Anda di halaman 1dari 22

Catatan Dagang Christy Pasha

Topics:
1. Insurance
2. Intellectual Property Rights
3. Introduction to Company Law
4. Fiction Theory apa anying
5. Competition DKK
6. Market Structure
7. Introduction to Banking Law
8. Persyaratan Formil Wesel, Cek, Surat Sanggup, Bilyet Giro

1. History of Insurance

2 types of economies:
a. non-monetary economy: barter and trade (without any standardized set of financial
instrument)
b. monetary economy: market (currencies and financial instrument)

Asuransi sebagai Lembaga Peralihan Tujuan diadakan asuransi secara umum adalah untuk
mengalihkan kemungkinan risiko yang diderita oleh tertanggung kepada penanggung dan
penanggung segera mengganti kerugian apabila terjadi peristiwa tidak pasti. Dalam asuransi
dikenal dengan risk transfer (pengalihan risiko).
asuransi diatur dalam Pasal 246 KUHD

Karakter Khusus dalam Asuransi


a. Pengumpulan Kerugian atau Saling Berbagi Kerugian (Polling of Losses)
Pooling is the spreading of losses incurred by the few over the entire group, so that in the
process, average loss is substituted for actual loss. Maksud dari pooling adalah
pengelompokkan unit-unit yang terancam risiko dalam jumlah yang sangat besar sehingga
“The Law of Large Numbers” dapat beroperasi memprediksi kerugian yang terjadi di masa
yang akan datang secara akurat.
b. Pembayaran Kerugian (Payment of Fortuitous Losses) Kerugian yang diderita harus
bersifat accidental (kecelakaan) yang tidak disengaja.
c. Pemindahan Risiko (Risk Transfer)
Pemindahan risiko berarti risiko murni dipindahkan dari pihak tertanggung kepada pihak
penanggung yang biasanya mempunyai posisi keuangan yang lebih kuat untuk membayar
kerugian yang diderita si tertanggung.
d. Ganti Rugi, Perlindungan terhadap Kerugian (Idemnitification)
Si tertanggung berhak meminta kepada penanggung untuk mengganti kerugian yang
dideritanya.
The concept of insurance is similar to granaries

Pihak dalam asuransi:


1. Penanggung/ (Verzekeraar)
Perusahaan asuransi yang menanggung kerugian. berhak untuk menagih uang premi,
meminta keterangan terkait kejadian, bertindak sesuai premi, membatalkan
penanggungan kewajiban karena penerima curang, melakukan asuransi kembali
(reinsurance, herveszekering) kepada penanggung yang lain dengan maksud untuk
membagi risiko yang dihadapinya (Pasal 271 KUHD). Berkewajiban untuk
memberikan ganti kerugian, menjelaskan dengan benar kepada tertanggung terkait
ketentuan-ketentuan dari perjanjian yang ditawarkan, mengembalikan premi kepada
tertanggung jika asuransi batal atau gugur dengan syarat tertanggung belum
menanggung risiko sebagian atau seluruhnya
2. Tertanggung (Verzekerde)
Orang yang mempertanggungkan jiwanya atau dirinya untuk diasuransikan (dalam
asuransi jiwa) atau orang yang membayar premi kepada perusahaan asuransi. hak:
meminta ganti kerugian kepada penanggung, menuntut pengembalian premi, baik
seluruhnya maupun sebagian, apabila perjanjian asuransi batal atau gugur dengan
catatan tertanggung beritikad baik, sedangkan penanggung belum menanggung risiko,
menuntut ganti kerugian apabila peristiwa yang diperjanjikan dalam polis terjadi.
Kewajiban: membayar premi kepada penanggung (Pasal 246 KUHD), memberikan
keterangan yang benar kepada penanggung mengenai objek yang diasuransikan,
mengusahakan atau mencegah agar peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian
terhadap objek yang diasuransikan tidak terjadi atau dapat dihindari (Pasal 283
KUHD).
Perjanjian asuransi bersifat konsensuil/ perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang
mengikat sejak adanya kesepakatan dari kedua belah pihak. sebagaimana diatur dalam Pasal
257 ayat (1) KUHD/ formil dan Materiil (Pasal 255 KUHD) , ketika premi yang menjadi
kewajiban tertanggung telah dibayar.
The history of insurance:
a. Hamurabi Code (1752 B.C)
Inspired by the king of Babylonia. If a merchant received a loan to fund his shipment,
he’d pay the lender an additional fee in exchange for the lender’s guarantee in case the
cargo is stolen/ lost at sea
Article 48 Hamurabi Code:
- If any one owe a debt for a loan, and a storm prostrates the grain, or the
harvest fail, or the grain does not grow for lack of water; in that year he need
not give his creditor any grain, he washes his debt-tablet in water and pays no
rent for this year.
b. Greek Empire
inspired by Antimenes (minister of treasury in Alexander the Great’s era 356-323
B.C). At this time, insurance is paid every year. insurance is used to guarantee the
consumer in case their slaves escaped (they get their money back or they get a new
slave)
c. Roman Empire
Collegium: member subject to tuition and annual fees. If the member of the insurance
dies, the heirs will be paid a sum of money and fees for the funeral.
d. Bottomry
The concept of bottomry:
If A is a ship owner and he loans some money from B, then A’s cargo is stolen/ lost at
sea, B wont ask for the loan to be returned because B feels bad for A. The practice of
bottomry adopted by Napoleon and codified under code de commerce and adopted by
the Netherlands under W.v.K. Applicable in dutch indies through staastsblad no
23/1847
e. Lloyd’s Insurance
Founded by Edward Lloyd. He founded the concept of bottomry in a cafe at tower
street alongside the Thames river where merchants, builders, and the rich people
gather at this cafe, where anyone who wants to ensure their cargo will write their
name in a piece of paper. Mereka mendiskusikan tawar-menawar antara mereka
sendiri, termasuk asuransi.
Insurance great turning point: when the Great Fire of London in 1666 Happened, it devoured
more than 13.000 houses. Since then, people recognized the importance of insurance.
Insurance are differentiated into:
a. life insurance
b. property insurance
c. social insurance

5 Insurance Principle
a. Insurable interest
requiring the policy holder to possess an insurable interest in the property (at the time
the policy takes effect and at the time of losses). the person who possesses an
insurable interest in a property is the one who suffers a financial loss.
- a husband can insured his spouse with life insurance
- due to property insurance, you have to prove your ownership of a property to
claim the interest.
b. utmost good faith
the principle of good faith doesn't have to be proved! according to b.w, tiap orang
dianggap memiliki itikad baik.
c. Indemnity
The insurance company should give compensation to the party who suffers the loss
based on their polis and agreement. the amount of “claim” should be the same with
the money that has been promised. The insured receives only the amount that will
indemnify the actual loss, not an additional windfall above this amount.
d. subrogation
This doctrine enables an insurer that has paid an insured loss pursuant to a property
insurance policy to recoup the payment from the party responsible to the loss. This
principle prevents the insurer from obtaining 2 payments from different parties at the
same time. for ex: the insurer has to choose which insurance company will pay for his
losses.

reasuransi: asuransinya perusahaan asuransi dari ketidakmampuannya membayar


nasabah.

e. proximate cause
“causa proxima non remota spectatur” means the insurer can recover the loss if its
proximate caused by something that has been agreed in the polis.

Pasal 255 KUHD menyatakan bahwa suatu pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam
suatu akta yang dinamakan polis untuk mengatur pelaksanaan hak dan kewajiban dari
masing-masing pihak yang timbul dari adanya perjanjian asuransi tersebut. Keharusan adanya
polis dalam perjanjian asuransi dapat disimpangi atau ditiadakan oleh Pasal 256-261 KUHD.
2 tipe polis:
1. konvensional: mengatur apa saja yang ditanggung
2. polis sistem semua resiko: terdiri atas bahaya apa yang tidak ditanggung, selebihnya
ditanggung
objek di poin ke 3 pasal 1320 bw tentang “memuat perjanjian terntentu” refers to objek
bahaya yang ditanggung asuransi

Dalam Pasal 249 KUHD, bahwa ada 3 hal yang dimana penanggung bebas dari tanggung
jawabnya, yaitu:
❖ Kerusakan atau kerugian diakibatkan oleh cacat barang itu sendiri.
❖ Barang busuk sendiri.
❖ Sifat umumnya pada barang tersebut.

Reasuransi adalah jasa pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan
asuransi, perusahaan penjaminan, atau perusahaan reasuransi lainnya. Secara umum,
reasuransi berarti mengasuransikan kembali apa yang telah diasuransikan oleh Tertanggung
kepada perusahaan reasuransi. tujuannya agar dapat membagi dampak ekonomi perusahaan
asuransi kepada perusahaan reasuransi.

2. Intellectual Property Rights


Lecturer: Dr. Agung
Indonesia menandatangani Agreement on Establishing the World Trade Organization pada
tanggal 15 April 1994, yang kemudian mengesahkannya melalui UU No. 7 Tahun 1994
tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization
TRIPs/ Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights bertujuan untuk
meningkatkan perlindungan dan penegakkan hukum di bidang Intellectual Property Rights.
Karakter Hak Kekayaan Intelektual
➢ Aset tidak berwujud (intangible asset).
➢ Kekayaan personal atau individu (personal or individual property).
➢ Berbasis informasi.
➢ Hak eksklusif dan mutlak (dapat dipertahankan terhadap siapapun).
➢ Negative right.
➢ Monopoli yang legal (legalised monopoly).
➢ Hak yang diberikan negara (given by state).
➢ Standar internasional (international standard).
➢ Berbatas waktu dan ruang (in time and in space).

Pelaksanaan Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual


a. Prinsip Konstitutif (First to File)
Prinsip ini diterapkan pada Hak Kekayaan Industri (kecuali Rahasia Dagang), dimana
perlindungan atas hak-hak tersebut baru akan ada ketika dilakukan pendaftaran.
b. Prinsip Deklaratif (First to Use)
Prinsip ini diterapkan pada Hak Cipta dan Rahasia Dagang, dimana perlindungan atas hak
tersebut secara otomatis tanpa perlu didaftarkan

Pemilik atau pemegang HKI akan memiliki hak eksklusif, yaitu hak yang hanya
diperuntukkan bagi pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan hak
tersebut tanpa izin dari pencipta. Jika seseorang menggunakan HKI orang lain tanpa izin,
maka yang bersangkutan akan terkena sanksi baik pidana ataupun perdata. Hak eksklusif ini
bersifat monopoli

- Perlindungan Varietas Tanaman (UU No. 29/2000)


- Rahasia Dagang / Trade Secret (UU No. 30/2000) → secret recipe, contents of a

product, etc.

- Design Industri / Industrial Design (UU No. 31/2000) → difference in packaging

of aqua bottle and fiji water bottle, etc.

- Design Tata Letak Sirkuit Terpadu / Integrated Chip (UU No. 32/2000) →

integrated chip, ECU, microchip, etc.


- Merek / Brand / Trademark (UU No. 20/2016) → branding, exe: Ferrari,

Lamborghini, Maserati, Gojek, tokopedia, etc.

- Paten / Patent (UU No. 13/2000) → invention, method, *distillation process*

- Hak Cipta / Copyright (UU No. 28/2014) → music, movie, thesis, books, arts, etc.

3. Introduction to Company Law

Subject of law: individuals, state, company, NGO, vatikan, international subject

Business Entity

RALAT: KOPERASI ADALAH


BADAN HUKUM

Badan Hukum: LEGAL ENTITY


Perbuatan yang dilakukan dalam rangka kegiatan usaha dipandang sebagai perbuatan badan
itu tersendiri, terlepas dari pribadi (badan hukum sebagai subjek hukum).

Bukan Badan Hukum: NON LEGAL ENTITY


Perbuatan yang dilakukan dalam rangka kegiatan usaha dipandang sebagai perbuatan pribadi
perorangannya. Konsekuensinya adalah segala akibat menjadi tanggung jawab pribadi orang
tersebut.

Teori Badan Hukum ➢


1. Teori Fiksi (Von Savigny)
Badan hukum hanyalah fiksi, yakni sesuatu yang sesungguhnya tidak ada, tetapi
orang yang menghidupkannya dalam bayangan sebagai subjek hukum yang dapat
melakukan perbuatan hukum seperti manusia. Menurut alam, hanya manusia selaku
subjek hukum, tetapi orang menciptakan dalam bayangannya, badan hukum selaku
subjek hukum diperhitungkan sama dengan manusia.
2. Teori Organ (Otto von Gierke)
Badan hukum bukan abstrak (fiksi) belaka, melainkan sebagai suatu kenyataan yang
ada dalam masyarakat. Badan hukum membentuk kehendaknya dengan perantaraan
alat-alat atau organ-organ badan tersebut (misalnya anggota-anggota atau pengurus
badan hukum tersebut).
3. Teori Kenyataan Yuridis (Meijers)
Badan hukum merupakan suatu realitas dan konkrit, bukan khayal tetapi kenyataan
yuridis. Badan hukum sebagai realitas yuridis, adanya badan hukum itu ditentukan
oleh hukum sedemikian itu.
4. Teori Konsesi (Gierke)
Badan hukum dalam negara tidak memiliki kepribadian hukum, kecuali
diperkenankan oleh hukum dan dalam hal ini berarti negara.

PT adalah badan hukum yang lebih kuat, harus pembukuan bersih, daddy meskipun pemilik
PT, tetap digaji oleh PT tersebut dengan potongan pajak sekian persen.
1. PT harus didaftarkan dan disahkan oleh Kementerian Hukum dan Ham
(Kemenkumham) sebagai badan hukum. TIDAK BOLEH NAMA PT SAMA.
2. pendirian PT juga minimal dua orang yang memiliki bagian saham, tetapi dibolehkan
salah satunya merupakan WNA. Apabila kedua pendiri adalah WNA, berarti
perusahaan itu disebut Perusahaan Milik Asing (PMA) sehingga harus mengikuti
aturan terkait PMA yang berlaku.
3. Hanya pemegang saham yang ditunjuk sebagai direksi lah yang berwenang mengurus
PT, lainnya tidak karena ada rapat jajaran direktur utama dengan pemegang saham
utama.
4. aset perusahaan ada pada saham yang terbagi dalam masing-masing pemilik saham
yang nantinya mendapat keuntungan berupa dividen. Maka, objek pajak dalam PT
adalah dividen.
5. Melakukan transaksi atas nama PT.
6. Memiliki nomor rekening atas nama PT.
7. Dapat berkedudukan sebagai penggugat atau tergugat di Pengadilan
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan
untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak
mempunyai anggota. Yayasan tidak bersifat profit oriented sehingga tidak dimaksudkan
untuk mencari keuntungan, melainkan lebih merupakan sarana dan wahana untuk
melaksanakan kegiatan sosial, keagamaan dan kemanusiaan.

UD / usaha dagang, daddy tetap membayar 0.5 persen dari hasil pendapatan. misalnya
setahun dapat 4.8 miliar, dipotong 0.5%.

CV/ Commanditaire Vennootschap (persekutuan komanditer) kalo gak bayar pajak, bisa
disita barang pribadi pemilik. keuntungannya: bisa ambil prive untuk kepentingan pribadi
tanpa dipotong pajak. CV wajib membayar 11% dari total pendapatan CV.
1. CV atas nama sendiri atau 2 orang dengan adanya sleeping investor.
2. CV hanya butuh didaftarkan pada Sistem Administrasi Badan Usaha Kemenkumham.
ada kemungkinan nama cv sama.
3. CV, kekayaan pribadi dihitung sebagai aset perusahaan yang juga menghasilkan
keuntungan. Maka dari itu, objek pajak dalam CV adalah laba usaha.
ada dua aliansi dalam bisnis CV yang merupakan sekutu aktif dan sekutu pasif, sekutu aktif
merupakan sekutu yang bertanggung jawab menjalankan bisnis.
UD/ Usaha Dagang: alone

MAATSCHAP/ Persekutuan 1618 BW: agreement between 2 or more people to bring


something into partnership in purpose to share profit among partners. A husband and a wife
cannot be considered as a maatschap because they share their property and wealth under the
principle of marriage unless there is a prenuptial agreement. maatschap memiliki unsur-unsur
sebagai berikut :

1. merupakan suatu perjanjian - pasal 1320 bw


2. ada perikatan antara dua orang atau lebih
3. ada pemasukan (inberg) berupa sejumlah uang, barang dengan wujud tertentu, atau
berupa tenaga, jasa, atau keahilan (skill)
4. ada tujuan untuk membagi keuntungan yang diperoleh
In order to make a maatschap, they need an agreement. anyone can make contract based on
the principle of freedom of contract:
1. capable to conduct a contract
2. good faith principle
3. is a legal entity
4. capable to be responsible of their action

based on article 1320 bw, the requirements of a valid contract should be consisted of
(accumulative)
1. both parties agreed to it
2. capability to conduct a contract
3. regulating a specific thing
4. halal
if point 1 and 2 are breached, the contract is voidable (dapat dibatalkan/ existed till the court
decision established) if point 3 and 4 are breached, the contract is void (batal demi hukum/
considered as never existed)????

the difference between maatschap, firma, and CV:


Maatschap will develop into firma. Firma will develop into a CV if there is a minimum of
one sleeping investor(did not take a direct part in the company, just investing their money).
the liability of the sleeping partners is only for the sum of money they invested in the CV.
Maatschap disediakan oleh UU semata-mata untuk hubungan intern di antara para sekutu,
tanpa berpengaruh secara ekstern. Jadi, sekalipun ada sekutu yang melakukan perbuatan
hukum dengan mengatasnamakan Maatschap, hal itu tidak mengikat sekutu lainnya yang
tidak turut melakukan perbuatan tersebut. Berbeda dengan Firma, ikatan para sekutu bersifat
intern dan ekstern sehingga berakibat hukum jika ada satu sekutu melakukan perbuatan
hukum, maka demi hukum juga mengikat sekutu-sekutu lainnya yang tidak turut melakukan
perbuatan hukum tersebut .
Firma merupakan bentuk khusus dari Maatschap. Dalam Pasal 16 KUHD, yang dinamakan
perseroan firma ialah tiap-tiap perserikatan yang didirikan untuk menjalankan sesuatu
perusahaan di bawah satu nama bersama
5. Competition
Lecturer: Pak Kukuh

Pasal 2 UU No. 5 Tahun 1999 menyatakan bahwa pelaku usaha di Indonesia dalam
menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan memperhatikan
keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum. Asas ini merupakan
penjabaran Pasal 33 UUD 1945.

Adapun tujuan dari UU No. 5 Tahun 1999 sebagaimana diatur dalam Pasal 3 adalah untuk:
➢ Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
➢ Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha
yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama
bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.
➢ Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha.
➢ Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

General Definition/s:
- UU No. 5/1999 → Business Actor is referred to as “undertakings”

- Anti-competitive conduct → Refers to the conduct of unfair competition

- Predatory Pricing → When an Undertaking sets a very low price to attract

consumers and eliminate the competitor then sets a high price afterward to make

up for their loss. Pasal 7 UU No. 5 Tahun 1999

- Cartel → The setting up of something (for the purpose of preventing competition:

telling that supply is low in a high-demand market to enable setting up high

prices).

Market Structure:
1. Monopoly → When a single Undertaking takes control of the entire market,

dominating the whole market, and consumers only go to them to obtain that

unique certain product.

2. Oligopoly → Similar to monopoly, however, the market is instead dominated by

only a few Undertakings. The product is also homogenous (homogenous: one

specific type of product).

3. Perfect Competition → Many Sellers and Many buyers and the product is

homogenous.

4. Monopolistic → Similar to monopoly but the product is heterogenous, such as

NIKE, if they dominate the entirety of the sports product market.

Anti-Competition:
- An example of anti-competitive conduct is market sharing done by only very limited
dominant businesses.
- Regulation on competition is purposed to protect consumers.
- There are Regulations and there is an authority to protect called as:
- KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha)→ National Competition

Authority (NCA)

6. Further Anti-Competition

Monopoly - 1 seller, many buyers


Diatur dalam Pasal 17 UU No. 5 Tahun - does not need a promotion
1999. - no competitors
- barrier to entry → can come from

the law itself where a market is

very restricted by the government.

Oligopoly - few sellers, inter-dependence


- many buyers

Monopolistic - many sellers and buyers


- differential product
- free entry and exit
- consumer preference prevails

Perfect Competition - many sellers and buyers


- homogenous product
- free entry and exit
- consumers have perfect knowledge

● PER SE ILLEGAL | RULE OF REASON (UU No. 5/1999)


○ Article 6 → Per Se illegal
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang
satu harus membayar dengan harga yang berbeda dari harga yang harus
dibayar oleh pembeli lain untuk barang dan atau jasa yang sama.
○ Article 7 → Rule of Reason
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
untuk menetapkan harga di bawah harga pasar, yang dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
○ Reasoning of conduct determines the legality of that act.
○ Chapter 3 → Prohibited Agreements

Oligopoly - Suspected when a business


dominates 75% of the market
- Oligopoly is a shared monopoly
- Entry barrier for newcomers
- Businesses with huge sinking costs
(exe. train companies, airlines,
airplane manufacturers, etc.)

Price Fixing 1. price discrimination: price differs


Pasal 5 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1999 yang among buyers
menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang 2. predatory pricing: When an
membuat perjanjian dengan pelaku usaha Undertaking sets a very low price to
pesaingnya untuk menetapkan harga atas attract consumers and eliminate the
mutu suatu barang dan atau jasa yang harus competitor then sets a high price
dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada afterward to make up for their loss.
pasar bersangkutan yang sama 3. resale price maintenance: maximum
and minimum price is determined
and specified, effects on market
structure and cost benefits.

Market Division - Could exploit consumers


- Location clause
- Utilize consumer’s inability to move

Boycott/Horizontal Refusal to Deal - Stop purchasing from a certain


supplier
- Imposing certain requirements to the
supplier
- Need wide participation

Oligopsony

Close Agreement - Exclusive distribution agreement


- Tying
- Vertical agreement on discount

● In competition law there is → circumstantial evidence → economic analysis to

determine foul play in the market → done by the NCA/KPPU

● Trust → businesses merge to create a bigger company to control production and

market (Vertical integration).

Prohibited Conduct
1. Monopoly
2. Bid Rigging

Cartel: the person who set the price (usually higher)

7. Introduction to banking law

Pasal 1 angka 2 UU Perbankan / UU No 7/1992 : Bank adalah badan usaha yang


menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
tujuan bank: sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat
Banking:
1. Commercial Bank (we use this in indonesia)
2. Investment Bank

Prinsip Perbankan
a. Prinsip Kepercayaan (Fiduciary Principle)
Diatur dalam Pasal 29 ayat (4) UU Perbankan. Kepercayaan menjadi hal yang fundamental
karena kepercayaan nasabah terhadap bank merupakan keyakinan bahwa bank dapat
melaksanakan pelayanan jasa di bidang keuangan yang baik bagi nasabah.
b. Prinsip Kerahasiaan (Confidentiality Principle)
Diatur dalam Pasal 40 sampai Pasal 47A UU Perbankan. Bank wajib merahasiakan segala
keterangan nasabah yang berhubungan dengan penyimpanan dan simpanannya, kecuali
ditentukan lain dalam UU, seperti pajak, utang piutang bank, kepentingan pengadilan, dsb.
c. Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle) Diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 29 ayat (2) UU
Perbankan.
Bank harus bersikap hati-hati dalam melaksanakan kegiatannya sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat agar keuangan bank selalu dalam keadaan sehat dan bank dapat
melaksanakan kegiatannya dengan baik serta dapat mematuhi peraturan perundang-undangan
terkait.
d. Prinsip Mengenal Nasabah (Know How Customer Principle) Diatur dalam Peraturan BI
No. 3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah. Diterapkan oleh bank
untuk mengenal dan mengetahui identitas nasabah, mengidentifikasi transaksi nasabah, dan
melaporkan setiap transaksi yang dianggap mencurigakan.
Nasabah/ client /customer:
1. kreditor
Nasabah yang menyimpan dana atau nasabah deposan
Analisa 5 C (The Five C’s of Credit) adalah sebagai berikut:
1. Watak (Character)
Menganalisis dari segi kepribadian atau karakter nasabah calon
peminjam/debitur.
2. Kemampuan (Capacity)
Menilai kemampuan nasabah calon debitur dalam mengelola usaha yang
dimilikinya (lebih ditekankan pada kemampuan manajerial nasabah calon
debitur).
3. Modal (Capital)
Kemampuan terkait kondisi aset dan kekayaan atau aset investasi lainnya yang
dimiliki oleh nasabah calon debitur.
4. Agunan (Collateral)
Satu-satunya unsur jaminan yang memiliki nilai ekonomis secara langsung
sebab ketika debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam
mengembalikan pinjaman, maka pihak bank dapat menyita aset yang telah
dijaminkan.
5. Prospek Usaha (Condition)
Analisis terhadap faktor di luar diri nasabah calon debitur.
2. debitor
Nasabah yang meminjam dana dari bank
Supervisor of Commercial Bank in Indonesia : OJK and BI
BIS / bank for international settlement: international bank supervisor to banks around the
world.

Prudence principle: The prudence of bank operational business by referring to central bank
regulations and bank internal regulations.
the nature of banking: the collection of money by receiving deposits upon loan, repayable, …
gak lengkap hehe
8. SURAT BERHARGA
Pasal 1 angka 11 UU No. 10 Tahun 1998, Surat Berharga adalah surat pengakuan utang,
wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau
suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal
dan pasar uang

Fungsi Surat Berharga


➢ Sebagai alat bayar kredit, artinya ada tenggang waktu antara saat penerbitan
dengan saat pembayaran surat berharga tersebut (contoh : wesel, aksep, obligasi,
dll.)
➢ Sebagai alat bayar kontan, artinya kalau suatu transaksi dibayar dengan surat
berharga maka surat berharga tersebut sama dengan dibayar dengan uang kontan,
baik sesuai nominalnya ataupun tidak sesuai nominalnya.
➢ Sebagai bukti hak pengambilan barang pada orang lain (contoh : konosemen,
ceel, resi, dll.)

Syarat Umum Surat Berharga


a. Syarat Formal: Syarat dari struktur surat
b. Syarat Materiil: Syarat mengenai isi/ substansi surat

Jenis-Jenis Surat Berharga


a. Wesel : Surat berharga bertanggal dan menyebutkan tempat penerbitannya, yang
merupakan perintah tanpa syarat oleh penerbit untuk membayar kepada pihak pemegang atau
yang ditunjuk oleh pihak pemegang tersebut (tertunjuk), dimana pembayaran dilakukan oleh
pihak pembayar (tertarik).
b. Cek
Surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang memelihara giro nasabah tersebut
untuk membayar sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan di dalamnya atau kepada
pemegang cek tersebut.
c. Bilyet Giro
Pasal 1 huruf d SK Direksi BI No. 28/32/KEP/DIR/1995 menyebutkan bahwa Bilyet Giro
adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana, untuk memindahbukukan
sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebutkan
namanya.
d. Obligasi Surat
berharga berupa pengakuan atau pernyataan utang yang diterbitkan oleh perusahaan penerbit,
baik perusahaan swasta maupun pemerintah.
e. Saham
Surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan atau penyertaan seseorang atau badan
hukum terhadap suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas.
f. Konosemen
Berdasarkan Pasal 506 KUHD, Konosemen adalah suatu surat yang bertanggal, dalam mana
si pengangkut menerangkan, bahwa ia telah menerima barang-barang tersebut untuk
diangkutnya ke suatu tempat tujuan tertentu dan menyerahkannya di situ kepada seorang
tertentu, begitu pula menerangkan dengan syarat-syarat apakah barang-barang itu akan
diserahkannya.
g. Sertifikat Bank Indonesia
Berdasarkan Pasal 1 angka 2 SK Direksi BI No. 31/67/KEP/DIR Tahun 1998, Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas tunjuk dalam rupiah yang diterbitkan Bank
Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto.

persyaratan formil wesel, cek, surat sanggup, bilyet giro


= commercial papers as a tool and a form of payment (just like money) that is transferable
= transfer of bookings

a. wesel / article 100 kuhd


should consist:
- nama surat wesel/ klausula wesel
- perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu
- nama tertarik/pembayar (biasanya sebuah bank yang mengeluarkan uang)
- penetapan hari bayar
- penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan
- nama pemegang/pengganti (orang yang berhak atas pembayaran). pengganti= orang yang
menerima wesel setelah dipindahtangankan dari pemegang awal.
- tanggal dan tempat penarikan
- tanda tangan penarik (orang yang mengeluarkan wesel)

b. cek / article 178 kuhd


should consist:
- klausula cek
- perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu
- nama tertarik ( memuat nama bank yang mengeluarkan sejumlah uang, penarik harus
memiliki uang di rekening bank dengan berupa giro)
- tempat pembayaran
- tanggal dan tempat penarikan
- tanda tangan penarik
beda cek dan wessel: wessel memuat tanggal uang tersebut dapat ditarik, sedangkan
cek bisa kapanpun.
wessel = alat bayar kredit, cek= alat bayar cash.

c. surat sanggup / article 175 kuhd


should consist:
- klausula surat sanggup
- kesanggupan tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu
- penetapan hari bayar
- tempat pembayaran
- nama orang yang berhak atas pembayaran
- tanggal dan tempat penarikan
- tanda tangan penarik

persyaratan formil bilyet giro (surat keputusan direksi bank indonesia no. 28/32/kep/dir.
tahun 1995
should consist:
- nama dan nomor bilyet giro
- nama tertarik
- perintah tanpa syarat pemindahbukuan
- nama dan nomor rekening pemegang
- nama bank penerima
- jumlah dana yang dipindahbukukan
- tempat dan tanggal penarikan
- tanda tangan penarik
peralihan dan peminjaman
peralihan surat berharga sesuai dengan klausula yg ada, yakni:
a. atas pengganti (aan order)= dilakukan dengan endosemen /ps 110-119 kuhd. endosemen
harus tanpa syarat

bentuk endosemen:
-Untuk saya kepada Tuan Amir atau pengganti
( tanda tangan Hasan)
-Kepada Tuan Ahmad atau pengganti ( tanda tangan Umar)
-Bayarlah kepada Bank BNI 46 Unair atau pengganti (tanda tangan Direktur)

macam-macam endosemen:
1.Endosemen biasa= Yang paling umum terjadi.
Dimuat nama endorsi dan endosan, serta tanda tangan endosan.
Endosemen ini melegitimasi endorsi sebagai orang yang berhak penuh atas tagihan, dan
sebagai pemegang yang sah

2.Endosemen blanko= Menurut pasal 112 ayat 2 KUHD, endosemen bisa diselenggarakan
tanpa menyebutkan nama nama orang yang menerima peralihan (endorsi) atau dengan tanda
tangan endosan saja. pasal 113 (2)
-Mengisi blanko itu baik dengan namanya sendiri, maupun dengan nama orang lain.
-Mengendosemenkan surat wesel itu lagi dalam blanko kepada orang lain.
-Menyerahkan surat wesel itu kepada orang ketiga tanpa mengisi blanko tadi dan tidak
mengendosemenkan pulan.

3.Endosemen incasso= Menurut Pasal 117 ayat 1 KUHD, apabila dalam endosemen itu
dimuat kata-kata “harga untuk ditagih” atau kata “incasso” atau “dalam pemberian kuasa”
atau kata-kata lain yang berarti memberi perintah untuk menagih semata mata, maka
pemegang dapat melaksanakan semua hak yang timbul dari surat wesel, tetapi ia tidak boleh
mengendosemenkan kepada orang lain, kecuali dengan cara memberi kuasa. Dalam
endosemen incasso, pemegang surat wesel itu hanya berposisi sebagai penerima kuasa untuk
menagih sejumlah uang atas nama endosan.
4.Endosemen jaminan= Menurut pasal 118 ayat 1 KUHD, apabila dalam sendosemen itu
dimuatkan kata-kata “harga untuk jaminan” atau “harga sebagai gadai” atau kata-kata lain
yang artinya memberi jaminan gadai, maka pemegang dapat melaksanakan segala haknya
yang timbul dari surat wesel, tetapi setiap endosemen yang dilakukannya hanya berlaku
sebagai endosemen pemberian kuasa belaka.

Kewajiban menjamin Pembayaran (Pasal 189 KUHD)


Kewajiban Mengusahakan Dana yang cukup (190 a KUHD).
Pasal 190 b KUHD, tertarik dianggap telah menguasai dana yang diperlukan, apabila ia pada
waktu surat cek itu diperlihatkan, penerbit telah menyediakan dana paling sedikit sama
besarnya dengan jumlah uang yang tertera dalam cek.

pasal 180 kuhd =Setiap surat cek harus diterbitkan seorang bankir yang mempunyai dana
dibawah pengawasannya guna kepentingan penerbit, dana mana menurut perjanjian, tegas
atau diam-diam, penerbit berhak menggunakannya dengan menerbitkan cek. Dalam pada itu,
apabila ketentuan-ketentuan tersebut tidak diindahkan, alas hak itupun selaku surat cek tetap
berlaku juga.

b. atas tunjuk (an toonder), tidak mencantumkan nama yang berhak atas surat berharga itu
sendiri sehingga mudah dipindahtangankan.

c. atas nama (op naam)

cek bisa diterbitkan kapan saja dan jika tidak ada duitnya berarti bukan berarti tidak sah,
melainkan tetap sah tapi pencairannya tunggu ada duit.

Anda mungkin juga menyukai