Oleh :
ARDILES
I.
DEFINISI
1,3
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari
kata Khirrosyang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan
warna pada nodul-6 nodulyang terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat
dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan disorganisassi yang difuse
dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi
jaringan mengalami fibrosis.
Secara lengkap Sirosis hati adalah Kemunduran fungsi liver yang
permanen yang ditandai dengan perubahan histopatologi. Yaitu kerusakan
pada sel-sel hati yang merangsang proses peradangan dan perbaikan sel-sel
hati yang mati sehingga menyebabkan terbentuknya jaringan parut. Sel-sel
hati yang tidak mati beregenerasi untuk menggantikan sel-sel yang telah
mati.
Akibatnya,
terbentuk
sekelompok-sekelompok
selsel
hati
baru
dari
arsitektur
hepardan
pembentukan
nodulus
regeneratif.
2. Makronodular
sirosis makronodular ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan
bervariasi, mengandung nodul yang besarnya juga bervariasi ada nodul besar
didalamnya ada daerah luas dengan parenkim yang masih baik atau terjadi
regenerasi parenkim.
3.
Campuran
(yang
memperlihatkan
gambaran
mikro-dan
makronodular)
B. Secara Fungsional Sirosis terbagi atas :
1. Sirosis hati kompensata
Sering disebut dengan Laten Sirosis hati. Pada stadium kompensata ini belum
terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan pada saat
pemeriksaan screening.
2. Sirosis hati Dekompensata
Dikenal dengan Active Sirosis hati, dan stadium ini. Biasanya gejala-gejala
sudah jelas, misalnya : ascites, edema dan ikterus.
C. Klasifikasi sirosis hati menurut Child Pugh :
Skor/parameter
Bilirubin(mg %)
Albumin(mg %)
Protrombin time
(Quick %)
1
< 2,0
> 3,5
2
2-<3
2,8 - < 3,5
3
> 3,0
< 2,8
> 70
40 - < 70
< 40
Asites
Min. sedang
(+) (++)
Banyak (+++)
Tidak
1,0-2,0
3,0-4,0
Tidak ada
Stadium 1 & 2
Stadium 3 & 4
Ensefalopaty
hepatikum
Hepatic
Encephalopathy
1,3,4
pertama-tama
pergelangan-
pergelangan kaki dan kaki-kaki karena efek gaya berat ketika berdiri atau
duduk. Akumulasi cairan ini disebut edema atau pitting edema. Pitting edema
merujuk pada fakta bahwa menekan sebuah ujung jari dengan kuat pada suatu
pergelangan atau kaki dengan edema menyebabkan suatu lekukan pada kulit
yang berlangsung untuk beberapa waktu setelah pelepasan dari tekanan.
Ketika sirosis memburuk dan lebih banyak garam dan air yang tertahan, cairan
juga mungkin berakumulasi dalam rongga perut antara dinding perut dan
organ-organ perut. Akumulasi cairan ini (disebut ascites) menyebabkan
pembengkakkan perut, ketidaknyamanan perut, dan berat badan yang
meningkat.
Ada 3 faktor yang mempengaruhi terbentuknya asites:
1. Tekanan koloid osmotik plasma
Biasanya tergantung pada kadar albumin plasma. Pada keadaan normal
albumin dibentuk di hati, bila fungsi hati terganggu maka pembentukan
albumin juga terganggu sehingga tekanan koloid osmotik plasma ikut
menurun.
2. Tekanan vena porta
Lebih banyak cairan yang masuk ke dalam kavum peritoneal daripada yang
meninggalkan kavum peritoneal menyebabkan terjadinya asites
3. Perubahan elektrolit
Penumpukan cairan di kavum peritoneal akan mengakibatkan pengurangan
cairan dalam badan, yang akan menyebabkan terjadinya retensi natrium
dan air pada ginjal
pasien
dengan
sirosis
dan
ascites,
dan
merupakan
suatu
kegawatdaruratan.
Cairan dalam rongga perut (ascites) adalah tempat yang sempurna untuk
bakteribakteri berkembang. Secara normal, rongga perut mengandung suatu
jumlah yang sangat kecil cairan yang mampu melawan infeksi dengan baik,
dan bakteri-bakteri yang masuk ke perut (biasanya dari usus) dibunuh atau
menemukan jalan mereka kedalam vena portal dan ke hati dimana mereka
dibunuh. Pada sirosis, cairan yang mengumpul didalam perut tidak mampu
untuk melawan infeksi secara normal. Sebagai tambahan, lebih banyak bakteribakteri menemukan jalan mereka dari usus kedalam ascites. Oleh karenanya,
infeksi didalam perut dan ascites, dirujuk sebagai spontaneous bacterial
peritonitis atau SBP, kemungkinan terjadi. SBP adalah suatu komplikasi yang
mengancam nyawa. Beberapa pasien-pasien dengan SBP tdak mempunyai
gejalagejala,
dimana yang lainnya mempunyai demam, kedinginan, sakit perut dan
kelembutan perut, diare, dan memburuknya ascites.
Organism
No. of Isolates (%) (N = 263)
Escherichia coli
121 (46)
Streptococcus and group D streptococci
80 (30)
Klebsiella pneumoniae
24 (9)
Other aerobic gram-negative bacilli
22 (8)
Anaerobes
2 (<1)
Other Staphylococus spp., diphtheroids
15 (6)
Tabel bakteri penyebab Peritonitis bakterial spontan
3.
Perdarahan
dari
Varises-Varises
Varices)
5
Kerongkongan
(Oesophageal
Pada sirosis hati, jaringan parut menghalangi aliran darah yang kembali
ke jantung dari usus-usus dan meningkatkan tekanan dalam vena portal
(hipertensi portal). Ketika tekanan dalam vena portal menjadi cukup tinggi, ia
menyebabkan darah mengalir di sekitar hati melalui vena-vena dengan
tekanan yang lebih rendah untuk mencapai jantung. Vena-vena yang paling
umum yang dilalui darah untuk membypass hati adalah vena-vena yang
melapisi bagian bawah dari kerongkongan (esophagus) dan bagian atas dari
lambung.
Sebagai suatu akibat dari aliran darah yang meningkat dan peningkatan
tekanan yang diakibatkannya, vena-vena pada kerongkongan yang lebih bawah
dan
lambung
bagian
atas
mengembang
dan
mereka
dirujuk
sebagai
esophageal dan gastric varices lebih tinggi tekanan portal, lebih besar varicesvarices dan lebih mungkin seorang pasien mendapat perdarahan dari varicesvarices kedalam kerongkongan (esophagus) atau lambung.
Perdarahan juga mungkin terjadi dari varices-varices yang terbentuk
dimana saja didalam usus-usus, contohnya, usus besar (kolon), namun ini
adalah jarang. Untuk sebab-sebab yang belum diketahui, pasien-pasien yang
diopname
karena
kerongkongan
perdarahan
mempunyai
yang
suatu
secara
risiko
yang
aktif
dari
tinggi
varices-varices
mengembangkan
yang
normal)
adalah
encephalopathy.
diantara
Gejala-gejala
gejala-gejala
lain
paling
termasuk
dini
sifat
dari
hepatic
lekas
marah,
memori,
kebingungan,
atau
tingkat-tingkat
kesadaran
yang
Gejala
subklinis, status mental normal, tetapi
Grade 0
sedikit
perubahan
dalam
memori,
kemampuan
perhatian,
untuk
memperlambat
melakukan
tugas-
dalam
kemampuan
tugas-
tugas
Grade 2
untuk
mental,
melakukan
perubahan
kepribadian
intermiten
(biasanya
untuk
Grade 3
dengan
waktu
dan
kebingungan, amnesia.
Coma, dengan atau
Grade 4
tempat,
tanpa
ditandai
respon
5. Hepatorenal syndrome
Sindrom hepatorenal (bahasa Inggris: hepatorenal syndrome, HRS)
adalah sebuah sindrom yang dapat mengancam jiwa akibat dari menurunnya
fungsi ginjal yang diinduksi oleh penyakit pada hati. Kematian penderita yang
wafat dengan penyakit hati disebabkan oleh peristiwa medis berupa gagal
ginjal.
Defenisi Sindroma Hepato Renal yang diusulkan oleh International Ascites
Club (1994) adalah sindroma klinis yang terjadi pada pasien penyakit hati
kronik dan kegagalan hati lanjut serta hipertensi portal yang ditandai oleh
7
penurunan fungsi ginjaldan abnormalitas yang nyata dari sirkulasi arteri dan
aktifitas system vasoactive endogen
Pasien-pasien dengan sirosis yang memburuk dapat mengembangkan
hepatorenal syndrome. Sindrom ini adalah suatu komplikasi yang serius
dimana fungsi dari ginjal berkurang. Itu adalah suatu persoalan fungsi dalam
ginjal-ginjal, yaitu, tidak ada kerusakn fisik pada ginjal-ginjal. Sebagai gantinya,
fungsi yang berkurang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam cara
darah mengalir melalui ginjal-ginjalnya. Hepatorenal syndrome didefinisikan
sebagai kegagalan yang progresif dari ginjal-ginjal untuk membersihkan unsurunsur dari darah dan menghasilkan jumlah-jumlah urin yang memadai
walaupun beberapa fungsi-fungsi penting lain dari ginjal-ginjal, seperti
penahanan garam, dipelihara/dipertahankan.
Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3 x seminggu
dan RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat badan(1000mg untuk
berat badan kurang dari 75kg) yang diberikan untukjangka waktu 24-48
minggu.
Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan dosis yang lebih
tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang dilanjutkan
dengan 3 juta unit 3 x seminggu selama 48 minggudengan atau tanpa
kombinasiRIB
1. Asites 2,4
Dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
- istirahat
- diet rendah garam
Untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet rendah garam
dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka penderita harus
dirawat.
- Diuretik
Pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet
rendah garam dan pembatasan cairan namun penurunan berat badannya
kurang dari 1 kg setelah 4 hari. Mengingat salah satu komplikasi akibat
pemberian diuretic adalah hipokalemia dan hal ini dapat mencetuskan
encephalopaty hepatic, maka pilihan utama diuretic adalahspironolacton, dan
dimulai dengan dosis rendah, serta dapat dinaikkan dosisnya bertahap tiap 3-4
hari, apabila dengan dosis maksimal diuresinya belum tercapai maka dapat
kita kombinasikan dengan furosemid.
10
SBP
dengan
memberikan
Cephalosporins
Generasi
III
(Cefotaxime), secara parental selama lima hari, atau Qinolon secara oral.
Mengingat akan rekurennya tinggi maka untuk Profilaxis dapat diberikan
Norfloxacin (400mg/hari) selama 2-3 minggu.
3. Hepatorenal Sindrome
2,4
2,3,4
Pemasangan
Naso
Gastric
Tube,
hal
ini
mempunyai
banyak
sekali
kegunaannyayaitu :
untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es, pemberian obat-obatan,
evaluasi darah
- Pemberian obat-obatan berupa antasida,ARH2,Antifibrinolitik,Vitamin K,
Vasopressin,
Octriotide dan Somatostatin
- Disamping itu diperlukan tindakan-tindakan lain dalam rangka menghentikan
perdarahan
11
3,4
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Siti Nurdjanah. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam : Sudoyo
AW, Setyo hadi B, Alwi I, Simadibrata, Setiati S, (editors). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006. Pp:
668-673
2. Gines P,Arroyo V,Rodes J. Renal Complications in : Schiff RE,Sorrel MF, Maddrey WC
(Ed).Schiffs Disease of the Liver,Lippicott Williams & Wilkins (8th ed),Vol.1 1999:453-64.
3. Wolf David. Cirrhosis on Emedicine. medscape. Katz Julian, Anand BS, Talavera
Francisco, (editors). http://emedicine.medscape.com/article/185856-overview
4. Gines P,Esparrach GF, Arroyo V,. Ascites and Renal Funtionabnormalities inCirrhosis.
Pathogenesis and Treatment. Bosch J (ed) Clinical Gastroenterology, Portal
Hypertension,Vol.2, Baillere Tindal London.2009:365-81
13