Bab 08 Ulir1
Bab 08 Ulir1
Pendahuluan
Perancangan suatu peralatan atau mekanisme yang menggunakan baut-mur
sepertinya adalah salah satu aspek perancangan elemen mesin yang paling sederhana.
Tetapi dalam aplikasi di dunia nyata, keberhasilan dan kegagalan suatu peralatan sering
sekali ditentukan oleh kesempurnaan pemilihan dan penggunaan sistem sambungan
baut-mur. Penggunaan sambungan (baut-mur, rivet, dll) sangat banyak digunakan dalam
dunia mechanical, sehingga bisnis desain dan manufaktur baut-mur ini sangat dominan,
baik dari kuantitas maupun perputaran uang didalamnya. Sebagai contoh, sebuah
pesawat Boeing 747 menggunakan 2,5 juta sambungan (fastener). Tipe dan jenis
sambungan dalam dunia komersial sangat banyak variasinya. Dalam diktat ini,
pembahasan akan dibatasi dalam design dan pemilihan sambungan konvensional
menggunakan ulir, baut, mur dll.
Ulir dapat digunakan untuk (1) memegang/mengencangkan dua komponen atau
lebih, dan (2) memindahkan beban/benda. Fungsi yang pertama sering disebut
pengencang (fastener) dan yang kedua dikenal dengan nama ulir daya (power screw atau
lead screw). Sebagai fastener, konstruksi ulir dapat menerima beban tensile, shear,
maupun keduanya.
8.2.
distandardkan untuk menjamin sifat interchangeabity. Ada dua standard yang banyak
diadopsi yaitu UNS (Unified National Standard) yang digunakan di Inggris, Canada dan
Amerika serikat; dan Standard Internasional ISO yang digunakan kebanyakan negara
Eropa dan Asia. Secara umum terminologi geometri ulir ditunjukkan pada gambar 8.1.
7-1
Gambar 8.2 (a) Single, (b) double dan (c) triple thread
Berdasarkan ukuran dan kualitas, UNS mengklasifikasikan thread menjadi tiga tipe
yaitu : coarse pitch (UNC), fine pitch (UNF), dan extra-fine pitch (UNEF). Sedangkan ISO
mengklasifikasikan dua seri yaitu coarse dan fine thread. Tipe coarse adalah yang paling
umum dan disarankan digunakan untuk keperluan ordinary dimana sambungan sering
dilepas-pasang, atau dipasangkan dengan material yang lebih lunak. Tipe fine thread
memiliki kualitas yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap loosening dari efek getaran.
Sedangkan extra-fine thread digunakan untuk keperluan khusus seperti sambungan yang
sangat tipis dimana diperlukan baut yang sangat kecil/ sangat pendek.
Berdasarkan toleransi ulir yang berpasangan, UNS mendefinisikan tiga fit kelas,
yang diberi label kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Kelas 1 adalah ulir dengan toleransi yang
paling rendah, dan digunakan untuk keperluan-keperluan biasa, pertukangan, rumah
tangga, dll. Kelas dua memiliki kualitas yang lebih tinggi dan toleransi yang lebih ketat
yang cocok digunakan pada mesin-mesin dan peralatan industri. Kelas 3 memiliki
toleransi yang paling tinggi untuk keperluan-keperluan khusus. Semakin tinggi kelas,
maka harganya juga semakin mahal. Kode A digunakan untuk ulir eksternal dan kode B
untuk ulir internal.
7-2
Profil geometri ulir sangat banyak variasinya. Gambar 8.3 menunjukkan contoh
profil ulir ISO yang paling banyak digunakan untuk baut-mur, yaitu tipe M. Tipe yang juga
banyak digunakan adalah tipe MJ dimana geometrinya mirip dengan tipe M, tetapi diberi
fillet pada root-nya. Disamping itu, juga memiliki diameter minor yang relatif besar.
Khusus untuk ulir daya (power screw), profil yang umum digunakan adalah tipe square,
tipe Acme dan tipe buttress seperti ditunjukkan pada gambar 8.4
7-3
dp + dr
A t =
4 2
dr = d 1.299038/N ;
dp = d 0.649519p
dr = d 1.226869p
dengan d = diameter luar (major), N = jumlah ulir per inchi, dan p = picth dalam mm.
Standard dimensi-dimensi utama ulir, diberikan dalam bentuk tabel. Tabel 8.1 dan 8.2
menunjukkan contoh dimensi-dimensi standard UNS dan ISO.
Tabel 8.1 Dimensi utama ulir berdasarkan ISO
7-4
8.3.
angular menjadi gerakan linear dan biasanya juga mentransmisikan daya. Secara khusus,
ulir daya digunakan untuk :
untuk mendapatkan kelebihan mengangkat/menurunkan beban, seperti misalnya pada
dongkrak mobil
untuk memberikan gaya tekan/tarik yang besar seperti misalnya pada kompaktor atau
mesin press
7-5
untuk positioning yang akurat seperti pada mikrometer atau pada lead screw mesin
bubut.
Mengingat fungsi ulir daya, maka profil yang paling tepat dan banyak digunakan
adalah profil square, Acme, dan buttress. Profil square memberikan efisiensi yang paling
tinggi dan mampu mengeliminasi gaya dalam arah radial. Tetapi profil ini paling sulit
dalam proses pembuatannya. Acme thread walaupun efisiensinya lebih rendah, namun
lebih mudah dalam pembuatan, dan juga memiliki kekuatan yang lebih tinggi, sehingga
profil ini paling banyak digunakan untuk ulir daya. Untuk aplikasi dimana arah beban
adalah satu arah dan sangat besar, maka profil buttress lebih cocok digunakan karena
memiliki kekuatan paling tinggi pada akar ulir.
tan =
L
d p
Gambar 8.5 (a) mekanisme ulir daya , (b) diagram benda bebas
7-6
Jika kita buka satu lilitan ulir dan dibuat menjadi garis lurus, maka akan hasilnya akan
berbentuk seperti gambar 8.6 (a). Kotak menunjukkan potongan ulir dan gaya-gaya yang
bekerja padanya pada saat menaikkan beban. Sedangkan gambar (b) menunjukkan
diagram benda bebas pada saat menurunkan beban.
Gambar 8.6 Diagram benda bebas : (a) mengangkat beban, (b) menurunkan beban
Dengan menggunakan prinsip kesetimbangan gaya-gaya dalam arah x dan y maka
didapatkan
P
(cos sin )
dimana adalah koefisien gesekan antara screw dengan mur. Dengan menggabungkan
kedua persamaan di atas, maka besarnya gaya F yang diperlukan untuk mengangkat
beban adalah
F=P
( cos + sin )
(cos sin )
Tsu = F
dp
2
Pd p ( cos + sin )
2 (cos sin )
Tsu =
Pd p (d p + L )
2 ( d p L)
Gesekan pada collar juga memberikan kontribusi yang signifikan, maka perlu
ditambahkan. Torsi yang diperlukan untuk melawan gesekan pada collar adalah
7-7
Tc = c P
dc
2
dimana dc adalah diameter rata-rata collar dan c adalah koefisien gesekan pada collar.
Jadi torsi total yang diperlukan untuk menaikkan beban adalah
Tu = Tsu + Tc =
Pd p (d p + L)
2 ( d p L )
+ cP
dc
2
Dengan metoda yang sama, torsi yang diperlukan untuk menurunkan beban dapat
diturunkan menjadi
Td = Tsd + Tc =
Untuk profil
Acme,
Pd p (d p L)
2 ( d p + L )
maka
ada
+ cP
dc
2
diperhitungkan karena adanya sudut . Diagram benda bebas untuk profil Acme
ditunjukkan pada gambar 8.7.
Tu = Tsu + Tc =
Td = Tsd + Tc =
Pd p (d p + L cos )
2 ( d p cos L)
Pd p (d p L cos )
2 ( d p cos + L)
7-8
+ cP
dc
2
+ cP
dc
2
L
cos
d p
tan cos
atau
Win = ( 2)T
Sedangkan kerja yang dihasilkan untuk satu putaran adalah perkalian beban dengan
perpindahan 1 lead :
Wout = PL
Jadi effisiensi adalah
Wout
PL
=
Win
2T
dengan mensubstitusikan persamaan untuk torsi maka efisiensi ulir daya profil Acme
adalah :
1 tan
PL d p cos L
atau dalam lead angle =
,
d p d p + L cos
1 + cot
7-9
7-10
Contoh Soal 1 :
Mekanisme ulir daya digunakan untuk menaikkan dan
menurunkan beban seperti ditunjukkan pada gambar. Ulir daya
adalah tipe square dengan diameter mayor 32 mm, pitch 4
mm, dan berulir ganda. Beban yang bekerja adalah 6,4 kN per
ulir. Diameter rata-rata colar adalah 40 mm, dengan koefisien
gesekan = c = 0,08. Tentukanlah :
Kedalaman ulir, lebar ulir, diameter pitch dan rata-rata,
diameter minor, dan lead.
Torsi yang dibutuhkan untuk mengangkat beban
Torsi yang dibutuhkan untuk menurunkan beban
Efisiensi total
Jawaban :
Dari gambar 8.4a diketahui bahwa lebar dan tinggi ulir jenis square adalah sama
dengan setengah pitch-nya atau sebesar 2 mm. Jadi
dp = d
p
= 32 2 = 30 mm
2
d r = d p = 32 4 = 28 mm
l = np = 2 ( 4 ) = 8 mm
Torsi yang dibutuhkan untuk mengangkat beban
T =
Pd p l + d p P c d
+
2 d p l
2
6,4 ( 30 ) 8 + ( 0,08 )( 30 ) 6,4 ( 0,08 )( 40 )
+
2
2
( 30 ) 0,08 ( 8 )
T =
Pd p d p l P c d
+
2 d p + l
2
6,4 ( 30 ) ( 0,08 )( 30 ) 8 6,4 ( 0,08 )( 40 )
+
2
2
( 30 ) + 0,08 ( 8 )
Efisiensi total
e=
8.4.
6,4 ( 8 )
Pl
=
= 0,311
2 T 2 ( 26,18 )
menyambung dua elemen atau lebih. Threaded fastener atau sambungan baut
menggunakan alat yang ber-ulir untuk menyambungkan dua elemen atau lebih. Kelebihan
jenis sambungan ini adalah kemungkinan untuk melepas dan memasang kembali.
Sehingga sambungan jenis ini sangat cocok untuk peralatan yang sering dilepas dan
dipasang untuk keperluan perawatan atau penggantian komponen yang aus. Gambar
8.10 menunjukkan tiga buah tipe sambungan baut yang umum digunakan yaitu
sambungan baut-mur, sambungan cap-screw, dan sambungan stud. Klasifikasi threaded
fastener umumnya dilakukan berdasarkan konstruksi dan kegunaan, tipe ulir, dan jenis
kepala baut.
Gambar 8.10 Konstruksi sambungan baut (a) baut-mur, (b) sambungan cap-screw, (c)
sambungan stud.
Variasi mur (nut) juga sangat banyak variasinya untuk memenuhi berbagai fungsi khusus.
Gambar 8.11 menunjukkan beberapa tipe mur standar. Washer adalah ring datar yang
biasanya digunakan pada sambungan baut mur. Fungsinya adalah untuk memperluas
bidang kontak antara mur dengan elemen yang disambung. Teknologi pembuatan atau
manufacturing baut-mur saat ini umumnya dilakukan dengan proses machining, rolling,
dan head forming.
7-12
2D + 0.25 in
LT =
2D + 0.5 in
; L 6 in
; L > 6 in
2 D + 6
L T = 2D + 12
2D + 25
; L 125
D 48
; 125 L 200
; L > 200
7-13
7-14
Gambar 8.13 (a) Sambungan baut, (b)diagram benda bebas baut yang mendapat beban
tarik
F AE
=
, maka kekakuan baut dapat dituliskan
menjadi
7-15
Lt
Ls
1
=
+
k b At Eb AbEb
dimana At adalah tensile stress area baut, dan Ab adalah luas penampang bagian yang
tidak berulir.
Kekakuan komponen yang disambung juga merupakan susunan seri. Kekakuan
totalnya adalah
Gambar 8.14
L1
L2
1
=
+
k j A m1E1 A m 2 E 2
dimana L1 dan L2 adalah masing-masing tebal komponen yang disambung, Am luas efektif
material yang dicekam. Khusus jika material komponen yang dicekam sama maka
Menentukan
kj =
AmEm
L
nilai
kekakuan
sambungan
jauh
lebih
sulit
dan
kompleks
dibandingkan dengan kekakuan baut. Kesulitan terutama terletak pada penentuan luas
efektif pencekaman, Am. Pendekatan umumnya dilakukan untuk menyederhanakan
analisis. Berdasarkan analisis numerik dengan metoda elemen hingga diketahui bahwa
distribusi tegangan pencekaman pada komponen yang signitfikan terjadi pada daerah
berbentuk frusta cone seperti ditunjukkan pada gambar 8.15. Jika komponen yang
dicekam terbuat dari material yang sama, maka berharga sekitar 420. Nilai ini juga
masih belaku untuk tebal komponen yang dicekam tidak sama.
Volume efektif komponen yang dicekam dapat ditentukan dengan menghitung
volume double cone shape barrel seperti ditunjukkan pada gambar 8.15 (a) dan (b). Jika
material komponen yang dicekam jenisnya sama, maka dapat dibuat volume silinder yang
ekivalen dengan volume frusta cone seperti ditunjukkan pada gambar (c). Jika material
tidak sama maka konsep pegas seri harus digunakan dan parameter E masing-masing
material harus dimasukkan.
7-16
Am
2
d 2 + d 3
2
= (d eff d )
d2
4
4
2
Gasket
Gasket adalah komponen yang sering digunakan pada sambungan baut untuk
mencegah kebocoran. Tipe dan jenis gasket sangat banyak, tetapi secara umum dadapat
dibedakan menjadi
dua kelas yaitu (1) confined dan (2) unconfined. Gambar 8.16
menunjukkan contoh kedua kelas gasket. Gasket umumnya terbuat dari material yang
jauh lebih lunak dari komponen yang disambung. Tabel 8.5 menunjukkan modulus
elastisitas material gasket.
7-17
1
1
1
1
=
+
+
k j k m1 k m 2 k g
dimana kg adalah kekakuan material gasket. Mengingat gasket terbuat dari material yang
lunak maka modulus elastistasnya juga jauh lebih kecil (Eg << Em1, Em2, ..). Karena
modulus berbanding lurus dengan kekakuan maka kg << km1, km2, . Jadi dapat
dismpulkan bahwa kekakuan keseluruhan komponen :
7-18
1
1
1
1
1
=
+
+
k j k m1 k m 2 k g k g
8.5.
atau
kj kg
diberikan beban awal untuk mengencangkan sambungan. Gaya awal dinaikkan dari nol
sampai Fi. Akibat gaya awal tersebut maka baut akan mengalami defleksi k dan
komponen mengalami defleksi m. Baut memiliki slope positif karena dengan
bertambahnya beban pengencangan maka panjangnya juga bertambah. Hal sebaliknya
untuk komponen yang disambung. Terlihat juga untuk gambar tersebut bahwa kekakuan
komponen yang disambung lebih tinggi daripada kekakuan baut sehingga deformasi
material lebih rendah berbeda dengan deformasi baut. Gaya yang bekerja pada keduanya
tetap sama.
Jika beban luar sebesar P diberikan pada sambungan seperti gambar 8.17 (b)
maka akan terjadi pertambahan deformasi pada baut dan komponen seperti
ditunjukkan pada gambar 8.17 (c). Deformasi tambahan ini selalu bernilai sama untuk
baut dan komponen sampai sambungan terpisah.
7-19
Fm = Fi - Pm
Sambungan akan mulai terpisah atau gagal jika beban luar yang diberikan, P, mencapai
beban awal pencekaman Fi. Pada kondisi ini seluruh gaya luar akan ditahan oleh baut.
Untuk menjaga sambungan tidak mudah terpisah, yang berarti gagal, maka dari itulah
disarankan supaya menggunakan preload yang tinggi. Untuk aplikasi praktis, preload
disarankan
0,75Fps
Fi =
0,90Fps
dimana Fps adalah proof preload = SpAt. Perhitungan faktor keamanan sambungan dapat
dilakukan dengan analisis sebagai berikut :
Hubungan antara deformasi dan gaya
Pb Pm
=
kb km
mengingat P = Pm + Pb maka
7-20
atau Pb =
kb
Pm
km
Pb =
dimana C =
kb
P atau Pb = CP
km + kb
kb
.
km + kb
C sering disebut sebagai konstanta kekakuan atau konstanta sambungan. Konstanta C ini
nilainya biasanya < 1, dan jika kb relatif kecil dibandingkan km, C nilainya akan makin kecil.
Jadi dapat dikonfirmasikan bahwa baut akan mendapat porsi yang kecil dari beban luar P.
Dengan cara yang sama dapat diturunkan bahwa
Pm =
km
P = (1 C)P
km + kb
Ekspresi Pb dan Pm dapat digantikan untuk mendapatkan gaya total yang diterima baut
dan komponen.
Fb = Fi + CP dan Fm = Fi (1 C)P
Persamaan di atas dapat digunakan untuk menentukan berapa besar
preload yang harus diberikan pada suatu sambungan jika beban luar
yang bekerja sudah ditentukan, dan baut sudah dipilih sehingga proof
strength-nya diketahui.
Beban luar untuk memisahkan sambungan P0 dapat ditentukan
dengan men-set Fm sama dengan nol.
P0 =
Fi
(1 C)
SFsamb =
P0
Fi
=
P P(1 C)
Gambar 8.18
Sambungan
yang terpisah
Contoh soal 2 :
Gambar dibawah ini menunjukkan potongan silinder bertekanan. Baut dengan jumlah total
N digunakan untuk menahan gaya pemisah 36 kip.
(a) Tentukan kekakuan dan konstanta sambungan C
7-21
(b) Cari jumlah baut yang dibutuhkan jika diingunkan faktor keamanan 2 dan juga
dengan menganggap bahwa baut dapat digunakan kembali jika sambungan
dibongkar-pasang.
Gambar 8.19. Contoh soal : Sambungan baut yang mendapat beban statik
Jawaban :
(a) Kekauan baut dapat dihitung sebagai berikut :
AE d 2E ( 0,625 ) ( 30 )
=
=
4l
4 (1,5 )
l
2
kb =
= 6,13 Mlb / in
dimana panjang cekaman l =1,5 in. Modulus elastisitas besi cor no.25 adalah 12 Mpsi.
Jadi kekakuan dari eleman yang disambung dengan manngasumsikan bahwa tekanan
pada elemen sambungan berbentuk potongan kerucut (frustum cone) adalah :
km =
0,577l + 2,5d
0,577 (1,5 ) + 2,5 ( 0,625 )
= 7,67 Mlb / in
Dengan demikian konstanta sambungan C dapat dihitung sebagai berikut :
C=
kb
6,13
=
= 0,444
k b + k m 6,13 + 7,67
(b) Dari tabel 8.2 dan 8.4 diperoleh At = 0,226 in2 dan Sp = 85 kpsi. Kemudian beban awal
yang direkomendasikan dapat dihitung sebagai berikut :
7-22
Hubungan antara jumlah baut dengan faktor keamanan dapat dinyatakan sebagai
berikut :
n=
Sp At Fi
C (F / N )
N=
atau
CnF
Sp At Fi
N=
0,444 ( 2 )( 36 )
85 ( 0,226 ) 14,4
= 6,65
Jadi dipakai jumlah baut sebanyak 7 buah. Dengan menggunakan jumlah baut
sebanyak ini, diperoleh faktor keamanan sebagai berikut :
n=
85 ( 0,226 ) 14,4
0,444 ( 36 / 7 )
= 2,11
yang nilainya lebih besar daripada nilai yang disyaratkan. Dengan demikian dipilih 7
buah baut dengan beban awal yang direkomendasikan dalam pengencangan.
8.6.
memutar kepala baut atau mur, yang berarti diperlukan momen puntir untuk mendapatkan
preload yang diinginkan. Pada saat pemberian beban awal baut akan mengalami
tegangan tarik dan juga tegangan geser karena adanya torsi. Diagram benda bebas dan
elemen tegangan saat pengencangan ditunjukkan pada gambar 8.20. Setelah
sambungan digunakan baut biasanya mengalami sedikit unwind untuk melepas hampir
seluruh tegangan geser sisa yang diakibatkan oleh momen puntir. Nilai preload dapat
diukur atau dikontrol dengan beberapa metoda yaitu : (1) mengukur elongation atau
pertambahan panjang baut, dan (2) mengukur momen torsi yang diberikan. Metoda
pertama dapat dilakukan dengan menggunakan strain gage atau ultrasonic transduser.
Tetapi hal ini sangat tidak praktis untuk aplikasi di lapangan. Metoda kedua dapat
dilakukan dengan menggunakan torque wrench.
7-23
Ti = Fi
d p ( + tan cos )
d
+ Fi c c
2 (cos tan )
2
Gambar 8.20 Beban dan tegangan yang terjadi pada baut saat diberi preload
(T1 = T2 +T3+ T4; T1 = torsi luar yang diberikan pada mur, T2 = torsi karena
gesekan pada permukaan mur, T3 = torsi karena gesekan pada kepala
baut, dan T4 = torsi luar yang harus diberikan pada kepala baut suapay
baut tidak berputar)
Untuk baut/mur yang digunakan sebagai fastener, diameter pitch dapat diasumsikan
sama dengan diameter baut, d. Diameter colar dapat didekati dengan rata-rata antara
diameter baut dan standard kepala baut, 1,5d.
Ti Fi
(1 + 1,5)d
d ( + tan cos )
+ Fi c
2 (cos tan )
2
( + tan cos )
+ 0,625Fi c
K i 0,5
(cos tan )
Ti K i Fi d
7-24
Hasil eksperimental nilai koefisien torsi, ki, baut standard UNS, untuk koefisien gesek =
c = 0,15 adalah :
Ukuran baut
Koefisien torsi, Ki
Tipe UNC
Tipe UNF
1,2,3,4,5,6,7,8,10,12
0,22
0,22
, 5/16, 3/8
0,22
0,21
0,21
0,21
0,21
0,20
Dari data eksperimental di atas, maka terlihat bahwa variasi kofisien torsi untuk preload
sangatlah kecil baik terhadap ukuran baut maupun kelas baut itu sendiri. Variasi koefisein
torsi juga sangat kecil jika kita menggunakan dp untuk formula koefisien torsi. Jadi momen
puntir atau torsi yang diperlukan untuk mendapatkan preload Fi, (ulir dilumasi, =c= 0,15)
dapat didekati dengan :
Ti 0,21Fi d
8.7.
maka pengaruh beban awal akan lebih dominan dibandingkan dengan pembebanan
statik. Dalam prakteknya kebanyakan beban luar P dinamik yang bekerja pada
sambungan baut adalah tipe fluctuating dimana beban P terendah, Pmin adalah nol. Jadi
pada saat beban luar bernilai nol maka hanya beban awal Fi, yang bekerja pada
sambungan seperti terlihat pada gambar 8.21(a) Pada saat beban maksimum, Pmax, maka
beban tersebut akan ditanggung bersama oleh baut dan komponen bersama-sama.
Karena kekakuan baut lebih rendah maka sebagian besar beban berfluktuasi akan
ditanggung oleh komponen yang disambung. Hal ini terlihat jelas pada gambar 8.21 (b).
Hal ini secara drastis akan menurunkan tegangan berfluktuasi tarik (tensile) yang sangat
berpotensi menimbulkan kegagalan fatigue pada baut. Tegangan fluktuatif tekan pada
komponen tidak perlu dikhawatirkan karena kegagalan fatigue selalu disebabkan oleh
tegangan tarik.
7-25
Famp =
Fb Fi
,
2
Frata =
Fb + Fi
2
amp = K f
Famp
At
F
dan rata = K fm rata
At
At adalah tensile stress area baut, Kf adalah faktor konsentrasi tegangan fatigue baut dan
Kfm adalah faktor konsentrasi tegangan rata-rata. Untuk sambungan yang diberikan beban
awal maka Kfm biasanya bernilai 1,0. Faktor konsentrasi tegangan pada beberapa tipe
baut ditunjukkan pada tabel 8.6.
i = K fm
Fi
At
Perlu diketahui bahwa hasil penelitian Peterson terhadap kegagalan baut adalah :
15% kegagalan terjadi pada fillet dibawah kepal baut
20% kegagalan terjadi pada titik awal bagian berulir
65% kegagalan terjadi pada ulir yang berkontak dengan mur
7-26
Untuk menentukan faktor keamanan baut terhadap beban yang berfluktuasi, beberapa
kriteria dapat digunakan seperti kriteria modified-Goodman, Gerber parabola, atau ASME
elliptic line. Dengan menggunakan modified Goodman diagram maka formula untuk
perhitungan faktor keamanan terhadap fatigue adalah :
SFlelah =
Se (S ut i )
Se ( rata i ) + S ut amp
Hal penting yang perlu diingat, preload yang tinggi akan menurunkan pengaruh beban
fatigue pada baut. Jika sambungan tidak diberi preload, maka tegangan fluktuatif yang
harus ditanggung baut akan meningkat sesuai dengan faktor 1/C. karena C adalah
bilangan yang kecil, maka faktor 1/C adalah bilangan yang besar.
Contoh Soal 3 :
Sebuah komponen mesin terdiri dari dua buah pelat baja yang dicekam sambungan baut.
Baut yang digunakan adalah tipe 0,5-13UNC grade 5. komponen mesin tersebut
mendapat beban berfluktuasi dari 0 s/d Fmax. Tentukanlah nilai Fmax yang dapat ditahan
baut sehingga memiliki umur tak hingga untuk kasus (a) sambungan tidak diberi beban
awal, dan (b) baut diberi beban awal sampai proof load.
7-27
Jawaban :
Asumsi :
1. Sisa panjang ulir baut hanya sedikit diatas mur, dan tangkai baut berdiameter 0,5 inchi
sepanjang baut tersebut.
2. Kedua pelat baja tersebut mempunyai permukaan yang halus dan datar, dan tidak ada
gasket diantaranya.
3. Luas efektif elemen yang dijepit dapat diaproksimasi dengan gambar berikut :
Gambar 8.23 Salah satu metode penentuan luas efektif elemen yang dijepit
Analisis :
1. Untuk kasus a , tegangan yang ada hanya diakibatkan beban fluktuatif saja. Tensile
stress area dan koefisien beban fluktuatif diperoeh dari tabel 8.2 dan tabel 8.7.
a = m =
Fmax
Fmax
Kf =
(3,8 ) = 13,39Fmax
2 At
2 ( 0,1419 )
2. Dengan menggunakan grafik 8.22c dan hasil di atas, diperoleh a = m = 37000 psi
Dengan demikian, 13,39Fmax = 37000 atau Fmax = 2760 lb
3. Untuk kasus b , beban tarik awalnya adalah :
Ab =
d2 =
( 0,5 )
= 0,196 in 2
7-28
Ac =
=
16
(5d
(5 (0,5 )
16
= 1,19 in 2
Dengan demikian diperoleh :
kb
Ab
0,196
=
=
= 0,14
k b + kc Ab + Ac 0,196 + 1,19
Yang berarti bahwa hanya 14% dari fluktuasi gaya eksternal yang ditahan oleh baut,
sedangkan sisanya digunakan untuk melawan tekanan jepitnya.
5. Beban alternating pada baut adalah setengah dari fluktuasi peak-to-peaknya atau
0,07Fmax. Jadi beban alternating pada baut :
a =
Fa
0,07Fmax
Kf =
( 3,8 ) = 1,88Fmax
At
0,1419
6. Dengan Fi = At Sp = 12060 lb , beban eksternal yang lebih besar sedikit dari 12060
lbf tidak akan menyebabkan pemisahan sambungan. Dengan demikian, Fmax=12060
lbf merupakan solusi kasus ini jika tegangan baut tidak menyebabkan kegagalan
fatigue. Untuk Fmax=12060 lbf,
8.8.
geser. Penggunaan sistem sambungan ini yang luas lebih banyak untuk struktur seperti
misalnya jembatan, bangunan, boiler, tangki dan lain-lain. Contoh sistem sambungan ini
dan aplikasinya ditunjukkan pada gambar 8.23. Beban awal tensile pada baut diberikan
untuk menimbulkan gaya gesek yang besar pada komponen yang disambung. Gaya
gesek inilah yang berfungsi menahan sebagian besar beban geser. Jadi baut tetap harus
diberikan beban awal tarik yang tinggi. Jika gaya gesek pada sambungan tidak cukup
kuat menahan beban maka baut akan lanngsung mendapat gaya geser.
7-29
(a)
(b)
Untuk kasus dimana sambungan mendapat beban geser langsung seperti pada gambar
8.24(a) maka beban geser P dapat diasumsikan ditanggung secara merata oleh masing
masing baut. Sehingga tegangan geser yang dialami baut dapat dihitung dengan formula
sederhana
baut =
(P / i)
At
7-30
Gambar 8.25 Analisis gaya-gaya pada baut akibat gaya geser langsung dan momen
Dalam sistem koordinat kartesian (x,y), centroid atau titik pusat sekumpulan baut dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan
n
x=
Ai x i
Ai
dan
y=
Ai yi
1
Ai
1
dimana n adalah jumlah baut, Ai luas penampang baut yang ke-i, dan xi, yi adalah
koordinat masing-masing baut yang ke i.
Dengan mengasumsikan bahwa beban geser langsung akan diterima secara
merata oleh masing-masing baut, maka komponen beban langsung (primary shear) dapat
langsung dihitung dengan membagi gaya V dengan jumlah baut atau F = V/n. Gaya
geser akibat momen atau secondary shear dapat dihitung dari menggunakan persamaan
Fi" =
Mri
rA2
+ rB2
Langkah berikutnya adalah menghitung resultan gaya geser yang bekerja pada
masing-masing baut dengan melakukan penjumlahan vectorial antara primary shear dan
secondary shear. Selanjutnya tegangan dan kekuatan baut dapat dihitung dengan kriteriakriteria yang telah dibahas sebelumnya.
Contoh Soal 4 :
Konstruksi sambungan baut untuk pelat baja setebal 15 mm digunakan untuk menahan
beban sebesar 16 kN. Baut yang digunakan adalah M16 kelas 8.8. Tentukanlah faktor
keamanan terendah dari keempat baut jika semua beban ditanggung oleh baut (asumsi
tidak ada gesekan antara komponen yang disambung). Semua dimensi yang diperlukan
diberikan pada gambar 8.26.
M = 16(425) = 6800 Nm
Pada gambar 8.27 dibawah ini digambarkan diagram gaya-gaya pada sambungan secara
terperinci.
Jarak tiap baut terhadap titik O adalah :
r =
( 60 )
+ ( 75 ) = 96 mm
2
7-32
F'=
V 16
=
= 4 kN
n
4
F"=
6800
Mr
M
=
=
= 17,7 kN
2
4r
4r 4 ( 96 )
Dengan menggambarkan gaya-gaya ini pada gambar 8.26 dan dengan skala tertentu,
maka dapat diperoleh besar resultan gaya pada tiap baut.
FA = FB = 21 kN,
dan
FC = FB = 13,8 kN.
diperoleh tinggi mur standar untuk M16 sekitar 14,8 mm sehingga tinggi total yang
diperlukan adalah 41,8 mm. Jadi dipilih baut dengan panjang 46 mm. Kemudian dihitung
panjang bagian yang berulir berdasarkan tabel 8.5, LT = 38 mm. Dengan demikian
geseran terjadi pada bagian yang berulir, sehingga shear-stress area As = d p2 / 4
dimana dp adalah diameter pitchnya. Adapun diameter pitch untuk ulir ISO dapat dihitung
sebagai berikut :
7-33
d p = d 3H / 8 = d 3 0,5 ( 3 )
0,5
= 16 3 0,5 ( 3 )
0,5
p / 8
2 / 8
= 15,35 mm
Sehingga diperoleh As = d p2 / 4 = 185 mm 2
Diperoleh tegangan geser
FA 21000
=
= 113,5 MPa
AS
185
Dengan demikian dapat dihitung faktor keamanan baut terhadap tegangan geser sebagai
berikut :
n=
all
600
=
= 5,286
113,5
8.9.
Soal-soal Latihan
1. Sebuah dongkrak ulir dengan ulir Acme ganda berdiameter 1 inchi digunakan untuk
menaikkan beban sebesar 4000 N. Sebuah thrust collar berdiameter rata-rata 50 mm
digunakan pada ulir tersebut. Koefisien gesekan yang terjadi adalah f = 0,12 dan fc =
0,09.
a. Tentukan pitch, lead, kedalaman ulir, diameter rata-rata ulir, dan sudut heliksnya.
b. Hitung torsi awal untuk menaikkan dan menurunkan beban.
c. Hitung efisiensi dongkak ketika sedang menaikkan beban.
2. Baut UNC class 7 berdiameter 0,5 inchi dengan ulir yang dibuat dengan proses rolling
diberikan beban awal 80% dari proof strength-nya ketika digunakan menjepit susuan
baja berlapis setebal 3 inchi. Tentukan faktor keamanan terhadap luluh statis (static
yielding) dan pemisahan sambungan (joint separation) ketika beban statik eksternal
sebesar 5 kN diberikan. Gunakan reliability 99%.
3. Ulir daya berprofil Acme dengan diameter pitch 1 inchi dan beulir tunggal digunakan
untuk menaikkan beban sebesar 25000 lbf. Diameter rata-rata collar adalah 1,5 inchi.
Koefisien gesekan ulir sama dengan koefisien gesekan collar yaitu sebesar 0,1.
tentukan :
a. Diameter puncak ulir
b. Torsi ulir yang diperlukan untuk menaikkan beban
c. Koefisien gesekan maksimum yang diperlukan untuk mencegah ulir mengalami
self- locking jika gesekan collar dihilangkan.
7-34
4. Sebuah dongkrak mobil terdiri dari ulir daya dan mur. Mobil diangkat dengan memutar
ulir daya. Hitung torsi yang dibutuhkan untuk menaikkan beban seberat 1 ton.
Diketahui bahwa lead l = 9 mm, diameter pitchnya adalah 22 mm, dan sudut ulirnya
adalah 30. Koefisien gesekan yang ada adalah 0,1 pada ulir dan nol ditempat lain.
5. Ulir daya berprofil Acme digunakan untuk menaikkan beban sebesar 1350 lbf.
Diameter luar ulir adalah 1,25 inchi dan diameter collar rata-rata adalah 2 inchi.
Koefisien gesek ulir adalah 0,13 dan pada collar adalah 0,16. Tentukan :
a. Torsi yang diperlukan untuk menaikkan dan menurunkan beban.
b. Dimensi geometris ulir.
c. Efisiensi ketika menaikkan beban.
d
Beban yang menyebabkan efisiensi ketika menaikan beban adalah sebesar 18%.
6. Gambar dibawah ini menunjukkan bejana tekan dengan pelat tutup bergasket.
Tekanan internal cukup seragam sehingga beban pada baut dapat dianggap statik.
Tekanan jepit gasket yag direkomendasikan adalah minimal sebesar 13 MPa
(termasuk faktor keamanan) untuk menjamin sambungan yang tahan bocor. Untuk
penyederhanaan, lubang baut dapat diabaikan dalam penghitungan luas gasket.
a. Jika baut 12, 16, dan 20 mm mempunyai ulir kasar dan terbuat dari baja SAE
class 8.8 atau 9.8 (dipilih yang paling cocok antara keduanya) akan digunakan,
tentukan jumlah baut yang diperlukan.
b. Jika rasio jarak antar-baut dengan diameter baut tidak boleh melebihi 10 untuk
menjaga tekanan flens yang cukup antar-baut, dan jika rasio ini tidak boleh kurang
dari 5 untuk menyediakan ruang yang cukup untuk kunci standar, yang manadari
ketiga ukuran baut di atas yang memberikan ruang antar-baut yang paling baik.
Gambar P8.1
7. Gambar dibawah ini menunjukkan sambungan pada cylinder head pada bejana tekan
yang menggunakan 10 baut dan confined-gasket seal. Diameter seal efektif adalah
sebesar 150 mm sedangkan dimensi lainnya adalah : A = 100 mm, B = 200 mm, C =
300 mm, D = 20 mm, dan E = 25 mm. Tekanan statik gas pada silinder adalah
sebesar 6 MPa. Telah dipilih baut ISO class 8.8 dengan diameter 12 mm. Berapa
faktor pembebanan, n, dari pemilihan ini?
7-35
Gambar P8. 2
8. Gambar dibawah ini menunjukkan lap joint yang dibaut dengan menggunakan baut
SAE grade 8. Temukan gaya geser yang aman F yang dapat diaplikasikan pada
sambungan ini jika ditentukan faktor keamanan berikut : shear pada baut 3, bearing
pada baut 2, bearing pada elemen yang disambung 2,5, dan tension pada elemen
yang disambung 3.
Gambar P8.3
9. Kanal vertikal berukuran 152 X 76 mempunyai kantilever yang dibaut kepadanya.
Kanal tersebut terbuat dari baja AISI 1015 yag di-hot roll. Bautnya adalah M12 x 1,75
ISO 5,8. Untuk faktor desain 2,8 cari gaya F yang aman diberikan pada kantilever.
Gambar P8.4
10. Cari gaya geser total pada tiap baut untuk sambungan seperti diperlihatkan pada
gambar dibawah ini, dan hitung shear stress dan bearing stress-nya. Cari momen
7-36
inersia pelat bertebal 8 mm pada penampang tegak lurus dengan lubang baut, dan
cari bending stress maksimum pada pelat.
Gambar P8.5
7-37