Anda di halaman 1dari 38

1

BAB 1
TEKANAN HIDROSTATIS

1.1 TUJUAN
Untuk menentukan gaya hidrostatis yang bekerja pada permukaan pesawat
(benda) yang terendam dalam air. Untuk menentukan posisi garis aksi gaya (pusat
tekanan hidrostatis) dan untuk membandingkan letak yang ditentukan oleh
percobaan dengan posisi secara teoritis.
1.2 ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Alat tekanan hidrostatis
2. Satu set alat pemberat
3. Sebuah ciduk
4. Kaliper atau penggaris
1.3 TEORI
Di bawah ini adalah persentasi diagram dari alat yang menjelaskan dimensi.
Nomenklatur ini akan digunakan selama pembahasan teori ini. Meskipun teori
untuk pesawat yang terendam sebagian dan tenggelam seluruhnya sama, akan
lebih jelas untuk meninjau kedua kasus tersebut secara terpisah.
Keterangan :
L
:

jarak horinzontal antara titik tumpuan dan tempat penyeimbang


D : tinggi permukaan kuadran
B : lebar permukaan kuadran

H : jarak vertikal antara dasar permukaan kuadran dan lengan tumpuan


C : pusat berat kuadran
P : pusat tekanan pada permukaan kuadran
1.3.1 Permukaan Pesawat Terendam Sebagian
Di bawah ini adalah representasi diagram dari alat yang menjelaskan dimensi
fisik, sebagai tambahan seperti yang telah ditunjukkan sebelumnya. Nomenklatur
ini akan digunakan selama pembahasan teori ini.

Gambar 1.2 Percobaan Tekanan Hidrostatis Terendam Sebagian


Dengan :
d : kedalaman yang terendam
F : gaya hidrostatis yang bekerja pada kuadran
h : kedalaman pusat berat
C : pusat berat kuadran (benda yang tercelup air)
P : pusat tekanan hidrostatis
h

: jarak pusat tekanan hidrostatis P ke muka air

: jarak pusat tekanan hidrostatis P ke pivot (tumpuan)

1. Gaya pada Permukaan


Gaya hidrostatis F pada didefinisikan sebagai
F=

g Ah (Newton)

dengan luas A = Bd dan

h=

d
2

B d2
F=g
sehingga
2

(1.1)

2. Kedalaman Pusat Tekanan Percobaan


Momen, M, bisa didefinisikan sebagai
M =Fh

(Nm)

Momen penyeimbang dihasilkan oleh berat, W, yang dikenakan pada penggantung


pada ujung lengan penyeimbang, panjang lengan penyeimbang, L.
Untuk keseimbangan statis, dua momen adalah sama,yaitu:
F h = WL = mgL
Dengan mensubsitusi gaya hiidrostatis dari (1.1) kita mendapatkan
h = {mgL} over {F} = {2mL} over {B {d} ^ {2}} (meter)

(1.2)

3. Kedalaman Pusat Tekanan Teoritis


Hasil teoritis untuk kedalaman pusat tekanan, P, di bawah permukaan bebas
adalah
Lihat buku literatur :

y PT = y 0 +

I0
A y0

(1.3)

I0

=90

h
=h
+
PT
0
Untuk bidang tegak,
Ay0

(1.4)

I0
'
h
=h+
Ditulis dengan notasi di buku ini :
A.h

(1.5)

1
B.d
(
2)
h =h+

'

B.d .h

h' =h+

d2
12. h

(1.6)

Kedalaman pusat tekanan di bawah titik tumpuan adalah


h =h+H-d

(1.7)
h =h+ {{d} ^ {2}} over {12. h} +H-d

h=

dengan

d
2

, maka :

h =H- {d} over {3}

(1.8)

1.3.2 Permukaan Pesawat Vertikal Terendam Seluruhnya


Di bawah ini adalah representasi diagram dari alat yang menjelaskan dimensi
fisik, sebagai tambahan seperti yang telah ditunjukkan sebelumnya. Nomenklatur
ini akan digunakan selama pembahasan teori ini.
Gambar 1.3 Pecobaan Tekanan Hidrostatis Terendam Seluruhnya

Dengan :
d

: kedalaman yang terendam

: gaya hidrostatis yang bekerja pada kuadran

: kedalaman pusat berat

: jarak pusat tekanan, P

: jarak garis aksi gaya di bawah tumpuan. Garis gaya ini akan

melewati
pusat tekanan, P
1. Gaya hidrostatis
Gaya hidrostatis, F, dapat didefinisikan sebagai :
F=gAh=gBD (d

D
) (N)
2

(1.9)

2. Kedalaman pusat tekanan percobaan


Momen, M dapat didefinisikan sebagai berikut :
M =F h ' ' ( Nm)
Momen penyeimbang dihasilkan oleh berat, w, yang dikenakan pada
penggantungan dibagian lengan peyeimbang.
Untuk keseimbangan statis, dua momen adalah sama, yaitu :
F h' ' =WL=mgL
Dengan mensubstitusi gaya hidrostatis dari (1.9) kita mendapatkan :
mL

h' ' =

BD d

D
2

(m)

(1.10)

3. Kedalaman pusat tekanan teoritis


Hasil teoritis untuk kedalaman pusat tekanan, P, di bawah permukaan bebas
adalah lihat persamaan (1.3), (1.4), dan (1.5) :
dengan
h' =h+

h= d
Io
Ah

D
2

D (1 /12 ) . B . D
h = d +
2 B D ( dD /2 )
'

(1.11)

Kedalaman pusat tekanan di bawah titik tumpuan adalah


} = {h} ^ {'} +H-d
h

(m)

Substitusi sebelumnya menghasilkan


} = left (d- {D} over {2} right ) + {left (1/12 right ) B {D} ^ {3}} over {B D left (d-D/2 right )}
h

} = {{{D} ^ {2}} over {12} + {left (d- {D} over {2} right )} ^ {3}} over {d- {D} over {2}} +H-d
h
(1.12)

1.4 JALANNYA PERCOBAAN


1. Tempatkan tangki peralatan hidrostatis pada hidraulik bench, dan sesuaikan
kakinya sampai nivo menunjukan bahwa base horizontal. Tempatkan lengan
penyeimbang pada knife edges. Tempatkan penggantung berat pada celah di
akhir bagian lengan penyeimbang. Pastikan bahwa katup drain tertutup.
Pindahkan alat pengukur keseimbangan berat sampai lengan horizontal.
2. Tambahkan massa kecil (50g) pada penggantungan berat.
3. Tambahakan air sampai gaya hidrostatis pada permukaan akhir kuadran
menyebabkan lengan penyeimbang terangkat. Pastikan bahwa tidak ada air
terbuang pada bagian atas permukaan kuadran atau sisi sampingnya, diatas
ketinggian air.
4. Lanjutkan untuk menambahkan air sampai lengan penyeimbang horizontal,
tandai dengan menggarisi dasar lengan penyeimbang dengan penandaan garis
tengah bagian atas dan bawah saat seimbang (selama bisa digunakan, tapi
harus tetap dijaga konsistensinya selama percobaan).
5. Lanjutkan untuk menambahkan air sampai lengan penyeimbang horizontal,
tandai dengan menggarisi dasar lengan penyeimbang dengan penandaan garis
tengah bagian atas dan bawah pada saat setimbang (selama bisa digunakan,
tapi harus tetap dijaga konsistensinya selama percobaan). Anda bisa membuat

hal itu lebih mudah dengan mengisi tangki sedikit demi sedikit, dan
mendapatkan posisi keseimbangan dengan membuka drain untuk aliran yang
dikeluarkan.
6. Baca kedalaman yang timbul dari skala bacaan pada permukaaan kuadran,
hasil yang akurat bisa didapat dengan pembacaan melihat garis sedikit di
bawah permukaan, untuk menghindari pertambahan 10, 20, dan 50 gram,
tergantung dari jumlah sampel yang dibutuhkan.
7. Ulangi sampai ketinggian air mencapai puncak skala bagian atas pada
permukaan kuadran.
8. Catat berbagai faktor yang munkin mempengaruhi hasil percobaan.

1.5 PENGAMATAN
L = 0,275 m
D = 0,1 m
B = 0,075 m
H = 0,2 m
Tabel 1.1 Pengamatan Tekanan Hidrostatis

Kedala
man
(d)

Gaya
Hidrosta
tis (F)

Pusat
Tekanan
Percobaan
thd Pivot
(h'')

Pusat
Tekanan
Teoritis
thd
Muka
Air (h' =
h+
Io/Ah)
0.0513
3

Pusat
Tekanan
Teoritis
Thd
Pivot
(h'')

No

Massa
Beban

Mome
n
Puntir

0,14

0,3776

0,077

2,1811

0,1731

0,15

0,4046

0,081

2,4136

0,1676

0.0578
8

0.1698

0,16

0,4316

0,084

2,5957

0,1662

0.0560
0

0.1720
0

0,33

0,8902

0,12

5,1502

0,1728

0.0819
1

0.1619
1

0,34

0,9172

0,13

5,886

0,155

0.0904
2

0.1604
2

0,35

0,9442

0,132

6,0331

0,1565

0.0921

0.1601

0.1743
3

1.6 PERHITUNGAN
Permukaan pesawat (benda) vertikal terendam sebagian :
F=g

Bd2
2

Pusat Tekanan Percobaan :

Pusat Tekanan Teoritis :

} = {mgL} over {F}


h

} =H- {d} over {3}

Permukaan Pesawat (benda) vertikal terendam seluruhnya :


D
2
)
F=gAh=gBD
d

Pusat Tekanan Percobaan

} = {mL} over {BD left (d- {D} over {2} right )}


h

Pusat Tekanan Teoritis :


} = {{{D} ^ {2}} over {12} + left (d- {D} over {2} right )} over {d- {D} over {2}}

1.6.1

Benda Mengapung

m=0,14 kg
B=0,75 m

L=0,275 m
D=0,1 m

1. Moment Puntir terhadap Pivot


M =m g L
M =0,14 . 9,81 . 0,275

M =0,377 Nm

2. Gaya Hidrostatis
F=g h A
F= g

d
Bd
2

F=g

Bd2
2
2

F=1000 .9,81 .

0,075 .( 0,088)
2

F=2,181 N
3. Pusat Tekanan terhadap Pivot
h percobaan= {mgL} over {F}
h percobaan = {0,14 . 9,81 . 0,275} over {2,181}
h percobaan = 2,191 m

4. Pusat Tekanan Teoritis terhadap Muka Air


I
h' =h+ o
A.h
1
B d3
d 12
'
h= +
2
d
Bd ( )
2
d d
h' = +
2 6
h=

3 d +d
6

h' =

4 .(0,077)
6

'

h' =0,0512 m
5. Pusat Tekanan Teoritis terhadap Pivot
h teoritis=H-d+h'
h teoritis =0,2-0,077+0,0513
h teoritis =0,0513 m

10

1.6.2

Benda Tercelup
m=0,15 kg

B=0,075 m
L=0,275 m

D=0,1 m

1. Moment Puntir terhadap Pivot


M =m g L
M =0,35 . 9,81. 0,275
M =0,944 Nm

2. Gaya Hidrostatis
F=g h A

F= g d

D
BD
2

F=1000 .9,81 . 0,132

0,1
. 0,075 . 0,1
2

F=9810 . 0,082. 0,0075

F=6,033 N
3. Pusat Tekanan Percobaan terhadap Pivot
h percobaan= {mgL} over {F}

h percobaan = {0,35 . 9,81 . 0,275} over {6,033}


h percobaan = 0,156 N

4. Pusat Tekanan Teoritis terhadap Muka Air


I
h' =h+ o
A.h
1
3
BD
D
12
d +
2
D
BD d
2

11

0,132

0,1
+
2

1
3
. 0,075 . 0,1
12

0,075 . 0,1. 0,132

0,082+

0,00000625
0,075. 0,1 . 0,082

0,082+

0,00000625
0,000615

0,1
2

0,082+0,0101
'

h =0,0921 m

5. Pusat Tekanan Teoritis terhadap Pivot


h teoritis=H-d+h'
h teor =0,2-0,132+0,0921
h teor =0,1601 m

1.7 PEMBAHASAN
Dari data yang telah dihitung dengan metode percobaan dan metode teoritis.
Ditemukan percobaan yang memiliki besar tekanan teoritis dengan besar tekanan
hampir sama. Dan ada pula yang memiliki besar tekanan teoritis dengan besar
tekanan percobaan berbeda jauh. Seperti tabel berikut.

Tabel 1.2 Tabel Selisih Pusat Tekanan Percobaan dan Teoritis


No
1
2
3
4
5

Pusat Tekanan Percobaan

Pusat Tekanan Teoritis

terhadap Pivot (h)

terhadap Pivot (h)

0,1731
0,1676
0,1662
0,1728
0,1558

0.0513
0.0578
0.0560
0.0800
0.0904

Selisih
0,0011
0,0092
0,0057
-0,0128
0,0045

12

0,1565

0.0921

0,0036

Dari tabel diatas terdapat selisih antara Pusat Tekanan terhadap Pivot. Hal ini
karena pembacaan kedalaman air dan kurang tepatnya pengamatan tentang
kondisi setimbang antara air dan beban. Dihitung secara percobaan dan teori dapat
di simpulkan bahwa dengan kedalaman yang bervariasi, dapat mempengaruhi
gaya tekan hidrostatis. Semakin tinggi permukaan air semakin besar beban yang
di berikan, di pengaruhi juga besar luas bidang. Nilai momen puntir pada tiap
percobaan mempunyai nilai yang berbeda, baik secara teori maupun eksperimen.
}
Hal ini terjadi karena terdapatnya hasil yang berbeda pula pada ( h ) jarak

muka air sampai dengan pusat gaya hidrostatis (F). Semakin dalam Hydostatic
pressure yang masuk ke dalam air, maka air semakin tinggi oleh karena itu beban
penyeimbang semakin banyak.
1.8 KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan, perhitungan, dan juga pembahasan yang telah
dilakukan didapatkan selisih pusat tekanan percobaan dan teoritis sebesar -0,0128
m sampai 0,0092 m. Praktikum yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang

ada.

BAB 2
TINGGI METACENTRUM
(KESEIMBANGAN BENDA APUNG)
2.1 TUJUAN
Tujuan percobaan ini adalah mengamati kestabilan benda yang mengapung
dan menentukan tinggi metasentrum.

2.2 PERALATAN YANG DIGUNAKAN

13

1. Meja Hidrolik (f1-10)


2. Alat percobaan tinggi metacentrum (f1-14)
(Metacentric height apparatus)
3. Pisau
4. Dawai
5. Beban
6. Timbangan
7. Penggaris
8. Bak Air
2.3 TEORI
Suatu benda terapung dalam keseimbangan stabil apabila pusat beratnya
berada di bawah pusat apung. Namun benda terapung dapat pula dalam
keseimbangan stabil meskipun pusat beratnya berada di atas pusat apung.

Gambar 2.1 Kestabilan Benda Terapung

14

Gambar 2.1 menunjukkan tampak lintang suatu benda yang terapung diatas
permukaan air. Pusat apung B adalah sama dengan pusat berat bagian benda yang
berada di bawah permukaan zat cair, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.1
(a). Pusat apung B tersebut berada vertical di bawah pusat berat G. Bidang AE
adalah perpotongan permukaan zat cair dan benda. Perpotongan antara sumbu
yang melewati titik B dan G dengan bidang permukaan zat cair dan dasar benda
adalah titik P dan O (Gambar 2.1(a)).
Apabila benda digoyang (posisi miring) terhadap sumbu melalui P dari
kedudukan seinbang, titik B akan berpindah pada posisi baru B, seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 2.1 (b). Sudut kemiringan benda terhadap bidang
permukaan zat cair adalah . Perpindahan pusat apung B ke B terjadi karena
volume zat cair yang dipindahkan mempunyai bentuk yang berbeda pada waktu
posisi benda miring. Dalam Gambar 2.1 (b), titik metacentrum M adalah titik
potong antara garis vertikal melalui B dan perpanjangan garis BG. Titik ini
digunakan sebagai dasar di dalam menentukan stabilitas benda terapung. Apabla
titik M berada di atas G, gaya apung FB dan gayaberat W, akan menimbulkan
momen yang berusaha mengembalikan benda pada kedudukan semula, maka
kondisi itu disebut stabil. Sebaliknya apabila titik M berada di bawah G, momen
yang ditimbulkan FB dan W akan menggulingkan benda sehingga benda tersebut
dalam keadaan labil. Sedang jika M berimpit dengan G maka benda dalam
keseimbangan netral. Dengan demikian jarak MG dapat digunakan untuk
mengetahui kondisi stabilitas. Apabila MG Positif (M di atas G) maka benda akan
stabil. Semakin besar nilai MG, semakin besar pula nilai kestabilan benda
terapung. Sebaliknya jika MG negatif (M dibawah G) maka benda adalah tidak
stabil (atau disebut labil). Jarak MG disebut dengan tinggi metasentrum.
Pada Gambar 2.1 (b), setelah benda digoyang, di sebelah kanan sumbu
simetris terjadi penambahan gaya apung sebesar dFB dan di sebelah kiri terjadi
pengurangan sebesar dFB. Pada keadaan tersebut berlaku bahwa besar momen
terhadap B sesudah benda digoyang adalah sama dengan besar momen terhadap B
sebelum digoyang ditambah momen kopel akibat perubahan bentuk benda yang
terendam dalam zat cair. Apabila di tinjau suatu elemen dengan luas tampang dA
dan terletak pada jarak dari sumbu simetris, maka :

15

Momen di B sesudah digoyang = Momen di B sebelum digoyang + Momen kopel


V zc . zc

V zc

.BM sin = 0 +

.BM 2

zc

.x .tan . dA. 2 . x . cos

(2.1)

(12 ) A

x 2 . dA

2.(1/2).I
0
BM =

I0
V zc

(2.2)

Momen inersia penampang benda yang diiris permukaan zat cair diambil
yang minimum. Tinggi Metacentrum dinyatakan dengan (MG).
MG = MB BG
MG =

I 0 min
V zc

BG

(2.3)

Keterangan : + jika G di bawah B


- jika G di atas B
Selanjutnya dasar teori pada percobaan tinggi metasentrum dengan
menggunakan alat Metacentric height apparatus, adalah sebagai berikut :Untuk
keseimbangan statis benda apung, total berat W (yang bekerja melalui titik berat
G) harus sepadan dengan gaya apung. Untuk keseimbangan stabil, M harus
terletak di atas G.

16

Gambar 2.2 Ponton sampai kondisi mengapung


Ketika beban bergerak dipindah kesatu sisi, titik berat, G, bergeser ke suatu
posisi baru, G , dan pusat daya apung, B, juga bergeser kesuatu posisi baru, B.
Sejak titik pusat gaya berat digeser, yang disebabkan oleh bergeraknya beban P
melalui suatu jarak x, dapat ditulis:
Px = W(GG)

(2.4)

dari gambar 2 diatas, dapat dilihat bahwa:


GG = MGtan

(2.5)

Karenanya
MG =

Px
W cot

(2.6)

Catatan bahwa persamaan ini tidak bias digunakan ketika = 0


2.4 JALANNYA PERCOBAAN
1. Timbang beban bergerak (=P, Newton), yang digunakan sepanjang lebar
ponton.Pasangkan Benda apung (ponton), tiang vertikal dan massa keduaduanya dan menentukan total berat/beban (W).
2. Pada saat mulai eksperimen, posisikan beban bergerak vertikal ditengah tiang
vertikal untuk menempatkan titik berat (G) sampai nantinya pada puncak tiang
benda apung. Posisi G dapat ditentukan dengan:

17

a) Pengunaan mata pisau ikatkan dawai dengan erat di sekitar tiang kapal dan
secara hati-hati biarkan keseluruhan perakitan untuk seperti itu. Sesuaikan
posisi menunjukkan sampai arah tiang kapal menjadi horizontal
3. Ukur jarak G dari dasar pontoon dan catat jarak ini, Y.
4. Isi tangki volumeter meja hidrolik dengan air, kemudian pindahkan pengisian
ke tabung cadangan dari tangki (untuk mencegah tumpahan ke tangki yang
utama).
5. Apungkan ponton di dalam tangki dan ukur kedalaman yang terbenam, untuk
dibandingkan dengan nilai yang dihitung (secara teori).
6. Pindahkan beban bergerak ke posisi tengah benda apung. Kemudian lakukan
penyesuaian kemiringan tiang vertical yang terpasang (dengan mengendurkan
sekrup pengaman) untuk member nilai = 0
7. Pindahkan beban bergerak horizontal kesebelah kanan kenaikan setiap jarak
10 mm dan catat jarak dan besar sudut yang terjadi (0) terhadap tali bandul
untuk masing-masing posisi.
8. Ulangi prosedur melintasi massa di sebelah kiri pusat.
9. Ubah posisi titik berat benda apung dengan menaikkan benda bergerak yang
berada di tiang vertikal. Posisi yang disarankan adalah pada tinggi maksimum
dan kemudian ditempatkan di tengah digunakan pada percobaan pertama.
Untuk masing-masing posisi yang baru G, Ulangi kembali percobaan diatas
untuk menguji dan menentukan tinggi metasentrum

MG. Karenanya,

penempatan posisi metasentrum M (= Y + MG) dari dasar ponton, gunkan


hasil dari tiga percobaan tersebut di atas.
Catatan:
Persamaan untuk perhitungan MG tidak bisa diterapkan ketika = 0, maka
harus ditentukan dengan grafik sebagai diuraikan dibawah.
10. Rencakan sebuah grafik tentang tinggi metasentrum MG terhadap sudut
kemiringan . Dari grafik ini, dapat ditentukan kemungkinan posisi MG ketika
= 0. (Dan hasil MG ketika = 0 inilah yang disebut MG percobaan).

2.5 PENGAMATAN

18

2.6 PERHITUNGAN
Diketahui:
Panjang ponton ( l
Lebar ponton (B)

= 0,35 m
= 0,2 m

19

Tinggi ponton ( d )

= 0,075 m

Beban bergerak vertikal

= 0.235 kg

Beban bergerak horizontal

= 0,353 kg

Berat total

= 1,549 kg

Kedalaman terbenam (di)

= 0,025 m

2.6.1 Tinggi Metacentrum Teoritis


1. Tinggi Metacentrum MG Teoritis
a. Percobaan 1 dengan kondisi penggerak vertikal (V) = 0 dan titik berat (Y)
= 0,059 m
I0
MG1 V zatcair (BG)

MG1

1
.(0,2)3 .0,35
12
0,025

(0, 059
)=0,0866 m
0,2.0,35 .0,025
2

b. Percobaan 2 dengan kondisi penggerak vertikal (V) = 0,05 m dan titik


berat (Y) = 0,07 m
I0

(BG)

MG2

MG2

1
.(0,2)3 .0,35
12
0,025

(0, 07
)=0 ,0756 m
0,2.0,35 .0,025
2

V zatcair

c. Percobaan 3 dengan kondisi penggerak vertikal (V) = 0,13 m dan titik


berat (Y) = 0,085 m
I0

(BG)

MG3

MG3

1
3
.(0,2) .0,35
12
0,025

(0,0 85
)=0,0606 m
0,2.0,35 .0,025
2

V zatcair

2. Tinggi Metacentrum MG Percobaan


a. Percobaan 1 dengan beban vertikal pada ketinggian 0 m
1) Kondisi Xh = 0,02 m, = 3

20

MG1

Ph x X h
cot
W

0,353 x 0,02
. cot 3
1,549

0,0 869 m
b. Percobaan 2 dengan beban vertikal pada ketinggian 0,1m
1) Kondisi Xh = 0,04 m, = 5
MG2

Ph x X h
cot
W

0,353 x 0,03
. cot 5
1,549

0, 0781m

c. Percobaan ke 3 dengan beban vertikal pada ketinggian 0,2 m


1) Kondisi Xh = 0,06 m, = 7
MG3=

Ph x Xh
cot
W
0,353 x 0,04
. cot 7
1,549
0, 0742m

3. Tinggi Metasenstrum untuk Kondisi = 0 dengan Grafik

21

a.

0.1
0.1
0.09

Axis Title

0.09
Linear ()

0.08
0.08
0.07
0

Axis Title

Percobaan 1 dengan beban vertikal pada ketinggian 0 m


Gambar 2.1 Grafik MG Percobaan pada sudut 0 di Ketinggian 0 m

22

b.

0.09
0.09
0.09
0.08
0.08
Axis Title 0.08
Linear ()

0.08
0.08
0.07
0.07
0

Axis Title

Percobaan 2 dengan beban vertikal pada ketinggian 0,1 m


Gambar 2.2 Grafik MG Percobaan pada sudut 0 di Ketinggian 0,1 m

23

c.

0.09
0.08
0.07
0.06
0.05
Axis Title 0.04

Linear ()

0.03
0.02
0.01
0
0

Axis Title

Percobaan 3 dengan beban vertikal pada ketinggian 0,2 m


Gambar 2.3 Grafik MG Percobaan pada sudut 0 di Ketinggian 0,2 m
2.7 PEMBAHASAN
Dari data yang telah dihitung dengan metode percobaan dan metode teoritis.
Ditemukan percobaan yang memiliki tinggi MG teoritis dengan MG percobaan
hampir sama. Dan ada pula yang memiliki besar tekanan teoritis dengan besar
tekanan percobaan berbeda jauh. Seperti tabel berikut.
Tabel 2.2 Selisih MG Teoritis dan MG Percobaan
Percobaan

Jarak Beban x
Vertikal (m)

Tinggi

Tinggi

Metasentrum MG

Metasentrum

Teoritis (m)

MG

Selisih
(m)

24

Percobaan(m)

1
2
3

0
0,1
0,2

0,08683
0,07583
0,06083

0,0941
0,0883
0,0627

0,00727
0,01247
0,00187

1. Dari hasil pengamatan efek dari perubahan posisi G pada tinggi metasentrum
akan mengakibatkan kestabilan benda pada zat cair. Selain itu menunjukkan
bahwa sudut kemiringan mempengaruhi besarnya tinggi metasentrum.
Semakin besar sudut kemiringan yang digunakan semakin besar tinggi
metasentrum yang didapat.
2. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa tinggi metasentrum yang diperoleh
semua bernilai positif. Ini menunjukkan bahwa benda terapung itu mengalami
keseimbangan stabil. Apabila tinggi metasentrum yang diperoleh kurang dari
0, maka benda terapung mengalami keseimbangan labil.
3. Dari hasil pengamatan bahwa tinggi metasentrum sangat berkaitan dengan
kestabilan benda keseimbangan labil akan terjadi jika apabila titik G berada
diatas titik metasentrum sedangkan keseimbangan stabil akan terjadi jika
apabila titik metasentrum berada diatas titik G.

2.8 KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan, perhitungan, dan uraian pembahasan ada selisih antara
tinggi metasentrum teoritis dengan tinggi metasentrum percobaan yang tidak
terlalu besar. Selisih tinggi metasentrum percobaan dengan tinggi metasentrum
teoritis tertinggi terjadi di percobaan kedua sebesar 0,01247 m dengan jarak
beban vertikal 0,1 m. Sedangkan selisih terendah, tinggi metasentrum percobaan
dengan tinggi metasentrum terjadi di percobaan ketiga sebesar 0,00187 m
dengan jarak beban vertikal 0,2 m. Faktor yang mempengaruhi selisih tinggi
metasentrum percobaan dengan tinggi metasentrum teoritis adalah kesalahan

25

dalam pembacaan kedalaman air, kesalahan dalam pembacaan sudut, dan


kesalahan dalam penentuan titik berat.

BAB 3
KESEIMBANGAN POTON

3.1 TUJUAN
Tujuan percobaan ini adalah menentukan tinggi metasentrum dan
membandingkan tinggi metasentrum dan percobaaan
3.2 PERALATAN YANG DIGUNAKAN
1. Model benda terapung dengan berbagai bentuk :
Ponton kubus dan balok
2. Beban
3. Bak air
3.3 TEORI
Momen inersia penampang benda yang diiris permukaan zat cair diambil
yang minimum. Tinggi metasentrum dinyatakan dengan (MG).
MG=MB BG

26

MG=

Io
BG
V zc

Keterangan : + jika G dibawah B


- Jika G diatas B
Suatu benda terapung dalam keseimbangan stabil apabila pusat beratnya
berada di bawah pusat apung. Namun benda terapung dapat pula dalam
keseimbangan stabil meskipun pusat beratnya berada di atas pusat apung.

Gambar 3.1 Kestabilan Benda Terapung


Gambar 3.1 menunjukkan tampak lintang suatu benda yang terapung diatas
permukaan air. Pusat apung B adalah sama dengan pusat berat bagian benda yang
berada di bawah permukaan zat cair, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.1
(a). Pusat apung B tersebut berada vertical di bawah pusat berat G. Bidang AE
adalah perpotongan permukaan zat cair dan benda. Perpotongan antara sumbu
yang melewati titik B dan G dengan bidang permukaan zat cair dan dasar benda
adalah titik P dan O (Gambar 3.1(a)).

27

Apabila benda digoyang (posisi miring) terhadap sumbu melalui P dari


kedudukan seinbang, titik B akan berpindah pada posisi baru B, seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 3.1 (b). Sudut kemiringan benda terhadap bidang
permukaan zat cair adalah . Perpindahan pusat apung B ke B terjadi karena
volume zat cair yang dipindahkan mempunyai bentuk yang berbeda pada waktu
posisi benda miring. Dalam Gambar 3.1 (b), titik metacentrum M adalah titik
potong antara garis vertikal melalui B dan perpanjangan garis BG. Titik ini
digunakan sebagai dasar di dalam menentukan stabilitas benda terapung. Apabila
titik M berada di atas G, gaya apung FB dan gayaberat W, akan menimbulkan
momen yang berusaha mengembalikan benda pada kedudukan semula, maka
kondisi itu disebut stabil. Sebaliknya apabila titik M berada di bawah G, momen
yang ditimbulkan FB dan W akan menggulingkan benda sehingga benda tersebut
dalam keadaan labil. Sedang jika M berimpit dengan G maka benda dalam
keseimbangan netral. Dengan demikian jarak MG dapat digunakan untuk
mengetahui kondisi stabilitas. Apabila MG Positif (M di atas G) maka benda akan
stabil. Semakin besar nilai MG, semakin besar pula nilai kestabilan benda
terapung. Sebaliknya jika MG negatif (M dibawah G) maka benda adalah tidak
stabil (atau disebut labil). Jarak MG disebut dengan tinggi metasentrum.
Pada Gambar 3.1 (b), setelah benda digoyang, di sebelah kanan sumbu
simetris terjadi penambahan gaya apung sebesar dFB dan di sebelah kiri terjadi
pengurangan sebesar dFB. Pada keadaan tersebut berlaku bahwa besar momen
terhadap B sesudah benda digoyang adalah sama dengan besar momen terhadap B
sebelum digoyang ditambah momen kopel akibat perubahan bentuk benda yang
terendam dalam zat cair. Apabila di tinjau suatu elemen dengan luas tampang dA
dan terletak pada jarak dari sumbu simetris, maka :
Momen di B sesudah digoyang = Momen di B sebelum digoyang + Momen kopel
V zc . zc

V zc

.BM sin = 0 +

.BM 2

zc

(12 ) A

x 2 . dA

.x .tan . dA. 2 . x . cos

(3.1)

28

2.(1/2).I0
BM =

I0
V zc

(3.2)

Momen inersia penampang benda yang diiris permukaan zat cair diambil
yang minimum. Tinggi Metacentrum dinyatakan dengan (MG).
MG = MB BG
MG =

I 0 min
V zc

BG

(3.3)

Keterangan : + jika G di bawah B


- jika G di atas B
Selanjutnya dasar teori pada percobaan tinggi metasentrum dengan
menggunakan alat Metacentric height apparatus, adalah sebagai berikut :Untuk
keseimbangan statis benda apung, total berat W (yang bekerja melalui titik berat
G) harus sepadan dengan gaya apung. Untuk keseimbangan stabil, M harus
terletak di atas G.

Gambar 3.2 Ponton sampai kondisi mengapung


Ketika beban bergerak dipindah kesatu sisi, titik berat, G, bergeser ke suatu
posisi baru, G , dan pusat daya apung, B, juga bergeser kesuatu posisi baru, B.

29

Sejak titik pusat gaya berat digeser, yang disebabkan oleh bergeraknya beban P
melalui suatu jarak x, dapat ditulis:
Px = W(GG)

(3.4)

dari gambar 2 diatas, dapat dilihat bahwa:


GG = MGtan

(3.5)

Karenanya
MG =

Px
W cot

(3.6)

Catatan bahwa persamaan ini tidak bisa digunakan ketika = 0


3.4 JALANNYA PERCOBAAN
1. Mengukur dimensi dari model ponton dan beban kemudian ditimbang.
2. Menentukan titik berat model ponton tanpa beban, dan juga titik berat model
ponton dengan beban.
3. Model (ponton kubus atau balok) tanpa beban diapungkan ke dalam air. Dan
diamati kedalaman yang tercelup dalam air.
4. Model (ponton kubus atau balok) diberi beban, diapungkan ke dalam air. Dan
diamati kedalaman yang tercelup dalam air.
3.5 PENGAMATAN
Catat : Berat ponton balok, berat beban, dan kedalaman benda tercelup
Sket : Beban (3 dimensi) dan ponton balik sebelum dan sesudah dibebani
3.5.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran
Berat Ponton Kubus = 1,1166 Kg
Berat Beban = 0,1925 Kg
Berat Total = 1,3091 Kg
Tabel 3.1 Tinggi Benda Tercelup Sesudah dan Sebelum Dibebani Percobaan
Percobaan
Sebelum dibebani
Sesudah dibebani

Tinggi benda tercelup (di)


0,045 m
0,055 m

3.5.2 Sket Beban dan Ponton


1. Beban (3 dimensi)
a. Beban Kecil : p = 0,098 m ; l = 0,03 m ; t = 0,018 m
b. Beban Besar : p = 0,098 m ; l = 0,06 m ; t = 0,04 m
2. Ponton Balok

30

Ukuran :
B=0,08 m
H=0,08 m
t=0,105 m

1
Y= t
2
1
Y = 0,11
2
Y =0,055 m
P=0,205 m

L=0,255 m

Sebelum dibebani :

Tampak Atas

Tampak Depan

Sesudah dibebani : .

Tampak Atas
3.6 PERHITUNGAN
B=0,08 m
H=0,08 m
d=0,105 m

1
Y= t
2
1
Y = 0,11
2

Tampak Depan

31

Y =0,055 m

d i=0,045 m
x=0,0625 m
y=0,0875 m

3.6.1

Perhitungan Ponton Kubus


Momen Inersia
1
I x=
B H 3 +B H y 2 .4
12

I ox=

( 121 . 0,08. 0,08 +0,08 . 0,08 . 0,0875 ) .4


3

I ox= ( 0,000003413+ 0,000049 ) .4


I ox=0,000209652m

( 121 B H + B H x ).4
3

I y=

I ox=

( 121 . 0,08. 0,08 +0,08 . 0,08 . 0,0625 ) .4


3

I ox= ( 0,000003413+ 0,000025 ) .4


I ox=0,000113652 m
1. Tinggi Metacentrum Sebelum Dibebani
a. Percobaan
1) BG =OGOB
Y

di
2

1
0,045
t
2
2
0,0550,0225

0,0325 m
2)

BM =

I min
Vzc

V zc =( B H d i) .4

32

V zc =( 0,08 .0,08 .0,045 ) .4


I ox=0,001152 m3
BM =

I min
V zc

0,000113652
0,001152
0,0986 m

3)

MG=BM BG
0,09860,0325

0,0661 m
MG > 0 keadaan stabil

b. Teoritis
1) Nilai d
FG=FB
m g= g h A
m= V
m=air ( B H d th ) . 4
d TH =

m
( B H ) .4

d th =

1,116
(1000 . 0,08 . 0,08 ) .4

d th =

1,116
25,6

d th =0,0436 m
2)

BG =OGOB

33

1
Y d TH
2
1 1
t .0,0436
2 2
1
0,055 .0,0436
2
0,0550,0218

0,0332 m
Iy
Vzc

3)

BM =

BM =

0,000113652
( 0,08 .0,08 .0,0436 ) .4

0,000177492
0,00111616

0,10182 m
4)

MG=BM BG

0,101820,0332
0,0686 m

MG > 0 keadaan stabil

2. Tinggi Metacentrum Sesudah Dibebani


P1=0,098 m
l 1=0,03 m
t 1 =0,018 m

34

d i=0,055 m
P2=0,098 m
l 2=0,06 m
t 2 =0,04 m
W tot =0,1925kg
a. Mencari niai masing masing V dan W Beban
V 1=P1 l 1 t 1
0,098 . 0,03. 0,018

0,00005293 m3
V 2=P2 l 2 t 2
V 1=0,098 . 0,06 . 0,04
V 1=0,0002352 m

V total=V 1 +V 2
V total=0,00005293+0,00028813
V total=0,00028813 m 3
W tot W 1
=
V tot V 1
W1
0,1925
=
0,00028813 0,00005293
W 1=

0,1925 . 0,00005293
0,00028813

W 1=0,0353 kg
W 2=0,19250,0353
W 1=0,1572 kg

b. Percobaan
OG gabungan
1)

35

1
1
W ponton ( OG ponton) + W 2 H ponton+ t 2 + W 1 H ponton+ t 2 + t 1
2
2

W total (W ponton +W beban )

) (

1
1
0,1925 ( 0,055 ) + 0,1572 0,08+ 0,04 +0,0353 0,08+0,04+ 0,018
2
2

1,3091

0,044094 m

2)

BG =OGgabOB

0,044094

0,055
2

0,0440940,0275
0,016594 m

3)

V zc =( B H d i) .4
( 0,08 .0,08 . 0,005 ) .4
3

0,00128 m
BM =

I o min
v ZC

BM =

0,000113652
0,00128

BM =0,08879m

4)

MG=BM BG
MG=0,08879+ 0,016594

MG=0,105384 m
c. Teoritis
F B + FG =F B air
1)
mB g+mG g= g v
mB +mG =( B H d TH )

36

d TH =

mB +mG
( B H ) .4

1,1166+0,1925
( 1000 . 0,08 . 0,08 ) .4

1,3091
25,6

0,0511 m
2)

BG =OG gabunganOB
1
BG =Y d TH
2
1
0,044094 .0,0511
2
0,0440940,02555

0,018544 m
3)

BM =

Io
V zc

V zc =( B H d TH ) 4
{ ( 0,08 ) ( 0,08 ) ( 0,0511 ) 4 }

0,00130816 m

BM =

I o min
V zc

0,000113652
0,00130816

0,13568065 m
4)

MG=BM BG

MG=BM + BG
MG=0,13568065+ 0,018544

MG=0,15422465m

37

3.7 PEMBAHASAN
Tabel 3.1 Tabel selisih Metsentrum Teori dan Percobaan
Percobaan

Sebelum Dibebani
Sesudah Dibebani

Tinggi
Metasentrum Teori
(m)
0,1209
0,15422465

Tinggi
Metasentrum
Percobaan
(m)
0,1216
0,105384

Selisih
(m)
0,0007
0,0488406

1. Dari data yang telah dihitung dengan metode percobaan dan metode teoritis.
Ditemukan pada percobaan tinggi metasentrum MG percobaan dengan MG
teoritis hampir sama yaitu pada percobaan sebelum dibebani. Sedangkan pada
percobaan yang dibebani memiliki tinggi metasentrum MG percobaan dengan
MG teoritis memeliki nilai MG yang jauh beda.
2. Keseimbangan labil akan terjadi jika apabila titik G berada diatas titik
metasentrum.
3. Dari hasil pengamatan bahwa tinggi metasentrum sangat berkaitan dengan
kestabilan benda keseimbangan labil akan terjadi jika apabila titik G berada
diatas titik metasentrum sedangkan keseimbangan stabil akan terjadi jika
apabila titik metasentrum berada diatas titik G.

3.8 KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan, perhitungan, dan uraian pembahasan ditemukan pada
percobaan sebelum dibebani tinggi metasentrum MG percobaan dengan MG

38

teoritis hampir sama dan pada percobaan setelah dibebani tinggi metasentrum MG
percobaan dengan MG teoritis berbeda jauh. Hal ini dikarenakan kesalahan dalam
pembacaan kedalaman air, kesalahan dalam penimbangan berat ponton, kesalahan
penimbangan berat beban, dan kesalahan dalam penentuan titik berat.

Anda mungkin juga menyukai