Anda di halaman 1dari 8

Serebelum dan Sriatum Serebellum diduga berpartisipasi dalam penyimpanan ingatan tentang keterampilan sensorimotor yang dipelajari, melalui

berbagai mekanisme neuroplastik (boyden, Katoh, & Raymond, 2004). Perannya dalam pengondisian Pavlovian dalam respon kedipan-mata pada kelinci yang menjadi aspek intensif diteliti (lihat DelgadoGracia &Gruat, 2006). Dalam paradigma ini, sebuah bunyi ( stimulus kondisional) diperdengarkan tepat sebelum hembusan udara ( stimulus tak-kondisional) diberikan ke mata, Setelah beberapa kali percobaan, nada itu saja dapat menimbulkan kedipan mata. Konvergensi bukti-bukti dari berbagai studi simulasi, perekaman, dan lesi menunjukan bahwa efek pengkondisian ini disimpan dalam bentuk perubahanperubahan alam bagaimana neuron-neuron sereberal merespon bunyi itu. Sriatum diduga menyimpan ingatan untuk hubungan yang konsisten antara stimulus dan respon tipe ingatan yang berkembang inkremental (bertambah sedikit demi sedikit) setelah banyak percobaan. Kadang-kadang berbentuk belajar berbasissriatum ini disebut habit formation (pembentukan kebiasaan) Salah satu studi tentang fungsi striatal membandingkan para pasien Parkinson, yang seluruhnya mengalami kerusakan Lobus temporal medial. Knowlton, Mangels, dan squire (1996)menemukan bahwa pasien-pasien Parkinson tidak dapat menyelesaikan soal diskriminasi probabilistik. Soal tersebut berupa permainan komputer tentang ramalan cuaca dan tugas subjek adalah meramalkan dengan tepat cuaca dengan menekan salah satu diantara tombol hijau atau terang. Mereka menekankan prediksinya pada kartu-kartu stimulus yang disuguhkan dilayar-masing-masing kartu memiliki probabilitas yang berbeda untuk mengarahkan sinar matahari. Para pasien Parkinson tidak menunjukan peningkatan setelah melakukan 50 kali percobaan, meskipun mereka menunjukan ingatak eksplisit (sadar) yang normal untuk selama episode pelatihan. Sebaliknya, para pasien amnesia dengan kerusakan lobus temporal medial atau kerusakan diensefalik medial memperlihatkan peningkatan yang nyata di dalam performanya tetapi tidak memiliki ingatan eksplisit tentang pelatihannya. MEKANISME SINAPTIK BELAJAR DAN INGATAN Bab ini difokuskan pada struktur-struktur otak manusia yang terlibat dalam belajar dan ingatan dan pada sesuatu yang terjadi ketika struktur-struktur itu rusak. Dibagian ini, tingkat perubahan analisisnya berubah : Fokusnya beralih ke mekanismemekanisme neuroplastik dalam struktur-struktur tersebut yang diduga merupakan dasar fundamental untuk belajar dan ingatan. Kebanyakan pemikiran modern tentang mekanisme neural ingatan dengan Hebb (1949). Hebb memiliki argumen yang sangat meyakinkan perubahan terus menerus dalam efisiensi transmisi sinapsi adalah basis bagi jangka panjang sehingga pencarian basis-basis neural untuk belajar dan difokuskan nyaris secara eksklusif pada sinapsis. dimulai bahwa ingatan ingatan

Potensial jangka panjang Oleh karena hipotesis Hebb bahwa fasilitasi sinaptik terus menerus adalah basis neural untuk belajar dan ingatan begitu berpengaruh, maka timbul gairah yang besar ketika efek tersebut ditemukan. Pada tahun 1973, Bliss dan Lomo menunjukan bahwa ada fasilitasi transmisi sinaptik yang menyusul stimulasi elektrik frekuensi-tinggi yang diterapkan pada neuron-neuron presinaptik. Fenomenon ini disebut juga Long Term Potentiation (LTP) (potensial jangka panjang). LTP telah ditunjukan dibanyak spesies dan dibanyak bagian otak mereka, tetapi paling sering diteliti pada hipokampus tikus.

Gambar diatas mengilustrasikan tiga sinapsis hipokampal yang LTP sering diteliti

Gambar diatas Mengilustrasikan LTP dilapisan sel granula pada girus dentat hipokampal tikus. Pertama, sebuah denyut arus listrik intensitas rendah diberikan pada jalur peforan (input utama ke girus dentat), dan responnya direkam melalui sebuah elekroda multipel-unit ekstraseluler di lapisan sel granula girus dentat hipokampal ; maksud stimulasi awal ini adalah untuk menentukan garis basal respon awal. Kedua stimulasi frekuensi tinggi, intensitas-tingi selama 10 detik diberikan kejalur perforan untuk menginduksi LTP. Ketiga, respon sel-sel granula terhadap denyut arus listrik intensitas-rendah tunggal diukur sekali lagi setelah berbagai durasi penundaan. Gambar diatas menunjukan bahwa transmisi di sinapsis-sinapsis sel granula masih terpotensial 1 minggu setelah stimulasi frekuensi tinggi. LTP adalah fenomenon neurosains yang paling luas diteliti karena dapat dilacak mundur ke tahun 1949 dan teori ingatan Hebb yang sangat berpengaruh. Perubahanperubahan sinaptik yang dihipotesiskan hebb sebagai aspek yang mendasari ingatan jangaka panjang tanpaknya adalah perubahan-perubahan yang sama jenisnya yang mendasari LTP . LTP memiliki dua properti kunci yang menurut Hebb merupakan hal yang khas pada metode fisiologis belajar dan ingatan. Pertama, LTP dapat berlangsung lamabeberapa bulan setelah stimulasi multiple. Kedua, LTP berkembang hanya bila penembakan neuron presinaptik diikuti oleh penembakan neuron posinaptik; ia tidak berkembang bila neuron presinaptik menembak dan neuron posinaptik tidak menembak, dan ia tidak berkembang bila neuron presinaptik tidak menembak dan

neuron posinaptik menembak. Co-occurrence penembakan di sel-sel presinaptik dan pos-sinaptik sekarang ditenggarai sebagai faktor kritis dalam LTP, dan asumsi bahwa ko-okurensi adalah persyaratan fisiologis untuk belajar dan ingatan sering disebut sebagai Hebbs postulate for learning (dalil Hebb untuk belajar) Ketika sebuah akson A cukup dekat untuk membangkitkan sel B dan berulang kali atau secara persisten menggambil bagian dalam menembaknya, proses pertumbuhan atau perubahan metabolik tertentu terjadi di salah satu atau kedua sel sedemikian rupa sehingga efisiensi sel A, sebagai salah satu sel yang menembak B, meningkat. Dukungan lain untuk ide bahwa LTP berhubungan dengan mekanisme-mekanisme neural belajar dan ingatan datang dari beberapa observasi : 1. LTP dapat ditimbulkan oleh tingkat simulasi rendah yang meniru aktivitas neural normal 2. Efek LTP paling menonjol dalam struktur-struktur yang terimplikasi dalam belajar dan ingatan, misalnya hipokampus 3. Pengkondisian behavioral dapat menghasilkan perubahan yang mirip LTP dalam hipokampus 4. Banyak obat-obatan yang mempengaruhi belajar dan ingatan memiliki efek-efek yang pararel pada LTP. 5. Induksi LTP maksimal memblokir pembelajaran Morris water maze sampai LTP itu surut. 6.Tikus-tikus mutan yang memperlihatkan sedikit LTP hipokampal mengalami kesulitan dalam mempelajari Morris water maze, dan 7. LTP terjadi di sinapsis-sinapsis tertentu dan ditunjukan berpartisipasi dalam belajar dan ingatan dalam sistem saraf invetebrata. Selain itu, penting untuk diingat bahwa semua bukti bersifat tidak langsung dan bahwa LTP seperti yang diinduksi di laboratorium melalui stimulasi elektrik paling banter hanya merupakan karikatur dari peristiwa selular subtil yang mendasari belajar dan ingatan. Membayangkan LTP sebagai sebuah proses tiga bagian, banyak peneliti yang meneliti mekanisme induction, maintenance, dan expression- yakni proses-proses dimana stimulasi frekuensi tinggi menginduksi LTP (belajar), perubahan-perubahan yang bertanggung jawab untuk menyimpan LTP (memorry), dan perubhan-perubahan yang memungkinkan untuk di ekspresikan selama tes (recall). Induksi LTP : Belajar

LTO telah diteliti secara intensif di sinapsis-sinapsis dimana reseptor NM-DA (atau NMethy-D-aspartate) menonjol. Reseptor MNDA adalah reseptor adalah reseptor untuk glutamasi-neurotrasmiter eksitatorik utama otak, Resepror NMDA memiliki propert khusus. Ia tidak merespon secaa maksimal kecuali bila dua peristiwa terjadi secara simultan: Glutamat harus terikat padanya dan neuron pos-sinaptik harus sudah terdepolarisasi secara parsial. Persyaratan ganda ini berasal dari fakta bahwa sauransaluran kalsium yang berhubungan dengan reseptor-reseptor NMDA hanya memungkinkan sejumlah kecil ion kalsium untuk memasuki neuron kecuali jika neuron itu sudah terdepolarisasi pada saat glutamat mengikat diri pada reseptor. Influks (aliran masuk) ion-ion kalsium inilah yang memicu action potential (daya aksi) dan cascade peristiwa peristiwa di neuron pos-sinaptik yang menginduksi LTP. Studi tentang infuks kalsium banyak difasilitasi oleh perkembangan-perkembangan teknik-teknik pencitraan optikal untuk memvisualisasikannya. Salah satu karakteristik penting induksi LTP di sinapsis slutaminergik berasal dari sifat reseptor NMDA dan persyaratan untuk ko-okurensi penembakan agar LTP terjadi. Karakteristik ini tidak tampak jelas didalam kondisi eksperimental biasa yang tidak natural, dimana LTP diinduksi oleh stimulasi frekuensi-tinggi, intensitas tinggi, yang selalu mengaktifkan neuron-neuron pos-sinaptik melalui sumasi temporal dan spasial masif. Akan tetapi ketika stimulasi intensitas rendah yang lebih natural diterapkan, neuron-neuron pos-sinaptik tidak menembak, dan oleh sebab itu LTP tidak di induksi-kecuali jika neuron-neuron pos-sinaptik sudah terdepolarisasi secara parsial sehingga saluran-saluran kalsiumnya terbuka lebar ketika glutamat mengikatkan diri pada reseptor-reseptor NMDAnya. Persyaratan agar neuron-neuron pos-sinaptik terdepolarisasi secara parsial ketika glutamat mengikatkan dirinya kepadanya ini merupakan sebuah karakteristik LTP yang sangat penting karena ia memungkinkan jaringan neural untuk mempelajari asosiasi. Penjelasannya adalah sebagai berikut. Bila sebuah neuron glutamat energik akan menembak sendiri dan melepaskan neurotransmiter glutamatnya melewati sinapsis ke reseptor-reseptor NMDA sebuah neuron pos-sinaptik, maka tidak akan ada potensial transmisi di sinapsis itu karena sel pos-sinaptik tersebut tidak akan menembak. Akan tetapi bila neuron pos-sinaptikitu terdepolarisasi secara parsial oleh input dari neuron-neuron lain ketika ketika neuron presinaptik menembak, pengikatan glutamat ke reseptor NMDA akan membuka lebar saluran kalsium; ion-ion kalsium akan mengalir masuk kedalam neuron pos-sinaptik, dan transmisi melalui sinapsis diantara neuron preisinaptik dan pos-sinaptik akan terpotensiasi. Jadi persyaratan untuk kookurensi dan dependensi reseptor NMDA pada pengitan dan depolarisasi parsial simultan itu berarti bahwa, dalam kondisi alamiah, fasilitas sinaptik merekam fakta bahea telah ada aktivitas simultan, paling tidak, pada dua input yang berkonvergensi di neuron pos-sinaptik- seperti yang telah dihasilkan oleh presentasi simultan sebuah stimulus konsisional dan sebuah stimulus tak kondisional.

Mekanisme eksak bagaimana infulks kalsium menginduksi LTP sangat kompleks tetapi, ada bukti substansial bahwa kalsium memberikan efeknya dengan mengaktifkan kinase protein (golongan enxim yang mempengaruhi banyak reaksi kimia sel) di sitoplasma neural. Sebuah temuan konsisten untuk itu adalah inhibitor kinase protein memblokir induksi LTP.

Gambar diatas merangkum induksi LTP yang dimediasi reseptor NMDA. Meskipun telah ditetapkan bahwa induksi LTP di sinapsis-sinapsis yang memiliki reseptor NMDA bergantung pada infulks ion-ion kalsium kedalam neuron pos-sinaptik , tahap-tahap proses induksi selanjutnya belum banyak diketahui, mungkkin karena ada beberapa mekanisme yang terlibat didalamnya. Pemeliharaan dan Ekspresi LTP : Penyimpanan dan Pengambilan Kembali Pencarian mekanisme-mekanisme yang mendasari memelihara dan ekspresi LTP dimulai dengan upaya untuk menentukan apakah mekanisme tersebut terjadi di neuron presinaptik atau pos-sinaptik. Pertanyaan ini telah terjawab Pemeliharaan dan ekspresi LTP melibatkan perubahan-perubahan pada neuron presinaptik maupun pos-sinaptik. Penemuan ini menunjukkan bahwa mekanisme-mekanisme yang mendasari pemeliharaan dan ekspresi LTP begitu kompleks. Bahkan, setelah lebih dari 3 dekade penelitian, kita masih belum mendapatkan jawaban yang memuaskan. Akan tetapi, pencarian mekanisme-mekanisme neural LTP memberikan kontribusi pada banyak penemuan penting yang telah mengubah wajah neurosain. Berikut ini adalah lima

penemuan yang telah mengubah total pemahaman kita tentang mekanisme neuroplastisitas. 1. Begitu menjadi jelas bahwa hanya sinapsis yang terdepolarisasi sebelum stimulasi frekuensi-tinggi yang terlibat dalam LTP (sinapsis-sinapsis lain di neuron-neuron pos-sinaptik yang sama tidak terpengaruh), maka jelas pula bahwa pasti ada sebuah mekanisme untuk mencegah agar peristiwa-peristiwa disalah satu set sinapsis di sebuah neuron pos-sinaptik tidak mempengaruhi sinapsis-sinapsis lain di neuron yang sama. Spesfisitas ini merupakan akibat dendiritic spines (duri-duri dendrit); ion-ion kalsium yang memasuki sebuah dendric spine tidak dengan mudah keluar darinya, dan oleh sebab itu memberikan efeknya secara lokal. 2. Menjadi jelas bahwa pemeliharaan LTP melibatkan perubahan-perbahan struktural, yang bergantung pada sintesis protein, Penemuan bahwa LTP menyebabkan perubahan-perubahan struktural sangat menggugah karena struktur neuron san sirkuit neural pernah diasumsikan bersifat statis. Banyak perubahan struktural yang behasil dideskripsikan (misalnya, peningkatan dalam jumlah dan ukuran sinapsis, peningkatan dalam jumlah dan ukuran postsynaptic spines. Perubahan-perubahan di membran presinaptik dan pos-sinaptik, dan perubahan-perubahan di dalam perkembangan dendritik), dan perubahan-perubahan itu terjadi jauh lebih cepat dan jauh lebih sering dibanding yang pernah diduga sebelumnya. Pengetahuan ini telah menjungkirbalikkan cara berfikir kita tentang neuron dan kemampuannya untuk menyimpan pengalaman. 3. Penemuan tentang perubahan-perubahan struktural di neuron pasca-induksi LTP telah menstimulasi pencarian mekanisme-mekanisme bagaimana aktivitas sebuah neuron dapat mengubah strukturnya. Hal ini membawa kepada penemuan Faktorfaktor transkripsi (protein-protein intraseluler yang mengingatkan diri pada DNA dan mempengaruhi operasi gen-gen tertentu) yang diaktifkan oleh aktivitas neural. 4. Fakta bahwa induksi LTP dimulai di neuron pos-sinaptik dan bahwa pemeliharaan dan ekspresinya melibatkan perubahan-perubahan presinaptik mengindikasikan bahwa pasti ada tipe sinyal terntentu dari neuron pos-sinaptik yang kembali ke neuron presinaptik. Di sinapsis yang reseptor NMDA mendominasi, sinyal itu membentuk neurotransmiter gas yang dapat larut, nitric oxide. Nitric oxide disintetiskan di neuron pos-sinaptik sebagai respon terhadap influks kalsium dan kemudian berdisfusi kembali kedalam terminal buttons neuro presinaptik. 5. Baru-baru ini telah menjadi jelas bahwa astrocytes (astrosit) berperan dalam transmisi sinaptik, dan mereka memiliki efek substansial pada LTP. Sekarang setelah kita mengetahui tentang itu dan memahami mekanisme LTP akan berarti melihat lebih dari sekedar neuron presinaptik dan pos-sinaptik.

Kesimpulan :amnesia infatil Kita cenderung memikirkan ingatan sebagai sebuah kemampuan uniter. Namun individu-individu yang mengalami kerusakan otak sering memperlihatkan defisit berat pada salah satu proses ingatan tetapi tidak pada proses ingatan lainnya. Oleh karena itu Bab ini difokuskan pada efek-efek amnesik kerusakan otak, anda mungkin mendapatkan kesan bahwa disosiasi di antara berbagai jenis ingatan hanya memiliki sedikit relevansi langsung pada individu-individu dengan otak sehat yang utuh. Bagian akhir ini menegaskan bahwa hal itu tidak benar. Sebuah lini eksperimen menarik sbuah studi kasus yang provokatif menjadi alasan kuat untuk itu Amnesia Infatil Kita semua mengalami Infatile amnesia (amnesia infatil) artinya, kita hampir tidak memiliki ingatan apapun tentang berbagai peristiwa saat kita masih bayi. Newcombe dan rekan-rekan sejawatnya menjawab pertanyaan berikut : Apakah anakanak normal yang tidak mampu mengingat secara eksplisit atau mengenali berbagai hal dari masa kanak-kanak awal memperlihatkan ingatan implisit yang masih tersimpan untuk hal-hal tersebut? Hasil dua eksperimen menunjukkan bahwa jawabannya adalah iya. Dalam sebuah studi tentang amnesia infatil, anak-anak ditunjuki serangkaian foto anak-anak usia prasekolah, sebagian diantaranya adalah foto teman-teman sekolah pada masa prasekolah dulu. Para subjek mengenali beberapa teman prasekolahnya. Akan tetapi, apakah mereka mengingat teman prasekolahnya secara eksplisit atau tidak, mereka secara konsisten memperlihatkan respons kondukstansi kulit yang besar pada foto-foto teman sekelasnya. Dalam studinya yang kedua tentang amnesia infantil, Drumey dan New Combe (1995) menggunakan sebuah versi modern incomplete-pictures test. Mereka menunjukan serangkaian gambar kepada anak-anak yang berumur 3 tahun, 5 tahundan oorang dewasa. Tiga bulan kemudian, para peneliti mengakses ingatan subjek untuk menggambar gambarantersebut dengan meminta mereka mengidentifikasi gambargambar itu dan beberapa gambar kontrol secepat mungkin. Selama tes, gambar-gambar itu diperlihatkan dengan sangat tidak fokus, tetapi kemudian semakin tajam. Setelah tes ingatan implisit ini, para subjek ditanyai gambar mana yang mereka ingat pernah mereka lihat sebelumnya. Anak-anak berumur 5 tahun dan orang dewasa memiliki ingatan eksplisit yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang berumur 3 tahun. Artinya mereka lebih sering ingat telah melihat gambar-gambar dari rangkaian penyajian yang pertama. Akan tetapi, ketiga kelompok memperlihatkan ingatan implisit yang substansial: Semua subjek mampu mengidentifikasi dengan cepat gambar-gambar yang sudah pernah mereka lihat sebelumnya, bahkan ketika tidak memiliki ingatan sadar bahwa mereka pernah melihatnya.

Anda mungkin juga menyukai