PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terahadap luka jaringan yang disebabkan
oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat zat mikrobiologik. Inflamasi adalah
usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan
zat iritan, dan mengatur zat perbaikan jaringan. Inflamasi juga merupakan proses yang vital
untuk semua organisme dan berperan baik dalam mempertahankan kesehatan maupun dalam
terjadinya berbagai penyakit yang dicetuskan oleh pelepasan mediator kimiawi dari jaringan
yang rusak dan migrasi sel. Mediator kimiawi spesifik bervariasi dengan tipe proses
peradangan dan meliputi amin, seperti histamin dan 5-hidroksitriptamin; lipid, seperti
prostaglandin; peptida kecil, seperti bradikinin; dan peptida besar, seperti interleukin.
Penemuan variasi yang luas diantara mediator kimiawi telah menerangkan paradoks yang
tampak bahwa obat obat anti inflamasi dapat mempengaruhi kerja mediator utama yang
penting pada satu tipe inflamasi tetapi tanpa efek pada proses inflamasi yang tidak
melibatkan mediator target obat
Fenomena inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskular, meningkatnya permeabilitas kapiler
dan migrasi leukosit ke jaringan radang. Gejala proses inflamasi yang sudah dikenal adalah
kalor, rubor, tumor, dolor dan function lease atau dengan kata lain secara mikroskopis,
inflamasi menunjukkan gambaran yang kompleks seperti dilatasi arteriol, kapiler dan venul;
peningkatan permeabilitas dan arus darah; eksudasi cairan, termasuk protein plasma; migrasi
1 | A n t i i n fl a m a s i
leukosit ke fokus inflamasi. Akumulasi leukosit yang disusul dengan aktivasi sel merupakan
kejadian sentral dalam patogenesis hampir semua inflamasi.
Kerusakan atau perubahan yang terjadi pada sel dan jaringan akibat adanya noksi akan
membebaskan berbagai mediator dan substansi radang. Pengurangan peradangan dengan
obat-obat antiinflamasi sering mengakibatkan perbaikan rasa sakit selama periode yang
bermakna. Obat-obat AINS yang digunakan untuk penyakit rematik mempunyai kemampuan
untuk menekan gejala peradangan. Beberapa obat ini juga mempunyai efek antipiretik dan
analgesik, tetapi efek antiinflamasinya membuat obat-obat ini bermanfaat dalam
menanggulangi kelainan rasa nyeri yang berhubungan dengan intensitas proses peradangan.
`
1.2Rumusan Masalah
1.
2.
4.
2 | A n t i i n fl a m a s i
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Anti Inflamasi
Istilah inflamasi berasal dari bahasa latin inflanmare, yang berarti membakar.inflamasi
disebut juga dengan peradangan,merupakan respon biologis berupa reaksi vaskuler dengan
manifestasi berupa pengiriman cairan,senyawa terlarutb maupun sel-sel dari sirkulasi darah
menuju ke jaringan intertisial pada daerah luka.reaksi tersebut terkoordinasi dengan
baik,bersifat dinamis dan kontinyu.peradangan terasebut merupakan respon tubuhterhadap
adanya kerusakan sel atau jaringan yang disebabkan karena bahan kimia,ultraviolet,panas ada
nya rangsangan berbahaya misalnya, virus,bakteri,antigen,istilah inflamasi tidak identik
dengan infeksi.inflamasi salah satunya disebabkan karena infeksi.infeksi sendiri disebabkan
karena invasi mikroorganisme patogen yang mengakibatkan kerusakan sel atau jaringan.
2.2 jenis inflamasi,dan tanda-tanda inflamasi
Inflamasi atau peradangan dibagi menjadi dua yaitu peradanagan akut dan
peradangan kronis.peradangan akut merupakan respon awal tubuh terhadap rangsangan
berbahaya,berlangsung dalam beberapa hari.proses peradangan akut yang simultan akan
menghasilkan peradangan kronis,yang bisa berlangsung berbulan-bulan
Peradangan akut,respon terjadi secra berlangsung terhadap kerusakan sel atau jarinagn
yang melibatkan sistem vaskuler lokal,sistem imun dan beberapa sel,tanda -tanda klasik pada
proses peradangan akut yaitu rubor,kalor,dolor,tumor,dan finsio laesa.
Rubor disebut juga kemerahan,terjadi karena pembuluh darah arteriol yang mensuplai darah
ke daerah luka megalami vasodilatasi sehingga darah lebih banyak mengalir ke
miukrosirkulasilokal.sel atau jaringan yang luka perlu suplai darah yang banyak guna
mensuplai
oksigen
dan
3 | A n t i i n fl a m a s i
nutrisi
sel
yang
mencukupi
untuk
proses
pemulihan
bradikinin.oleh
karen
itu
,nyeri
atau
sel
dendrit
yang
,menganali
PAMPPs
dinamakan Toll
reseptor
(TLRs).interaksi tersebut akan merangsang produksi sitokin utama pada reaksio inflamasi
yaitu tumor necrosis faktor alfa (TNF alfa) dan interleukin(IL-1).aksinya pada pembuluh
darah menyebabkan,1.proses adhesi seluler pada dinding pembuluh darah ,dan 2. Peningkatan
permeabilitas vaskuler,sehingga menyebabkan keluarnya cairan darah beserta komponen sel
menuju kelokasi inflamasi.sebagai akibat,sel darah putih(leukosit) bergerak dan kemudian
menempel pada sel endotelium vaskuler.sel tersebut mampu keluar dari pembuluh
darah,bergerak menuju daerah luka dengan bantuan kemotaksin,misalnya C5a,LTB4,IL8,PAF.
2.3.2 Sel yang terlibat dalam respon imun inat
Dalam proses peradangan banyak sel yang terlibat baik berasal dari jaringan sekitarnya
(misal nya sel mast,makrofag jaringan dan selendotelium),maupun jaringan atau bagian yang
lain yang bergerak melalui pembuluh darah menuju ke sel atau jaringan yang luka.diantara
sel yang terlibat pada proses tersebut,sel darah putih (leukosit) mempunyai banyak peran
dalam proses peradangan.
5 | A n t i i n fl a m a s i
mikroorganisme.respon
imun
yang
terbentuk
karena
pemaparan
suatu
mikroorganisme.sel penting yang berperan dalam proses imun adaktif adalah limfosit yaitu
sel B,sel T dan sel NK.Dalam respon imun ini,sel B berperan dalam produksi
antibodi,sedangkan sel T berperan dalam fase induksi respon imun dan respon imun
diperantarai oleh sel,sel NK yang lebih berperan dalam respon imun bawaan.
Peran lomfosit dalam respon imun adaktif melibatkan dua fase yaitu:fase induksi dan
fase efektor .fase efektor dibagi 2.komponen diperantarai sel.
2.4 Mediator inflamasi
Bahwa antara reaksi inlamasi dengan reaksi imun adalah saling berikatan.berbagai
mediator terlibat dalam kedua reaksi tersebut.
2.4.1 Histamin.
Histamin merupakan senyawa amina basa yang dibentuk dari asam amino histadin oleh
enzim histadin dekarbiksilase,kemudian disimpan dalam granul sel mast atau basofil.histamin
dilepaskan dari sel tersebut melalui proses eksositosis selama proses inflamasi atau
alergi.pelepasan histamin dari sel mast dipacu oleh interaksi antara antigen dengan antibodi
yang sudah menempel pada perbukaan sel mast.histamin mengalami metebolisme dengan
melibatkan enzim histaminase dan imidazol N-metiltransferase.
6 | A n t i i n fl a m a s i
Terdapat setidaknya tiga reseptor histamin yaitu H-1,H-2B dan H-3.Aktivasi pada
reseptor
H-1
menyebabkan
kontraksi
otot
polos
ileum,bronkus,bronkeolus
dan
bentuk
teresterifikasi
dalam
fosfolipid.eicisanoid
tersebut
yaitu
prostaglandin,tromboksan,leukotrin,dan lipoksin.
2.4.3 Leukotrien.
Leukotrien dihasilkan dari subtrat asam arakidonat melalui jalur lipoksigenase.
2.4.4 platelet-activing factor (PAF)
Fosfolipid dapat diubah oleh fosfolipase A2
menjadi lyso-glyc-eryl-
dalam
reaksi
inflamasi
adalah
vasodilatasi,peningkatan
permeabilitas
vaskuler,mengaktivasi dan sebagai agen kemotalik bagi sel darah putih,aktivasi dan agregrasi
platelet,dan spasmogenik pada otot polos bronkus dan ileum.
2.4.5 Bradikinin
7 | A n t i i n fl a m a s i
peran baik dalam fase induksi dan fase efektor pada reaksi imunologi.IL-2 san IL-4 berperan
pada fase induksi.pada fase efektor,sitokin dibagi menjadi 2 yaitu proinflamasi (TNF-alfa dan
IL-1) atau inflamasi (TGF-beta,IL-4,IL-10,IL-13)
2.5 Mekanisme terjadinya radang
Terjadinya inflamasi adalah reaksi setempat dari jaringan atau sel terhadap suatu rangsang
atau cedera. Setiap ada cedera, terjadi rangsangan untuk dilepaskannya zat kimi tertentu yang
akn menstimulasi terjadinya perubahan jaringan pada reaksi radang tersebut, diantaranya
adalah
histamin,
serotonin,
bradikinin,
leukotrin
dan
prostaglandin.
Histamin
bertanggungjawab pada perubahan yang paling awal yaitu menyebabkan vasodilatasi pada
arteriol yang didahului dengan vasokonstriksi awal dan peningkatan permeabilitas kapiler.
Hal ini menyebabkan perubahan distribusi sel darah merah. Oleh karena aliran darah yang
lambat, sel darah merah akan menggumpal, akibatnya sel darah putih terdesak ke pinggir.
Makin lambat aliran darah maka sel darah putih akan menempel pada dinding pembuluh
darah makin lama makin banyak. Perubahan permeabilitas yang terjadi menyebabkan cairan
keluar dari pembuluh darah dan berkumpul dalam jaringan. Bradikinin bereaksi lokal
menimbulkan rasa sakit, vasodilatasi, meningkatakan permeabilitas kapiler. Sebagai
penyebab radang, prostaglandin berpotensi kuat setelah bergabung dengan mediator lainnya
2.6 Obat antiinflamasi
2.6.1Non steroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs)
Obat antiinflamasi utama adalah non steroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs) dan
glukortikoid.NSAIDs merupakan obat antiinflamasi yang paling banyak digunakan.NSAIDs
mempunyai tiga efek farmakologi,antiinflamasi,analgesik,anti piretik.obat ini
bereaksi
prostaglandin dan tromboksan.obat NSAIDs generasi awal menghambat baik pada COX-1
dan
COX-2,bahkan
lebih
dominan
menghambat
COX-1.
Membawa
konsekuensi
10 | A n t i i n fl a m a s i
b.
c.
b.
penghambat COX-2 pada jangka panjang juga berpotensi meningkatkan resiko trombosis
pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.penghambatan pada COX-2 yang poten,akan
menurunkan pembentukan PGI2 yang merupakan penghambat agregrasi platelet.dilain pihak
tromboksan A2, yang menyebabkanagregrasi platelet (mediator yang pembentukan nya
dikatalisis terutama oleh COX-1)Tidak terpengaruh oleh obat ini.terjadinya agregrasi platelet
akan memicu terjadinya penjendalan darah yang berisiko pada gangguan kardiovaskuler.
Efek samping lainnya adalah gangguan fungsi ginjal akut,namun bersifat reversibel,hal ini
terjadi karena PGE2 dan PGI1 terlibat dalam proses pemeliharaan ginjal.keduamerangsang
produksi renin,menurunkan resistensi vaskuler ginjal dan menaikkan aliran darah
reanl.NSAIDs dapat menurunkan alirab darah ginjal total,menyebabkan vasokontriksi renal
akut
sehingga
menurunkan
fungsi
ginjal.efek
samping
lainnya
adalah
Natrium diklofenak
Natrium diklofenak adalah suatu senyawa anti-inflamasi non-steroid yang bekerja sebagai
analgesik, antipiretik dan antiinflamasi. Senyawa ini sangat merangsang lambung sehingga
untuk mencegah efek samping ini bentuk sediaan oral (tablet) natrium diklofenak disalut
enteric. Waktu paruh natarium diklofenak adalah 1,5 jam.
Efektivitassuatusenyawaobatpadapemakaianklinikberhubungandenganfarmakokinetiknya,
danfarmakokinetiksuatusenyawadarisuatubentuksediaanditentukanolehketersediaanhayatinya
(bioavailabilitasnya).Bioavailabilitassuatusenyawaobatdarisediaannyaditentukan/dipengaruhi
olehberbagaimacamfaktorseperti:
kualitasdansifatfisiko-kimiabahanbakuzataktif
yang
sediaanobat yang mengandungzataktif yang sama dalam bentuk sediaan yang sama
("pharmaceutical equivalent") tetapidiproduksiolehpabrik yang berbeda bisa menghasilkan
efektivitas klinik yang berbeda.
INDOMETASIN
Derivat indolilasetat ini berkhasiat amat kuat. Resorpsinya di usus cepat dan lengkap.
Pada rektum tergantung basis suppositorianya dan dapat menurun sampai 60%. Waktu paruh
indometasin adalah 2,5 jam.
Obat AINS merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat
berbeda secara kimia. Walaupun demikian, obat-obat ini mempunyai banyak persamaan
dalam efek terapi maupun efek samping.15 Prototip obat golongan ini adalah aspirin, karena
itu obat AINS sering juga disebut sebagai obat-obat mirip aspirin (aspirin-like drug).
Aspirin-like drugs dibagi dalam lima golongan, yaitu:
1. Salisilat dan salisilamid, derivatnya yaitu asetosal (aspirin), salisilamid, diflunisal
2. Para aminofenol, derivatnya yaitu asetaminofen dan fenasetin
3.
Pirazolon,
derivatnya
yaitu
antipirin
(fenazon),
aminopirin
Obat yang mempengaruhi kadar asam urat, misalnya probenesid, alupurinol, dan
sulfinpirazon.
Sedangkan menurut waktu paruhnya, Obat AINS dibedakan menjadi:
1. AINS dengan waktu paruh pendek (3-5 jam), yaitu aspirin, asam flufenamat,asam
meklofenamat, asam mefenamat, asam niflumat, asam tiaprofenamat, diklofenak,
indometasin, karprofen, ibuprofen, dan ketoprofen.
2. AINS dengan waktu paruh sedang (5-9 jam), yaitu fenbufen dan piroprofen.
3. AINS dengan waktu paruh tengah (kira-kira 12 jam), yaitu diflunisal dan
naproksen.
4. AINS dengan waktu paruh panjang (24-45 jam), yaitu piroksikam dan tenoksikam.
5. AINS dengan waktu paruh sangat panjang (lebih dari 60 jam), yaitu fenilbutazon
dan oksifenbutazon.
Klasifikasi kimiawi obat anti-inflamasi nonsteroidNonselective Cyclooxygenase
Inhibitors.
Derivat asam salisilat: aspirin, natrium salisilat, salsalat, diflunisal, cholin
magnesium trisalisilat, sulfasalazine, olsalazine
Derivat para-aminofenol: asetaminofen
Asam asetat indol dan inden: indometasin, sulindak
Asam heteroaryl asetat: tolmetin, diklofenak, ketorolak
Asam arylpropionat: ibuprofen, naproksen, flurbiprofen, ketoprofen, fenoprofen,
oxaprozin
Asam antranilat (fenamat): asam mefenamat, asam meklofenamat
14 | A n t i i n fl a m a s i
15 | A n t i i n fl a m a s i
Asam salisilat adalah asam organik sederhana dengan pKa 3,0. Aspirin (asam
asetilsalisilat) mempunyai pKa 3,5. Ini kira-kira 50% lebih kuat daripada natrium salisilat,
walaupun senyawa ini kurang mengiritasi lambung. Salisilat cepat diabsorbsi dari lambung
dan usus halus bagian atas, kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam.
Suasana asam di dalam lambung menyebabkan sebagian besar dari salisilat terdapat dalam
bentuk nonionisasi, sehingga memudahkan absorpsi. Walaupun begitu, bila salisilat dalam
konsentrasi tinggi memasuki sel mukosa, maka obat tersebut dapat merusak barier mukosa.
Jika pH lambung ditingkatkan oleh penyangga yang cocok sampai pH 3,5 atau lebih, maka
iritasi terhadap lambung berkurang. Aspirin diabsorbsi begitu saja dan dihidrolisis menjadi
asam asetat dan salisilat oleh esterase di dalam jaringan dan darah.
Prostaglandin tromboksan A2 adalah suatu produk arakidonat yang menyebabkan trombosit
untuk mengubah bentuknya, melepas granulnya dan beragregasi. Aspirin menghambat
sintesis tromboksan A2 dengan mengasetilasi secara ireversibel enzim siklooksigenase, yang
mengkatalisis perubahan asam arakidonat menjadi senyawa endoperoksida, pada dosis tepat,
obat ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin maupun tromboksan A2 tetapi tidak
leukotrien .
Pada dosis rendah, salisilat menunjukan aktivitas analgesik, hanya pada dosis lebih tinggi
obat-obat ini menunjukkan aktivitas anti inflamasi .Dosis optimum analgesik atau antipiretik
aspirin, lebih kecil dari dosis oral 0,6 mg yang lazim digunakan. Dosis yang lebih besar dapat
memperpanjang efeknya. Dosis lazim dapat diulang setiap 4 jam dan dosis lebih kecil (0,3 g)
setiap 3 jam. Dosis antiinflamasi rata-rata 4 g per hari dapat ditoleransi oleh kebanyakan
orang dewasa .
Aspirin sebagai anti-inflamasi, anti-piretik, dan analgesik, tetapi juga mempunyai efek
samping pada saluran cerna. Dengan adanya aspirin, prostanoid-prostanoid tidak terbentuk,
16 | A n t i i n fl a m a s i
yang mengakibatkan sekresi asam lambung meningkat dan mukus protektif berkurang.
Secara normal, prostasiklin (PGI2) menghambat sekresi asam lambung, sedangkan PGE2 dan
PGF2 merangsang sintesis mukus protektif dalam lambung dan usus kecil. Selain itu, efek
aspirin yang juga menghambat tromboxan A2 bisa mengakibatkan perdarahan pada saluran
cerna. Sehingga aspirin dapat menyebabkan distres epigastrium, ulkus, dan perdarahan .
Efek topikal dari AINS adalah erosi gaster yang superficial dan lesi petekie. Bagaimanapun
juga, risiko ulkus gastroduodenal tidak berkurang dengan penggunaan AINS secara parental
atau rektal yang mengindikasi munculnya luka dari efek sistemik AINS pada mukosa
gastrointestinal. Risiko terbesar dari perkembangan terjadinya ulkus selama 3 bulan pertama
dari penggunaan AINS, setelah itu, risiko menurun tetapi terus-menerus terjadi (Shrestha and
Lau, 2006). Hasil evaluasi endoskopi pada penderita yang mendapatkan AINS menunjukkan
adanya iritasi mukosa lambung berupa petekie, bahkan dapat timbul ulkus pada mukosa
lambung. Secara lokal umumnya obat-obat AINS telah menyebabkan iritasi mukosa, bila
terjadi kontak selama 3 jam, dengan endoskopi tampak tanda-tanda perdarahan mikroskopik.
Secara sistemik obat-obat AINS ini menghambat pembentukan PGE2 yang berfungsi sebagai
proteksi mukosa lambung.
2.6.5 OBAT ANTIINFLAMASI STEROID
Adapun mekanisme kerja obat dari golongan steroid adalah menghambat enzim
fospolifase
sehingga
menghambat
pembentukan
prostaglandin
maupun
leukotrien.
Penggunaan obat antiinflamasi steroid dalam jangka waktu lama tidak boleh dihentikan
secara tiba-tiba, efek sampingnya cukup banyak dapat menimbulkan tukak lambung,
osteoforosis, retensi cairan dan gangguan elektrolit.
Contoh obat antiinflamasi steroid diantaranya, hidrokortison, deksametason, metil
prednisolon, kortison asetat, betametason, triamsinolon, prednison, fluosinolon
17 | A n t i i n fl a m a s i
asetonid, prednisolon, triamsinolon asetonid dan fluokortolon. Penyakit lain yang dapat
diobati dengan anti inflamasi diantaranya, artritis rematoid, demam rematik dan peradangan
sendi.
Obat penurun asam urat
Obat golongan ini digunakan pada pengobatan pout atau encok.penyakit
tersebut merupakan penyakit metabolik,dimana konsentrasi asam urat plasma meningkat
diakibatkan karena produksi asam urat yang berlebihan atau gangguan ekskresi dari
purin.penyakit ini tandai dari serangan arthritis akut diakibatkan penumpukan kristal natirum
urat,suatu produk dari metabolisme purin pada jaringan sinovial pada persendian tulang.pada
kondisi tersebut,reaksi inflamasi juga timbul,melibatkan aktivasi mediator kinin,sistem
komplemen dan plasmin,produk enzim lipoksigenase ( leukotrin B4),rekruitment neutrofil,dan
produksi IL-1.
Terapi penyakit gout melalui beberapa pengobatan:
18 | A n t i i n fl a m a s i
Obat antireumatik.
reumatik merupakan penyakit nyeri sendi yang diakibatkan karena reaksi
autoimun.manifestasinya meliputi reaksi inflamasi,proliferasi sinovium,dan erosi kartilago
dan tulang.beberapa mediator utama pada patogenesis reumatik adalah IL-1 dan TNF alfa.
Pengobatan penyakit reumatik dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan:
19 | A n t i i n fl a m a s i
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Istilah
inflamasi
berasal
dari
bahasa
latin
inflanmare,
yang
berarti
20 | A n t i i n fl a m a s i
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho,agung.2012.obat-obat penting dalam pembelajaran ilmu farmasi dan dunia
kesehatan.yogyakarta:pustaka pelajar.
Departemen
farmakologi
dan
terapeutik
21 | A n t i i n fl a m a s i
fakultas
kedokteran
universitas