan darah
Suhu
: Baik
: CMC, GCS E4V5M6
: 98x/menit, nadi teraba kuat, teratur
: 20x/menit, torakoabdominal, teratur
: 150/90 mmHg
: 36,7oC
17
Turgor kulit
: baik
Status Internus
Kulit
: Tidak ditemukan kelainan
Kelenjar getah bening
Leher
: tidak teraba pembesaran KGB
Aksila
: tidak teraba pembesaran KGB
Inguinal : tidak teraba pembesaran KGB
Rambut
: Hitam, tidak ada kelainan.
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik. Pupil isokor
3mm/3mm RC +/+, RK +/+, gerakan bola mata bebas ke segala
arah
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
(-)
Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Palpasi
: hepar dan lien tidak membesar
Perkusi
: timpani
Auskultasi : bising usus (+) N
Korpus vertebrae
Inspeksi : deformitas (-), gibbus (-)
Palpasi
: Nyeri tekan (-)
Status Neurologikus
1
GCS E4 M6 V5
Tanda rangsangan selaput otak
Kaku kuduk
: (-)
Brudzinsky I
: (-)
Brudzinsky II
: (-)
Tanda Kernig
: (-)
Tanda peningkatan tekanan intrakranial
Pupil isokor, diameter 3mm/3mm, reflek cahaya +/+
Muntah proyektil tidak ada
Pemeriksaan nervus kranialis
N. I (Olfaktorius)
: penciuman baik
18
N. II (Optikus)
Motorik
Ekstremitas superior
Dekstra
Sinistra
Pergerakan
aktif
aktif
Kekuatan
5/5/5
5/5/5
Tonus
eutonus
eutonus
Trofi
eutrofi
eutrofi
Ekstremitas inferior
Dekstra
Sinistra
Pergerakan
aktif
aktif
Kekuatan
5/5/5
5/5/5
Tonus
eutonus
eutonus
Trofi
eutrofi
eutrofi
Sensorik
Reflek fisiologis
Biseps
++/++
Triseps
++/++
APR
+/+
19
KPR
9
+/+
Reflek patologis
Babinski
: -/-
Chaddock
: -/-
Oppenheim
: -/-
Gordon
: -/-
Schaffer
: -/-
Hoffman Trommer
: -/-
10 Fungsi luhur
: baik
11 Pemeriksaan Khusus
Tes laseque
: +(500)/-
Cross laseque
: -/+
Patrick
: -/-
Contra patrick
: -/-
Valasava
:+
Nafziger
:+
20
Pemeriksaan penunjang
EMG
MRI
Diagnosis :
Diagnosis Klinis
: ischialgia dextra
Dianosis Topik
: radix L4-L5
Diagnosis Etiologi
: susp. HNP
Diagnosis Sekunder : hipertensi Stage I
Penatalaksanaan :
- Umum :
Tirah baring
Diet MB RG II
- Khusus :
Natrium diklofenat 2x75 gr (po)
Myonal 3x1 tab (po)
Gabapentin 2x100mg (po)
Ranitidine 2x150 gr (po)
Prognosis
Follow Up
28 Mei 2014
S/
PF/
: KU
Kes
TD
SN/
: GCS E4M6V5
Nadi
Nf
84x/mnt
20x/mnt
36,5C
21
++ ++
++ ++
Reflek patologis :
- -
D/
: ischialgia dextra
Terapi :
30 Mei 2014
S/
PF/
: KU
Kes
TD
SN/
: GCS E4M6V5
Nadi
Nf
82x/mnt
20x/mnt
36,6C
Reflek patologis :
- -
D/
: ischialgia dextra
Terapi :
22
Diet mb rg II
Khusus : tramadol 2x50 mg (po)
Myonal 3x1 tab (po)
Gabapentin 2x100mg (po)
BAB III
DISKUSI
Telah dilaporkan kasus seorang pasien perempuan berumur 63 tahun di
rawat di Bagian Neurologi RSUP Dr. M.Djamil Padang pada tanggal 26 Mei 2014
dengan diagnosis klinis ischialgia dextra.
Dari anamnesis didapatkan bahwa nyeri punggung bawah dirasakan
menjalar ke tungkai kanan terasa seperti disetrum. Nyeri meningkat apabila pasien
batuk atau mengedan dan berubah posisi dari berbaring ke duduk. Selain itu juga
timbul keluhan disertai dengan rasa kebas apada pinggang bawah yang menjalar
ke paha kanan belakang, betis dan punggung kaki.
Pemeriksaan neurologis menunjukkan pasien sudah merasa nyeri di
pinggang kanan pada test laseque, cross laseque pada pinggang kiri, patrick
negatif, contra patrick negatif, serta tes valsava dan nafziger juga menimbulkan
23
nyeri pinggang. Hal ini menunnjukkan ischialgia sebagai perwujudan lesi iriratif
terhadap serabut radiks, termasuk didalamnya adalah HNP.
Pada pasien ini belum dapat ditegakkan diagnosis pasti karena belum
didapatkan hasil dari pemeriksaan penunjang. Untuk memastikan diagnosis perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu MRI sebagai standar emas untuk
penegakan diagnosis. Terapi umum pada pasien ini adalah bedrest serta diet
makanan berat RG II, bila membaik dapat dilakukan operasi dan fisioterapi.
Terapi khususnya adalah natrium diklofenat 2x75 mg peroral, myonal 3x1 tab
(po), gabapentin 2x100mg (po), ranitidine 2x150 gr (po).
BAB IV
KESIMPULAN
Ischialgia adalah nyeri yang menjalar dari daerah verterbralumbosakralis
ke distal sepanjang tungkai yang dipersarafi oleh n.ischiadicus. Ischialgia timbul
akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari radiks posterior L4
sampai S3. Hal bisa diakibatkan oleh HNP, artritis sakroiliaka, bursitis
m.piriformis dan entrapment neuritis.Gejala yang muncul berupa nyeri menusuk
tajam menjalar dari pinggang bawah hingga kaki, adanya rasa baal dan
menurunnya refleks KPR atau APR sesuai dengan radiks yang terkena.
Diagnosis ischilagia ditegakkan berdasarkan anamesis terhadap keluhan
yang dialami pasien serta faktor risikonya, pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
penunjang dibutuhkan untuk mengetahui penyebab ischialgia sehingga dapat
dilakukan tatalaksana yang tepat. Tatalaksana terhadap pasien ischialgia secara
24
Daftar Pustaka
Adelia, Rizma., 2007. Nyeri Pinggang / Low Back Pain. Diakses dari:
http://www.fkunsri.wordpress.com/2007/09/01/nyeri-pinggang-low-back-pain/
Mansjoer, Arif, et all, 2007. Ilmu Penyakit Saraf dalam Kapita Selekta
Kedokteran, edisi III, jilid kedua, cetakan keenam. Media Aesculapius :
Jakarta. Hal. 54-59.
Nuarta, Bagus., 1989. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri
Pinggang Bawah Diakses dari : http://www.kalbe.co.id
Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 2003. Nyeri Punggung Bawah dalam :
Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. Hal
265-285.
25
Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Penerbit Bukub Kedokteran EGC: Jakarta.
Savigny P,Kunze S,Watson P, et al. Low back pain :early management of
persistent non-spesific low back pain full guideline. 2009. National
Collaborating Centre for Primary Care.
Sidharta, Priguna., 2004. Sakit Pinggang dalam Neurologi Klinis Dalam Praktik
Umum, edisi III, cetakan kelima. PT Dian Rakyat : Jakarta. Hal 203-205.
26