Anda di halaman 1dari 5

BAB IX

Asuransi atau dalam bahasa Belanda Versekering berarti pertanggungan. Dalam Asuransi in terlibat dua
pihak yaitu :
Yang satu sanggup menanggung atau menjamin bahwa pihak lain akan mendapat penggantian suatu
kerugian yang mungkin akan ia derita sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan
terjadi atau semula belum dapat ditentukan saat akan terjadinya.
Suatu kontra prestasi dari pertanggungan ini pihak yang ditanggung itu, diwajibkan membayar sejumlah
uang kepada pihak yang menanggung, Uang tersebut akan tetap menjadi milik pihak yang menanggung,
apabila kemudian ternyata peristiwa yang dimaksud itu tidak terjadi.
Pasal 246 Kitab Undang-undang Perniagaan menentukan bahwa asuransi pada umumnya adalah suatu
persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima
sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena
akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas akan terjadi.
 Tiga Unsur Asuransi
Dari pengertian asuransi diatas, dapatlah kita ketahui tenyata ada 3 unsur dari Asuransi tersebut yaitu :
- Unsur yang I.
Pihak terjamin berjanji membayar premi kepada pihak penjamin sekaligus atau secara berangsur-angsur.
- Unsur II
Pihak penjamin berjanji akan membayar sejumlah uang kepada pihak terjamin, sekaligus atau
berangsur-angsur apabila terjadi unsur ke III
- Unsur III
Satu peristiwa yang semula belum jelas akan terjadi.
 Pembagian Asuransi
• Asuransi Ganti Rugi
Dalam Asuransi Ganti kerugian si penjamin berjanji akan mengganti kerugian tertentu yang diderita oleh
penjamin.
Contohnya : Asuransi Kebakaran, Asuransi Angkutan Laut, Asuransi Angkutan Darat.
• Asuransi Sejumlah Uang
Dalam Asuransi sejumlah uang si penjamin berjanji akan membayar uang yang jumlahnya sudah
ditentukan sebelumnya, tanpa disandarkan pada suatu kerugian tertentu.
Contohnya : Asuransi Jiwa
• Asuransi Campuran
Asuransi yang bersifat campuran antara asuransi ganti kerugian dan asuransi sejumlah uang, sehingga
sering sukar untuk mengadakan batas yang tegas antara dua macam asuransi ini.
Contohnya : Asuransi Sakit
• Asuransi Secara Premi
Dalam asuransi secara premi adalah suatu perusahaan asuransi disatu pihak yang mengadakan
persetujuan asuransi dengan masing-masing pihak terjamin, diantaranya pihak terjamin tidak ada
hubungan hukum sama sekali.
• Asuransi Saling Menjamin.
Dalam asuransi saling menjamin ada suatu persetujuan perkumpulan yang terdiri dari semua pihak yang
terjamin sebagai anggota. Mereka tidak membayar premi, melainkan membayar semacam iuran kepada
pengurus perkumpulan.
 Macam-Macam Asuransi
Pasal 247 Kitab Undang Undang Perniagaan menyebutkan 5 Macam Asuransi, yaitu :
- Asuransi Terhadap Kebakaran
- Asuransi Terhadap Kematian
- Asuransi Terhadap Bahaya hasil -hasil pertanian
- Asuransi Terhadap bahaya laut dan pembajakan
- Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan didarat dan di sungai-sungai.
 Bentuk dan Cara Mengadakan Asuransi
Pasal 225 Kitab Undang-undang Perniagaan menyatakan bahwa semua asuransi harus dibentuk secara
tertulis dengan suatu akta yang dinamakan Polis.
 Isi Polis diantaranya sebagai berikut :
1. Hari pembentukan
2. Nama pihak terjamin yang menyetujui terbentuknya asuransi yaitu atas tanggungan sendiri atau
tanggungan orang lain.
3. Penyebutan yang cukup jelas tentang hal atau objek yang dijamin.
4. Jumlah uang untuk mana diadakan jaminan (uang asuransi)
5. Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh penjamin.
6. Mulai dan akhir tenggang waktu dalam mana diadakan jaminan oleh penjamin.
7. Uang premi yang harus dibayar oleh si penjamin.

 Isi Polis Asuransi Jiwa


a. Hari diadakan asuransi jiwa
b. Nama pihak yang dijamin.
c. Nama orang yang pembayaran asuransinya diperuntukkan pada wafatnya.
d. Waktu mulai dan waktu terhentinya resiko bagi si penjamin.
e. Jumlah uang yang dijamin (Uang asuransi).
f. Uang premi yang harus dibayar oleh pihak yang dijamin.
 Isi Polis Asuransi Kebakaran
a. Letaknya barang-barang tak bergerak yang dijamin serta barang-barang yang menempel atau
berdekatan.
b. Pemakaian barang-barang yang dijamin itu untuk apa.
c. Sifat dan pemakaian bangunan-bangunan yang menempel atau yang berdekatan sekedar ada
pengaruhnya pada jaminan ini.
d. Nilai harga dari barang-barang yang dijamin
e. Terletaknya bangunan-bangunan atau tempat-tempat dimana barang-barang yang bergerak dijamin
berada atau disimpan, serta barang-barang yang menempel atau berdekatan dengan bangunan-
bangunan dan tempat-tempat itu.
 Isi Polis Asuransi Laut
• Nama kapal dan nama nahkoda dengan disebutkan macam kapalnya, yang dipakai untuk
mengangkut barang-barang yang dijamin apabila yang dijamin itu kapalnya sendiri, maka harus
disebutkan pula dari apa kapal itu dibuat.
• Tempat dimana barang-barang yang dijamin telah atau akan dimasukkan di dalam kapal.
• Pelabuhan dari mana kapal itu akan berangkat
• Pelabuhan - pelabuhan dimana kapalnya harus membongkar muatan -muatannya.
• Pelabuhan dimana kapalnya harus singgah.
• Tempat dimana bahaya bagi barang yang dijamin mulai ditanggung oleh pihak penjamin.
• Nilai harga kapal yang dijamin.
 Isi Polis Angkutan Darat dan Sungai

• Waktu dalam mana perjalanan pengangkutan harus selesai apabila waktu itu dalam surat
pengangkutan ditentukan.
• Apabila perjalanan pengangkutan itu harus dilakukan terus menerus atau dapat dihentikan
sementara ditengah jalan.
• Nama nahkoda kapal sungai atau nama sopir atau kusir dari kendaraan pengangkutan atau
nama seorang pengangkut yang menyanggupkan pengangkutan.
 Sifat-Sifat Asuransi Sebagai Gejala Ekonomi
 Kemungkinan Mendapat Kerugian
Seorang manusia dalam suatu masyarakat sering menderita kerugian akibat suatu peristiwa yang tidak
terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barang-barangnya dicuri, tabrakan, mendapat kecelakaan
di darat, di laut dan di udara, tanah dengan penuh tanaman kebanjiran air bah, dan sebagainya.
Kalau kerugian ini hanya kecil sehingga dapat ditutup dengan uang simpanan, kerugian itu tidak begitu
terasa. Lain halnya, apabila uang simpanan tidak mencukupi untuk menutup kerugian itu, orang akan
betul-betul menderita.
Orang yang rumahnya terbakar habis, akan kehilangan tempat kediamannya, orang yang barang-barang,
pakaiannya dicuri semua, akan hampir telanjang, orang yang tanamannya musnah akibat banjir akan
jatuh miskin.
 Sebagian Resiko
Resiko yang akan diderita macam-macam kerugian inilah yang menimbulkan pikiran untuk memperkecil
resiko itu dengan jalan asuransi . Yaitu memperoleh jaminan dari pihak lain, bahwa kerugian itu akan
ditutup sedangkan kepada si penjamin diberi sejumlah uang yang akan hilang bagi si terjamin, apabila ia
ternyata tidak menderita kerugian.
 Pembagian Resiko
Dapat dimengerti bahwa akan timbul suatu rasa tenteram di hati sanubari seseorang, apabila
sebelumnya ia mengetahui bahwa kerugian-kerugian yang mungkin akan dideritanya, akan ditutup oleh
pihak lain.
Tanpa jaminan akan tertutupnya kerugian itu, mungkin sekali menimbulkan rasa kawatir yang dapat
mengakibatkan terganggunya urat syaraf seseorang sehingga akan berpengaruh tak baik bagi segala
sesuatu dalam hidupnya sehari-hari.
 Keberanian-keberanian Menggalang Tujuan Besar
Seorang pengusaha atau suatu Badan Hukum yang berniat akan mendirikan suatu pabrik, menghadapi
resiko tidak hanya mengenai kemungkinan-kemungkinan kebakaran atau kerusakan lain pada alat-alat
pabrik tetapi juga mengenai kemungkinan adanya pemogokkan kaum buruh.
Kerugian-kerugian itu mungkin sekali, sedemikian besarnya sehingga apabila tidak diganti seketika itu,
pabriknya harus ditutup sama sekali, kandaslah niat pengusaha pabrik tersebut.
Resiko inilah yang berdaya menumpas keberanian menggalang tujuan yang besar seperti mendirikan
pabrik ini.
Satu-satunya jalan untuk menghidupkan keberanian itu ialah melalui asuransi, yang membebankan
resiko besar ini kepada si Asurador sebagai penjamin.
Dengan demikian sudah menjadi kelaziman, bahwa pembayaran premi asuransi menjadi suatu mata
pembiayaan yang tetap dan mutlak dalam usaha mendirikan pabrik atau umumnya dalam menggalang
suatu tujuan yang mengandung resiko besar dengan akibat kerugian yang tidak sedikit.
 Cara Pembagian Resiko
Sampai kini kita melihat adanya usaha untuk menghilangkan atau mengurangi resiko pihak terjamin.
Tetapi dipihak penjamin atau asurador, ada pula resiko besar dalam menjamin kerugian-kerugian yang
akan di derita oleh pihak terjamin.
Kerugian yang inkonkrit harus diganti oleh pihak penjamin. Biasanya sangat melebihi jumlah premi yang
telah dibayarkan oleh si terjamin yang menderita kerugian tersebut. Ini berarti kerugian pula bagi si
penjamin. Dan kerugian inipun harus dapat ditutup.
Kalau tidak maka si penjamin akan bangkrut dan dengan demikian akan kandas dalam usahanya turut
memikul resiko pihak-pihak terjamin lainnya. Kemungkinan jatuh pailit inipun merupakan suatu resiko
besar di pihak penjamin.
Maka sudah selayaknya apabila resiko ini dibagi sedemikian rupa, sehingga kerugian inkonkrit yang
diderita oleh suatu pihak terjamin, dapat ditutup dengan jumlah premi-premi yang dibayar oleh pihak
lain-lain para terjamin yang tidak menderita kerugian.
 Azas Penetapan Premi
Bagaimanakah jumlah premi itu ditetapkan, agar pembagian resiko yang pantas diantara asurador,
disatu pihak dan para terjamin dilain pihak. Ini merupakan suatu teknis asuransi yang membutuhkan
penyelidikan sangat telti secara ilmiah, dengan mempergunakan macam-macam cara statistik.
Bagaimanapun telitinya orang memperhitungkan hal ini, kemungkinan masih ada, bahwa perhitungan
ini meleset dalam praktek yang berarti masih ada bahaya bagi asurador untuk terpaksa gulung tikar.
Untuk itu para asurador sendiri memerlukan resiko ini dijamin pula oleh para asurador yang lain. Ini
dinamakan Reasuransi, yang berarti si asurador menjadi pihak terjamin dan reasurador sebagai pihak
penjamin. Dengan demikian kalangan yang turut memikul resiko diperluas lagi.
Contoh : Satu rumah dimasukkan kedalam pertanggungan asuransi terhadap kemungkinan bahaya
kebakaran, dengan diberi harga Rp.100.000.000,- artinya apabila rumah itu terbakar habis maka si
asurador harus membayar Rp. 100.000.000,- kepada si terjamin.
Kalau seandainya dari statistik dapat disimpulkan bahwa setiap tahun dari 1.000 rumah yang berada
ditempat tersebut, ada satu yang terbakar, maka preminya untuk satu tahun ditetapkan perseribu dari
Rp. 100.000.000,- menjadi Rp. 100.000,- ditambah dengan biaya-biaya adminstrasi yang perlu dilakukan
oleh si asurador dan uang cadangan.
Tambahan-tambahan ini, merupakan sekedar kerugian bagi si terjamin kalau dalam satu rumahnya itu
tidak terbakar.
Dengan demikian bagi si pemilik selalu masih menjadi pertanyaan, apakah betul-betul dianggap perlu
untuk mengasuransikan rumah itu atau tidak. Ini tergantung pada watak pribadi seorang pemilik rumah.
 Asuransi yang Diwajibkan
Adakalanya asuransi diwajibkan harus ada, dalam hal pengangkutan laut. Si pengangkut barang lazimnya
tidak mau mengangkut, apabila barangnya tidak dimasukkan dalam asuransi.
Dengan demikian, resiko si pengangkut atas keselamatan barang-barang yang diangkut itu, selalu dibagi
dan dialihkan kepada kepada asurador. Ini disebabkan karena selalu besar resikonya mengangkut
barang melalui laut.
Asuransi Dalam Bisnis
Hal-hal Yang Dapat Diasuransikan
 Sakit
 Kecelakaan
 Kehilangan kekayaan dan kerusakan akibat kebakaran dan lain-lain.
 Kematian
 Hutang pribadi, akaibat-akibat yang timbul dari gugatan karena kelalaian. Contoh; Kerusakan
yang timbul dari kendaraan yang dibeli disebabkan karena kelalaian penjual/pabrik.
Hal-hal yang Tidak Dapat Diasuransikan
 Peristiwa-peristiwa yang sudaha pasti terjadi, khususnya seperti; keausan mesin karena dipakai.
 akibat-akibat yang timbul seperti biaya hukum karena aktivitas kriminal.
 Peristiwa-peristiwa yang telah terjadi (anda tidak dapat mengasuransikan mobil karena
pencurian, dimana pencurian itu telah terjadi).
Suatu bisnis juga dapat diasuransikan terhadap rangkaian kejadian yang sedang terjadi. Asuransi
membantu memelihara stabilitas bisnis, dengan cara pengurangan resiko melalui suatu bentuk
pembayaran kepada perusahaan asuransi yang disebut Premi. Seorang pengusaha tidak dapat menjamin
dirinya sendiri terhadap pembuatan keputusan yang jelek. Juga tidak ada asuransi terhadap kerugian-
kerugian bisnis terhadap persediaan yang tidak laku. Tetapi perusahaan dapat mengasuransikan
persediaan yang rusak karena kebakaran atau pencurian.
Faktor-faktor lain yang dapat diasuransikan dalam bisnis antara lain :
 Kerugian karena kebakaran, kerusakan fisik dan rugi laba yang timbul akibat kebakaran.
 Kecelakaan kerja, sakit dan kematian pekerja.
 Kerusakan yang tidak disengaja terhadap kekayaaan yang dimiliki oleh perusahaan.
 Kerugian yang terus menerus disebabkan karena kesalahan dalam produk atau kelalaian pekerja
 Pencurian.

Anda mungkin juga menyukai