PENYUSUN :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
CHF Fc III ec Mitral Regurgitation.
Sepanjang penyusunan laporan kasus ini, banyak pihak-pihak yang
memberikan kontribusi baik sumbangan waktu, ide, tenaga, dan dukungan
sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Untuk itu, tidak ada
yang dapat kami sampaikan kecuali rasa terima kasih mendalam kepada semua
pihak yang telah membantu.
Kami menyadari laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan
laporan kasus selanjutnya. Terima kasih
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB 1................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................1
BAB 2................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................2
2.1.
Gagal Jantung...................................................................................2
2.1.1. Definisi.............................................................................................2
2.1.2. Epidemiologi....................................................................................2
2.1.3. Etiologi.............................................................................................3
2.1.4. Patofisiologi......................................................................................4
2.1.5. Klasifikasi.........................................................................................8
2.1.6. Manifestasi klinis.............................................................................9
2.1.7. Pemeriksaan Fisik...........................................................................10
2.1.8. Diagnosis........................................................................................11
2.1.9 Penatalaksanaan..............................................................................12
2.2. Mitral Regurgitasi...............................................................................18
2.2.1.Definisi..................................................................................18
2.2.2 Etiologi..................................................................................18
2.2.3.Patogenesis............................................................................19
2.2.4. Diagnosa...............................................................................21
2.2.5.Tatalaksana............................................................................21
BAB 3 STATUS PASIEN................................................................................22
Diskusi Kasus..................................................................................................30
Follow Up Pasien Divisi Kardiologi................................................................35
Kesimpulan......................................................................................................41
Daftar Pustaka..................................................................................................42
BAB 1
PENDAHULUAN
Perkembangan penyakit tidak menular merupakan suatu tantangan pada
dasawarsa terakhir ini. Beberapa penyakit tidak menular seperti penyakit jantung,
stroke, diabetes melitus, dan parkinson pada umumnya menjadi penyebab kematian
nomor satu pada orang dewasa, seiring dengan berubahnya pola hidup. 1
Diperkirakan bahwa 5,3 juta warga Amerika saat ini memiliki gagal jantung
kronik dan setidaknya ada 550.000 kasus gagal jantung baru didiagnosis setiap
tahunnya. Berdasarkan data dari WHO (2012), dari sekitar 56 juta orang yang
meninggal di tahun 2012, ada sebanyak 17,5 juta orang yang meninggal karena
gangguan kardiovaskuler. 1
Di Indonesia belum ada data epidemiologi untuk gagal jantung, namun pada
Survei Kesehatan Nasional 2003 dikatakan bahwa penyakit sistem sirkulasi
merupakan penyebab kematian utama di Indonesia (26,4%) dan pada Profil
kesehatan Indonesia 2003 disebutkan bahwa penyakit jantung berada di urutan kedelapan (2,8%) pada 10 penyakit penyebab kematian terbanyak di rumah sakit di
Indonesia. 1
Penyakit gagal jantung itu sendiri bisa disebabkan oleh banyak hal,
diantaranya Coronary Artery Disease, Diabetes Mellitus, Hipertensi, Penyakit
Jantung Kongenital, Chronic Pulmonary Disease dan beberapa gangguan valvuler.
Diantara seluruh penyebab gagal jantung, yang paling sering menyebabkan gagal
jantung akut adalah regurgitasi valvular akut (mitral atau aorta), diikuti Infark
Miokard, Miokarditis, Aritmia, Obat-obatan ( overdosis CaCB atau Beta-blocker)
dan sepsis. 1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gagal Jantung
2.1.1. Definisi
Gagal jantung merupakan kelainan dari struktur jantung atau fungsi jantung
yang mengakibatkan gagalnya jantung untuk memompa darah ke jaringan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen atau jantung hanya dapat memompa darah ke
jaringan jika tekanan pengisian jantung meningkat diatas normal.2Gagal jantung
biasanya disertai dengan simptom sesak napas dan mudah lelah serta adanya edema
dan ronki basah. Gagal jantung dapat dihasilkan dari berbagai kondisi jantung
dengan adanya penurunan kemampuan pompa jantung.3
2.1.2. Epidemiologi
Diperkirakan pada tahun 1983 kejadian Congestive Heart Failure (CHF) di
Amerika sekitar 214.000 pada laki-laki dan 184.000 pada wanita. Perhitungan
prevalensi sekitar 2,3 juta orang dengan adanya peningkatan yang nyata pada
penambahan usia dan laki-laki lebih banyak terkena dibanding wanita. 90% pasien
CHF memiliki hipertensi sistemik atau penyakit arteri koroner, atau keduanya.
Adanya diabetes mellitus meningkatkan resiko CHF disetiap usia.2
Diperkirakan terdapat sekitar 2,3 juta orang mengidap gagal jantung di
seluruh dunia. American Heart Association memperkirakan terdapat sekitar 4,7 juta
orang menderita gagal jantung di Amerika sekitar pada tahun 2000 dan dilaporkan
terdapat 550.000 kasus baru setiap tahun. Prevalensi gagal jantung di Eropa dan
Amerika sekitar Kira-kira 1-2%. Insidensi dan prevalensi gagal jantung meningkat
secara dramatis sesuai dengan peningkatan umur. Studi Framingham menunjukkan
peningkatan prevalensi gagal jantung, mulai 0,8% untuk orang berusia 50-59
hingga 2,3% untuk orang dengan usia 60-69 tahun. Gagal jantung merupakan
diagnosa utama pada pasien dirumah sakit dengan untuk usia lebih dari 65 tahun
pada tahun 1993.2
2.1.3. Etiologi
Tabel 2.1. Penyebab Gagal Jantung Kiri
Gangguan Kontraktilitas
Infark Myocardium
Transient Myocardial Ischemia
Beban volume : regurgitasi katup (mitral atau aorta)
Kardiomiopati dilatasi
Peningkatan afterload (beban tekanan)
Hipertensi sistemik
Obstruksi aliran : stenosis aorta
Obstruksi pengisian ventrikel kiri
Stenosis mitral
Konstriksi pericardial atau tamponade
Gangguan relaksasi ventrikel
Hipertrofi ventrikel kiri
Kardiomiopati hipertrofi
Kardiomiopati restriktif
Sumber : Sah, R.V., Fifer, M.A., 2011. Heart Failure. In : Lilly, L.S., ed.
Pathophysiology of Heart Disease. 5th ed. Philadelphia : Lippincott William &
Wilkins.2
Sumber : Sah, R.V., Fifer, M.A., 2011. Heart Failure. In : Lilly, L.S., ed.
Pathophysiology of Heart Disease. 5th ed. Philadelphia : Lippincott William &
Wilkins.
2.1.4. Patofisiologi
Gagal jantung kronis merupakan hasil dari variasi yang luas dari gangguangangguan kardiovaskular. Etiologinya dapat dibagi kedalam grup (1) gangguan
kontraktilitas ventrikel, (2) afterload yang meningkat, (3) gangguan relaksasi
ventrikel dan pengisian ventrikel. Gagal jantung yang diakibatkan oleh gangguan
dari pengosongan ventrikel (dikarenakan gangguan kontraktilitas atau tingginya
afterload) disebut kegagalan sistolik dan gagal jantung yang diakibatkan oleh
gangguan relaksasi ventrikel atau pengisian ventrikel disebut kegagalan diastolik2
Impaired
Afterload
Contractility
(Chronic Pressure
Overload)
Myocardial Infarction
Transient myocardial
ischemia
Chronic volume
overload
MR
Heart Failure
Preserved ejection fraction
(Diastolic Dysfunction)
Impaired Diastolic
filling
overload yang menyebabkan resistensi atau tahanan aliran sehingga stroke volume
menjadi berkurang. Sementara itu, gangguan fungsi diastolik terjadi akibat
gangguan relaksasi miokard, dengan kekakuan dinding ventrikel dan berkurangnya
>>
starli
Ventr
Str
ikule
>
>
oke
>>
vol
Hype
Ventr
rtrop
ikule
Sumber : Sah, R.V., Fifer, M.A., 2011. Heart Failure. In : Lilly, L.S., ed.
Pathophysiology of Heart Disease. 5th ed. Philadelphia : Lippincott William &
Wilkins.
masa serabut
ventrikel.3,4
Perubahan Neurohumoral
Perubahan neurohumoral pada awal gagal jantung merupakan respon yang
menguntungkan, namun selanjutnya menyebabkan perburukan pada gagal jantung.
Respon ini menghasilkan beberapa perubahan hemodinamik, seperti vasokrontriksi
dan retensi volume air. Selain itu, respon ini juga menyebabkan reaksi inflamasi
dan berpengaruh pada perkembangan waktu menurut kompensasinya. Aktivasi
reaksi neurohumoral di mulai dari aktivitas sistem saraf simpatis.2,4,5
sekresi renin merangsang terbentuknya angiotensin II. Aktivasi sistem ReninAngiotensin-Aldosteron dimaksudkan mempertahankan cairan, keseimbangan
elektrolit, tekanan darah yang cukup.
2.1.5. Klasifikasi
Gagal jantung di klasifikasikan berdasarkan jenis dan tingkat kelainan untuk
mencapai terapi. Pengklasifikasian juga diperlukan untuk membantu memantau
respon pengobatan. Berbagai klasifikasi gagal jantung ditentukan berdasarkan
patofisiologi, gejala dan kapasitas aktifitas. Berikut klasifikasi gagal jantung :
Tabel 2.3. Klasifikasi gagal jantung menurut New York Heart Association7
NYHA Class I
NYHA Class II
jantung
berdebar-debar
keterbatasan
aktifitas
NYHA Class IV
dan
semakin
ketika
aktifitas listrik.
tidak
melakukan
mA
Stadiu
mB
Stadiu
mC
Stadiu
mD
Tanda
Spesifik
Peningkatan TVJ
Refluks hepatojugular
Suara jantung S3
Apex jantung bergeser ke lateral
Bising jantung
>2kg/minggu
Berat badan turun (gagal jantung
perkusi
stadium lanjut)
Perasaan kembung atau begah
Nafsu makan menurun
Perasaan bingung( terutama pasien
Kurang spesifik
Edema perifer
Krepitasi pulmonal
Suara pekak dibasal paru pada
Takikardia
Nadi irreguler
Nafas cepat
Hepatomegali
10
usia lanjut)
Depresi
Jantung berdebar debar
Pingsan
Ascites
Kaheksia
Sesak pada gagal jantung memiliki banyak faktor, tetapi yang paling
penting adalah kongesti pulmonal dan akumulasi cairan di interstisial atau
intraalveolar. Faktor lain yang menyebabkan sesak saat aktivitas adalah adanya
penurunan pengembangan paru, meningkatnya resistensi saluran napas, kelelahan
otot pernapasan, dan anemia. Gejala lain yang sering terjadi pada gagal jantung
adalah :
a. Orthopnea
Orthopnea merupakan sesak saat terjadi perubahan posisi. Ini disebabkan
karena redistribusi cairan dari sirkulasi splanknik dan ektremitas bawah ke sirkulsi
sentral saat perubahan posisi, dengan terjadi peningkatan tekanan kapiler pulmonal.
Batuk saat malam sering dijumpai. Orthopnea biasanya mereda jika duduk dengan
tegak atau penambahan bantal5.
b. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND)
Ini merupakan episode akut dari sesak dan batuk yang muncul saat malam
hari sehingga pasien terbangun dari tidur. PND bisa bermanifestasi sebagai batuk
atau mengi, ini karena terjadi peningkatan tekanan di arteri bronkialis karena
kompresi saluran napas serta terjadi edema yang menyebabkan resistensi saluran
napas meningkat.5
c. Respirasi Cheyne-Stokes
Berkaitan dengan penurunan curah jantung. Disebabkan karena penurunan
sensitivitas dari pusat respirasi terhadap PCO2. Terdapat fase apneu saat PO2
menurun dan PCO2 meningkat. Perubahan ini menyebabkan depresi pusat respirasi
menyebabkan hipervetilasi dan hipokapnia, diikuti periode apnea rekuren.5
d. Gejala lain
Dapat berupa gejala saluran pencernaan berupa anoreksia, mual, dan cepat kenyang
yang disebabkan karena kongesti hati.5
Untuk penegakan diagnosis gagal jantung, dikenal adanya kriteria
Framingham yang terdiri atas kriteria mayor dan minor yaitu :
Tabel 2.5 Kriteria Framingham dalam menegakkan gagal jantung yaitu
berupa criteria mayor dan minor
Kriteria Mayor
Kriteria Minor
11
Paroxymal
Dyspnea
Distensi Vena Leher
Ronki
Kardiomegali
Edema paru akut
S3 Gallop
Peningkatan TVJ
Refluks hepatojugular
Nocturnal
Edema Ekstremitas
Batuk malam hari
Sesak saat beraktivitas
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari
normal
Takikardi > 120 x/i
Kriteria ini ditegakkan jika ada 2 gejala mayor atau 1 gejala mayor dan 2
gejala minor yang harus ada pada saat yang bersamaan.5
12
terutama di zona atas pada tahap awal, bila tekanan vena pulmonal lebih dari 20
mmHg dapat timbul gambaran cairan pada fisura horizontal dan garis Kerley B
pada sudut kostofrenikus. Bila tekanan lebih dari 25 mmHg didapatkan gambaran
batwing pada lapangan paru yang menunjukkan adanya edema paru
13
bermakna.Dapat pula tampak gambaan efusi pleura bilateral, tetapi bila unilateral,
yang lebih banyak terkena adalah bagian kanan.4
d. Biomarker
Kriteria mayor atau minor dengan diikuti adanya penurunan berat badan 4,5
kg dalam 5 hari pengobatan.Berdasarkan gejala dan penemuan klinis, diagnosis
gagal jantung dapat ditegakkan bila pada pasien didapatkan paling sedikit 1
kriteria mayor + 2 kriteria minor dari kriteria Framingham. Ekokardiografi
merupakan
pemeriksaan
non-invasif
yang
sangat
berguna
pada
gagal
Terapi Farmakologi
1. Glikosida Jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan adalah peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena dan volume darah, serta peningkatan diuresis dan
mengurangi edema. Preparat digitalis seperti digoxin 0,5 mg secara IV atau IM
terutama bila sudah ada takikardia supraventrikular.5
2. Terapi Diuretik
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal.
Penggunaan harus hati hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
Pemberian diuretik seperti furosemide (40- 80 mg) secara IV.5
3. Penghambat ACE
Penghambat ACE bermanfaat untuk menekan aktivasi neurohormonal, dan
pada gagal jantung yang disebabkan disfungsi sistolik ventrikel kiri. 5
4. Penyekat Reseptor Beta
14
15
16
17
Pathology
Senile calcification
Left ventricular dilatation and enlargement of the annulus
Abscess formation during infective endocarditis
Infective endocarditis
Rheumatic fever
Prolapsing (floppy) mitral valve
Congenital malformation
Connective tissue disorders-Marfan syndrom, EhlersDanlos syndrome
Osteogenesis imperfecta, pseudoxanthoma elasticum
Chordae tendinae
Idiopathic rupture
Myxomatous degeneration
Infective endocarditis
Connective tissue disorders
Papillary muscle
Myocardial infarction
Infiltration-sarcoid, amyloid
Myocarditis
18
19
keadaan tersebut, maka jumlah darah akibat regurgitasi yang balik ke atrium kiri akan
bertambah dan akan menurunkan besar curah jantung. Penurunan curah jantung ini
akan menimbulkan gejala klinis mudah lelah dan lemah pada pasien. Selain atrium kiri
yang berdilatasi ventrikel kiri juga mengalami hipertrofi karena volume overload yang
terjadi pada saat diastol. Hal ini untuk mempertahankan besar stroke volume yang
memenuhi kebutuhan. Namun volume overload yang terus-menerus dapat
memperburuk fungsi sitolik ventrikel, curah jantung berkurang dan merupakan tandatanda gagal jantung.2
Pada pasien dengan akut mitral regurgitasi biasanya ditemui tanda-tanda
edema pulmonal. Namun pada kronik mitral regurgitasi umumnya ditandai dengan
curah jantung yang rendah, khususnya pada saat olahraga, beraktivitas yang
menybabkan cepat lelah dan lemah. Pasien dengan mitral regurgitasi berat atau
dengan disfungsi kontraksi ventrikel kiri sering mengeluh dyspnea, orthopnea, dan
paroxysmal nocturnal dyspnea. Pada pasien dengan kronik mitral regurgitasi berat,
symptom gagal jantung kanan seperti edema perifer sering terjadi.2
20
2.2.4. Diagnosis
Diagnosis mitral regurgitasi dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan auskultasi didapati suara murmur yaitu pansistolik
murmur yang menyebar ke aksila, selain itu pada inspeksi leher ditemui
peningkatan tekanan vena jugularis.
b. Elektrokardiografi
Pada hasil Ekg umumnya memiliki kesan pembesaran atrium kiri, atrial
fibrilasi dan biventricular hipertrofi,.
c. Foto Thoraks
Pada foto thoraks didapati apex downward, pembesaran jantung bagian kiri,
dan adanya kesan kongesti paru.
d. Ekokardiografi
2.2.5. Tatalaksana
Pemberian obat Diuretik dan Ace Inhibitor ditujukan untuk memperbaiki
kondis kongesti yang terjadi. Terapi dapat ditambahi dengan obat-obatan untuk
mengatasi penyebab primer mitral regurgitasi.2
21
BAB 3
STATUS PASIEN
Kepanitraan Klinik Senior
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler
Fakultas Kedokteran USU/ RS Adam Malik Medan
Rekam Medik
No: 00.58.94.93
Hari: Jumat
Umur : 43 tahun
Seks: LK
Pekerjaan: Wiraswasta
Tlp: 085373882423
Keluhan Utama
: Sesak napas
Anamnesa
rumah sakit saat perjalan pulang kampung. Sesak dirasakan selama 1-2 jam dan
berkurang dengan istirahat yang lama. Sesak disertai dengan kaki bengkak, batuk
berbuih dan warna
sebulan.Os
mendapat
pengobatan
berupa
Digoxin,
Spironolakton,
22
: Hernia inguinalis
:Digoxin,
Furosemid,
Spironolacton,
Isosorbit
Kesadaran: CM
ikterus(-)
edema (+)
pucat (-)
Pemeriksaan Fisik:
Kepala:
Leher:
Dinding toraks:
Batas Jantung:
Perkusi: Sonor
Kanan: LSD
Bawah : Diafragma
Suara tambahan : ronkhi basah basal (+/+) pada kedua lap. paru bawah
wheezing (-)
Jantung : S1(+) normal, S2(+) normal, S3 (-), S4(-), irreguler
Murmur (+) Pansistolik Murmur, gallop (-)
Punctum maximum: apeks
Paru:
Suara Pernafasan: Vesikuler
Suara tambahan: Ronki basah basal (+/+) pada kedua lapangan paru,
wheezing (-)
Abdomen :
23
Palpasi
Ekstremitas
24
Aritmia, QRS rate 70x, QRS axis normal, Gel P Tidak Teridentifikasi, PR Interval
Tidak Teridentifikasi, QRS duration 0,06, Gel T Inversi : V3-V6, Q patologis : V1
Kesan EKG:
Atrial Fibrilasi + Iskemik Anterolateral
25
CTR: 12/21 = 57 %
Trakea : medial
Segmen Aorta: normal
Segmen Pulmonal:Normal
Pinggang Jantung: Mendatar
Apeks: Downward
Kongesti: (+)
Infiltrat: (-)
Efusi pleura bilateral
Kesan: Kardiomegali + Efusi pleura
26
Ekokardiografi
Maret 2015) :
5.
6.
7.
8.
9.
(2
27
Kesimpulan :
1. Fungsi sistolik LV menurun, EF = 30%
Wall Motion hipokinetik di Anteroseptal, Inferior, Posterior.
Normo kinetik di segmen lain.
2. Dimensi ruang jantung all chamber dilatasi
3. Katup-katup Jantung MR moderate, TR mild-moderate, PR mild-moderate
4. Kontraktilitas RV baik
Hasil Laboratorium:
Hemoglobin: 13,1 g%
Eritrosit : 5,38 x 10 6 /mm
Leukosit: 36,81 x 10 3/mm
Hematokrit: 39,0 %
Platelet : 230 x103/mm
Kesan: Leukositosis
KGD Sewaktu: 147,3 mg/dl
Kesan: Normal
Fungsi Ginjal :
Ureum: 42,7 mg/dl
Kreatinin: 1,31 mg/dl
Kesan: Kreatinin sedikit meningkat
Elektrolit:
Natrium (Na) : 126 mEq/L
Kalium (K): 4,5 mEq/L
Klorida (Cl): 93 mEq/L
Kesan : Hiponatremia
PT+INR
Waktu protombin
INR : 1,36
28
APTT
Waktu thrombin
: CHF fc III
Anatomi
Etiologi
: MR Moderate + Atherosklerosis
Pengobatan:
Bed rest Semifowler
O2 2 4 l/I nasal canulle
IVFD NaCl 0,9% 10 gtt/menit (mikro)
Inj. Furosemid 20 mg / 8 jam IV
Spironolacton 1 x 25 mg
Digoxin 1 x 0,25 mg
Simarc 1 x 2 mg
Rencana pemeriksaan lanjutan: EKG setiap hari ; Cek RFT, DR, LFT, GDS,
Albumin, Urinalisa
Prognosis :
29
DISKUSI KASUS
1.
Teori
Gagal
jantung
adalah
sindroma
klinis
(sekumpulan
tanda
dangejala),ditandai oleh sesak nafas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas)
yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.7,8
Tabel 3.1 Gejala klinis Gagal Jantung
Gagal Jantung Kiri
Gejala
Temuan Klinis
Dyspnoea
Orthopnoea
Paroxysmal
Nocturnal
Dyspnoea
Fatigue
Diaphoresis
Takikardi
Takipnoe
Ronki paru
Klinis
Tekanan Vena
Jugularis
Meningkat
Hepatomegali
kuadran kanan
P2 Mengeras
Edem perifer
atas
S3 gallop
Tabel 3.2 Kriteria Framingham dalam menegakan gagal jantung yaitu
berupa kriteria mayor dan minor
Kriteria Mayor
Paroxysmal
Nocturnal
Dyspnea
Distensi Vena Leher
Ronkhi
Kardiomegali
Edema paru akut
S3 Gallop
Kriteria Minor
Edema Ekstremitas
Batuk malam hari
Sesak saat beraktivitas
Hepatomegali
Efusi Pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3
dari normal
Peningkatan TVJ
Refluks hepatojugular
Pasien:
Ananmnesa dijumpai:
-Sesak nafas
- Os mudah capek saat bekerja
- Batuk berbuih
- PND, OP, DOE
- Kaki bengkak
30
31
2. Teori:
NYHA Class I
NYHA Class II
berdebar-debar
ataujpun
sesak nafas.
Sedikit keterbatasan aktifitas fisik:
merasa nyaman ketika istirahat tetapi
aktivitas
fisik
menimbulkan
NYHA Class III
biasa
lelah,
sudah
jantung
tetapi
symptom
akan
Pasien : Os mengaku sering merasa mudah lelah saat bekerja dan berdiri lebih dari
30 menit sudah merasa sesak.
Terdapat keterbatasan yang nyata pada saat beraktiitas fisik, merasa nyaman saat
beristitahat : termasuk dalam NYHA class III.
32
2.Teori
Anamnesa:
Gejala klinis yang dialami pasien Gejala mitral regurgitasi kronik terjadi akibat
sebagian darah dari ventrikel kiri balik ke atrium kiri saat sistol, dan pada saat saat
diastol selanjutnya volume darah yang masuk ke ventrikel kiri lebih besar dari volume
darah yang biasa, karena selain darah dari vena pulmonal, darah yang terdapat di atrium
kiri akibat regurgitasi sebelumnya juga masuk ke ventrikel kiri. Sehingga volume darah
yang berlebihan pada ventrikel kiri pada saat diastol selanjutnya menyebabkan tekanan
diastolik ventrikel kiri semakin lama semakin meningkat. Peningkatan tekanan diastolik
ventrikel kiri secara cepat ditransmisikan ke atrium kiri dan kembali ke sirkulasi
pulmonal, hal ini menimbulkan manifestasi klinis sesak nafas dan edema pulmonal.
Untuk proses kronik, kejadian ini menimbulkan dilatasi ventikel kiri dan meningkatkan
ketebalan ventrikel kiri (hypertrophy). Dilatasi ini menyebabkan peningkatan
compliance ventrikel kiri dan menyebabkan volume regurgitasi yang semakin besar ke
atrium kiri sehingga lama kelamaan atrium kiri juga ikut berdilatasi. Hal ini
akanmenurunkan tekanan di atrium kiri dan semakin menambah jumlah darah yang
balik saat sistol. Keadaan diatas menyebabkan penurunan curah jantung yang
menimbulkan gejala-gejala klinis selain sesak nafas, juga mudah lelah, terutama saat
beraktivitas dan adanya sensasi tidak nyaman karena kuatnya tekanan denyut jantung
.Pasien dengan mitral regurgitasi berat juga memicu disfungsi kontraksi ventrikel kiri
yang menimbulkan gejala-gejala klinis seperti orthopnu, dipsnu dan paroxysmal
nocturnal dyspnea. Jika keadaan tersebut menjadi kronik maka akan menimbulkan
gejala gagal jantung kanan seperti edema perifer.
Pasien:
Terdapat gejala sesak nafas, mudah lelah terutama saat beraktivitas.Selain itu os
juga mnegeluh kakinya sering bengkak jika sudah berdiri lama. Akibat keadaan ini os
merasa tidak nyaman dengan kondisinya.
Pemeriksaan Fisik:
Teori:
Manifestasi mitral regurgitasi kronik yang berat sering menyebabkan penurunan
curah jantung dan disfungsi kontraksi ventrikel kiri menyebabkan timbulnya tandatanda gagal jantung kanan. berupa edema perifer yang tampak pada kedua kaki pasien
33
yang membengkak. Mitral regurgitasi juga menyebabkan adanya murmur yang terjadi
pada saat sistol. Hal ini dapat ditemukan pada saat dilakukan auskultasi.
Pasien:
Pada pemeriksaan fisik dijumpai adanya edema kedua tungkai bawah dan murmur
pada saat sistol.
Pemeriksaan Penunjang
Teori:
Pada foto thoraks dijumpai adanya pembesaran ventrikel kiri namun, adanya tandatanda kongesti paru mungkin terlihat jika sudah terdapat gagal jantung . Pembesaran
atrium kiri mungkin terlihat pada pengambilan foto secara anteroposterior.
Pasien:
Pada pemeriksaan EKG dijumpai adanya LVH dan pada pemeriksaan foto thoraks
dijumpai adanya kardiomegali dengan CTR 57%, juga dijumpai adanya kongesti paru.
Pada echocardiography menunjukkan adanya MR moderate, TR mild-moderate, PR
mild-moderate, dengan ejection fraction 30 % yang menunjukkan penurunan fungsi
sistolik ventrikel kiri dandimensi ruang jantung all chamber dilatasi.
34
Rencana
/tang
gal
27/0
Mual
2/15
Sens:CM
CHF Fc
Bed
(-),
TD:130/70
III
ng
Rua
munta
mmHg
MR
Semifowler
O2 2 4 l/I
nga
h (-),
HR: 82 x/i
modera
urin
sesak
RR:22x/i
te-
nasal kanul
IVFD NaCl
nafas
(+)
ec
0,9%
severe
rest
10
gtt/menit
Kepala:
(mikro)
Inj.
tetapi
Mata: anemis
mulai
(-/-), ikterik
Furosemid
berkur
(-/-)
20 mg / 8
Leher:TVJ
jam IV
Spironolact
ang
on 1 x 25
(R+2 cmH20)
Thorax: S1S2
reguler,
Murmur (+)
pansistolik,
gallop (-)
Pulmo: SP :
vesikuler, ST :
ronki basah
basal (+/+)
Abdomen:
simetris,
soepel,
mg
Digoxin 1 x
0,25 mg
Simarc 1 x
2 mg
Memasa
kateter
periksa
urin
output,
follow
up
35
Hepar /Limfa :
tidak teraba
Extrimitas
inferior dan
superior :
edema (+/+),
akral hangat
Sens:CM
CHF Fc
Bed
Semifowler
O2 2 4 l/I
Koreksi
02/0
Mual
3/15
(-),
TD:100/80
III
Rua
munta
mmHg
MR
nga
h (-),
HR: 60 x/i
modera
nasal
albumin
sesak
RR:24x/i
te-
canulle
IVFD NaCl
(hasil lab
nafas
(+)
ec
severe,
0,9%
Kepala:
10
gtt/menit
Mata: anemis
(-/-), ikterik
rest
(-/-)
(mikro)
Inj.
Furosemid
20 mg / 8
Leher:TVJ
(R+2 cmH20)
Thorax: S1S2
jam IV
Captopril 3
x 6,25 mg
Spironolact
on 1 x 25
reguler,
Murmur (+)
mg
Digoxin 1 x
0,25 mg
Simarc 1 x
2 mg
Cefriaxon
1gr/12 jam
Ciprofloxac
pansistolik,
gallop (-)
Pulmo: SP :
vesikuler, ST :
ronki basah
basal (+/+)
in
mg
2x500
Follow
up,
2,6 g/dl
=
hipoalbu
min),
echocard
iograph
36
Abdomen:
simetris,
soepel,
Hepar /Limfa :
hepar teraba 3
jari bawah
arcus costa
Extrimitas
inferior dan
superior :
edema (+/+)
mulai
berkurang,
akral hangat
Sens:CM
CHF Fc
Bed
rest
Periksa
(-),
TD:110/70
III
serum
Rua
munta
mmHg
MR
Semifowler
O2 2 4 l/I
nga
h (-),
HR: 78 x/i
modera
sesak
RR:20x/i
te-
03/0
Mual
3/15
nafas
(+)
ec
severe
nasal
berkur
Mata: anemis
ang
(-/-), ikterik
Leher:TVJ
(mikro)
inj
Furosemid
20mg/8jam
Spironolact
on 1 x 25
(R+3 cmH20)
mg
Digoxin 1 x
0,25 mg
Simarc 1 x
Thorax: S1S2
reguler,
Murmur (+)
10
gtt/menit
(-/-)
pasca
canulle
IVFD NaCl
0,9%
Kepala:
2 mg
albumin
koreksi
37
Pansistolik,
Cefriaxon
1gr/12jam
KSR 1x600
mg
Albumin
gallop (-)
30% 50 mL
Pulmo: SP :
vesikuler, ST :
ronki basah
2fl
Alprazolam
1x 0,5 mg
basal (+/+)
Abdomen:
simetris,
soepel,
Hepar /Limfa :
hepar teraba 3
jari bawah
arcus costa
Extrimitas
inferior dan
superior :
edema (+/+),
akral hangat
OS mengaku
sulit tidur
Sens:CM
CHF Fc
Bed
(-),
TD:110/70
III
Rua
munta
mmHg
MR
Semifowler
O2 2 4 l/I
nga
h (-),
HR: 60 x/i
modera
sesak
RR:22x/i
te-
04/0
Mual
3/15
nafas
ec
severe
rest
nasal
canulle
IVFD NaCl
Follow
up
38
(+)
Kepala:
0,9%
Mata: anemis
gtt/menit
(-/-), ikterik
(mikro)
inj
(-/-)
Furosemid
20mg/8jam
Leher:TVJ
(R+2 cmH20)
mg
Digoxin 1 x
0,25 mg
Simarc 1 x
2 mg
KSR 1x600
mg
Ceftriaxon
1gr/12 jam
Alprazolam
1x0,5 mg
Rampril 1x
Murmur (+)
Pansistolik,
gallop (-)
Pulmo: SP :
vesikuler, ST :
ronki basah
basal (+/+)
Abdomen:
simetris,
2,5 mg
soepel,
Hepar /Limfa :
tidak teraba
Spironolact
on 1 x 25
Thorax: S1S2
reguler,
10
Extrimitas
inferior dan
superior :
edema (-/-),
akral hangat
BAB 4
KESIMPULAN
39
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Sutanto. Awas 7 Penyakit Degeneratif. Paradigma Indonesia : Yogyakarta.2009
2. Lilly, L.,Heart Failure. Pathophysiology of heart disease 5th edition. Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins. 2011
3. Leman, S., Regurgitasi Mitral. Buku Ajar Ilmu Penyakti Dalam Jilid II. Jakarta :
Interna publishing.2010
4. European Society of Cardiology., Guideline for the diagnosis of heart failure. EHJ :
741 51. 1995
5. McMurray, J.J.V., ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and
chronic heart failure. Eurheartj 104. 2012
6. OGara, P.,Mitral Regurgitation. Harrisons Cardiovascular Medicine. McGraw Hill.
2010
7. Panggabean, M.M., Gagal Jantung. In : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna
Publishing : Jakarta. 2010