Adapun peraturan pemerintah yang pertama kali berlaku dan terbentuk atas dasar tujuan
asuransi yang secara prinsip mampu mendorong tumbuhnya pembangunan nasional
adalah Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992. Pada Tahun 1999 industri asuransi
khususnya, dan perekonomian nasional pada umumnya mengalami perubahan dan
perkembangan sehingga dibuatlah Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 sebagai
perubahan pertama Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992.
Adapun perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 yang diperbaharui oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 yaitu terletak pada pasal 6, 9, 9A, 10A, 11,
15, 15A, 16, 16A, 18, 38, 41, dan Pasal 42.
Pada tahun 2008, terjadi perubahan kedua dengan diterbitkan Peraturan Pemerintah
Nomor 39 Tahun 2008 untuk menghadapi dan mengantisipasi perkembangan dalam
industri perasuransian nasional. Adapun perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 73
Tahun 1992 yang diperbaharui oleh Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2008 yaitu
terletak pada pasal 1, 2A, 2B, 3, 6, 6A, 6B, 6C, 6D, 6E, 6F, 6G, 7, 10, 10A, 10B, 11A,
13A, 38, dan pasal 40 yang dihapus.
Masih di tahun yang sama yaitu tahun 2008, Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992
mengalami perubahan ketiga yaitu dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor
81 Tahun 2008 untuk mengantisipasi krisis ekonomi global saat itu. Adapun
perubahannya jterletak hanya pada pasal 6B yang berbunyi sebagai berikut :
1) Peruasahaan Asuransi harus memiliki modal sendiri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6A ayat (1) dengan tahapan sebagai berikut:
a. Paling sedikit sebesar Rp40.000.000.000,00 (empat puluh miliar rupiah) paling
lambat tanggal 31 Desember 2010;
b. Paling sedikit sebesar Rp70.000.000.000,00 (tujuh puluh miliar rupiah) paling
lambat tanggal 31 Desember 2012;
c. Paling sedikit sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) paling lambat
tanggal 31 Desember 2014.
2) Perusahaan Reasuransi harus memiliki modal sendiri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6A ayat (1) dengan tahapan sebagai berikut:
a. Paling sedikit sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) paling lambat
tanggal 31 Desember 2010;
b. Paling sedikit sebesar Rp150.000.000.000,00 (seratus lima puluh miliar rupiah)
paling lambat tanggal 31 Desember 2012;
c. Paling sedikit sebesar Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah) paling
lambat tanggal 31 Desember 2014;
Secara umum, kehadiran asuransi adalah untuk memberikan perlindungan atau proteksi.
Baik asuransi kesehatan, asuransi jiwa, maupun asuransi properti, semuanya memiliki
tujuan yang sama, yaitu melindungi dari kemungkinan risiko. Banyaknya jenis asuransi
tidak jarang membuat masyarakat awam bingung untuk memahami produk asuransi lebih
dalam.
Salah satu poin penting dalam memahami asuransi adalah mengetahui keberadaan prinsip
asuransi, karena prinsip asuransi sendiri bisa menjelaskan bagaimana mekanisme suatu
asuransi bekerja.
Berikut adalah 6 prinsip hukum asuransi di Indonesia :
1. Insurable Interest
Prinsip ini menjelaskan bahwa seseorang diberikan hak untuk mengasuransikan sesuatu
karena terdapat hubungan keluarga atau ekonomi yang mendasarinya. Hak ini otomatis
timbul setelah adanya perjanjian yang sering disebut Polis dan telah memiliki dasar
hukum.
Tertanggung harus mempunyai kepentingan atas harta benda yang dapat diasuransikan.
Objek yang diasuransikan juga harus legal dan tidak melanggar hukum serta masuk
dalam kategori layak.
Misalnya Anda membeli mobil baru, mobil tersebut tentu saja merupakan aset yang
memiliki nilai finansial. Apabila terjadi musibah tertabrak atau dicuri hal ini dapat
menimbulkan kerugian keuangan. Untuk itu Anda membeli asuransi kendaraan bermotor
karena adanya kepentingan untuk mengasuransikan mobil yang Anda miliki agar
terhindar dari musibah atau risiko-risiko yang tercantum dalam polis asuransi kendaraan
bermotor.
3. Indemnity
Suatu mekanisme yang mengharuskan penanggung menyediakan kompensasi finansial
(ganti rugi) dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia
miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian . Meskipun demikian prinsip asuransi
indemnity ini juga memiliki ketentuan yang menyatakan bahwa pihak perusahan asuransi
tidak berhak memberikan ganti rugi lebih besar atau lebih tinggi dari kondisi keuangan
klien atas kerugian yang dideritanya.
Misalnya setelah klaim mobil tertabrak diterima, Anda akan mendapat ganti rugi yang
setara dengan nilai mobil Sobat sebelum tertabrak. Anda tidak akan mendapatkan ganti
rugi yang lebih mahal atau lebih murah.
4. Proximate Cause
Suatu penyebab utama aktif dan efisien yang menimbulkan suatu kerugian dalam sebuah
rangkaian kejadian.
setiap kerugian yang terjadi pasti ada penyebabnya. Mengacu prinsip ini, Penanggung
hanya akan mengganti kerugian Tertanggung apabila suatu peristiwa diakibatkan oleh
penyebab yang diatur dalam polis.
Contohnyaseseorang kehilangan kendali dan jatuh dari sepeda motornya sehingga
meninggal dunia. Orang tersebut memiliki polis asuransi kecelakaan diri, namun
berdasarkan hasil pemeriksaan dokter (visum), diketahui bahwa penyebab paling utama
orang tersebut meninggal dunia adalah karena mengalami serangan jantung, bukan akibat
kecelakaan (terjatuh dari motornya). Oleh karena itu, ahli waris dari orang tersebut tidak
dapat mengajukan klaim atas polis kecelakaan diri tersebut. Hal ini disebabkan karena
polis asuransi kecelakaan diri tidak menjamin risiko kerugian yang disebabkan oleh
penyakit jantung, melainkan hanya menjamin risiko yang disebabkan oleh kecelakaan.
Asuransi yang dapat menjamin risiko tersebut adalah asuransi jiwa dan asuransi
kesehatan.
5. Subrogation (Pengalihan Hak atau Perwalian)
Subrogasi berkaitan dengan kondisi di mana kerugian yang dialami Tertanggung
disebabkan oleh pihak ketiga (orang lain). Jika melihat pada pasal 1365 KUH Perdata,
pihak ketiga yang bersalah harus mengganti kerugian Tertanggung.
Dalam asuransi, subrogasi mengharuskan Tertanggung memilih salah satu dari sumber
pengganti kerugian, yaitu Penanggung atau pihak ketiga. Tertanggung tidak boleh
memilih dari keduanya, karena Tertanggung akan mendapat penggantian melampaui
yang semestinya.
Misalnya, kendaraan Anda ditabrak oleh pihak lain, Anda memiliki hak untuk menuntut
ganti rugi kepada pelaku. Namun jika memiliki polis asuransi kendaraan bermotor, maka
Anda dapat mengajukan klaim asuransi dan mengalihkan hak menuntut terhadap pihak
ketiga tersebut kepada perusahan asuransi.
6. Contribution (Kontribusi)
Saat tertanggung mengasuransikan suatu objek ke beberapa perusahaan asuransi, maka
akan ada apa yang dinamakan kontribusi dalam pemberian proteksi dari masing-masing
perusahaan tersebut.
Misalnya Sobat mengasuransikan tempat usaha pada dua perusahaan asuransi, apabila
terjadi kerugian atas objek yang diasuransikan maka secara otomatis berlaku prinsip
kontribusi