Oleh :
Astrid Maharani
NIM 140820301005
NIM 140820301018
MAGISTER AKUNTANSI
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS JEMBER
2015
Statement of Authorship
Saya/Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas
terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan
orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk
makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas
bahwa saya/kami menggunakannya.
Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat
diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya
plagiarisme
Nama
: 1. Astrid Maharani
2. Gardina Aulin Nuha
NIM
: 1. 140820301005
2. 140820301018
Tandatangan
: 1.
2.
Matakuliah
: 27 Februari 2015
Dosen
BAB 1
KONSEP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
Konsep Corporate Social Reponsibility mulai menjadi bahasan di dunia
sejak tahun 1930an, dan lebih diperdalam hingga saat ini. Dalam jurnal Archie B.
Carroll (1979) yang berjudul A Three-Dimensional Conceptual Model of
Corporate Performance, dibahas tentang perkembangan konsep CSR. Carroll
(1979) mengungkapkan beberapa pandangan definisi CSR dari beberapa ahli.
Wilkie di tahun 1930 membantu mengedukasi pelaku bisnis menuju pemahaman
baru
yakni
pertanggungjawaban
sosial
selanjutnya
Bowen
1953
lingkungan,
dasarnya,
perusahaan
memiliki
tanggung
jawab
untuk
sulit
untuk
mengatasinya.
Beberapa
tahun
belakangan
dalam
Model konseptual kinerja sosial perusahaan ini berguna bagi akademis dan
manajer. Dalam model kinerja sosial perusahaan, Carroll (1979) mengaitkan 3
aspek tanggung jawab sosial yakni :
1. Didasarkan dari aspek definisi tanggung jawab sosial (ekonomi, hukum,
etika, kebijakan)
2. Didasarkan dari aspek isu sosial (konsumtif, lingkungan, diskriminasi,
keamanan produk, keselamatan kerja, dan pemegang saham)
3. Didasarkan dari aspek filosofi kepedulian sosial (reaction (reaksi), defense
(mempertahankan), accomodation (akomodasi), dan proaction (bertindak)
Ketiga
aspek
tersebut,
mencetuskan
pertanyaan
bagaimana
cara
menganalisis kinerja sosial. Model ini bukanlah konsep yang paling baik, tapi
merupakan langkah sederhana untuk mengetahui aspek utama dalam kinerja
sosial.
Bagi akademisi, model ini sebagai alat untuk memahami perbedaan antara
definisi tanggung jawab sosial yang muncul dalam berbagai literatur. Bagi
manajer, model ini akan membantu untuk memahami bahwa tanggung jawab
sosial tidak terpisah satu sama lain antar aspek dan berbeda dari kinerja ekonomi
melainkan merupakan salah satu bagian dari total tanggung jawab sosial.
Selain Carroll, penelitian di tahun 1975 yakni Preston mulai membahas
tentang pencarian paradigma keterkaitan hubungan antara perusahaan dan
masyakat dengan judul Corporation and Society: The Search for a Paradigm.
Preston membahas tentang pentingnya hubungan antara perusahaan dengan
masyarakat yang berguna untuk mendesain atau menemukan mekanisme baru
untuk menentukan dan mendistribusikan manfaat sosial dan manfaat ekonomi
yang ada. Preston (1975) mengkritik tentang banyaknya literatur ekonomi yang
mengabaikan tentang hubungan perusahaan dan masyarakat, dan berpikir bahwa
para ekonom tak ingin ambil pusing dengan hubungan tersebut. Preston
memberikan pemikiran bahwa diperlukan adanya analisa mendalam tentang
hubungan masyarakat dengan perusahaan serta konsep yang komprehensif
perusahaan dan masyarakat. Seperti apa konsep tersebut?
Preston menjelaskan tentang pemikirannya bahwa perusahaan dan
masyarakat memiliki berbagai tujuan. Oleh karena itu, perilaku dan interaksi
antara perusahaan dengan masyarakat harus dijelaskan untuk mencapai perpaduan
tujuan. Hal ini mungkin dianggap sebagai ide yang konvensional, namun
hubungan perusahaan dan masyarakat dan analisis tentang prioritas sosial
menunjukkan bahwa tidak ada konsep yang begitu bermanfaat sehingga dapat
dikombinasikan dan dicocokkan dan diperoleh suatu kerangka analisis.
BAB 2
PRO DAN KONTRA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
Corporate social responsibility atau yang biasa disebut dengan CSR
merupakan suatu konsep pertanggungjawaban sosial suatu perusahaan kepada
masyarakat yang dititik beratkan pada tiga fokus utama yaitu ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Perkembangan penerapan konsep CSR menggelitik beberapa pihak
untuk melakukan diskusi terkait dengan substansi CSR itu sendiri. Lebih lanjut
lagi, diskusi yang dilakukan merujuk pada argumen pro dan kontra mengenai
konsep CSR. Perbedaan argumen mengenai konsep CSR juga dituangkan dalam
suatu artikel yang berjudul The Case for and Against Business Assumption of
Social Responsibilities oleh Keith Davis. Artikel tersebut memaparkan poin poin
argumen baik dari sisi pro maupun kontra atas konsep CSR. Berikut akan diulas
mengenai pemaparan argumen dalam artikel tersebut.
2.1 Pendapat Pro atas CSR
2.1.1 Kepentingan jangka panjang
Argumen ini beranggapan bahwa masyarakat mengharapkan
adanya timbal balik dari perusahaan atas aktivitas operasi perusahaan yang
memberikan dampak kepada masyrakat. Sehingga perusahaan yang lebih
peka dan memiliki respon yang cepat atas kebutuhan masyrakat
disekitarnya maka akan tercipta lingkungan yang kondusif dan lebih lanjut
lagi akan memberikan keuntungan di masa yang akan datang.
Keuntungan akan terwujud salah satunya ketika perusahaan
melakukan perekrutan karyawan yang berasal dari masyarakat sekitar
maka proses perekrutan akan lebih mudah. Selain itu pergantian karyawan
dan ketidakhadiran karyawan dapat berkurang. Lebih lanjut lagi, sebagai
hasil dari perbaikan sosial, kejahatan akan berkurang dengan keuntungan
Pencitraan Publik
Praktik tanggung jawab sosial atu CSR yang dilakukan perusahaan
akan membentuk suatu citra yang dapat menguntungkan perusahaan.
Dengan bentuk kepedulian perusahaan kepada masyarakat maka akan
menarik perhatiaan pelanggan maupun calon pelanggan. Sehingga dengan
citra yang baik akan menjadi keuntungan pada akhirnya.
2.1.3
Keberlangsungan bisnis
Harapan terciptanya citra publik yang baik tidak terlepas dari
harapan yang lebih besar yaitu terkait dengan keberlangsungan atau
keberlanjutan dari suatu entitas. Keberlangsungan usaha atau going
concern berhubungan dengan pelayanan dan pemenuhan kebutuhan
masyarakat oleh suatu perusahaan. Masyarakat ibarat memberikan suatu
piagam kepada perusahaan atas aktivitas operasi perusahaan sehingga
ketika masyarakat menganggap perusahaan tidak memenuhi apa yang
diharapkan masyarakat maka masyarakat dapat mengubah atau bahkan
mencabut
piagam tersebut.
Oleh karena
ingin
2.1.6
2.1.7
adalah
pemerintah.
Pemerintah
merupakan
pihak
yang
2.2.3
2.2.7
Kurangnya akuntabilitas
Argumen ini menyatakan bahwa bisnis tidak bertanggung jawab
atas masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Oleh karenai itu tidak
bijaksana jika melimpahkan tanggung jawab permasalahan sosial kepada
perusahaan. Hal tersebut dikarenakan perbedaan yng jelas atas bisnis dan
sosial. Bisnis lebih mengedepankan keuntungan sehingga tidak akan
selaras jika harus bertanggung jawab dalam masalah sosial. Sehingga
kebutuhan masyarakat tidak harus sepenuhnya dilimpahkan pada
perusahaan.
2.2.8
bisnis untuk terlibat dalam masalah sosial, yang lain menentang gagasan
itu. Ada kurangnya kesepakatan di kalangan masyarakat umum, kalangan
intelektual, di pemerintahan, dan bahkan di antara pengusaha sendiri.
Berbagai alasan telah disebutkan sebelumnya untuk oposisi ini. Hal ini
baik rasional dan emosional, tapi itu nyata. Terlepas dari alasan, fakta
bahwa ada pro dan kontra atas keterlibatan bisnis dalam hal sosial maka
menyebabkan kegagalan dalam menyelesaikan permasalahan sosial.
BAB 3
EVOLUSI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Selama beberapa dekade terakhir CSR merupakan suatu konsep dan
progam yang banyak disuarakan serta didiskusikan baik oleh akademisi maupun
praktisi. Oleh karena itu, konsep ini tak luput dari adanya evolusi. Evolusi atau
perubahan atas konsep ini dibahas dalam sebuah artikel terbitan Elsevier karya
Philip L. Cochran. Berikut beberapa evolusi CSR yang di jelaskan oleh Philip L.
Cochran.
a
telah berkembang dari gagasan yang sempit dan sering terpinggirkan ke dalam
sebuah konsep segi kompleks dan multi, salah satu yang semakin penting bagi
banyak pengambilan keputusan perusahaan saat ini. Sejauh bahwa tanggung
jawab sosial perusahaan bahkan dibahas beberapa dekade yang lalu, diskusi
tersebut terbatas pada sekelompok kecil akademisi. Perdebatan pertama
dilakukan oleh seorang profesor dari Columbia yaitu Berle dan profesor Dodd
dari Harvard. Profesor Berle menyatakan bahwa manajer harus bertanggung
jawab hanya kepada para pemegang saham. Sedangkan menurut Dodd,
manajer memiliki jangkauan tanggung jawab yang lebih luas yaitu kepada
masyarakat juga, tidak hanya kepada para pemegang saham. Inti dari argumen
Dodd adalah bahwa tanggung jawab suatu perusahaan tidak hanya terbatas
kepada pemegang saham tetapi juga kepada masyarakat karena pada saat ini
hal tersebut di izinkan dan merupakan aturan hukum terutama karena
pelayanan kepada masyarakat dan bukan karena merupakan sumber
keuntungan kepada pemilik.
Selama tahun 1950 dan 1960-an, Amerika Serikat menyaksikan kelahiran
gerakan aktivis modern. Mereka menuntut adanya perubahan dalam bisnis,
dimana secara permanen mengubah lingkungan bisnis di Amerika dan dunia
dengan mengantarkan era kelompok aktivis dan LSM yang peduli tentang
bisnis dan praktek bisnis, dan yang saat ini mencoba untuk memusatkan
perhatian media pada praktik bisnis yang mereka anggap tidak etis atau tidak
bertanggung jawab. Perhatian media yang tidak diinginkan secara serius dapat
menodai reputasi perusahaan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan
penurunan penjualan atau ketidakpuasan karyawan. Jika perusahaan tidak
bereaksi dengan tepat, perhatian media ini juga dapat menyebabkan undangundang dan regulasi yang tidak diinginkan. Lebih lanjut lagi pada tahun
1970an perdebatan berubah dari tanggung jawab sosial ( CSR ) menjadi respon
tanggap perusahaan terhadap permasalahan sosial. Sehingga muncul lah kinerja
sosial perusahaan, kinerja sosial perusahaan dibentuk agar perusahaan
merespon secara baik terkait dengan permasalahan sosial yang terjadi disekitar
perusahaan.
b
dalam memilih
perusahaan.
Sehingga
dalam
proses
penentuan
semata, tetapi lebih luas lagi bisa berkontribusi terhadap lingkungan dan
Hal terpenting dari praktik CSR adalah diharapkan program tersebut dapat
menyetuh bottom line. Bottom line yang menjadi fokus utama CSR adalah
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Praktik CSR berdasarkan tiga fokus tersebut
serta memiliki hubungan dan reputasi yang baik dengan pihak karyawan,
pelanggan, pemerintah, serta media akan menciptakan keuntungan pula pada
pihak perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Carroll, Archie B. (1979), A Three-Dimensional Conceptual Model of Corporate
Performance, The Academy of Management Review, Vol. 4, No. 4. (Oct.,
1979), pp. 497-505.
Cochran, Philip (2007), The Evolution of Corporate Social Responsibility,
Business Horizons (2007) 50, 449454.
Davis, Keith (1973), The Case for and Against Business Assumption of Social
Responsibilities, The Academy of Management Journal, Vol. 16, No. 2.
(Jun., 1973), pp. 312-322.
Preston, Lee (1975), Corporation and Society: The Search for a Paradigm,
Journal of Economic Literature, Vol. 13, No. 2. (Jun., 1975), pp. 434453.