Terapi Antiretroviral
Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang
Dewasa dan Remaja
KATA PENGANTAR
Infeksi HIV merupakan masalah kesehatan di dunia dengan jumlah
kasus yang cukup besar. Data UNAIDS tahun 2009 menunjukkan bahwa
terdapat sekitar 33,3 juta orang di dunia yang hidup dengan infeksi HIV dan
AIDS. Jumlah infeksi baru di kalangan dewasa dan anak-anak adalah 2,6 juta
orang dan kematian yang berhubungan dengan AIDS (AIDS-related deaths)
sebesar 1,8 juta.
Data sampai dengan 31 Maret 2011 yang dikumpulkan dari 207 rumah
sakit rujukan antiretroviral (ARV) dan 69 layanan satelit di Indonesia
menunjukkan bahwa jumlah kasus AIDS adalah 24.482 dan estimasi jumlah
orang terinfeksi HIV adalah lebih dari 200 ribu. Rerata kasus baru AIDS setiap
tahun di Indonesia adalah antara 20005000, yang berarti setiap tahun
pemerintah harus menyediakan layanan HIV dan terapi antiretroviral untuk
sebanyak itu. Sementara itu, jumlah orang yang tercatat positif terinfeksi HIV
pada layanan VCT meningkat 10,4% setiap tahun.
Meskipun saat sekarang, secara epidemiologis Indonesia masih berada
pada tingkat Epidemi Rendah (Low Epidemic, 0,2% pada akhir tahun 2010),
tetapi sejumlah propinsi sudah berada pada tahap Epidemi Terkonsentrasi
(concentrated epidemic) dan Epidemi General (generalized epidemic). Hal itu
menunjukkan masih diperlukan segala upaya untuk menurunkan jumlah infeksi
baru, kematian yang berhubungan dengan AIDS, dan meningkatkan kualitas
hidup orang yang terinfeksi HIV dan atau mengalami AIDS, termasuk jumlah
yang mendapatkan terapi antiretroviral.
Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya pedoman nasional
tentang tatalaksana HIV dan terapi antiretroviral yang dapat digunakan sebagai
standar pelayanan di seluruh Indonesia. Adanya standar yang digunakan
secara nasional akan dapat memudahkan para klinisi untuk memberikan
layanan tatalaksana HIV dan AIDS. Selain itu, pedoman nasional dapat
digunakan dalam merencanakan program nasional, termasuk pengadaan obatobat antiretroviral dan obat infeksi oportunsitik, pelaksanaan pemberian
layanan pencegahan (prevensi), terapi dan mitigasi dampak. Pedoman
nasional juga akan sangat berguna untuk melakukan monitoring dan evaluasi
program dan kegiatan.
Beberapa tahun terakhir telah banyak penelitian tentang terapi
antiretroviral yang menyebabkan perubahan berbagai pedoman di dunia.
Tahun 2010 WHO mengeluarkan pedoman baru dengan judul WHO
Antiretroviral Therapy for HIV Infection in Adults and Adolescents.
Recommendation for Public Health Approach, 2010. Sementara itu, Pedoman
Nasional Terapi Antiretroviral (Edisi 2) yang digunakan saat sekarang
dikeluarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, sehingga
perlu dilakukan tinjauan ulang dan revisi sesuai perkembangan hasil penelitian.
Buku pedoman tatalaksana ini disusun oleh Panel Ahli yang terdiri dari
para klinisi dan ahli (akademisi maupun non-akademisi) yang cukup
mempunyai wawasan luas dan pengalaman memberikan layanan rawatan HIV
dan AIDS dan pengobatan antiretroviral. Anggota panel ahli ditunjuk oleh Sub
Direktorat AIDS, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan berasal dari
berbagai institusi pendidikan, rumah sakit dan lembaga swadaya masyarakat di
Indonesia.
Pedoman berisi tentang tatalaksana medis infeksi HIV sampai terapi
antiretroviral beserta monitoringnya. Diharapkan pedoman dapat digunakan
oleh para klinisi dan pengambil kebijakan di berbagai tingkat fasilitas pelayanan
kesehatan.
Semoga bermanfaat.
Tim Penyusun
ii
KATA SAMBUTAN
Buku Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral Edisi Ketiga tahun 2011
merupakan pemutakhiran buku Pedoman Nasional Penggunaan Terapi
Antiretroviral yang diterbitkan pada tahun 2007.
Dengan makin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, makin
kompleksnya masalah pengobatan ARV, serta komplikasi dan efek samping
obat pada ODHA, maka diperlukan Pedoman ARV lanjutan termasuk ARV lini
ke-2. Buku pedoman dirumuskan kembali oleh tim perumus dari seluruh lintas
program dan lintas sektor yang dipimpin oleh Kementerian Kesehatan dengan
mengadaptasi Pedoman WHO tahun 2010: Antiretroviral Therapy For Hiv
Infection In Adults And Adolescents In Resource-Limited Settings: Towards
Universal Access Recommendations For A Public Health Approach dan
mengacu pada buku Management of HIV Infection and Antiretroviral Therapy in
Adults and Adolescents, A Clinical Manual, yang dterbitkan oleh WHO SEARO
2007.
Diharapkan buku ini akan bermanfaat sebagai pedoman dalam
melaksanakan program pengobatan antiretroviral di Indonesia untuk
memberikan kontribusi pada dalam upaya mencapai Universal Access tahun
2010,
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... I
KATA SAMBUTAN .......................................................................................................................... III
KATA SAMBUTAN .......................................................................................................................... III
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... IV
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH .......................................................................................... VII
TIM PENYUSUN ............................................................................................................................... X
RINGKASAN REKOMENDASI....................................................................................................... XI
1 PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
A. SITUASI EPIDEMI DAN PROGRAM PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI INDONESIA ......................... 1
B. TUJUAN PEDOMAN TERAPI ARV............................................................................................... 3
C. SASARAN PENGGUNA PEDOMAN TERAPI ARV ......................................................................... 3
2 PAKET LAYANAN KESEHATAN HIV DAN AIDS ................................................................. 5
A. KONSELING DAN TES HIV ......................................................................................................... 6
B. DIAGNOSIS LABORATORIS INFEKSI HIV PADA ORANG DEWASA DAN REMAJA ........................... 7
C. KONSEP 3 I S UNTUK KO-INFEKSI HIV/TB ................................................................................. 9
D. PENGOBATAN PENCEGAHAN KOTRIMOKSASOL (PPK) ............................................................ 10
E. INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) ......................................................................................... 10
F. ASPEK PENCEGAHAN DALAM PENGOBATAN (TREATMENT AS PREVENTION)............................ 10
G. POSITIVE PREVENTION ........................................................................................................... 11
H. KESIAPAN DALAM TERAPI ANTIRETROVIRAL ............................................................................. 11
3 PEMERIKSAAN DAN TATALAKSANA SETELAH DIAGNOSIS HIV DITEGAKKAN ...... 13
A. PENILAIAN STADIUM KLINIS .................................................................................................... 13
B. PENILAIAN IMUNOLOGI (PEMERIKSAAN JUMLAH CD4) ............................................................. 13
C. PENILAIAN VIROLOGI (PEMERIKSAAN VIRAL LOAD) ................................................................. 13
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM LAIN SEBELUM MEMULAI TERAPI .............................................. 14
E. PERSYARATAN LAIN SEBELUM MEMULAI TERAPI ARV.............................................................. 14
4 PENGOBATAN PENCEGAHAN KOTRIMOKSASOL (PPK) ............................................. 15
A. DESENSITISASI KOTRIMOKSASOL............................................................................................ 15
5 SAAT MEMULAI TERAPI ARV PADA ODHA DEWASA DAN REMAJA .......................... 17
A. TIDAK TERSEDIA PEMERIKSAAN CD4 ...................................................................................... 17
B. TERSEDIA PEMERIKSAAN CD4 ................................................................................................ 17
C. MEMULAI TERAPI ARV PADA KEADAAN INFEKSI OPORTUNISTIK (IO) YANG AKTIF .................. 18
D. TATALAKSANA IO SEBELUM MEMULAI TERAPI ARV ................................................................. 18
6 REJIMEN ANTIRETROVIRAL LINI PERTAMA ................................................................... 19
A. REJIMEN ARV LINI PERTAMA YANG DIANJURKAN ................................................................... 19
B. BERBAGAI PERTIMBANGAN DALAM PENGGUNAAN DAN PEMILIHAN REJIMEN ART .................... 20
C. REJIMEN OBAT ARV YANG TIDAK DIANJURKAN ...................................................................... 23
D. SINDROM PEMULIHAN KEKEBALAN (IMMUNE RECONSTITUTION SYNDROME = IRIS) ................ 24
7 KEPATUHAN ........................................................................................................................... 27
8 TERAPI ANTIRETROVIRAL PADA POPULASI KHUSUS.................................................. 31
A. TERAPI ARV UNTUK PEREMPUAN ........................................................................................... 31
B. TERAPI ARV UNTUK KO-INFEKSI HIV/HEPATITIS B (HBV) DAN HEPATITIS C (HCV) .............. 33
C. TERAPI ARV UNTUK KO-INFEKSI HIV/TUBERKULOSIS ............................................................ 37
D. TERAPI ARV PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIK ..................................................................... 39
E. TERAPI ARV UNTUK INDIVIDU DENGAN PENGGUNAAN METADON ............................................ 39
F. TERAPI ARV PADA KEADAAN NEFROPATI YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIV (HIVASSOCIATED NEPHROPATHY = HIVAN) .................................................................................. 40
G. TERAPI ARV UNTUK PROFILAKSIS PASCA PAJANAN (PPP ATAU POST EXPOSURE
PROPHYLAXIS = PEP) ............................................................................................................ 40
9 PEMANTAUAN KLINIS DAN LABORATORIS SELAMA TERAPI ARV LINI
PERTAMA ................................................................................................................................ 41
A. PASIEN YANG BELUM MEMENUHI SYARAT ART........................................................................ 41
B. MONITORING PASIEN DALAM TERAPI ANTIRETROVIRAL ........................................................... 41
iv
Daftar Tabel
TABEL 2.
TABEL 3.
TABEL 4.
TABEL 5.
TABEL 6.
TABEL 7.
TABEL 8.
TABEL 9.
TABEL 10.
TABEL 11.
TABEL 12.
TABEL 13.
TABEL 14.
TABEL 15.
TABEL 16.
TABEL 17.
TABEL 18.
TABEL 19.
TABEL 20.
TABEL 21.
TABEL 22.
TABEL 24.
TABEL 25.
TABEL 26.
TABEL 27.
TABEL 1. .......................... GEJALA DAN TANDA KLINIS YANG PATUT DIDUGA INFEKSI HIV 7
INTERPRETASI DAN TINDAK LANJUT HASIL TES A1 ........................................................ 9
INDIKASI PEMBERIAN KOTRIMOKSASOL SEBAGAI PROFILAKSIS PRIMER. ......................... 15
PROTOKOL DESENSITISASI KOTRIMOKSASOL ............................................................. 16
PROTOKOL DESENSITISASI CEPAT KOTRIMOKSASOL. .................................................. 16
SAAT MEMULAI TERAPI PADA ODHA DEWASA ........................................................... 18
TATALAKSANA IO SEBELUM MEMULAI TERAPI ARV .................................................... 18
REJIMEN LINI PERTAMA YANG DIREKOMENDASIKAN PADA ORANG DEWASA YANG BELUM
PERNAH MENDAPAT ART (TREATMENT- NAVE) .......................................................... 20
REJIMEN ARV YANG TIDAK DIANJURKAN ................................................................... 23
PENYAKIT INFEKSI DAN NON INFEKSI PENYEBAB IRIS PADA PASIEN HIV ....................... 26
PRINSIP TERAPI UNTUK KO-INFEKSI HIV-HEPATITIS B ............................................... 34
PENGOBATAN HEPATITIS C ..................................................................................... 36
RESPON VIROLOGIS PENGOBATAN HEPATITIS C ....................................................... 36
TERAPI ARV UNTUK PASIEN KO-INFEKSI TB-HIV ...................................................... 38
REJIMEN ARV BAGI ODHA YANG KEMUDIAN MUNCUL TB AKTIF ................................ 39
PEMANTAUAN KLINIS DAN LABORATORIS YANG DIANJURKAN SELAMA PEMBERIAN
REJIMEN ARV LINI PERTAMA .................................................................................. 44
EFEK SAMPING ARV .............................................................................................. 46
TINGKAT TOKSISITAS OBAT ARV DAN TATALAKSANANYA ........................................... 47
SUBSTITUSI OBAT ARV INDIVIDUAL PADA KEJADIAN TOKSISITAS DAN INTOLERANSI ...... 48
KRITERIA GAGAL TERAPI ........................................................................................ 52
PILIHAN ART LINI KEDUA ........................................................................................ 54
PEMANTAUAN KLINIS DAN LABORATORIS SEBELUM DAN SELAMA TERAPI ARV LINI
KEDUA ................................................................................................................. 55
PENILAIAN PAJANAN UNTUK PROFILAKSIS PASCAPAJANAN HIV................................... 59
REJIMEN ARV UNTUK PROFILAKSIS PASCA PAJANAN ................................................ 60
PEMANTAUAN LABORATORIUM PADA PROFILAKSIS PASCAPAJANAN ............................. 60
DIAGNOSIS KLINIS DAN TATALAKSANA INFEKSI OPORTUNISTIK.................................... 69
Daftar Gambar
GAMBAR
GAMBAR
GAMBAR
GAMBAR
GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
GAMBAR
GAMBAR
GAMBAR
GAMBAR
GAMBAR
6.
7.
8.
9.
10.
Daftar Lampiran
LAMPIRAN 1.
LAMPIRAN 2.
LAMPIRAN 3.
LAMPIRAN 4.
LAMPIRAN 5.
LAMPIRAN 6.
LAMPIRAN 7.
LAMPIRAN 8.
LAMPIRAN 9.
LAMPIRAN 10.
LAMPIRAN 11.
LAMPIRAN 12.
LAMPIRAN 13.
LAMPIRAN 15.
LAMPIRAN 16.
vi
transmission
pencegahan
viii
RT Reverse transcriptase
RTI Reverse transcriptase inhibitor
RTV-PI ritonavir-boosted protease inhibitor (PI yang diperkuat dengan
ritonavir)
/r ritonavir dosis rendah sebagai booster
SGOT serum glutamic oxaloacetic transaminase (=AST)
SGPT serum glutamic pyruvate transaminase (=ALT)
SMX sulfametoksasol
SQV saquinavir
SSP sistem saraf pusat
TB Tuberkulosis
TDF tenofovir disoproxil fumarate
TLC Total lymphocyte count (jumlah limfosit total)
TMP trimetoprim
ULN Upper-limit Normal (Nilai normal tertinggi)
UNAIDS Joint United Nations Programme on HIV/ AIDS
VCT voluntary counseling and testing (tes HIV secara sukarela disertai
dengan konseling)
WHO World Health Organization
ZDV zidovudine (juga dikenal sebagai AZT)
ix
RINGKASAN REKOMENDASI
Pemberian
Kotrimoksasol
Kapan Memulai Semua dewasa termasuk dengan infeksi HIV dengan CD4 < 350
sel/mm3 harus memulai terapi antiretroviral (ART), terlepas ada
tidaknya gejala klinis.
Individu dengan gejala klinis yang berat (Stadium klinis 3 atau 4)
harus memulai ART berapapun jumlah CD4nya.
Apa yang
harus
digunakan
sebagai Lini
Pertama
Apa yang
harus
digunakan
pada Lini
Kedua
Monitoring
Laboratoris
Koinfeksi
HIV/TB
Koinfeksi
HIV/HBV
Ibu Hamil
Mulai ART pada semua ibu hamil terinfeksi HIV, apapun stadium
klinisnya atau berapapun jumlah CD4.
Jangan menggunakan EFV selama trimester I kehamilan
xi
xii
Populasi Target
Koinfeksi HIV/TB
xiii
1 PENDAHULUAN
A. Situasi Epidemi dan Program Penanggulangan HIV/AIDS di
Indonesia
Penemuan obat antiretroviral (ARV) pada tahun 1996 mendorong suatu
revolusi dalam perawatan ODHA di negara maju. Meskipun belum mampu
menyembuhkan penyakit dan menambah tantangan dalam hal efek samping
serta resistensi kronis terhadap obat, namun secara dramatis terapi ARV
menurunkan angka kematian dan kesakitan, meningkatkan kualitas hidup
ODHA, dan meningkatkan harapan masyarakat, sehingga pada saat ini HIV
dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan dan tidak
lagi dianggap sebagai penyakit yang menakutkan.
Di Indonesia, sejak tahun 1999 telah terjadi peningkatan jumlah ODHA
pada kelompok orang berperilaku risiko tinggi tertular HIV yaitu para penjaja
seks komersial dan penyalah-guna NAPZA suntikan di beberapa provinsi
seperti DKI Jakarta, Riau, Bali, Jabar dan JATIM sehingga provinsi tersebut
tergolong sebagai daerah dengan tingkat epidemi terkonsentrasi (concentrated
level of epidemic). Sedang tanah Papua sudah memasuki tingkat epidemi
meluas (generalized epidemic). Hasil estimasi tahun 2006, di Indonesia
terdapat 193.000 orang dengan HIV positif.
Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral ini akan terus diperbaharui
secara periodik dengan mengacu pada pedoman dan rekomendasi WHO
sesuai dengan perkembangan bukti ilmiah yang berupa kajian klinik dan
penelitian observasional atas efikasi, efek samping obat serta pengalaman
pemakaian ARV oleh program di negara dengan keterbatasan sumber daya,
seperti obat dan biaya.
Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral Edisi Ketiga tahun 2011 ini
memuat rekomendasi tentang terapi dan pemantauan terapi ARV yang
dimaksudkan sebagai satu komponen paket perawatan komprehensif
berkesinambungan di Indonesia, antara lain pencegahan dan pengobatan
infeksi oportunistik,
program gizi dan dukungan psikososial kepada ODHA yang
membutuhkan. Pedoman terapi memuat informasi tentang saat untuk memulai
terapi ARV (when to start), cara memilih obat (what to start), pemantauan dan
kepatuhan terapi, penggantian rejimen obat (substitute) bila ada efek samping
atau toksisitas, dan penggantian rejimen (switch) bila harus ganti ke lini
berikutnya.
1
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
2 PAKET LAYANAN
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Tabel 1.
Keadaan Umum
Kehilangan berat badan >10% dari berat badan dasar
o
Demam (terus menerus atau intermiten, temperatur oral >37,5 C) yang lebih
dari satu bulan
Diare (terus menerus atau intermiten) yang lebih dari satu bulan
Limfadenopati meluas
Kulit
PPE* dan kulit kering yang luas* merupakan dugaan kuat infeksi HIV.
Beberapa kelainan seperti kutil genital (genital warts), folikulitis dan psoriasis
sering terjadi pada ODHA tapi tidak selalu terkait dengan HIV
Infeksi
Infeksi jamur
Kandidiasis oral*
Dermatitis seboroik*
Kandidiasis vagina kambuhan
Infeksi viral
Herpes zoster (berulang atau melibatkan lebih dari
satu dermatom)*
Herpes genital (kambuhan)
Moluskum kontagiosum
Kondiloma
Gangguan
Batuk lebih dari satu bulan
pernafasan
Sesak nafas
Tuberkulosis
Pnemoni kambuhan
Sinusitis kronis atau berulang
Gejala neurologis
Nyeri kepala yang semakin parah (terus menerus
dan tidak jelas penyebabnya)
Kejang demam
Menurunnya fungsi kognitif
* Keadaan tersebut merupakan dugaan kuat terhadap infeksi HIV
Sumber : Searo 2007
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
A1
A1+
A1-
A2
A2+
A2Ulangi A1, A2
A1+, A2+
A3
A1+, A2+,A3+
Lapor sbg
non-reaktif
A1+, A2+,A3-
A1+, A2-,A3+
Risiko Tinggi
Lapor sbg
reaktif
A1-, A2-
Anggap sbg
indeterminate
Risiko Rendah
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Tabel 2.
Hasil
Interpretasi
Tindak Lanjut
Bila yakin tidak ada faktor risiko dan
Indeterminate
Non-reaktif
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
G. Positive Prevention
Sangat penting untuk disadari bahwa penurunan jumlah virus akibat
ART harus disertai dengan perubahan perilaku berisiko. Dengan demikian
penggunaan ART secara konsisten dan rejimen yang tepat, penggunaan
kondom yang konsisten, perilaku seks dan NAPZA yang aman, pengobatan
IMS yang konsisten dengan rejimen yang tepat mutlak diperlukan untuk
pencegahan penularan HIV.
11
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Pasien memenuhi
syarat ART
Tidak Ada IO
Ada IO
MULAI ARV
Berikan perencanaan
pengobatan dan
pemberian ART
Vaksinasi (jika pasien
mampu)
MULAI ART jika pasien
sudah masuk dalam
kriteria medis
pemberian ARV
12
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
14
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
4 PENGOBATAN PENCEGAHAN
KOTRIMOKSASOL (PPK)
Berbagai penelitian telah membuktikan efektifitas profilaksis
kotrimoksasol dalam menurunkan angka kematian dan kesakitan pada orang
yang terinfeksi HIV. Hal tersebut dikatikan dengan penurunan insidensi infeksi
bakterial, parasit dan Pneumocystis carinii (sekarang disebut P. jiroveci)
pneumonia
Oleh karena itu dianjurkan bagi semua ODHA dewasa dan remaja yang
memenuhi kriteria klinik dan imunitas untuk terapi ARV harus pula diberi
profilaksis kotrimoksasol
Tabel 3.
Indikasi
Saat penghentian
Dosis
2 tahun setelah
penggunaan
kotrimoksasol jika
mendapatkan ARV.
Seumur hidup jika pasien
tidak mendapatkan ARV
Trimetropim 8
10 mg/kg BB
dosis tunggal
Monitoring
Efek samping
berupa tanda
hipersensitivitas
seperti demam,
rash, sindrom
Steven Johnson,
tanda penekanan
sumsum tulang
seperti anemi,
trombositopeni,
lekopeni,
pansitopeni
Interaksi obat
dengan ARV dan
obat lain yang
digunakan dalam
pengobatan
penyakit terkait
HIV.
A. Desensitisasi Kotrimoksasol
Dalam keadaan terjadi reaksi hipersensitivitas terhadap Kotrimoksasol
dan kemudian akan memulai lagi maka perlu dilakukan desensitisasi obat.
Angka keberhasilan desensitisasi kotrimoksasol cukup tinggi yaitu 70% dari
ODHA yang pernah mengalami reaksi alergi yang ringan hingga sedang.
15
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Dosis
Hari 1
Hari 2
Hari 3
Hari 4
Hari 5
Hari 6
Keterangan:
Setiap 5 ml sirup Kotrimoksasol mengandung 200 mg SMX + 40 mg TMP
16
Dosis (TMP/SMX)
Dilusi (Pengenceran)
0,004/0,02mg
1:10.000 (5mL)
0,04/0,2mg
1:1.000 (5 mL)
0,4/2mg
1:100 (5mL)
4/20mg
1:10 (5 mL)
40/200mg
160/800mg
1 tablet forte
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
17
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Tabel 6.
Target Populasi
Stadium Klinis
Pasien HIV
dewasa
Stadium klinis 1
dan 2
Rekomendasi
Mulai terapi
Stadium klinis 3
dan 4
Berapapun jumlah
sel CD4
Mulai terapi
Apapun Stadium
klinis
Berapapun jumlah
sel CD4
Mulai terapi
Apapun Stadium
klinis
Berapapun jumlah
sel CD4
Mulai terapi
Ibu Hamil
Apapun Stadium
klinis
Berapapun jumlah
sel CD4
Mulai terapi
18
Rekomendasi
ARV diberikan langsung setelah diagnosis infeksi
ditegakkan
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
PERTAMA
A. Rejimen ARV Lini Pertama yang Dianjurkan
Pemerintah menetapkan rejimen yang digunakan dalam pengobatan
ARV berdasarkan pada 5 aspek yaitu:
Efektivitas
Efek samping / toksisitas
Interaksi obat
Kepatuhan
Harga obat
Prinsip dalam pemberian ARV adalah
7
19
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Populasi Target
Pilihan yang
direkomendasikan
Perempuan hamil
Ko-infeksi HIV/TB
Ko-infeksi
HIV/HBV
Catatan
Merupakan pilihan rejimen yang sesuai
untuk sebagian besar pasien
Gunakan FDC jika tersedia
Tidak boleh menggunakan EFV pada
trimester pertama
TDF bisa merupakan pilihan
Mulai terapi ARV segera setelah terapi TB
dapat ditoleransi (antara 2 minggu hingga 8
minggu)
Gunakan NVP atau triple NRTI bila EFV
tidak dapat digunakan
Pertimbangkan skrining HBsAg sebelum
memulai ART, terutama bila TDF bukan
pilihan rejimen lini pertama. Diperlukan
penggunaan 2 ARV yang memiliki aktivitas
anti-HBV
20
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
21
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
atau
AZT+3TC +TDF
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Rejimen ARV
d4T + AZT
d4T + ddI
3TC + FTC
23
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
24
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Pasien Telah
mendapatkan ARV < 12
minggu
Termasuk imunesupresi
berat atau infeksi yang
terlewatkan sewaktu
skrining
Teruskan ARV
Obati IO yang ditemukan
Diagnosis
dan tangani
sebagai IRIS
Teruskan ARV
Stop ARV jika mengancam
nyawa
Obati IO jika sebelumnya belum
mendapatkan pengobatan
Diberikan NSAID atau metal
prednisolon dengan dosis 0,5 1 mg/kg bb selama 10 14 hari
25
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Tabel 10. Penyakit infeksi dan non infeksi penyebab IRIS pada pasien
HIV
Penyakit Infeksi
Mycobacteria
Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium avium complex
Mycobacteria lainnya
Cytomegalovirus
Herpes viruses Guillain-Barre' syndrome
Herpes zoster virus
Herpes simplex virus [
Herpes virus-associated Kaposi's sarcoma
Cryptococcus neoformans]
Pneumocystis jirovecii pneumonia (PCP)
Histoplasmosis capsulatum
Toxoplasmosis
Hepatitis B virus
Hepatitis C virus
Progressive multifocal leukoencephalitis
Parvovirus B19 [110]
Strongyloides stercoralis infection
other parasitic infections
Molluscum contagiosum & genital wart
Sinusitis
Folliculitis
Rheumatologic/Autoimmune
Rheumatoid arthritis
Systemic lupus erythematosus (SLE)
Graves disease
Autoimmune thyroid disease
Sarcoidosis & granulomatous reactions
Tattoo ink
AIDS-related lymphoma
Guillain-Barre' syndrome
Interstitial lymphoid pneumonitis
Sumber : Murdoch D. Immune reconstitution inflammatory syndrome (IRIS): review of common infectious
manifestations and treatment options. AIDS Research and Therapy 2007, 4:9 doi:10.1186/1742-6405-4-9
26
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
8 KEPATUHAN
Kepatuhan atau Adherence pada terapi adalaj seuatu keadaan dimana
pasien mematuhi pengobatannya atas dasar kesadaran sendiri, bukan hanya
karena mematuhi perintah dokter. Hal ini penting karena diharapkan akan lebih
meningkatkan angka kepatuhannya karena adalah kesadarannya sendiri.
Adherence atau kepatuhan harus selalu dipantau dan dievaluasi secara teratur
serta didorong pada setiap kunjungan. Kegagalan terapi ARV sering akibat dari
atau sering dihubungkan dengan ketidakpatuhan pasien pada terapinya..
Untuk mencapai supresi virologis yang baik diperlukan tingkat
kepatuhan berobat ARV yang sangat tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa
untuk mencapai tingkat supresi virus yang optimal setidaknya 95% dari semua
dosis tidak boleh terlupakan. Tingkat kepatuhan yang lebih rendah dari yang
tersebut sering terkait dengan kegagalan virologis. Untuk menjaga kepatuhan
pada tingkat yang diharapkan tidaklah mudah. Perlu suatu kerjasama yang
baik antara tenaga kesehatan dengan pasien serta menciptakan suasana
pengobatan menjadi lebih nyaman.
Faktor yang mempengaruhi atau menjadi faktor prediksi kepatuhan:
1. Faktor sistem layanan kesehatan. Sistem layanan yang berbelit, birokratik
serta sistem pembiayaan kesehatan yang mahal, tidak jelas dan birokratik
adalah penghambat yang berperan sangat signifikan terhadap kepatuhan,
karena hal tersebut menyebabkan pasien tidak dapat mengakses layanan
kesehatan dengan mudah.
2. Faktor pasien. Meliputi faktor sosiodemografi (umur, jender, ras/etnis,
penghasilan, pendidikan, buta/melek huruf, asuransi kesehatan, dan asal
kelompok dalam masyarakat misal waria atau pekerja seks komersial) dan
faktor psikososial (kesehatan jiwa, penggunaan napza, lingkungan dan
dukungan sosial, pengetahuan dan perilaku terhadap HIV dan terapinya).
3. Rejimen terapi. Meliputi jumlah pil yang harus diminum, kompleksnya
rejimen (frekuensi minum dan pengaruh dengan makanan), karakteristik
obat, dan efek samping jangka pendek dan panjang
4. Karakteristik penyakit. Meliputi stadium klinis dan lamanya sejak
terdiagnosis HIV, infeksi oportunistik penyerta, dan gejala yang
berhubungan dengan HIV. Adanya infeksi oportunistik atau penyakit lain
menyebabkan penambahan jumlah obat yang harus diminum juga.
5. Hubungan pasien-tenaga kesehatan. Karakteristik hubungan pasien-tenaga
kesehatan yang dapat mempengaruhi kepatuhan meliputi kepuasan dan
kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan dan staf klinik, pandangan
pasien terhadap kompetensi tenaga kesehatan, kesediaan tenaga
kesehatan untuk melibatkan pasien dalam proses penentuan keputusan,
nada afeksi dari hubungan tersebut (hangat, terbuka, kooperatif, dll), dan
kesesuaian kemampuan dan kapasitas tempat layanan dengan kebutuhan
pasien
27
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Langkah 3:
Mencari penyelesaian masalah praktis dan
membuat rencana terapi.
28
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
29
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Jelaskan cara makan obat (contohnya ada obat yang harus ditelan
bersama dengan makanan, ada yang pada saat perut kosong, ada
yang perlu disertai dengan banyak minum).
Jelaskan efek samping dari setiap obat dan pastikan bahwa pasien
memahami hal tersebut sebelum dimulai terapi ARV.
Tekankan bahwa meskipun sudah menjalani terapi ARV harus tetap
menggunakan kondom ketika melakukan aktifitas seksual atau
menggunakan alat suntik steril bagi para penasun.
Sampaikan bahwa obat tradisional (herbal) dapat berinteraksi dengan
obat ARV yang diminumnya. Pasien perlu dikonseling secara hati-hati
tentang obat-obat yang boleh terus dikonsumsi dan tidak.
Tekankan bahwa kunjungan ke klinik secara teratur sangat penting
untuk memantau kemajuan pengobatan, efek samping dan kepatuhan.
Hubungi pasien yang tidak dapat memenuhi janji/jadwal berkunjung
dengan telepon.
30
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
9 TERAPI ANTIRETROVIRAL
31
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
1. Mulai ART pada semua ibu hamil terinfeksi HIV jika jumlah sel
CD4 350 sel/mm3, apapun gejala klinisnya.
2. Diperlukan pemeriksaan jumlah CD4 untuk menentukan apakah
ibu hamil terinfeksi HIV dengan stadium klinis 1 dan 2 perlu
memulai terapi ARV atau profilaksis.
3. Mulai ART pada semua ibu hamil terinfeksi HIV dengan stadium
klinis 3 atau 4, berapapun jumlah CD4nya.
Terapi ARV untuk Ibu Hamil terinfeksi HIV yang belum memenuhi
syarat Terapi ARV
Dalam keadaan ODHA hamil dengan keadaaan belum memenuhi syarat
terapi ARV (stadium klinis 1 dengan jumlah CD4 di atas 350 sel/mm3) maka
rejimen yang diberikan adalah sebagai berikut:
IBU
BAYI
Terapi ARV untuk Ibu Hamil terinfeksi HIV yang sudah memenuhi
syarat Terapi ARV
Gunakan salah satu rejimen berikut untuk ibu hamil yang baru mendapat
ART dan memenuhi syarat untuk ART:
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
33
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
1. Hepatic flares
Penampilan flare khas sebagai kenaikan tidak terduga dari
SGPT/SGOT dan munculnya gejala klinis hepatitis (lemah, mual, nyeri
abdomen, dan ikterus) dalam 6-12 minggu pemberian ART. Flares sulit
dibedakan dari reaksi toksik pada hati yang dipicu oleh ART atau obat
hepatotoksik lainnya seperti Kotrimoksasol, OAT. Obat anti Hepatitis B harus
diteruskan selama gejala klinis yang diduga flares terjadi. Bila tidak dpat
membedakan antara kekambuhan hepatitis B yang berat dengan gejala
toksisitas ART derajat 4, maka ART perlu dihentikan hingga pasien dapat
distabilkan.
Saat kemungkinan terjadi hepatic flares:
1. Setelah terapi ARV dimulai sebagai bagian dari IRIS
2. Ketika terapi ARV dihentikan
Tabel 11. Prinsip Terapi untuk Ko-infeksi HIV-Hepatitis B
Pilihan terapi ARV
Rejimen ART lini pertama dimasukkan obat yang punya khasiat anti
HBV bila diketahui HBsAg positif dan HBeAg positif
Pilihan NNRTI
EFV
NVP harus digunakan secara hati-hati dengan pemantauan teratur
pada pasien dengan ko-infeksi HIV-HBV derajat 1, 2 atau 3 dengan
kenaikan GPT/GOT
3TC harus dilanjutkan sebagai terapi ARV lini kedua meskipun telah
terjadi kegagalan.
Resistensi HBV
34
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
anti HBV.
Hasil terapi
Kambuh
Akan muncul segera setelah terapi ARV dimulai dalam bentuk IRIS.
Penghentian 3TC dapat berakibat kambuhnya hepatitis
FTC
FTC memiliki efek supresi HBV dan profil keamanan yang serupa
dengan 3TC. Demikian juga profil resisteninya.
35
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Kriteria Pemberian
Anti HCV + dan HCV RNA
+
Peningkatan SGPT
Tidak dalam keadaan
menyusui atau hamil
Keterangan
Pegylated interferon dan
ribavirin bersifat teratogenik,
pemeriksaan kehamilan dan
penggunaan alat KB perlu
dilakukan.
Pengobatan yang diberikan adalah Pegylated Interferon Alfa 2A/2B + Ribavirin. Perlu dilakukan
pemeriksaan genotyping HCV sebelum pengobatan. Lama pemberian tergantung dari
genotype dari Hepatitis C. Pada genotype 2 & 3 diberikan selama 24 minggu dan genotype 1 &
4 diberikan selama 48 minggu. Dosis pegylated interferon Alfa 2A+ Ribavirin adalah
180g/minggu + Ribavirin 1000( BB < 75kg) 1200 mg ( BB > 75kg). Dosis Pegylated
interferon Alfa 2 B +ribavirin adalah 1,5g/kg/minggu + Ribavirin 800 ( < 65kg) 1200 mg ( >
65kg).
Di adaptasi dari: Ghanny et all. Diagnosis, Management, and Treatment of Hepatitis C: An
Update. HEPATOLOGY, Vol. 49, No. 4, 2009.
ASHM guideline.HIV, Viral Hepatitis and STIs, a guide for primary care. 2008
edition
Respon Virologi
Definisi
Breakthrough
Relapse
Non Responder
Null responder
Partial responder
Penurunan > 2 log HCV RNA dan HCV RNA tetap positif
setelah 24 minggu pengobatan
Sumber : Ghanny et all. Diagnosis, Management, and Treatment of Hepatitis C: An Update. HEPATOLOGY, Vol. 49,
No. 4, 2009
36
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Risiko
Anjuran
Ribavirin + ddI
Pankreatitis / asidosis
laktat
Ribavirin + AZT
Anemia
Interferon + EFV
Depresi berat
Pada pasien dengan jumlah CD4 yang tinggi lebih baik memberi terapi Infeksi HCV
sebelum terapi HIV
Pada pasien yang sudah memerlukan ART dianjurkan untuk memulai ART terlebih
dahulu untuk mendapatkan angka respon (response rate) terapi HCV yang lebih baik
37
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Keterangan
Berapapun
jumlah CD4
CD4 tidak
mungkin
diperiksa
Pertimbangkan terapi
ARV mulai 2 8 minggu
setelah terapi TB dimulai
38
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Tabel 15. Rejimen ARV bagi ODHA yang Kemudian Muncul TB Aktif
Rejimen ARV
Lini pertama
Lini kedua
2 NRTI + EFV
2 NRTI + NVP
Tripel NRTI
2 NRTI + PI/r
39
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
40
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
41
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
bila menggunakan NVP untuk perempuan dengan CD4 antara 250 350
sel/mm maka perlu dilakuan monitoring enzim transaminase pada minggu
2, 4, 8 dan 12 sejak memulai ART (bila memungkinkan), dilanjutkan dengan
monitoring berdasar gejala klinis
Evaluasi fungsi ginjal perlu dilakukan untuk pasien yang mendapatkan TDF
Keadaan hiperlaktatemia dan asidosis laktat dapat terjadi pada beberapa
pasien yang mendapatkan NRTI, terutama d4T atau ddI. Tidak
direkomendasi untuk pemeriksaan kadar asam laktat secara rutin, hanya
bila pasien menunjukkan tanda dan gejala yang mengarah pada asidosis
laktat. Diharapkan adanya sarana pemeriksaan kadar asam laktat di rumah
sakit rujukan
Penggunaan Protease Inhibitor (PI) dapat mempengaruhi metabolisme
glukosa dan lipid. Beberapa ahli menganjurkan monitoring kimia serum
secara reguler tetapi lebih diutamakan untuk dilakukan atas dasar tanda
dan gejala
Pengukuran Viral Load (VL) sampai sekarang tidak dianjurkan untuk
memonitor pasien dalam ART dalam keadaan terbatas fasilitas dan
kemampuan pasien. Pemeriksaan VL perlu dipertimbangkan untuk
diagnosis infeksi HIV pada bayi yang terpapar HIV di usia di bawah 18
bulan. Untuk dewasa, pemeriksaan VL digunakan untuk membantu
diagnosis gagal terapi. Hasil VL dapat memprediksi gagal terapi lebih awal
dibandingkan dengan hanya menggunakan monitoring klinis dan
pemeriksaan jumlah CD4
Jika pengukuran VL dapat dilakukan maka dengan pemberian ARV
diharapkan akan terjadi penurunan VL sebesar 2 log dalam 2 bulan
pertama dan undetectable pada bulan ke 6
3. Monitoring lain
Enam bulan sejak memulai ART merupakan masa yang kritis dan
penting. Diharapkan dalam masa tersebut akan terjadi perkembangan klinis
dan imunologis ke arah yang lebih baik, akan tetapi hal tersebut kadang tidak
terjadi dan atau terjadi toksisitas obat. Selain itu bisa juga terjadi suatu Immune
Reconstitution Inflammatory Syndrome (IRIS). Pada keadaan tersebut pasien
seolah-olah mengalami perburukan klinis yang sebetulnya merupakan suatu
keadaan pemulihan respon imunitas (yang kadang sampai menimbulkan gejala
peradangan/inflamasi berlebihan).
Berbagai faktor mempengaruhi perkembangan klinis dan imunologis
sejak memulai ART, antara lain beratnya keadaan klinis dan rendahnya jumlah
CD4 saat memulai. Selain itu perlu diingat juga bahwa pemulihan keadaan
klinis dan imunologis tersebut memerlukan waktu untuk bisa terjadi dan
menunjukkan hasil. Di bawah akan diulas beberapa hal yang perlu dimonitor
pada pasien yang mendapat ART, baik pada 6 bulan pertama maupun
pemantauan jangka panjang.
4. Pemantauan pemulihan jumlah sel CD4
Dengan dimulainya ART, sebagian besar pasien akan menunjukkan
peningkatan jumlah CD4 dan akan berlanjut bertahun-tahun dengan terapi
yang efektif. Kadang keadaan tersebut tidak terjadi terutama pada pasien
42
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
dengan jumlah CD4 yang sangat rendah pada saat mulai terapi. Meskipun
demikian, pasien dengan jumlah CD4 yang sangat rendah tetap dapat
mencapai pemulihan imun yang bagus tetapi kadang memerlukan waktu yang
lebih lama.
Pada pasien yang tidak pernah mencapai jumlah CD4 yang lebih dari
200 sel/mm3 dan atau pasien yang pernah mencapai jumlah CD4 yang tinggi
tetapi kemudian turun secara progresif tanpa ada penyakit/kondisi medis lain,
maka perlu dicurigai adanya keadaan gagal imunologis.
Data jumlah CD4 saat mulai ART dan perkembangan CD4 yang
dievaluasi tiap 6 bulan sangat diperlukan untuk menentukan adanya kegagalan
imunologis. Pada sebagian kecil pasien dengan stadium lanjut dan jumlah CD4
yang rendah pada saat mulai ART, jumlah CD4 tidak meningkat atau sedikit
turun meski terjadi perbaikan klinis.
5. Kematian dalam ART
Secara umum, penyebab kematian pasien dengan infeksi HIV
disebabkan karena penanganan infeksi oportunistik yang tidak adekuat dan
tidak mendapatkan akses ARV sama sekali.
Semua penelitian menunjukkan manfaat yang sangat besar dengan
pemberian HAART, termasuk penurunan angka kematian yang significant,
akan tetapi kematian dapat timbul dalam masa pemberian ARV, hal tersebut
terjadi terutama dalam 6 bulan pertama. Keadaan tersebut utamanya terjadi
pada pasien yang memulai ART dengan keadaan stadium klinis 4,
imunosupresi yang berat, dan jumlah CD4 yang sangat rendah.
43
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Setiap 6
bulan
Minggu
ke 24
Minggu
ke 12
Minggu
ke 8
Minggu
ke 4
Evaluasi
Minggu
ke 2
Klinis
Evaluasi klinis
Berat badan
Cek kepatuhan
(adherence)
Laboratorium
[a]
[b]
Tes kehamilan
[c][d]
VDRL/RPR
Kimia darah
[e]
Keterangan:
[a] Hasil tes HIV (+) yang tercatat (meskipun sudah lama) sudah cukup untuk dasar memulai terapi ARV.
Bila tidak ada dokumen tertulis, dianjurkan untuk dilakukan tes HIV sebelum memulai terapi ARV
[b] Bagi pasien yang mendapat AZT: perlu di periksa kadar hemoglobin sebelum terapi AZT dan pada
minggu ke 4, 8 dan 12, dan bila diperlukan (misal ada tanda dan gejala anemia atau adanya obat lain
yang bisa menyebabkan anemia).
[c] Lakukan tes kehamilan sebelum memberikan EFV pada ODHA perempuan usia subur. Bila hasil tes
positif dan kehamilan pada trimester pertama maka jangan diberi EFV.
[d] Bila hasil tes kehamilan positif pada perempuan yang sudah terlanjur mendapatkan EFV maka
segera ganti dengan rejimen yang tidak mengandung EFV
[e] Pengukuran viral load (HIV RNA) tidak dianjurkan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk
memulai terapi ARV atau sebagai alat pemantau respon pengobatan pada saat tersebut. Dapat
dipertimbangkan sebagai diagnosis dini adanya kegagalan terapi atau menilai adanya
ketidaksesuaian antara hasil CD4 dan keadaan klinis dari pasien yang diduga mengalami kegagalan
terapi ARV.
44
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
OBAT ARV
Efek samping atau toksisitas merupakan salah satu aspek yang perlu
diperhatikan dalam pemberian ARV. Selain itu, efek samping atau toksisitas ini
sering menjadi alasan medis untuk mengganti (substitusi) dan/atau
menghentikan pengobatan ARV. Bahkan kadang pasien menghentikan sendiri
terapinya karena adanya efek samping. Efek samping dapat timbul baik pada
awal pengobatan seperti anemi karena AZT atau dalam jangka panjang seperti
asidosis laktat dan neuropati karena d4T dan gangguan lipid karena
penggunaan Lopinavir/ritonavir dari golongan PI.
Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya efek samping, antara ain:
45
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Digestive
Hati
Cardio
Vaskular
Muskulo skeletal
Traktus
Urinarius
Saraf
Lemak
Metabolik
Lain - lain
NRTI
AZT
Pigmentasi
kuku
mual
Steatosis
D4T
Pankreatitis
Steatosis
ddI
Pankreatitis
Steatosis,
Fibrosis
hati
Miopati
Lipoatrof
Neuropati
Perifer
Penyakit
jantung
Iskemik
Neuropati
Perifer
Lipoatrofi
Dislipidemia
Hiperlaktaemia
Dislipidemia
Hiperlaktatemia
Anemia
Hiperlaktatemia
3TC
FTC
ABC
Penyakit
jantung
Iskemik
Rash
TDF
Reaksi Hipersensitif
sistemik
Osteomalasia
Penurunan
GFR,
Sindrom
Fanconi
NNRTI
EFV
NVP
Rash
Gangguan
pola tidur,
depresi,
anxietas
Hepatitis
Rash
Dislipidemia
Teratogenik
Gynaecomastia
Reaksi Hipersensitif
sistemik
Hepatitis
PI
LPV/r
46
Diare
Penyakit
jantung
iskemik
Displipidemia
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
A. Penanganan Toksisitas
Dalam menangani toksisitas atau efek samping perlu mengikuti langkah
sebagai berikut
Tatalaksana
Reaksi
Ringan
Reaksi
Sedang
Reaksi
Berat
Reaksi
berat yang
mengancam
jiwa
47
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Anjuran Substitusi
ABC
Reaksi hipersensitif
AZT
TDF
d4T
Asidosis laktat
Lipoatrofi/ sindrom metabolik,
neuropati perifer
TDF, AZT
TDF
AZT
EFV
Hepatitis
EFV
NVP
12
A. Interaksi Obat
Pasien dengan HIV atau AIDS sering mengalami keadaan atau infeksi
lain yang memerlukan terapi dengan obat-obatan atau zat lain bersamaan
dengan obat ARV-nya. Hal yang sering terjadi dan terlupakan adalah bahwa
ada kemungkinan terjadinya interaksi antar obat atau zat yang digunakan yang
bisa memberikan efek berupa perubahan kadar masing-masing obat atau zat
dalam darah.
48
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
49
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
A. Definisi
1. Kegagalan klinis:
Munculnya IO dari kelompok stadium 4 setelah minimal 6 bulan dalam
terapi ARV. Beberapa penyakit yang termasuk dalam stadium klinis 3 (TB paru,
infeksi bakteri berat) dapat merupakan petunjuk kegagalan terapi.
Telaah respon dari terapi terlebih dahulu. Bila responnya baik maka
jangan diubah dulu.
2. Kegagalan Imunologis
Definisi dari kegagalan imunologis adalah gagal mencapai dan
mempertahankan jumlah CD4 yang adekuat, walaupun telah terjadi penurunan/
penekanan jumlah virus.
50
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Pola 1
Pola 2
Pola 3
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
load yang terjangkau. Viral load masih merupakan indikator yang paling sensitif
dalam menentukan adanya kegagalan terapi. Kadar viral load yang optimal
sebagai batasan untuk mengubah rejimen ARV belum dapat ditentukan
dengan pasti. Namun > 5.000 turunan/ml diketahui berhubungan dengan
progresi klinis yang nyata atau turunnya jumlah CD4.
Tabel 20. Kriteria Gagal Terapi
Kegagalan
Terapi
Kriteria
Keterangan
Kegagalan
klinis
Kegagalan
imunologis
Penurunan CD 4 kembali
seperti awal sebelum
pengobatan
ATAU
Penurunan sebesar 50 % dari
nilai tertinggi CD4 yang pernah
dicapai
ATAU
Jumlah CD4 tetap < 100
3
sel/mm setelah 1 tahun
pengobatan dengan ARV
Kegagalan
virologist
52
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
PPE
menghilang
PPE
menghilang
Periksa CD4
Kegagalan
imunologis
Viral load
>5000 kopi
Switch ke Lini-2
VL >5000
Switch ke
Lini-2
53
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Ko-infeksi TB/HIV
Ko-infeksi HIV/HBV
54
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Setiap 6
bulan
Minggu ke 24
Minggu ke 12
Evaluasi
Minggu ke 8
Sebelum
atau pada
saat
mengubah
Terapi
Minggu ke 4
Minggu ke 2
Klinis
Evaluasi klinis
Berat badan
Penggunaan obat
lain
Cek kepatuhan
(adherence)
Laboratorium
CD4
HB
[a]
[b]
Tes Kehamilan
[c]
Kreatinin
Lipid (puasa)
[d]
Keterangan:
[a] Bagi pasien yang mendapat AZT: perlu di periksa kadar hemoglobin sebelum terapi AZT dan pada
min
ggu ke 4, 8 dan 12, dan bila diperlukan.
[b] Lakukan tes kehamilan sebelum memberikan EFV pada ODHA perempuan usia subur. Bila hasil tes
positif dan umur kehamilannya adalah pada trimester pertama maka jangan diberi EFV. Bila hasil tes
kehamilan positif pada perempuan yang sudah terlanjur mendapatkan EFV maka segera ganti dengan
rejimen yang tidak mengandung EFV
[c] Pasien yang mendapat TDF, perlu pemeriksaan kreatinin serum pada awal, dan setiap 6 bulan
kemudian.
[d] Semua PI akan menyebabkan peningkatan kolesterol dan trigliserid. Pemantauan dilakukan setiap 6
bulan.
[e] Pengukuran viral load (HIV RNA) tidak dianjurkan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk
memulai terapi ARV atau sebagai alat pemantau respon pengobatan pada saat ini. Dapat
dipertimbangkan sebagai diagnosis dini adanya kegagalan terapi atau menilai adanya
ketidaksesuaian antara hasil CD4 dan paparan klinis dari pasien yang diduga mengalami kegagalan
terapi ARV.
55
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
56
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
57
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Pertolongan pertama diberikan segera setelah cedera: luka dan kulit yang
terkena darah atau cairan tubuh dicuci dengan sabun dan air, dan
permukaan mukosa dibilas dengan air.
Penilaian pajanan tentang potensi penularan infeksi HIV (berdasarkan
cairan tubuh dan tingkat berat pajanan).
PPP untuk HIV dilakukan pada pajanan bersumber dari ODHA (atau
sumber yang kemungkinan terinfeksi dengan HIV).
Sumber pajanan perlu dievaluasi tentang kemungkinan adanya infeksi HIV.
Pemeriksaan HIV atas sumber pajanan hanya dapat dilaksanakan setelah
diberikan konseling pra tes dan mendapatkan persetujuan (informed
consent), dan tersedia rujukan untuk konseling, dukungan selanjutnya serta
jaminan untuk menjaga konfidensialitas.
Evaluasi klinik dan pemeriksaan terhadap petugas yang terpajan hanya
dilaksanakan setelah diberikan konseling dan dengan persetujuan
(informed consent).
Edukasi tentang cara mengurangi pajanan yang berisiko terkena HIV perlu
diberikan oleh konselor yang menilai urutan kejadian pajanan dengan cara
yang penuh perhatian dan tidak menghakimi.
Harus dibuat laporan pajanan.
3. Pemberian PPP dengan ARV
58
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Lebih
f
berat
Tidak
Diketahui
d
Sumbernya
HIV Positif
a
Tingkat 1
HIV Positif
a,b
Tingkat 2
Tidak Diketahui
c
Staus HIV-nya
HIV
Negatif
Dianjurkan
pengobatan
dasar
2 obat PPP
Anjuran
pengobatan
dengan
3 obat PPP
Umumnya
tidak perlu
h,i
PPP
Tidak
perlu
PPP
Pengobatan
dengan
3 obat PPP
Anjuran
pengobatan
dengan
3 obat PPP
Tidak
perlu
PPP
Pertimbangkan
pengobatan
dasar
h
2 obat PPP
Anjuran
pengobatan
dengan
3 obat PPP
Umumnya
tidak perlu
h,i
PPP
Tidak
perlu
PPP
Volume
banyak
(tumpahan
banyak
darah)
Dianjurkan
pengobatan
dasar
2 obat PPP
Anjuran
pengobatan
dengan
3 obat PPP
Umumnya
tidak perlu
h,i
PPP
Tidak
perlu
PPP
Keterangan:
a
b
c
d
e
f
g
h
i
HIV asimtomatis atau diketahui viral load rendah (y.i. <1500 RNA/mL)
HIV simtomatis, AIDS, serokonversi akut, atau diketahui viral load tinggi, bila dikhawatirkan adanya
resistensi obat, konsultasikan kepada ahlinya. Pemberian PPP tidak boleh ditunda dan perlu tersedia
sarana untuk melakukan perawatan lanjutan secepatnya
contoh, pasien meninggal & tidak dapat dilakukan pemeriksaan darah
contoh, jarum dari tempat sampah
y.i. jarum buntu, luka di permukaan
y.i. jarum besar berlubang, luka tusuk dalam, nampak darah pada alat, atau jarum bekas dipakai
pada terapi arteri atau vena
Pernyataan Pertimbangkan PPP menunjukkan bahwa PPP merupakan pilihan tidak mutlak dan
harus diputuskan secara individual tergantung dari orang yang terpajan dan keahlian dokternya.
Namun, pertimbangkanlah pengobatan dasar dengan 2-obat PPP bila ditemukan faktor risiko pada
sumber pajanan, atau bila terjadi di daerah dengan risiko tinggi HIV.
Bila diberikan PPP dan diterima, dan sumber pajanan kemudian diketahui HIV negatif, maka PPP
harus dihentikan.
Pada pajanan kulit, tindak lanjut hanya diperlukan bila ada tanda-tanda kulit yang tidak utuh (seperti,
dermatitis, abrasi atau luka)
59
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Rejimen
Risiko menengah
(Kemungkinan ada risiko
terjadi infeksi)
Risiko tinggi
(Risiko terjadi infeksi yang
nyata, misalnya pajanan
dengan darah volume banyak,
luka tusuk yang dalam)
Tidak dianjurkan:
Transaminase, DL
Transaminase
Bulan ke 3
Bulan ke 6
Keterangan:
HIV
HBV
HCV
DL
60
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
15 TATALAKSANA INFEKSI
OPORTUNISTIK DENGAN
PENDEKATAN SINDROM
61
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
A. Disfagia
Gambar 6. Tatalaksana disfagia
Disfagia
Pengobatan
presumtif untuk
kandidiasis
esophagus
[a]
Membaik
setelah
7 hari?
tidak
ya
Lanjutkan flukonasol
selama 14 hari. Mulai ART
untuk mencegah berulang.
Pengobatan
presumtif
untuk HSV
[b]
Membaik
setelah
7 hari?
tidak
Esofagoskopi
untuk
diagnosis
[c]
ya
Keterangan:
[a] Kandidiasis esofageal
Kandidiasis dapat menyerang esofagus pasien dengan imunokompromis, menyebabkan
kesulitan dan sakit menelan. Diagnosis dibuat berdasarkan respons terhadap terapi
sistemik antifungal. Tidak perlu dilakukan Endoskopi , kecuali bila ada kegagalan terapi.
Terapi:
Flukonasol 200 mg setiap hari selama 14 hari atau
Itrakonasol 400 mg setiap hari selama 14 hari atau
Ketokonasol 200 mg setiap hari selama 14 hari
[b] Asiklovir 5 X 400 mg selama 14 hari
[c] Kegagalan terapi
Penyebab lain dari esofagitis adalah infeksi CMV, sarkoma Kaposi dan limfoma. Penyebab
lain yang tidak terkait dengan HIV seperti refluks esofagitis. Dalam hal ini perlu endoskopi
untuk menegakkan diagnosis.
62
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
B. Limfadenopati
Gambar 7. Tatalaksana limfadenopati
Limfadenopati
Pembesaran
kelenjar limfe
tunggal atau
asimetrik?
tidak
Kemungkinan
Limfadenopati Generalisata
Persisten [a]
Tidak ada terapi spesifik
Tentukan stadium klinik dan
status imunologis untuk
menentukan PPK dan ART
ya
Mengarah
pada TB
ekstraparu?
[b]
tidak
Terapi TB
(lihat
lampiran)
tidak
Rujuk untuk
diagnosis
lebih lanjut
ya
Apa biopsi
kelenjar
dimungkinkan
?
ya
Terapi sebagai TB EP
bila ditemukan BTA pos
Keterangan
[a] Limfadenopati generalisata Persisten (PGL) merupakan kondisi yang biasa terjadi pada
ODHA. Pada pasien yang asimtomatis maka tidak diperlukan pemeriksaan atau
pengobatan lebih lanjut. Namun, pada pasien dengan limfasenopati yang simtomatis,
pembesaran KGB yang cepat, KGB, asimetris dan gejala sistemik, maka perlu evaluasi
dan pengobatan lebih lanjut. Penyebab limfadenopati selain infeksi HIV adalah TB,
kriptokokosis, histoplasmosis, limfoma dan sarkoma Kaposi.
[b] TB ekstra paru sering terjadi pada ODHA. Kecurigaan akan adanya infeksi TB
berdasarkan atas gejala-gejala seperti demam, kehilangan berat badan, pembesaran KGB
berfluktuasi dan tidak nyeri. Terapi sesuai pedoman nasional.
63
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
C. Diare kronik
Gambar 8. Tatalaksana diare (tidak berdarah)
Diare kronik
tanpa darah [a]
tidak
tidak
Adakah
dehidrasi? [b]
Ya
Tersedia
pemeriksaan
fisik: tanda
peritonitis?
[d]
Ya
tidak
Tersedia
pemeriksaan
mikroskopik
(termasuk BTA)
dan biakan tinja
? [h]
tidak
Tersedia USG?
Rehidrasi oral atau
infus
Berikan loperamide
kecuali bila ada
darah dalam tinja
[c]
Terapi
empirik TB
Ya
Terapi sesuai
indikasi [e]
tidak
Ada gambaran
proses
spesifik? [e]
Ada
perbaikan?
Ya
tidak
Ya
Terapi TB
[f]
64
Mulai ART
[g]
Teruskan pengobatan
hingga selesai selama
14 hari
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Keterangan:
[a] Definisi Diare Kronik: buang air besar dengan tinja cair tiga kali atau lebih sehari secara
terus menerus selama lebih dari satu bulan
[b] Penilaian dehidrasi:
Keadaan umum: gelisah, rewel, nadi cepat, nafas dalam dan cepat, pada turgor kulit
kembali lambat, mata cekung, mukosa mulut kering, jumlah urin berkurang dan warna lebih
gelap.
Pada dehidrasi sedang dikoreksi dengan pemberian oralit, atau infus untuk dehidrasi berat.
Makanan tambahan harus diberikan sedikit-sedikit bersama-sama dengan pemberian infus
(minimum 1,5 l cairan per hari)
[c]
65
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
D. Gangguan Pernafasan
Gambar 9. Tatalaksana gangguan Pernafasan
Gangguan
pernafasan dan
sesak nafas berat
[a]
Ada
demam?
Tidak
Ya
Batuk berdahak
>2-3 mg?
Tidak
Pertimbangkan PCP
Terapi dengan
kotrimoksasol dosis tinggi
[b]
Ya
Pemeriksaan
BTA? [c]
Negatif
Pertimbangkan pnemoni
bacterial
Terapi dengan ampisilin [e]
Keterangan:
[a] Gangguan pernapasan sering ditemukan pada pasien dengan infeksi HIV dan kekebalan
tubuh yang menurun adalah demam, batuk kering (khas PCP), batuk produktif dengan
dahak dan/atau hemoptisis (khas pneumonia dan TB), sesak napas dan gangguan
pernapasan yang berat.
Penyebab gejala pernafasan
Infeksi
Mycobacterium tuberculosis (batuk >23 minggu)
Pnemoni pnemocystis jiroveci (batuk, seringkali selama 12 bulan)
Pnemoni bakterial
Infeksi jamur (kriptokokosis, histoplasmosis)
Mikobakteria atipik (MAC)
Pnemonitis CMV
Keganasan: limfoma, sarkoma Kaposi
Lain-lain
Efusi pleural/empiema (TB, infeksi bacterial atau keganasan)
Pnemotorak (TB atau PCP)
Emboli paru (biasa pada penasun)
Efusi perikardial (biasa disertai TB)
[b] PCP: Biasanya terjadi secara perlahan-lahan selama minggu sampai bulan dengan batuk
kering, demam dan sesak napas. Untuk diagnosis PCP sebaiknya diagnosis klinis yang
66
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
diperkuat dengan temuan pada ronsen dada (lihat Tabel 26. Diagnosis
Klinis
dan
Tatalaksana Infeksi Oportunistik)
[c] Pemeriksaan sputum BTA diindikasikan pada pasien dengan batuk selama> 2-3 minggu.
Setidaknya dua pemeriksaan dahak BTA yang terpisah.
[d] TB: Tidak ada gambaran ronsen dada yang benar-benar khas TB paru. Pola klasik lebih
umum terlihat pada pasien HIV-negatif; pola atipikal lebih umum pada pasien HIV-positif.
Efusi pleura merupakan gambaran yang menonjol. Pengeluaran cairan pleura dan
pemeriksaan mikroskopik dari cairan pleura dapat membantu untuk diagnosis. Terapi
sesuai dengan pedoman nasional TB.
Pola Klasik
Infiltrat di lobus atas
Kavitas
Jaringan fibrosis paru
Pola Atipik
Infiltrat intersisial (terutama di zona lebih rendah)
Infiltrat bilateral
Tidak ada kavitas
[e] Pneumonia bakteri: Ciri khas adalah dengan batuk produktif, dahak purulen dan demam
selama 1-2 minggu. PCP muncul dengan lebih lambat dan biasanya dengan batuk nonproduktif. Gambaran khas pada ronsen dada adalah konsolidasi lobar. Penyebab paling
sering pneumonia bakterial adalah bakteri piogenik Gram-positif. Jika gambaran klinisnya
menunjukkan pneumonia bakteri dan bukan PCP dapat diberikan amoksisilin 500 mg 3 kali
per hari atau eritromisin 500 mg 4 kali per hari selama 7 hari.
67
Terapi Antiretroviral Dengan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja
Gejala dan
tanda
neurologis [a]
Adakah tanda
neurologis
fokal? [b]
Tidak
Tanda iritasi
meningeal? [b]
Tidak
Pengobatan empiris
untuk meningitis
kriptokokal [d]
Ya
Ya
Tersedia
pemeriksaan
CT scan? [b]
Tersedia
pemeriksaan
cairan
serebrospinal?
Tidak
Pengobatan empiris
untuk meningitis
bakterial [e]
Ya
Ya
Tidak
Bakteri, lekosit, BTA,
pengecatan India,
Terapi sesua indikasi
[c,d,e]
Keterangan
[a] Penyebab nyeri kepala adalah meningitis kriptokokal, meningitis TB, toksoplasmosis
serebral, meningitis kronis HIV, meningitis bakterial dan limfoma
Penyebab sakit kepala yang tidak terkait dengan infeksi HIV termasuk migrain, sifilis,
ketegangan, sinusitis, gangguan refraksi, penyakit gigi, anemia dan hipertensi. Lain
penyakit menular seperti malaria, demam tifoid, demam dengue dan riketsia juga dapat
menyebabkan sakit kepala.
[b] Pemeriksaan Neurologis
Bukti iritasi meningeal (fotofobia, kaku kuduk) atau tekanan intrakranial meningkat
(tekanan darah tinggi dan denyut nadi lambat dalam keadaan demam)
Perubahan mental
Defisit neurologis fokal, termasuk parese saraf kranial, gangguan gerak, ataksia,
afasia dan kejang
[c] Toksoplasmosis (untuk terapi merujuk pada Tabel Diagnosis Klinis dan Tatalaksana
Infeksi Oportunistik )
[d] Meningitis kriptokokal (untuk terapi merujuk pada Tabel Diagnosis Klinis dan
Tatalaksana Infeksi Oportunistik )
[e] Meningitis bacterial: Injeksi Ceftriaxone 2-4 g sehari intravena.
68
Tampilan Klinis
Batuk kering
Sesak nafas
Demam
Keringat malam
Subakut sampai 1 2 bulan
Diagnosis
Kelainan pada foto toraks dengan
infiltrat intersisial bilateral
Terapi
Terapi pilihan:
Kotrimoksasol (TMP 15 mg + SMZ 75 mg/kg/ hari) dibagi
dalam 4 dosis atau
Kotrimoksasol 480 mg, 2 tablet 4 kali sehari untuk BB < 40
kg
dan 3 tablet 4 kali sehari untuk BB > 40 kg selama 21 hari
Terapi alternatif
Klindamisin 600 mg IV atau 450 mg oral 3 kali sehari +
primakuin 15 mg oral sekali sehari selama 21 hari bila
pasien alergi terhadap sulfa
Untuk pasien yang parah dianjurkan pemberian
prednisolon 40 mg, 2 kali sehari, dengan penurunan dosis
secara bertahap hingga 7 10 hari, tergantung dari respon
terhadap terapi.
Kandidasis
Kriptokokosis
Kandidiasis oral:
Bercak putih di selaput mukosa disertai eritema
di rongga mulut
Kandidiasis esofageal:
Disfagi
Disertai rasa nyeri terbakar di dada
69
Infeksi Oportunistik
Tampilan Klinis
Diagnosis
Terapi
mikroskop
Terapi rumatan:
itrakonasol 200 mg/hari atau flukonasol 200 mg/ hari
Toksoplasmosis serebral
Sakit kepala
Pusing
Demam
Defisit nerologis fokal
Kejang
Terapi pilihan
Pirimetamin dosis awal: 100 mg, diikuti dengan 50 mg
perhari + klindamisin 4 X 600 mg
Asam folinat 15 mg setiap 2 hari bila tersedia
Terapi selama 6 minggu
Terapi rumatan
Pirimetamin 25 mg / hari + klindamisin600mg
Herpes simpleks
Herpes zoster
Tuberkulosis
TB Paru
Batuk, demam, berat badan berkurang, cepat
lelah
Mycobacterium Avium
Terapi pilihan
70
Infeksi Oportunistik
Complex (MAC)
Tampilan Klinis
cepat lelah
Diagnosis
Terapi
tempat lain
Kriptosporidiosis
Diare kronis
Kram perut dan muntah
Nyri perut kanan atas
Terapi ARV
71
72
Lampiran 1.
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Provinsi
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
Kabupaten/ kota
Banda Aceh
Aceh Timur
Aceh Utara
Aceh Barat
Aceh Tamiang
Banda Aceh
Banda Aceh
Pidie
Medan
Medan
Medan
Medan
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMBAR
SUMBAR
Medan
Balige
Deli Serdang .
Karo
Pematang Siantar
Tebing Tinggi
Serdang Bedagai
Binjai
Labuhan Bata
Samosir
Sibolga
Padang Sidempuan
Tapanuli Utara
Asahan
Padang
Bukittinggi
Kode RS
1171015
1105012
1105023
1105045
1114011
1171026
1171143
1109016
1275655
1275013
1275046
1275035
1275794
1205061
1212012
1211011
1273011
1274012
1212125
1276014
1207015
1205024
1271016
1203011
1205013
1371010
1375014
Rumah Sakit
RSU Dr. Zainoel Abidin
RSU Langsa
RSU Cut Meutia
RS Cut Nyak Dhien Langsa
RSUD Tamiang
Rumkit Kodam I Tk III Banda Aceh
Rumkit Bhayangkara NAD
RSUD Sigli
RSU H Adam Malik
RSU Dr Pirngadi
Rumkit Bhayankara Medan
Rumkit Kesdam/Rumkit Tk II Putri Hijau
Medan
RSU Haji Us Syifa Medan
RS HKBP Balige
RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
RSU Kabanjahe
RSU Pematang Siantar
RSUD.Dr. H.Kumpulan Pane
RSUD Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah
RSU Dr.RM Djoelham Binjai
RSU Rantau Prapat
RSU Dr Adrianus Sinaga Pangururan
RSU Dr Fl Tobing Sibolga
RSU Padang Sidempuan
RSU Tarutung
RSUD H Abdul Manan Simatupang
RSU Dr. M. Jamil
RSU Dr. Achmad Mochtar
Alamat/Lokasi RS
Jl. Tgk Daud Beureueh,B Aceh
Jl. Ahmad Yani No.1,Langsa
Jl. Garuda Kebun Baru,Langsa
Jl. T.M. Bachrun No.1. Langsa
Jl. Kesehatan,Kab.Aceh Tamiang
Jl. Kesehatan Banda Aceh
Jl. Cut Nyak Dhien Lamtemen No.1,Banda Aceh
Jl. Prof.Majid Ibrahim Sigli
Jl. Bunga Lau No.17,Medan
Jl. Prof H M Yamin SH 47, Medan
Jl. KH Wahid Hasyim No.1, Medan
Jl. Putri Hijau 17,Medan
No Telp
0651-22077
0641-21009
0641-21701
-21039
No fax
23068
22051
21703
-
-22550
24712
-21313
061-8360381
061-4521198
-815990
061-4553900
8360255
4521223
-
061-619520
-21043
061-7952068
-20550
0634-21780
-21967
21251
061-8821372
-21228
-20106
0631-24725
-21780
0633-21303
21444
20450
0751-32373
0752-21720
32371
21321
73
No.
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
74
Provinsi
SUMBAR
Riau
Riau
Riau
Riau
KEPRI
KEPRI
KEPRI
KEPRI
KEPRI
KEPRI
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
Kabupaten/ kota
Padang Pariaman
Pekan Baru
Pekan Baru
Dumai
Indragiri Hilir
Batam
Batam
Batam
Karimun
TJg. Pinang
TJg. Pinang
Palembang
Palembang
Palembang
Palembang
Muara Enim
OKU
46
47
48
49
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
50
51
52
53
54
55
56
57
58
SUMSEL
Bengkulu
Jambi
Jambi
Lampung
Lampung
Lampung
Lampung
Lampung
Kode RS
1306015
1471011
1471146
1473013
1403013
2072012
2072034
2072103
2011013
2010012
2010023
1671013
1671050
Alamat/Lokasi RS
Jl. Prof M Yamin SH, Pariaman
Jl. Diponegoro No. 2, Pekanbaru
Jl. H. R. Subrantas KM12.5, Pekanbaru
Jl. Tanjung Jati No.4, Dumai
Jl. Veteran 52, Hilir Tembilahan
Jl. Budi Kemuliaan No.1, Batam
Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo Sekupang, Batam
Jl. Gajah Mada Kav.I Baloi, Batam
Jl. Soekarno - Hatta, Tanjung Balai Karimun
Jl. Sudirman 795, Tanjung Pinang
Jl. Ciptadi No.1, Tanjung Pinang
Jl. Jend. Sudirman KM 3.5, Palembang
Jl. Sudirman 1054, Palembang
No Telp
0751-91218
0761-21657
0761-63239
0765-38367
-22118
No fax
91428
20253
31041
-
0711-354088
0711-350418
351318
362205
1671265
1603015
1601013
Rumah Sakit
RSU Pariaman
RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru
RS Jiwa Tampan
RSU Dumai
RSU Puri Husada Tembilahan
RS Budi Kemuliaan Batam
RS Otorita Batam
RS Awal Bros Batam
RSU Kab. Karimun
RSUD Tanjung Pinang
RS AL Dr Midiyato S
RSU Dr. Mohammad Hoesin
RS Charitas
RSJ Palembang
RSUD Palembang Bari
RSU Prabumulih
RSUD Dr. Ibnu Sutowo Baturaja
0711-514165
0713-320031
0735-320298
519211
320031
327096
Palembang.
Musi Rawas
Palembang
Banyuasin
1671061
1605010
1671276
1607012
0711-410354
0733-321013
0711-411610
-321130
369880
324973
411610
-
Kayu Agung
Bengkulu
Jambi
Tanjung Jabung Barat
Bdr Lampung
Metro
Lampung Utara
Lampung Selatan
Lampung Selatan
1602014
1771014
1571012
1506010
1871015
1872016
1806013
1803010
1803021
RSU Kayuagung
RSU Dr M Yunus Bengkulu
RSU Raden Mattaher Jambi
RSU KH. Daud Arif
RSU Dr H Abdul Moeloek
RSUD Jend. Ahmad Yani
RSU May Jen HM Ryacudu
RSU Pringsewu
RSUD Kalianda
0712-323889
0736-52004
0741-61692
0742-21621
0721-703312
0725-41820
-22095
0729-21847
0727-322160
323889
52007
60014
703952
48423
31301
-
No.
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
Provinsi
Lampung
Lampung
BABEL
BABEL
BABEL
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
DKI Jak
JABAR
JABAR
JABAR
Kabupaten/ kota
Lampung Tengah
Tlg Bawang
Bangka
Pangkal Pinang
Belitung
Jakarta Pusat
Jakarta Pusat
Jakarta Pusat
Jakarta Pusat
Jakarta Pusat
Jakarta Pusat
Jakarta Utara
Jakarta Utara
Jakarta Timur
Jakarta Timur
Jakarta Timur
Jakarta Timur
Jakarta Timur
Jakarta Timur
Jakarta Timur
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Barat
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Bandung
Bandung
Bandung
Kode RS
1808015
1901016
1972021
1902010
3173014
3173036
3173025
3173580
3173051
3173040
3175064
3175016
3172013
3172746
3172072
3172126
3172024
3172061
3174063
3174260
3173521
3171012
3171435
3172094
3171735
3273015
3273074
3204020
Rumah Sakit
RSU Demang Sepulau Raya
RSUD Menggala Tulang Bawang
RSU Sungai Liat
RSUD Pangkalpinang Depati Hamzah
RSUD Tanjung Pandan
RSU Dr. Cipto Mangunkusumo
RS AL Dr Mintoharjo
RS PAD Gatot Soebroto
RS Kramat 128
RS Sint Carolus
RS Husada
RSPI Prof.Dr. Sulianti S.
RSUD Koja
RSUP Persahabatan
RS Jiwa Duren Sawit
RS Kepolisian Pusat/RS Sukanto
RSU Pasar Rebo
RSUD Budhi Asih
RS Pusat TNI AU Dr. E. Antariksa
RS Halim Perdana Kusuma
RS Kanker Dharmais
RS Anak dan Bunda Harapan Kita
RSUD Cengkareng
RSU Tarakan
RSUP Fatmawati
RS KO Jakarta
RS FK UKI
RS Jakarta Medical Center (JMC)
RSU Dr Hasan Sadikin
RS St. Borromeus
RSU Cimahi
Alamat/Lokasi RS
No Telp
No fax
0717-92489
0717-422693
0719-21071
021-330808
021-5703081
021-371008
021-3909513
021-3904441
021-6260108
021-6506559
021-4352401
021-4891708
021-8628686
021-8093288
021-8401127
021-8090282
92534
423012
22190
3148991
5711997
3440693
3909125
3103226
6497494
6401411
4372273
4711222
8628659
8411159
8009157
021-8098665
021-5681570
021-5668284
8098665
5681579
5601816
021-3503150
021-7501524
021-7695461
021-8092317
3503412
7690123
7504022
8092445
022-2034953
022-2504041
022-6652025
2032216
2504235
6649112
75
No.
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
76
Provinsi
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
Banten
Banten
Banten
Banten
Banten
JATENG
Kabupaten/ kota
Bandung
Bandung
Bandung
Bandung
Bandung
Bandung
Bogor
Bogor
Bogor
Bekasi
Bekasi
Sukabumi
Sukabumi
Ciamis
Cianjur
Karawang
Cirebon
Cirebon
Indramayu
Kuningan
Purwakarta
Sumedang
Tasikmalaya
Subang
Depok
Tangerang
Serang
Serang
Tangerang
Tangerang
Semarang
Kode RS
3273405
3273110
3273201
3273052
3273041
3273030
3271046
3201050
3271013
3216013
3216218
3272025
3272014
3207012
3203015
3215012
3209014
3274016
3212016
3208013
3214011
3211015
3206011
3213010
3201061
3671010
3604013
3672022
3671065
3603023
3374010
Rumah Sakit
RS Ujung Berung
RS Bungsu
RS Paru Dr. H.A. Rotinsulu Bandung
RS Immanuel Bandung
RS Kebonjati
RS Pusat AU Dr M Salamun
RSJ Dr. H. Marzoeki Mahdi
RSU Ciawi
RS PMI Bogor
RSUD Bekasi
RS Ananda
RS Secapa Polri (Bhayangkara)
RSUD R Syamsudin SH
RSUD Ciamis
RSU Cianjur
RSUD Karawang
RSUD Waled
RSUD Gunung Jati
RSUD Indramayu
RSUD Kuningan
RSUD Bayu Asih
RSUD Sumedang
RSU Tasikmalaya
RSUD Subang
RS Tugu Ibu
RSU Tangerang
RSU Serang
RSU Kota Cilegon
RS Usada Insani
RS Qadr
RSU Dr. Kariadi
Alamat/Lokasi RS
Jl Rumah Sakit 22 Bandung
Jl. Veteran No. 6 Bandung
Jl. Bukit Jarian No. 40 Bandung
Jl. Kopo 161 Bandung
Jl. Kebonjati 152 Bandung
Jl. Ciumbuleiut 203 Bandung
Jl. Dr. Semeru No.114 Bogor
Jl. Raya Puncak 479 Ciawi Bogor
Jl. Raya Pajajaran No. 80 Bogor
Jl. Pramuka No. 55 Bekasi
Jl. Sultan Agung No.173,Kec.Medan Satria - Bekasi
Jl. Bhayangkara No. 166 Sukabumi
Jl. Rumah Sakit No. 1 Sukabumi
Jl. Rumah Sakit No.76 Ciamis
Jl. Rumah Sakit No.1 Cianjur
Jl. Galuh Mas Raya No.1,Karawang
Jl. Kesehatan No. 4 Waled, Cirebon
Jl. Kesambi No.56 Cirebon
Jl. Rumah Sakit No. 1 Indramayu
Jl. Sudirman No. 68 Kuningan
Jl. Veteran No. 39 Purwakarta
Jl. Palasari No. 80 Sumedang
Jl. Rumah Sakit 33 Tasikmalaya
Jl. Palasari No. 80 Sumedang
Jl. Raya Bogor Km 29 Cimanggis - Depok
Jl. A Yani No. 9 Tangerang
Jl. Rumah Sakit No. 1 Serang
Jl. Kapten P.Tendean Km.3 Cilegon
Jl. Ray Cipondoh 24 Tangerang
Komp Islamic Village Curug Tangerang
Jl. Dr. Soetomo No.16,Semarang
No Telp
022-7800017
022-4231550
022-231427
022-5201656
022-6031969
022-2034941
0251-324024
021-240797
0251-324080
021-8841005
No fax
7809581
4231582
2031427
5224219
6079445
2031624
324026
242937
324709
8853731
0266-229207
0266-225180
-771018
-261026
0267-640444
0231-661126
212988
640666
661126
-272655
0232-871885
0264-200100
0261-201021
0265-331683
0260-411632
021-8711693
021-5526686
0254-200528
0254-330461
021-5464466
024-8413476
874701
202215
204970
331747
417442
8708266
5527104
200724
330864
5470775
8313212
No.
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
Provinsi
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
DIY
DIY
DIY
DIY
DIY
DIY
Kabupaten/ kota
Semarang
Semarang
Semarang
Semarang
Semarang
Semarang.
Surakarta
Surakarta
Purwokerto
Jepara
Cilacap
Banyumas
Tegal
Salatiga
Kendal
Klaten
Sragen
Slawi
Batang
Pekalongan
Blora
Purworejo
Wonosobo
Boyolali
Tegal
Yogyakarta
Yogyakarta
Sleman
Yogyakarta
Yogyakarta
Yogyakarta
Kode RS
3374021
3374134
3374112
3322012
3322023
3374342
3372015
3372026
3302026
3320010
3301014
3302015
3376012
3373016
3324014
3310015
3314012
3328011
3325015
3375011
3316014
3306012
3307013
3309015
3471015
3471063
3404011
3471234
3471052
3471041
Rumah Sakit
RS St. Elisabeth Semarang
RSUD Tugurejo Semarang
RSU Panti Wilasa I
RSUD Ambarawa
RSUD Ungaran
RSUD Kota Semarang
RSU Dr. Moewardi Surakarta
RS Dr.Oen
RSUD Prof Dr. M Soekarjo
RSU R.A. Kartini
RSU Cilacap
RSUD Banyumas
RSUD Kardinah
RSU Salatiga
RSU Dr. H.Soewondo Kendal
RSUP Dr.Suraji Tirtonegoro Klaten
RSUD Sragen
RSU Dr. H.RM Soeselo W
RSUD Kab. Batang
RSUD Pekalongan
RS Dr. R. Soetijono Blora
RSUD Saras Husada Purworejo
RSU Wonosobo
RSUD Pandan Arang Boyolali
RSU Tegal
RSUP Dr. Sardjito
RS Bethesda Yogyakarta
RSUD Sleman
RSUD Kota Yogyakarta
RSU Panti Rapih
RS PKU Muhammadiyah Yogya
Alamat/Lokasi RS
Jl. Kawi No.1,Semarang
Jl. Raya Tugurejo,Semarang
Jl. Citarum 98,Semarang
Jl. Kartini No.10, Ambarawa
Jl. Diponegoro 125,Ungaran
Jl. Fatmawati Raya No.1,Semarang
Jl. Kol Sutarto 132,Surakarta
Jl. Brigjend Katamso 55,Surakarta
Jl. Dr Gumbreg No. 1 Purwokerto
Jl. K.H. Wahid Hasyim Jepara
Jl. Gatot Subroto 28 Cilacap
Jl. Rumah Sakit No.1 Banyumas
Jl. KS Tubun No.4,Tegal
Jl. Osamaliki No.19,Salatiga
Jl. Laut No. 21,Kendal
Jl. Dr. Soeraji T No.1,Klaten
Jl. Raya Sukowati No.534,Sragen
Jl. Dr. Sutomo No.63,Slawi
Jl. Dr Sutomo No. 42,Batang
Jl. Veteran 31,Pekalongan
Jl. Dr Sutomo No. 42,Blora
Jl. Jen Sudirman No.60 Purworejo
Jl. Rumah Sakit No.1,Wonosobo
Jl. Kantil No. 14, Boyolali
No Telp
024-8310076
024-7605378
024-3542224
0298-591020
024-6921006
024-6711500
0271-634634
0271-643139
0281-632708
0291-891175
0282-533010
0281-796182
0283-356067
0298-324074
0294-381433
0272-321041
0271-891661
0283-491016
0285-391033
0285-421621
0296-531118
0275-321118
0286-321091
0276-321065
No fax
8413373
7605297
3561514
591866
6922910
6717755
637412
642026
632502
591145
520755
796182
353131
321925
381573
321104
890158
491016
391206
423225
531839
322448
323873
321435
0274-587333
0274-562246
0274-868437
0274-371195
0274-514845
0274-512653
553580
563312
868812
385769
564583
566129
77
No.
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
178
179
180
181
182
78
Provinsi
DIY
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
Kabupaten/ kota
Yogyakarta
Surabaya
Surabaya
Surabaya
Surabaya
Surabaya
Surabaya
Surabaya
Malang
Kediri
Malang
Jember
Banyuwangi
Sidoarjo
Madiun
Gresik
Malang
Nganjuk
Sampang
Kediri
Bojonegoro
Tulungagung
Madiun
Mojokerto
Jombang
Lamongan
Sumenep
Surabaya
Probolinggo
Bondowoso
Ponorogo
Kode RS
3404022
3578016
3578764
3578020
3578571
3578192
3578571
3573011
3506014
3507052
3509010
3510010
3515015
3519023
3525010
3573226
3518011
3527012
3571016
3522014
3504012
3577015
3576014
3517010
3524016
3529014
3578523
3513013
3511011
3502010
Rumah Sakit
RS Jiwa Grhasia/ Lalijiwa pakem
RSU Dr. Soetomo
RS Bhayangkara H.S.Samsoeri Mertojoso
RS Al Dr Ramelan
RSUD Dr. Mohamad Soewandhie
RS Karang Tembok
RS Jiwa Menur
RSU Tambakrejo
RSU Dr. Saiful Anwar
RSU Pare
RSU "Kanjuruhan"Kepanjen
RSU Dr. Soebandi
RSU Blambangan
RSUD Sidoarjo
RSUD Panti Waluyo
RSUD Ibnu Sina Kab. Gresik
RS Islam Malang
RSUD Nganjuk
RSUD Kab. Sampang
RSU Gambiran
RSU Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo
RSUD Dr Iskak Tulungagung
RSU Dr. Soedono Madiun
RSU Dr. Wahidin S Husodo
RSUD Kab. Jombang
RSUD Dr Soegiri Lamongan
RSU Muh Anwar Sumenep
RSU Haji Surabaya
RSU Waluyo Jati Kraksaan
RSUD Dr. H.Koesnadi
RSUD Dr. Harjono S Ponorogo
Alamat/Lokasi RS
Jl. Kaliurang No. 17 Yogyakarta
Jl. Prof Dr. Moestopo Surabaya
Jl. Achmad Yani No.16,Surabaya
Jl. Gadung No. 1 Surabaya
Jl. Tambakrejo 45-47 Surabaya
No Telp
0274-895142
031-5501011
No fax
5028735
031-8438153
8437511
031-5022436
031-3717141
0341-352101
0354-391718
0341-395041
0331-487441
0333-421118
031-8961649
0351-387184
031-3951239
0341-551356
0358-321118
-21516
0354-773097
0353-881193
0355-322609
0351-464325
0321-321661
0321-861116
0322-321718
-662494
031-5947760
0335-81118
0332-421263
0352-81218
5021636
369384
391833
395024
487564
421072
8964800
3955217
565448
325003
778340
322165
458054
879316
322582
5947890
841160
422311
485051
No.
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
Provinsi
JATIM
JATIM
JATIM
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
Bali
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALTENG
KALSEL
Kabupaten/ kota
Magetan
Malang
Jember
Denpasar
Bulelr:ng
Jembrana
Tabanan
Gianyar
Klungkung
Wangaya
Badung
Denpasar
Buleleng
Jembrana
Bangli
Karangasem
Pontianak
Pontianak
Singkawang
Mempawah
Pontianak
Ketapang
Sanggau
Sambas
Sarnarinda
Balikpapan
Samarinda
Balikpapan
Tarakan
Palangkaraya
Banjarmasin
Kode RS
3520012
3573022
3509032
5171016
5108016
5101016
5102010
5104012
5105013
5171020
5171031
5108016
5106014
5107015
6171011
6171033
6101011
6104014
6171044
6106016
6105015
6101033
6472015
6471014
6472030
6471036
6473016
6271012
6371013
Rumah Sakit
RSU Dr. Sayidiman Magetan
Rumkit Tk.II Dr. Soepraoen
Rumkit Tk.III Baladika Husada Jember
RSUP Sanglah Denpasar
RSU Singaraja
RSU Negara
RSU Tabanan
RSUD Sanjiwani Gianyar
RSU Klungkung
RSUD Wangaya
RSU Badung
Rumkit Tk.III Udayana Denpasar
RSUD Kab. Buleleng
RSUD Jembrana
RSU Bangli
RSUD Karangasem
RSU Dr Sudarso PTK
RSU St.Antonius
RSUD Dr Abdul Aziz
RSU Dr Rubini Mempawah
RS Jiwa Pontianak
RSU Dr. Agusdjam Ketapang
RSU Sanggau
RSU Pemangkat
RSUD H A Wahab Sjahranie
RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo
RS Dirgahayu
Rumkit Tk.III Dr R Hardjanto
RSUD Tarakan
RSUD Dr Doris Sylvanus
RSUD Ulin Banjarmasin
Alamat/Lokasi RS
Jl. Pahlawan No.2 Magetan
Jl. Sodanco Supriyadi No.22,Malang
Jl. PB Sudirman No. 49 Jember
Jl. Diponegoro Denpasar
Jl Ngurah Rai 30 Singaraja
Jl Wijaya Kusuma 17 Negara
Jl. Pahlawan No. 14 Tabanan
Jl. Ciung Wenara No.2 Gianyar
Jl. Flamboyan No. 40 Klungkung
Jl. Kartini No.133 Denpasar
Badung
Jl. P.B Sudirman No.1 Denpasar
Jl. Ngurah Rai 30 Singaraja
No Telp
0351-895023
0341-325111
-84674
0361-227911
0362-22046
0365-41006
0361-811027
0361-943020
0366-21172
0361-222141
No fax
895067
325113
224206
29629
62365
811202
21371
224114
0361-228061
246356
0366-91521
0363-21470
0561-737701
0561-732101
0562-631748
0561-732420
0534-32061
-21070
0562-241040
0541-738118
0542-873901
0541-742116
0542-423409
0551-21720
0536-21717
0511-2180
91521
21470
732077
733623
636319
732420
31512
741793
873836
205360
415677
21166
29194
252229
79
No.
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
80
Provinsi
KALSEL
KALSEL
KALSEL
NTB
NTB
NTB
NTB
NTT
NTT
NTT
NTT
NTT
NTT
NTT
NTT
SULUT
SULUT
SULUT
SULUT
SULUT
SULBAR
SULTENG
SULTENG
SULTENG
SULTENG
SULTENG
SULTENG
SULTENG
SULTENG
SULSEL
SULSEL
Kabupaten/ kota
Banjarmasin
Kotabaru
Hulu Sungai Utara
Mataram
Lombok Tengah
Dompu
Sumbawa
Kupang
Sumba Timur
Belu
Sikka
Ende
Manggarai
Flores Timur
Kupang
Manado
Manado
Tomohon
Manado
Bitung
Polmas
Palu
Palu
Palu
Toli-toli
Poso
Tojo Una-Una
Morowali
Banggai
Makassar
Makassar
Kode RS
6371072
6302014
6308013
5271010
5202011
5205014
5204013
5371011
5302023
5306016
5310012
5311013
5313015
5309012
5371022
7171013
7171035
7102036
7171024
7172036
7602044
7271014
7271051
7271040
7206012
7204010
7204032
7204021
7202015
7371030
7371325
Rumah Sakit
RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh
RSUD Kotabaru
RSU Pambalah Batung
RSU Mataram
RSU Praya
RSU Dompu
RSU Sumbawa Besar
RSU Prof Dr WZ Johanes
RSUD Waingapu Umbu Rara Meha
RSUD Belu Atambua
RSU Dr TC Hillers Maumere
RSUD Ende
RSU Ruteng
RSU Larantuka
RS Tk.IV Wirasakti Kupang
RSU Prof.Dr. R.D Kandou Manado
RS Jiwa Ratumbuysang
RS Bethesda GMIM Tomohon
RS TK.Teling Manado
RSU Bitung
RSU Polewali
RSU Undata Palu
RS Jiwa Palu Madani
RS Woodward Bala Keselamatan
RSU Mokopido Toli-Toli
RSUD Poso
RSU Ampana
RSUD Kolonodale
RSU Luwuk
Rumkit Tk.II Pelamonia
RSU Dr W Sudirohusodo UP
Alamat/Lokasi RS
Jl. Brig Jend H Hasan Basry No.1,Banjarmasin
Jl. H Hasan Basri No.57, Kotabaru
Jl. Basuki Rahmat No. 1 Amuntai
Jl. Pejanggik No.6, Mataram
Jl. Basuki Rahmat No. 11 Praya
Jl. Kesehatan No. 1 Dompu, NTB
Jl. Garuda No. 5 Sumbawa Besar
Jl. Dr Moch Hatta No. 19 Kupang
Jl. Adam Malik No.54, Hambala Waingapu
Jl. Dr Sutomo No. II Atambua
Jl. Kesehatan Maumere
Jl. Prof Dr. WZ.Johanes Ende
Jl. Diponegoro No.16,Kab Manggarai
Jl. Moh Hatta No.19,Kab.Flores Timur
Jl. Dr.DR.Moch Hatta No.3,Kupang
Jl. Raya Tanawangko No.56, Manado
Jl. Bethesda 77 Manado
Jl. Raya Tomohon
Jl. 14 Februari Telling Atas,Manado
Jl. SH Sarundayang Kota Bitung
Jl. Dr Ratulangi 50 Polewali
Jl. Dr Suharso 14 Palu
Km 13 Mamboro Palu
Jl. Woodward No.1 Palu
Jl. Lanoni No.37 Toli-Toli, Sulteng
Jl. Jen.Sudirman No.33 Poso
Jl. St Hasanudin No. 32 Ampana
Jl. W Monginsidi 2 Kolonedale
Jl. Imam Bonjol No. 14 Luwuk
Jl. Jend Sudirman No.27,Makassar
Jl. P Kemerdekaan Km.11,Makasar
No Telp
0511-300741
0518-21118
0527-62905
0370-621345
0370-654007
0373-21411
0371-21929
0380-832892
-61302
-21016
0382-21617
0381-21031
-21389
0382-21617
0380-821131
0431-853191
0431-862792
0430-351017
0431-852450
0438-31881
No fax
300741
21118
61041
621345
653082
21411
23974
832892
21118
21314
22026
853205
351260
853035
-
0451-421270
0451-491470
0451-421769
0453-21300
0452-23645
0465-21165
0465-21010
0461-21820
0411-323434
0411-584677
421370
491605
423744
324360
21010
323434
587676
No.
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
Provinsi
SULSEL
SULSEL
SULSEL
SULSEL
SULSEL
SULSEL
SULTRA
SULTRA
SULTRA
SULTRA
Gorontalo
Gorontalo
Maluku
Maluku
Maluku
MALUT
MALUT
PAPBAR
PAPBAR
PAPBAR
PAPBAR
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Papua
Kabupaten/ kota
Makassar
Makassar
Makassar
Pare-pare
Bulukumba
Palopo
Kendari
Kendari
Buton
Kolaka
Gorontalo
Gorontalo
Ambon
Ambon
Tual
Ternate
Ternate
Manokwari
Sorong
Fak-fak
Sorong
Nabire
Mimika
Biak
Abepura
Jayapura
Jayapura
Merauke
Jayapura
Jayapura
Mimika
Kode RS
7371041
7371096
7371026
7372075
7302016
7317016
7403011
7403066
7401016
7404012
7571010
7501021
8171015
8171110
8101015
8271016
9102011
9171032
9101010
9171010
9202012
9201011
9205015
9271023
9271034
9271012
9201012
9271067
9271056
9212011
Rumah Sakit
RS Kepolisian Bhayangkara
RS Jiwa Makassar
RSU Labuang Baji
RSU Andi Makkasau Pare2
RSU Bulukumba
RSU Palopo Sawerigading
RSU Propinsi Kendari
RS Jiwa Kendari
RSU Bau Bau
RSU Kolaka
RSU Prof Dr H Aloei Saboe
RSU Dr M Mohammad Dunda
RSU Dr M Haulussy Ambon
RS Al Fatah
RSU Tual
RSU Ternate
RSU Boesoeri
RSU Manokwari
RSU Sele Be Solu Sorong
RSU Fak Fak
RSU Sorong
RSU Nabire
RS Mitra Masy.Timika
RSU Biak
RSU Abepura
Rumkit Tk.IV Marten Indey/ Dr Aryoko Sorong
RSU Jayapura
RSU Merauke
RS Bhayangkara Papua
RS Dian Harapan
RSUD Kab. Mimika
Alamat/Lokasi RS
Jl. Letjen Mapaodang Makassar
Jl. L Pasewang No. 34 Makassar
Jl. Dr. Ratulangi No.81 Makassar
Jl. Nurussamawaty No.3 Pare-Pare
Jl. Serikaya No. 17 Bulukumba
Jl. Samiun No.2 Palopo
Jl. Dr Ratulangi No. 151 Kendari
Jl. Letjen Suprapto Kendari
Jl. Jend Sudirman 20 Bau Bau
Jl. W R Supratman No. 20 Kolaka
Jl. Sultan Batutihe No. 7 Gorontalo
Jl. A Yani Limboto Gorontalo
Jl. Dr Kayadoe Ambon
Jl.Sultan Babullah 2 Ambon
Jl. Merdeka Ohoijang Tual
Jl. Tanah Tinggi Ternate
Ternate
Jl. Bhayangkara No.I Manokwari
Jl. Basuki Rahmat Km 12 Sorong
Jl. Jend Sudirman Fak Fak
Jl. Kesehatan No. 36 Sorong
Jl. R.E Martadinata Nabire
Jl.SP2-SP5 Timika, Mimika
Jl. Sriwijaya Ridge I Biak
Jl. Kesehatan No. 1 Abepura
Jl. Pramuka No.1 Remu Utara,Sorong
Jl. Kesehatan I Dok II Jayapura
Jl. SukarjowirjopraNo.to Merauke
Jl. Jeruk Nipis Furia Kotaraja,Jayapura
Jl. Teruna Bakti Waena Jayapura
Jl. Yos Sudarso Kab. Mimika
No Telp
-872514
-873120
0411-873482
0421-21823
-81290
0471-21015
0401-321733
0401-873120
0402-21803
0405-21042
0435-821019
-851455
0911-353438
0916-21612
0921-21281
No fax
530454
22237
24356
321432
821062
353595
21614
21777
0986-211441
0951-21450
0956-22373
0951-321850
-21845
0901-301881
0981-21294
0967-581064
-21752
0967-533616
0971-321125
213189
322076
321763
301882
24630
581064
533781
321124
81
No.
276
277
278
82
Provinsi
Papua
Papua
Papua
Kabupaten/ kota
Jayawijaya
Yapen Waropen
Jayapura
Kode RS
9202013
9204014
Rumah Sakit
RSU Wamena
RSU Serui
RSAL Jayapura
Alamat/Lokasi RS
Jl. Trikora Wamena
Jl. Dr Sam Ratulangi Serui
No Telp
-31152
-31118
No fax
-
83
84
85
Lampiran 3.
:
:
:
Gejala dan Tanda TB
Ya
Tidak
Bila jawaban ya pada salah satu pertanyaan di atas: segera rujuk untuk pemeriksaan dahak
secara mikroskopis atau pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis TB.
Kalau sarana pemeriksaan untuk penegakan diagnosis TB tidak tersedia di unit pelayanan
Bila jawaban tidak pada semua pertanyaan di atas, ulangi pertanyaan di atas
pada kunjungan berikutnya.
Petugas,
()
Catatan
Formulir ini dapat digunakan pada layanan tes HIV dan PDP
86
Stadium 2
Penurunan berat badan bersifat sedang yang tak diketahui penyebabnya (<10% dari
perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya)
Infeksi saluran pernafasan yang berulang (sinusitis, tonsillitis, otitis media, faringitis)
Herpes zoster
Keilitis angularis
Ulkus mulut yang berulang
Ruam kulit berupa papel yang gatal (Papular pruritic eruption)
Dermatisis seboroik
Infeksi jamur pada kuku
Stadium 3
Penurunan berat badan bersifat berat yang tak diketahui penyebabnya (lebih dari 10% dari
perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya)
Diare kronis yang tak diketahui penyebabnya selama lebih dari 1 bulan
Demam menetap yang tak diketahui penyebabnya
Kandidiasis pada mulut yang menetap
Oral hairy leukoplakia
Tuberkulosis paru
Infeksi bakteri yang berat (contoh: pneumonia, empiema, meningitis, piomiositis, infeksi
tulang atau sendi, bakteraemia, penyakit inflamasi panggul yang berat)
Stomatitis nekrotikans ulserative akut, gingivitis atau periodontitis
9
Anemi yang tak diketahui penyebabnya (<8g/dl), netropeni (<0.5 x 10 /l) dan/atau
9
trombositopeni kronis (<50 x 10 /l)
Stadium 4
Sindrom wasting HIV
Pneumonia Pneumocystis jiroveci
Pneumonia bacteri berat yang berulang
Infeksi herpes simplex kronis (orolabial,
genital, atau anorektal selama lebih dari 1
bulan atau viseral di bagian manapun)
Kandidiasis esofageal (atau kandidiasis
trakea, bronkus atau paru)
Tuberkulosis ekstra paru
Sarkoma Kaposi
Penyakit Cytomegalovirus (retinitis atau
infeksi organ lain, tidak termasuk hati,
limpa dan kelenjar getah bening)
Toksoplasmosis di sistem saraf pusat
Ensefalopati HIV
87
Golongan
Efek Samping
Keterangan
Stavudine (d4T)
Lamivudine (3TC)
Toksisitas rendah
Efek samping asidosis laktat dengan steatosis hepatitis
(jarang)
.
Didanosine (ddI)
88
Golongan
Efek Samping
Keterangan
Abacavir (ABC)
Emtricitabine (FTC)
89
Golongan
Keterangan
Nevirapine
Efavirens
90
Golongan
Efek Samping
Keterangan
Lopinavir/ ritonavir
(Aluvia)
(LPV/ r)
91
EFV
LPV/r
Tidak ada
Fluconazole
Itraconazole
Clarithromycin
Anti Jamur
Ketoconazole
Kontrasepsi Oral
Ethinyl estradiol
Anti Konvulsan
Carbamazepine
92
Obat / ARV
Phenobarbital
Phenytoin
NVP
antikonvulsan.
Buprenorphine
EFV
LPV/r
Atorvastatin
Pravastatin
Proton pump inhibitor. Semua obat PI dan EFV dapat meningkatkan kadar Cisapride dan antihistamin non-sedasi (aztemizole, terfenidine) yang dapat menyebabkan toksisitas
jantung. Penggunaan bersamaan tidak dianjurkan.
Sumber : Adatasi dan modifikasi dari Guidelines for the use of antiretroviral agents in HIV-infected adults and adolescents. 4 May 2006
93
Lampiran 7.
Pemeriksaan
serologi
HBsAg
Negatif
Anti HBc
Negatif
Anti HBs
Negatif
HBsAg
Negatif
Anti HBc
Negatif
Anti HBs
Positif
HBsAg
Positif
Anti HBc
Negatif
Anti HBs
Negatif
HBsAg
Positif
Anti HBc
Positif
Positif
Anti HBs
Negatif
HBsAg
Positif
Anti HBc
Positif
IgM anti-HBc*
Negatif
Anti HBs
Negatif
HBsAg
Negatif
anti HBc
Positif
Anti HBs
Positif
HBsAg
Negatif
Anti HBc
Positif
Anti HBs
Negatif
Infeksi Akut
Infeksi kronik
Proses infeksi telah berhenti dan pasien mempunyai kekebalan terhadap HBV
(Resolved infection)
94
Hasil
Anti - HCV
negatif
negatif
negatif
positif
Anti HCV
positif
negatif
positif
positif
Interpretasi
Kemungkinan lain
Tidak Terinfeksi
Infeksi akut
Sumber : National Management Guidelines For Sexually Transmissible . Sexual Health Sociey of Victoria.2008
95
URAIAN
Tahap 1
(Ringan)
Tahap 2
(Sedang)
Tahap 4
(Potensial
mengancam
jiwa)
Tahap 3
(Berat)
HEMATOLOGI
Hemoglobin
750-999/mm
500-749/mm
Jumlah netrofil
absolut
1.000-1.500/mm
Trombosit
75.0003
99.000/mm
50.0003
74.999/mm
20.0003
49.999/mm
<20.000/mm
Hiperbilirubinemi
>1,01,5 x ULN
>1,52,5 x ULN
>2,55 x ULN
>5 x ULN
Glukosa (puasa)
110125 mg/dl
126250 mg/dl
251500mg/dl
>500 mg/dl
Hipoglikemi
5564 mg/dl
4054 mg/dl
3039 mg/dl
<30 mg/dl
Hiperglikemi
(sewaktu dan tdk
ada riwayat
diabetes)
116160 mg/dl
161250 mg/dl
251500 mg/dl
>500 mg/dl
400750 mg/dl
7511200 mg/dl
>1200 mg/dl
KIMIA KLINIK
Trigliserida
Kreatinin
>11,5 x ULN
>1,53 x ULN
>36x ULN
>6x ULN
AST (SGOT)
>1,25 2,5xULN
>2,55 x ULN
>510 x ULN
>10 x ULN
ALT (SGPT)
>1,25 2,5xULN
>2,55 x ULN
>510 x ULN
>10 x ULN
GGT
>1,25 2,5xULN
>2,55 x ULN
>510 x ULN
>10 x ULN
Alkali fosfatase
>1,25 2,5xULN
>2,55 x ULN
>510 x ULN
>10 x ULN
Bilirubin
1,11,5 x ULN
1,62,5 x ULN
2,65x ULN
>5x ULN
Amilase
>11,5 x ULN
>1,52 x ULN
>25x ULN
>5x ULN
Amilase pankreas
>11,5 x ULN
>1,52 x ULN
>25x ULN
>5x ULN
Lipase
>11,5 x ULN
>1,52 x ULN
>25x ULN
>5x ULN
Laktat
Rasa tidak
nyaman bersifat
sedang ATAU
Rasa tidak
nyaman bersifat
berat ATAU
penurunan asupan
selama <3 hari
asupan minimal
selama >3 hari
Sedang ATAU
persisten; 45
episode per hari
ATAU muntah
berlangsung >1
minggu
Muntah semua
makanan/cairan
dalam 24 jam
ATAU hipotensi
ortostatik ATAU
perlu cairan IV
Syok hipotensi
ATAU perlu rawat
inap untuk
pemberian cairan
IV
Sedang ATAU
persisten; 57x
Diare berdarah
ATAU hipotensi
ortostatik ATAU
Syok hipotensi
ATAU perlu rawat
GASTROINTESTINAL
Mual
Ringan ATAU
sementara;
Dapat
mempertahankan
asupan
Muntah
Ringan ATAU
sementara;
23 kali per
hari ATAU muntah
ringan
berlangsung <1
minggu
Diare
96
Ringan ATAU
sementara;
Tahap 4
(Potensial
mengancam
jiwa)
Tahap 1
(Ringan)
Tahap 2
(Sedang)
Tahap 3
(Berat)
>7x diare/hari
ATAU perlu cairan
IV
inap
Sesak napas
waktu olah raga
Sesak napas
ketika istirahat
Urin sewaktu
1+
2+ atau 3+
4+
Sindroma nefrotik
24-jam urine
Kehilangan protein
200 mg - 1 g /hari
ATAU <0,3%
ATAU
<3 g/l
Kehilangan protein
1-2 g/ hari ATAU
0,3-1% ATAU 3-10
g/ l
Kehilangan protein
2-3,5 g /hari ATAU
>1% ATAU >10 g/l
Sindroma nefrotik
ATAU
Kehilangan protein
>3,5 g /hari
Gross hematuri
Hanya mikroskopis
Gross, tanpa
bekuan
Gross dengan
bekuan
Obstruktif
37,738,5oC
38,639,5oC
39,640,5 oC
>40,5oC selama
12 jam berturutturut
Sakit kepala
Ringan; tidak
memerlukan obat
Sedang ATAU
perlu analgetika
non-narkotik
Berat ATAU
respon terhadap
obat narkotik awal
Sakit kepala
membangkang
Reaksi alergi
Urtikaria
terlokalisir
Urtikaria meluas,
angioedema
Anafilaksis
Ruam kulit
hipersensitivitas
Eritema, gatal
Ruam
makulopapular
difus ATAU
deskwamasi
kering
Vesikulasi ATAU
deskwamasi
basah ATAU
ulserasi
SALAH SATU
DARI:
terkena membrane
mukosa,
suspek
Stevens-Johnson
(TEN), erytema
multiforme,
URAIAN
yang berlang-sung
>1 minggu
RESPIRASI
Dyspnea
URINALISIS
Proteinuri
LAIN-LAIN
dermatitis
exfoliativa
Lelah/lemah
Aktivitas normal
berkurang <25%
Aktivitas normal
berkurang
2550%
Aktivitas normal
berkurang >50%;
tidak dapat bekerja
Tidak mampu
merawat diri
sendiri
97
Obat
Penyebab
Tatalaksana
Hepatitis akut
NVP;
EFV jarang;
lebih jarang
dengan AZT,
ddl, d4T (<1%);
dan PI, paling
sering dengan
RTV
Pankreatitis
akut
Asidosis laktat
Semua analog
nukleosida
(NsRTI)
Reaksi
hipersensitif
ABC, NVP
Ruam hebat/
sindroma
StevensJohnson
NNRTI: NVP,
EFV
98
Efek
Samping
Obat
Penyebab
Tatalaksana
sistematik, ganti NNRTI (misal
NVP ganti dengan EFV) dapat
dipertimbangkan setelah ruam
teratasi.
Neuropati
perifer yang
hebat
ddl, d4T
99
Lampiran 11. Pemantauan ART pada kelompok risiko yang lebih sering
terjadi efek samping
Obat ARV
Toksisitas Utama
d4T
Lipodistrofi
Neuropati
Asidosis laktat
AZT
Anemia
Neutropenia
TDF
Teratogenik
EFV
NVP
100
Penyakit psikiatrik
Hepatoksiksitas
Manajemen
Tidak napsu
makan
Ulkus mulut
Kandidiasis
Makan makanan yang lunak, sejuk, dan tidak merangsang (seperti bubur,
havermut, sayur yang diblender, jus apel, susu)
Tambahkan bawang putih (pilihan)
Hindari gula (glukosa, gula tebu), ragi, kafein, makanan pedas, minuman
bersoda dan alkohol
Konstipasi
Anemi
101
Penjelasan
Rekomendasi
Advance immunosupression,
sehingga pemberian ARV
belum dapat memulihkan
sistem kekebalan
sepenuhnya
Infeksi subklinis yang tidak
terdeteksi sewaktu skrining
Timbul IO pada
kondisi diduga
kegagalan terapi
ARV
Kegagalan Terapi
102
Lampiran 14.
-
http://www.who.int/hiv/en/
http://www.unaids.org/publications/documents/index.html
http://www.medscape.com/hiv
http://www.amfar.org
http://www.hivandhephepatitis.com
http://www.cdc.gov/hiv/topics/treatment/index.htm
http://www.cdc.gov/hiv/
http://www.aidsinfo.nih.gov/
http://www.hopkins-hivguide.org/
http://www.aidsmeds.com
http://www.aidsmap.com
http://www.aids.org
http://www.thebody.com/
http://www.hivnat.org
http://hivinsite.ucsf.edu/InSite
http://www.aegis.org/
http://www.natap.org/
http://spiritia.or.id/
http://aids-ina.org/
http://www.i-base.info/index.html
Juga dianjurkan untuk membaca situs web perusahaan farmasi pembuat obat
Antiretroviral.
103
Lampiran 15.
Daftar Rujukan
atau
web
E-mail:
Spiritia
Internet
Catatan; sebagian buku tersebut tersedia versi cetakan secara gratis
atas permintaan pada penerbit
3. Antiretroviral therapy publications WHO
1. http://www.who.int/hiv/pub/arv/en/
2. Sources and Prices of Selected Medicines and Diagnostics for People
Living with HIV/AIDS. UNAIDS, UNICEF, WHO; 2005
http://apps.who.int/medicinedocs/en/d/Js8112e/
3. Sources and prices of selected medicines for children UNICEF 2009
http://www.unicef.org/supply/index_47129.html
4. Untangling the Web of antiretroviral price reductions: 11th edition MSF 2009
http://www.msfaccess.org/main/hiv-aids/untangling-the-web-of-antiretroviralprice-reductions-11th-edition/
5. Handbook on Access to HIV/AIDS-Related Treatment; A collection of
Information, tools and resources for NGOs, CBOs and PLWHA groups.
WHO, Mei 2003
http://www.who.int/hiv/pub/prev_care/pub29/en/
6. Living Well with HIV DAN AIDS: A Manual on Nutritional Care and Support
For People Living with HIV DAN AIDS. FAO 2002
7. http://www.fao.org/DOCREP/005/y4168E/Y4168E00.HTM
8. Community Home-Based Care in Resource-Limited Setting: A Framework
for Action. WHO
104
http://www.who.int/hiv/pub/prev_care/pub14/en/
9. Improving Access to Care in Developing Countries: Lessons from Practice,
Research, Resources and Partnerships. Repaort from a meeting:
Advocating for access to care and sharing experiences. WHO December
2001
http://www.who.int/hiv/pub/prev_care/care/en/
10. Aid for AIDS South Africa Clinical Guidelines 2009
http://www.aidforaids.co.za/EX_Medscheme_VS07/Documents/AFA/Guideli
nes_book_Final.pdf
11. Clinical Guide on Supportive and Palliative Care for People with HIV/AIDS.
The HIV/AIDS bureau of Health Resources and Services Administration
http://hab.hrsa.gov/tools/palliative/
12. A Guide to the Clinical Care of Women with HIV/AIDS, 2005 edition. The
HIV/AIDS Bureau of Health Resources and Services Administration
http://hab.hrsa.gov/publications/womencare05/
13. Clinical Management of the HIV-Infected Adult: A Manual For Midlevel
Clinicals, oleh Patricia Yeargin, Rosemary Donnelly, dan Dianne Weyer,
RN, MN, CFNP. Southeast AETC and MATEC, Maret 2003
http://www.aids-etc.org/pdf/tools/se_midlevel_2003.pdf
14. Tool to Assess Site Readiness for Initiating Antiretroviral Therapy (ART).
John Snow International/Deliver, 2007.
http://www.jsi.com/Managed/Docs/Publications/HIVAIDS/art_stages_of_rea
diness_tool_v1-3.pdf
15. Pocket Guide to Adult HIV/AIDS Treatment: 2008-09 Johns Hopkins
University Division of Infectious Diseases
http://www.hopkinshivguide.org//publications/main/pocket_guide_to_adult_hiv_aids_treatment/
pocket_guide_to_adult_hiv_aids_treatment.html
16. A Practical Guide to HIV Drug Side Effects. CATIE, Revised 2006
http://www.catie.ca/sideeffects_e.nsf
17. A Practical Guide to HAART (Highly Active Anti-retroviral Therapy). CATIE,
Revised 2006
http://www.catie.ca/PG_HAART_e.nsf/
18. Managing Drug Side Effect. The AIDS Community Research Initiative of
America (ACRIA).
http://www.acria.org/index.php?q=publications/educational-booklets/sideeffects
19. Patient Information Booklet Series: Adherence; Anti-HIV Drugs; Clinical
Trials; Glossary; HIV & Hepatitis; HIV Therapy; Lipodystrophy; Nutrition;
Resistance; Viral Load & CD4 Count; dll. NAM (UK).
http://www.aidsmap.com/cms1187580.asp
105
di Internet:
1. HIV & AIDS Treatment in practice (HATIP) is an E-mail newsletter for
doctors, nurses, other health care workers and community treatment
advocates working in limited-resource setting. The newsletter is published
twice a month by NAM.
2. If you have web access, sign up at:
http://www.aidsmap.com/en/main/ emailupdate.asp
6. Milis Internet:
1. Indonesian-FACT (Indonesian Forum on AIDS Care and Treatment): adalah
forum untuk mendiskusikan perawatan dan pengobatan HIV DAN AIDS di
Indonesia.
2. Subscribe dengan kirim E-mail kosong ke: Indonesian-FACT-subscribe@
yahoogroups.com
3. WartaAIDS adalah forum diskusi dan Tanya/jawab untuk mereka yang
terkait dengan perawatan dan dukungan untuk Odha di Indonesia.
4. Subscribe dengan
yahoogroups.com
kirim
kosong
ke:
wartaaids-subscribe@
kirim
kososng
ke:
aids-ina-subscribe@
7. The goal of ProCAARE is to provide a forum for dialogue among clinical and
public health physicians, nurses, researchers, policy makers, program
106
107