Sabukwala
Sabukwala
Sabukwala (gadis yang belum tetes) maksudnya adalah pakaian batik yang digunakan
gadis yang masih kecil, dan belum mencapai 9 tahun.
menggunakan kain batik dengan motif yang cerah, dipakai melintang sekaligus sebagai
kemben dan belum banyak tambahan aksesoris. Rambut digelung welah sawelit, ditali
dengan pita, pakai cundhuk mentul. Busana ini untuk anak gadis yang berusia sampai
dengan 9 (sembilan) tahun. Untuk sabukwala batik gadis yang sudah tetes, ditambah
dengan perlengkapan pendhing epek dan slepe.
Semekan Kancing-Wingking
Busana semekan kancing wingking ini dipakai oleh gadis yang memasuki usia remaja atau
14 (empat belas) tahun. Kain batik dipakai secara utuh dengan penutup dada dari kain
dringin. Kain dringin dikancingkan kebelakang punggung dengan rambut terurai.
Upacara tingkeban atau mitoni diadakan untuk wanita yang sedang mengandung 7 (tujuh)
bulan. Dalam tradisi ini, masyarakat Jawa memakai 7 (tujuh) macam motif batik yang
berbeda dan salah satunya adalah kainbatik lurik bermotif yuyu sekandhang, dengan
makna agar pada saat melahirkan nanti semudah orang berganti busana (prucatprucut).
Kain batik kopohan atau gedongan dipakai untuk alas bayi pada saat lahir (baru keluar dari
rahim ibu). Kain tersebut akan basah oleh darah ibu saat keluarnya bayi. Kain ini disebut
kopohan. Biasanya kain ini telah disiapkan sejak usia kandungan 7 (tujuh) bulan dan kain
batik yang dipakai biasanya dipilih motif yang mengandung filosofi atau makna baik,
dengan harapan agar kebaikan tersebut akan melekat kepada anak yang masih suci
sehingga kelak setelah dewasa bisa menjadi orang yang baik. Sedangkan gendongan
hanya dipakai untuk menggendong ari-ari pada saat akan dilabuh atau dikubur. Untuk
tradisi ini biasanya dipakai motif-motif batiksidomulyo, sidoluhur, sidomukti, semenrama,
wahyu tumurun dan lain-lain.
Sinjang menton artinya kain batik yang dipergunakan untuk upacara mantu atau
perkawinan. Mengingat hajatan mantu bagi masyarakat Jawa merupakan hajatan besar
maka tidak sembarangan kain batik yang boleh dipakai. Mulai dari prosesi panembung
(melamar), kain batik sudah menunjukkan status keluarga yang memakainya. Misalnya,
kain batik semenan menandakan yang memakainya dari golongan priyayi. Dalam upacara
penyerahan paningsat, calon mempelai laki-laki memakai kain batik motif satrio manah
dan calon mempelai wanita mengenakan kain batik semen rante. Pada saat menjelang
ijab pernikahan mempelai menggunakan motif wahyu temurun dimalam widodareni,
orang tua mempelai memakai motif cakar. Orang tua pengantin menggunakan motif
truntum sedangkan pengantin memakai motif sidomulyo, sidomukti, raturatih. Apabila
dalam perkawinan anak terjadi langkahan saudara pengantin yang lebih tua, maka
dilakukan
upacara
langkahan
dimana
sang
pengantin
menyerahkan
kain batik langkahan berupa kain lurik motif liwatan kepada saudara tuanya.
Batik kombinasi
GAmbar BatikKombinasi
Batik kombinasi merupakan perpaduan antara batik tulis dan batik cap. Batik kombinasi
(tulis dan cap) dibuat untuk mengurangi kelemahan-kelemahan pada produk batik cap,
seperti motif motif besar dan seni coretan tangan. Proses pembuatannya cukup rumit,
terutama pada saat penggabungan antara motif yang ditulis dan motif yang di cap sehingga
efisiensinya rendah karena tingkat kesukarannya hampir sama dengan batik tulis tetapi nilai
seni produknya disamakan dengan batik cap