Anda di halaman 1dari 24

Bab

KonduksiNeuraldanTransmisi
Sinapsis

A. Potensial Membran Neuron


B. Potensial Generator Neuron
C. Transmisi Sinapsis: Transmisi Kimia Berdasarkan Sinyal-sinyal dari Neuron yang Satu
ke Neuron yang Lain
1. Struktur Sinapsis
2. Mekanisme Transmisi Sinapsis
a. Small-molecule Neurotransmitter
b. Large-molecule Neurotransmitter
D. Neurotransmitter
E. Pengaruh Obat-obatan Terhadap Transmisi Sinapsis
1. Mekanisme Efek Obat-obatan Agonistik
2. Mekanisme Efek Obat-obatan Antagonistik
3. Beberapa Contoh Efek Agonistik dan Antagonistik
F. Perbedaan Konduksi Neural dan Trasmisi Sinapsis

Neuron berkc)Jnunikasi melalui aktivitaseltiktrik (dengah bantuan iQmionpositij dan


negatij yang terkal1dung di dalam dan di lUilr membrart sel) sertarnelalui aktivitas
kirniawi (dengan bantuah subsJ(lnsi neurQir4hsmitter). Dalam bab ini ak(lft dibahas
mengenai bagail11ahan~UrQhyang $atudengilfl neuron yang laih dflj3atberkQmunik(lsi
dan menjalankanjLifrgsinY4 dalam sistel11$amjmanusiCl;

27

Kunci dalam mempelajari fungsi saraf adalah dengan memahami potensial membran sel.
Perbedaan potensiallistrik (potensial aksi) yang muncul di bagian dalam membran dan di
bagian luar membran akan menyebabkan stimulus yang diterima oleh saraf sensoris akan
diteruskan ke sel saraf yang lain dan diterjemahkan dalam suatu perilaku.
A.

POTENS/AL MEMBRAN NEURON

Untuk memahami bagaimana munculnya potensial aksi, kita harus lebih dahulu memahami
penyebab munculnya potensial membran neuron. Potensial membran muncul karena adanya
dua kekuatan yang saling berlawanan, yaitu kekuatan yang muncul dari peristiwadifusi dan
kekuatan dari tekanan elektrostatis
1)

DIFUSI

Peristiwa difusi dapat kita pahami melalui percobaan berikut; bila kita memasukkan
sesendok gula dalam segelas air, tanpa mengaduknya, maka dalam beberapa waktu gula akan
larut tetapi tetap akan berada dekat dengan dasar gelas. Bila larutan tersebut kita diamkan
untuk beberapa hari, maka molekul-molekul gula dalam larutan tersebut akan tersebar merata
dalam cairan meskipun tidak ada yang mengaduknya.
Dalam kondisi normal (tidak ada hambatan dalam peristiwa difusi), molekul-molekul
akan berdifusi dari bagian yang memiliki konsentrasi tinggi ke bagian yang memiliki
konsentrasi rendah.

,t ;

. .
..~..::~....
.

~ '-;. .~ :..: ~-:::?

.:.:.:.~~...
\o.4J:-.~~\..

Peristi wa Difusi menekan molekul gula dari


da6rah yang memiliki konsentrasi tinggi ke
daerah yang memiliki konsentrasi rendah

. ..;t:~~t}'r;.I>.::'

Gambar 3.1. Peristiwa Difusi. Kekuatan difusi menggerakkan molekul gula ke seluruh
bagian gelas dari bagian konsentrasi tinggi ke bagian konsentrasi rendah
(Carlson, 1992)
28

2) TEKANAN ELEKTROSTATIS
Bila kita mencairkan suatu substansi elektrolit dalam air, maka substansi tersebut akan
berpecah menjadi molekul-molekul (ion) yang mengandung muatan listrik yang saling
berlawanan. Ion positif disebut dengan cations dan ion negatif disebut dengan anions (untuk
memudahkan dalam mengingat, makaanions bisa diasosiasikan dengan asosial, asusila yang
berarti tidak, sehingga mengingatkan kita pada hal-hal yang negatif).
Partikel dengan muatan-muatan listrik yang sejenis akan saling tolak menolak, sedangkan
partikel dengan muatan-muatan listrik yang berlawanan akan saling tarik menarik (lihat
gambar 3.2.). Tarikan yang berulang-ulang antara cations dan anions ini disebut dengan
tekanan elektrostatis.
Seperti halnya peristiwa difusi yang menggerakkan molekul dari konsentrasi yang tinggi
ke konsentrasi rendah, maka tekanan elektrostatis akan memindahkan cations dari daerah
yang berlebihan ion positif dan memindahkan anions dari daerah yang berlebihan ion negatif.

(C)

ANIONS

" ..-

ANIONS

Gambar 3.2. (A) Gaya tarik antara cations dan anions; (B) gaya penolakan antara
cations dan cations; (C) gaya penolakan antara anions dan anions

Berdasarkan pengetahuan tentang difusi dan tekanan elektrostatis di atas, maka akan
dimulai usaha untuk memahami potensiallistrik yang dimiliki oleh membran sel saraf yang
berasal dari cairan kimia pembawa ion-ion positif dan ion-ion negatif.
Membran sel dikelilingi oleh ion-ion listrik yang ditimbulkan oleh cairan-cairan kimia
disekitarnya. Cairan bagian dalam membran (intracellular fluid) terdiri dari:
Ion Natrium (sodium), pembawa muatan positif (Na+)

Ion Kalium (potassium), pembawa muatan positif (K+)

Ion Klorida, pembawa muatan negatif (Cl-)


Ion Protein/Organik, pembawa muatan negatif (An-)
29

Sedangkan cairan bagian luar membran (extracellular fluid) terdiri dari:

1011Natrium (sodium), p~mbawa muatan positif (Na+)


Ion Kalium (potassium), pembawa muatan positif (K+)
Ion Klorida, pembawa muatan negatif (Cl-)

Ion protein tidak terdapat di bagian luar membran karena partikelnya terlalu besar untuk
dapat melalui membran sel yang sifatnya semipermeable.
Membran potensial dihasilkan oleh keseimbangan antara difusi ion-ion positif dan
negatif, oleh karena itu kita pelu memahami konsentrasi ion-ion yang terdapat dalam
intracellular fluid maupun extracellular fluid.
Bila tidak ada stimulus yang diterima oleh saraf (membran berada dalam kondisi
tenang), ion K+ yang berada di dalam membran sel memiliki konsentrasi lebih tinggi, yaitu
30x jumlah ion K+ yang berada di luar membran. Konsentrasi ion protein (An-) juga lebih
tinggi konsentrasinya di dalam membran sel. Dalam kondisi tenang tersebut, bagian luar sel
memiliki konsentrasi ion Cl- dan Na+ yang lebih tinggi, untuk ion Na+ konsentrasinya lOx
lebih besar daripada jumlah ion Na+ yang berada di dalam membran sel.
Dalam kondisi tenang, terdapat perbedaan potensial sebesar -70 mV (milivolt), hal
tersebut menunjukkan bahwa potensiallistrik di dalam membran lebih rendah sekitar 70m V
daripada potensial listrik di luar membran. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka dalam
kondisi tenang, muatan positif memenuhi bagian luar membran sel, dan muatan negatif
memenuhi bagian dalam sel dengan kekuatan yang sarna besar sehingga tidak terjadi
perbedaan potensial (neuron berada dalam kondisipolarisasi). Lihat Gambar 3.3.
Aliranarus

-+ +

Cl-

+++

*.~t

Cl-

Gambar 3.3. Membran Potensial da/am Kondisi Tenang (Noback, 1978)


Ion protein partikelnya terlalu besar untuk dapat melalui membran sel, sehingga ia akan
selalu tetap berada di dalam membran. Ion K+ terkonsentrasi di dalam Inembran tetapi
peristiwa difusi mendorongnya keluar (ke bagian yang konsentrasinya lebih rendah), tetapi
bagian luar membran bermuatan positif (Iihat Gambar 3.3. di atas), sehingga terjadi
penolakan terhadap difusi ion K+keluar membran, dengan kata lain tekanan elektrostatis
menahan ion K+ untuk berdifusi keluar membran.
30

Ion klorida (Cn terkonsentrasi di bagian luar membran. Peristiwa difusi menekan ion Cluntuk masuk ke dalam membran yang memiliki konsentrasi Cl- lebih rendah. tetapi bagian
dalam membran bermuatan negatif (lihat Gambar 3.3. di atas), sehingga ada tekanan
elektrostatis yang menahan ion Cl- untuk berdifusi ke dalam membran. Sehingga ada dua
kekuatan sarna besar yang saling menyeimbangkan.
Ion natrium (Na+)juga banyak terkonsentrasi di bagian luar membran, iajuga terpengaruh
oleh peristiwa difusi, tetapi tidak seperti Cl-, Na+ tidak mampu ditahan oleh tekanan
elektrostatis karena bagian dalam sel yang bermuatan negatif akan saling tarik menarik
dengan ion natrium yang positif. Bila Na+ mampu untuk berdifusi ke dalam membran dan
terdorong untuk masuk ke dalam membran karena tekanan elektrostatis, lalu mengapa
konsentrasi Na+ di luar membran tetap lebih tinggi?
Penjelasan dapat dilakukan melalui peristiwapemompaan sodium-potassium. Peristiwa
pemompaan sodium potassium dimulai dari dinding membran yang pemiable terhadap Na+.
Tetapi pada saat yang sarna, kekuatan dari pemompaan sodium-potassium akan memompa N a+
keluar dan menukar Na+ yang keluar dengan K+yang masuk dengan perbandingan 3 banding
2. Yaitu setiap 3 ion sodium (Na+) yang keluar akan ditukar dengan 2 ion pottasium (K+) yang
masuk. Peristiwa tersebut akan menjaga keseimbangan konsentrasi ion Na+ tetap lebih tinggi
dibagian luar daripada di bagian dalam, dan konsentrasi ion K+ lebih tinggi di bagian dalam
daripada di bagian luar. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 3.4. di bawah ini

Gambar
B.

3.4. Efek dari Peristiwa Pemompaan Sodium - Potassium (Carlson, 1992)

POTENSIAL GENERA TOR NEURON

Pada peristiwa pemompaan sodium-potassium, membran sel tetap menjaga permebailitasnya


meskipun Na+dan K+dapat melaluinya. Apa yang akan terjadi apabila terdapat suatu keadaan
dimana membran menjadi sangat mudah dilalui Na+? Kekuataan elektrostatis dan dorongan
difusi akan mendorong Na+masuk ke dalam membran, otomatis keseimbangan ion positif di
31

---

---

luar membran dan negatif di dalam membran akan terganggu dan kondisi potensial membran
akan berubah menjadi potensial generator (memiliki tenaga pembangkit/generator untuk
meneruskan impuls).
Pada peristiwa potensial generator, ion Na+ yang masuk ke dalam membran akan
mengurangijumlah ion positif di luar membran dan menambahjumlah ion positif di dalam
membran, akibatnya bagian luar membran akan bermuatan negatif (karena ion Na+ yang
masuk sangat banyak) dan bagian dalam membran akan bermuatan positif. Oleh karena itu
bagian sarafyang mengalami potensial generator (tempat impuls timbul) akan bermuatan
negatif.
Dalam kondisi potensial generator tersebut, potensiallistrik di dalam membran yang
semula sebesar-70m V berubah menjadi +50mV. Ambangperbedaan potensial antara bagian
dalam membran dan luar membran yang mampu menimbulkan nilai lucutan aliran aksi
adalah kurang dari - 5,5mV. Berkurangnya perbedaan potensial antara di luar membran dan
di dalam membran disebut dengan peristiwa depolarisasi.
Setelah mencapai ambang batas, membran yang semula sangat permiable akan kembali
pada kondisi semula, dimana ia akan sangat selektif terhadap Na+yang akan masuk tetapi
agak lebih longgar terhadap K+yang keluar dan Cl- yang masuk sehingga akan tercapai
kondisi membran tenang, dimana bagian luar membran bermuatan positif dan bagian dalam
membran bermuatan negatif. Kondisi ini akan tercapai dalam waktu 1 sampai 2 milidetik
setelah terjadi potensial generator dan disebut dengan peri ode refrakter mutlak (absolute
refractory period). Pada periode ini stimulasi yang sebesar apapun tak akan mampu
menimbulkan potensial generator.
Periode refrakter mutlak akan diikuti oleh peri ode refrakter relatif (relative refractory
period), yaitu keadaan dimana serabut saraf dapat kembali distimulasi tetapi hanya dengan
stimulasi yang yang lebih tinggi dari tingkat stimulasi normal yang mampu menimbulkan
impuls (lebih besar dari nilai ambang axon).
Periode refrakter memegang peranan penting dalam karakteristik aktivitas neuron,
yangpertama adalah peranannyadalam aliran aksi. Adanya periode refraktermenyebabkan
aliran aksi hanya dapat berlangsung searah karena bagian yang ditinggalkan (dalam
kondisi refrakter mutlak) tidak dapat distimulasi kembali, kecuali bila terjadi hal-hal yang
luar biasa. Kedua, peranan peri ode refrakter adalah dalam laju/kecepatan aliran aksi.
lntensitas stimulasi yang besar akan menambah laju aliran karena setelah peri ode refrakter
mutlak terjadi, aliran dapat tetap diteruskan pada periode refrakter relatif. Tetapi intensitas
stimulus yang rendah baru dapat diteruskan apabila periode refrakter mutlak dan periode
refrakter relatif sudah tercapai.
Potensial aksi akan mengalirkan aliran aksi (aliran listrik) yang dapat meneruskan
impuls yang diterima oleh bagian saraf tersebut ke bagian saraf yang lain dan sifatnya
irreversible (tidak dapat berbalik arah), kecuali dalam kondisi tidak normal (lihat gambar
3.5).

32

SUMBER STIMULUS

-~ - --

+ + + + + + +

+ + + + + + + + +

arah aUran aksi

Pada bagian ini muatan (-)

Muatan (+) B banyak pindah


ke A, sehingga B kelebihan
muatan (-). Oleh karena itu
muatan positif disebelah B
pindah ke B. dan seterusnya.

Tempat stimulus timbul


(sumber stimulus) bermuatan negatif sehingga
muatan positif di tempat ini
ber):1indah.dan akhirnya di
A kebanyakan muatan negatiL Untuk menseimbangkannya.muatanpositif
di B berpindah ke A

diluar membran bertambah


karena Na+ banyak yang
masuk dan K+ yang keluar
terhambat oleh permeabilitas
membran yang tidak berada
dalam kondisi normal akibat
adanya stimulus

Gambar

3.5. Aliran Aksi

Seperti dikatakan tadi, aliran aksi sifatnya searah, kecuali terdapat kondisi khusus. Oleh
karena itu aliran aksi atau potensial aksi ini terdiri dad 2 macam aliran (lihat Gambar 3.8), yaitu:
1.
2.

Aliran Bifasis, yaitu terjadinya dua aliran yang arahnya saling bertentangan
Aliran Monofasis, hanya terjadi satu arah aliran.

SUMBER STIMULUS

rusak
-----(A)

+ + + + + + +

++++++

A
./

------

(B)

./

"-

+++++++

+ + + + + +

+++++++

.
Gambar

/'

"-

"'-/

arah aUran aksi

3.6. (A) Aliran Bifasis; (B) Aliran Monofasis

33

Pada serabut saraf yang diselubungi oleh myelin, impuls hanya dapat timbul di Nodes
of Ranvier sehingga alirannya terjadi secara meloncat-Ioncat (saltatoris). Kondisi tersebut
menyebabkan hantaran impuls berlangsung lebih cepat lagi.

Kecepatan hantaran sebanding dengan tebal axon. Hal tersebut menunjukkan bahwa
semakin tebal axon, semakin cepat impuls dihantarkan.
Pad a saat terjadi stimulus, neuron umumnya mengeluarkan cairan kimia yang disebut
dengan neurotransmitter yang berdifusi disekitar celah-celah sinapsis dan berinteraksi
dengan molekul reseptordi membran sel tujuan. Pengaruh neurotransmitter akan menimbulkan
dua macam peristiwa tergantung dari struktur neurotransmitter dan reseptor penerimanya.
Peristiwa tersebut adalah:
a)

Depolarisasi, yaitu potensial membran menurun (contohnya dari -70mV menjadi 67mV), sarna seperti peristiwa depolarisasi di atas yang menimbulkan potensial aksi.
Dalam peristiwa dt'?polarisasi ini, axon beradadalam periode supernormal (nilai ambang
turun sehingga stimulasi yang tidak begitu kuat dapat menimbulkan impuls). Kondisi ini
disebut dengan Potensial Susulan Negatif (negative after potential/excitatory postsynaptic potentials). Lihat gambar 3.7.

- 65
-70
Milidetik
Stimulus

Gambar

3.7. Depolarisasi (Pinel, 1992}

b) Hyperpolarisasi, yaitu potensial membran meningkat (misalnya dari -70mV menjadi 72mV). Dalam peristiwa hyperpolarisasi ini axon berada dalam periode subnormal!
periode nisbi (nilai ambang naik, sehingga stimulasi harus lebih kuat lagi agar dapat
menimbulkan impuls). Kondisi ini disebut dengan Potensial Susulan Positif (positive
after potential/inhibitory postsynaptic potentials). Lihat gambar 3.8.

34

- 65
-70
I

Milidetik

Stimulus

Gambar

3.8. Hyperpolarisasi (Pinel, 1992)

Excitatory dan Inhibitory postsynaptic potentials sarna-sarna merupakan respon yang


meningkatkan aktivitas neuron dan hal ini akan dibicarakan lebih lanjut pada bagian di
bawah ini.
Potensial postsynapsis muncul pada sinapsis tunggal dan hanya memiliki efek yang
terbatas dalam menimbulkan neuron postsynapsis yang lain. Efek yang timbul sangat
tergantung pada keseimbangan antara sinyal-sinyal excitatory dan inhibitory yang sampai
pada axon hillock (tempat pertemuan antara soma sel dan axon).
Bila jumlah depolarisasi dan hyperpolarisasi yang sampai di axon hillock mampu
mendepolarisasi membran (yaitu dalam kondisi melampaui ambang batas tegangan/threshold of excitation, yaitu sekitar -65 mY), maka potensial aksi akan timbul di axon hillock.
Potensial aksi hanya terjadi sekitar 1 milidetik dan akan mengubah membran potensial dari
-70mV menjadi +50mV. Potensial aksi ini sifatnya ada-atau-tidak Uadi bukan seperti
potensial susulan negatif dan potensial susulan positifyang sifat responnya membesar). Jadi
tidak bersifat setengah-setengah, ia hanya akan muncul oleh depolarisasi yang melampaui
ambang batasnya (lihat Gambar 3.9).
Efek dari munculnya potensial aksi adalah penambahan semua potensial postsynaptik
yang ada di neuron multipolar dan mengumpulkannya di axon hillock. Dari bagian ini akan
dibuat keputusan apakah impuls akandilanjutkanatau tidakdan hal tersebut sangat tergantung
dari penjumlahan potensialpostsynapsis yang ada.Penggabunganataupenjumlahan potensial
postsynapsis ini disebut dengan integration (integrasi).
Adadua macam penjumlahan potensial postsynapsis, yaitu penjumlahan spatial (spatial
summation) dan penjumlahan temporal (temporal summation). Pada gambar 3.9. dapat kita
lihat peristiwa penjumlahan spatial, yaitu penjumlahan yang potensial postsynapsisnya
berasal dari 2 macam sinapsis. Neuron A dan B bersifat meningkatkan (excitatory);
sedangkan neuron C dan D bersifat menghambat (inhibitory). Bila potensial postsynapsis
neuron A dan B dijumlahkan, maka akan timbul impuls excitatory yang semakin besar,
demikian pula halnya dengan penjumlahan potensial postsynapsis neuron C dan D akan
meningkatkan impuls inhibitory, sedangkan penjumlahan antara impuls A dan C, akan
menimbulkan reaksi yang menetralkan.
35

1.

Penjumlahan dua buah postsynaptik excitatoris akan menimbulkan


efek excitatoris yang semakin besar

- 65 A _
-70~

-.-

- 65I B _
-70~

2.

Penjumlahan dua buah postsynaptik inhibitoris akan menimbulkan


efek inhibitoris yang semakin besar

-65
-70
- 75

3.

Penjumlahan postsynaptikexcitatoris (A)dan postsynaptik inhibitoris (C)


akan saling menetralkan

en
s:::
Q)
.......
o
~

oscilloscope

-65
-70
- 75

- 65
- 70
- 75

-65

- 65

- 65

- 70
- 75 ~

-70
-75

- 70

b-c

- 75

~
~

+D

+C

Gambar 3.9. Penjumlahan Spatial (Pinel, 1993)

Pada penjumlahan temporal, potensial postsynapsis yang dijumlahkan berasal dari


sinapsis yang sarna, contohnya dapat kita lihat pada gambar 3.10. Pada gambar tersebut
tampak bahwa sinapsis di A akan menimbulkanefek excitatory, sedangkan sinapsis di B akan
menimbulkan efek inhibitory. Bila pada A terjadi potensial postsinapsis yang berturut-turut,
maka potensial postsinapsis yang kedua akan lebih besar daripada potensial postsinapsis
yang pertama. Demikian pula yang terjadi pada sinapsis B.
36

-......
0

.2:

1.

'8
'---'

c
ro

Postsynaptik excitatorisyang datang berturut-turutakan menimbulkan


efek exitatorisyang semakin

I-<
-

besar

65

65

"8
Q)

-70

-70

.
</j

----.

Q)

......

p..
1.

Postsynaptik inhibitorisyang datang berturut-turutakan menimbulkan


efek inhibitorisyang semakin

besar

-70

Gambar

c.

3.10. Penjumlahan Temporal (Pinel, 1993)

TRANSMISI SINAPSIS: TRANSMISI KIMIA BERDASARKAN SINYAL-SINY AL


DARI NEURON YANG SA TU KE NEURON YANG LAIN

Neuron berkomunikasi melalui sinapsis dan perantaranya adalah substansi kimia yang
dilepaskan oleh terminal button. Substansi kimia ini disebut dengan substansi transmitter
atau neurotransmitter yang berdifusi diantara celah terminal button dengan membran dari
neuron penerima. Macam substansi transmitter ini akan menentukan efek pembangkitan
(excitatory) atau efek penghambatan (inhibitory).

37

1. STRUKTUR SINAPSIS
Pada gambar 3.11. tampak sebuah ilustrasi tentang sinapsis. Sitoplasma dalam terminal
button, terdiri dari pembuluh sinapsis (synaptic vesicles), yang terletak dekat dengan
membran pre-synaptic; mitokondria yang berfungsi sebagai sumber energi; dan cistern as
yang merupakan pembungkus dari neurotransmitter yang bentuknya seperti Badan Goigi di
sel-sel tubuh manusia. Selain bagian-bagian tersebut, membran presinapsis dan membran
postsinapsis adalah bagian penting dalam mekanisme transmisi synapsis.
Diantara membran presinapsis dan membran postsinapsis terdapat celah yang disebut
synaptic cleft, yang jaraknya tergantung tugas masing-masing neuron. Umumnya, lebar
celah ini adalah sekitar 200 A (A = angstroms,dimana1 A sarna dengan 1/10.000 mm).
Dalam celah sinapsis ini terdapat cairan ekstrasel tempat substansi neurotransmitter akan
berdifusi.
Neurotransmitter diproduksi oleh soma sel dan dialirkan ke terminal button melalui
microtubules di sepanjang axon. Proses ini disebut dengan axoplasmic transport.
Membran postsinapsis merupakan membran yang paling tebal dibandingkan dengan
membran di bagian-bagian lain. Ia mengandung molekul-molekul protein yang yang mampu
mendeteksi hadimya substansi transmitter di celah sinapsis dan selanjutnya mampu untuk
mengubahpotensialmembrandan terjadilahprosesyangakanmenghambatataumeningkatkan
aktivitas neuron penerima.

Tabung-tabung mikro
(microtubules)
Serat-serat mikro
(microfilaments)
..

Tenn'"']
.

).

...

Button

.....

Mitokondria

Cisterna (meIepaskan
pembuluh yang penuh
berisi neurotransmitter)

Pembuluh Sinapsis

Membran Presinapsis

Penebalan di daerah
postsynapsis

Gambar
38

..-.
.... ".
.*.:.
. ..

Celah Sinapsis

3.11. Struktur Sinapsis (Pinel, 1993; Caison, 1992)

2. MEKANISME TRANSMISI SINAPSIS


Transmisi sinapsis berlangsung melalui dua macam proses transmisi neurokimia yang
berbeda satu sarna lain, yaitu small-molecule neurotransmitters dan large-molecule
neurotrnsmitters.
a.

b.

Small-Molecule Neurotransmitters. Proses ini dimulai dengan berkumpulnya substansi


kimia didalam cisterna yang akan disimpan di dekat membran presinapsis (membran
presinapsis kaya akan kelenjar-kelenjar yang mengandung kalsium. Bila mendapat
stimulasi dari potensial aksi, saluran kalsium tadi akan terbuka dan ion Ca++akan masuk
ke dalam button. Masuknya Ca++akan mendorong pembuluh sinapsis untuk melakukan
kontak dengan membran presinapsis dan melepaskan isinya ke dalam celah sinapsis
(lihat gambar 3.12.). Proses ini disebut dengan exocytosis. Proses ini berlangsung pada
setiap kali stimulasi dari potensial aksi terjadi. Ia langsung menyampaikan pesan kepada
reseptor postsinapsis yang ada di sekitarnya (lokal).
Large-molecule Neurotransmitters. Proses exocytosis juga terjadi, namun untuk largemolecule neurotransmitter, substansi kimia yang dibutuhkan akan berkumpul dalam
Badan Goigi dan dialirkan ke buttons melalui microtubules. Proses exocytosisnya tetap
sarna, namun bila small-molecule berlangsung pada setiap kali terjadi stimulasi; proses
exocytosis large-molecule akan berlangsung secara bertahap. Large-molecule umumnya
juga tidak dilepaskan pada celah sinapsis, namun dilepaskan pada cairan ekstrasel dan
pembuluh darah. Oleh karena itu proses large-molecule ini biasanya terjadi pada reseptor
yang letaknya jauh dari proses exocytosis dan pengaruh yang disebarkan juga tidak terbatas
pada neuron yang ada disekitarnya tetapi juga neuron-neuron yang letaknya berjauhan.
Oleh karena itu proses large-molecule neurotansmitter umumnya lebih berfungsi sebagai
neuromodulator. Proses large-molecule diperlancar dengan bantuan proses-proses smallmolecule (sebagai second messenger/penyampai pesan sekunder). Neuromodulator
memiliki peranan yang besar dalam mengkontrol emosi dan motivasi.

Terminal
Button

Membran
Postsinapsi

Gambar

3.12. Peristiwa Exocytosit (Pinel, 1993)


39

D. NEUROTRANSMITTER
Dalam peristiwa trasmisi, neurotransmitter yang dikeluarkan ada berbagai macam yang akan
menentukan proses yang berlangsung. Untuk proses small-molecule neurotransmitter,
substansi kimia yang dihasilkan adalah amino acid neurotransmitter dan monoamine
neurotransmitter. Untuk proses large-molecule neurotransmitter, substansi kimia yang
dihasilkan adalah peptide neurotransmitter. Selain dari pengelompokan di atas, masih ada
jenis neurotransmitter lain dalam proses small-molecule neurotransmitter, yaitu acetylcholine yang dikelompokkan tersendiri (berbeda dengan kelompok amino acid neurotransmitter
dan monoamine neurotransmitter). Jadi ada sembilan neurotransmitter yang umum dikenal
(lihat gambar 3.13).

1. Aspartate
2. Glycine
3. GABA

AMINO ACID / ASAM AMINO

4. Glutamate
5. Dopamine

CA THE COLA MINES

6. Neopinephrine

7. Epinephrine
8. Serotonin

MONOAMINES/
MONOAMIN
INDO LA MINE

19. Acetycholine
Gambar

3.13. Penggolongan Neurotransmitter yang Terlibat dalam


Proses Small-Molecule Neurotransmitter

1) Amino Acid Neurotransmitters, adalah substansi neurotransmitter dalam proses smallmolecule neurotransmitter yang bekerja dengan sangat cepat, terarah dengan pasti di
sistem saraf pusat. Ada empat jenis neurotransmitter yang berfungsi dengan efektif,
yaitu glutamate, aspartate, glycine, dan gamma-aminobutyric acid (GABA). Ketiga
substansipertama lazimditemui dalammakananyang dikonsumsi sehari-hari,sedangkan
GABA adalah substansi protein yang merupakan modifikasi proses sintesa sederhana
dari struktur glutamate. Glutamate diketahui sebagai substansi neurotransmitter yang
memiliki fungsi meningkatkan aksi (excitatory) di Susunan Saraf Pusat pada mamalia,
sedangkan GABA memiliki fungsi untuk menghambat aksi (inhibitory) meskipun
menurut penelitian terakhir; GABAjuga memilikiefek excitatory pada sinapsis-sinapsis
tertentu.
2) Monoamine Neurotransmitters, adalahsubstansi neurotransmitter lain yang digunakan
dalam proses small-molecule neurotransmitter. Setiap jenis monoamine disintesa dari
40

asam amino tunggal, bentuknya sedikit lebih besar, dan efeknya eenderung lebih
menyebar. Monoamine neurotransmitter, sebagian besar terdapat dalam kelompokkelompok keeil neuron yang soma selnya terletak di batang otak. Neuron-neuron ini
umumnya memiliki eabang yang sangat banyak.
Ada empat jenis monoamine neurotransmitter, yaitu norepinephrine, epinephrine,
dopamine, dan serotonin. Keempatjenis itu dikelompokkan dalam dua kelompok besar
berdasarkan kesamaan struktur. Noepinephrine, epinephrine, dan dopamine
dikelompokkan dalam cathecolamines. Tiap jenis neurotransmitter dalam kelompok
eatheeolamine disintesa dari asam amino yang bemama tyrosine. Tyrosine diubah
menjadi L-DOPA, L-DOPA kemudian diubah menjadi dopamine. Neuron yang
melepaskan norepinephrine memiliki enzim ekstra yang tidak dilepaskan. Enzim ini
akan mengubah dopamine menjadi norepinephrine yang lain. Demikian pula halnya
dengan neuron yang melepaskan epinephrine, ada enzim ekstra yang tidak dilepaskan,
dan enzim ini akan mengubah norepinephrine menjadi epinephrine yang lain (lihat
gambar 3.14).

Gambar 3.14. Proses Sintesa Cathecolamine dari Tyrosine

3) Acetylcholine. Acetylcholine (Ach) juga termasuk dalam substansi neurotransmitter


yang dilepaskandalam prosessmall-moleculeneurotransmitter.Proses pembentukannya
bukan berasal dari asam amino, melainkan dari penggabungan kelompok substansi
acetyl dengan molekul cholin. Acetylcholin adalah neurotransmitter yang terletak pada
pertemuan neuron-neuron otot, terutama pada sistem saraf otonom (bagian saraf otonom
yang lain dikendalikan oleh norepinephrine) dan juga pada sinapsis-sinapsis di sistem
sarafpusat.Acetylcholineakandinon-aktitkandieelah sinapsisdenganearapenghaneuran
oleh enzym acetylcholinesterase, sedangkan neurotransmitter dalam proses smallmolecule neurotransmitter yang lain akan dinon-aktitkan dengan proses pengembalian
substansi ke dalam terminal button.
41

4) Neuropeptides. Sekitar 40 jenis peptida diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter (lihattabel3 .1.).Daftar peptida ini semakinpanjang dengan ditemukannya
putative neurotransmitter (diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter
berdasarkan bukti-bukti yang ada tetapi belum dapat dibuktikan secara langsung).
Neuropeptida sudah dipelajari sejak lama, namun bukan dalam fungsinya sebagai
neurotransmitter, namun fungsinya sebagai substansi hormonal. Peptida ini mula-mula
dilepaskan ke dalam aliran darah oleh kelenjar endokrin, kemudian hormon-hormon
peptida itu akan menuju ke jaringan-jaringan otak. Dahulu para ahli meyangka bahwa
peptida dihasikan dalam kelenjar hormon dan masuk ke dalamjaringan otak, namun saat
ini sudah dapat dibuktikan bahwa peptida yang berfungsi sebagai neurotransmitter,
dapat disintesa dan dilepaskan oleh neuron di susunan saraf.
PEPTIDAPITUITARY
Cortocotropin
Horman Pertumbuhan
Lipotropin
Horman
a -Melanocyt Stimulating
Oxytocin
Prolactin
Vasopressin

PEPTIDA DI USUS (GUT)

Cholecystokinin
Gastrin
Motilin
Pancreatic Polypeptide
Secretin
Substasi P
Vasoactive intestinal
polypeptide

MACAMPEPTmALAIN

Angiotensin
Bombesin
Bradykinin
Carnosine
Glucagon
Insulin
Neuropeptide Y
Neurotensin
Proctolin

PEPTIDA HYPOTHALAMIC

Horman pelepas Horman Luteinizing


Somatostatin
Horman pelepas

Dynorphin
B - Endorphin
Met Enkephalin
Leu Enkephalin

Thyrotropin

TabeI3.1. Jenis-jenis Peptida yang Beifungsi sebagai Neurotransmitter


E.

PENGARUH OBAT-OBATAN TERHADAP TRANSMISI SINAPSIS

Obat -obatan memiliki dua efek dasar terhadap proses transmisi sinapsis, yaitu menghambat
(inhibitory); atau meningkatkan aktivitas (excitatory). Obat-obatan yang meningkatkan
aktivitas proses sinapsis disebut sebagai agonist dari neurotransmitter yang berperan dalam
proses sinapsis tersebut, sedangkan obat-obatan yang menghambat aktivitas proses sinapsis
disebut sebagai antagonist dari neurotransmitter yang bersangkutan dalam proses sinapsis
tersebut.
Gambar 3.15 menunjukkan proses transmisi sinapsis yang umum terjadi. Proses tersebut
berlangsung dalam 7 tahap sebagai berikut: (1) Molekul neurotransmitterdisintesa/diproduksi
oleh substansi-substansi kimia dalam sitoplasma dengan bantuan enzym-enzym tertentu; (2)
Molekul-molekul tersebut kemudian disimpan pada kelenjar sinapsis (synaptic vesicles); (3)
42

Molekul neurotransmitter yang keluar dari synaptic vesicle karena suatu kebocoran, akan
dihancurkan oleh enzym-~nzym disekitarnya; (4) Bila terjadi potensial aksi di synaptic
button, vesicle akan bersentuhan dengan membran presinapsis dan molekul neurotransmitter
dilepaskan ke celah sinapsis; (5) di celah synapsis, molekul neurotransmitter yang tidak
mengikatkan diri pada reseptor di membran presinapsis (karena neurotransmitter yang
dilepaskan sudah cukup untuk meneruskan impuls) akan masuk kembali ke dalam synaptic
vesicles yang melepaskannya (autoreceptor) dan sekaligus menghambat pelepasan neurotransmitter; (6)Neurotransmitter yang sampaipada reseptor di membran postsinapsis akan
meneruskan aktivitas sesuai dengan pesan yang dibawanya; (7) proses neurotransmitter ini
akhimya berhenti; baik karena mekanisme penarikan neurotransmitter ke synapsis vesicles
maupun oleh enzim-enzim di celah sinapsis yang memecahmolekul-molekul neurotransmitter ini menjadi substansi yang tidak digunakan lagi.
TUJUH TAHAP PROSES
NEUROTRANSMITTER

4
3

Neurotransmitter yang keluar dari


pembuluh sinapsis karena adanya
kebocoran

2
1

Bila impuls datang, pembuluh akan


bersentuhan dengan membran presinapsis dan melepaskan neurotransmitter

akan dinetralisiroleh

Neutransmitter yang berlebih akan


masuk kembali ke dalam pembuluh
sinapsis, sekaligus akan menghambat
pelepasan neurotransmitter

enzym

Molekul-molekul disimpan
dalam pembuluh sinapsis

Pelepasan neurotransmitter
akan mengaktifkan reseptorreseptor di membran postsinapsis

Neurotransmitterdisintesaoleh

substansi-substansi kimia
dalam sitoplasma dengan

Proses pelepasan neurotransmitter akan berhenti karena

bantuanenzym-enzym

penetralan
oleh enzym
proses autoreseptor

ENZYM-ENZYM
YANG
MENSINTESA

tertentu

dan

MOLEKUL
NEUROTRANSMITTER

Gambar 3.15. Tujuh Tahap Proses Neurotransmitter

(Pinel, 1993)

43

1. Mekanisme Efek Obat-obatan Agonistik


Efek obat-obatan Agonistik berperan dalam 6 tahap proses neurotransmitter di atas, yaitu
proses 1, 3,4, 5, 6, 7. Untuk keterangan lebih lanjut, perhatikan gambar 3.16. di bawah ini.
ENAMTAHAPPROSES NEUROTRANSMITTER
YANG TERPENGARUH OLEH SUBSTANSI
AGONISTIK

4
3

r-

Obat-obatan
sintesa

agonistikakan

neurotran.rmitte

meningkatkanjumlahsubtansi
neurotransmitter

Obat-obatan agonistik mengikat


dan memblokir aktivitas auto-

Obat-obatan
agonistik mempengaruhi reseptor di membran
presinapsis sehingga efek neurotransmitter akan meningkat

I
I
I

meningkatkan
r (caranya

reseptor

Obat-obatan agonistik akan meningkatkan jumlah neurotransmitter dengan menghancurkan enzym


,enetral

1
I
I

Obat-obatan
agonistik akan meningkatkan jumlah neurotransmitter yang dilepaskan ke celah sinapsis

dengan

pembentuk

atau precursor)

Obat-obatan agonistik memblokir proses penghentian


pelepasan neurotransmitter
dengan cara menghalang
proses autoreseptordan

proses

penetralan

SUBSTANSI
,
PEMBENTUK
ENZYM-ENZYM
YANG
MENSINTESA

PEMBULUH
AUTORESEPTOR

Gambar

3.16. Proses Neurotransmitter yang Dipengaruhi Obat-obatan Agonistik


(Pinel, 1993)

2. Mekanisme Efek Obat-obatan Antagonistik


Obat-obatan terbukti memiliki pengaruh antagonistik dalam 5 tahap proses neurotransmitter. Mekanisme antagonistis yang mempengaruhi 5 tahap neurotransmitter dilihat pada
gambar 3.18 di bawah ini. Obat-obatan yang menimbulkan efek antagonistik terjadi dengan
cara mengikat reseptor postsynapsis dan memblocking neurotransmitter yang akan keluar.
Kondisi ini sering disebut denganfalse transmitter (transmitter palsu).

44

LIMA TAHAPPROSES NEUROTRANSMITTER


YANG TERPENGARUH OLEH SUBSTANSI
ANTAGONISTIK

Obat-obatan antagonistik menghambat


pelepasan neurotransmitter
ke celah
sinapsis

1
I
I

Obat-obatan antagonistik akan sangat


mengaktifkan proses autoreseptor

.
_ _ _ _ _ _ ._ \ '\ _

Obat-obatan antagonistik akan menyebabkan neurotransmittermudah


bocor dan keluar
dari pembuluh-pembuluh neurotransmitter

Obat-obatan
antagonistik
akan
mempengaruhi reseptor di membran postsinapsis sehingga membran
seolah-olah sudah menerima neuro-

_ _ _I

f:

I \: \

transmitter yang dikirimkan (false


transmitter)

\\
\\

Obat-obatan
antagonistik
akan
memblokir sintesa neurotransmitter

(caranya dengan menghancurkan


enzym-enzym yang mensintesa neurotransmitter)

L -r-', ,, /
" '

,
-

- -

SUBSTANSI
PEMBENTUK
ENZYM-ENZYM
YANG
MENSINTESA

Gambar

3.

MOLEKUL
NEUROTRANSMITTER

PEMBULUH
AUTORESEPTOR

RESEPTOR
POSTSINAPSIS

3.17. Proses Neurotransmitter yang Dipengaruhi Obat-obatan Antagonistik


(Pinel,1993)

Beberapa Contoh Efek Agonistik dan Antagonistik

Dalam dunia medis dikenal berbagai macam obat-obat yang memiliki efek agonistik dan
antagonistik, namun pada bagian ini hanya akan diperkenalkan 4 macam obat. Dua macam
obat yang memberi efek agonistik adalah morphine dan benzodiazepin; dan obat yang
memberi efek antagonistik adalah atropine dan d-tubocurarine.
1) Morphine. Salah satu jenis yang dikenal adalah opium yang didapatkan dari ekstrak
bunga opium. Opium telah lama digunakan sebagai penimbul efek rasa gembira
(euphoria) selain digunakan sebagai campuran obat-obatan untuk mengurangi rasa
sakit, obat batuk dan obat diare.
Zat yang aktif dalam opium disebut morphine (dinamakan berdasarkan nama Dewa
Mimpi; Morpheus). Morphine bereaksi dengan mengaktifkan reseptor di otak yang
45

2)

3)

secaranormal distimulasi oleh golongan neuropeptida yang disebut endorphins (lihat


tabeI3.1.), sehingga dapat dikatakan bahwa morphine adalah agonist dari endorphin.
Sebutan endorphine juga sering digunakan untuk menyebut substansi-substansi sejenis
morphine yang secara alami diproduksi oleh otak
Benzodiazepine. Chlordiazepoxide (dijual dengan label Librium) dan diazepam (dijual
dengan label Valium) masuk dalam kelas obat-obatan benzodiazepine. Benzodiazepin
memiliki efekanxiolytic (pengurang kecemasan), sedative (menimbulkan rasamengantuk
atau ingin tidur) dan anticonvulsant (anti kejang). Efek anti kecemasan yang ditimbulkan
benzodiazepin berlangsung dengan efek agonist bagi substansi GABA. Benzodiazepin
mengikat sebagian reseptor substansi GABA tapi efek agonisnya tidak dapat
mempengaruhi aktivitas GABA. Artinya benzodiazepin tidak menghentikan sarna
sekali reaksi GABA tetapi hanya menghambat saja. Umumnya benzodiazepin mengikat
GABA di amygdala; yaitu bagian otak yang banyak berperan dalam emosi dan aktivitas
lobus temporal
Atropine. Sejak zaman dahulu, obat-obatan banyak yang dihasilkan oleh ekstrak
tumbuh-tumbuhan.

4)

Contohnya

ekstrak tanaman belladonna

(belladonna

= perempuan

cantik) di zaman Hippocrates yang banyak digunakan untuk menyembuhkan sakit perut
dan membuat mereka tambah menarik, selain itu efek dari ekstrak belladonna adalah
efek dilatasi pada pupil (pupil menjadi membesar). Kondisi pupil yang membesar bagi
sebagian besar wanita Yunani zaman itu dianggap menjadi salah satu daya tarik mereka.
Zat aktif dalam ekstrak belladonna adalah atropine yang memberikan efek antagonis
dengan cara mengikat reseptor acetylcholine tertentu, yaitu muscarinic receptors
(reseptor muskarinik). Sambil mengikat muscarinic reseptor, ia juga bertindak sebagai
substansi neurotransmitter palsu sehingga menghambat efek acetylcholine di tempat
terse but. Efek perusak (kelebihan dosis) dari atropine di otak, tampakjelas pada kasus
Alzheimer's Disease, yaitu hilangnya fungsi mengingat pada diri seseorang
d- Tubocurarine. Indian di Amerika Selatan sering menggunakan curare, yaitu ekstrak
dari kayu vines untuk membunuh lawannya. Zat aktif dalam curare adalah d-turbocurarine
yangjuga bertindak sebagai substansi neurotransmitterpalsu di sinapsis cholinergic tetapi
ia tidak mempengaruhi reseptor muscarinic, tetapi mempengaruhi nicotinic receptors.
Dengan mengikat reseptor nicotinic, d-turbocurarine membloking transmisi sarafke otototot gerak. d-turbocurarine tidak hanya membloking transmisi, tetapi dalamjumlah yang
besar (over dosis) dapat menghentikan gerakan organ-organ internal sehingga terjadi
hambatan dalam respirasi yang akhirnya dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu
apabila dalam suatu operasi digunakan d-turbocurarine untuk membius pasien, maka
mesin respirasi harus tetap dipasangkan pada pasien untuk membantunya bernafas

F. PERBEDAAN

KONDUKSI NEURAL DAN TRANSMISI SINAPSIS

Pada mulanya studi tentang konduksi neural dan transmisi sinapsis hanya difokuskan pada
neuron motorik dan pertemuannya dengan neuron-neuron otot (efektor). Hal ini dilakukan
karena neuron motorik cenderung lebih besar dan sederhana sehingga lebih mudah untuk
diamati.
46

Dua dekade ini, penelitian sudah difokuskan pada neuron-neuron di otak sejalan dengan
peralatan observasi yang semakin canggih. Konduksi neural dan transmisi sinapsis yang
terjadi di otak, pada prinsipnya juga memiliki tahapan proses seperti yang berlangsung di
neuron motorik, namun sebagian besar melalui proses yangjauh lebih rum it. Pada bagian ini
kita tidak akan membicarakan proses yang rumit, tetapi sebatas pada prinsip-prinsip umum
dari konduksi neural dan transmisi sinapsis.
1)

2)

3)

4)

Tidak Semua Neuron Memiliki Axon dan Melakukan Transmisi Potensial Aksi.
Secara umum kita mengenal bentuk neuron dengan axon yang panjang, tetapi pada
kenyataannya tidak semua neuron memiliki axon seperti neuron-neuron di sistem saraf
pusat mamalia, terutamaneuron-neuron yang berperan dalam aktivitas belajar, mengingat,
motivasi, dan persepsi. Potensial aksi adalah alat dimana pesan-pesan neural disampaikan
melalui axon, sehingga neuron yang tidak memiliki axon otomatis tidak akan melakukan
transmisi potensial aksi, mereka bekerja menyampaikan pesan melalui proses yang
sangat rumit yang tidak akan dijelaskan pada bagian ini.
Tidak Semua Sinapsis Antar Neuron Berbentuk Axodendritic atau Axosomatic.
Sinapsis axodendritic adalah sinapsis antara button terminal dari axon pengirim dengan
dendrit dan neuron penerima dan sinapsis axosomatic adalah sinapsis yang berlangsung
an tara terminal button di axon pengirim dan soma sel neuron penerima). Selain kedua
macam sinapsis tersebut, masih ban yak berbagai jenis sinapsis yang lain. Terminal
button dapat melakukan sinapsis di axon neuron penerima; batang axon kadang-kadang
juga melakukan kontak sinapsis secara langsung dengan denderit atau axon dari neuron
yang lain; selain itu dendrit juga dapat mentransmisi sinyal dengan bersinapsis ke dendrit
atau axon yang lain. Selain itu juga perlu dingat bahwa sinapsis tidak hanya berlangsung
searah, tetapi dapat berlangsung timbal balik, yaitu sinapsis yang disebut dengan
dendrodendritic synapses; kondisi ini umumnya terjadi di jendalan kecil dendrit yang
disebut dendritic spine. Selain itu masih ada bentuk axoaxonic synapses, yaitu sinapsis
yang bertujuan sebagai perantarapresynapsis inhibition. Gambar 3.19 di bawah ini akan
menunjukkan perbedaan utama antara presynapsis inhibition (hambatan presinapsis)
seperti pada axoaxonic synapses dan postsynapsis inhibition (hambatan postsinapsis),
yaitu bahwa hambatan postsinapsis mengurangi respon neuron terhadap semua input
sinapsis, sedangkan hambatan presinapsis mengurangi respon neuron dengan cara
memilih secara selektif input (sinapsis) yang boleh berlangsung.
Sebagian Besar Neuron Melepaskan Lebih dari Satu Substansi Neurotransmitter.
Neuron motorik hanya melepaskan satu substansi neurotransmitter, yaitu acetylcholine;
oleh karena itu sebelumnya para ahli menyimpulkan bahwa setiap neuron hanya
melepaskan satu jenis substansi neurotransmitter. Prinsip tersebut dikenal dengan
Dale's Principle, tetapi sejak penemuan jenis-jenis neuropeptida, maka prinsip Dale
tersebut tidak berlaku lagi. Sebuah neuron yang memproduksi lebih dari satu substansi
neurotransmitter disebut dengan coexistence
Tidak Semua Sinapsis Berproses Secara Langsung. Pertemuan neuron motorik
dengan neuron otot adalah sinapsis yang berproses secara langsung. Tetapi ada sinapsis
yang berlangsung dengan perantaraan aliran darah (karena letak reseptor tujuan terlalu
47

----

HAMBA TAN PRESYNAPSIS

Dalam hambatan presinapsis, impuls dari neuron B akan menghambat efek axcitatory neuron
A terhadap neuron C dengan cara melakukan
depolarisasi pada sebagian impuls yang dibawa
neuron A sehingga potensial aksi yang mengalir
di A akan lebih redah dan pelepasan
neurotransmitternya di C akan menjadi lebih
sedikit.
HAMBA TAN POSTSYNAPSIS

Dalam hambatan postsinapsis, impuls dari


neuron B akan menghambat efek excitatory
dari impuls neuron A atau dari neuron lain
yang membawa efek excitatory pada neuron C. Caranyadengan menghiperpolarisasi
neuron C.

Gambar

3.18. Perbedaan Hambatan Postsynapsis dan Hambatan Presinapsis


(Pinel, 1993)

jauh dari tempat substansi neurotransmitter dilepaskan). Contohnya seperti substansi


monoaminergicneurons sepertigambar3.20dibawahini.Selainitu,sistemneuroendokrin
adalah sistem sinapsis yang berproses tidak secara langsung; ia melepaskan substansi
neurotransmitemya langsung ke dalam aliran darah dan sepanjang perjalanan menuju
reseptor tujuan ia akan mempengaruhi organ-organ tubuh yang dilaluinya.
5) Setiap Neurotransmitter Memiliki Lebih dari Satu Macam Reseptor. Setiap neurotransmitter dapat mengikatkan diri pada lebih dari satu jenis reseptor. Jenis-jenis
reseptor yang sudah anda kenaI adalah reseptor nicotinic dan reseptor muscarinic.
Reseptor nicotinic adalah reseptor cholinergic yang mengikat zat nicotine, dan reseptor
muscarinic adalah rcseptor cholinergic yang mengikat zat muscarine. Semua reseptor
yang sinapsis motorik adalah reseptor nicotinic dan reseptor di organ-organ tubuh yang
dikendalikan oleh sistem saraf parasimpatetik adalah reseptor muscarinic. Reseptor
muscarinic dan nicotinic dapat ditemukan pada sistem saraf pusat.
48

Pelepasan berbagai
Neurotransmitter substansi neurotransmitter

Gambar

6)

7)

3.19. Sinapsis Substansi Monoamine Yang Berproses


Tidak Secara Langsung
(Pinel,1993)

Tidak Semua Sinapsis Berlangsung Secara Kimiawi. Transmisi pada beberapa


sinapsis, disebut gap junctions, lebih bersifat elektrik daripada kimiawi. Gap Junctions
adalah sebuah celah yang sempit (sekitar 2 nanometers; dibandingkan celah sinapsis
umum yang lebamya sekitar 30 nanometer). Karena celahnya yang sempit maka aliran
aksi dapat langsung diteruskan tanpa perantara neurotransmitter. Kondisi ini banyak
ditemukan pada organisme yang kelasnya lebih rendah daripada mamalia.
Tidak Semua Neuron Berada dalam Kondisi Membran Tenang Bila Tidak
Distimulasi. Neum motorik akan berada pada kondisi membran tenang apabila tidak
distimulasi, tetapi neuron-neuron dalam sistem saraf pusat tidak demikian. Aktivitas
neuron-neuron di otak berlangsung secara kontinyu melalui interval tertentu dan
sifatnya spontan tanpa harus distimulasi. Oleh karena itu dapat dipahami mengapa bila
terjadi sinapsis penghambat pada sistem saraf pusat, maka hambatan itu akan merata
keseluruh bagian sistem saraf pusat.

49

TES KERJA OTAK (3)


1. Peristiwa
dan
adalah dua
kekuatan yang saling berlawanan tetapi dapat menyebabkan munculnya potensial
membran.
2. Kondisi
tidak menyebabkan perbedaan potensial
3. Kondisi
menyebabkan munculnya perbedaan potensial
pada membran sel
4. Potensial Susulan Negatif akan terjadi apabila potensial membran ...............................
5. Potensial Susulan Positif akan terjadi apaqila potensial membran .................................
6.
adalah perantara komunikasi antara neuron melalui sinapsis.

50

Anda mungkin juga menyukai