Anda di halaman 1dari 6

Tugas Stase Neuroanatomi Neurofisiologi Rabu, 17 Oktober 2012 Nama : Luh Putu Meidha Dini Lestari,dr Pembimbing : Henny

Anggraini Sadeli, dr. Sp.S (K) _____________________________________________________________________________ 1. Bagaimana proses pembentukan memori? Sistem yang terlibat dalam fungsi belajar dan memori adalah sistem limbik, serebelum dan korteks. Belajar merupakan proses mendapatkan pengetahuan dan kemampuan tertentu sebagai konsekuensi dari pengalaman, instruksi maupun keduanya. Biasanya proses belajar terkait dengan reward and punishment. Orang cenderung tidak mengulangi suatu perbuatan apabila dia mendapatkan hukuman jika melakukan hal tersebut. Sebaliknya, akan mengulanginya jika dia mendapatkan hadiah dari perbuatannya. Salah satu hal terpenting dari belajar adalah perubahan sikap sebagai hasil dari suatu pengalaman. Apabila belum ada perubahan sikap, berarti proses belajar belum terjadi. Memori merupakan penyimpanan dari pengetahuan yang telah didapatkan untuk bisa dipanggil kembali (recall). Perubahan pada neuron yang berkaitan dengan retensi atau penyimpanan pengetahuan disebut jejak memori atau memory trace. Pengetahuan yang disimpan oleh otak kita secara umum adalah konsepnya, bukan kata perkata secara spesifik. Nantinya, kita dapat mengekspresikannya dengan kata-kata sendiri. Penyimpanan informasi yang didapat dilakukan melalui dua tahap, yaitu memori jangka pendek dan panjang. Proses transfer dan penguatan memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang disebut sebagai konsolidasi memori.

Mekanisme penyimpanan memori jangka pendek Penyimpanan memori jangka pendek berkaitan dengan habituasi dan sensitisasi. Habituasi merupakan pengurangan respon terhadap adanya stimulus yang sama secara berulang, terutama jika tidak ada pengaruh seperti hukuman atau hadiah. Sedangkan sensitisasi merupakan peningkatan respon terhadap stimulus yang ringan menyertai stimulus yang kuat atau berbahaya. Kedua bentuk pembelajaran ini mempengaruhi tempat yang sama dengan cara yang berbeda. Habituasi menekan aktivitas sinaps pada bagian aferen dan eferen sedangkan sensitisasi meningkatkannya. Habituasi Saat sebuah potensial aksi tiba pada terminal akon presinaps, kanal Ca2+ terbuka sehingga Ca masuk ke dalam sel untuk memicu eksositosis neurotransmiter. Pada habituasi, pembukaan kanal Ca ini tidak terjadi atau berkurang. Habituasi merupakan bentuk proses belajar yang paling umum dan merupakan proses belajar pertama pada bayi. Dengan belajar untuk tidak mengindahkan stimulus tertentu, stimulus-stimulus lain yang lebih penting akan lebih diperhatikan. Sensitisasi Berkebalikan dengan habituasi, pada sensitisasi pembukaan kanal kalsium justru meningkat. Oleh karena itu, terjadi peningkatan pelepasan neurotransmiter sehingga potensial postsinaps juga menjadi lebih besar. Neurotransmiter serotonin dilepaskan dari interneuron yang bersinaps pada terminal presinaps sehingga terjadi peningkatan pelepasan neurotransmiter presinaps sebagai respon atas potensial aksi. Hal tersebut juga memicu aktivasi jalur second messenger cAMP di dalam terminal presinaps yang akan menyebabkan pengeblokan kanal K+. Hal tersebut akan memperpanjang potensial aksi pada terminal presinaps mengingat fungsi kanal K+ pada repolarisasi terhambat. Mekanisme potensiasi memori jangka panjang Dengan potensiasi memori jangka panjang, terjadi modifikasi sebagai akibat peningkatan penggunaan pada sinaps yang akan meningkatan kemampuan neuron presinaps untuk mengeksitasi neuron postsinaps pada masa depan. Dengan begitu, semakin sering digunakan koneksinya akan semakin kuat. Penguatan ini berkaitan dengan pembentukan lebih banyak EPSPs (excitatory postsinaptic potential) pada neuron postsinaps sebagai respon sinyal kimia dari input excitatory presinaps tertentu. Peningkatan respon eksitatori akan ditranslasikan menjadi lebih banyak potenial aksi yang dikirimkan sepanjang sel postsinaps tersebut ke neuron yang lain. LTP (long term potentiation) ini memerlukan beberapa hari bahkan minggu untuk mengkonsolidasikan memori jangka pendek menjadi jangka panjang. LTP khususnya terjadi pada hipokampus.

LTP dimulai saat neuron presinaps melepaskan neurotransmiter eksitatori glutamat sebagai respon atas potensial aksi. Glutamat mengikat dua jenis reseptor pada neuron postsinaps, yaitu reseptor AMPA dan NMDA. Reseptor AMPA merupakan kanal reseptor yang dimediasi oleh kimia yang membuka pada pengikatan glutamat dan menyebabkan masuknya ion Na+ . Selanjutnya terjadi pembentukan EPSP pada neuron postsinaps. Reseptor NMDA merupakan kanal-reseptor yang menyebabkan Ca2+ dapat masuk saat kanal ini terbuka. Kanal ini tergantung pada pengaruh kimia dan listrik (voltasi). Selain itu, juga bisa tertutup oleh ion magnesium yang secara fisik mengeblok pembukaan kanal pada potensial istirahat. Pelepasan glutamat pada presinaps dan depolarasasi postsinaps oleh input lain diperlukan untuk membuka kanal NMDA. Gerbang ini membuka pada pengikatan glutamat, namun tidak menyebabkan masuknya Ca2+ . Hal itu disebabkan oleh tersumbatnya kanal oleh Mg2+ . Depolarisasi tambahan neuron postsinaps yang dihasilkan oleh EPSP akibat pengikatan glutamat pada reseptor AMPA dibutuhkan untuk mendepolarisasi neuron postsinaps guna memaksa Mg2+ keluar dari channel. Oleh karena itu, meskipun glutamat berikatan dengan reseptor NMDA, kanal tersebut tidak akan membuka sampai sel postsinaps terdepolarisasi sebagai akibat aktivitas eksitatori yang lainnya. Neuron postsinaps dapat terdepolarisasi melalui dua cara yaitu, pengulangan input dari neuron presinaps eksitatori tunggal menghasilkan sumasi temporal EPSPs dari sumbernya. Juga, dengan input eksitatori tambahan dari neuron presinaps lain pada saat yang sama. Masuknya kalsium setelah ekspulsi Mg 2+ bermanfaat untuk mengaktifkan jalur second messenger Ca2+pada neuron postsinaps. Jalur second messenger tersebut memicu insersi secara fisik reseptor AMPA tambahan pada membran postsinaps. Peningkatan reseptor AMPA ini mengakibatkan sel postsinaps memperlihatkan respon EPSP yang lebih besar oleh pengaruh pelepasan glutamat dari neuron

presinaps. Peningkatan sensitifitas neuron postsinaps terhadap sel presinaps dapat membantu penjagaan LTP. Selain itu, pada beberapa sinaps, aktivasi second messenger Ca2+ pada neuron postsinaps menyebabkan sel tersebut melepaskan parakrin retrograde. Parakrin tersebut akan berdifusi ke neuron presinaps untuk meningkatkan pelepasan glutamat dari neuron presinaps. Mekanisme ini berperan untuk menjaga LTP. Dipercaya bahwa parakrin retrograde tersebut adalah nitrit oxide. Modifikasi yang terjadi selama LTP tetap dijaga sampai waktu yang lama sesudah aktivitas yang menyebabkan aktivitas ini berhenti. Dengan begitu, informasi dapat ditransmisikan secara lebih efektif saat diaktivasi di masa depan. Jalur antara input presinaps inaktif yang lain dam sel postsinaps yang sama tidak terpengaruh. LTP berkembang sebagai respon aktivitas sering yang melintasi sinaps sebagai hasil input yang repetitif dan letupan yang intens atau respon terhadap hubungan antara letupan satu input dengan input yang lain pada waktu bersamaan.

Long-Term Potentiation Mekanisme memori jangka panjang Jika pada memori jangka pendek terjadi perubahan sementara berupa penguatan sinaps, pada memori jangka panjang terjadi aktivasi gen spesifik yang mengontrol sintesis protein yang dibutuhkan untuk perubahan struktural dan fungsional jangka panjang. Pada hewan coba, didapatkan data bahwa hewan yang mendapatkan lebih banyak interaksi dengan lingkungan menunjukan percabangan dan elongasi yang lebih banyak pada dendrit di sel saraf pada bagian otak yang terlibat dengan penyimpanan memori. Memori jangka panjang kemungkinan disimpan setidaknya dengan pola tertentu dari percabangan dendrit dan kontak sinaps. Sebenarnya, konversi memori jangka pendek menjadi jangka panjang masih belum jelas. Namun, dipercaya bahwa cAMP akan menginisiasi jalur intraseluler yang akan mengubah gen yang akan menghasilkan asam amino baru . Immediate early genes (IEGs) yang juga berperan pada konsolidasi memori. Gen tersebut akan memicu sintesis protein yang mengkode memori jangka panjang. Selain itu, terdapat juga modifikasi jangka panjang pada pelepasan neurotransmiter oleh kejadian biokimia yang tetap dipertahankan yang awalnya diinisiasi oleh proses memori jangka pendek. Bagian otak yang mengalami perubahan pada proses belajar dan pembentukan memori tidak hanya substansi abu-abu saja melainkan juga substansi putih otak seperti semakin banyaknya mielin pada sekeliling akson khususnya pada orang dewasa. Neuron menghasilkan neurugulin yang mengatur hal tersebut. Semakin banyak mielin, kecepatan konduksi sinyal semakin cepat. Selain itu, beberapa hormon dan neuropeptida juga dapat mempengaruhi proses belajar dan memori. Memory trace Secara umum, tidak ada pusat memori tunggal pada otak. Neuron yang terlibat dalam jejak memori tersebar pada regio kortikal dan subkortikal otak. Daerah yang paling utama adalah hippokampus dan struktur asosiasi lobus temporal medial, sistem limbik, cerebellum, korteks prefrontal, dan area lain pada korteks serebri.

Hipokampus merupakan bagian dari sistem limbik yang berperan penting dalam memori jangka pendek yang melibatkan berbagai stimulus yang berkaitan. LTP terjadi pada area ini. Hipokampus juga berperan dalam konsolidasi menjadi memori jangka panjang. Hipokampus dipercaya sebagai tempat penyimpanan memori jangka panjang sementara sebelum akhirnya dikirimkan ke bagian korteks lain untuk penyimpanan memori secara permanen. Hipokampus dan regio di sekelilingnya berperan penting dalam deklaratif memori. Memori ini berkaitan dengan what memori mengenai orang, tempat, fakta, dan kejadian yang seringkali dihasilkan sesudah satu kali pengalaman. Memori ini dapat dideklarasikan atau dibuat kalimat seperti Saya melihat menara eiffel tahun lalu. Memori ini juga dapat dibagi menjadi memori semantik (berkaitan dengan fakta) dan memori episodik (berkaitan dengan kejadian dalam kehidupan). Cerebellum berkaitan erat dengan memori mengenai prosedur yang melibatkan kemampuan motorik yang didapatkan melalui latihan berulang (misalnya berlatih tari secara rutin). Berbeda dengan declarative memori, memori prosedural ini dapat dibawa atau dikeluarkan tanpa usaha atau sadar. Korteks prefrontal berkaitan erat dengan penyusunan kemampuan reasoning complex yang berkaitan dengan memori yang sedang bekerja. Korteks prefrontal berperan sebagai tempat penyimpanan sementara untuk menahan data yang relevan serta bertanggungjawab terhadap fungsi eksekusi yang melibatkan manipulasi dan integrasi informasi seperti perencanaan, penentuan prioritas, problem solving, dan aktivitas organisasi. Fungsi complex reasoning ini juga melibatkan kerja sama dengan semua regio sensoris otak yang terhubung dengan korteks prefrontal melalui koneksi saraf. Kecerdasan seseorang kemungkinan besar ditentukan oleh kapasitas working memory nya untuk menahan dan menghubungkan bermacam bermacam data yang relevan. 2. Perbedaan amnesia retrograd dan anterograd? Secara fisiologi, Informasi baru yang diperoleh mula-mula akan diendapkan dalam ingatan jangka pendek yang memiliki kapasitas penyimpanan terbatas. Informasi dalam ingatan jangka pendek ini akan mengalami salah satu dari dua nasib pada akhirnya. Ingatan tersebut mungkin segera dilupakan atau dikirim ke ingatan jangka panjang lewat latihan. Pendaurulangan ingatan melalui ingatan jangka pendek meningkatkan kemungkinan terjadinya konsolidasi. Dalam hal ini, hipokampus yang merupakan bagian medial yang memanjang di lobus temporalis dan juga merupakan bagian dari sistem limbik berperan penting dalam ingtan jangka pendek yang melibatkan integrasi berbagai rangsangan terkait dan juga penting untuk konsolidasi memori. Kadang-kadang individu menderita kekurangan daya ingat yang meibatkan bagian-bagian waktu keseluruhan dan bukan serpihan-serpihan informasi. Keadaan ini dikenal sebagai amnesia. Bentuk amnesia yang paling umum adlah amnesia retrogard dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan mengingat hal-hal yang baru berlalu. Kejadian ini biasanya timbul setelah trauma yang mengganggu aktivitas listrik otak seperti kontusio atau stroke. Jika seseorang terpukul maka isi ingatan jangka pendeknya akan terhapus sehingga ia akan kehilangan ingatan mengenai kejadian sekitar setengah jam sebelum kejadian. Jenis amnesia lainnya dalah amnesia anterograd yaitu ketidak mampuan menyimpan ingatan dalam ingatan jangka panjang untuk digali lagi ke masa mendatang. Kelainan ini biasanya berakaitan dengan lesi di bagian medial lobus temporalis yang

umumnya dianggap sebgai daerah kritis untuk konsolidasi ingatan. Individu yang mengalami kelaianna ini akan mamapu mengingat kemabali apa yang telah mereka pelajari namun tidak mampu menciptakan ingatan permanen yang baru.

Anda mungkin juga menyukai