Anda di halaman 1dari 9

BUKU KEDUA

HAK-HAK DAN KEWAJIBAN-KEWAJIBAN YANG TIMBUL DARI PELAYARAN


BAB VII KAPAL YANG KARAM, KANDAS, DAN PENEMUAN BARANG-BARANG DI
LAUT
Pasal 545
Tiada seorang pun diperkenankan untuk datang ke atas kapal tanpa izin tegas dari nakhoda, juga
dengan dalih hendak menyelamatkan atau menolong sekalipun.

Pasal 546
Kapal-kapal yang karam atau kandas di pantai, dan barang-barang yang diangkat dari laut atau
dari pantai, tidak boleh ditolong atau diselamatkan, kecuali dengan izin nakhoda, bila ia hadir di
situ.

Pasal 547
Bila nakhoda, pemilik muatan atau pemegang konsinyasi ada di tempat, kapal dan barang-barang
tersebut di atas harus diserahkan kepada penguasaan mereka, dan diserahkan para penolong
dengan segera dan dengan jaminan secukupnya untuk upah penolongan kepada mereka.

Pasal 548
Barangsiapa menahan kapal-kapal atau barang-barang yang kandas, yang ditolong atau
diselamatkan, atau barangsiapa tidak segera memenuhi tuntutan nakhoda pemegang konsinyasi
atau pemilik muatan untuk menyerahkan barang-barang ini kepada mereka dengan jaminan
secukupnya, kehilangan semua haknya atas upah penolongan, di samping itu wajib mengganti
semua kerugian yang disebabkan oleh penahanan demikian.

Pasal 549
Biaya dan uang yang dikeluarkan untuk pengangkutan barang-barang dari tempat penyimpanan
ke tempat tujuan dalam hal yang disebut dalam pasal-pasal yang lain, dibayar oleh mereka yang
menerima barang-barang itu; dengan tidak mengurangi tagihan mereka bila ada alasan-alasan
untuk itu.

Pasal 550
Bila kapal-kapal atau barang-barang di laut atau di pantai diselamatkan, ditolong atau diangkat
dari laut, tanpa kehadiran atau pengetahuan nakhoda, pemilik muatan atau pemegang konsinyasi
oleh para penolong, kapal atau barang-barang itu akan secepatnya dipindahkan ke tempat yang
terdekat, dan diserahkan kepada pejabat yang oleh atau atas nama Gubernur Jenderal
(pemerintah) ditugaskan mengurus hal itu, atau bila di sana tidak ada orang demikian, maka
diserahkan kepada pejabat yang harus ditunjuk oleh kepala pemerintahan Daerah setempat.
Bila melanggar, para penolong kehilangan hak atas upah penolongan mereka, dan mereka wajib
mengganti kerugian, dengan tidak mengurangi kemungkinan tuntutan pidana, bila ada alasan
untuk itu.

Pasal 551
Kapal-kapal yang karam atau kandas, atau barang-barang yang dipungut dari laut atau di pantai,
atau dikumpulkan, atau jika usaha tidak ada tujuan lain dengan pengecualian semua lainnya
harus diselamatkan dan ditolong oleh atau di hadapan pejabat yang ditunjuk, atau dalam tidak
ada pejabat, oleh atau di hadapan seorang pejabat yang ditunjuk oleh Kepala pemerintahan
Daerah setempat di tempat kandasnya kapal atau dipungutnya barang-barang tersebut.
Tetapi jika karena percampuran barang-barang itu atau karena sebab lain tidak dapat dipastikan
siapa pemilik barang yang diselamatkan atau dipungut, atau karena ada perbedaan maka
penyelamatan dan penolongan harus dilakukan oleh pejabat yang ditentukan atau yang ditunjuk
oleh Kepala pemerintahan Daerah setempat.

Pasal 552
pejabat-pejabat yang diangkat atau ditunjuk untuk mengurus barang-barang yang terdampar,
diselamatkan atau ditolong dari laut, mereka wajib membuat inventaris yang saksama, dan
terhadap penyerahan barang-barang itu mereka mempunyai kewajiban yang sama seperti para
penolong yang telah mengamankan kapal atau barang-barang di laut atau di pantai. Mereka
memperoleh upah untuk pengurusan tersebut yang besarnya ditetapkan dalam peraturan atau
yang akan ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur Jenderal (pemerintah).
Para nakhoda dan para pemilik kapal atau barang-barang terhadap pejabat tersebut yang satu
terhadap yang lain, dalam soal upah penolongan, mempunyai kewajiban yang sama seperti
terhadap para penolong.

Pasal 553

Pejabat dalam hal tersebut di atas wajib memberi laporan tentang apa yang telah mereka kerjakan
kepada kepala pemerintahan Daerah setempat dalam waktu dua kali 24 jam.

Pasal 554
Barang-barang yang sedemikian keadaannya hingga tidak dituntut kembali dan yang karena
kerusakan atau dari sifatnya lekas menjadi busuk, atau yang penyimpanannya tidak dapat
diragukan bahwa bertentangan dengan kepentingan pemilik, setelah diperoleh tanda persetujuan
(otorisasi) cuma-cuma dari kepala pemerintahan Daerah setempat, harus segera mereka suruh
agar dijual di depan umum menurut kebiasaan setempat.

Pasal 555
Pejabat-pejabat tersebut selekasnya akan memberitahukan tentang penyelamatan yang telah
dilakukan dalam surat kabar resmi, bila berkedudukan di Jawa dan Madura, dan di daerah luar
Jawa dan Madura dengan cara yang harus ditentukan oleh kepala pemerintahan Daerah setempat,
dengan menyebutkan semua merek dan tanda pengenal, sambil di samping itu memanggil setiap
orang yang merasa berhak atas barang-barang yang diselamatkan, untuk meminta kembali
barang-barang itu.
Pemanggilan itu akan diulangi tiga kali, yaitu tiap sebulan sekali.
Namun bila karena kurang pentingnya barang-barang itu adalah sepantasnya, pemanggilan
dengan izin kepala pemerintahan Daerah setempat, sementara akan ditangguhkan untuk
menggabungkannya kemudian dengan panggilan untuk barang-barang lainnya dalam satu
panggilan bersama-sama.

Pasal 556
Bila seseorang membuktikan haknya atas barang-barang yang diamankan, dengan konosemen
atau surat-surat lain yang benar, maka para pejabat tersebut di atas akan menyerahkan barangbarang kepadanya setelah memperoleh tanda persetujuan cuma-cuma dari kepala pemerintahan
Daerah setempat dengan membayar upah penolongan dan biaya-biayanya.
Dalam hal ada keragu-raguan tentang hak orang yang menuntut kembali atau ada penyangkalan
pihak ketiga, atau ada perselisihan tentang upah penolongan dan biaya-biayanya, para pihak
harus mengambil jalan hukum yang biasa; dalam hal terakhir hakim dapat memerintahkan
penyerahan barang-barang itu dengan jaminan secukupnya.

Pasal 557
Bila setelah pemanggilan ketiga tidak seorang pun datang untuk menuntut kembali barangbarang yang diselamatkan atau diangkat dari laut, setelah diperoleh tanda persetujuan cumacuma dari kepala pemerintahan Daerah setempat, barang-barang itu akan dijual di depan umum,
dan pendapatannya setelah dipotong dengan upah penolongan dan biaya-biayanya,
dipertanggungjawabkan kepada kepala pemerintahan Daerah setempat dan sementara disimpan
di kas negara.
Pengesahan pertanggungjawaban itu sekali-kali tidak mengurangi hak yang berkepentingan
sekiranya ia hendak menggunakannya terhadap pertanggungjawaban itu.

Pasal 558
Bila dalam waktu 10 tahun seseorang dapat membuktikan diri sebagai pemilik barang-barang
yang diamankan, uang pendapatan itu akan diberikan kepadanya.
Bila dalam waktu itu tidak ada orang yang datang, maka uang pendapatan itu dianggap sebagai
barang yang tidak bertuan.
Barang-barang musuh yang disita dan dinyatakan menjadi milik negara sekalikah tidak dapat
dituntut kembali.

Pasal 559
Tidak sekali-kali akan dipungut suatu bea pantai atas kapal yang kandas atau barang-barang yang
diselamatkan.
Ketentuan usaha tidak menghalang-halangi hak untuk merampas kapal musuh atau barangbarangnya yang terdampar.

Pasal 560
Untuk pertolongan yang diberikan kepada kapal yang dalam bahaya, barang-barang yang ada di
kapal, muatan dan penumpangnya, untuk menyelamatkan jiwa orang-orang yang mengalami
kecelakaan kapal dan untuk mengamankan barang-barang temuan di laut dan barang-barang
bekas kapal karam, harus dibayar upah penolongan.
Kecuali bila pihak-pihaknya mengadakan perjanjian lain, diberikan juga upah penolongan bila
pemberian pertolongan itu berhasil baik.

Pasal 561
Upah penolongan yang diperselisihkan, ditetapkan oleh hakim menurut kepantasan.
Kecuali bila para pihak mengadakan perjanjian lain, bila pemberian pertolongan tidak berhasil
baik, kepada kapal yang menolong diberi penggantian biaya, ganti rugi dan bunga.

Pasal 562
Upah penolongan tidak boleh melebihi nilai barang-barang yang diselamatkan.

Pasal 563
Setiap perjanjian tentang upah penolongan, yang diadakan selama dan di bawah pengaruh
bahaya, oleh hakim dapat dibatalkan atau diubah atas tuntutan salah satu pihak, bahwa syaratsyarat yang diperjanjikan tidak layak.
Biarpun bagaimana, atas tuntutan seperti tersebut dalam alinea pertama, perjanjian tentang upah
itu oleh hakim dapat dibatalkan atau diubah, bila ternyata bahwa persetujuan oleh salah satu
pihak diberikan di bawah pengaruh penipuan atau penyembunyian keterangan atau, bahwa tidak
ada keseimbangan antara upah yang ditetapkan dengan jasa yang diberikan.

Pasal 564
Para penumpang tidak mempunyai hak atas upah penolongan karena pemberian penolongan oleh
mereka kepada sesama penumpang, kapal atau muatannya, kecuali oleh mereka diberikan jasa
yang selayaknya tidak dapat dianggap bahwa mereka wajib untuk itu.

Pasal 565
Kapal yang menyeret tidak mempunyai hak atas upah karena pertolongan yang diberikan kepada
kapal yang diseret, penumpangnya atau muatannya, kecuali bila diberikan jasa luar biasa
olehnya, yang tidak dapat dianggap sebagai pelaksanaan perjanjian penyeretan.

Pasal 566
Meskipun kepada sebuah kapal, penumpang-penumpangnya atau muatannya diberikan
pertolongan oleh sebuah kapal yang pengusaha kapalnya sama, harus dibayar juga upah
penolongan. Dalam hal usaha setiap orang yang mempunyai kepentingan pada upah itu dapat
menuntut penetapannya oleh hakim, meskipun telah diadakan perjanjian tentang upah itu. Hal
yang sama berlaku juga bila antara pengusaha kedua kapal ada kepentingan bersama.

Pasal 567
Bila pertolongan itu diberikan oleh orang-orang atau kelompok orang yang bertindak lepas satu
dari yang lain, maka masing-masing mereka mempunyai hak atas upah penolongan dan masingmasing untuk dirinya, dan dalam hal ada perselisihan, dapat menuntut penetapannya.

Pasal 568
Bila oleh sebuah kapal diberikan pertolongan, maka pengusaha kapal, nakhoda dan anak buah
kapalnya, beserta penumpang lainnya yang telah ikut membantu pada pemberian pertolongan,
mempunyai hak atas upah penolongan tersebut.

Pasal 568a
Pengusaha kapal berwenang untuk mengadakan perjanjian tentang upah penolongan itu atau bila
tidak ada perjanjian, untuk menuntut penetapannya oleh pengadilan, perjanjian yang dibuat
olehnya mengikat semua yang berhak atas upah itu. ia wajib memberitahukan kepada mereka
masing-masing, bila diminta secara tertulis, tentang jumlah upah dan pembagiannya.
Bila pengusaha kapal tidak ada di tempat, nakhodalah yang bertindak, kecuali bila untuk itu
pengusaha kapal menunjuk orang lain.

Pasal 568b
Bila ada perselisihan mengenai pembagian upah penolongan, pembagian itu atas permohonan
pihak yang paling bersedia ditetapkan oleh hakim setelah mendengar atau setidak-tidaknya
setelah memanggil secukupnya lain-lainnya yang berhak.

Pasal 568c
Pelepasan hak oleh nakhoda atau oleh seorang anak buah kapal terhadap bagian dalam upah
penolongan yang dapat diperoleh atau telah diperoleh oleh kapalnya, adalah batal, kecuali bila
kapal digunakan semata-mata untuk pekerjaan pengamanan dan penyeretan.

Pasal 568d
Untuk pertolongan yang diberikan kepada sebuah kapal beserta para penumpang dan muatannya,
upah penolongan harus dibayar oleh pengusaha kapal.

Pasal 568e
Bila mereka yang telah memberikan pertolongan, telah membuat pemberian pertolongan itu
perlu karena kesalahan mereka atau telah bersalah karena pencurian, penyembunyian atau
perbuatan lain yang menipu, maka hakim dapat menentukan upah penolongan yang lebih rendah
bagi mereka, atau bahkan menghapuskan semua hak atas upah pemotongan itu.
Mereka yang telah ikut serta dalam pemberian pertolongan, meskipun dilarang dengan tegas dan
masuk akal oleh nakhoda kapal yang ditolong, atau bila ia tidak ada, oleh yang berkepentingan
pada kapal itu atau pada muatannya, maka mereka tidak berhak atas upah penolongan.

Pasal 568f
Jika sebuah kapal ditinggalkan oleh nakhoda dan para anak buah kapalnya, dan diterima oleh
para pengaman, nakhoda setiap waktu bebas untuk kembali ke kapal itu dan mengambil kembali
pimpinan atasnya, yang dalam hal itu para pengaman harus menyerahkan pimpinannya kepada
nakhoda itu, dengan ancaman akan kehilangan hak atas upah penolongan mereka dan akan wajib
mengganti kerugian, dengan tidak mengurangi hak yang telah mereka peroleh atas upah
penolongan.

Pasal 568g
Kapal-kapal atau barang-barang yang telah diberi pertolongan atau yang telah diamankan,
dengan tidak mengurangi ketentuan dalam pasal-pasal 550, 551 dan 568f, boleh ditahan oleh
mereka yang telah memberikan pertolongan atau telah melakukan pengamanan, selama
pembayarannya belum dilakukan atau belum diberikan jaminan untuk itu.

Penyitaan kapal atau kapal dan muatannya untuk menjamin utang karena upah penolongan
dilakukan setelah memperoleh izin dari ketua raad van justitie, yang di dalam daerahnya kapal
itu berada pada saat izin itu diminta.
Di luar daerah afdeling, di mana ada raad van justitie, penyitaan dimaksud dalam alinea di atas
dapat dilakukan dengan izin residentierechter, dalam wilayah mana kapal berada sewaktu izin
tersebut diminta.
Untuk jaminan tuntutan atas barang-barang yang diamankan, dengan izin yang sama, barangbarang usaha dapat disita, selama belum jatuh di tangan pihak ketiga, yang telah memperolehnya
dengan itikad baik dan menjaminnya dengan imbalan.
Pasal-pasal 721-727 Reglemen Acara perdata berlaku atas sitaan-sitaan usaha.

Pasal 568h
Barangsiapa menerima barang-barang yang diamankan dan mempergunakannya, sedangkan
diketahuinya bahwa padanya masih dibebani utang karena upah penolongan, bertanggung jawab
secara pribadi untuk pelunasan utang itu, sepanjang utang itu dapat ditagih atas barang-barang
tersebut.
Dengan tidak mengurangi pembuktian kebalikannya, penerima dianggap telah mengetahui,
bahwa utangnya masih membebani barang-barang itu, dan bahwa itu dapat ditagih atasnya.

Pasal 568i
Upah penolongan untuk penyelamatan khusus pada para penumpang sebuah kapal harus dibayar
oleh pengusaha kapal, juga bila kapalnya karam.
Upah itu berjumlah sebesar-besarnya f. 300,- untuk tiap orang yang diselamatkan.

Pasal 568j
Dalam penentuan upah penolongan, maka yang mempunyai wewenang yang sama adalah:
hakim di tempat tinggal tergugat, atau bila tergugat lebih dari satu orang, di tempat tinggal salah
seorang dari mereka;
hakim, yang di dalam daerah hukumnya telah diberikan pertolongan atau telah diantarkan orangorang atau- barang-barang yang diselamatkan;

hakim, yang di dalam daerah hukumnya untuk penuntutan upah penolongan telah dilakukan
penyitaan.
Alinea kedua pasal 543 berlaku dalam hal usaha.

Pasal 568k
Ketentuan-ketentuan bab usaha berlaku, bila diberikan pertolongan kepada atau oleh kapal-kapal
laut.
Ketentuan-ketentuan itu berlaku pula bila diberikan pertolongan di laut kepada sebuah pesawat
terbang atau kepada penumpangnya.

Anda mungkin juga menyukai