Anda di halaman 1dari 35

Anatomi Fisiologi Manusia_MENSTRUASI, OVULASI, FERTILISASI

MENSTRUASI, OVULASI DAN FERTILISASI


A. Menstruasi
1.

Pendahuluan
Pada umumnya wanita mengalami ketidaknyamanan fisik
selama beberapa hari sebelum periode menstruasi mereka
datang. Kira-kira setengah dari seluruh wanita menderita akibat
dismenore,

atau

menstruasi

yang

menyakitkan.

Hal

ini

khususnya sering terjadi awal-awal masa dewasa. Gejala-gejala


dari

gangguan

menstruasi

dapat berupa

payudara

yang

melunak, puting susu yang nyeri, bengkak, dan mudah


tersinggung. Beberapa wanita mengalami gangguan yang
cukup berat seperti keram yang disebabkan oleh kontraksi otototot halus rahim, sakit kepala, sakit pada bagian tengah perut,
gelisah, letih, hidung tersumbat, dan ingin menangis. Dalam
bentuk yang paling berat, sering melibatkan depresi dan
kemarahan, kondisi ini dikenal sebagai gejala datang bulan
atau

pre

menstrual

syndrom

(PMS),

dan

mungkin

membutuhkan penanganan medis.


Beberapa wanita mengalami sebuah kondisi yang dikenal
sebagai amenore, atau kegagalan bermenstruasi selama masa
waktu

perpanjangan.

Kondisi

ini

dapat

disebabkan

oleh

bermacam-macam faktor termasuk stres, hilang berat badan,


olahraga berat secara teratur, atau penyakit. Sebaliknya,
beberapa wanita mengalami aliran menstruasi yang berlebihan,
kondisi yang dikenal sebagai menoragi. Tidak hanya aliran
1

darah menjadi banyak, namun dapat berlangsung lebih lama


dari periode normal.
Seorang wanita jika awal kedatangan menstruasi, hal ini
bisa menjadi saat yang mengecewakan baginya. Anak-anak
perempuan yang tidak mengenal tubuh mereka dan proses
reproduksi dapat mengira bahwa menstruasi merupakan bukti
adanya penyakit atau bahkan hukuman akan tingkah laku yang
buruk.

Anak-anak

perempuan

yang

tidak

diajari

untuk

menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat


mengalami rasa malu dan perasaan kotor saat menstruasi
pertama mereka. Mak hal ini, dibutuhkan media sebagai bahan
penjelasan atau gambaran tentang siklus menstruasi agar
dapat di mengerti khususnya pada wanita.
2.

Pengertian Menstruasi
Menstruasi

atau

haid

mengacu

kepada

pengeluaran

secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang


berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat
pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk
mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan
lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya
dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada
berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan
berat

tubuh

relatif

terhadap

tinggi

tubuh.

Menstruasi

berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai


usia 45 - 50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan
pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita
untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir
dari masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata
2

daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21


hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita
selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan
dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk
kesehatan

fisik,

Menstruasi

merupakan

mempersiapkan
kehamilan.

Daur

emosi,

dan

bagian

nutrisi
dari

tubuh

wanita

ini

melibatkan

wanita

proses

setiap

tersebut.

reguler

bulannya

beberapa

tahap

yang
untuk
yang

dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh


hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur.
Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan
menebal. Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin
yang sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil. Hormon
memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai
berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari
indung telur wanita dan mulai bergerak menuju tuba Falopii
terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat
berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan
rahim akan berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta
akan dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah,
dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid),
berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita
menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh
karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan
tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang
hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi dengan pemeriksaan
darah sederhana.

3.

Proses Menstruasi
Siklus menstruasi berkaitan dengan pembentukan sel telur
dan pembentukkan endometrium. Lamanya siklus haid yang
normal atau dianggap siklus haid klasik adalah 28 hari
ditambah atau dikurangi dua sampai tiga hari. Siklus ini dapat
berbeda pada wanita yang sehat dan normal. Siklus haid mulai
teratur

jika

wanita

sudah

berusia

25

tahun.

Siklus

ini

dikendalikan oleh hormone-hormon reproduksi yang dihasilkan


oleh hipotalamus, hipofisis, dan ovarium.
Fase dalam siklus haid, yaitu:
a. Fase Folikel
Pada akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan
hormone gonadotropin. Hormone ini akan merangsang hipofisis
untuk melepaskan FSH (Follicle Stimulating Hormone) atau
hormone
berikutnya

pemicu
pada

pertumbuhan
hari

pertama

folikel.

Pada

awal

sampai

ke-14,folikel

siklus
akan

melanjutkan perkembangannya karena pengaruh FSH dalam


ovarium. Setelah itu terbentuk folikel yang sudah masak (folikel
de Graaf) dan menghasilkan hormone estrogen yang berfungsi
menumbuhkan

endometrium

dinding

rahim

dan

memicu

sekresi lendir.
b. Fase Estrus
Kenaikan estrogen digunakan untuk mempertahankan
pertumbuhan dan merangsang terjadinya pembelahan sel-sel
endometrium

uterus.

Selain

menghambat

pembentukan

itu

juga

berperan

dalam

FSH

oleh

hipofisis

untuk

menghasilkan LH (Luteinizing Hormone) yang berperan dalam

merangsang

folikel

de

graaf

yang

telah

masak

untuk

melakukan ovulasi dari ovarium.


Ovulasi umumnya berlangsung pada hari ke-14 dari siklus haid.
Biasanya pada setiap ovulasi dihasilkan 1 oosit sekunder.
c. Fase Luteal
LH

merangsang

folikel

yang

telah

kosong

untuk

membentuk korpus atau uteum (badan kuning). Selanjutnya


korpus

ini

menghasilkan

progestron

yang

mengakibatkan

endometrium berkembang tebal dan lembut serta banyak


pembuluh darah. Selama 10 hari setelah ovulasi,progesterone
berfungsi mempersiapkan uterus untuk kemungkinan hamil.
Uterus pada tahap ini siap menerima dan member sel telur
yang

telah

dibuahi

(zigot).

Jika tidak terjadi fertilisasi corpus luteum berubah menjadi


corpus albicans dan berhenti menghasilkan progesterion.
d. Fase Menstruasi / Perdarahan
Apabila fertilisasi tidak terjadi,produksi progesterone mulai
menurun pada hari ke-26. Corpus luteum (badan kuning)
berdegenerasi dan lapisan uterus bersama dinding dalam rahim
luruh

(mengelupas)

pada

hari

ke-28

sehingga

terjadi

pendarahan.
Biasanya haid berlangsung selama 7 hari. Setelah itu
dinding uterus pulih kembali. Selanjutnya karena tidak ada lagi
progesterone yang dibentuk,maka FSH dibentuk lagi kemudian
terjadilah proses oogenesis,dan siklus haid dimulai kembali.
Siklus haid akan berhenti jika terjadi kehamilan.

Namun ada yang menyebutkan bahwa pada tiap siklus,


dikenal

dengan

masa

utama,yaitu:

a. Masa haid selama 2 sampai 8 hari


Pada

waktu

pengeluaran

itu

endometrium

hormon-hormon

dilepas,

ovarium

sedangkan

paling

rendah

(minimum).
b. Masa proliferasi sampai hari ke-14
Endometrium tumbuh kembali, disebut juga endometrium
melakukan proliferasi. Antara hari ke-12 sampai ke-14 dapat
terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.
c. Masa sekresi
Terjadi perubahan dari korpus rubrum menjadi korpus
luteum yang mengeluarkan progesterone. Di bawah pengaruh
progesteron ini, kelenjar endometrium yang tumbuh berkelokkelok

mulai

bersekresi

dan

mengeluarkan

getah

yang

mengandung glikogen dan lemak. Pada akhir masa ini stroma


endometrium berubah kearah sel-sel desidua, terutama yang
berada di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini
memudahkan adanya nidasi (menempelnya ovum pada dinding
rahim setelah dibuahi).
Perjalanan Sel Telur (Ovum)
B. Ovulasi
Ovulasi terjadi ketika dinding ovarium ruptur dan melepaskan
oosit sekunder, pada ovulasi terjadi 3 fase, yaitu;
1. Fase pra-ovulasi
Pada

fase

hipotalamus

pra-ovulasi

atau

mengeluarkan

akhir

siklus

hormon

menstruasi,

gonadotropin.
6

Gonadotropin merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH.


Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer di dalam
ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan
oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel
menjadi matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di
dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan
hormon

estrogen.

Adanya

estrogen

menyebabkan

pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding


dalam uterus dan endometrium.

Peningkatan

konsentrasi

estrogen selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi


serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifat basa. Lendir
yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat asam pada
serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
2. Fase ovulasi
Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke14 terjadi perubahan produksi hormon. Peningkatan kadar
estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan
balik negatif atau penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih
lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan
hipofisis melepaskan LH. LH merangsang pelepasan oosit
sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi,
yaitu saat terjadi pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf
dan siap dibuahi oleh sperma. Umunya ovulasi terjadi pada hari
ke-14.
3.Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan
oleh oosit sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut
dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum tetap
7

memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf


memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron.
Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan
dinding dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan
pembuluh-pembuluh darah pada endometrium. Progesteron
juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan
kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron
(juga

estrogen)

penanaman

tersebut

(implantasi)

berguna

zigot

pada

untuk

menyiapkan

uterus

bila

terjadi

pembuahan atau kehamilan.


Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai
hari ke-28. Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi
pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus
albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen
dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen
dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis
menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH,
sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan
fase menstruasi berikutnya.
C. Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder
yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma. Fertilisasi
umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki
oviduk.

Namun,

sebelum

sperma

dapat

memasuki

oosit

sekunder, pertama-tama sperma harus menembus berlapislapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder
yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga harus
menembus

lapisan

sesudah

korona

radiata,

yaitu

zona
8

pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam


korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit
sekunder.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik
sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan
atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling
mendukung.
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
HialuronidaseEnzim

yang

dapat

melarutkan

senyawa

hialuronid pada korona radiata.


AkrosinProtease yang dapat menghancurkan glikoprotein
pada zona pelusida.
AntifertilizinAntigen

terhadap

oosit

sekunder

sehingga

sperma dapat melekat pada oosit sekunder.Oosit sekunder juga


mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun
dari glikoprotein dengan fungsi :
Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
Menarik sperma secara kemotaksis positif.
Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel
granulosit di bagian korteks oosit sekunder mengeluarkan
senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak
dapat ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma
juga merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit
sekunder , sehingga dari seluruh proses meiosis I sampai
penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu
ovum yang disebut inti oosit sekunder.

Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti


(nukleus) pada kepala sperma akan membesar. Sebaliknya,
ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang
mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang
mengandung

23

kromosom

(haploid)

akan

bersatu

menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46


kromosom.
Mekanisme Fertilisasi
1. Kepala sperma kontak dengan jelly coat sel telur
- Memicu dilepaskannya enzim hidrolitik yang melarutkan
jelly coat dan dimulainya
reaksi akrosom
2. Reaksi Akrosom
-enzim hidrolitik melarutkan lubang pada jelly coat
-aktin mulai memanjang dan membentuk tudung akrosom
3. Reaksi akrosom
- Tudung akrosom memanjang terus dan berikatan dengan
reseptor pada sperma. Ikatan ini
menyebabkan membrane vitelin jadi rusak/lisis.
4. Fusi Membran
-Membran sperma dan membran sel telur berfusi
- Menyebabkan depolarisasi membran yang menginaktifkan
reseptor sperma
5. Inti sel sperma dan dimulainya reaksi korteks
- Fusi membranmenyebabkan y meningkatnya [Ca ++]
-Lepasnya Ca++ menyebabkan granula korteks berfusi
dengan plasma membrane sel telur
dan melepaskan isinya ke rongga perivitelline.
10

- Inti sel sperma memasuki sitoplasma sel telur


6. Berlanjutnya reaksi korteks dan aktivasi sel telur
- Perubahan lapisan vitelline menjadi membran fertilisasi
-Meningkatnya respirasi sel dan sintesis protein (egg
activation)
DAFTAR PUSTAKA
Christiyanti, Wulan dan Lisdiana. 2011. Modul Sistem Urogenital.
Semarang : Jurusan
Biologi, FMIPA-UNNES.
Soewolo, dkk. 2003. Fisiologi Manusia. Malang : Jurusan Pendidikan
Biologi, FMIPA-UM.
www. Findtoyou. Com/anatomi fisiologi manusia/ reproduksi wanita/html.
Diakses: 5 mei 2011.
http://www.medicastore.com/nutrafor/isi.php?isi=pendahuluan.htm diakse
s; 5 mei 2011.
Anonim, http://ibibblog.blogspot.com. Diakses ; 11 Maret 2011
Anonim, http://diarykiranti.com. Diakses ; 11 Maret 2011
Anonim, www.supportliving.com. Diakses ; 11 Maret 2011
Anonim, http://dunia-ibu.co.cc. Diakses ; 11 Maret 2011
Anonim, www.kesrepro.info. Diakses ; 11 Maret 2011
Durante, K., Griskevicius, V., Hill, S.E., Perilloux, C., Li, N.
2010. Ovulation, Female Competition, and Product Choice:
Hormonal Influences on Consumer Behavior. Journal Consumer
Research, August 2010

FISIOLOGI ANATOMIS KEHAMILAN


1.1 Latar Belakang
Perubahan anatomi dan adaptasi pada perempuan hamil sebagian besar sudah
terjadi

segera

setelah

fertilisasi

dan

terus

berlanjut

selama

kehamilan.
11

Kebanyakan perubahan ini merupakan respon terhadap janin. Satu hal yang
menabjubkan adalah bahwa hampir semua hampir semua perubahan ini akan
kembali seperti keaadaan sebelum hamil setelah proses persalinan dan
menyusui selesai.
Perubahan tentang perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi selama kehamilan
merupakan salah satu tujuan utama dari ilmu kebidanan. Hampir tidak mengerti
proses penyakit yang terjadi selama kehamilan dan masa nifas tanpa disertai
pemahaman mengenai perubahan anatomi dan fisiologi ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.

Apa saja perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada trimester pertama

(sistem reproduksi, payudara, sistem endokrin dan imunitas)


2.

Apa saja perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada trimester kedua

(sistem reproduksi, payudara, sistem endokrin dan imunitas)


3.

Apa saja perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada trimester ketiga

(sistem reproduksi, payudara, sistem endokrin dan imunitas)


1.3 Tujuan
1.

Mengetahui perubahan anatomi dan adapatasi fisiologi pada trimester

pertama (sistem reproduksi, payudara, sistem endokrin dan imunitas)


2.

Mengetahui perubahan anatomi dan adapatasi fisiologi pada trimester

kedua (sistem reproduksi, payudara, sistem endokrin dan imunitas)


3.

Mengetahui perubahan anatomi dan adapatasi fisiologi pada trimester

ketiga (sistem reproduksi, payudara, sistem endokrin dan imunitas)


BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Trimester 1
II.1.1 Sistem Reproduksi
a. Uterus
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot sementara
produksi meosit yang baru sangat terbatas. Bersamaan dengan hal itu terjadi
akumulasi jaringan ikat dan elastik, terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama
tersebut akan meningkatkan kekuatan dinding uterus. Daerah korpus pada
bulan-bulan pertama akan menebal, tetapi seiring dengan bertambahanya usia
12

kehamilan akan menipis pada akhir kehamilan ketebalanya hanya sekitar 1,5 cm
bahkan kurang.
Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh hormon
esterogen dan sedikit oleh progesteron.akan tetapi, setelah kehamilan 12
minggu lebih penambahan ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil
konsepsi.pada awal kehamilan tuba fallopi,ovarium,dan ligamentum rotundum
berada sedikit dibawah apeks fundus,sementara pada akhir kehamilan akan
berada sedikit di atas pertengahan uterus.posisi plasenta juga mempengaruhi
penebalan sel-sel otot uterus,dimana bagian uterus yang mengelilingi implantasi
plasenta akan bertambah besar lebih cepat dibandingkan bagian lainnya.
Sehingga akan menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena ini dikenal dengan
tandapiscaseck.
Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya
seperti buah alvokat.seiring dengan perkembangan kehamilannya,daerah fundus
dan korpus akan membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada usia kehamilan
12 minggu.
Isthmus uteri pada minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri
yang mengakibatkan isthmus menjadi lebih panjang dan lunak yang dikenal
dengan tanda Hegar.
Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan menyentuh dinding abdominal
mendorong usus seiring perkembangannya,uterus akan menyentuh dinding
abdominal mendorong usus kesamping, dan keatas, terus tumbuh hingga hampir
menyentuh hati. Sejak trimester I kehamillan uterus akan mengalami kontraksi
yang tidak teratur dan umumnya tidak disertai nyeri.
b. Serviks
serviks menjadi lunak(soft) yang disebut dengan tanda Goodell, banyak
jaringan ikat yang mengandung kolagen,kelenjar servikal membesar dan
mengeluarkan

banyak

cairan

mukus

karna

pertambahan

dan

pelebaran

pembuluh darah, warnanya menjadi livid yang disebut tanda Chadwick.


c. Ovarium
proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel
baru juga ditunda.hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium.
Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan. Dan
setelah itu akan berperan sebagai penghasil progeteron dlam jumlah yang relatif
minimal.
d. Vagina dan Vulva
13

Minggu ke-8 terjadi hipervaskularisasi sehingga vagina tampak merah dan


kebiruan (tanda chatwick). pH vagina menjadi lebih asam. Dari 4 menjadi 6.5
menyebabkan rentan terhadap infeksi vagina. Mengalami deskuamasi/pelepasan
elemen epitel pada sel-sel vagina akibat stimulasi estrogen membentuk rabas
vagina disebut leukore (keputihan). Hormon kehamilan mempersiapkan vagina
supaya distensi selama persalinan dengan produksi mukosa vagina yang tebal,
jarinagn ikat longar, hipertropi otot polos dan pemanjangan vagina.
II.1.2 Payudara
Fungsi hormone yang mempersiapkan pemberian ASI antara lain sebagai
berikut.
a.

Esterogen

Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara.


Menimbulkan penimbunan lemak dan air,serta garam sehingga payudara
tampak makin besar.
Tekanan saraf-saraf akibat penimbunan lemak,air,dan garam menyebabkan
rasa sakit pada payudara.
b.

Progesteron

Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.


Menambah sel asinus.
c.

Somatomamotrofin

Memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein,laktabumin,dan laktoglobulin.


Penimbunan llemak sekitar alveolus payudara.
II.1.3 Sistem Endokrin
Meningkatnya hormon esterogen dan progesteron
HCG berfungsi memproduksi korpus luteum
HPL naik bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan insulin wanita hamil naik.
Prolaktin terus meningkat
STH rendh ditekan HPL
II.1.4 Sistem Imun
Peningkatan PH vagina menyebabkan wanita hamil rentan terhadap infeksi
vagina.
Sistem

pertahanan

tubuh

ibu

tetap

utuh,kadar

immunoglobin

dalam

kehamilan tidak berubah.


II.2 Trimester II
II.2.1 Sistem Reproduksi
14

a. Uterus
bentuk uterus pada kehamilan empat bulan berbentuk bulat sedangkan
pada akhir kehamilan berbentuk bujur telur. Pada kehamilan lima bulan,rahim
teraba seperti berisi cairan ketuban dan dinding rahim terasa tipis.
Posisi rahim : a. Pada empat bulan kehamilan,rahim tetap berada pada rongga
pelvis.
b. setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesaran

nya

dapat mencapai batas hati.


c. rahim yang hamil biasa nya mobilitas nya, lebih mengisi rongga abdomen
kanan atau kiri
pada kehamilan 16 minggu,kavum uteri seluruh nya di isi oleh amion dimana
desidua kapsularis dan desidua vera (parietalis) telah menjadi satu. Tinggi TFU
terletak antara pertengahan simpisis pusat. Plansenta telah terbentuk seluruh
nya. Pada kehamilan 20 minggu, TFU terletak 2-3 jari di bawa pusat. Pada
kehamilan 24 minggu, TFU terletak setinggi pusat.
b. serviks
serviks bertambah dan menjadi lunak (soft) yang di sebut dengan tanda
Gooldell. Kelenjar endoserfikal membesar dan mengeluarkan cairan mukus. Oleh
karna pertumbuhan dan pelebaran pembulu darah, warna nya menjadi lipid yang
di sebut tanda Chandwick.
c. Ovarium
saat ovulasi terhenti masih terdapat korpus luteum graviditas sampai
terbentuk nya plasenta yang mengambil alih pengeluaran esterogen dan
progesteron ( kira-kira pada kehamilan 16 minggu dan korpus luteum graviditas
berdiameter kurang lebih 3 cm)
d.

Vagina dan vulva

Terjadi peningkatan vaskularisasi vagina dan peningkatan sensitifitas yang


menyolok,serta meningkatkan libido.
II.2.2 Payudara
Perubahan pada ibu hamil
a.Payudarah menjadi lebih besar
b. ariola payudarah makin hitam karna hiperpigmentasi
c. glandula montgomery makin tanpak menonjol di permukaan ariola mamae
d.pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu akan keluar cairan putih
jernih ( kolestrum) yang berasal dari kelenjar asinus yang mulai bereaksi
15

e.pengeluaran ASI belum terjadi karna prolaktin ini di tekan oleh PIH ( prolactine
inhibiting hormone)
II.2.3 Sistem Endokrin
pada kehamilan plasenta membentuk sejumlah besar gonadotropin korion
manusia , progesteron , somamotropin korion manusia . pada bumil ovum tidak
terbentuk tetapi estrogen & progesteron yang terbentuk . sekresi hormon dapat
diukur dalam darah , menjelang 16 20 mgg setelah ovulasi akan terjadi
peningkatan

sampai

kadar

relatif

rendah

Sekresi hipofisis , kelenjar hipofisis anterior membesar sedikir nya 50% selama
kehamilan & meningkat kortikotropin tirotropin, & prolaktin.
Sekresi kortikosteroid , menigkat selama kehamilan untuk membeantu
mobilisasi asam amino dari jaringan ibu sehingga dapat dipakai untuk sintesis
jaringan

janin

Sekresi kelenjar tiroid , membesar sekitar 50% dan meningkat produksi tiroksin
yang sesuai dengan Pembesaran tersebut .
Sekresi kelejar paratiroid , membesar selama kehamilan terjadi bila ibu
mengelamai defisiensi Ca / kalsium dalam makanan nya . karna janin akan
mengunakan Ca ibu untuk pembentukan tulangnya sendiri .
Sekresi relaksin oleh ovarium . agak diragukan fungsi nya karna mempunyai
efek perlunakan servik ibu hamil pada saat persalinan dan penghambatan
mortilitas uterus .
II.2.4 Sistem Imun
Janin sebenar nya merupakan benda asing bagi ibu nya karna hasil pertemuan
dua gamet yang berlainan. Namun ternyata janin dapat diterima oleh sistem
imunitas tubuh , hal ini merupakan keajaiban alam dan belum ada gambaran
jelas tentang mekanisme sebenar nya yang Berlangsung pada tubuh bumil.
Imunologi dalam janin kebanyakan : dari ibu ke janin sekitar 16 mgg kehamilan
dan terus meningkat ketika kehamilan bertambah , tetapi sebagian besar lagi
diterima janin selama empat minggu terakhir kehamilan.
II.3 Trimester III
II.3.1 Sistem Reproduksi
a. Uterus
Berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram-1000 gram pada akhir
kehamilan empat puluh minggu.pada kehamilan 28 minggu, TFU terletak 2-3 jari
16

diatas pusat,pada kehamilan 36 minggu tinggi TFU satu jari dibawah Px. Dan
pada kehamilan 40 minggu,TFU berada tiga jari dibawah px.

Pada trimester III ,

istmus uteri lebih nyata menjadi corpus uteri dan berkembang menjadi segmen
bawah uterus atau segmen bawah rahim (SBR). Pada kehamilan tua, kontraksi
otot-otot bagian atas uterus menyebabkan SBR menjadi lebih lebar dan tipis
(tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen
bawah yang lebih tipis). Batas ini dikenal sebagai lingkaran retraksi fisiologik.
Dinding uterus diatas lingkaran ini jauh lebih tebal daripada SBR.
b. serviks
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena
hormon estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan adanya
hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi lunak. Serviks uteri lebih
banyak mengandung jaringan ikat yang terdiri atas kolagen. Karena servik terdiri
atas jaringan ikat dan hanya sedikit mengandung jaringan otot, maka serviks
tidak mempunyai fungsi sebagai spinkter, sehingga pada saat partus serviks
akan membuka saja mengikuti tarikan-tarikan corpus uteri keatas dan tekanan
bagian bawah janin kebawah . Sesudah partus, serviks akan tampak berlipatlipat dan tidak menutup seperti spinkter.
Perubahan-perubahan pada serviks perlu diketahui sedini mungkin pada
kehamilan, akan tetapi yang memeriksa hendaknya berhati-hati dan tidak
dibenarkan

melakukannya

dengan

kasar,

sehingga

dapat

mengganggu

kehamilan.
Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan
sekresi lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang hamil mengeluh
mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak. Pada keadaan ini sampai batas
tertentu masih merupakan keadaan fisiologik, karena peningakatan hormon
progesteron. Selain itu prostaglandin bekerja pada serabut kolagen, terutama
pada minggu-minggu akhir kehamilan. Serviks menjadi lunak dan lebih mudah
berdilatasi pada waktu persalinan.
c. Ovarium
Ovulasi terhenti, fungsi pengeluaran hormon estrogen dan
progesteron di ambil alih oleh plasenta.
d. Vagina dan Vulva
vagina

dan

vulva

mengalami

perubahan

karena

pengaruh

esterogen.akibat dari hipervaskularisi,vagina dan vulva terlihat lebih merah atau


kebiruan. Warna livid pada vagina atau portio serviks di sebut tanda chadwick.
17

II.3.2 Payudara
Payudara menjadi besar dan meregang dan bertambah berat
Hyperpigmentasi terjadi pada areola
Pertambahan besar pada payudara dipengaruhi oleh hormon progesteron dan
estrogen.
II.3.3 Sistem Endokrin
Hormon Somatomamotropin, esterogen, dan progesteron merangsang mammae
semakin membesar dan meregang, untuk persiapan laktasi.
II.3.4 Sistem Imun
Human chorionic gonadotropin dapat menurunkan respons imun wanita
hamil. Selain itu, kadar IgG, IgA, dan IgM serum menurun mulai dari minggu ke
10 kehamilan, hingga mencapai kadar terendah pada minggu ke 30 dan tetap
berada

pada

kadar

ini

hingga

term.

Perubahan

perubahan

ini

dapat

menjelaskan penigkatan risiko infeksi yang tidak masuk akal pada wanita hamil.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
pada

setiap

trimester

terjadi

perubahan-perubahan

pada

sistem

reproduksi,sistem endokrin, sistem imunitas,payudara, sistem perkemihan, dll.


Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan akan kembali seperti ke
keadaan sebelum hamil,setelah proses persalinan dan menyusui selesai.
III.2 Saran
Kami berharap agar teman-teman dapat mengerti materi yang telah kami
sampaikan.
Seorang bidan sebaiknya menguasai perubahan-perubahan dan adaptasi
pada setiap ibu hamil.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

18

DAFTAR PUSTAKA
Dewi,Vivian Nani Lia, Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo.
Maryunani, Anik. 2010. Biologi Reproduksi dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info
Media
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Tiran, Denise. 2005. Kamus Saku Bidan. Jakarta : EGC
www. ilmu-ilmukeperawatan.blogspot.com/.../kehamilan-trimester-3.html
www.mediamedis.blogspot.com/2011/07/kehamilan-trimester-1-2-3.html

Makalah Perubahan Fisiologis pada Kehamilan


BAB

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada perempuan hamil sebagian besar
sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan.
Kebanyakan perubahan ini merupakan respon terhadap janin. Satu hal yang
menakjubkan adalah bahwa hampir semua perubahan ini akan kembali seperti
keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan dan menyusui selesai.
Perubahan tentang perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi selama kehamilan
merupakan salah satu tujuan utama dari ilmu kebidanan. Hampir tidak mengerti
proses penyakit yang terjadi selama kehamilan tanpa disertai pemahaman
mengenai perubahan anatomi dan fisiologi ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi pada Trimester Pertama
Seluruh periode zigot embrionik dan dua minggu pertama periode janin ( dari
total 10 minggu kehidupan setelah fertilisasi ) berada pada 12 minggu pertama
kehamilan dihitung dari masa menstruasi terakhir yang merupakan trimester
pertama.
Pertumbuhan dan perkembangan dimulai dengan momen fertilisasi dan proses
fungsi pronukleus pada wanita dan pria masing-masing dari ovum dan sperma.
19

Proses fungsi ini menghasilkan sebuah sel tunggal yang disebut zigot. Pada saat
ini individu baru terbentuk dengan gambar uniknya, baru secara total kombinasi
yang unik membentuk karena pronukleus pada masing-masing gamet atau sel
seks ( contohnya ovum dan sperma ) yang mengandung hanya setengah
(berjumlah 23 atau jumlah haploid) jumlah total ( 46 atau jumlah diploid )
kromosom pada manusia. Jumlah kromosom yang setengah ini merupakan hasil
gametogenesiss, yakni proses ketika ovum matang dan sperma berkembang.
Bersama dengan fertilisasi, fungsi pronukleus kedua gamet mengembalikan
jumlah kromosom diploid yang selanjutnya terlihat pada pembelahan sel mitosis
di setiap sel pada tubuh individu, kecuali sel- sel yang nantinya akan mengalami
gemetogenesis. Hal lain yang juga ditentukan saat fertilisaasi sebagai hasil fusi
dan pengembalian jumlah kromosom yang diploid adalah jenis kelamin individu
baru ini. Jenis kelamin ditentukan oleh gamet jantan yang membawa satu
kromosom X atau kromosom Y. Gamet betina hanya membawa kromosom X.
Melalui proses fusi, kombinasi XX biasanya berkembang menjadi perempuan
sedangakan kombinasi XY biasanya berkembang menjadi laki-laki.
Segera setelah fertilasi, zigot yang dihasilkan mulai mengalami pembelahan sel
mitosis, yang disebut pembelahan atau cleavage. Melalui serangkaian tahapan,
masa sel yang membelah disebut morula setelah mengalami reorganisasi sel
dan cairan masuk kedalam sel, morula menjadi blastula blastosit. Blatosit ini
yang tertahan pada lapiasan uterus saat proses implantasi berakhir pada hari ke10

atau

ke-11

setelah

fertilisasi,

embrionik

telah

dimulai.

Pada saat implantasi, embrio dikenal dengan sebutan embriobilaminar karena


lingkaran embrio terbentuk dari sel masa bagian dalam, yang terdiri atas dua
lapisan sel, yakni (satu) epiblas, lapisan tebal sel-sel slidris yang membentuk
dasar rongga aminon dan pada akhirnya akan menjadi endodermis, mesodermis
dan ektodermis embrionik dan (dua) hipoblas, selapis tipis sel-sel yang tersusun
atas

endodermis

utama

kantung

kuning

telur

Awal minggu ke-3 pascafertilisasi menandai dimulainya marfogenesis, yakni


perkembangan bentuk tubuh . Perkembangan ini diselesaikan melalui gastrulasi
suatu proses yang memungkinkan lempeng dilaminar embrionik diubah menjadi
lempeng trilaminar embrionik. Lapisan primitive terbentuk pada permukaan
epiblas dan merupakan pusat embrio selama kurnag lebih 2 minggu. Setelah
lapisan

ini,

menjadi

tidak

begitu

jelas

dan

akhirnya

berpisah.

Menjelang akhir minggu ke-3, perkembangan somit dimulai, yang pada


puncaknya akan menghasilkan 42 hingga 44 pasang somit. Bermula dari
20

mesodermism, somit bertanggung jawab membentuk sebagian besar tengkorak


kepala dan batanag tubuh, otot-otot tubuh terkait dan sebagaian besar dermis
yang berbatasasn dengan kulit. Somit berguna untuk mengetahui usia embrio
awal yang terbentuk kurang lebih 30 hari setelah fertilasi selama minggu ke 3,
pembuluh saraf (cikal bakal otak medulla spinalis), notokord (permulaan
vertebra), rongga koelomik (cikal bakal rongga tubuh) sel darah primitive dan
kardiovaskular

primitive

mulai

terbentuk.

Jantung mulai berdetak pada awal minggu ke empat pasca fertilisasi (6 minggu
berdasarkan masa menstruasi terakhir). Selama minggu ke empat terjadi
perkembangan yang pesat dan terbentuk lapisan lempeng embironik longitudinal
dan transfersal. Lapisan longitudinal meliputi lapisan kepala dan lapisan ekor
yang mengubah embrio dari bentuk yang lurus menjadi bentuk yang memiliki
lekuk.
Lapisan transfersal meliputi lapisan transfersal kiri dan transfersal kanan yang
melipat ke arah garis tengah dan mengubah embrio dari bentuk datar menjadi
bentuk silindris. Pada minggu ke empat, embrio diperkirakan memiliki gambaran
seperti kadal dan mempunyai bakal telinga (lubang otis), lengan (bakar lengan),
tungkai (bakar tungkai), dan struktur leher dan wajah (tempat lekuk brakial
pertama).
Selama minggu ke lima pasca fertilisasi, perkembangan pesat otak menghasilkan
perkembangan kepala yang membesar dan membuatnya menjadi bagian yang
lebih besar dari pada anggota tubuh lainnya. Perkembangan berlangsung dari
kepala hingga bokong, dan tungkai perkembang hampir satu minggu kemudian
setelah lengan. Mata mulai berkembang berupa bakal lensa (mulai tampak pada
minggu

ke

empat),

cangkir

optik,

dan

pigmen

retina

Hidung , mulut,dan palatum mulai terbentuk selama minggu ke enam pasca


fertilisasi (delapan minggu berdasarkan masa menstruasi terakhir) dan mata
mulai terlihat. Lengan dan tungkai mengalami banyak perkembangan dan sinar
sinar di ginjal (jari-jari primordial) mulai berkembang pada lempeng tangan.
Bentuk

kepala

lebih

besar

dari

pada

batang

tubuh.

Minggu ke tujuh pasca fertilisasi menandai perkembangan tungaki lebih lanjut


dengan digital rays (dari kaki primodial) berkembang pada lempemg kaki.
Kelopak mata terbentuk dan dapat terlihat. Aurikula telinga bagian luar telah
terbentuk dan mulai tampak meski belum sepenuh nya berkembang atau naik ke
posisi seharus nya. Usus halus mengalami herniasi ke bagian belakang tali pusat
yang memiliki ruang untuk usus tersebut.
21

Pada akhir minggu ke delapan pascafertilisasi (sepuluh minggu berdasarkan


masa menstruasi terakhir), embrio telah memiliki gambaran manusia meski
ukuran kepala nya yang besar masih proporsional mencapai dan hampir separuh
ukurn total. Tungkai , terutama bagian atas , telah mengalami diferensiasi
(contoh, pergelangan tangan, siku ,lutut) dan peningkatan panjang. Osifikasi
tulang di mulai dan area leher mulai terbentuk. Perkembangan urugenital telah
terjadi , tetapi diferensiasi masih terlalu dini untuk dapat menentukan jenis
kelamin.
Akhir minggu ke 8 pascafertilisasi juga menandai akhir perioadik embrionik.
Semua struktur eksternal dan internal yang penting sudah terbentuk dan
mengalami perkembangan dan detail lebih lanjut, termasuk penggantian
kartilago oleh sel-sel tulang. Periode embrionik adalah masa kritis yang
memungkinkan teratogen apapun (seperti obat-obatan,sinat x,virus) dapat
menyebabkan

kematian

atau

menyebabkan

malformasi

konginital.

Trimester pertama kehamilan juga mencakup dua miggu pertama periode janin.
Pada akhir minggu ke 10 pascafertilisasi, atau miggu ke 12 bila dihitung sejak
masa menstruasi terakhir, seluruh usus halus telah masuk kedalam abdomen
dan keluar dari tali pusat, genitalia eksterna telah memiliki karakteristik laki-laki
atau perempuan ( meski karakteristik ini belum terbentuk sempurna ) anus telah
terbentuk, dan raut wajah janin sudah benar-benar tampak seperti manusia.
Janin, yang kini memiliki berat 0,5 hingga 1 ons mulai dapat menelan, melakukan
gerak pernapasan, berkemih, menggerakkan bagian tungkai tertentu, dapat
mengedipkan mata dan mengerutkan wajah. Mulut membuka dan menutup.
Ukuran kepala sekitar sepertiga panjang, yang kurang lebih 56 hingga 61mm.
( Sumber : Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC )
2.1.1 Sistem Reproduksi
2.1.1.1 Uterus
Perubahan uterus sepanjang kehamilan dan persalinan dan setelah melahirkan
sangat mencolok. Selama kehamilan, uterus mendukung perkembangan embrio
dan janin, mempertahankan struktur yang menjamin komunikasi janin-ibu.
Selama proses persalinan,

otot-otot uterus bekerja secara serasi untuk

mengeluarkan janin. Setelah melahirkan, otot-otot uterus bekerja mengontrol


perdarahan dan mengalami involusi sampai akhir nya kembali mendekati
keadaan sebelum hamil.
Pertumbuhan uterus. Uterus bertambah dalam berat dari massa sebelum hamil
yaitu sekitar 70g sampai massa aterm sekitar 1100g (Gabbe, Niebly, dan
22

simpson ,1996). Volume pada waktu aterm kira-kira 5 L ,tetapi dapat meningkat
sampai 20 L pada kasus kehamilan multipel atau hidramnion. Pertumbuhan
uterus di mulai setelah implantasi dengan proses hiperplasia dan hipertrofi sel.
Setiap sel miometrium bertambah panjang 100 kali pada saat aterm. Karena
proses peningkatan masa miotrenium, dinding uterus mengalami peningkatan
jumlah jaringan penyambung berkolagen dan materi dasar interselulernya.
Pertumbuhan uterus pada awalnya distimulasi oleh peningkatan kadar estrogen.
Sangat jelas bahwa oleh pertumbuhan awal tersebut tidak begitu di perlukan
sebagai respons terhadap distensi mekanik pertumbuhan hasil konsepsi, karena
pada kehamilan ektopik pun terjadi pembesaran uterus. Selama 3 bulan pertama
kehamilan berkembang , peregangan dinding uterus menebal hingga 25 mm.
Begitu kehamilan berkembang, peregangan dinding uterus sebagai akibat
pertumbuhan fetus menyebabkan penipisan dinding hingga 5- 15mm pada aterm
(blackburn dan loper ,1992 cunningham et al., 1997). Penipisan dinding uterus
memungkinkan

klinis

untuk

meraba

janin

pada

trimester

ketiga.

Selama trimester pertama , uterus juga berubah bentuk nya. Pada awal
kehamilan uterus tetap berbentuk buah pir. Uterus perlahan berubah bentuk
pada minggu ke 12 kehamilan. Setelah minggu ke 12 bentuknya menjadi lebih
elips

atau

ovoid.

Uterus tetap menjadi organ pelvis sampai 12 minggu pertama kehamilan,


setelah 12 minggu akan menjadi organ abdomen. Begitu mencapai abdomen
,akan menyebabkan distensi dinding abdomen anterior , mendesak usus ke arah
lateral

dan

supeior,

dan

pada

aterm

berada

setinggi

hati.

Karena peregangan ligamen teres uteri dan ligamen rotundum, uterus aman dari
pergerakan abdomen. Pada saat wanita berdiri , sumbu panjang pintu atas
panggul. Otot otot abdomen mempertahankan posisi ini kecuali jika otot
abdomen melemah. Pada posisi telentang uterus berpindah ke posterior untuk
menumpu

pada

tulang

belakang

dan

pembuluh

darah

besar.

( Sumber : Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC )
Estrogen dan, barang kali, progesterone diduga terutama bertanggung jawab
terhadap pertumbuhan uterus akibat hiperplasia (peningkatan jumlah sel)
selama bulan-bulan awal kehamilan. Pertumbuhan ini tidak dipengaruhi oleh efek
mekanisme embrio yang berkembang. Pertumbuhan ini membuat dinding uterus
semakin kuat, bukan melemah, karena jumlah sel otot juga meningkat disertai
peningkatan jumlah jaringan elastis dan jaringan fibrosa. Oleh karena itu,
pembesaran uterus terjadi karena ada kombinasi antara hipertrofi (peningkatan
23

ukuran sel) dan pengaruh mekanis tekanan interior terhadap dinding uterus
seiring perkembangan janin di dalam kandungan. Selama bulan-bulan pertama
kehamilan, terjadi peningkatan ukuran pembuluh darah dan pembuluh limfe
uterus. Akibatnya terjadi vaskularisasi, kongesti, dan edema. Ketiga hal ini
kemungkinan besar menyebabkan pelunakan uterus secara keseluruhan dan,
bila dikombinasi dengan hipertrofi kelenjar serviks, menyebabkan munculnya
tanda Chadwick, Goodell, dan Hegar. Tanda Chadwick merupakan warna kebiruan
atau keunguan pada vulva dan mukosa vagina, termasuk lubang vagina pada
serviks. Tanda Goodell adalah pelunakan serviks dari yang tadinya sekeras ujung
hidung pada kondisi tidak hamil melunak menjadi seperti bibir pada kondisi
hamil. Tanda Hegar merupakan kondisi istmus menjadi lunak dan mudah
tertekan. Ketiga tanda ini merupakan bukti yang terdapat pada usia kehamilan
sekitar

enam

minggu.

Pelunakan dan daya tertekan istmus uterus (tanda Hegar) mengurangi sokongan
terhadap badan uterus yang membesar karena berat fundus meningkat.
Akibatnya, uterus mengalami antifleksi belebihan selama tiga bulan pertama
kehamilan, sementara uterus masih termasuk organ panggul. Kondisi ini
menyebabkan fundus menekan kandung kemih dan meningkatkan frekuensi
berkemih. Frekuensi berkemih akan menurun pada bulan ke empat kehamilan
bersamaan dengan uterus mulai keluar dari panggul sehingga tidak lagi
menekan kandung kemih.
Seiring pembesaran, bentuk uterus berubah dari bentuk buah pir sebelum hamil
menjadi bentuk seperti bola pada awal kehamilan dan menjadi kantung yang
semakin membesar setelah usia kehamilan tiga bulan bersamaan dengan
pembesaran tersebut, uterus tidak dapat lagi berada di dalam panggul sehingga
uterus akan keluar dari panggul dan menjadi salah satu organ abdomen. Uterus
akan melakukan sedikit rotasi ke kanan ketika mulai keluar dari panggul.
Dekstrorotasi ini diduga akibat ada rektosigmoid yang menempati bagian kiri
rongga panggul. Uterus dapat membesar pada kisaran waktu yang sedikit
berbeda (variasi satu hingga dua minggu) bagi wanita primigravida dan
multigravida. Variasi ini dapat menyebabkan beberapa perbedaan pada ukuran
awal dan saat uterus mencapai batas anatomis tertentu, mis., umbilikus.
Pembesaran uterus pada awal kehamilan mungkin tidak simetris. Ovum pada
kondisi normal berimplantasi pada bagian atas dinding uterus, lebih sering pada
posisi posterior. Jika lokasi implantasi lebih dekat dengan salah satu area kornu
tempat ovum berimplantasi membesar sebagai respons terhadap perkembangan
24

embriologi yang berlangsung di lokasi tersebut. Implantasi ini dapat dideteksi


saat dilakukan pemeriksaan panggul berdasarkan ketidaksimetrisan uterus dan
kontur yang tidak teratur dan kasar pada salah satu area kornu. Ketidakteraturan
uterus ini terjadi pada minggu ke-8 hingga minggu ke-10 usia kehamilan dan
dikenal sebagai tanda piskacek.
Tanda lain kehamilan yang diakibatkan oleh pembesaran uterus adalah
pembesaran abdomen. Pembesaran ini dimulai dari bulan ke empat kehamilan,
yakni saat uterus semakin membesar dan menjadi salah satu organ abdomen.
Abdomen menjadi lebih menonjol saat wanita tersebut berdiri dibanding ketika ia
berbaring. Pembesaran uterus dapat lebih mudah terdeteksi pada multipara
daripada primigravida karena tonus otot pada dinding abdomen sudah menurun,
terutama jika wanita tersebut tidak melakukan latihan untuk memperoleh
kembali bentuk tubuhnya setalah ia hamil. Abdomen yang menggantung
merupakan hasil dari uterus yang mulai menurun kedepan dan kebawah. Hal ini
dapat menimbulkan masalah saat persalinan berlangsung pada kasus-kasus
yang ekstrem.
( Sumber : Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC )
Perubahan konsentrasi hormon sirkulasi sangat mempengaruhi jaringan saluran
genital. Uterus terbentuk dari peleburan dua duktus Muller digaris tengah tubuh
yang menghasilkan struktur uterus orang dewasa yang terdiri atas tiga lapisan.
Lapisan tersebut adalah: lapisan dalam yang tipis, berupa serabut sirkular;
lapisan luar yang tipis, sebagian besar tersusun atas serabut otot longitudinal;
dan lapisan tengah yang tebal, berupa serabut yang saling tekait. Selain itu,
rasio antara otot dan jaringan ikat dari bagian bawah uterus menuju fundus
mengalami peningkatan. Kadar estradiol dan progesteron yang tinggi dalam
tubuh ibu merangsang proses hiperplasia dan hipertrofi sel-sel miometrium
sehingga berat uterus meningkat dari 50-60 g sebelum kehamilan menjadi 1000
g

saat

aterm.

Diawal masa kehamilan, pertumbuhan uterus tidak bergantung pada janin yang
tumbuh didalamnya, dan proses ini berlangsung sama cepatnya dengan
kehamilan ektopik. Seiring dengan peningkatan usia gestasi, pembelahan sel
miometrium tidak terlalu bermakna dan peningkatan ukuran uterus sebagian
besar dipengaruhi oleh hipertrofi masing-masing sel. Pada tahap ini, peningkatan
ukuran isi uterus merupakan stimulus yang penting, dan ini ditandai dengan
peningkatan panjang serabut otot yang mencapai lima belas kali lipat.
Selain perubahan ukuran dan jumlah sel miometrium, penghubung sel khusus
25

juga berkembang seiring peningkatan usia gestasi. Taut ruang interseluler ini
memungkinkan perubahan pada potensial membran untuk menyebar dengan
cepat dari satu sel ke sel lain sehingga membantu perluasan depolarisasi
membran, dan akhirnya membantu kontraksi miometrium. Setelah taut tersebut
matur, kontraksi uterus menjadi semakin sering. Mula-mula, kontraksi berupa
kontraksi Braxton-Hicks yang tidak menimbulkan nyeri, dimulai sejak minggu
kedelapan kehamilan dan semakin jelas pada paruh kedua kehamilan. Kemudian,
kontraksi ini mentruasi aktivitas pemacu gerak pada fundus uterus untuk
meningkatkan kontraksi terkoordinasi yang dominan difundus yang penting
untuk

proses

persalinan.

( Sumber : Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan.
Jakarta : EGC )
1.1.2. Serviks
Massa

dan

kandungan

air

pada

serviks

meningkat

selama

kehamilan.

Peningkatan vaskulariasasi dan edema, begitu juga hiperplasia dab hipertrofi


kelenjar serviks menyebabkan serviks melunak (tanda Goodell) dan muncul nya
kebiruan (tanda chadwick) pada suatu bulan setelah konsepsi. Kurang lebih 85%90% dari serviks dalah jaringan penyambung, sedangkan 10%-15% nya adalah
otot polos. Bagian serviks lebih atas memilik konsentrasi otot polos lebih besar
(25%) dan proporsinya makin menurun di bagian tengah (16%) dan dibagian
bawah

memiliki

proporsi

terkecil

(6%)

(fuchs

dan

fuchs

1996).

Jaringan penyambung terdiri atas serat kolagen dan elastin yang membentuk
jaringan dalam gel yang mirip proteoglikan. Kolagen relatif kaku berbentuk
seperti struktur batang yang membantu mencegah terjadi nya dilatasi prematur.
Elastin diperkirakan sebagai pemberi elastisitas sehinnga serviks dapat di latasi
selama

persalinan

dan

kembali

ke

bentuk

normal

setelah

melahirkan.

Kelenjar kelenjar serviks hanya menjadi bagian kecil serviks pada wanita yang
tidak hamil. Pada keadaan aterm , ia mengambil porsi hampir separuh dari
semua mass serviks. Ruang kelenjar terisi mukus dan segera setelah konsepsi
mukus

yang

kental

diproduksi

mengisi

kanal

serviks.

Epitel kolimnar dari kanal endroserviks dan kelenjar endroserviks berproliferasi


sampai pada titik melebarnya, dari eksternal ke bagian porsio vaginalis.
Walaupun penipisan ini mungkin tamapak seperti erosi, inflamasi jarang di
temukan

Agar terjadi persalinan, serviks harus lunak, menipis dan meningkatkan


kelenturannya agar dapat di lewati. Proses ini disebut pematangan serviks
26

(ripening), ketika terjadi perubahan pada jaringan kolagenase, proteoglikan dan


otot polos. Enzim kolagen , elastase dan enzim lain memguraikan kolagen
menjadi lebih larut dan meningkatkan kadar serviks. Proses ini menghasilkab
berlanjutnya

pelunakan

serviks.

Pematangan serviks terjadi karena pengaruh dari beberapa dari hormon , yaitu
estradiol, progestrob , relaksin, prostasiklin , dan prostaglandin E2 (PGE2).
Progesteron mnghambat pemecahan kolagen, dan faktor-faktor yang dianggap
menghambta progestron mungkin berperan dalam pematangan serviks ini.
Peningkatan relaksin serviks mungkin mempengaruhi perubahan kadar air dan
mukopolisakarida di serviks, walaupun peran relaksin pada manusia msih
didebatkan. Diperkirakan , prostaglandin mempunyai efek lokal pada pelunakan
serviks. Jumblah PGE2 pada mukus serviks meningktkan pada trimester kedua,
mendorong perubahan awal proses pematangan sebelum aterm (fuchs, Ivell, dan
friedman,

1995).

( Sumber : Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC )
Selama kehamilan, serviks mulai membengkak dan menjadi lebih lunak karena
pengaruh estradiol dan progesteron. Estradiol mentruasi petumbuhan epitelium
kolumnar pada saluran serviks, yang mulai terlihat di ektoserviks dan disebut
ektropion. Ektropion sangat penting karena merupakan epitel yang tidak terlalu
kuat dan cenderung bedarah saat disentuh. Serviks sering kali terlihat membiru
selama kehamilan. Ini terjadi karena peningkatan vaskularitas. Selai perubahan
diatas, kelenjar mukus diserviks mulai membesar dan semakin kompleks.
Prostaglandin menstimulasi remodeling kolagen serviks, terutama menjelang
akhir periode gestasi, sedangkan kolagenase yang dilepaskan dari leukosit juga
membantu melunakkan serviks ; selama kehamilan, progesteron menhambat
proses

tersebut.

Selama kehamilan, epitel vagina mulai menebal akibat pengaruh estrogen, dan
kecepatan

proses

deskuamasi

selama

periode

tersebut

juga

meningkat,

mengakibatkan peningkatan rabas vagina. Rabas tersebut memili pH yang lebih


asam dibandingkan sekresi vagina wanita yang tidak hamil (4,5-5,0) dan dapat
melindungi vagina dari infeksi asendens. Meskipun demikian, infeksi ragi dapat
berkembang dilingkungan tersebut dan mempredisposisi terjadinya kandidiasis.
Seiring peningkatan usia gestasi, vagina juga semakin kaya akan pembuluh
darah.
( Sumber : Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan.

27

Jakarta

EGC

2.1.1.3 0varium
Fungsi ovarium. Fertilisasi dn implantasi membjuat berhentinya maturasi folikel
dan ovulasi. Fungsi korpus lueteum selama 6-7minggu kehamilan , berkontribusi
terhadap produksi progestron. Hilangnya korpus lueteum sebelum minggu ke-7
kehamilan akan menyebabkan turunnya progesteron materbal dan abortus
spontan. Pengambilan korpus lueteum pada kehamilan yang sudah matur tidak
menyebabkan

efek

ini.

Relaksin adalah suatu hormon protein yang dikeluarkab oleh korpus luetum dan
mungkin

juga

oleh

desidua

uterus

selama

kehamilan.

Hail

penelitian

mendukungb bahwa relaksin dapart menyebabkan relaksasi otot uterus dan


pelunakan

atau

pematangan

serviks.

Otot polos pada tuba berkembang menjadi sedikit hipertrofi. Epitel epitel
mukosa lebig datar di bandingakn engan epitel pada wanita yang tidak hamil.
Sel-sel desidua mungkin dapat ditemukab di endosalping , tetapi tidak da
membran

desidua

lanjutan

yang

terbentuk.

Pada salah satu ovarium dapat ditemukan corpus luteum graviditatum, tetapi
setelah

bulan

IV,

corpus

luteum

ini

mengisut.

( Sumber : Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC )
2.1.1.4 Vagina
Dalam kehamilan, pembuluh darah dinding vagina bertambah sehingga warna
selaput lendirnya membiru ( tanda Chadwick ). Kekenyalan ( elastisitas ) vagina
bertambah, artinya daya regang bertambah, sebagai persiapan persalinan.
Getah dalam vagina biasanya bertambah dalam kehamilan, reaksinya asam
dengan pH 3,5 6,0. Reaksi asam ini disebabkan terbentuknya asam laktat
sebagai hasil penghancuran glikogen yang berada dalam sel sel epitel vagina
oleh basil Doderlein. Reaksi asam ini mempunyai sifat bakterisida.
( Sumber : Obstetric fisiologi: ilmu kesehatan reproduksi / editor, Firman F.
Wirakusumah, Johanes C. Mose, Budi Handono ; editor penyelaras, Husny
Muttaqin, Loi indra. Ed. 2. Jakarta : EGC, 2010. )
Vulva dan perineum menunjukkan peningkatan vaskulariasasi dan menjadi
hiperemia selama kehamilan. Peningkatan vaskularisasi menyebabkan timbulnya
warna kebiruan (tanda Chadwick), mirip dengan perubahan yang terjadi pada
serviks. Peningkatan kadar estrogen menstimulasi perubahan pada dinding
vagina

termasuk

peningkatan

ketebalan

mukosa,

pelunakan

jaringan

penyambung, dan hipertofi otot polos. Perubahan ini menyebabkan bertambah


28

panjangnya vagina. Rugae menjadi lebih nyata pada nulipara. Pada multipara,
peregangan sebelumnya pada otot polos menyebabkan vagina lunak daripada
nulipara.
Sekresi vagina meningkat, dan peningkatan ini menghasilkan mukus yang
banyak dan berwarna keputihan. Banyak wanita hamil mengalami peningkatan
jumblah cairan vagian ini pada trimester ketiga sehingga perlu menggunakan
pelapis atau pembalut untuk menyerap cairan. Karena stimutasi estrogen,
mukosa

vagina

memetabolisme

glikogen..

Peningkatan

laktobasilus

pada

kehamilan juga meningkatkan metaboklisme ini. Hasil metabolisme glikogen


adalah asam laktat, yang berpengaruh menurunkan pH vagina. Pada introitus
midvagina, forniks anterior dan posterior, Ph berkisar antara 3,5-4,0 sebagai
akibat dari meningkatnya asam laktat dari glikogen pada epitel vagina.
Perubahan juga terjadi pada serviks ketika Ph-nya berkisar antara 5,2 sampai
6,0. Peningkatan keasaman vagina berguna untuk mengontrol pefrtumbuhan
bakteri patogen. Peningkatan ph berhubungan dengan sejumblah flora pada
vagina

(Riedewald

et

ea.,

1990)

( Sumber : Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC )
2.1.2 PAYUDARA DAN LAKTASI
Perubahan siklus terlihat pada jaringan payudara sebagai respon terhadap siklus
menstruasi dan, selama kehamilan, perubahan tersebut kian nyata. Terdapat
banyak sekali simpanan lemak disekitar jaringan glandular. Jumlah duktus
glandular meningkat karena pengaruh estrogen, segangkan jumlah alveoli
kelenjar meningkat karena pengaruh progesteron ( dan laktogen plasenta
manusia, hPL ). hPL juga menstimulasi sintesis kasein, laktoglobulin, dan
laktalbumin

di

alveoli.

Meskipun konsentrasi prolaktin serum meningkat selama kehamilan, hal ini tidak
menyebabkan laktasi, sebab kerja hormon tersebut dihambat oleh estrogen di
tingkat reseptor alveolar. Penurunan drastis kadar estrogen dalam 48 jam
pertama pasca-pelahiran menghilangkan hambatan tersebut; dengan demikian,
proses laktasi pun dimulai. Menjelang akhir periode kehamilan dan diawal
puerperium, payudara menghasilkan kolostrum, sejenis sekresi kental kuning,
yang

kaya

akan

imunoglobulin.

Laktasi meningkat dengan aktivitas pengisapan yang sering sejak dini, sebab
mengisap menstimulasi hipofisis anterior dan posterior untuk melepaskan
oksitosin dan prolaktin, secara berturut-turut. Stres dan rasa takut mengurangi
sintesis dan pelepasan prolaktin sebab kondisi tersebut meningkatkan sintesis
29

dopamin ( faktor penghambat prolaktin ). Selama dua atau tiga hari pertama
puerperium, prolaktin menyebabkan pembesaran payudara, karena alveoli terisi
penuh oleh susu. Oksitosin yang dilepaskan dari hipofis posterior menyebabkan
kontraksi sel-sel mioepitelium disekeliling alveoli dan duktus kecil. Kontraksi ini
meremas susu kedalam duktus yang lebih besar dan reservoir subareola. Selain
itu, oksitosin dapat menghambat pelepasan dopamin, yang akan meningkatkan
keberhasilan

proses

laktasi.

( Sumber : Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan.
Jakarta : EGC)
Fungsi hormone yang mempersiapkan pemberian ASI antara lain sebagai berikut.
a.

Esterogen
Menimbulkan

hipertrofi

sistem

saluran

payudara.

Menimbulkan penimbunan lemak dan air,serta garam sehingga payudara


tampak

makin

besar.

Tekanan saraf-saraf akibat penimbunan lemak,air,dan garam menyebabkan


rasa

sakit

pada

payudara.

b.

Progesteron
Mempersiapkan

asinus

sehingga

Menambah

dapat

sel

c.

berfungsi.
asinus.

Somatomamotrofin

Memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein,laktabumin,dan laktoglobulin.


Penimbunan llemak sekitar alveolus payudara.
Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan
interstisial

payudara.

Hormon

laktogenik

plasenta

(diantaranya

somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus


payudara,

serta

meningkatkan

produksi

zat-zat

kasein,

laktoalbumin,

laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Mammae membesar dan tegang, terjadi


hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah
areola dan papilla akibat pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan
menonjol.
Payudara akan membesar dan kencang, ini karena pada awal pembuahan terjadi
peningkatan hormon kehamilan yang menimbulkan pelebaran pembuluh darah
dan memberi nutrisi pada jaringan payudara.
Dalam 3 bulan pertama,daerah sekitar putting dan putting susu akan terlihat
bewarna lebih gelap, karena terjadi peningkatan persediaan darah keseluruh
tubuh maka daerah sekitar payudara akan tampak bayangan pembuluh30

pembuluh

vena

dibawah

kulit

payudara.

Pada trimester pertama payudara akan terasa penuh, perih dan lebih sensitif
pada saat usia 4 minggu kehamilan. Estrogen dan progesterone adalah hormone
utama yang paling berpengaruh terhadap perubahan payudara tersebut.
Peningkatan estrogen menumbuhkan jaringan lemak, saluran mamae, alveoli
dan putting susu. Progesteron memicu dalam pertumbuhan jaringan glandula
dan alveoli lobular. Setelah dua bulan payudara akan mulai membesar dan
sirkulasi pembuluh darah meluas dengan pembuluh vena menjadi lebih terlihat
di bawah kulit. Puting susu akan menjadi lebih besar dan lebih menonjol. Puting
susu dan areola akan menjadi lebih gelap warnanya.
Tanda

tanda

umum

1. Peningkatan ukuran secara bilateral, seringkali disertai kesemutan tegang dan


nyeri

tekan.

2. Ketika diraba, nodular dan lobulus kasar semakin teraba akibat hipertropi
alvioli

mamae.

3. Muncul rabas kolostrum( cairan kental jernih ) dari puting susu, seiring
berjalannya waktu rabas kolostrum menjadi kuning dan kentalnya berkurang.
4.

polikel

5.
6.

montgomery

Pembesaran
Perluasan

dan

kelenjar

dan

sebasea

peningkatan

peningkatan

pigmen

tasi

di

elektrilitas
areola

(areola

areola.
puting.
primere).

7. Vena subcutan yang melebar biasa terjadi dibawah kulit sebagai jejak vena
kebiruan.
(

Sumber

: http://dinnamelanii.blogspot.com/2012/06/perubahan-anatomi-dan-

adaptasi_24.html, )
2.1.3
Perubahan

SISTEM

ENDOKRIN
Endokrin

Perubahan endokrin yang komplek terjadi selama kehamilan. Banyak hormon


peptida dan steroid, yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin pada kondisi takhamil, justru dihasilkan oleh jaringan intra uterus selama kehamilan. Apa
persisnya pengaruh sumber alternatif tersebut terhadap konsentrasi hormon
sirkulasi, juga aktivitas umpan balik yang mungkin muncul, belum sepenuhnya
dipahami. Banayk hormon melakukan aksinya secara tidak langsung, yakni
dengan berinteraksi dengan sitokin dan kemokin. Selama kehamilan, banyak dari
substansi tersebut banyak mengalami perubahan produksi dan aktivitan yang
mencolok.
Banyak peptida khusus-kehamilan dihasilkan didalam uterus, namun tidak
31

semua menunjukkan fungsi endokrin yang jelas. Diantara peptida yang memiliki
fungsi endokrin, salah satu yang paling dikenal adalah hCG. Hormon ini tersusun
atas subunit-alfa dan-beta; subunit-beta khusus dihasilkan selama kehamilan
dan banyak digunakan pada praktik modern sebagai uji kehamilan yang sensitif.
Hormon ini dihasilkan oleh sel trofoblas dan terdeteksi dalam kadar kecil selama
implantasi. Produksi hCG dipengaruhi oleh faktor inhibitor leukemia sitokin
( leukemia inhibitory hormone, LIF ) dan isoform hormon pelepas-gonadotropin
( gonadotrophin-releasing hormone, GnRH ) yang juga dihasilkan didalam
diplasenta.

Diawal

mempertahankan

periode

fungsi

kehamilan,

korpus

luteum.

hCG

sangat

Ketika

fungsi

berperan
sumber

dalam

penghasil

progesteron di ovarium ini tidak lagi dominan ( setelah progestero yang


dihasilkan plasenta mulai mendominasi selam beberapa minggu terakhir di
trimester pertama kehamilan ), konsentrasi hCG sirkulasi menurun dari kadar
puncak sekitar minggu kesepuluh kehamilan menjadi kadar plateu setelah
minggu

ke-12

kehamilan.

Tiroid
Hormon gonadotrofin korion manusia (HCG) memiliki aktivitas tirotrofik (mungkin
karena subunit-alfanya homolog dengan TSH) dan produksi TSH maternal dapat
ditekan pada trimester pertama kehamilan, yakni ketika hCG mencapai kadar
maksimal. TSH menunjukkan respon yang lemah terhadap injeksi TRH pada
trimester

pertama,

namun

kemudian

respons

tersebut

kembali

normal.

Beberapa peneliti mengungkap keterkaitan hCG atau TSH dengan gejalah mual
dan muntah yang kerap dialami oleh wanita hamil, yang biasanya membaik
setelah trimester pertama. Hiperemesis gravidarum, yang merupakan gejala
mual dan muntah yang ekstrem dan patologis, dapat disebabkan oleh
hipertiroidisme biokimia yang ditandai dengan kadar T4 bebas yang tinggi dan
supresi TSH. Meskipun demikian, secara umum, fungsi tiroid masih dianggap
normal

selama

sisa

periode

kehamilan.

Kebutuhan yodium materna meningakat akibat proses transpor aktif ke unit


fetoplasenta dan karena peningkatan ekskresi yodium di urine. Penurunan kadar
yodium dalam plasma menyebabkan peningkatan ambilan yodium dalam darah.
Jika diet sudah kekurangan yodium, kelenjar titoid akan mengalami hipertofi
untuk

menangkap

banyak

yodium.

( Sumber : Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan.
Jakarta

EGC

Tiroid
32

Pembesaran kelenjar tiroid pada kehamilan telah lama diketahui,dan penelitian


terbaru menyebutkan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami peningkatan
hormon tiroid sebesar 18%. Sebagai informasi tambahan, beberapa peneliti
menemukan bahwa seperempat subjek penelitian mengalami peningkatan
ukuran kelenjar sebesar 25%. Keadaan ini merupakan akibat dari hipertrofi
jaringan kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. Kadar tiroksin (T) meningkat
dalam serum ibu mulai pada bulan kedua kehamilan. Kadarnya menetap pada 9
16 g/dl dibandingkan dengan kadar pada wanita yang tidak hamil, yaitu 5 12
g/dl. Diperkirakan bahwa esterogen sangat mempengaruhi sintetis proteinpeningkatan T4 di hati, menghasilkan suatu kapasitas peningkatan yang
bertanggung jawab terhadap peningkatan kadar T4. Perubahan kadar T4 yang
tidak terikat masih di perdebatkan, dengan beberapa peneletian melaporkan
tidak ada perubahan, beberapa melaporkan ada penurunan, dan ada beberapa
lainnya yang melaporkan ada penurunan, dan ada beberapa lainnya yang
melaporkan mengalami peningkatan. Glionoer dan rekan (1990) beragumentasi
bahwa ada penurunan kadar triodotironin bebas dan T4 selama kehamilan jika di
bandingkan dengan wanita yang tidak hamil, kemungkinan besar disebabkan
oleh

peningkatan

protein

pengikat

tiroid

(Kotak

riset

6-4).

Thyroid releasing hormone (TSH), yang mentimulasi sintesis dan melepaskan


TSH, tidak meningkat selama kehamilan, tetapi tetap dalam rentang nilai normal
wanita yang tidak hamil. Data-data mendukung bahwa karena hCG memiliki
suatu

aktivitas

menstimulasi

seperti

tiroid

THS

untuk

intrisik,

maka

menyekresi

T4.

hCG

secara

Sesungguhnya,

langsung

akan

mungkin

ada

penurunan TSH saat kadar hCG mencapai puncaknya pada akhir trimester
pertama, dan ada hubungan linierantara konsentrasi hCG dan T4 bebas di dalam
serum ibu.
Paratiroid
Data menunjukkan bahwa ada peningkatan hormon paratiroid (PTH), yang
kemungkinan besar disebabkan oleh hyperplasia. Mungkin saja perubahan
kelenjar ini di pengaruhi oleh estrogen dan human plasental lactogen. Kadar PTH
meningkat

secara

progresif

selama

kehamilan

sehingga

kadarnya

pada

kehamilan aterm kira kira 30% 50% di atas kadar wanita yang tidak hamil.
Kelenjar

Adrenal

Ada peningkatan kadar kortisol yang bersikulasi selama kehamilan, yang


sebagian besar diikat oleh globulin pengikat-kortisol. Peningkatan kadar ini
kemungkinan besar disebabkan oleh penurunan pengeluaran metabolisme
33

kortisol, karena tidak dijumpai peningkatan sekresi sortisol secara nyata oleh
adrenal ibu. Kadar hormon adrenokortikotropik menurun selama kehamilan,
sementara kadar kortisol bebas meningkat. Mekanisme ini tidak dipahami secara
jelas.
Pada bulan keempat kehamilan, adrenal ibu meningkatkan jumlah sekresi
aldosteron. Peningkatan ini bahkan lebih terlihat dengan pembatasan asupan
garam peningkatan produksi aldosteron ini mempengaruhi oleh peningkatan
kadar angiotensin II, yang menstimulasi zona glomerulosa dari adrenal untuk
menyekresi

aldosteron.

Telah

muncul

dugaan

bahwa

mekanisme

ini

menyeimbangkan efek pengeluaran garam (natriuretik)terhadap progesteron.


( Sumber : Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC )
BAB

III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehamilan dipengaruhi berbagai hormon diantaranya : estrogen, progesteron,
human chorionic gonadotropin, human somatomammotropin, prolaktin dsb.
Human Chorionic Gonadotropin (hCG) adalah hormon aktif khusus yang berperan
selama

awal

masa

kehamilan,

berfluktuasi

kadarnya

selama

kehamilan.

Perubahan anatomi dan fisiologi pada system reproduksi, payudara dan system
endokrin yang terjadi pada wanita hamil merupakan suatu perubahan yang
normal
Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan
interstisial

payudara.

Hormon

laktogenik

plasenta

(diantaranya

somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus


payudara,

serta

meningkatkan

produksi

zat-zat

kasein,

laktoalbumin,

laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Mammae membesar dan tegang, terjadi


hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah
areola dan papilla akibat pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan
menonjol.

34

35

Anda mungkin juga menyukai