Anda di halaman 1dari 38

T E R IM A K A S IH T E L A H M E N D O W L O A D

A ja k te m a n 2 a n d a d a n k u n ju n g i t e r u s h t tp :/ /t u g a s 2 k u lia h .w o r d p r e s s . c o m

u n tu k m e n d a p a tk a n k e b u tu h a n d o k u m e n a n d a

J ik a A n d a b e r k e n a n
K a m i m e n g h a r a p k a n D o n a s i A n d a s e b a g a i s u m b a n g a n s e ik h la s n y a
u n t u k t e r u s m e m b a n g u n w e b s ite in i a g a r m a m p u s e s u a i k e b u tu h a n
d a n s e m u d a h m u n g k in u n t u k t e r u s d i a k s e s s e m u a o r a n g .
K a m i t u n g g u d o n a s i a n d a k e r e k e n in g k a m i :
A t a s N a m a : A n d i A g u s s a lim
B A N K B C A C abang Panakukkang
N o. R ek : 7890548207
B A N K B R I U n it R a p p o c in i S o m b a O p u
N o . R e k : 3 8 0 7 -0 1 -0 0 1 4 1 4 -5 0 -2
P a y p a l / C r e d it C a r d
P a y p a l ID :
a n d ia g u s s a lim @ g m a il. c o m
a t a u D o n a s i b e r u p a P u ls a k e N o m o r :

0 8 13 4 2 0 9 2 13 7

S M S k a m i jik a m e m b u t u h k a n s e b u a h d o k u m e n ..! ! ! a k a n k a m i u p lo a d

H id u p in i a d a la h m e m b e r i b u k a n m e n e r im a !!!

BAB I
PENDAHULUAN

Kulit

merupakan

organ

tubuh

yang

terletak paling

luar dan

membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ


esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.
Salah satu penyakit kulit yang selalu menjadi masalah bagi remaja
dan dewasa muda adalah jerawat. Penyakit ini tidak fatal namun merisaukan
karena dapat mengurangi kepercayaan diri akibat berkurangnya keindahan
wajah si penderita yang dapat menganggu kelancaran jalur komunikasi, baik
dengan sesama teman, sesama karyawan, apalagi pacar atau suami.
Meskipun kebanyakan jerawat pada masa remaja atau dewasa muda,
ditempat peredileksi (muka, leher, lengan atas, dada, dan punggung), tetapi
nyatanya jerawat dapat datang kapan saja, dimana saja, dan pada siapa
saja. Jerawat dapat timbul sewaktu stress (menghadapi ujian), sesudah
makan banyak lemak dan karbohidrat, atau sedang biasa-biasa saja.
Dewasa ini terdapat ribuan kosmetik di pasar bebas. Kosmetika
tersebut adalah produk pabrik kosmetika di dalam dan luar negeri yang
jumlahnya telah mencapai angka ribuan. Preparat kosmetika yang tidak
hanya dapat merawat, membersihkan, memperbaiki daya tarik dan
mengubah rupa seperti tercanntum dalam defenisi kosmetika, tetapi juga
dapat mempengaruhi struktur dan faal kulit seperti pada obat topikal disebut
juga kosmetik medik. Dengan adanya kosmetik medik maka ada preparat

antara kosmetika medik dan obat topikal (medik) meskipun kemudian


dipertanyakan mengenai batas antara ketiganya (kosmetik, kosmedik, dan
obat).
Untuk jalan keluarnya dilakukanlah pembatasan bahwa kosmetik
medik terbatas pada penggunaan zat yang menguntungkan atau memberikan
manfaat pada kulit badan si pemakai. Untuk tujuan tersebut dilakukan
pemilihan bahan aktif dan prmbatasan kadarnya bila dimasukkan dalam
kosmetik medik, diantaranya adalah1asam salisilat < 2%, sulfur<3%, estrogen
<1000

iu/ounce.

Namun

betapapun

rendahnya

dosis

yang

dipakai

penggunaan kosmetik medik ini masih selalu harus diperhitungkan karena


besarnya dosis kumulatif yang di absorpsi kulit pada pemakaian kosmetik
yang terus-menerus, tidak dapat diperkirakan. Ada bahan kosmetik yang
sudah dapat diterima sebagai bahan yang aman bagi kosmetika, sebagian
lagi

masih

dianggap

perlu

perhatian

dan

diberikan

pembatasan

pemakaiannya dan sebagian lagi dilarang. (Wasitaatmadja., 1997)


Senyawa-senyawa bersifa keratolistik dan antiseptik biasa digunakan
untuk mencegah jerawat dan salah satu bahan yang paling sering digunakan
adalah asam salisilat. Asam salisilat merupakan zat anti akne sekaligus
keratolitik yang lazim diberikan secara topikal. Penggunaanya dalam
kosmetika anti akne atau keratolitik (peeling) merupakan usaha untuk
meningkatkan kemampuan kosmetik tersebut umpamanya dalam kosmetika
perawatan

yaitu akan mengurangi ketebalan intraseluler dalam selaput

tanduk dengan cara melarutkan semen interseluler dan menyebabkan

desintegrasi dan pengelupasan kulit. Asam salisilat dengan dosis yang tepat
dapat memberikan efek terapeutik yang

di inginkan, namun pada

penggunaannya secara terus menurus dapat menyebabkan kerusakan pada


kulit. Penggunaan topikal asam salisilat dengan konsetrasi tinggi, pada
daerah kulit yang luas, pada kulit yang rusak dan dalam jangka waktu lama
dapat menyebabkan keracunan sistemmik akut. Penggunaan kosmetik yang
memungkinkan mengandung asam mercury dan asam salisilat , meskipun
menjadikan kulit tampak mulus namun membuat kulit lebih sensitif terhadap
paparan sinar matahari, pemakaian bertahun-tahun

dapat mengendap di

kulit dan menyebabkan kulit tampak biru kehitaman dan dapat memicu
timbulnya kanker melanocyt atau kanker kulit. Oleh sebab itu, untuk
melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan asam salisilat dengan
konsetrasi tinggi dalam kosmetik maka BPOM telah menetapkan kadar
maksimun yang di izinkan terkandung dalam produk kosmetik, termasuk anti
produk jerawat tidak boleh lebih dari 2 %. (Wasitaatmadja M.S, 1997 dan
Anief M, 1997 dan City74.wordpress.com, tanggal 15 desember 2008)
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang timbul adalah
apakah kosmetik terutama krim anti jerawat yang beredar di pasaran telah
memenuhi standar kesehatan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.HK.00.05.4.1745 tanggal 5 Mei
2003 tentang kosmetika, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai kadar
asam salisilat yang terkandung dalam krim anti jerawat, sedangkan tujuannya

adalah untuk menentukan kadar asam salisilat yang terkandung dalam krim
anti jerawat yang beredar di kota Makassar.
Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data
mengenai kadar asam salisilat yang terkandung dalam krim anti jerawat yang
beredar di kota Makassar.
Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat tentang kadar kandungan asam salisilat dalam
krim anti jerawat agar terhindar dari produk-produk yang membahayakan
kesehatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian tentang kosmetik


1. Pengertian Kosmetika (Wasitaatmadja M.S, 1997)
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti
berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri ini,
dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya.
Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami
tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan.
Kosmetika merupakan komoditi yang mempunyai kesan kurang
berbahaya

di

banding

dengan

obat

sehingga

pembuatanya,

pemasaran atau pengawasannya mempunyai tata cara yang lebih


mudah dibandingkan dengan obat.
Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan yang dikenakan
pada kulit manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah
daya tarik serta mengubah rupa, karena terjadi kontak antara kosmetik
dengan kulit, maka ada kemungkinan kosmetik diserap oleh kulit dan
masuk ke bagian yang lebih dalam dari tubuh. Kontak kosmetika
dengan kulit menimbulkan akibat positif berupa manfaat kosmetik, dan
akibat negatif atau merugikan berupa efek samping kosmetik.

2. Uraian Krim
Krim didefenisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah
padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim
adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air
tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Ada
dua tipe krim, krim tipe minyak dalam air

( M/A) dank rim tipe air

dalam minyak ( A/M). Istilah krim secara luas digunakan dalam farmasi
dan industri kosmetik.
Krim biasa digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat
pada kulit atau skin care dan perawatan pada rambut atau hair care.
(Depkes RI., 1979, Ansel,C,H.,2005 dan Syarifah., 2007).
3. Uraian Jerawat ( Wasitaatmadja M.S, 1997 )
Jerawat merupakan salah satu penyakit umum di dunia.
Jerawat adalah penyakit kulit akibat peradangan menahun dari folikel
pilosebasea yang ditandai dengan adanya erupsi komedo, papul,
pustule, nodus dan kista pada tempat predileksi : muka, leher, lengan
atas, dada, dan punggung. Jerawat disebabkan oleh aktivitas kelenjar
minyak di bawah kulit yang memproduksi minyak secara berlebihan
dan bersama sel-sel kulit mati yang menutupi pori-pori. Hal ini
mengundang bakteri sehingga mengakibatkan peradangan atau
inflamasi. Aktivitas kelenjar minyak meningkat karena adanya
rangsangan hormon-hormon yang mulai aktif selama pubertas.

Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya


akne :
a. Kenaikan ekskresi sebum
b. Adanya keratenisasi folikel
c. Bakteri
d. Peradangan ( Inflamasi )
Usaha pengobatan akne dapat dilakukan dengan cara topikal,
sistemik dan pengobatan bedah bila diperlukan.
a. Pengobatan topikal
Prinsip pengobatan topikal adalah mencegah pembentukan
komedo, menekan peradangan dan mempercepat penyembuhan
akne. Obat topikal terdiri dari :
1) Bahan iritan / pengelupas, misalnya sulfur ( 4-8%), resorsinol
( 1-5% ), Asam salisilat ( 2-5% ), Benzoil peroksida ( 2,5-10% ),
asam vitamin A ( 0,025-0,1% ), dan asam aseleat

( 15-

20% ). Efek samping obat iritan dapat dikurangi dengan


pemakaian hati-hati yang dimulai dari konsentrasi yang paling
rendah.
2) Bahan lain, misalnya kortikosteroid topikal atau suntukan
intralesi dapat dipakai untuk mengurangi radang yang terjadi
b. Pengobatan sistemik
Pengobatan

yang

sistemik

ditujukan

terutama

untuk

menekan aktivitas jasad renik di samping dapat juga menekan

reaksi radang, menekan produksi sebum dan mempengaruhi


keseimbangan

hormonal.

Wasitaatmadja

M.S,

1997

dan

www.blogspot.com tanggal 08 februari 2009 ).


B. Uraian Tentang Kulit (Harahap, M., 2000)
1. Pengertian kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi
tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang
terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan
luasnya 1,50-1,75 m2. Rata-rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal
( 6mm ) terdapat ditelapak tangan dan kaki dan paling tipis ( 0,5 mm)
terdapat di penis.
2. Susunan kulit manusia
Kulit terbagi atas 3 lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau
korium dan jaringan subkutan atau subkutis.
a. Epidermis
Epidermis terdiri dari empat lapisan yaitu:
1) Lapisan basal atau stratum germinativum
Lapisan basal terdiri dari satu lapis sel-sel yang kuboid yang
tegak lurus terhadap dermis. Lapisan basal merupakan lapisan
paling bawah dari epidermis dan berbatas dengan dermis.
2) Lapisan malpighi atau stratum spinosum
Lapisan malpighi merupakan lapisan epidermis yang paling
tebal dan kuat.

3) Lapisan granular atau stratu granulosum


Lapisan granunal terdiri dari satu sampai empat baris sel-sel
berbentuk intan, berisi butir-butir (granul) keratohilialin yang
basofilik.
4) Lapisan tanduk atau stratum korneum
Lapisan tanduk korneumterdiri dari 20-25 lapis sel-sel tanduk
tanpa inti, gepeng, tipis dan mati.
c. Dermis
Dermis atau korium merupakan lapisan dibawah epidermis dan
diatas lapisan subkutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang
dilapisan atas terjalin rapat ( Pars papillaris), Sedangkan dibagian
bawahnya terjalin lebih longgar ( pars reticularis ).
b. Jaringan subkutan ( Subkutis atau hipodermis )
Jaringan subkutan merupakan lapisan yang langsung di bawah
dermis. Batas antara jaringan subkutan dan dermis tidak tegas.
Sel-sel yang terbanyak adalah lopisit yang menghasilkan banyak
lemak.
3. Fungsi kulit
Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan
tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah sebagai :
a. Pelindung
b. Pengatur suhu
c. Penyerap

d. Indera perasa
e. Faal pergetahan ( Faal sekretoris )
C. Uraian Tentang Asam Salisilat
1. Sifat asam salisilat
Secara kimia asam salisilat disintesis pada tahun 1860 dan
telah di gunakan secara luas dalam terapi dermotologis sebagai suatu
agen keratolitik. Digunakan pada bagian luar tubun yang pada kulit
sebagai antiseptik lemah serta keratolitikun (melarutkan sel-sel kulit
mati). Agen ini berupa bubuk berwarna putih yang mudah larut dalam
alkohol tetapi sukar larut dalam air. Asam salisilat merupakan zat anti
akne sekaligus keratolitik yang lazim diberikan secara topikal.
Penggunaanya dalam kosmetik anti akne atau karatolitik merupakan
usaha

untuk

meningkatkan

kemampuan

kosmetika

tersebut

umpamanya dalam kosmetika perawatan kulit yang berjerawat. Asam


salisilat berkhasiat keratolotis dan sering digunakan sebagai obat
ampu terhadap kutil kulit, yang berciri penebalan eidermis setempat
dan disebabkan oleh infeksi dengan virus papova. Asam salisilat
sangat iritatif, sehingga hanya digunakan sebagai obat luar. Derifatnya
yang dapat dipakai secara sistemik adalah ester salisilat dan asam
organik dengan subtitusi pada gugus hidroksil misalnya asetosal.
( Katzung, B. G., 2004, Gennaro, A. R., 1990, Wasitatmadjo M.S.1997
Tjay, H, T., 2005, dan Ganiswara.,S.1995 )
2. Kegunaan asam salisilat

Asam salisilat dapat digunakan untuk efek keratolitik yaitu


akan mengurangi ketebalan interseluler dalam selaput tanduk dengan
cara melarutkan semen interseluler dan menyebabkan desintegrasi
dan pengelupasana kulit. Asam organis ini berkhasiat fungisit terhadap
banyak fungi pada konsentrasi 3-6% dalam salep. Di samping itu, zat
ini juga bekerja keratolitis, yaitu dapat melarutkan lapisan tanduk kulit
pada konsentrasi 5-10%.

( Anief.,M.,1997 dan Tjay, H, T.,

2002)
3. Toksisitas asam salisilat
Salisilat sering digunakan untuk mengobati segala keluhan
ringan dan tidak berarti sehingga banyak terjadi penggunasalahan
atau penyalahgunaan obat bebas ini. Keracunan salisilat yang berat
dapat menyebabkan kematian, tetapi umumnya keracunan salisilat
bersifat ringan. Gejala saluran cerna lebih menonjol pada intoksikasi
asam salisilat. Efek terhadap saluran cerna, perdarahan lambung yang
berat dapat terjadi pada dosis besar dan pemberian contoh kronik.
Salisilisme dan kematian terjadi setelah pemakaian secara topikal.
Gejala keracunan sistemik

akut dapat terjadi setelah penggunaan

berlebihan asam salisilat di daerah yang luas pada kulit, bahkan sudah
terjadi beberapa kematian. Pemakaian asam salisilat secara topikal
pada konsetrasi tinggi juga sering mengakibatkan iritasi lokal,
peradangan akut, bahkan ulserasi. Untuk mengurangi absorpsinya
pada penggunaan topikal maka asam salisilat tidak digunakan dalam

penggunaan jangka lama dalam konsentrasi tinggi, pada daerah yang


luas pada kulit dan pada kulit rusak. (Katzung, B. G., 2004, Gennaro,
A. R., 1990, Ganiswara, S., 1995)
Persyaratan kadar asam salisilat dalam krim anti jerawat
berdasarkan

Surat

keputusan

Kepala

Badan

POM

RI

No.

HK.00.05.4.1745 tanggal 5 Mei 2003 yaitu tidak boleh lebih dari


2%.

D. Uraian Spektrofotometri UV-Vis


Spektrofotometri

adalah

cabang

analisis

instrumental

yang

mencakup seluruh metoda pengukuran berdasarkan interaksi antara


suatu spektrum sinar (Radiasi Elektro Magnetik/REM) dengan larutan
molekul atau atom. Spektrofotometri uv-vis melibatkan energi elektronik
yang

cukup

besar

pada

molekul

yang

dianalisis,

sehingga

spektrofotometri uv-vis lebih banyak dipakai untuk analisis, sehinga


spektrofotometri uv-vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibanding kualitatif. ( Suharman, 1995 dan Depkes RI, 1995)
1. Prinsip dasar
Apabila radiasi elektromagnetik pada daerah ultraviolet dan
sinar tampak melalui senyawa yang memiliki ikatan-ikatan rangkap,
sebagian dari radiasi biasanya diserap oleh senyawa. Jumlah radiasi
yang diserap tergantung pada panjang gelombang radiasi dan struktur
senyawa. Penyerapan seinar radisi disebabkan oleh pengurangan

energi dari sinar radiasi pada saat elektron-elektron dalam orbital


berenergi rendah tereksitasi ke orbital berenergi lebih tinggi.
Ada empat kemungkinan radiasi elektromagnetik pada molekul
atau atom akan mengalami perubahan energi eksitasi yang dikenakan
dengan : energi translasi, energi rotasi, energi vibrasi, dan energi
elektronik. Radiasi cahaya UV-Vis pada molekul atau atom akan
menyebabkan energi elektronik, oleh sebab itu spektra UV-Vis disebut
juga spektra elektronik sebagai akibat transisi antara dua tingkat
energi elektron dari molekul atau atom.

(Mulia, M., Achmad S.,

1990).
Hubungan antara kadar dengan intensitas sinar yang diserap
oleh sampel yang di analisis dinyatakan oleh hukum Lambert-Berr
dalam bentuk persamaan sebagai berikut : (Sediaoetama, 1987)
Log Io/I = A=a.b.C

Dimana:
Io= intensitas sinar sebelum melewati sampel
I = intensitas sinar setelah melewati sampel
A= absorban
a = absopsifitas molekul
b = ketebalan kuvet
C = konsentrasi larutan

Oleh karena a dan b nilainya tetap (wadah yang dipakai


spesifik), maka A berbanding llurus dengan C (konsentrasi larutan).
Dalam penurunan hukum ini dianggap bahwa, (1) radiasi yang masuk
adalah monokromatik, (2) spesies penyerap berkelakuan tidak
tergantung satu terhadap lainnya dalam proses penyerapan, (3)
penyerapan terjadi dalam volume yang mempunyai luas penampang
yang sama, (4) dengan radiasi tenaga

adalah cepat (tidak terjadi

fluorosensi), dan (5) indeks bias tak tergantung pada konsentrasi


(tidak berlaku pada konsentrasi yang tinggi). (Sastrohamidjojo, H.,
1985 )
Spektrofotometer

UV-Vis

mempunyai

keuntungan

yaitu

mengadakan interaksi (serapan) yang selektif dan karakteristik


terhadap gugus-gugus dalam molekul-molekul yang sangat kompleks.

2. Serapan oleh Senyawa


Serapan

cahaya

oleh

molekul

dalam

daerah

spektrum

ultraviolet dan terlihat tergantung pada struktur elektronik dari molekul.


Spektra ultraviolet dan visible dari senyawa-senyawa organik berkaitan
erat transisi-transisi diantara tingkatan-tingkatan tenaga elektronik.
Oleh karena itu, serapan radiasi ultraviolet/visible sering dikenal
sebagai spektroskopi elektron. Transisi-transisi biasanya antara orbital
ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non ikatan tak jenuh

atau orbital anti ikatan. Panjang gelombang serapan merupakan


ukuran dari pemisahan tingkatan-tingkatan tenaga dari orbital-orbital
yang bersangkutan. Pemisahan tenaga yang paling tinggi diperileh bila
elektron-elektron

dalam

ikatan-

tereksitasi

yang

menimbulkan

serapan dala daerah dari 120 sampai 200 nm. Daerah ini dikenal
sebagai daerah ultraviolet vakum dan relatif tidak kebanyakan
memberikan keterangan. Diatas 200 nm, eksitasi elektron dari orbitalorbital p dan d dan orbital terutama sistem terkonjugasi - segera
dapat diukur dan spektrum yang diperoleh memberikan banyak
keterangan. Meskipun demikian, terd apat keuntungan yang selektif
dari serapan ultraviolet yaitu gugus-gugus karasteristik dapat dikenal
dalam molekul yang relatif kompleks. Sebagian besar dari molekulmolekul yang sangat kompleks mungkin transparan dalam ultraviolet
sehingga kita mungkin memperoleh spektrum yang semacam dari
molekul yang sederhana.
(Mulia, M.,Achmad S.,1990)
Spektrum ultaviolet adalah gambar antara panjang gelombang
atau transisi serapan lawan intensitas serapan (transmitasi atau
absorbansi). Sering juga data ditunjukkan sebagai gambar grafik atau
tabel yang menyatakan panjang gelombang lawan serapan molar atau
log dari serapan molar.

(Mulia, M.,Achmad S.,1990)

3. Tahapan-tahapan untuk Analisis Kuantitatif


a.

Pemilihan pelarut

Pelarut yang digunakan pada spektofotometer UV-Vis harus


memenuhi persyaratan yaitu tidak mengabsorpsi radiasi pada
panjang gelombang pengukuran sampel. Oleh sebab itu, pelarut
harus memenuhi persyaratan :
1.

Tidak mengandung sistem terkonjugasi pada struktur


molekulnya atau tidak berwarna.

b.

2.

Tidak berinteraksi dengan molekul senyawa yang diukur.

3.

Harus mempunyai kemurnian yang tinngi


Pemilihan panjang gelombang
Pengukuran absorpsi pada analisis kuantitatif dengan

metode spektrofotometer baik zat tunggal maupun zat campur


pada prinsipnya harus dilakukan pada panjang gelombang
maksimum ( maks). Alasan dilakukan pengukuran absorpsi pada
panjang gelombang maksimum adalah:
1. Perubahan absorpsi untuk setiap satuan konsentrasi adalah
paling besar pada panjang gelombang maksimal akan diperoleh
kepekaan analisis yang maksimal.
2. Di

sekitar

panjang

gelombang

maksimal,

bentuk

kurva

serapannya adalah datar, sehingga hukum Lambert-Beer akan


dipenuhi dengan baik.
3. Panjang gelombang maksimal dapat dicari dengan membuat
kurva serapan dengan berbagai panjang gelombang pada

sistem koordinat Cartesian pada konsentrasi yang tetap.


Panjang gelombang masimum adalah panjang gelombang
dimana terjadi serapan maksimum.
4. Peralatan Spektrofofmeter
Komponen-komponen pokok dari Spektrofotometer meliputi :
1. Sumber tenaga radiasi yang stabil
2.

Sistem yang tediri atas lensa-lensa, cermin, cela-cela, dll.

3.

Monokromator untuk mengubah radiasi menjadi komponenkomponen panjang gelombang tunggal.

4.

Tempat cuplikan yang transparan

5.

Detektor radiasi yang dihubungkan dengan sistem meter atau


pencatat.

Diagram sederhana dari Spektrofotometer UV-Vis adalah sebagai


berikut: (Satrohamidjojo, H, 1985)

sampel

Sumber radiasi

Monokromator

Detektor

Meter atau pencatat

Blanko

Uraian bagan spektrofotometri UV-Vis (Satrohamidjojo, H, 1985)


yaitu sebagai berikut :

1. Sumber radiasi
Sumber-sumber radiasi ultraviolet kebanyakan digunakan adalah
lampu hidrogen dan lampu deuterium. Sumber radiasi cahaya tampak
yang paling umum dipakai adalah lampu pijar tungsten. Lampu tungsten
merupakan campuran dari filament tungstein dan gas iodine (halogen).
Sumber radiasi ini dapat memancarkan radiasi kontinyu antara 380-780
nm.
2. Monokromator
Monokromator

merupakan

serangkaian

alat

optic

yang

menguraikan radiasi polikromatik menjadi jalur-jalur yang efektif atau


panjang gelombang-gelombang tunggalnya dan memisahkan panjang
gelombang-gelombang tersebut menjadi jalur-jalur yang sangat sempit.
3. Tempat cuplikan
Culipkan yang dipakai pada daerah ultraviolet atau terlihat yang
biasa berupa gas atau larutan ditempatkan dalam sel atau cuvet. Untuk
daerah ultraviolet biasanya digunakan quartz atau sel dari silika yang
lebur, sedangkan untuk daerah terlihat digunakan gelas biasa atau
quarzt. Sel yang digunakan untuk cuplikan yang berupa gas mempunyai
panjang lintasan dari 0,1 hingga 100 nm, sedangkan sel untuk larutan
mempunyai panjang lintasan tertentu dari 1 hingga 10 cm.

4. Detektor atau pencatat


Setiap detektor menyerap tenaga foton yang mengenainya dan
mengubah tenaga tersebut untuk dapat diukur secara kualitatif seperti
sebagai arus listrik atau perubahan-perubahan panas. Kebanyakan
detektor menghasilkan sinyal listrik yang dapat mengaktifkan meteran
atau pencatat, setiap pencatat harus menghasilkan yang secara
kualitatif berkaitan dengan tenaga cahaya yang mengenainya.
5. Penetapan Kadar Dengan Spektrofotometri
Ada empat cara menentukan kadar zat tunggal dengan metode
spektrofotometri:
a. Membandingkan serapan atau transmisi zat yang dianalisis dengan
zat murni. Dalam hal ini dilakukan pengukuran serapan zat (A X)
serapan zat standar (A S), pada panjang gelombang yang sama
yaitu maks, sehingga kadar zat X sebagai:
CX =

Ax
As

[ Konsentari zat standar ]

Persyaratan diusahakan pembacaan A x dan A s tidak berbeda


jauh.
b. Dengan membuat kurva baku. Kurva baku dibuat pada sistem
koordinat Carstein dimana sebagai absis adalah konsentrasizat
standar, dan sebagai ordinat adalah serapannya. Pengamatan
serapan dilakukan pada maks.

( E 11cm )

c. Dengan memakai sostem ekstingsi spesifik

. cara ini

sebagai salah satu usaha analisis kuantitatif zat tunggal dengan


metode spektrofotometri yang dalam hal ini tidak mempunyai zat
standar. Dengan jalan membandingkan

E11 cm

dari zat yang

tertera dalam pustaka, maka kadar zat tersebut akan dapat


diketahui.
d. Dengan

memakai

nilai

ekstingsi

molar().

Cara

ini

akan

memberikan hasil yang lebih tepat dan pada prinsipnya sama


dengan cara ketiga. Harga dapat dinyatakan sebagai:
6. Kesalahan Pengukuran Secara Spektrofotometri
Pengukuran secara spektrofotometri dari konsentrasi zat berwarna
didasarkan pada validitas hukum Lambert-Beer. Dampak praktek, hasil
pengukuran

memperlihatkan

beberapa

penyimpangan,

diantaranya

penyimpangan nyata dan aktual (sebenarnya). Penyimpangan nyata pada


prinsipnya

berasal

dari

ketidaksempurnaan.

Penyimpangan

ini

disebabkan oleh ketidakmampuan monokromator untuk memberikan


cahaya

yang

benar-benar

monokromatis

sehingga

menyebabkan

peristiwa seperti transmisi, pemantulan, dan serapan pada medium.


Penyimpangan

yang

disebabkan

oleh

ketidaksemprnaannya

caha

monokromatik pada prinsipnya disebabkan oleh absorpsifitas yang


berbeda sesuai dengan panjang gelombang dari sumber cahaya yang
diserap

atau

tergantung

dari

spektrum

serapannya.

Sedangkan

penyimpanan sebenarnya disebabkan oleh perubahan konsentrasi zat


pengabsorpsi

cahaya

yang

berlangsung

akibat

tercapainya

kesetimbangan kimia dibawah pengaruh gaya interion atau intermolekul.


Tetapi, ada kalanya dipengaruhi oleh rasio konsentrasi komponen
berwarna dan tak berwarna dari larutan yang dianalisis.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan
spektrofotometri uv-vis terutama untuk senyawa yang semula tidak
berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visibel, karena
senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang
berwarna. Berikut ini adalah tahap-tahap yang harus diperhatikan :
a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar uv-vis
b .Waktu operasional
c. Pemilihan panjang gelombang
d. Pembuatan kurva baku
e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan ( Gholib Gandjar, 2007)
Beberapa perbedaan yang juga merupakan keunggulan dari
spektrofotometer uv-vis dibanding dengan spektrofotometer uv-vis yang
lainnya adalah :
1. Memakai sumber radiasi tunggal yaitu lampu D2 (Dauterium)
2. Radiasi yang diukur adalah radiasi polikromatis, sehingga sampel
kompartemen benda dalam keadaan terbuka
3. Wavelenght reproducibility karena tidak ada gerakan mekanisme
untuk mengatur panjang gelombang.

4. Kecepatan

scanning,

keseluruhan

daerah

pengukuran

panjang

gelombang sangat tinggi.


Pada spektrofotometer uv-vis ada beberapa macam sumber radiasi
yang dipakai yakni lampu deuterium, lampu tungsten dan lampu merkuri.
Setiap bagian peralatan optik dari spektrofotometer uv-vis memegang
fungsi dan peranan tersendiri yang saling terkait fungsi dan peranannya.
Setiap fungsi da peranan tiap bagian dituntut ketelitian dan ketepatan
yang optimal, sehingga akan diperoleh hasil pengukuran yang tinggi
tingkat ketelitian dan ketepatannya. ( Suharman, 1995)

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi laboratorik yang
merupakan penelitian laboratorium dengan menggunakan rancangan
eksperimental sederhana, yakni untuk menganalisis kadar asam salisilat
dalam krim anti jerawat yang beredar di kota Makassar secara
Kromatografi Lapis Tipis dan spektrofotometri UV-Vis.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Rencana penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai
Agustus 2009. Penelitian akan dilakukan di

Laboratorium Balai Besar

POM di Makassar.
C. Alat dan Bahan
1.

Alat-alat yang digunakan


a. Bejana kromatografi
b. Corong
c. Erlemeyer
d. Gelas kimia
e. Gelas ukur
f. Lampu UV
g. Lempeng kromatografi
24

Sumber radiasi

Monokromatorsampel
Blanko

Detektor

Meter atau pencatat

h. Labu takar 10 ml, 25ml, 200 ml


i. Neraca analitik
j. Pipet volume
k. Pipet tetes
l. Spektrofotometer UV-VIS
m. Timbangan analitik
2. Bahan-bahan yang digunakan
a.

Aquadest

b.

Asam asetat glasial

c.

Asam salisilat murni

d.

Etanol absolut

e.

Etanol 95 %

f.

Lempeng silika gel F 254

g.

Natrium Hidroksida 0,5 N

h.

Sampel krim anti jerawat

i.

Toluene
D. Prosedur kerja
1.

Pengambilan Sampel
Sampel penelitian adalah krim anti jerawat, diambil dari swalayan
di kota Makassar, lalu dilakukan pengumpulan data semua merek krim
anti jerawat kemudian diambil sebanyak

3 merek sampel yang

dilakukan secara acak yaitu sampel A, sampel B, dan sampel C.

2.

Pembuatan pereaksi NaOH 0,5 N


Natrium Hidroksida (NaOH) ditimbang sebanyak 2,5 gram,
kemudian dilarutkan dengan aquadest, diaduk sampai NaOH larut
kemudian dicukupkan volumenya hingga 200 ml dengan aquadest.
3.

Pembuatan larutan uji


Sejumlah cuplikan setara dengan lebih kurang 25 mg asam
salisilat ditimbang seksama, ditambah etanol, diaduk, dan dibiarkan,
lalu disaring dan filtratnya ditampung dalam labu ukur 25 ml. Endapan
ditambah etanol 95 %, kemudian diaduk lalu disaring dan filtratnya
dimasukkan kedalam labu ukur sampai tanda batas. (Larutan A).

4.
a.

Identifikasi asam salisilat dalam krim anti jerawat secara KLT


Pembuatan larutan baku
Dibuat larutan dari 25 mg baku pembanding asam salisilat yang
dilarutkan dalam 25 ml etanol 95 %. (Larutan B )

b.

Pembuatan eluen
Cairan pengelusi atau eluen yang digunakan adalah asam
asetat glasial : toulene (80:20) dibuat sebanyak 100 ml dengan
mencampur 80 ml asam asetat glasial dengan 20 ml toulene dalam
botol, lalu dokocok hingga homongen.

c.

Penjenuhan chamber
Cairan pengelusi yang akan digunakan sebagai fase gerak
dimasukkan kedalam chamber yang tertutup. Kedalam eluen
tersebut kemudian dimasukkan potongan kertas saring. Jika semua

bagian kertas saring sudah basah, maka itu menunjukkan bahwa


chamber tersebut sudah jenuh dan siap digunakan.

5.

Analisis kadar asam salisilat secara Spektrofotometri UV-VIS


Analisis kualitatif
Analisis kualitatif adanya asam salisilat, dilakukan secara
kromatografi lapis tipis. Larutan uji (larutan A) dan larutan baku
pembanding (larutan B) masing-masing ditotolkan secara terpisah ada
lempeng KLT, kemudian dielusi dengan cairan pengelusi toluene dan
asam asetat glasial (80 : 20) dan noda dihasilkan dengan penampak
noda cahaya lampu UV 254 nm.
b. Analisis kuantitatif
Noda

baku

dan

noda

senyawa

yang

dihasilkan

yang

mempunyai harga Rf sama, ditandai dan dikerok. Hasil kerokan


dikocok secara terpisah dengan 5 ml

NaOH 0,5 N sampai tanda

batas, dan diukur secara spektrofometri UV-Vis pada panjang


gelombang 300 nm.

E. Pengumpulan data
. Data hasil identifikasi dengan menggunakan kromatografi lapis tipis
dan spektrofometri UV-Vis diperoleh dari hasil penelitian yang telah
dilakukan.

F. Pembahasan Hasil Penelitian


Pembahasan diuraikan berdasarkan hasil pengumpulan data.
G. Pengambilan Kesimpulan
Pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan dan analisa
data.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Hasil Analisis Kualitatif
Tabel 1 : hasil analisis asam saksilat dalam krim anti jerawat dengan
3 merek yaitu clean & clear, garnier, dan verille dengan
metode kromatografi lapis tipis.
Pengamata
Sampel
A
B
C
D

Hasil RF
0,57
0,57
0,57
0,57

n Warna
violet
violet
violet
violet

Pustaka

Ket

violet
violet
violet
violet

+
+
+
+

Keterangan :
A : Larutan sampel A
B : Larutan sampel B
C : Larutan sampel C
D : Baku pembanding asam saksilat
(+) : Positif mengandung asam saksilat

2. Analisis kuantitatif
Tabel 2 : Hasil analisis asam saksilat dalam krim anti jerawat
dengan 3 merek yaitu clean & clear, verille dan Garnier
29
dengan metode spektrofotometri UV-VIS

Berat

Kandunga
Serapa

No.

Sampel

Kandunga

Sampe

n Rata-rata
n

n (%)

l (Gr)
A

Larutan
sampel A
Larutan
sampel B
Larutan
sampel C

5,05

5,05

(%)
0,713
0,726
0,726
0,715
0,722

0,604 %

0,613 %

0,604 %

0,612 %

0,604 %

0,532 %

0,724
0,623
5,05

0,626
0,629

Tabel 3 : Hasil pengukuran serapan larutan baku asam salisilat


secara spektrofotometri pada panjang gelombang 291,9
nm
Volume Baku
100 ml

Serapan (A)
0,02412

0,563

B. Pembahasan
Analisis kandungan asam salisilat dalam 3 jenis merek krim anti
jerawat yaitu merek Clean & Clear, Garnier, dan Verille yang diambil dari
beberapa swalayan yang ada di Makassar dilakukan dengan analisis
kualitatif secara spektrofotometri UV-VIS.

Hasil analisis kualitatif asam salisilat dari sampel krim anti jerawat
lapis tipis dengan menggunakan cairan glacial Toulene : asam asetat
glacial (80 : 20) dengan penampak noda sinar UV 300 nm asam salisilat
pembanding diperoleh noda warna ungu muda. Adapun noda yang
didapat mempunyai RF 0,8 dan warna yang saka yakni ungu dengan
pembanding, hal ini menunjukkan bahwa pada masing-masing sampel
mengandung asam salisilat.
Badan pengawas obat dan makanan (BPOM) menetapkan kadar
asam salisilat maksimum yang diisinkan terkandung dalam produk
kosmetik, khususnya produk anti jerawat yaitu tidak lebih dari 6 % setelah
melakukan analisa kualitatif pada krim anti jerawat yang diuji, diperoleh
bahwa etiket sampel krim A yang mencantumkan kadar asam salisilat 0,5
%, setelah dilakukan penelitian kadar asam salisilat 0,5 %, setelah
dilakukan penelitian, kadar asam salisilat yang terkandung adalah 0,613
% untuk etiket sampel krim B yang kadarnya pada etiketnya 0,5 %,
setelah dilakukan penelitian, kadarnya yang terkandung yaitu tidak
berbeda jauh dari kadar pada sampel A yaitu 0,612 %.
Sedangkan untuk sampel krim C yang mencantumkan kadar 0,5
% pada etiket, setelah dilakukan penelitian, maka kadar yang diperoleh
yaitu 0,532 %.
Meskipun tidak sesuai dengan etiket tetapi memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan oleh BPOM.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa kadar asam salisilat dari
semua produk krim anti jerawat persyaratan yang ditentukan oleh BPOM
yaitu kadar asam salisilat dalam krim anti jerawat tidak lebih dari 2 %.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan :
1. Analisis kualitatif secara kromatografi lapis tipis pada sampel krim anti
jerawat merek A, B, dan C.
2. Analisis kuantitatif secara spektrofotometri sinar tampak, yaitu
kandungan asam salisilat pada krim anti jerawat merek Clean & clear
dan Garnier tidak berbeda jauh yaitu dengan perbandingan 0,613 %,
0,612 % sedangkan merek Verille kandungan asam salisilat lebih
sedikit dibanding kedua jenis merek diatas yaitu 0,532 %.
B. Saran
Disarankan kepada BPOM agar lebih meningkatkan pengawasan
terhadap produk-produk krim anti jerawat yang mengandung asam
salisilat yang beredar di Makassar.

33

DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., (1997), Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Anonim, (2008), Kesehatan dan Kecantikan, http://City 74, Wordpress.com.
Ansel, C, H., (2005), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV,
Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Depkes RI., (1997), Farmakope Indonesia, Edisi III, Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan RI, Jakarta.
Depkes RI, (1995), Instrumen Laboratorium Kesehatan, Departemen
Kesehatan Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta.
Depkes RI, (2000), Metode Analisa Pusat Pengujian Obat dan Makanan,
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI,
Jakarta.
Depkes, (2004), Perundang-Undangan Bidang Kosmetik, Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, Jakarta.
Ganiswara, S., (1995), Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian
Farmakologi, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Gennaro, A. R, (1990), Remingtoris Pharceuhcal Science 18 Tahun Ed.
Mack Publishng Company, Pensylvania 786.
Gholib, Ibnu Ganddar., dkk., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Jakarta.
Harahap, M, Dr, Prof, (2000), Ilmu Penyakit Kulit, Hipokrates, Jakarta.
Katzung, B, G., (2009), Farmakologi Dasar dan Klinik, buku 3 Edisi VIII,
Medica, Jakarta.
Mulja, Suharman, (1995), Analisis Instrumen, Airlangga University Press,
Surabaya.
Reynds, S. E. F, (1993), Marhudale The Extra Pharmacopela, th Ed.
Departemen, Of Pharmaceutical sance. Mack Phublising
Company, Pensylvarnia.

Sastroharmidjojo, H., (1985), Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta.


Tjay, H, T., dkk., (2002), Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, EfekEfek Sampingnya, Edisi VI, PT Elax Media Komputindo
Gramedia, Jakarta.
Tjay, H,T., dkk., (2007), Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, EfekEfek Sampingnya, Edisi IV, PT Elax Media Komputindo
Gramedia, Jakarta.
Wadiaatmadja, M, S., (1997), Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI Press,
Jakarta

Lampiran 1 : perhitungan Nilai RF


Rumus :
Nilai RF =

Jarak yang ditempuh senyawa terlarut


Jarak yang ditempuh pelarut

Nilai RF A =

8 cm
14 cm

= 0,57 cm

Nilai RF B =

8 cm
14 cm

= 0,57 cm

Nilai RF C =

8 cm
14 cm

= 0,57 cm

Nilai RF D =

8 cm
14 cm

= 0,57 cm

Keterangan :
Noda A = Krim anti jerawat merek Clean & clear
Noda B = Krim anti jerawat merek Garnier
Noda C = Krim anti jerawat merek Verille
Noda D = Baku Pembanding asam salisilat murni

Lampiran 2 :

Contoh perhitungan kadar asam salisilat sampel secara


spektrofotometri

Kode contoh : A
Serapan zat uji (Au) = 0,713
Serapan Baku (Ab) = 0,563
Berat baku yang ditimbang (Bb) = 0,02412 g
Berat contoh yang ditimbang (Bu) = 5,05 g
Rumus :
=

Au
Ab

0,713
0,563

Bb
Bu

= 0,604 %

x 100 %

0,02412
5,05

x 100 %

T E R IM A K A S IH T E L A H M E N D O W L O A D
A ja k te m a n 2 a n d a d a n k u n ju n g i t e r u s h t tp :/ /t u g a s 2 k u lia h .w o r d p r e s s . c o m

u n tu k m e n d a p a tk a n k e b u tu h a n d o k u m e n a n d a

J ik a A n d a b e r k e n a n
K a m i m e n g h a r a p k a n D o n a s i A n d a s e b a g a i s u m b a n g a n s e ik h la s n y a
u n t u k t e r u s m e m b a n g u n w e b s ite in i a g a r m a m p u s e s u a i k e b u tu h a n
d a n s e m u d a h m u n g k in u n t u k t e r u s d i a k s e s s e m u a o r a n g .
K a m i t u n g g u d o n a s i a n d a k e r e k e n in g k a m i :
A t a s N a m a : A n d i A g u s s a lim
B A N K B C A C abang Panakukkang
N o. R ek : 7890548207
B A N K B R I U n it R a p p o c in i S o m b a O p u
N o . R e k : 3 8 0 7 -0 1 -0 0 1 4 1 4 -5 0 -2
P a y p a l / C r e d it C a r d
P a y p a l ID :
a n d ia g u s s a lim @ g m a il. c o m
a t a u D o n a s i b e r u p a P u ls a k e N o m o r :

0 8 13 4 2 0 9 2 13 7

S M S k a m i jik a m e m b u t u h k a n s e b u a h d o k u m e n ..! ! ! a k a n k a m i u p lo a d

H id u p in i a d a la h m e m b e r i b u k a n m e n e r im a !!!

Anda mungkin juga menyukai