Manajemen Proyek
Manajemen Proyek
1.1 Pendahuluan
Kemajuan dalam kegiatan industry pada beberapa aspek memerlukan manajemen atau
pengelolaan yang dituntut memiliki kinerja, kecermatan, keekonomisan, keterpaduan,
kecepatan, ketetapan, ketelitian serta keamanan yang tinggi dalam rangka memperoleh hasil
akhir yang sesuai harapan. Pengelolaan suatu kegiatan dengan investasi berskala besar dan
tingkat kompleksitas yang sangat sulit membutuhkan cara teknis/metode yang teruji, sumber
daya yang berkualitas, serta penerapan ilmu pengetahuan yang tepat dan up to date.
Manajemen sebagai ilmu mengelola suatu kegiatan yang skalanya dapat berskala kecil atau
bahkan sangat besar, mempunyai ukuran tersendiri terhadap hasil akhir. Dengan menrapkan
prinsip-prinsip dasar manajemen yang sama oleh individu atau organisasi yang berbeda, hasil
akhir proses manajemen dapat berbeda satu sama lain. Ini karena ada perbedaan-perbedaan
budaya, pengalaman, lingkunga, kondisi social, tingkat ekonomi, karakter sumber daya
manusia serta kemampuan untuk menguasai prinsip-prinsip dasar manajemen.
Untuk memberikan gambaran tentang manajemen, selanjutnya diuraikan ruang lingkup
manajemen, seperti definisi dan kegiatan-kegiatan dalam mananejmen, manajemen proyek,
karakteristik proyek, stakeholder (pemangku kepentingan) pada proyek serta organisasi
proyek, kontrak-kontrak pada proyek, kinerja proyek, manajemen lingkungan, manajemen
risiko serta system informasi manajemen proyek yang dijelaskan dalam uraian berikut.
1.2 Definisi dan Aspek-aspek dalam Manajemen Proyek
Manajemen
Suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya yang terbatas
dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien.
Tujuan Manajemen
Mendapatkan metode atau cara teknis yang paling baik agar dengan sumber-sumber daya
yang terbatas diperoleh hasil maksimal dalam hal ketetapan, kecepatan, penghematan dan
keselamatan kerja secara komprehensif.
Unsur-unsur Manajemen
Tujuan : sasaran yang hendak dicapai dalam optimasi biaya, mutu, waktu, dan
keselamatan.
Perencanaan (Planning)
Perencanaan harus dibuat dengan cermat, lengkap, terpadu dan dengan tingkat kesalahan
paling minimal. Namun hasil dari perencanaan bukanlah dokumen yang bebas dari koreksi
karena sebagai acuan bagi tahapan pelaksanaan dan pengendalian, perencanaan harus terus
disempurnakan secara iterative untuk menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan
yang terjadi pada proses selanjutnya.
Pengorganisasian (Organizing)
Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelompokan jenis-jenis pekerjaan, menurut
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab personel serta meletakkan dasar bagi
hubungan masing-masing unsur organisasi. Untuk menggerakkan organisasi, pimpinan harus
mampu mengarahkan organisasi dan menjalin komunikasi antarpribadi dalam hierarki
organisasi. Semua itu dibangkitkan melalui tanggung jawab dan partisipasi semua pihak.
Struktrur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan proyek dan kerangka penjabaran tugas
personel penanggung jawab yang jelas, serta kemampuan personel yang sesuai keahliannya,
akan diperoleh hasil positif bagi organisasi.
Pelaksanaan (Actuating)
Kegiatan ini adalah implementasi dari perencanaan yang telah ditetapkan, dengan melakukan
tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara fisik atau nonfisik sehingga produk akhir sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Karena kondisi perencanaan sifatnya masih
ramalan dan subyektif serta masih perlu penyempurnaan, dalam tahapan ini sering terjadi
perubahan-perubahan dari rencana yang telah ditetapkan.
Pengendalian (Controlling)
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa program
dan aturan kerja yng telah ditetapkan dapat dicapai dengan penyimpangan paling minimal
dan hasil paling memuaskan. Untuk itu dilakukan bentuk-bentuk kegiatan seperti berikut :
Tindakan Koreksi : melakukan perbIKn dan perubahan terhadap rencana yang telah
ditetapkan untuk menyesuaikan dengan kondisi pelaksanaan.
Proyek :
Gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia, material, peralatan dan modal/biaya
yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan.
Dari semua uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahawa Manajemen Proyek adalah
penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan
sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar
mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan
kerja.
1.2.1Aspek-aspek dalam Manajemen Proyek
Dalam manajemen proyek, yang perlu dipertimbangkan agar output proyek sesuai dengan
sasaran dan tujuan yang direncanakan adalah mengidentifikasi berbagai masalah yang
mungkin timbul ketika proyeek dilaksanakan. Beberapa aspek yang dapat diidentifikasi dan
menjadi masalah dalam manajemen proyek serta membutuhkan penanganan yang cermat
adalah sebagai berikut :
Aspek Anggaran Biaya : Masalah ini berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian
biaya selama proyek berlangsung. Perencanaan yang matan dan terperinci akan
menudahkan proses pengendallian biaya, sehingga biaya yang dikeluarkan sesuai
dengan anggaran yng direncanakan. Jika sebaliknya, akan terjadi peningkatan biaya
yang besar dan merugikan bila proses perencanaannya salah.
Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia : Masalh ini berkaitan dengan kebutuhan
dan alokasi SDM selama proyek berlangsung yang berfluktuatif. Agar tidak
menimbulkan masalah yang kompleks, perencanaan SDM didasarkan atas organisasi
proyek yeng dibentuk sebelumnya dengan melakukan langkah-langkah, proses
staffing SDM, deskripsi kerja, perhitungan beban kerja, deskripsi wewenang dan
tanggung jawab SDM serta penjelasan tentang sasaran dan tujuan proyek.
Aspek Manajemen Produksi : Masalah ini berkaitan dengan hasil akhir dari proyek;
hasil akhir proyek negative bila proses perencanaan dan pengendaliannya tidak baik.
Agar hal ini tidak terjadi, maka dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan
produktivitas SDM, meningkatkan efisiensi prose produksi dan kerja, meningkatkan
kualitas produksi melalui jaminan mutu dan pengendalian mutu.
Aspek Harga : Masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal persaingan
harga, yang dapat merugikan perusahaan karena produk yang diahasilkan
membutuhkan biaya produksi yang tinggi dan kalah bersaing dengan produk lain.
Aspek Efektifitas dan Efisiensi : Masalah ini dapat merugikan bila fungsi produk yang
dihasilakn tidak terpenuhi/tidak efektif atau dapat juga terjadi bila factor efisiensi
tidak terpenuhi, sehingga usah produksi membutuhkan biaya yang besar.
Aspek Mutu : Masalah ini berkaitan dengan kualitas produk akhir yang nantinya dapat
meningkatkan daya saing serta memberikan kepuasan bagi pelanggan.
Aspek Waktu : Masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya bila terlambat dari
yang direncanakan serta akan menguntungkan bila dapat dipercepat.
Proyek Penelitian dan Pengembangan : Kegiatan utama pada proyek ini adalah
melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan produk
tertentu. Proses pelaksanaan serta lingkup kerja yang dilakukan sering mengalami
perubahan untuk menyesuaikan dengan tujuan akhir proyek. Tujuan proyek dapat
berupa memperbaiki atau meningkatkan produk, pelayanan, atau metode produksi.
4.
Proyek Padat Modal : Jenis proyek ini tidak diartikan berdasarkan komponen
kegiatannya saja, tetapi lebih kepada jumlah dana capital yang digunakan dengan
jumlah cukup besar. Proyek padat modal tidak selalu berarti padat tenaga kerja,
namun dapat saja proyek dengan teknologi tinggi yang menbutuhkan biaya besar
dengan tenaga kerja secukupnya. Sebagai contoh adalah proyek pembebasan lahan,
pembelian material, dan peralatan dengan jumlah besar, membangun fasilitas
produksi, dan lain sebagainya.
5.
Proyek Pembangunan Produk Baru : Proyek ini merupakan gabungan anatara proyek
penelitian dan pengembangan dengan proyek padat modal, lalu dilanjutkan dengan
mendirikan unit percobaan dalam bentuk pilot plan. Setelah hasil uji coba berhasil
dan dapat diproduksi secara missal, dilanjtkan dengan proyek padat modal untuk
membangun fasilitas produksi sesuai dengan kapasitas yang diinginkan.
6.
7.
Kompleksitas proyek dapat ditunjukkan berdasarkan skala proyek, modal yang ditanamkan,
sumber daya, tingkat keunikan, hubungan internal dan eksternalpada proyek, serta toleransi
penyimpangan yang dapat diterima. Besar kecil proyek tidak dapat menerima kompleksitas
proryek karena proyek kecil dapat saja lebih kompleks pengelolaannya daripada proyek
besar.
1.3.1Siklus Proyek
dari beberapa jenis proyek tersebut, tahapan kegiatan pada siklus proyeknya dapat berbeda
karena pola penanganan dan penanganannya cukup berbeda. Siklus proyek menggambarkan
urutan langkah-langkah sejak proses awal hingga proses berakhirnya proyek. Untuk lebih
memahami tahapan kegiatan dalam siklus proyek, dibawah ini dijelaskan siklus proyek
konstruksi, manufaktur dan proyek infrastruktur berdasarkan durasi waktu dan biaya yang
harus dikeluarkan.
Siklus Proyek Konstruksi
1. Tahap Konsektual Gagasan : Tahapan ini terdiri atas kegiatan, perumusan gagasan,
kerangka acuan, studi kelayakan awal, indikasi awal dimensi, biaya dan jadwal
proyek.
2. Tahap Studi Kelayakan : Studi kelayakan dengan tujuan mendapatkan keputusan
tentang kelanjutan investasi pada proyek yang akan dilakukan. Informasi dan data
dalam implementasi perencanaan proyek lebih lengkap dari langkah diatas, sehingga
penentuan dimensi dan biaya proyek lebih akurat lagi dengan tinjauan terhadap aspek
social, budaya, ekonomi, financial, legal, teknis dan administrative yang
komprehensif.
3. Tahap Detail Design : Tahapan ini terdiri atas kegiatan, pendalaman berbagai aspek
persoalan, design engineering dan pengembangan, pembuatan jadwal induk dan
anggaran serta menentuksan perencanaan sumber daya, pembelian dini, penyiapan
perangkat dan penentuan peserta proyek dengan program lelang.
4. Tujuan tahap ini adalah menetapkan dokumen perencanaan lengkap dan terperinci,
secara teknis dan administrative, untuk memudahkan pencapaian sasaran dan tujuan
proyek.
5. Tahap Pengadaan : Tahapan ini adalah memilih kontraktor pelaksana dengan
menyertakan dokumen perencanaan, aturan teknis dan administrasi yang lengkap,
produk tahapan detail design. Dari proses ini diperoleh penawaran yang kompetitif
dari kontraktor dengan tingkat akuntabilitas dan transparansi yang baik.
6.
Tahap Implementasi : Tahap ini terdiri atas kegiatan, design engineering yamg rinci,
pembuatan spesifikasi dan criteria, pembelian peralatan dan material, fabrikasi dan
konstruksi, inspeksi mutu, uji coba, start-up, demobilisasi dan laporan penutup
proyek. Tujuan akhir proyek adalah mendapatkan kinerja biaya, mutu, waktu dan
keselamatan kerja paling maksimal, dengan melakukan proses perencanaan,
penjadwalan, pelaksanaan dan pengendalian yang lebih cermat serta trperinci dari
proses sebelumnya. Pada tahap ini kontraktor memilki peran dominan dengan tujuan
akhir sasaran proyek tercapai dan mendapatkan keuntungan maksimal. Peran
memiliki proyek pada tahapan ini dilakukan oleh agen pemilik sebagai konsultan
pengawas pelaksanaan, dengan tujuan mereduksi segala macam penyimpangan serta
melakukan tindakan koreksi yang diperlukan.
7. Tahap Operasi dan Pemeliharan : Tahap ini terdiri atas kegiatan operasi rutin dan
pengamatan prestasi akhir proyek serta pemeliharaan fasilitas bangunan yang dapat
digunakan untuk kepentingan social dan ekonomi masyarakat. Biaya yang
dikeluarkan pada tahap ini bersifat rutin dan nilainya cenderung menurun dan pada
tahap ini adanya pemasukan dana dari operasional proyek.
Siklus Proyek Manufaktur
1. Tahap Perumusan Gagasan : Tahap ini terdiri atas kegiatan, perumusan gagasan,
kerangka acuan, studi kelayakan, indikasi dimensi proyek dan biaya serta jadwal.
2.
Tahap Detail Design : Tahap ini terdiri atas kegiatan analisis fungsi dan preliminary
design terhadap produk yang akan dibuat, design engineering terinci serta
pengembanagan produk dengan acuan spesifikasi, criteria dan gambar design yang
telah dibuat sebelumnya.
3.
Tahap Pengembangan dan Integrasi Sistem : Tahap ini melakukan studi dan
pengembangan fasilitas dan peralatan yang akan digunakan, lalu melakukan proses
integrasi terhadap system.
Tahap promosi : Tahap promosi terdiri atas design pendahuluan, evaluasi studi
kelayakan dan penyerahan konsesi oleh pemerintah kepada pihak swasta yang di beri
wewenang menyelenggarakan proyek,dengan pertimbangan kesepakatan kedua belah
pihak sudah memennuhi ketentuan yang berlaku.
3.
Tahap Detail Design dan Pengadaan : Tahap ini adalah design terperinci, terdiri
atas kegiatan pendalaman aspek persoalan, seperti : design engineering, pembuatan
jadwal induk atau anggaran, penyiapan perangkat dan peserta proyek untuk program
lelang pelaksana konstruksi.
yang kuat serta mengikat, sehingga para pihak yang terlibat mempunyai kewajiban-kewajiban
yang harus dipenuhi, ditulis dengan jelas dalam dokumen kontrak.
1.5.1Kontrak Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi mempunyai dua jenis kontrak, yaitu kontrak penawaran bersaing dan
kontrak penawaran dengan negosiasi, masing-masing penjelasannya seperti diuraikan di
bawah ini.
Kontrak Penawaran Bersaing
Setelah penawaran lelang dilakukan dan didapat secara bertanggung jawab serta dengan studi
dan evaluasi penawaran diterima, proyek pun diserahkan kepada kontraktor terpilih lalu
ditrbitkanlah Surat Perintah Kerja (SPK). Hal-hal yang perlu diprhatikan dalam kontrak
dengan penawaran bersaing :
1. Pelaksanaan pekerjaan diserahkan pada peserta penawaran yang bertanggung jawab dan
mempunyai harga penawaran yang bertanggung jawab dan mempunyai harga penawaran
terendah. Kontraktor yang bertanggung jawab adalah :
2.
3.
Tidak curang, tidak melakukan kolusi dan tidak ada catatan buruk.
Lelang gagal bila penawaran terendah dari kontraktor lebih besar dari estimasi owner.
Jenis kontrak ini meliput semua biaya yang tetap terdiri dari semua aspek pekerjaan.
Banyak dipakai oleh pemilik proyek dengan harapan pekerjaan tambah kurang
diminimalisir.
Kontrak ni tidak cocok untuk volume pekerjaan yang tidak pasti seperti pekerjaan
penggalian tanah dan pekerjaan pondasi.
2.Kontrak unit price, didasarkan atas estimasi volume pekerjaan yang telah diklarifikasi
berssama-sama pemilik proyek dengan jumlah biaya per unit pekerjaan. Jenis kontrak ini
mempunyai karakteristik sebagai berikut Kontrak penawaran bersaing mempunyai
keuntungan-keuntungan, seperti pelaksanaan dilakukan oleh kontraktor dengan penawaran
terendah serta dilakukan oleh kontraktor dengan penawaran terendah serta dengan kriteria
sebagai berikut :
Mempunyai reputasi yang baik dalam koordinasi internal proyek dan hasil akhir
proyek selalu memuaskan pemilik proyek.
Unit price, jenis ini juga sama dengan cara kontrak penawaran bersaing, namun
harga ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
3. Kontrak cost plus free, pembayaran oleh pemilik proyek didasarkan atas daftar biaya
yang dikeluarkan oleh kontraktor setelah proyek selesai ditambah dengan
keuntungannya. Jenis kontrak ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Kontrak pembayaran, prosedur dan metode kerja, hasil akhir proyek serta jumlah
keuntungan buat kontraktor harus diuraikan secara jelas agar tidak terjadi perselisihan
di kemudian hari.
Diperlukan metode akunting, yang telah disetujui oleh pemilik proyek, untuk
perhitungan-perhitungan pembiayaan oleh kontraktor.
Risiko terbesar, yang ada pad pemilik proyek, terjadi bila kontraktor melakukan
kecurangan karena pengawasan yang tidak ketat.
Daftar biaya pekerjaan yang dibayarkan oleh pemilik proyek kepada kontraktor
pelaksana berdasarkan hasil kesepakatan.
Kontrak ini dapat memuaskan kedua belah pihak bila kesepakatan-kesepakatan yang
dibuat sebelumnyadijalani sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing pihak.
4.
Kompleksitas proyek
Lokasi
Estimasi waktu
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Kesepkatan oleh dua pihak, yaitu kontraktor dan owner, dalam dokumen kontrak:
3.
Build Own Operate (BOO). Suatu rancangan kontrak di mana pihak swasta
membangun suatu fasilitas dengan biaya sendiri, mengoperasikannya dan memungut
pembayaran terhadap pengguna fasilitas tersebut. Pihak swasta mengoperasikan dan
memiliki fasilitas tersebut tanpa waktu yang ditentukan. Kontrak proyek BOO hampir
sama dengan BOT. Perbedaannya, tidak adanya kewajiban bagi pihak swasta untuk
mengalihkan aset kepemilikan kepada pemerintah.
Dalam penentuan alokasi sumber daya peralatan yang akan digunakn dalam suatu proyek,
kondisi kerja serta kondisi peralatan perl diidentifikasi dahulu. Beberapa yang perlu
diidentifikasi adalah :
1. Medan Kerja, identifikasi ini untuk menentukan kondisi medan kerja dari tingkat
mudah, sedang, atau berat. Kapasitas peralatan yang digunakan dapat disesuaikan
dengan kondisi-kondisi tersebut.
2. Cuaca, identifikasi ini perlu dilakukan khususnya pada proyek dengan keadaan lahan
terbuka. Cuaca basah/hujan cenderung menyulitkan pengendalian peralatan, baik
mobilisasinya atau manuver-manuver yang akan dilakukan di lokasi setempat.
3. Mobilitas peraltan ke lokasi proyek perlu didrencanakan dengan detail, khususnya
untuk peralatan berat. Akan ada kesulitan bila rute perjalanan menuju proyek bila
tidak didukung oleh keadaan jalan atau jembatan kecil atau tidak memadai.
4. Komunikasi yang memadai antar-operator pengendali dengan pengendali pekerjaan
harus terjalin baik, denga perlatan komunikasi yang cukup dan harus tersedia agar
langkah-langkah pekerjaan yang dilakuka sesuai rencana.
5. Fungsi peralatan harus sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan untuk menghidari
tingkat pemakaian yang tidak efektif dan efisien.
6. Kondisi peralatan harus layak pakai agar pekerjaan tidak tertunda karena peraltan
rusak. Bila perlu tenaga mekanikal harus disiapkan guna mengatasi kerusakankerusakan alat.
1.6.3 Manajemen Sumber Daya Material
Dalam pengelolaan material dibutuhkan beragam informasi tentang spesfikasi, harga maupun
kualitas yang diinginkan, agar beberapa penawaran pemasok dapat dipilih sesuai dengan
spesifikasi proyek dengan harga yang paling ekonomis, seperti diuraikan di bawah ini.
Kualitas material yang dibutuhkan menggunakan tipe tertentu dengan mutu harus
sesuai dengan persyaratkan dalam spesifikasi proyek.
Lingkup penawaran yang diajukan oleh beberapa pemasok adalah dengan memilih
harga yang paling murah dengan kualitas material terbaik.
Pajak penjualan material, dibebankan pada pemilik proyek yang telah dihitung dalam
harga satuan material atau dalam harga proyek keseluruhan.
Termin pembayaran logistik material harus disesuaikan dengan cashflow proyek agar
likuiditas keuangan proyek tetap aman.
Pemasok material adalah rekanan terpilih, telah bekerja sama dengan baik dan
memberikan pelayanan yang memuaskan pada proyek sebelumnya.
Gudang penimbunan material harus cukup untuk menampung material yang siap
dipakai, sehingga kapasitas dan lalu lintas materialnya harus diperhitungkan.
Harga material dapat naik sewaktu-waktu saat proyek dilaksanakan, sehngga eskalasi
harga harus dimasukan dalam komponen harga satuan.
Jadwal penggunaan material harus sesuai, antara kebutuhan proyek dengan waktu
pengiriman material dan pemasok. Oleh karena itu, penggun subschedule material
yang untuk tiap-tiap item pekerjaan mutlak dilakukan agar tidak mempengaruhi
ketersediaan material dalam proyek.
3. HAZOP (Hazard and Operability), metode ini mengidentifikasi bahaya dan masalah
operasional yang timbul.
4.
Past data, metode ini dilakukan dengan mengidentifikasi kerugian yang sering
terjadi, dengan menggunakan data masa lampau.
Risiko yang direduksi, yaitu bentuk risiko yang dapat ditangani dengan cara
menangani suatu tindakan alternatif yang nilai konsekuensinya dapat saja nihil atau
paling tidak konsekuensi yang ditangani lebih kecil.
3. Risisko yang dikurangi, yaitu suatu bentuk risiko yang dampak kerugiannya dapat
dikurangi dengan cara memperkecil kejadiannya atau konsekuensi yang
ditimbulkannya.
4. Risiko yang dipindahkan, yaitu suatu bentuk risiko yang dapat dipindahkan kepada
pihak lain sebagian atau keseluruhan.
1.9 Manajemen Sistem Informasi
Sistem informasi sangat berperan pada proyek, khususnya dalam hubungan pengiriman dan
pertukaran informasi dan data proyek dari dan ke perusahaan pusat. Sistem manajemen
informasi bertujuan meningkatkan kinerja proyek dan kinerja perusahaan dengan skala luas
dalam hal fungsi ekonomi, fungsi teknis, fungsi jaminan kualitas (quality assurance), fungsi
waktu, serta fungsi evaluasi proyek dengan beberapa tampilan data dan informasi lengkap
yang berguna dalam pengambilan keputusan. Pengolahan database memuat sumber-sumber
data atau dari pengumpulan data primer proyek yang akan dikerjakan, tujuannya untuk
meningkatkan pengetahuan serta mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan.
Databse yang baik, sistematis, serta mudah pengolahannya akan memberikan informasi yang
akurat, sehingga fungsi informasinya serta tingkat efisiensi penggunaannya makin tinggi.
Databse harus mudah di akses oleh berbagai pihak yang memerlukan sesuai dengan
wewenang dan dengan tingkat keamanan yang tinggi. Membuat database yang baik
memerlukan pengetahuan komprehensif mengenai sistematika berpikir input, proses maupun
ouput sistem informasi. Kemampuan peralatan perangkat keras dan perangkat lunaknya harus
diidentifikasi terlebih dulu agar memenuhi kapasitas pengolahan data maupun kinerja. Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi overload kapasitas, sementara kemampuan peralatan tidak
mencukupi. Sebaliknya kemampuan peralatan yang tinggi akan menjadi tidak ekonomis bila
dipakai dengan kapasitas yang rendah.
1.10 Kinerja Proyek
Kinerja proyek dapat diukur dari indikator kinerja biaya, mutu, waktu, serta keselamatan
kerja dengan merencanakan secara cermat, teliti, dan terpadu seluruh alokasi sumber daya
manusia, peralatan,material, serta biaya yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Semua ini diselaraskan dengan sasaran dan tujuan proyek.
1.10.1 Manajemen Biaya
Seluruh urutan kegiatan proyek perlu memiliki standar kinerja biaya proyek yang dibuat
dengan akurat dengan cara membuat format perencanaan seperti di bawah ini.
1. Kurva S, selain dapat mengetahuo progres waktu proyek, kurva S berguna juga untuk
mengendalikan kinerja biaya, hal ini duitunjukkan dari bobot pengeluaran kumulatif
masing-masing kegiatan yang dapat dikontrol dengan membandingkannya dengan
baseline periode tertentu sesuai dengan kemajuan aktual proyek.
2. Diagram Cash Flow, diagram yang menunjukkan rencana aliran pengeluaran dan
pemasukan biaya selama proyek berlangsung. Diagram ini diharapkan dapat
mengendalikan keseluruhan biaya proyek secara detail sehingga tidak mengganggu
keseimbngan kas proyek.
3. Kurva Earned Value yang menyatakan nilai uang yang telah dikeluarkan pada
baseline tertentu sesuai dengan kemajuan aktual proyek. Bila ada indikasi biaya yang
dikeluarkan melebihi rencana, maka biaya itu dikoreksi dengan melakukan
penjadwalan ulang dan meramalkan seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan
sampai akhir proyek karena penyimpangan tersebut.
4. Balance Sheet, yang menyatakan besarnya aktiva dan pasiva keuangan perusahaan
selama periode satu tahun dengan keseluruhan proyek yang telah dikerjakan beserta
aset-aset yang dimiliki perusahaan.
1.10.2 Manajemen Mutu
Jaminan mutu (quality assurance) dapat diperoleh dengan melakukan proses berdasarkan
kriteria material atau kerja yang telah ditetapkan hingga didapat standar produk akhir, dapat
pula dengan melaukukan suatu proses prosedur kerja yang berbentuk sistem mutu hingga
didapat standar sistem mutu terhadap produk akhir. Pengendalian tiap-tiap proses (quality
control) dimaksudkan untuk menjamin mutu material atau kerja yang diperoleh sesuai dengan
sasaran dan tujuan yang diterapkan.
1. Mendapatkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 dengan menjalankan prosedur
sebagai bagian dari keseluruhan sistem untuk mendapatkan produk akhir yang sesuai
dengan yang direncanakan. Prinsip-prinsip dasar yang dilakukan adalah membuat dan
menulis perencanaan (say what you do), melaksanakan dan mengendalikan sesuai
rencana (what you say) serta mencatat apa yang telah dilakukan (record what you
did).
2.
Sedangkan untuk melengkapi persyaratan sistem mutu diatas sehingga didapat mutu
terbaik terhadap standar produk akhir, dilakukan dengan cara membuat gambar kerja
yang detail dan akurat, lalu membuat spesifikasi umum dan teknis terhadap pekerjaan
dan material yang digunakan.
Standar kinerja waktu ditentukan dengan merujuk seluruh tahapan kegiatan proyek beserta
durasi dan penggunaan sumber daya. Dari semua informasi dan data yang telah diperoleh,
dilakukan proses penjadwalan sehingga akan ada output berupa format-format laporan
lengkap mengenai indikator progres waktu, sebagai berikut :
1. Barchart, diagram batang yang secara sederhana dapat menunjukkan informasi
rencana jadwal proyek beserta durasinya, lalu dibandingkan dengan progres aktual
sehingga diketahui apakah proyek terlambat atau tidak.
2. Network Planning, sebagai jaringan kerja berbagai kegiatan dapat menunjukkan
kegiatan-kegiatan kritis yang membutuhkan pengawasan ketat agar pelaksanaannya
tidak keterlambatan. Format Network Planning juga digunakan untuk mengetahui
kegiatan-kegiatan yang longgar waktu penyelesaiannya berdasarkan total float-nya,
sehingga kesemua itu dapat digunakan untuk memperbaiki jadwal dan agar alokasi
sumber dayanya menjadi lebih efektif serta efisien.
3. Kurva S, yang berguna dalam pengendalian kinerja waktu. Hal ini ditunjukkan dari
bobot penyelesaian kumulatif masing-masing kegiatan dibandingkan dengan keadaan
aktual, sehingga apakah proyek terlambat atau tidak dapat dikontrol dengan
memberikan baseline pada periode tertentu.
4. Kurva Earned Value yang dapat menyatakan progres waktu berdasarkan baseline
yang telah ditentukan untuk periode tertentu sesuai dengan kemajuan aktual proyek.
Bila ada indikasi waktu terlambat dari yang direncanakan, maka hal itu dapat
dikoreksi dengan menjadwal ulang proyek dan meramalkan seberapa lama durasi
yang diperlukan untuk penyelesaian proyek karena penyimpangan tersebut, serta
dengan menambah jumlah tenaga kerja waktu bergantian.
1.10.4 Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
K3 merupakan faktor yang paling penting dalam pencapaian sasaran tujuan proyek. Hasil
yang maksimal dalam kinerja biaya, mutu dan waktu tiada artinya bila tingkat keselamatan
kerja terabaikan. Indikatornya dapat berupa tingkat kecelakaan kerja yang tinggi.
Integrasi diperlukan untuk memastikan bahwa tugas menjalankan program K3 dapat dicapai
sesuai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.
Sistem keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan karena alasan-alasan berikut :
1. Perusahaan mempunyai tanggung jawab moral terhadap keselamatan dan kesehatan kerja,
tenaga kerja, sifat perusahaan, masyarakat pengguna fasilitas proyek, pemilik proyek serta
menjaga keawetan dan umur dari fasilitas yang telah dibuat. Selain itu, program K3 yang
efekktif akan meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja banyak pihak.
2. Sebagai antisipasi perusahaan untuk pemenuhan aspek legal hukum yang berlaku
sebagaimana diatur dan dipersyaratkan dalam :
3. Dengan menerapkan konsep keselamatan kerja, berarti perusahaan telah menerapkan salah
satu fungsi manajemen di mana kinerja program K3 dpat menampilkan hasil program dengan
tingkat kecelakaan paling minimal atau tidak sama sekali.
4. Secara ekonomis K3 mempunyai banyak manfaat, seperti :
Reputasi yang baik bagi perusahaan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja dapat
meningkatkan permintaan pasar terhadap keahlian perusahaan.
Tingkat efisiensi dan efektif kerja bagi perusahaan menjadi lebih tinggi dengan
menekan risiko kecelakaan yang akan terjadi.
2. Standar Industri Indonesia (SII) yang mengatur tentang standar uji klarifikasi, syarat
mutu, syarat penandaan, pengambilan sampel material diterbitkan oleh Departemen
Perindustrian.
3. Peraturan teknis bangunan dan proyek kelautan yang dikeluarkan oleh Dirjen
Perhubungan Laut serta Departemen Kelautan dan Perikanan.
4. Peraturan teknis bangunan dan proyek bangunan udara yang dikeluarkan oleh Dirjen
Perhubungan Udara serta lembaga terkait.
5.
Peraturan-peraturan teknis dari negara lain yang telah diakui dan banyak dipakai
sebagai referensi dalam pelaksanaan proyek dan industri.
Produktivitas di dalam proyek juga memerlukan komitmen perusahaan dalam hal pelatihan
studi dan penghapusan lembur, yang menyebabkan faktor pengembalian (revenue) dn
kerugian yang tinggi bagi suatu perusahaan industri jasa konstruksi.
Karakteristik Industri Konstruksi terdiri atas:
Konsultan adalah pihak ketiga yang mempunyai hak dan wewenang selama proses konstruksi
sejak kontrak belaku umum antara owner dan kontraktor.
Tugas dan wewenangnya meliputi:
1. Mewakili owner dalam administrasi dan operasional konstruksi
2. Memberikan advis dan konsultasi kepada owner
3. Menengahi komunikasi antara owner dan kontrakto
4. Mengawasi kemajuan proyek
5. Memeriksa mutu pekerjaan
6. Menyetujui material, peralatan dan shop drawing
7. Membuat instruksi untuk mempercepat, memberhentikan dan mengoreksi pekerjaan
8. Tidak tunduk terhadap prosedur dan atauran kontraktor
9. Menerjemahkan ketentuan kontrak dan menilai pekerjaan kontraktor
10. Bertanggung jawab pada pihak ketiga karena kelalaian yang di perbuat
Klaim dan Peselisihan
Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat dilakukan melalui pengadilan maupun di luar
pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersangkutan.
Sengketa biasanya muncul karena adanya:
Perbedaan penafsiran
Wan prestasi
Negosiasi
Konsiliasi
Mediasi
Arbitrase
Biasanya hasil penyelesaian sengketa ini dapat berupa kesepakatan. Penyelesaian melalui
pengadilan adalah pilihan terakhir karena prosesnya cukup lama dan kompleks serta biaya
yang cukup besar. Penyelesaian sengketa dan proses penadilan ini adalah putusan akhir dan
mengikat.
Penyelesaian di Luar Pengadilan
Karena sedapat mungkin menghindari proses pengadilan, penyelesaian di luar lebih disukai
karena lebih cepat, lebih murah, dan cenderung dalam suasana musyawarah mufakat. Pada
pasal 77 UU No. 18/1999 disebutkan:
1. Penyelesaian jasa konstruksi di luar pengadilan dapat ditempuh untuk masalahmasalah yang timbul dalam kegiatan pengikatan dan penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi serta dalam hal terjadi kegagalan bangunan.
2. Penyelesaian jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menggunakan jasa pihak ketiga yang disepakati oleh para pihak.
3. Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibentuk oleh pemerintah
dan atau masyarakat jasa konstruksi.
inisiasi;
penyelesaian.