Anda di halaman 1dari 8

A.

Audit Keuangan Internal

Perusahaan mempekerjakan auditor internal untuk melakukan audit


keuangan maupun operasional. Selama dua dekade terakhir, peranan auditor
internal meluas secara dramatis, terutama karena peningkatan ukuran dan
kompleksitas perusahaan. Oleh karena auditor internal menghabiskan waktu
mereka dalam satu perusahaan, maka mereka tahu lebih banyak mengenai
operasional perusahaan dan pengendalian internal dibandingkan auditor eksternal.
Pengetahuan ini sangat penting bagi tata kelola perusahaan yang efektif.
Rerangka praktik Lembaga Auditor Internal profesional memberikan definisi
audit internal sebagai berikut: audit internal adalah suatu aktivitas assurance dan
konsultasi yang independen dan objektif yang didesain untuk menambah nilai dan
meningkatkan operasional perusahaan. Audit internal membantu perusahaan
mencapai tujuannya dengan pendekatan yang sistematis dan ketat agar dapat
melakukan evaluasi dan peningkatan efektivitas terhadap manajemen risiko,
pengendalian, dan proses tata kelola.
Definisi ini mencerminkan adanya perubahan peran auditor internal. Mereka
diharapkan dapat menambah nilai suatu organisasi melalui peningkatan efektivitas
operasional sekaligus menjalankan tanggung jawab yang biasanya dilakukan,
misalnya:
1. Menelaah reliabilitas dan integritas informasi
2. Memastikan kepatuhan atas kebijakan dan regulasi
3. Menjaga aset
Tujuan auditor internal yang lebih luas dari auditor eksternal tersebut
memberikan fleksibilitas bagi auditor internal untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan mereka. Pada satu perusahaan, seorang auditor internal dapat berfokus
hanya pada pendokumentasian dan pengujian pengendalian untuk persyaratan.
Pada perusahaan lain, auditor internal dapat memiliki fungsi utama sebagai
konsultan, hanya berfokus pada rekomendasi yang meningkatkan kinerja organisasi.
Auditor internal tidak hanya berfokus pada area yang berbeda, tetapi tingkat audit
internal pun dapat bervariasi dari satu perusahaan dengan perusahaan yang lain.
Laporan audit internal tidak distandardisasi karena kebutuhan pelaporan dapat
bervariasi di setiap perusahaan dan laporan tidak bergantung pada pengguna
eksternal.
Hubungan Antara Auditor Internal dan Eksternal
Tanggung jawab dan pelaksanaan audit oleh auditor internal dan eksternal
sangat berbeda dalam satu hal. Auditor internal bertanggung jawab kepada
manajemen dan dewan direksi, sementara auditor eksternal bertanggung jawab
kepada pengguna laporan keuangan yang mengandalkan kredibilitas laporan
keuangan pada auditor. Namun auditor internal dan eksternal memiliki banyak
kesamaan, seperti:

Keduanya harus kompeten sebagai auditor dan tetap objektif dalam


menjalankan pekerjaan dan melaporkan hasilnya

Keduanya menjalankan metodologi yang sama dalam menjalankan audit,


termasuk merencanakan dan menjalankan pengujian pengendalian dan
pengujian substantif
Keduanya mempertimbangkan risiko dan materialitas dalam memutuskan
perluasan pengujian dan mengevaluasi hasilnya. Keputusan mereka atas
materialitas dan risiko mungkin berbeda karena pengguna eksternal dapat
memiliki perbedaan kebutuhan dengan manajemen atau dewan direksi

Auditor eksternal biasanya menganggap auditor internal bekerja efektif bila:

Independen dari unit operasi yang dievaluasinya


Kompeten dan telah mendapatkan pelatihan memadai
Melakukan pengujian audit secara relevan atas pengendalian internal dan
laporam keuangan

B.

Audit Operasional

Di luar kegiatan audit keuangan, auditor internal, auditor pemerintah, dan


akuntan publik juga melakukan audit operasional, yang berhubungan dengan
efisiensi dan efektivitas organisasi. Beberapa auditor lain menggunakan istilah audit
manajemen atau audit kinerja, bukan audit operasional, sementara juga ada yang
tidak memisahkan antara istilah audit kinerja, audit manajemen, dan audit
operasional serta menggunakan istilah tersebut bergantian
Istilah audit operasional digunakan selama tujuan pengujian yang dilakukan
adalah untuk menentukan efektivitas dan efisiensi dari unit-unit organisasi.
Pengujian efektivitas pengendalian internal oleh auditor internal dapat dianggap
sebagai bagian dari audit operasional, jika tujuannya adalah untuk membantu
perusahaan mengoperasikan bisnis secara lebih efektif atau efisien. Audit
operasional bisa saja bertujuan untuk menentukan apakah suatu perusahaan
memiliki personel yang memadai dalam lini perakitan, jika tujuannya untuk
menentukan efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam memproduksi produknya.
Perbedaan Antara Audit Operasional dan Audit Keuangan
Terdapat tiga perbedaan utama antara audit operasional dan audit keuangan, yaitu:
1.

Tujuan Audit

Audit keuangan menekankan pada ketepatan pencatatan informasi historis,


sedangkan audit operasional menekankan pada efektivitas dan efisiensi. Audit
keuangan berorientasi pada masa lampau, sementara audit operasional berfokus
pada peningkatan kinerja masa depan. Seorang auditor operasional, misalnya,
dapat mengevaluasi apakah jenis baru bahan baku dibeli pada harga terendah
untuk menghemat uang dalam pembelian bahan baku berikutnya.
2.

Distribusi Laporan

Laporan audit keuangan biasanya didistribusikan kepada pengguna laporan


keuangan eksternal, misalnya pemegang saham dan pihak bank, sedangkan
laporan audit operasional ditujukan terutama kepada manajemen. Distribusi laporan

audit eksternal yang luas memerlukan struktur dan penyusunan kata-kata yang
sangat baik. Distribusi terbatas laporan operasional audit dan perbedaan sifat audit
untuk efisiensi dan efektivitas menghasilkan laporan audit yang berbeda antara
suatu audit dan audit lainnya.
3.

Area Non Keuangan

Audit keuangan terbatas hanya pada hal-hal yang langsung mempengaruhi


kewajaran laporan keuangan, sedangkan audit operasional meliputi aspek
efektivitas dan efisiensi dalam organisasi. Misalnya, audit operasional dapat
ditujukan untuk efektivitas program periklanan atau efisiensi pekerja pabrik

Hubungan Antara Audit Operasional dan Pengendalian Internal


Manajemen melakukan pengendalian internal untuk membantu pencapaian
tujuannya. Terdapat tiga hal penting untuk mencapai pengendalian internal yang
efektif, yaitu:

Keandalan pelaporan keuangan


Efektivitas dan efisiensi operasi
Kepatuhan atas hukum dan peraturan yang berlaku

Hal kedua di atas berkaitan langsung dengan audit operasional, tetapi dua
hal lainnya berkaitan dengan efisiensi dan operasi. Misalnya, manajemen
memerlukan informasi akuntansi biaya yang handal untuk memutuskan jenis dan
harga jual produk yang dilanjutkan produksinya. Sama halnya dengan ketidaktaatan
pada hukum yang berlaku, yang akan mengakibatkan perusahaan dikenakan denda.
Jenis Audit Operasional
Audit operasional terdiri atas tiga kategori utama, yaitu:
1.
2.
3.

Audit Fungsional
Audit Organisasional
Penugasan Khusus

Pelaksana Audit Operasional


Audit operasional biasanya dilakukan oleh salah satu dari tiga kelompok, yaitu:
1.

Auditor Internal

Auditor internal merupakan posisi unik yang melakukan audit operasional


dimana beberapa orang menggunakan istilah audit internal dan audit operasional
secara bergantian. Akan tetapi, tidak semua audit operasional dilakukan oleh
auditor internal atau hanya auditor internal yang melakukan audit operasional.
Banyak departemen audit internal yang melakukan keduanya, yaitu audit
operasional dan keuangan secara bersamaan. Oleh karena mereka menghabiskan
waktu kerja mereka untuk perusahaan yang mereka audit, maka auditor internal
diuntungkan dalam melakukan audit operasional. Mereka dapat mengembangkan

pengetahuan yang cukup tentang perusahaan dan bisnis yang penting bagi
efektivitas audit operasional.
2.

Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah regional dan pusat melakukan audit operasional, yang


seringkali menjadi bagian dalam pelaksanaan audit keuangan. Kelompok auditor
pemerintah yang paling dikenal adalah BPK, namun auditor pemerintah lainnya juga
harus melakukan audit keuangan dan operasional.
Buku kuning mendefinisikan dan menetapkan standar untuk audit kinerja, yang
pada dasarnya sama dengan audit operasional. Audit kinerja tersebut meliputi:

Audit ekonomi dan efisiensi

Tujuan dari audit ekonomi dan efisiensi adalah untuk menentukan:


1. Apakah entitas sudah memperoleh, melindungi, dan menggunakan sumber
daya secara ekonomis dan efisien
2. Apa penyebab inefisiensi atau ketidakekonomisan tersebut
3. Apakah entitas telah mematuhi hukum dan peraturan tentang hal-hal
ekonomis dan efisiensi dalam program audit

Program audit

Tujuan dari program audit ini adalah untuk menentukan:


1. Sejauh mana hasil yang diinginkan atau manfaat yang ditetapkan oleh badan
legislatif atau yang ditetapkan badan otoritas lainnya
2. Bagaimana efektivitas organisasi, program, kegiatan, atau fungsi tersebut
3. Apakah entitas telah mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku
Dua tujuan dari masing-masing jenis audit kinerja benar-benar operasional,
sedangkan tujuan utamanya adalah menyangkut kepatuhan.
3.

KAP

Ketika KAP melakukan audit laporan keuangan historis, seringkali tindakan


audit ini terdiri atas identifikasi masalah operasional dan rekomendasi yang
mungkin bermanfaat bagi klien audit. Rekomendasi dapat dibuat secara lisan, tetapi
biasanya termasuk dalam surat manajemen.
Latar belakang pengetahuan tentang bisnis klien, yang didapatkan auditor
eksternal saat melakukan audit, seringkali memberikan informasi yang berguna
dalam memberikan rekomendasi operasional. Sebagai contoh, misalnya auditor
menetapkan bahwa perputaran persediaan klien selama tahun berjalan lebih
lambat dari sebelumnya. Auditor harus menentukan penyebab kelambatan tersebut
untuk mengevaluasi kemungkinan adanya keusangan persediaan yang dapat
menyebabkan ketidakwajaran dalam penyajian laporan keuangan. Dalam
menentukan penyebab berkurangnya perputaran persediaan, auditor dapat
mengidentifikasi penyebab operasional, seperti kebijakan pembelian persediaan
yang tidak efektif, yang harus diperhatikan oleh manajemen. Auditor yang memiliki

latar belakang bisnis yang luas dan berpengalaman dengan bisnis yang sama akan
memberikan rekomendasi operasional yang lebih efektif dan relevan dibandingkan
dengan auditor lain yang tidak memiliki kualifikasi tersebut.
Independensi dan Kompetensi Auditor Operasional
Dua kualifikasi yang paling penting bagi auditor operasional adalah
independensi dan kompetensi. Auditor harus melapor pada tingkat manajemen
yang sesuai untuk memastikan bahwa investigasi dan rekomendasi yang dibuat
tidak bias. Independensi jarang menjadi masalah bagi auditor KAP karena mereka
tidak menjadi karyawan perusahaan yang di audit. Independensi auditor internal
perlu ditingkatkan dengan adanya laporan departemen audit internal untuk dewan
direksi atau direktur utama. Sama halnya dengan adanya keharusan bagi auditor
pemerintah untuk melapor kepada atasan departemen operasional. BPK, misalnya,
langsung melapor kepada DPR untuk meningkatkan independensi.
Tanggung jawab auditor operasional juga dapat mempengaruhi independensi
mereka. Auditor tidak bertanggung jawab atas fungsi operasional dalam
perusahaan atau untuk memperbaiki kekurangan bila ditemukan inefisiensi atau
ketidakefektifan. Misalnya, independensi auditor akan terpengaruh ketika mereka
mengaudit sistem TI atas pembelian jika mereka yang merancang sistem tersebut
atau menjadi pihak yang bertanggung jawab untuk memperbaiki kekurangan yang
mereka temukan selama audit.
Meskipun auditor boleh memberikan rekomendasi untuk perubahan dalam
operasi, personel operasional harus memiliki kewenangan untuk menerima atau
menolak rekomendasi tersebut. Jika auditor memiliki kewenangan atas pelaksanaan
rekomendasi mereka, maka independensi mereka akan berkurang.
Kompetensi tentunya diperlukan untuk menentukan penyebab masalah
operasional dan untuk membuat rekomendasi yang tepat. Ketika audit operasional
berurusan dengan masalah operasional yang meluas, maka kompetensi dapat
menjadi hambatan besar. Sebagai contoh, bayangkan betapa sulitnya mencari
auditor internal yang berkualitas, yang dapat mengevaluasi efektivitas program
periklanan dan efisiensi proses produksi. Staf audit internal dalam melakukan jenis
pemeriksaan operasional ini mungkin harus memasukkan beberapa personel
dengan latar belakang bidang pemasaran dan produksi.
Kriteria Evaluasi Efisiensi dan Efektivitas
Tantangan utama dalam audit operasional adalah menentukan kriteria khusus
untuk mengevaluasi apakah efisiensi dan efektivitas telah dicapai. Dalam laporan
audit keuangan historis, PSAK memberikan kriteria yang luas untuk mengevaluasi
penyajian secara wajar, dan tujuan audit dapat memfasilitasi kriteria yang lebih
spesifik dalam memutuskan apakah PSAK sudah dilaksanakan. Dalam audit
operasional tidak ada kriteria yang ditentukan dengan jelas.
Untuk menetapkan kriteria audit operasional, auditor dapat menentukan
apakah beberapa aspek dari entitas dapat dibuat lebih efektif atau efisien dan
merekomendasikan perbaikan. Pendekatan tersebut dapat memadai untuk auditor

yang berpengalaman dan mendapatkan pelatihan memadai, tetapi tidak demikian


bagi auditor pada umumnya.
Tahapan dalam Menjalankan Audit Operasional
Terdapat tiga fase dalam audit operasional, yaitu:
1.

Perencanaan

Perencanaan untuk audit operasional sama dengan perencanaan untuk audit


atas laporan keuangan historis. Seperti auditor laporan keuangan, auditor
operasional
harus
menentukan
ruang
lingkup
penugasan
dan
mengkomunikasikannya ke unit organisasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

Melakukan penugasan dengan benar


Mendapatkan informasi latar belakang mengenai unit organisasi
Memahami pengendalian internal
Memutuskan bukti yang memadai untuk diakumulasi

Perbedaan utama antara perencanaan audit operasional dan audit keuangan adalah
keragaman yang diciptakan oleh luasnya audit operasional, yang sering
membuatnya sulit untuk mengambil keputusan dalam tujuan khusus. Auditor
memilih tujuan berdasarkan kriteria yang dikembangkan dalam penugasan, yang
bergantung pada kondisi yang ada. Misalnya, tujuan audit operasional atas
efektivitas pengendalian internal untuk kas kecil akan sangat berbeda dengan audit
operasional untuk efisiensi penelitian dan pengembangan, namun tujuan yang
beragam dalam audit operasional bisa saja merupakan bagian dari audit
operasional yang sama.
2.

Akumulasi Bukti dan Evaluasi

Pengendalian internal dan prosedur operasi merupakan bagian penting dari


audit operasional, maka biasanya dilakukan dokumentasi, penyelidikan atas klien,
prosedur analitis, dan observasi secara ekstensif. Konfirmasi, pencapaian kinerja
kembali, dan perhitungan kembali tidak digunakan secara luas dalam audit
operasional dibandingkan pada audit keuangan karena tujuan keberadaan dan
akurasi tidak relevan dengan kebanyakan audit operasional.
Untuk mengilustrasikan akumulasi bukti dalam audit operasional, sebagai
contoh suatu lembaga yang mengevaluasi keamanan tangga berjalan di sebuah
kota. Asumsikan bahwa semua pihak setuju bahwa tujuannya adalah untuk
menentukan apakah seorang pengawas membuat pemeriksaan tahunan secara
memadai untuk seluruh tangga berjalan di kota tersebut. Untuk memenuhi tujuan
kelengkapan, auditor dapat memeriksa cetak biru bangunan kota dan lokasi tangga
berjalan dan menelusurinya ke daftar untuk memastikan bahwa semua tangga
berjalan sudah dimasukkan dalam populasi. Pengujian tambahan dilakukan untuk
bangunan yang baru dibangun untuk menilai ketepatan waktu atas pembaruan
daftar yang berada di pusat.
Dengan asumsi auditor telah menentukan bahwa daftar tersebut lengkap,
mereka dapat memilih sampel lokasi tangga berjalan dan mengumpulkan bukti

mengenai waktu dan frekuensi inspeksi. Auditor mungkin perlu mempertimbangkan


risiko bawaan dengan melakukan pengambilan sampel lebih besar atas tangga
berjalan yang usianya lebih tua atau tangga yang sebelumnya cacat keamanannya.
Auditor mungkin juga perlu memeriksa bukti kompetensi pengawas tangga berjalan
dengan menelaah catatan, program pelatihan, uji kecakapan, dan laporan kinerja.
Auditor juga perlu menjalankan kembali prosedur pengambilan sampel tangga
berjalan untuk mendapatkan bukti bila terjadi ketidakkonsistenan dengan yang
dilaporkan atau pada kondisi sebenarnya.
3.

Pelaporan serta Tindak Lanjut

Dua perbedaan utama antara laporan audit keuangan dan operasional yang
mempengaruhi laporan audit operasional adalah:
1. Dalam audit operasional, laporan biasanya dikirimkan hanya kepada
manajemen, dengan tembusan kepada unit yang diaudit. Pengguna pihak
ketiga tidak memerlukan susunan kata-kata baku untuk pembuatan laporan
audit operasional.
2. Banyaknya jenis audit operasional memerlukan laporan yang berbeda-beda
untuk mencakup ruang lingkup audit, temuan, dan rekomendasi.
Auditor operasional sering menghabiskan waktu untuk mengkomunikasikan
temuan dan rekomendasi audit secara jelas. Pada audit kinerja, saat laporan
disusun sesuai persyaratan Buku Kuning, maka komponen tertentu harus
disertakan, tetapi bentuk laporan harus dibebaskan. Tindak lanjut merupakan hal
umum dalam audit operasional ketika auditor membuat rekomendasi kepada
manajemen
untuk
menentukan
apakah
terdapat
perubahan
yang
direkomendasikan, dan jika tidak, harus dijelaskan mengapa.

RANGKUMAN MATA KULIAH


Auditing II Kelas C
Audit Keuangan Internal dan Pemerintah sertta Audit
Operasional
Pertemuan 9
Untuk
Drs. Wartono, Msi., Akt., CPA. CA

Oleh :
Ganang Satriyo Aji

F0312056

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Sebelas Maret
Semester Ganjil
2014/2015

Anda mungkin juga menyukai