Anda di halaman 1dari 15

SISA AKAR GIGI

Pencabutan tidak sempurna yang ditandai dengan tertinggalnyasebagian akar


bahkan mahkota, seringkali terjadi apabila saatpencabutan mahkota gigi sudah
sangat rapuh. Ini ditandai denganbentuk lubang gigi yang sudah sangat besar
atau adanya kelainanbentuk akar yang menyebabkan kesulitan saat
pencabutan. Tidak perlu khawatir, karena bisa dilakukan pencabutan kembali
padasisa akar tersebut. Untuk mempermudah pencabutan, biasanya
perluditunggu beberapa bulan agar sisa akar gigi lebih ke atas permukaangusi.
Perlu juga pemeriksaaan penunjang seperti rontgen foto gunamemperjelas posisi
akar tertinggal tersebut. Tetapi, apabila sudah menimbulkan keluhan, sebaiknya
sesegeramungkin untuk dicabut ulang.Sisa akar (tunggul) dalam ilmu kedokteran
gigi disebut gangrenradiks. Dari namanya saja gangren yang artinya sesuatu
yangsudah mati. Tentunya ini sudah tidak bermanfaat lagi, karena
jugamerupakan tempat yang subur bagi bakteri berkembang biak. Apalagisudah
sampai mengganggu dengan timbulnya rasa sakit dan bengkak,tentunya sangat
mengganggu.Rasa sakit dan bengkak menunjukkan reaksi tubuh terhadap
infeksigigi. Ditambah lagi terjadi pembentukan sekumpulan nanah jugasebagai
akibat dari proses infeksi yang terjadi di sekitar akar gigi yangtinggal sisa akar
tadi. Perlu diketahui, sisa gigi atau akar yangterinfeksi merupakan fokus infeksi
atau asal infeksi yang dapat terjadidi organ tubuh lain seperti di kulit, mata, THT,
saraf dan lainnya.Gigi atau sisa akar seperti ini sebaiknya segera dicabut, tapi
tentunyapasien disarankan untuk minum obat antibiotika beberapa
harisebelumnya. Ini untuk menekan infeksi yang telah terjadi
sehinggapencabutan berjalan lancar tanpa hambatan.Pencabutan tidak dapat
dilakukan dalam keadaan gigi yang sedangsakit, karena pembiusan lokal
(anestesi lokal) seringkali tidakmaksimal. Malah akan menimbulkan rasa sakit
pada saat pencabutan.Dengan kata lain gigi tidak dapat dianestesi dengan
baik. Tidak perlu takut untuk menjalani pencabutan gigi apalagi kondisinyasudah
sangat mengganggu. Tentunya Anda bosan meminum obatpenahan rasa sakit
apabila rasa sakit itu kerap timbul. Yang perludicermati untuk kehati-hatian
pencabutan adalah adanya penyakitpenyerta, seperti darah tinggi (hipertensi),
kencing manis (diabetesmelitus), penyakit-penyakit kelainan darah atau ada
tidaknya reaksi

alergi yang berlebihan.Bila Anda mengindap salah satu dari penyakit sistemik
tadi, perlupemeriksaan lebih lanjut ke dokter spesialis penyakit dalam
sebelumdilakukan pencabutan. Namun, apabila tidak ada kelainankelainantersebut tidak perlu takut untuk menjalani pencabutan.
Denganmengikuti seluruh instruksi dari dokter gigi, Anda akan
menjalanipencabutan dengan aman dan lancar. Tetapi Anda telah
melewatipencabutan yang lalu dengan baik, berarti faktor penyakit sistemikbisa
diabaikan.Untuk kasus sisa akar tidak atau belum tampak dari permukaan

gusidan sudah menimbulkan rasa sakit sebaiknya segera diangkat dengancara


pencabutan dengan pembedahan,dengan panduan rontgen fototentunya.
Ingatlah tindakan ini bukan bedah besar melainkan bedahkecil untuk membuka
gusi saja yang harus dilakukan oleh dokter gigispesialis bedah mulut.Seputar
Sisa Akar GigiGigi dilihat dari pandangan mata mempunyai dua bagian
yangterbesar yaitu mahkota gigi dan akar gigi. Pada kondisi normalmahkota gigi
adalah bagian yang tampak di rongga mulut dan akargigi terletak di dalam gusi.
Pada kondisi tertentu gigi manusia tidakutuh lagi dan hanya tinggal sisa akar
gigi.Apa penyebab sisa akar gigi ?Sisa akar gigi disebabkan oleh beberapa
hal antara lain :- Kerusakan gigi akibat karies gigi- Trauma- Tindakan pencabutan
gigi yang tidak sempurna
1. Sisa akar gigi yang disebabkan oleh karies gigiKaries gigi terjadi karena ada
bakteri didalam mulut dan karbohidratyangmenempel di gigi yang dalam
waktu tertentu tidak dibersihkan.Bakteri di dalam mulut akan mengeluarkan
toksin yang akanmengubah karbohidrat menjadi suatu zat yang bersifat asam
yangmengakibatkan demineralisasi email. Jika setiap selesai
makan adakebiasaan berkumur dan menggosok gigi karies gigi tidak akan
terjadikarena proses demineralisasi bisa diimbangi dengan prosesremineralisasi
oleh air liur asalkan kondisi mulut bersih. Kebersihanmulut yang baik tidak akan
memberikan kesempatan pada bakteriuntuk mebuat lubang pada gigi kita.Karies
yang pada proses awalnya hanya terlihat bercak putih padaemail lama kelamaan
akan berubah jadi coklat dan berlubang. Jikakebersihan mulut tidak dipelihara
lubang bisa menjadi luas dan dalammenembus lapisan dentin. Pada tahap ini jika
tidak ada perawatan gigilubang bertambah luas dan dalam sampai daerah
pulpa gigi yangbanyak berisi pembuluh darah, limfe dan syaraf. Pada akhirnya
gigiakan mati,giginya kropos,gripis sedikit demi sedikit sampaimahkotanya habis
dan tinggal sisa akar gigi.
2. Sisa akar gigi yang disebabkan karena traumaMahkota gigi bisa patah karena
gigi terbentur sesuatu akibatkecelakaan,,jatuh,berkelahi atau sebab lainnya.
Seringkali mahkotagigi patah semua dan menyisakan akar gigi saja. Trauma ini
membuatpulpa gigi menjadi mati. Patah pada gigi depan bisa membuat
estetikaberkurang dan terkadang menimbulkan krisis kepercayaan diri
padaseseorang
.3. Sisa akar gigi disebabkan oleh pencabutan yang tidak sempurna.Pada
tindakan pencabutan gigi terkadang tidak berhasil mencabut gigisecara utuh.
Mahkotanya patah dan akar didalam gusi masihtertinggal. Hal ini disebabkan
oleh beberapa hal antara lain strukturgigi yang rapuh, akar gigi yang bengkok,
akar gigi yang menyebar,kalsifikasi gigi, aplikasi forceps yang kurang tepat
dan tekanan yangberlebihan pada waktu tindakan pencabutan. Sisa akar gigi
tertinggalukurannya bervariasi mulai dari kurang dari 1/3 akar gigi sampai
akargigi sebatas gusi. Sisa akar gigi yang hanya dibiarkan sajakemungkinan bisa
muncul keluar gusi setelah beberapa waktu, hilangsendiri karena teresorbsi oleh
tubuh bahkan bisa berkembang jadikistaBerbahayakah sisa akar gigi jika
dibiarkan ?Masyarakat masih banyak yang tidak memperhatikan kesehatan

gigidan mulutnya. Sisa akar gigi yang tertinggal dalam rongga mulutdibiarkan
saja. Padahal akibat yang ditimbulkan sisa akar gigi banyaksekali. Sisa akar gigi
bisa mengakibatkan nyeri kepala berkepanjangan,bau mulut tidak enak dan
trigger pertumbuhan kista bahkanneoplasma.Sisa akar gigi biasanya sudah tidak
vital lagi,pulpanya mati. Gigimengalami kerusakan yang parah dan setiap sisa
akar gigi berpotensiuntuk terjadi infeksi akar gigi dan infeksi jaringan penyangga
gigi.Infeksi ini menimbulkan rasa sakit dari ringan sampai hebat, gusimengalami
pembesaran, terjadi pernanahan ,bengkak di wajah sampaisukar membuka
mulut (trismus). Pasien terkadang menjadi lemaskarena susah makan.
Pembengkakan yang terjadi di bawah rahang,kulit memerah, teraba keras
bagaikan kayu, lidah terangkat keatasdan rasa sakit yang menghebat sangat
berbahaya dan jika terlambatpenanganan dapat merenggut jiwa ( Ludwigs
angina )Infeksi pada akar gigi maupun jaringan penyangga gigi
dapatmengakibatkan migrasinya bakteri ke organ yang lain lewat
pembuluhdarah. Teori ini dikenal dengan Fokal infeksi. Bakteri yang berasal
dariinfeksi gigi masuk ke organ vital lain dan memperbesar resiko
penyakit jantung,ginjal,lambung,,persendian, dan lain sebagainya. Jadi gigi yang

SEPUTAR SISA AKAR GIGI

Seputar Sisa Akar Gigi


Gigi dilihat dari pandangan mata mempunyai dua bagian yang terbesar yaitu
mahkota gigi dan akar gigi. Pada kondisi normal mahkota gigi adalah bagian
yang tampak di rongga mulut dan akar gigi terletak di dalam gusi. Pada kondisi
tertentu gigi manusia tidak utuh lagi dan hanya tinggal sisa akar gigi.
Apa penyebab sisa akar gigi ?
Sisa akar gigi disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
- Kerusakan gigi akibat karies gigi
- Trauma
- Tindakan pencabutan gigi yang tidak sempurna
1. Sisa akar gigi yang disebabkan oleh karies gigi
Karies gigi terjadi karena ada bakteri didalam mulut dan karbohidrat
yangmenempel di gigi yang dalam waktu tertentu tidak dibersihkan. Bakteri di
dalam mulut akan mengeluarkan toksin yang akan mengubah karbohidrat
menjadi suatu zat yang bersifat asam yang mengakibatkan demineralisasi email.
Jika setiap selesai makan ada kebiasaan berkumur dan menggosok gigi karies

gigi tidak akan terjadi karena proses demineralisasi bisa diimbangi dengan
proses remineralisasi oleh air liur asalkan kondisi mulut bersih. Kebersihan mulut
yang baik tidak akan memberikan kesempatan pada bakteri untuk mebuat
lubang pada gigi kita.
Karies yang pada proses awalnya hanya terlihat bercak putih pada email lama
kelamaan akan berubah jadi coklat dan berlubang. Jika kebersihan mulut tidak
dipelihara lubang bisa menjadi luas dan dalam menembus lapisan dentin. Pada
tahap ini jika tidak ada perawatan gigi lubang bertambah luas dan dalam sampai
daerah pulpa gigi yang banyak berisi pembuluh darah, limfe dan syaraf. Pada
akhirnya gigi akan mati,giginya kropos,gripis sedikit demi sedikit sampai
mahkotanya habis dan tinggal sisa akar gigi.
2. Sisa akar gigi yang disebabkan karena trauma
Mahkota gigi bisa patah karena gigi terbentur sesuatu akibat
kecelakaan,,jatuh,berkelahi atau sebab lainnya. Seringkali mahkota gigi patah
semua dan menyisakan akar gigi saja. Trauma ini membuat pulpa gigi menjadi
mati. Patah pada gigi depan bisa membuat estetika berkurang dan terkadang
menimbulkan krisis kepercayaan diri pada seseorang.
3. Sisa akar gigi disebabkan oleh pencabutan yang tidak sempurna.
Pada tindakan pencabutan gigi terkadang tidak berhasil mencabut gigi secara
utuh. Mahkotanya patah dan akar didalam gusi masih tertinggal. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal antara lain struktur gigi yang rapuh, akar gigi
yang bengkok, akar gigi yang menyebar, kalsifikasi gigi, aplikasi forceps yang
kurang tepat dan tekanan yang berlebihan pada waktu tindakan pencabutan.
Sisa akar gigi tertinggal ukurannya bervariasi mulai dari kurang dari 1/3 akar gigi
sampai akar gigi sebatas gusi. Sisa akar gigi yang hanya dibiarkan saja
kemungkinan bisa muncul keluar gusi setelah beberapa waktu, hilang sendiri
karena teresorbsi oleh tubuh bahkan bisa berkembang jadi kista
Berbahayakah sisa akar gigi jika dibiarkan ?
Masyarakat masih banyak yang tidak memperhatikan kesehatan gigi dan
mulutnya. Sisa akar gigi yang tertinggal dalam rongga mulut dibiarkan saja.
Padahal akibat yang ditimbulkan sisa akar gigi banyak sekali. Sisa akar gigi bisa
mengakibatkan nyeri kepala berkepanjangan, bau mulut tidak enak dan trigger
pertumbuhan kista bahkan neoplasma.
Sisa akar gigi biasanya sudah tidak vital lagi,pulpanya mati. Gigi mengalami
kerusakan yang parah dan setiap sisa akar gigi berpotensi untuk terjadi infeksi
akar gigi dan infeksi jaringan penyangga gigi. Infeksi ini menimbulkan rasa sakit
dari ringan sampai hebat, gusi mengalami pembesaran, terjadi pernanahan
,bengkak di wajah sampai sukar membuka mulut (trismus). Pasien terkadang
menjadi lemas karena susah makan. Pembengkakan yang terjadi di bawah
rahang ,kulit memerah, teraba keras bagaikan kayu, lidah terangkat keatas dan
rasa sakit yang menghebat sangat berbahaya dan jika terlambat penanganan
dapat merenggut jiwa ( Ludwigs angina )
Infeksi pada akar gigi maupun jaringan penyangga gigi dapat mengakibatkan
migrasinya bakteri ke organ yang lain lewat pembuluh darah. Teori ini dikenal
dengan Fokal infeksi. Bakteri yang berasal dari infeksi gigi masuk ke organ vital
lain dan memperbesar resiko penyakit jantung,ginjal,lambung,,persendian, dan
lain sebagainya. Jadi gigi yang terinfeksi menjadi pintu masuk bagi bakteri untuk
menyebar ke seluruh tubuh.
Gigi yang tinggal sisa akar tidak dapat digunakan untuk proses pengunyahan
yang sempurna. Gangguan pengunyahan menjadi alasan masyararakat untuk
membuat gigi tiruan. Masalahnya, sampai sekarang banyak yang masih

membuat gigi tiruan diatas sisa akar gigi. Keadaan ini bisa memicu terjadinya
infeksi gigi dan jaringan penyangga gigi
Bagaimana penanganan sisa akar gigi ?
Sisa akar gigi yang tertinggal dalam rongga mulut tidak boleh dibiarkan
saja,kecuali pada kondisi tertentu. Penatalaksanaan sisa akar gigi ini tergantung
dari pemeriksaan klinis akar gigi dan jaringan penyangganya. Akar gigi yang
masih utuh dengan jaringan penyangga yang masih baik, masih bisa dirawat.
Jaringan pulpanya dihilangkan,diganti dengan pulpa tiruan, kemudian dibuatkan
mahkota gigi. Akar gigi yang sudah goyah dan tidak dimungkinkan dirawat
jaringan penyangganya perlu dicabut . Sisa akar gigi ukuran kecil kurang dari
1/3 akar gigi yang terjadi akibat pencabutan gigi yang tidak sempurna dibiarkan
saja. Untuk sisa akar gigi ukuran lebih dari 1/3 akar gigi yang terjadi akibat
pencabutan gigi sebaiknya tetap diambil. Hal ini kemungkinan perlu dilakukan
ronsen foto gigi dahulu.
Pencabutan sisa akar gigi umumnya mudah. Gigi sudah mengalami kerusakan
yang parah sehingga jaringan penyangga giginya sudah tidak kuat lagi. Untuk
kasus yng sulit dibutuhkan tindakan bedah ringan.
Apa yang harus dilakukan jika terdapat sisa akar gigi pada seseorang ?
Kebersihan gigi dan mulut harus senatiasa dijaga dengan kebiasan menyikat gigi
yang rutin pada waktu yang tepat (sesudah makan dan sebelum
tidur ),penggunaan sikat gigi dan cara menyikat gigi yang benar, penggunaan
dental floss dan makan buah dan sayur yang berserat yang berguna untuk
pembersihan gigi secara alami.Kesehatan tubuh harus tetap dijaga dengan gaya
hidup yang sehat, mengkonsumsi makanan yang bergizi, membentuk kekebalan
tubuh yang diperlukan untuk menangkal berbagai penyakit termasuk penyakit
gigi dan mulut.

Cabut Akar Gigiku,Why Not?


Pernahkah anda cuek dengan kesehatan gigi dan mulut anda?
Atau begini, sekarang coba berhenti sesaat dari aktivitas, pikirkan dan kalau
perlu carilah cermin,dan lihat keadaan gigi dan mulut anda?
Apa yang kelihatan di sana?
Mungkin di sana ada sisa akar gigi warna kecoklatan, ada juga terkadang
berwarna hitam.
Pasien saya tadi pagi banyak berdiskusi tentang ini,kira kira seperti inilah
percakapan kami;
Pasien: dok saya punya akar gigi nih,nda papa yah kalau nda di cabut? (sambil
buka mulut n nunjukin giginya)
Saya: wahbu,justru yang akar gigi yang seperti itu yang wajib di cabut.
Pasien; napa yah dok?soalnya kan ini udah nda pernah sakit kok.

Saya ; sisa akar gigi yang tinggal lama di dalam mulut, lama kelamaan akan
menjadi sumber infeksi. ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi:
Pertama bisa mengakibatkan abses.
Kedua bisa menyebabkan grunolama.
Ini yang paling sering terjadi pada sisa sisa akar gigi yang dibiarkan tinggal lama
di dalam mulut.
Pasien: tapi kan nda sakit dok?
Saya: belum sakit, sebaiknya sisa akar gigi dicabut,karena selain bisa
mengakibatkan dua hal dia atas, adanya sisa sisa akar gigi yang mati itu akan
mengakibatkan juga efek bau mulut.
Pasien: oh gtya dok,ya lah dok aku cabutlah kalau begitu..
15 minutes later
.
Saya : kenapa ya bu ,kok sisa akar itu di simpan lama di dalam mulut?
Pasien: saya takut cabut gigi dok,dan untung dijelaskan akibatnya td,kalau nda
mana mau aku cabut gigiku nih (logat khas orang dayak kalimantan)
Saya : ya..ya,saya paham kebanyakan orang orang tidak mencabut sisa sisa akar
giginya,karena takut,tapi ibu ndak usah takut,daripada semakin menimbulkan
masalah nantinya?

SEtelah saya meresepkan obat post pencabutan gigi pada ibu tadi, mending
diskusi tadi saya tulis dan kuposting ke kompasiana, kali aja ada teman teman
kompasianer yang ada sisa sisa akar giginya.
Hitung hitung, kesadaran sederhana ini semoga bisa diterapkan, dan
disosialisasikan bagi orang orang yang berminat.
Untuk menjadi sehat,mengapa tak mulai dari sekarang, mari mencegah sebelum
tubuh ini sakitsalam sehat
Penerapan Indikator Kesehatan Masyarakat Oral oleh Non-Gigi Personil dan
Kontribusi Its untuk Kesehatan Oral
Maria Vieira de Lima Saintrain

1, *

dan Anya Pimentel Gomes Fernandes Vieira

Penulis Informasi Pasal catatan Hak Cipta dan Lisensi Informasi


Abstrak
Tujuan

Untuk memvalidasi Kesehatan Masyarakat Oral Indikator-COHI oleh non-gigi personel.


Metode

1, 2

Penilaian risiko merupakan komponen penting dalam proses pengambilan keputusan. Oleh
karena itu, COHI, instrumen untuk mengevaluasi situasi populasi kesehatan mulut dengan
cara yang sederhana, diciptakan. Agen Kesehatan Masyarakat (CHA) dilatih untuk
menggunakan COHI (variabel sebagai jumlah gigi, kehadiran gigi berlubang, akar gigi sisa,
lesi oral, dll), sedangkan dokter gigi untuk COHI dan DMFT. 60 orang diperiksa, oleh CHA
dan DS, dengan indikator ini dalam rangka untuk memvalidasi penggunaan COHI oleh nongigi personel.
Hasil

Gigi dan jaringan lunak masalah baik menyebar di antara orang-orang. Orang-orang dengan
dan tanpa kerusakan jaringan lunak, serta dengan dan tanpa penggunaan dan / atau kebutuhan
untuk prostesis ditemukan dalam sampel, membuktikan untuk menjadi populasi heterogen
untuk mengevaluasi faktor dan mewakili populasi yang sebenarnya. Hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh dokter gigi menggunakan COHI dan DMF-T/dmf-t disajikan kesepakatan
yang kuat ketika membandingkan dua instrumen. Ketika COHI dan DMFT dibandingkan,
hasilnya menunjukkan kesesuaian 0,86 untuk jumlah gigi yang ada, dan 0,85 untuk jumlah
akar sisa. Demikian juga, ketika menganalisis data membandingkan penggunaan COHI oleh
DS dan CHA tingkat kesepakatan yang tinggi, spesifisitas dan sensitivitas ditemukan.
Kesimpulan

The COHI telah terbukti berguna untuk mendeteksi masalah dalam kesehatan mulut. Oleh
karena itu, COHI dapat digunakan, setelah pelatihan, dengan non-gigi personil, memberikan
kontribusi bagi perencanaan dan organisasi bantuan masyarakat gigi.
Pengantar

Penilaian risiko merupakan komponen penting dalam proses pengambilan keputusan untuk
pencegahan dan pengelolaan karies gigi, serta untuk mengatur layanan berdasarkan
kebutuhan pasien. Seiring dengan penurunan dramatis dalam prevalensi karies selama 30
tahun terakhir [1] , pencarian dapat diterima, strategi yang akurat, dan biaya-efektif untuk
mengidentifikasi individu yang berisiko tinggi telah dilakukan secara intensif [2] . Hal ini
diketahui bahwa pelaksanaan kebijakan kesehatan masyarakat yang memiliki potensi untuk
mengurangi ketidaksetaraan dalam kesehatan mulut memerlukan tindakan disederhanakan,
yang seharusnya bersifat universal dalam lingkup dan melibatkan partisipasi aktor-aktor
sosial '. Oleh karena itu, perlu teknologi serapan yang tepat, digunakan untuk meningkatkan
proses kerja dan manajemen, yang dikenal sebagai teknologi proses [3] .
Index / indikator kesehatan mulut adalah alat penting dalam populasi pemahaman dan
individu yang berisiko kesehatan mulut, serta dalam organisasi jasa. Namun, sampai saat ini,
meskipun adanya instrumen tertentu untuk digunakan dalam kedokteran gigi, seperti DMF-t
[4] , DMF-T [5] , DMF-S [6] , gingiva Index [7] , Komunitas Indeks periodontal [8 ] dan
Kehilangan penyisipan periodontal [8] , ada kesulitan dalam penggunaannya secara terus
menerus dan sistematis dalam dasar penduduk, terutama karena tingginya biaya dan

ketersediaan dokter gigi untuk tujuan ini. Penggunaan indikator kesehatan oleh para
profesional lain membatasi masalah ini dan memiliki potensi untuk mengumpulkan data yang
mampu menilai kesehatan mulut dari populasi, memungkinkan organisasi jasa, termasuk
tuntutannya.
Untuk alasan ini, suatu instrumen yang dirancang untuk mengevaluasi situasi kesehatan
mulut dari populasi dengan cara yang sederhana, Komunitas Indikator Kesehatan mata uang
Oral - COHI [9] , telah dibuat. Instrumen ini menggunakan profesional kesehatan yang
berbeda (termasuk non-gigi personel) untuk ujian lisan disederhanakan. Indikator ini, di atas
memiliki kemampuan untuk mengevaluasi kondisi kesehatan mulut di secara individual dan
kolektif, memfasilitasi proses kerja dokter gigi di masyarakat, memberikan kontribusi kepada
organisasi bantuan gigi di lokasi. Dengan cara ini, adalah mungkin, tanpa mengabaikan
tindakan kolektif dari layanan gigi, untuk merujuk secara prioritas orang-orang yang paling
membutuhkan pengobatan. Jelaslah bahwa "teknologi baru" memberikan wawasan untuk
pembuatan kebijakan dan tindakan berencana untuk mempromosikan kesehatan mulut,
termasuk organisasi tuntutan sistem kesehatan, dengan tetap menghormati prinsip ekuitas.
Selain itu, perencanaan dan pelaksanaan jasa (baik preventif dan kuratif) dapat dibuat dengan
cara yang lebih produktif jika kebutuhan penduduk dikenal [10] .
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempekerjakan Indeks Kesehatan
Masyarakat Oral (COHI) oleh non-gigi personel (Kesehatan Masyarakat Agen-CHA). Dalam
Sistem Kesehatan Nasional Brasil, CHA adalah orang dari masyarakat, dengan tingkat SMA,
yang benar dilatih untuk menjadi penghubung antara masyarakat dan Unit Kesehatan. Ini
profesional terpilih untuk mempekerjakan COHI karena kunjungan rumah sudah salah dari
kegiatan sehari-hari mereka (yang bertujuan untuk menilai kesehatan populasi umum dan
kebutuhan mereka untuk perawatan kesehatan) dan juga karena biaya relatif rendah untuk
sistem kesehatan.
Metode

Awalnya, dua CHA dan dua dokter gigi (DS) dilatih dan dikalibrasi menggunakan COHI
tersebut. Untuk kalibrasi ini, pemeriksa, terlatih gigi berpengalaman (co-author MVLS)
bertindak sebagai standar emas. Nilai Kappa dari 0,8 digunakan sebagai titik potong untuk
kalibrasi, yang berarti bahwa CHA dan DS yang dilatih hanya dianggap dikalibrasi ketika
penguji intra dan inter (terhadap standar emas) kappa nilai yang sama atau di atas 0,8.
Mengikuti pedoman WHO, setiap CHA atau dokter gigi diperiksa setidaknya 20 orang selama
proses kalibrasi [11] , dalam terjadinya nilai ap bawah 0,8, yang CHA atau DS mengulangi
proses kalibrasi dengan yang lain 10 subyek dari masyarakat.
Indeks ini memeriksa kapasitas pengunyahan dengan menghitung jumlah gigi, kebutuhan
untuk perawatan kuratif dengan menghitung gigi terlihat dengan rongga dan akar sisa,
kehadiran cedera jaringan lunak, dan penggunaan dan kebutuhan prostesis gigi. Selain itu,
indeks ini memiliki daftar tanda-tanda klinis yang berhubungan dengan masalah periodontal
dan rongga gigi, serta cedera jaringan lunak. Ini daftar tujuh item (1-ada rongga gigi, 2-Tartar,
3-gingiva inflamasi, 4-Satu atau dua rongga gigi, 5-Tiga atau lebih gigi berlubang, 6-sisa

akar, 7-Soft cedera jaringan) memungkinkan prioritas individu yang membutuhkan lebih
berat, sedangkan 1 berkaitan dengan prioritas yang lebih rendah dari pengobatan dan 7
dengan prioritas tertinggi ( Gambar 1 ).

Gambar 1
Masyarakat Oral Kesehatan Indikator - COHI.

Para dokter gigi juga dilatih dan dikalibrasi menggunakan DMF-T dan DMF-t, yang
merupakan jumlah gigi membusuk, hilang dan mengisi gigi permanen dan utama [4] - [5] .
Untuk ini, yang terlatih yang sama, pemeriksa gigi berpengalaman (co-author MVLS)
bertindak sebagai standar emas, dan pedoman WHO [11] untuk keandalan data yang
digunakan, yang berarti bahwa setidaknya 20 orang telah diperiksa oleh dokter gigi masingmasing selama / nya Proses kalibrasi miliknya. DMF-T, yang dikembangkan oleh Klein dan
Palmer [5] , dan DMF-t oleh Gruebbel [4] banyak digunakan oleh komunitas ilmiah
internasional dalam penelitian dan survei epidemiologi. Namun, meskipun memiliki
sensitivitas yang baik dan spesifisitas, indeks ini hanya dapat digunakan oleh dokter gigi yang
terlatih. DMF-T mengungkapkan jumlah gigi tetap diserang oleh gigi berlubang, dengan ratarata menjadi hasil dari jumlah membusuk, gigi hilang dan diisi, dibagi dengan jumlah orang
diperiksa [12] , sedangkan DMF-t mengungkapkan nomor gigi sulung (gigi susu) diserang
oleh rongga, dengan rata-rata menjadi hasil dari jumlah membusuk, gigi yang hilang (karena
rongga) atau busuk dan penuh dibagi dengan jumlah anak-anak yang diperiksa [4] .
Meskipun metodologi pelatihan yang sama diterapkan untuk kedua kelas profesional,
kalibrasi terjadi pada waktu terpisah untuk dokter gigi dan CHA. Awalnya, COHI disajikan
dan dibahas, merinci penggunaan dan penyelesaian. Untuk dokter gigi, DMF-T juga
dijelaskan dan dibahas. Pada tahap kedua, para profesional dilatih untuk mengenali masalah
epidemiologi lazim di rongga mulut. Dengan bantuan slide / data menunjukkan, foto dengan
penyakit yang berbeda dari rongga mulut yang digunakan untuk mengenali gigi sehat, gigi
dengan gigi berlubang, menggunakan dan membutuhkan cedera jaringan prostesis dan
lembut, termasuk yang timbul dari penggunaan prostesis maladaptif, kandidiasis dan penyakit
periodontal. Saat ketiga terdiri dari pelatihan profesional di masyarakat, di mana mereka
memiliki kesempatan untuk bekerja sama (dokter gigi dipisahkan dari CHA) untuk
mengevaluasi rongga mulut pasien di tempat fasilitas kesehatan. Temuan yang saling
bertentangan ini dibahas sampai konsensus tercapai. Saat pelatihan keempat adalah
penyelesaian uji kappa antara penguji dan di antara mereka dan standar emas. Uji kappa
digunakan untuk menilai kesesuaian antara temuan dokter gigi pada penggunaan DMF-T,
DMF-t dan COHI, dan antara dokter gigi dan CHA dalam kaitannya dengan COHI. Langkah

ini diulang sampai semua profesional memiliki nilai kesepakatan (kappa) lebih besar dari 0,8
dengan standar emas (co-author MVLS), dengan diri sendiri (intra-pemeriksa kalibrasi) dan
dengan profesional lainnya (antar-pemeriksa kalibrasi).
Setelah kalibrasi, 60 warga kota Guaiuba-Brazil diperiksa oleh para profesional. Penting
untuk dicatat bahwa bahkan tidak menjadi suatu survei epidemiologi, metode Organisasi
Kesehatan Dunia [11] untuk pengumpulan data, seperti yang dijelaskan dalam publikasi
mereka "Oral Health Survey-Dasar Metode," yang digunakan ketika disesuaikan. Para CHA
dilakukan tes dengan menggunakan COHI dan dokter gigi (DS) dengan menggunakan COHI
dan DMFT / DMFT. Untuk menghindari bias, DS dan CHA diselenggarakan sehingga
masing-masing dapat mengevaluasi 30 subjek penelitian. Dengan demikian, setiap penduduk
telah diperiksa oleh dua profesional (satu DS dan satu CHA), di mana 15 diperiksa oleh DS 1
dan ACS 1, 15 oleh DS 1 dan 2 ACS, 15 oleh DS 2 dan 1 ACS, dan akhirnya, 15 oleh DS 2
dan ACS 2. Selama pengumpulan data, pemeriksa tidak menyadari setiap temuan lainnya,
karena warga diperiksa secara terpisah oleh masing-masing profesional. Ini pemeriksa berada
di kamar terpisah untuk evaluasi, namun kondisi yang sama untuk tes ini digunakan
(misalnya, lokasi, pencahayaan dan instrumen). Para relawan yang duduk di kursi gigi bawah
cahaya alami. Survei ini dilakukan dengan bantuan sebuah spatula kayu (depressor lidah).
Menjadi profesional, pemeriksa sepatutnya berpakaian dengan alat pelindung diri.
Setelah mengumpulkan data, itu didigitalkan dan diselenggarakan dalam Paket program
statistik Statistik untuk Ilmu Sosial (SPSS) 15.0 (SPSS Co, Chicago, USA). Uji chi-square,
korelasi Spearman, sensitivitas, spesifisitas, dan kappa Cohen tertimbang yang kappa test
digunakan untuk membandingkan temuan. Validasi dilakukan dalam dua tahap: a)
membandingkan hasil menggunakan COHI dan DMFT / DMFT index oleh dokter gigi, dan
b) membandingkan temuan dokter gigi dan CHA menggunakan COHI tersebut. Dengan
demikian, dokter gigi menjabat sebagai standar emas untuk CHA dan DMFT sebagai standar
emas untuk COHI.
Dalam rangka untuk membandingkan jumlah gigi membusuk antara COHI dan DMFT /
DMFT kategorisasi yang didirikan untuk DMFT / DMFT dalam tiga tingkat keparahan
kerusakan gigi: tanpa rongga gigi, 1 atau 2 gigi berlubang, dan 3 atau lebih gigi berlubang.
Hal ini diperlukan karena DMFT / DMFT adalah variabel kontinyu untuk pembusukan gigi,
sedangkan tanda-tanda membusuk gigi (gigi berlubang diamati sebagai) di COHI adalah
variabel kategoris.
Penelitian ini telah disampaikan kepada Komite Etik Penelitian di University of FortalezaBrasil dan telah disetujui (proses No 001/2007). Sebuah formulir persetujuan ditandatangani
oleh semua peserta, yang sadar akan tujuan dan prosedur. Peserta juga telah dijamin
kerahasiaan dan kebebasan untuk menarik persetujuan pada setiap tahap penelitian.
Hasil

Untuk memvalidasi COHI, total 60 orang di kotamadya Guaiuba-Brazil bersamaan diperiksa


oleh CHA dikalibrasi dan DS. Rata-rata usia responden adalah 39,3 (SD 22,10) tahun,

mulai dari 6 sampai 87 tahun usia. Di antara mereka yang dievaluasi, 37 (62,0%) adalah
perempuan. Jumlah gigi dalam mulut mereka berkisar dari 0 sampai 30, variasi dalam jumlah
akar sisa berkisar antara 0 sampai 13, sedangkan 0 sampai 28 gigi dengan kerusakan gigi
yang ditemukan dalam rongga mulut individu diperiksa. Sepuluh orang yang edentulous.
Individu-individu dibagi menjadi anak (hingga 12 tahun), remaja (berumur 13 sampai 18
tahun), dewasa (dari 19 sampai 59 tahun) dan tua-tua (60 tahun atau lebih). Menurut catatan,
karena dapat dilihat pada Tabel 1 , bahwa jaringan gigi dan lembut masalah baik menyebar di
antara kategori tersebut, mewakili apa yang diharapkan akan terlihat pada populasi yang
sebenarnya. Selain itu, orang dengan dan tanpa kerusakan jaringan lunak, serta dengan dan
tanpa penggunaan dan / atau kebutuhan untuk prostesis ditemukan dalam sampel,
membuktikan untuk menjadi populasi heterogen untuk mengevaluasi faktor.

Tabel 1
Karakteristik kesehatan mulut dari populasi dievaluasi untuk validasi
COHI.

Kappa tertimbang dan spearman korelasi digunakan untuk membandingkan data antara COHI
dan DMF-T dievaluasi oleh dokter gigi mengenai jumlah gigi dan jumlah akar residual. Hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter gigi menggunakan COHI dan DMF-T/dmf-t
disajikan kesepakatan yang kuat ketika membandingkan dua instrumen. Perjanjian antara
variabel kontinu berada di atas 0,9 untuk kedua tes kappa dan spearman. Chi-square dan
kappa digunakan untuk membandingkan perjanjian antara variabel kategori (misalnya,
kategorisasi rongga) ketika membandingkan COHI dan DMF-T dievaluasi oleh dokter gigi.
Untuk perjanjian antara gigi berlubang dikategorikan, hasil juga menunjukkan nilai-nilai
yang sangat signifikan untuk kappa dan chi-square uji ( Tabel 2 ).

Tabel 2
Data Perbandingan antara COHI dan DMFT / DMFT dievaluasi oleh
dokter gigi Guaiuba - Cear, Brasil.

Uji kappa tertimbang digunakan untuk menilai kesepakatan antara dokter gigi dan CHA
ketika menggunakan COHI mengamati jumlah gigi yang ada, serta jumlah akar yang tersisa
di rongga mulut individu dalam masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian 0,86
untuk jumlah gigi yang ada, dan 0,85 untuk jumlah akar sisa.
Kappa, sensitivitas dan spesifisitas tes digunakan untuk membandingkan data kategori
(misalnya, adanya gigi berlubang, karang gigi, gusi meradang, cedera jaringan lunak) saat DS
dan CHA digunakan COHI. Ketika menganalisis data membandingkan penggunaan COHI
oleh DS dan CHA tingkat kesepakatan yang tinggi, spesifisitas dan sensitivitas dari hasil
ditemukan. Hal ini penting untuk mengetahui bahwa tidak ada yang diwawancarai memiliki
gigitiruan parsial yang lebih rendah ( Tabel 3 ).

Tabel 3
Data Perbandingan antara COHI dievaluasi oleh dokter gigi (DS
agen kesehatan masyarakat (CHA COHI) Guaiuba-Cear, Brasil.

COHI)

dan

Mengenai kesepakatan antara dokter gigi dan CHA pada prioritas perawatan bagi orangorang dievaluasi, kesepakatan itu benar-benar sempurna dalam 41 dari 60 kasus yang diamati.
Pada 19 kasus lain, perselisihan ada yang dicatat, bagaimanapun, dalam sebagian besar kasus
mereka adalah orang-orang kecil (misalnya, dalam tujuh kasus dokter gigi diamati 3 atau
lebih gigi berlubang, sedangkan CHA diamati hanya 1 atau 2 rongga, dalam dua lainnya
kasus, dokter gigi melihat 1 atau 2 meluruh gigi sementara CHA mengamati 3 atau lebih gigi
berlubang). Namun demikian, ketika tes kappa tertimbang dilakukan, nilai 0,71 ditemukan.
Diskusi

Hasil menunjukkan bahwa COHI dapat memeriksa dengan cara sederhana dan cepat, serta
dengan sensitivitas dan spesifisitas yang cukup, masalah kesehatan mulut yang umum dalam
populasi. Karakteristik ini memungkinkan penggunaannya dalam proses perencanaan untuk
perawatan kesehatan mulut penduduk.
Menurut penafsiran Landis dan Koch [13] - [14] , korelasi dapat diklasifikasikan sebagai
sangat baik (> .80), baik (between.60 and.80), sedang (between.41 and.60), wajar
(between.21 and.40) dan rendah (<.21). Hasil dari penelitian ini menunjukkan hubungan yang
sangat baik dan kesepakatan antara COHI dan DMFT bila digunakan oleh dokter gigi. Hal ini
penting untuk mengetahui bahwa jenis korelasi dan kesepakatan yang diinginkan, mengingat
kesepakatan yang sangat baik dalam korelasi menunjukkan bahwa kedua indeks yang

mengukur persis fenomena yang sama [15] . Sebuah korelasi yang lemah (<.21) antara kedua
tarif mungkin menunjukkan bahwa perbedaan antara mereka terlalu besar untuk tidak
dipertimbangkan, dan mungkin indeks yang mengukur faktor dan / atau fenomena yang
berbeda. Ketika COHI digunakan oleh dokter gigi dan CHA, nilai-nilai korelasi dan
kesepakatan berkisar antara baik dan moderat. Ketika variabel yang diteliti adalah jumlah
gigi dan akar sisa, serta penggunaan / dan atau kebutuhan dari prosthesis nilai-nilai yang
sangat baik, sementara nilai-nilai yang sedang sampai baik ketika mengevaluasi kategorisasi
rongga gigi dan lesi jaringan lunak.
Untuk perbandingan variabel COHI terus menerus dievaluasi oleh dokter gigi dan CHA
kappa Cohen test (tertimbang Cohen kappa) dipilih karena kemampuannya untuk
memvalidasi data seperti yang digunakan dalam penelitian. Meskipun jumlah tes yang ada
untuk menilai hubungan variabel, seperti kappa, chi-square, dll, ada keterbatasan instrumen
yang dapat digunakan untuk membandingkan variabel kontinu. Tes korelasi (Spearman dan
Pearson) dibatasi oleh, seperti namanya, melakukan hanya korelasi antara variabel dan bukan
kesepakatan di antara mereka. Jika, misalnya, salah satu ukuran selalu dua kali lipat lain
dalam bias sistematis, akan ada korelasi yang sempurna antara mereka, meskipun tidak ada
kesepakatan di antara mereka [16] . Uji kappa tertimbang Cohen [17] , memungkinkan
mengevaluasi, berbeda, perbedaan pendapat antara pemeriksa, di mana perbedaan dari 1 titik
dapat dianggap kurang benar dari perbedaan 2 poin pada skala yang digunakan. Meskipun
kappa tertimbang biasanya memperkirakan nilai lebih besar dari kappa sederhana, hal ini
tidak selalu benar ketika perbedaan utama (misalnya, 1-4) lebih umum daripada perbedaan
kecil (misalnya, 1-2). Oleh karena itu, penggunaan tes korelasi serta uji kappa tertimbang
memperkuat validasi instrumen.
Satu juga dapat menyatakan bahwa 60 orang adalah sejumlah kecil mata pelajaran untuk
validasi instrumen, namun, jumlah ini digunakan berdasarkan pedoman WHO [11] . Selain
itu, artikel tentang validasi dengan angka yang lebih kecil daripada mereka yang umum
dalam literatur [18] - [24] . Fakta bahwa tidak ada perbedaan statistik ditemukan antara CHA
dan DS ketika menggunakan COHI, menguatkan kenyataan bahwa 60 individu yang cukup
untuk memvalidasi instrumen ini. Karena penelitian ini tidak satu epidemiologi, upaya itu
untuk menjamin individu yang akan mensimulasikan semua berbagai masalah dievaluasi
dalam instrumen baru, dan bukan individu yang akan mewakili komunitas mereka. Namun
demikian, diyakini oleh penulis bahwa individu-individu diperiksa juga merupakan temuan
gigi dari komunitas mereka. Sebagai hasil dari upaya ini, dapat ditemukan DMF-T berkisar
antara 0 dan 32, dengan kisaran 0-28 untuk lesi karies, 0-32 untuk gigi diekstraksi dan 0-13
untuk yang dikembalikan. Selain itu, 10% dari individu-individu disajikan beberapa jenis lesi
jaringan lunak, tartar 42,6%, 19,7% inflamasi gingiva, dan rongga gigi 90,2%. Karakteristik
ini menjamin bahwa DS dan CHA terkena beragam rangkaian realitas.
Pemeriksaan klinis dilakukan oleh dokter gigi dan CHA pada hari yang sama dan waktu
(dengan perbedaan menit) dan di bawah kondisi yang sama (misalnya, cahaya, instrumental,
kursi, posisi subjek). Hal ini untuk menghindari perbedaan mendalam mungkin antara ujian,
seperti berbagai tingkat kebersihan mulut dan luminositas, dan memvalidasi temuan

penelitian. Pelatihan dan kalibrasi dokter gigi dan CHA terjadi secara terpisah, sehingga
kategori yang berbeda diserahkan untuk kegiatan ini pada waktu yang berbeda. Pemilihan
divisi ini adalah untuk memastikan bahwa para profesional merasa kurang terintimidasi oleh
kehadiran orang lain kelas profesional, dan mungkin merasa lebih bebas untuk bertanya
rekan-rekan mereka, serta pelatihan dan kalibrasi supervisor, pertanyaan, sehingga
memungkinkan partisipasi yang lebih baik dan kenikmatan dari mereka.
Keuntungan dari indeks ini dibandingkan dengan yang sebelumnya divalidasi dalam literatur
dan digunakan dalam penelitian ilmiah, adalah penggunaan profesional lainnya, bukan dokter
gigi, untuk pelaksanaannya. Dalam Sistem Kesehatan Nasional Brasil (SUS), yang CHA
merupakan tanggung jawab profesional untuk hubungan antara masyarakat dan Care Unit
Kesehatan, di mana secara tradisional para profesional kesehatan lainnya yang hadir, di
antaranya, dokter gigi. Dengan demikian, penggunaan CHA untuk pemanfaatan suatu ujian
lisan disederhanakan, yang menggunakan COHI, adalah layak dan memiliki keuntungan
besar. Satu dapat menyebutkan sebagai contoh kemudahan pelaksanaan ini pemeriksaan oleh
CHA karena kedekatannya dan identifikasi bagi penduduk. Ekonomi sumber daya juga dapat
dikutip, sebagai tenaga kerja CHA lebih murah. Selain itu, ada fleksibilitas yang lebih besar
dan kelincahan dalam ujian, karena staf sudah bekerja di daerah berasal dari unit pelayanan
kesehatan. Semua faktor ini memungkinkan cakupan populational lebih besar dan
perencanaan tindakan yang lebih baik. Namun demikian, adalah penting untuk mengetahui
bahwa COHI dapat digunakan oleh para profesional lainnya, termasuk mereka yang tidak
tingkat pascasarjana - sebagai CHA.
Keuntungan lain dari COHI atas lain indeks kesehatan mulut adalah kenyataan bahwa ini
tidak terbatas pada evaluasi jaringan rongga mulut keras, sebagai DMFT tersebut. The COHI
menilai kebutuhan untuk prostheses dan jaringan lunak cedera dan gangguan, yang penting
untuk deteksi dini dan pencegahan kanker mulut.
Penggunaan COHI oleh para profesional lain, bukan dokter gigi, menyediakan lebih banyak
waktu, dan memungkinkan dokter gigi untuk melakukan tindakan-tindakan yang hanya dia /
dia bisa melakukannya (misalnya, perawatan kuratif), atau yang lebih dikembangkan dengan
adanya dokter gigi ( misalnya, merencanakan tindakan preventif dan berbasis masyarakat
dalam bidang kesehatan mulut). Selain itu, penggunaan COHI berkontribusi pada
demistifikasi pengetahuan gigi, diberikan kepada tanggung jawab co-antara anggota tim
kesehatan pada produksi dan promosi kesehatan. Bentuk baru dari produksi berkontribusi
terhadap perkembangan praktek profesional didasarkan pada penghormatan terhadap identitas
Pengguna, pengetahuan tentang konteks keluarga dan kegiatan kerja, sehingga waktu untuk
mendengarkan keluhan dan perawatan, menggunakan langkah-langkah yang tepat,
menciptakan dukungan untuk kesehatan yang komprehensif perawatan dan kebutuhan
kelompok populasi yang berbeda.
The COHI bertujuan untuk menilai populasi dan status kesehatan saat mulut individu ', dan,
dengan informasi ini, untuk dapat mengatur dan memprioritaskan perawatan. Seperti
disebutkan sebelumnya, indeks ini memeriksa kapasitas pengunyahan dengan menghitung

jumlah gigi, kebutuhan untuk perawatan kuratif dengan menghitung gigi terlihat dengan
rongga dan akar sisa, kehadiran cedera jaringan lunak, dan penggunaan dan kebutuhan
prostesis gigi. Selain itu, ia memiliki daftar tanda-tanda klinis yang berhubungan dengan
masalah periodontal dan rongga gigi, serta cedera jaringan lunak, yang memungkinkan
prioritas individu yang membutuhkan lebih parah. Oleh karena itu, langkah-langkah tersebut
berkontribusi pada tujuan instrumen, dan memungkinkan tim kesehatan untuk mengatur dan
memprioritaskan perawatan berdasarkan kebutuhan masyarakat.
Meskipun pentingnya penelitian ini, seseorang tidak dapat mengesampingkan bias dari orangorang yang berpartisipasi di dalamnya (sampel terdiri dari relawan - sampel kenyamanan),
yang dapat berkontribusi untuk pencapaian korelasi lebih kuat dari pada populasi umum,
karena relawan dapat memiliki motivasi yang berbeda untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Namun, masalah ini lebih penting ketika relawan perlu menanggapi setiap kuesioner dan /
atau memberikan informasi yang subyektif, atau bahkan dalam kasus kelompok homogen
sukarelawan, yang tidak apa yang terjadi dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan adalah
objektif (misalnya, jumlah gigi dan akar sisa dalam peluruhan, mulut gigi, menggunakan dan
membutuhkan prostesis) dan tidak dipengaruhi oleh subjektivitas dari para relawan. Selain
itu, para relawan memiliki keragaman dalam hal jenis kelamin, umur dan kondisi kesehatan
mulut, yang mengakibatkan paparan penguji dengan realitas yang berbeda.
Selain valid dan reliabel, indeks yang baik harus memiliki analisis biaya-manfaat yang tepat,
mudah diimplementasikan dan diterima dengan baik oleh peneliti dan yang dievaluasi [24] .
Terlepas dari tidak menjadi tujuan utama dari penelitian ini untuk menilai karakteristik ini,
ada kepercayaan oleh penulis bahwa COHI memiliki semua karakteristik ini, seperti indeks
mudah digunakan dan tidak ada keluhan dan / atau ketidaknyamanan oleh penguji dan
mereka diperiksa selama pemanfaatannya.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa COHI adalah alat yang sah untuk mendeteksi masalah
kesehatan mulut dan dapat, setelah pelatihan, sebagian besar digunakan oleh non-profesional
gigi. Ada kesadaran bahwa beberapa profesional dapat hadir skeptis kesehatan pada indeks
kesehatan mulut yang tidak dilakukan oleh dokter gigi, namun, ada keyakinan bahwa
kesederhanaan, keakuratan dan kegunaan dari indeks ini akan menggantikan keprihatinan
awal

Anda mungkin juga menyukai