Anda di halaman 1dari 12

Fisiologi kulit

Histologi kulit
Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian dalam tubuh dari
lingkungan luar. Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5 m2 dan beratnya sekitar 15% dari berat
badan secara keseluruhan.
Kulit terdiri atas tiga bagian utama, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis. Epidermis
terdiri dari stratum korneum yang kaya akan keratin, stratum lucidum, stratum granulosum yang
kaya akan keratohialin, stratum spinosum dan stratum basal yang mitotik. Dermis terdiri dari
serabut-serabut penunjang antara lain kolagen dan elastin. Sedangkan hipodermis terdiri dari selsel lemak, ujung saraf tepi, pembuluh darah dan pembuluh getah bening.

Kulit manusia tersusun atas dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis dan
dermis dapat terikat satu sama lain akibat adanya papilare dermis dan rabung epidermis.
1. Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang
berbeda-beda: 400-600 m untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75150 m untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain
sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan:

Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.

Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang
merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada
sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam imunologi
kulit.

Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan berhubungan
fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.

Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam sebagai
berikut:
1. Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma
yang dipenuhi keratin.

2. Stratum Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang sangat
gepeng, dan sitoplasma terdri atas keratin padat. Antar sel terdapat desmosom.
3. Stratum Granulosum, terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya
berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang
mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif
terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan efek pelindung pada kulit.
4. Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum saling terikat
dengan filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas
(kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel spinosum
ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak
kaki.
5. Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis,
terdiri atas selapis sel kuboid. Pada stratum basal terjadi aktivitas mitosis, sehingga
stratum ini bertanggung jawab dalam proses pembaharuan sel-sel epidermis secara
berkesinambungan.
6. Dermis, yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang bervariasi
bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung.
Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare
dan stratum reticular.

Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan
ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang
keluar dari pembuluh (ekstravasasi).

Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat
padat tak teratur (terutama kolagen tipe I)

Selain kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan epidermis, yaitu folikel
rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea

Rambut, merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel
epidermis, yaitu folikel rambut. Pada folikel ini terdapat pelebaran terminal yang
berbentuk benjolan pada sebuah papilla dermis. Papila dermis tersebut mengandung
kapiler dan ditutupi oleh sel-sel yang akan membentuk korteks rambut, kutikula rambut,
dan sarung akar rambut.

Kelenjar keringat, yang terdiri atas kelenjar keringat merokrin dan kelenjar keringat
apokrin
1. Kelenjar keringat merokrin, berupa kelenjar tubular sipleks bergelung dengan
saluran bermuara di permukaan kulit. Salurannya tidak bercabang dan memiliki
diameter lebih kecil dari bagian sekresinya 0,4 mm. Terdapat dua macam sel

mioepitel yang mengelilingi bagian sekresinya, yaitu sel gelap yang mengandung
granula sekretoris dan sel terang yang tidak mengandung granula sekretoris.
2. Kelenjar keringat apokrin, memiliki ukuran lebih besar (3-5 mm) dari kelenjar
keringat merokrin. Kelenjar ini terbenam di bagian dermis dan hipodermis, dan
duktusnya bermuara ke dalam folikel rambut. Terdapat di daerah ketiak dan anus.

Kelenjar sebacea, yang merupakan kelenjar holokrin, terbenam di bagian dermis dengan
jumlah bervariasi mulai dari seratus hingga sembilan ratus per centimeter persegi. Sekret
dari kelenjar sebacea adalah sebum, yang tersusun atas campuran lipid meliputi
trigliserida, lilin, squalene, dan kolesterol beserta esternya.

Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang disebut jaringan
subkutan dan mengandung sel lemak yang bervariasi. Jaringan ini disebut juga fasia superficial,
atau panikulus adiposus. Jaringan ini mengandung jalinan yang kaya akan pembuluh darah dan
pembuluh limfe. Arteri yang terdapat membentuk dua plexus, satu di antara stratum papilare dan
retikulare, satu lagi di antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang-cabang plexus tersebut
mendarahi papila dermis. Sedangkan vena membentuk tiga plexus, dua berlokasi seperti arteri,
satu lagi di pertengahan dermis. Adapun pembuluh limfe memiliki lokasi sama dengan pembuluh
arteri.
Untuk mendukung fungsi kulit sebagai penerima stimulus, maka terdapat banyak ujung
saraf, antara lain di epidermis, folikel rambut, kelenjar kutan, jaringan dermis dan subkutis, serta
papila dermis. Ujung saraf ini tanggap terhadap stimulus seperti rabaan-tekanan, sensasi taktil,
suhu tinggi/rendah, nyeri, gatal, dan sensasi lainnya. Ujung saraf ini meliputi ujung Ruffini,
Vaterpacini, Meissner, dan Krause.
Selain itu turunan kulit yang lain adalah kuku. Kuku merupakan lempeng sel epitel
berkeratin pada permukaan dorsal setiap falang distal. Lempeng kuku terletak pada stratum
korneum, sedangkan dasar kuku terletak pada stratum basal dan spinosum.
Fungsi kulit
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi
tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu
tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.
1. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:
-

Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia. Keratin
merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu bata di
permukaan kulit.
Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi; selain itu
juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.

Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari kekeringan
serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di permukaan kulit.
Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi keringat, akan menghasilkan mantel asam
dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba.
Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum basal,
sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen ini bertugas
melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan
dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka dapat timbul
keganasan.
Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang pertama adalah
sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudian ada sel
fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin dan sel
Langerhans.

2. Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti vitamin A, D,
E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Permeabilitas kulit terhadap
oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi
respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri.
Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison, sehingga mampu berpenetrasi
ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel atau
melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang
melalui muara kelenjar.
3. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya, yaitu
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:
- Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan melepaskan lipid
yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum dikeluarkan ketika muskulus arektor pili
berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke
permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol, protein, dan
elektrolig. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan memproteksi
keratin.
- Kelenjar keringat

Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat keluar dengan cara
menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang bekerja dalam ruangan
mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif jumlahnya lebih banyak
lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk mengekskresikan
garam, karbondioksida, dan dua molekul organik hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan
urea.
Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat
merokrin.
-

Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta aktif pada
usia pubertas dan menghasilkan sekret yang kental dan bau yang khas. Kelenjar keringat
apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon sehingga sel-sel mioepitel
yang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar keringat apokrin.
Akibatnya kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke folikel rambut lalu ke
permukaan luar.

Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak tangan dan kaki. Sekretnya
mengandung air, elektrolit, nutrien organik, dan sampah metabolisme. Kadar pH-nya
berkisar 4.0 6.8. Fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah mengatur temperatur
permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi dari agen asing dengan
cara mempersulit perlekatan agen asing dan menghasilkan dermicidin, sebuah peptida kecil
dengan sifat antibiotik.

4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan
panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan
oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan taktil Meissner terletak di papila dermis
berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis.
Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik
tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua cara:
pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Pada saat suhu tinggi,
tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta memperlebar pembuluh darah
(vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah,
tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit pembuluh darah
(vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.
6. Fungsi pembentukan vitamin D
Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi kolesterol
dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi prekursor dan

menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah hormon yang berperan
dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah.
Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D sendiri, namun belum memenuhi
kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap
diperlukan.
Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah,
kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.
Keratinisasi kulit
Keratinisasi merupakan suatu proses pembentukan lapisan keratin dari sel-sel yang
membelah. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, lalu sel basal akan
berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi
makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang, mengalami
apoptosis dan menjadi sel tanduk yang amorf. Sel-sel yang sudah mengalami keratinisasi akan
meluruh dan digantikan dengan sel di bawahnya yang baru saja mengalami keratinisasi untuk
kemudian meluruh kembali, begitu seterusnya. Proses ini memakan waktu sekitar empat minggu
untuk epidermis dengan ketebalan 0.1 mm. Apabila kulit di lapisan terluar tergerus, seperti pada
abrasi atau terbakar, maka sel-sel basal akan membelah lebih cepat. Mekanisme pertumbuhan ini
terutama dipengaruhi oleh hormon epidermal growth factor (EPF).
Pembentukan warna pada kulit
Warna pada kulit dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pigmentasi epidermis dan sirkulasi kapiler
yang ada di lapisan dermis.
Pigmentasi epidermis dipengaruhi oleh dua pigmen, yaitu karoten dan melanin
-

Karoten merupakan pigmen merah-jingga yang berakumulasi di epidermis. Paling banyak


terdapat di stratum korneum pada orang berkulit terang, juga di jaringan lemak pada
lapisan dermis dan subkutis. Perubahan warna yang diakibatkan oleh karoten paling terlihat
pada orang berkulit pucat, sedangkan pada orang berkulit gelap sulit terlihat. Karoten dapat
dikonversi menjadi vitamin A yang diperlukan untuk pemeliharaan epitel dan sintesis
fotoreseptor di mata.

Melanin merupakan pigmen kuning-coklat, atau hitam yang diproduksi oleh melanosit.
Melanosit sendiri berada di antara sel-sel basal dan memiliki juluran ke sel-sel di atasnya.
Perbandingan jumlah melanosit dan sel basal bervariasi, mulai dari 1:20 sampai 1:4. Badan
Golgi melanosit membentuk melanin dari tyrosin dengan bantuan Cu dan oksigen, lalu
mengemasnya menjadi vesikel-vesikel melanosom. Melanosom ini akan dihantarkan
melalui juluran melanosit dan mewarnai sel-sel keratin di atasnya sampai didegradasi oleh
lisosom.

Jumlah melanosit baik pada orang kulit hitam maupun kulit putih adalah sama, yang
berbeda adalah aktivitas dan produksi pigmennya (melanosit). Pada orang kulit pucat transfer

melanosom hanya sebatas stratum spinosum, sedangkan pada orang berkulit gelap melanosom
dapat dihantarkan hingga ke stratum granulosum.
Sirkulasi darah yang ada di dalam pembuluh kapiler pada dermis juga berperan dalam
menentukan warna kulit. Hemoglobin yang fungsinya untuk mengangkut oksigen adalah bersifat
pigmen. Ketika berikatan dengan oksigen, hemoglobin akan berwarna merah terang sehingga
memberikan pewarnaan merah pada pembuluh kapiler. Ketika pembuluh-pembuluh tersebut
mengalami dilatasi, maka warna merah pada kulit akan semakin jelas. Contohnya jika saat suhu
tubuh sedang tinggi, maka pembuluh darah akan melebar untuk melepaskan panas dan pada saat
yang sama akan menimbulkan citra merah pada kulit tersebut. Sebaliknya ketika suplai darah
berkurang (misalnya pada gagal jantung) maka kulit akan berubah relatif pucat akibat
penyempitan pembuluh kapiler.

Efek penuaan pada kulit


Usia yang menginjak 40 tahun akan memberi gambaran penuaan berupa perubahanperubahan tertentu pada kulit. Kebanyakan perubahan tersebut terjadi di lapisan dermis.
Fibroblas, yang memproduksi serat kolagen dan elastin, akan mengalami penurunan jumlah
dalam proses penuaan. Serat kolagen menjadi berkurang, mengeras, dan terurai ke dalam
bentuk yang tidak beraturan. Sedangkan serat elastin menjadi kehilangan elastisitasnya,
menebal dan robek. Sehingga kulit pada penuaan akan menghasilkan gambaran celah yang
disebut sebagai kerut.
Sel-sel Langerhans akan berkurang jumlahnya dan makrofag menjadi kurang aktif sehingga
menurunkan aktifitas imun pada kulit.
Produksi keringat berkurang dan kelenjar sebasea akan mengecil sehingga produksi sebum
akan berkurang menyebabkan kulit menjadi kering dan lebih rentan terhadap infeksi
(karena mantel asam tidak efektif).
Melanosit fungsional akan berkurang sehingga menyebabkan rambut berwarna putih (uban)
dan pigmentasi yang atipikal. Sedangkan beberapa melanosit lain akan mengalami
pembesaran dan menghasilkan ruam-ruam pigmen.
Dinding pembuluh darah dermis menjadi lebih tebal dan kurang permeabel.
Jaringan lemak adiposa menjadi longgar.
Proses migrasi sel basal menjadi sel permukaan berjalan lebih lambat, sehingga
penyembuhan apabila ada cedera juga menjadi lama.
Proses perbaikan pada kulit yang cedera
Kerusakan (cedera) pada kulit akan memicu suatu sekuens yang akan memperbaiki
jaringan yang rusak. Terdapat dua jenis penyembuhan: (1) penyembuhan epidermis untuk cedera
yang tidak terlalu dalam dan (2) penyembuhan mendalam, yaitu apabila cedera tidak hanya
merusak jaringan epidermis saja, tapi juga ikut merusak jaringan dermis dan subkutan.
1. Penyembuhan epidermis

Penyembuhan epidermis terjadi apabila cedera terdapat hanya sebatas epidermis. Sel-sel basal
yang dipisahkan oleh daerah cedera akan menyatu, dan berkembang mengisi daerah yang
mengalami cedera. Mekanisme pengisian daerah cedera ini diperantarai oleh EGF (epidermal
growth factor) yang akan menyebabkan sel basal berproliferasi dan menyebabkan penebalan
epidermis yang rusak.
2. Penyembuhan mendalam
Penyembuhan mendalam terjadi apabila cedera meliputi hingga ke daerah dermis dan
subkutis. Karena cederanya lebih luas dibandingkan dengan cedera epidermis saja, maka
proses penyembuhannya lebih kompleks dibanding penyembuhan epidermis. Selain itu,
terbentuknya jaringan parut dapat membuat daerah penyembuhan kehilangan fungsi
fisiologisnya. Penyembuhan mendalam ini meliputi empat fase:
-

Fase inflamatorik
Pada fase inflamatorik, terjadi peristiwa inflamasi (respons selular dan vaskular) yang
meliputi antara lain vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, serta
rekrutmen sel-sel fagosit untuk mengeliminasi agen penyebab cedera/jejas. Selain itu
pada fase inflamatorik juga terjadi penggumpalan darah untuk menyatukan daerah yang
terpisah akibat cedera.

Fase migratorik
Pada fase migratorik, terjadi perpindahan fibroblas untuk membentuk jaringan parut. Juga
akan terbentuk keropeng di daerah cedera.

Fase proliferatif
Pada fase proliferatif, terjadi pertumbuhan sel-sel epitel di bawah keropeng, deposisi
fibroblas yang semakin banyak dan pembentukan kapiler-kapiler baru.

Fase maturasi
Pada fase maturasi, keropeng yang terbentuk akan meluruh dan digantikan dengan
jaringan sehat dan kulit kembali ke ketebalannya semula. Kolagen menjadi lebih
tersusun, fibroblas berkurang, dan kapiler darah telah normal kembali.

Hubungan fisiologi kulit dengan organ-organ lain


Sistem kulit membentuk permukaan eksternal tubuh dan melindungi dari dehidrasi, kimia
lingkungan, dan pajanan terhadap agen asing. Sistem kulit dipisahkan dari sistem tubuh yang lain
oleh jaringan subkutan namun tetap terhubung dengan sistem tubuh yang lain dengan sistem
sirkulasi, limfatik serta sistem saraf. Hasilnya, aktifitas fisiologis kulit selalu terintegrasi dengan
sistem-sistem tubuh yang lain.

1. Sistem skeletal
-

Kulit mengaktifkan vitamin D3 (calcitriol) yang akan membantu penyerapan kalsium dan
fosfor di saluran cerna. Kalsium dan fosfor berfungsi unuk membangun dan memelihara
tulang.
Sistem skeletal menyediakan dukungan struktural untuk kulit.

2. Sistem muskular
.

Kulit, melalui produksi vitamin D (calcitriol) membantu menyediakan ion kalsium yang
berguna untuk kontraksi otot.
Kontraksi otot di daerah kulit muka menghasilkan ekspresi wajah

3. Sistem saraf
-

Ujung saraf pada kulit akan menghantarkan sinyal terkait sentuhan, tekanan, suhu, dan
nyeri.
Sistem saraf pusat mengatur aliran darah dan pengeluaran keringat untuk termoregulasi.
Sistem saraf menstimulasi kontraksi muskulus arektor pili untuk menegakkan rambut.

4. Sistem endokrin
-

Keratinosit pada kulit membantu mengaktivasi vitamin D menjadi calcitriol, sebuah


hormon yang mempermudah penyerapan kalsium dan fosfor di saluran cerna.
Hormon seks menstimulasi aktivitas kelenjar sebasea, mempengaruhi pertumbuhan,
distribusi lemak subkutan, dan aktifitas kelenjar keringat.
Hormon adrenal mengatur aliran darah di dermis dan membantu memobilisasi lemak di
adiposit.

5. Sistem kardiovaskular
-

Perubahan kimia setempat di kulit (dermis) akan menyebabkan perubahan vaskular


(melebar atau menyempit) yang mempengaruhi aliran darah setempat.
Sistem kardiovaskular menyediakan oksigen dan nutrien, menghantarkan hormon dan
sel-sel imun.
Pembuluh darah menghantarkan karbondioksida, sampah metabolisme, dan toksin.
Sistem kardiovaskular menyediakan panas untuk mengatur suhu kulit.

6. Sistem limfatik dan imunologi


-

Kulit adalah pertahanan pertama dalam imunitas, menyediakan sawar mekanik dan sekret
kimia untuk menghalau penetrasi mikroba.

Sel-sel Langerhans pada epidermis berperan dalam imunologi dengan cara pengenalan
antigen terhadap agen asing.
Makrofag memfagosit mikroba yang berhasil mempenetrasi permukaan kulit.
Sistem limfatik melindungi integumen dengan menyediakan makrofag tambahan dan
memobilisasi limfosit.

7. Sistem pernapasan
-

Rambut hidung berfungsi menyaring partikel debu dari udara yang dihirup.
Stimulasi pada ujung saraf nyeri dapat mengubah laju pernapasan.
Sistem pernapasan menyediakan oksigen untuk jaringan dan mengeliminasi
karbondioksida.

8. Sistem pencernaan
-

Kulit mengaktifkan vitamin D3 (calcitriol) yang akan membantu penyerapan kalsium dan
fosfor di saluran cerna.
Sistem pencernaan menyediakan nutrien untuk sel dan simpanan lipid di adiposit.

9. Sistem saluran kemih


-

Ginjal menerima sebagian hormon vitamin D dari kulit dan mengubahnya menjadi
calcitriol
Ekskresi sampah metabolisme melalui kelenjar keringat turut berperan dalam
menentukan jumlah ekskresi melalui tubulus ginjal.

10. Sistem reproduksi


-

Ujung saraf di kulit dan subkutan berespon terhadap stimulus erotik dan berkontribusi
terhadap kepuasan seksual.
Gerakan menghisap bayi pada puting susu ibu menstimulasi ujung saraf di kulit dan
menyebabkan keluarnya ASI.
Kelenjar susu (modifikasi dari kelenjar keringat) memproduksi ASI.
Kulit mengalami pelebaran (hiperplasia) selama kehamilan terkait pertumbuhan fetus.
Hormon-hormon seks mempengaruhi distribusi rambut, sel adiposa dan perkembangan
kelenjar payudara.

Referensi
1. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5 th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007. p. 7-8.

2. Martini F. Fundamentals of Anatomy and Physiology. 7th ed. USA: Pearson Education
Inc; 2006. p. 153-78.
3. Tortora G, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 11 th ed. USA: John

Wiley & Sons Inc; 2006. p. 145-70.

Anda mungkin juga menyukai