Anda di halaman 1dari 21

DEFINISI SIROSIS HEPATIS

Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan disertai nodul. Dimulai dengan proses peradangan,
nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul.

Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan
adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi
nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro
menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya
dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit
hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati.

KLASIFIKASI SIROSIS HEPATIS

Secara klinis sirosis hepatis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

 Chirrosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata

 Chirrosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik yang jelas.

 Chirrosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada satu
tingkat tidak terlihat perbedaanya secara klinis, hanya dapat dibedakan melalui biopsi hati.

PENYEBAB SIROSIS HEPATIS

Penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan dengan secara pasti. Akan tetapi menurut para
ahli ada tiga penyebab yang dianggap paling sering menyebabkan Chirrosis hepatis.

Hepatitis virus

Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab chirrosis hati,
apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada tahun 1965 dalam darah
penderita dengan penyakit hati kronis , maka diduga mempunyai peranan yang besar untuk
terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi chirrosisi. Secara klinik telah dikenal bahwa
hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi
gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang kronis, bila dibandingkan dengan hepatitis virus
A Zat hepatotoksik atau Alkoholisme Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut
akan berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan berupa
sirosis hati.

Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut ialah alcohol. Sirosis hepatis oleh karena
alkoholisme sangat jarang, namun peminum yang bertahun-tahun mungkin dapat mengarah
pada kerusakan parenkim hati.

Hemokromatosis

Bentuk chirrosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua kemungkinan timbulnya
hemokromatosis, yaitu:

 Sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi dari Fe.

 Kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita), misalnya dijumpai pada penderita dengan
penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari Fe, kemungkinan menyebabkan
timbulnya sirosis hati.

PATHWAY SIROSIS HEPATIS

TANDA DAN GEJALA SIROSIS HEPATIS

Gejala Klinis

Gejala chirrosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di liver yang mulai
rusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu makan, mual-mual, badan lemah, kehilangan
berat badan, nyeri lambung dan munculnya jaringan darah mirip laba-laba di kulit (spider
angiomas). Pada chirrosis terjadi kerusakan hati yang terus menerus dan terjadi regenerasi
noduler serta ploriferasi jaringan ikat yang difus.
Tanda-Tanda Klinis

Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi pada sirosis hepatis yaitu:

Adanya ikterus (penguningan)

Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda bahwa ia sedang


menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi ketika liver sakit dan tidak
bisa menyerap bilirubin. Ikterus dapat menjadi penunjuk beratnya kerusakan sel hati. Ikterus
terjadi sedikitnya pada 60 % penderita selama perjalanan penyakit

Timbulnya asites dan perut membesar

Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air menumpuk pada kaki
(edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama asites adalah peningkatan tekanan hidrostatik
pada kapiler usus . Edema umumnya timbul setelah timbulnya asites sebagai akibat dari
hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.

Hati yang membesar (hepatomegaly)

Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati membesar sekitar 2-3
cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan rasa nyeri bila ditekan.

Hipertensi portal

Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang memetap di atas nilai
normal. Penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap aliran darah
melalui hati.

KOMPLIKASI SIROSIS HEPATIS

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien sirosis hepatis antara lain:

Perdarahan

Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan berbahaya pada chirrosis hati
adalah perdarahan akibat pecahnya varises esofagus. Sifat perdarahan yang ditimbulkan ialah
muntah darah atau hematemesis, biasanya mendadak tanpa didahului rasa nyeri. Darah yang
keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan membeku karena sudah bercampur dengan
asam lambung. Penyebab lain adalah tukak lambung dan tukak duodeni.
Koma hepatikum

Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat rusak, sehingga hati tidak
dapat melakukan fungsinya sama sekali. Koma hepatikum mempunyai gejala karakteristik
yaitu hilangnya kesadaran penderita. Koma hepatikum dibagi menjadi dua, yaitu: Pertama
koma hepatikum primer, yaitu disebabkan oleh nekrosis hati yang meluas dan fungsi vital
terganggu seluruhnya, maka metabolism tidak dapat berjalan dengan sempurna. Kedua koma
hepatikum sekunder, yaitu koma hepatikum yang timbul bukan karena kerusakan hati secara
langsung, tetapi oleh sebab lain, antara lain karena perdarahan, akibat terapi terhadap asites,
karena obat-obatan dan pengaruh substansia nitrogen.

Ulkus Peptikum

Timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis Hepatis lebih besar bila dibandingkan
dengan penderita normal. Beberapa kemungkinan disebutkan diantaranya ialah timbulnya
hiperemi pada mukosa gaster dan duodenum, resistensi yang menurun pada mukosa, dan
kemungkinan lain ialah timbulnya defisiensi makanan

Karsinoma Hepatoselular

Kemungkinan timbulnya karsinoma pada Sirosis Hepatis terutama pada bentuk postnekrotik
ialah karena adanya hiperplasi noduler yang akan berubah menjadi adenomata multiple
kemudian berubah menjadi karsinoma yang multiple

Infeksi

Setiap penurunan kondisi badan akan mudah kena infeksi, termasuk juga penderita sirosis,
kondisi badannya menurun. Infeksi yang sering timbul pada penderita sirosis, diantaranya
adalah : peritonitis, bronchopneumonia, pneumonia, tbc paru-paru, glomeluronefritis kronik,
pielonefritis, sistitis, perikarditis, endokarditis, erysipelas maupun septikemi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG SIROSIS HEPATIS

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa sirosis hepatis adalah
sebagai berikut:

Laboratorium
Urine

Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita ada ikterus. Pada
penderita dengan asites , maka ekskresi Na dalam urine berkurang ( urine kurang dari 4
meq/l) menunjukkan kemungkinan telah terjadi syndrome hepatorenal.

Tinja/feses

Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan ikterus, ekskresi pigmen
empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh darah, di dalam usus akan diubah
menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen yang menyebabkan tinja berwarna cokelat atau
kehitaman.

Darah

Biasanya dijumpai normostik normokronik anemia yang ringan, kadang –kadang dalam
bentuk makrositer yang disebabkan kekurangan asam folik dan vitamin B12 atau karena
splenomegali. Bilamana penderita pernah mengalami perdarahan gastrointestinal maka baru
akan terjadi hipokromik anemi. Juga dijumpai likopeni bersamaan dengan adanya
trombositopeni.

Tes Fungsi Hati

Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi penderita yang sudah
disertai tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis globulin menaik, sedangkan albumin
menurun. Pada orang normal tiap hari akan diproduksi 10-16 gr albumin, pada orang dengan
sirosis hanya dapat disintesa antara 3,5-5,9 gr per hari.9 Kadar normal albumin dalam darah
3,5-5,0 g/dL38. Jumlah albumin dan globulin yang masing-masing diukur melalui proses
yang disebut elektroforesis protein serum. Perbandingan normal albumin : globulin adalah
2:1 atau lebih. 39 Selain itu, kadar asam empedu juga termasuk salah satu tes faal hati yang
peka untuk mendeteksi kelainan hati secara dini.

Sarana Penunjang Diagnostik

Radiologi

Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah,: pemeriksaan fototoraks,


splenoportografi, Percutaneus Transhepatic Porthography (PTP)
Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi kelaianan di hati, termasuk


sirosi hati. Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya penyakit. Pada tingkat
permulaan sirosis akan tampak hati membesar, permulaan irregular, tepi hati tumpul, . Pada
fase lanjut terlihat perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan permukaan hati yang
irregular. Sebagian hati tampak membesar dan sebagian lagi dalam batas nomal.

Peritoneoskopi (laparoskopi)

Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati akan jelas kelihatan
permukaan yang berbenjol-benjol berbentuk nodul yang besar atau kecil dan terdapatnya
gambaran fibrosis hati, tepi biasanya tumpul. Seringkali didapatkan pembesaran limpa.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan medis pada penderita sirosis hepatis adalah sebagai berikut:

 Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan demam.

 Diet rendah protein (diet hati III protein 1gr/kg BB, 55 gr protein, 2.000 kalori). Bila ada
asites diberikan diet rendah garam II (600-800 mg) atau III (1.000-2000 mg). Bila proses
tidak aktif diperlukan diet tinggi kalori (2.000-3000 kalori) dan tinggi protein (80-125
gr/hari). Bila ada tanda-tanda prekoma atau koma hepatikum, jumlah protein dalam makanan
dihentikan (diet hati II) untuk kemudian diberikan kembali sedikit demi sedikit sesuai
toleransi dan kebutuhan tubuh. Pemberian protein yang melebihi kemampuan pasien atau
meningginya hasil metabolisme protein, dalam darah viseral dapat mengakibatkan timbulnya
koma hepatikum. Diet yang baik dengan protein yang cukup perlu diperhatikan.

 Mengatasi infeksi dengan antibiotik diusahakan memakai obat-obatan yang jelas tidak
hepatotoksik.

 Mempebaiki keadaan gizi bila perlu dengan pemberian asam amino esensial berantai
cabang dengan glukosa.

 Roboransia. Vitamin B compleks. Dilarang makan dan minum bahan yang mengandung
alkohol.
ASKEP SIROSIS HEPATIS APLIKASI NANDA NIC NOC

Untuk selanjutnya langsung saja saya paparkan bagaimana konsep Asuhan Keperawatan
Sirosis Hepatis Menggunakan Aplikasi Nanda NIC NOC yang saya dapat dari literature-
literatur.

Identitas Klien

Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat
tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi dalam
memberikan asuhan keperawatan.

Keluhan Utama

keluhan utama pasien sirosis hepatis biasanya nyeri perut dan perut membesar.

Riwayat penyakit masa lalu

Penyakit masa lalu seperti hepatitis, pericarditis, dan lain-lain.

DATA FOKUS PENGKAJIAN ASKEP

Aktivitas dan istirahat

kelemahan, kelelahan, terlalu lelah, letargi, penurunan massa otot/tonus.

Sirkulasi

Riwayat Gagal jantung koroner kronis, perikarditis, penyakit jantung, reumatik, kanker
(malfungsi hati menimbulkan gagal hati), Distrimia, bunyi jantung ekstra (S3, S4).

Eliminasi

Flatus, Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), penurunan atau tidak ada
bising usus, Feces warna tanah liat, melena, urin gelap, pekat.

Nutrisi

Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat menerima, Mual, muntah, Penurunan
berat badan atau peningkatan cairan penggunaan jaringan, Edema umum pada jaringan, Kulit
kering,Turgor buruk, Ikterik, angioma spider, Nafas berbau/fetor hepatikus, perdarahan gusi.
Neurosensori

Orang terdekat dapat melaporkan perubahan keperibadian, penurunan mental, perubahan


mental, bingung halusinasi, koma bicara lambat/tak jelas.

Nyeri

Nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran atas, Pruritus, Neuritis Perifer, Perilaku


berhatihati/distraksi, Fokus pada diri sendiri.

Respirasi

Dispnea Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, Ekspansi paru terbatas
(asites), Hipoksia

Keamanan

Pruritus, Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik), Ikterik, ekimosis, petekia. Angioma
spider/teleangiektasis, eritema palmar.

Seksualitas

Gangguan menstruasi/impoten, Atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah


lengan, pubis).

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK


MENUNJANG DIAGNOSA SIROSIS HEPATIS

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa sirosis hepatis adalah
sebagai berikut:

Laboratorium

Urine

Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita ada ikterus. Pada
penderita dengan asites , maka ekskresi Na dalam urine berkurang ( urine kurang dari 4
meq/l) menunjukkan kemungkinan telah terjadi syndrome hepatorenal.
Tinja/feses

Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan ikterus, ekskresi pigmen
empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh darah, di dalam usus akan diubah
menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen yang menyebabkan tinja berwarna cokelat atau
kehitaman.

Darah

Biasanya dijumpai normostik normokronik anemia yang ringan, kadang –kadang dalam
bentuk makrositer yang disebabkan kekurangan asam folik dan vitamin B12 atau karena
splenomegali. Bilamana penderita pernah mengalami perdarahan gastrointestinal maka baru
akan terjadi hipokromik anemi. Juga dijumpai likopeni bersamaan dengan adanya
trombositopeni.

Tes Fungsi Hati

Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi penderita yang sudah
disertai tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis globulin menaik, sedangkan albumin
menurun. Pada orang normal tiap hari akan diproduksi 10-16 gr albumin, pada orang dengan
sirosis hanya dapat disintesa antara 3,5-5,9 gr per hari.9 Kadar normal albumin dalam darah
3,5-5,0 g/dL38. Jumlah albumin dan globulin yang masing-masing diukur melalui proses
yang disebut elektroforesis protein serum. Perbandingan normal albumin : globulin adalah
2:1 atau lebih. 39 Selain itu, kadar asam empedu juga termasuk salah satu tes faal hati yang
peka untuk mendeteksi kelainan hati secara dini.

Sarana Penunjang Diagnostik

Radiologi

Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah,: pemeriksaan fototoraks,


splenoportografi, Percutaneus Transhepatic Porthography (PTP)

Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi kelaianan di hati, termasuk


sirosi hati. Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya penyakit. Pada tingkat
permulaan sirosis akan tampak hati membesar, permulaan irregular, tepi hati tumpul, . Pada
fase lanjut terlihat perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan permukaan hati yang
irregular. Sebagian hati tampak membesar dan sebagian lagi dalam batas nomal.

Peritoneoskopi (laparoskopi)

Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati akan jelas kelihatan
permukaan yang berbenjol-benjol berbentuk nodul yang besar atau kecil dan terdapatnya
gambaran fibrosis hati, tepi biasanya tumpul. Seringkali didapatkan pembesaran limpa.

DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN


SIROSIS HEPATIS

1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen injuri biologi (hati yang membesar serta nyeri
tekan dan asites)

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan

3. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis

4. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


dan gangguan gastrointestinal.

5. Pola napas yang tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi pengembangan
toraks akibat aistes, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks

6. Resiko cedera berhubungan dengan hipertensi portal, perubahan mekanisme pembekuan


dan gangguan dalam proses detoksifikasi obat.

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN

Nyeri kronis berhubungan dengan agen injuri biologi (hati yang membesar serta nyeri tekan
dan asites)

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan:

Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1 tidak pernah
2 jarang

3 kadang-kadang

4 sering

5 selalu

Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1 sangat berat

2 berat

3 sedang

4 ringan

5 tidak ada
 memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan  mempertahankan nyeri pada ….atau kurang (dengan skala 0-10)

 melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis

 mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi factor tersebut

 melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan

 melaporkan pola tidur yang baik

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

 Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan
informasi pengkajian

 Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.

 Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan
efek sampingnya

 Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respon
pasien

 Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien

Manajemen nyeri:

 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya

 Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mampu
berkomunikasi efektif

Penyuluhan untuk pasien/keluarga


 Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum, frekuensi,
frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan
khusus saat mengkonsumsi obat tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila
mengalami nyeri membandel.

 Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat
dicapai

 Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan
strategi koping yang ditawarkan

 Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko ketergantungan
atau overdosis)

Manajemen nyeri:

 Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan
antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur

 Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)

Aktivitas kolaboratif

 Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (missal, setiap 4
jam selama 36 jam) atau PCA

Manajemen nyeri:

 Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat

 Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan
perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu

Perawatan dirumah

 Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah

 Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang diperlukan dalam
pemberian obat

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan


Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan: Mentoleransi aktivitas yang bisasa
dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas, ketahanan, penghematan energy,
kebugaran fisik, energy psikomotorik, dan perawatan diri, ADL.

Menunjukkan toleransi aktivitas, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1 gangguan eksterm

2 berat

3 sedang

4 ringan

5 tidak ada

Mendemonstrasikan penghematan energy, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1 tidak pernah

2 jarang

3 kadang-kadang

4 sering

5 selalu
Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

 Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan
melakukan ADL

 Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas

 Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas

Manajemen energy (NIC):

 Tentukan penyebab keletihan

 Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas

 Pantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas

 Pantau respon nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energy yang adekuat

 Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

 Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk:

 Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu

 Mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas, termasuk kondisi yang perlu dilaporkan ke
dokter

 Pentingnya nutrisi yang baik

 Penggunaan peralatan seperti oksigen saat aktivitas

 Penggunaan tehnik relaksasi selama aktivitas

 Dampak intoleransi aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam keluarga

 Tindakan untuk menghemat energy


Manajemen energy (NIC):

 Ajarkan pada pasien dan orang terdekat tentang teknik perawatan diri yang akan
meminimakan konsumsi oksigen

 Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah
kelelahan

Aktivitas kolaboratif

 Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu penyebab

 Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik atau rekreasi untuk merencanakan dan
memantau program aktivitas, jika perlu.

 Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk kelayanan kesehatan jiwa dirumah

 Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan bantuan


perawtan rumah, jika perlu

 Rujuk pasien keahli gizi untuk perencanaan diet

 Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit
jantung

Aktivitas lain

 Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama periode istirahat

 Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, jika perlu

 Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah aktivitas

 Rencanakan aktivitas bersama pasien secara terjadwal antar istirahat dan latihan

Manajemen energy (NIC);

 Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas

 Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien memiliki energy paling banyak

 Bantu pasien untuk aktivitas fisik teratur


 Bantu rangsangan lingkungan untuk relaksasi

 Bantu pasien untuk melakukan pemantauan mandiri dengan membuat dan menggunakan
dokumentasi tertulis untuk mencatat asupan kalori dan energy

Perawatan dirumah

 Evaluasi kondisi rumah yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas

 Kaji kebutuhan terhadap alat bantu, oksigen dan lain sebagainga dirumah

Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan termoregulasi yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut:

1 ganguan eksterm

2 berat

3 sedang

4 ringan

5 tidak ada gangguan


Intervensi Keperawatan (NIC)

Baca juga aktivitas keperawatan untuk “resiko ketidakseimbangan suhu tubuh”

Pengkajian

 Pantau aktivitas kejang

 Pantau hidrasi (turgor kulit, kelembaban membrane mukosa)

 Pantau td, nadi dan pernapasan

 Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan sesuai dengan suhu lingkungan

Untuk pasien bedah:

 Dapatkan riwayat hipertermi maligma, kematian akibat anastesi, atau demam pasca bedah
pada indivudu atau keluarga

 Pantau tanda hipertermi maligna

Regulasi suhu:

 Pantau suhu minima setiap dua jam sesuai dengan kebutuhan

 Pasang alat pantau suhu inti tubuh kontinuou, jika perlu

 Pantau warna kulit dan suhu

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

 Ajarkan pasien dan keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara
dini hipertermi

 Regulasi suhu (nic); ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang
diperlukan , jika perlu Aktivitas kolaboratif regulasi suhu:

 Berikan obat antipiretik, jika perlu

 Gunakan matras dingin dan mandi air

 Hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh jika perlu


Aktivitas lain

 Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja

 Gunakan waslap dingin di aksila, kening, tengkuk dan lipat paha

 Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2 liter sehari dengan tambahan cairan

selama aktivitas berlebihan atau aktivitas dalam cuaca panas

 Gunakan kipas yang berputar diruangan pasien

 Gunakan selimut pendingin

Untuk hipertermi maligna:

 Lakukan perawatan kedaruratan sesuai dengan protocol

 Sediakan peralatan kedaruratan diarea operasi sesuai dengan protocol

Perawatan dirumah

 Banyak intervensi diatas sesuai diterapkan untuk perawatan dirumah

 Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan thermometer

 Kaji suhu lingkungan rumah, bantu untuk mendapatkan kipas angina tau ac jika perlu

Ketidak seimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia dan gangguan gastrointestinal.

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan: Memperlihatkan status gizi: asupan
makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1. Tidak adekua

2. Sedikit adekuat

3. Cukup adekuat

4. Adekuat
5. Sangat adekuat

 Mempertahankan berat badan…. Kg ata bertambah…kg pada…..(tglnya)


 Menjelaskan komponen gizi adekuat
 Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
 Menoleransi diet yang dianjurkan
 Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
 Memiliki nilai laboratorium dalam batas normal
 Melaporkan tingkat energy yang adekuat

Intervensi keperawatan (NIC)

Intervensi untuk semua ketidakseimbangan nutrisi:

Pengkajian
 Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
 Pantau nilai laboratotium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit

Manajemen nutrisi:
 Ketahui makanan kesukaan pasien
 Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
 Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
 Timbang pasien pada interval yang tepat

Penyuluhan untuk pasien/keluarga


 Ajarkan metode untuk perencanaan makan
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang berizi dan tidak mahal
 Manajemen nutrisi: berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya
Aktivitas kolaboratif
 Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang
mengalami ketidak adekuatak asupan protein
 Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan lengkap,
pemberian makanan melaui selang, atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori
yang adekuat dapat dipertahankan
 Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
 Rujuk ke program gizi dikomunitas yang tepat jika pasien tidak dapat memenuhi
asupan nutrisi yang adekuat
 Manajemen nutrisi; tentukan dengan melakukan kolaborasi dengan ahli gizi jika
diperlukan jumlah kalori, dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi.

Aktivitas lain
 Buat perencanaan makan sesuai dengan selera pasien
 Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien’
 Suapi pasien jika perlu
 Manajemen nutrisi: berikan pasien minuman dan kudapan bergizi tinggi protein,
tinggi kaori yang siap dikonsumsi dan ajarkan pasien tentang cara membuat jadwal
makan jika perlu

Anda mungkin juga menyukai