—-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
2. Pengertian Asuransi
a. Asuransi sebagai Lembaga Peralihan
Tujuan diadakan asuransi secara umum adalah untuk mengalihkan kemungkinan
risiko yang diderita oleh tertanggung kepada penanggung dan penanggung segera
mengganti kerugian apabila terjadi peristiwa tidak pasti. Dalam asuransi dikenal
dengan risk transfer (pengalihan risiko).
b. Pasal 246 KUHD
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu
premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya
karena suatu peristiwa yang tak tertentu.
c. Pasal 1 angka 1 UU No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan
asuransi sebagai imbalan untuk:
b. Ketentuan dalam BW
Perjanjian asuransi agar sah selain harus memenuhi ketentuan dalam KUHD juga
harus memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 BW.
➢ Syarat Subjektif
Berkaitan dengan subjek atau orang yang mengadakan perjanjian.
❖ Sepakat mereka yang mengikatkan diri (toestemming)
Kata sepakat menunjukkan adanya kesesuaian kehendak di antara kedua
subjek hukum yang mengadakan perjanjian (tanpa kekhilafan, paksaan, atau
penipuan).
❖ Kecakapan untuk membuat suatu perikatan (bekwaamheid)
Kesepakatan tersebut harus dibuat oleh orang yang cakap bertindak
menurut hukum, yaitu orang yang telah dewasa atau cukup umur dan tidak
berada di bawah pengampuan serta semua orang yang oleh UU dilarang
melakukan perbuatan tertentu.
➢ Syarat Objektif
Berkaitan dengan objek dari perbuatan hukum itu sendiri.
❖ Suatu hal tertentu (bepaaldvoorwerp)
Apa yang diperjanjikan sebagai hak-hak dan kewajiban-kewajiban kedua
belah pihak jika timbul suatu perselisihan harus ditentukan dengan jelas.
❖ Suatu sebab yang halal (geoorloofde oorzaak)
Suatu sebab adalah terlarang apabila dilarang oleh UU, berlawanan dengan
kesusilaan dan ketertiban umum → Pasal 1337 BW.
Berdasarkan Pasal 1320 BW, maka perjanjian asuransi yang dibuat tertanggung dan
penanggung menganut asas kebebasan berkontrak dengan batasan tertentu.
16. Reasuransi
Reasuransi adalah jasa pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh
perusahaan asuransi, perusahaan penjaminan, atau perusahaan reasuransi lainnya. Secara
umum, reasuransi berarti mengasuransikan kembali apa yang telah diasuransikan oleh
Tertanggung kepada perusahaan reasuransi.
a. Alasan Dilakukannya Reasuransi
➢ Adanya kemungkinan dimana penanggung pertama menerima perlindungan
risiko yang besar dengan aman tanpa ancaman dan ketidakseimbangan solvensi.
➢ Memungkinkan penanggung pertama untuk tetap menjaga stabilitas usaha tanpa
rasa khawatir terhadap adanya tuntutan klaim bersamaan, klaim besar yang tidak
diantisipasi, yang dapat membahayakan perusahaan.
➢ Dapat membagi dampak ekonomi yang disebabkan oleh terjadinya peristiwa
besar pada beberapa negara.
Biasanya perusahaan reasuransi adalah suatu jenis usaha yang bersifat internasional,
yang ruang lingkup dan jangkauan usahanya sangat luas.
b. Persamaan dan Perbedaan Asuransi dengan Reasuransi
Asuransi Reasuransi
Perjanjian yang diadakan oleh pihak Perjanjian yang diadakan oleh pihak
pertama (perusahaan asuransi) sebagai pertama (perusahaan asuransi) sebagai
penanggung pertama dengan pihak penanggung pertama dengan pihak
kedua yang berkepentingan kedua (perusahaan reasuransi) sebagai
4. Prinsip Kehati-hatian
a. Pasal 2 UU Perbankan
Mengingat dana yang digunakan bank adalah dana milik masyarakat, maka
masyarakat harus menanggung risiko jika terjadi suatu peristiwa yang tidak
diinginkan karena bank tidak menjamin hal tersebut. Oleh sebab itu, dalam Pasal 2
UU Perbankan ditegaskan bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya
berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Prinsip
ini diartikan sebagai pikiran dasar yang bersifat umum dan abstrak sehingga tidak
dapat diterapkan secara langsung pada suatu peristiwa dan karena itu asas hukum
harus dikonkritisasi (yang diterapkan adalah pasal yang mengandung prinsip atau
asas hukum tersebut). Seluruh peraturan bagi kegiatan bank harus dan wajib
bersandar pada prinsip kehati-hatian sehingga dapat ditafsirkan bahwa prinsip
kehati-hatian menjadi barometer untuk menilai ketentuan-ketentuan bidang
perbankan telah dibuat dan diberlakukan dengan semangat kehati-hatian.
Contoh : Pasal 29 ayat (2) UU Perbankan menyatakan bahwa bank wajib
memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal,
kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain
yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai
dengan prinsip kehati-hatian.
b. Konkritisasi Prinsip Kehati-hatian
➢ Saat akan mendirikan suatu bank, maka yang menjadi perhatian adalah besarnya
modal. Bank didirikan dengan modal awal yang besarnya ditentukan jauh di atas
5. Prinsip Perbankan
a. Prinsip Kepercayaan (Fiduciary Principle)
Diatur dalam Pasal 29 ayat (4) UU Perbankan. Kepercayaan menjadi hal yang
fundamental karena kepercayaan nasabah terhadap bank merupakan keyakinan
bahwa bank dapat melaksanakan pelayanan jasa di bidang keuangan yang baik bagi
nasabah.
b. Prinsip Kerahasiaan (Confidentiality Principle)
Diatur dalam Pasal 40 sampai Pasal 47A UU Perbankan. Bank wajib merahasiakan
segala keterangan nasabah yang berhubungan dengan penyimpanan dan
4. Badan Usaha Bukan Badan Hukum : Firma (Vennootschap Onder een Firma)
a. Pengertian Firma
Firma merupakan bentuk khusus dari Maatschap. Dalam Pasal 16 KUHD, yang
dinamakan perseroan firma ialah tiap-tiap perserikatan yang didirikan untuk
menjalankan sesuatu perusahaan di bawah satu nama bersama. Kata “firma” berarti
nama yang dipakai untuk berdagang atau berusaha bersama-sama itu sama dengan
nama bersama yang akan digunakan untuk melakukan perbuatan hukum.
b. Pertanggungjawaban Firma
Pertanggungjawaban Fa diatur dalam Pasal 18 KUHD yang menyatakan bahwa
dalam perseroan firma adalah tiap-tiap pesero secara tanggung-menanggung
bertanggung jawab untuk seluruhnya atas segala perikatan dari perseroan.
Berdasarkan pasal tersebut, dapat ditafsirkan terdapat 2 bentuk tanggung jawab,
yaitu:
➢ Tanggung jawab renteng, yaitu tanggung menanggung atau saling bertanggung
jawab di antara para pesero.
➢ Tanggung jawab penuh, yaitu tanggung jawab senilai perikatan sehingga jika
dari harta yang terkumpul dalam Fa tidak mencukupi, maka diambilkan dari
harta kekayaan pribadi.
Dengan demikian, tanggung jawab pesero dalam Fa tidak bersifat perorangan,
melainkan saling menanggung atau tanggung menanggung hingga harta kekayaan
pribadi. Tanggung jawab renteng memberikan atau menimbulkan konsekuensi
sebagai berikut.
3. Struktur Pasar
Pasal 1 angka 11 UU No. 5 Tahun 1999 menyatakan bahwa struktur pasar adalah
keadaan pasar yang memberikan petunjuk tentang aspek-aspek yang memiliki pengaruh
penting terhadap perilaku pelaku usaha dan kinerja pasar, antara lain jumlah penjual dan
pembeli, hambatan masuk dan keluar pasar, keragaman produk, sistem distribusi, dan
penguasaan pangsa pasar. Perbedaan struktur pasar disebabkan adanya perbedaan degree
of market power (kekuatan pasar), yaitu kemampuan satu perusahaan dalam
mempengaruhi harga keseimbangan pasar.
a. Pasar Persaingan Sempurna
Perusahaan yang berada dalam pasar persaingan sempurna adalah dimana jumlah
perusahaan begitu banyak dan tidak ada perusahaan yang mampu untuk
mempengaruhi harga pasar. Karakteristik PPS adalah sebagai berikut.
➢ Banyak penjual dan pembeli (many sellers and buyers).
➢ Produknya homogen (homogenous product).
➢ Bebas masuk dan keluar pasar (free entry and free exit).
Perolehan Lama
HKI Subjek Objek
Perlindungan Perlindungan
Selama hidup
Ilmu pengetahuan,
Hak Cipta Pencipta Deklaratif Pencipta + 70
seni, dan sastra
tahun
Simbol dalam
Pemilik 10 tahun dan dapat
Merek perdagangan Konstitutif
Merek diperpanjang
barang dan jasa
20 tahun untuk
Perlindungan tanaman semusim
Pemulia
Varietas Varietas tanaman Konstitutif dan 25 tahun
Tanaman
Tanaman untuk tanaman
tahunan
Selama
Rahasia Informasi bisnis kerahasiaan
Pemilik Usaha Deklaratif
Dagang bernilai ekonomi dagang tersebut
tetap terjaga
8. Kedudukan Hukum Para Pihak dalam Penerbitan dan Peredaran Surat Berharga
10. Hubungan Antara Perjanjian Dasar dengan Perjanjian Penerbitan dan Peredaran
Surat Berharga
Dalam setiap penerbitan surat berharga, pastilah ada perjanjian dasar yang mendasari
perjanjian penerbitan maupun peredaran surat berharga tersebut. Penarik memerintahkan
membayar kepada tertarik pasti ada perjanjian dasarnya, begitu pula penarik
menyerahkan surat berharga tersebut kepada pemegang pertama pasti ada perjanjian
dasarnya, demikian pula seterusnya. Tidak mungkin surat berharga diterbitkan tanpa