Kebaya Encim
Salah satu pakaian adat Betawi yang paling sering ditampilkan adalah
Kebaya Encim untuk wanita. Baik dari gadis remaja, perempuan muda,
hingga perempuan setengah baya Betawi menggemari kebaya yang
simpel, sederhana, namun tetap bisa menampilkan kesan keanggunan ini.
Di masa lalu, saat budaya Eropa masih memiliki pengaruh yang kuat di
Batavia atau Jakarta, kebaya ini terbuat dari kain berbahan lace atau
brokat buatan Eropa yang dikombinasikan dengan bordiran penduduk
lokal. Hasilnya, kebaya tersebut tampak seperti langsung dibordir. Bordiran
tersebut biasanya bermotif bunga yang dapat Anda temukan pada bagian
bawah kebaya atau pergelangan tangan.
Bordiran yang digunakan dalam Kebaya Encim ini juga beragam, salah
satunya bordiran yang berlubang banyak yang disebut kerancang. Jaman
dulu, kerancang lembut dan tampilannya halus mendekati sempurna.
2. Baju Sadaria
Baju Sadaria terbuat dari kain katun, namun terkadang ada juga yang
terbuat dari kain sutra dan sutera alam linen. Baju ini berkancing dari atas
sampai bawah serta mempunyai saku di sisi kanan dan kiri bagian
bawahnya. Tidak jarang di sisi samping bagian bawah diberi belahan
sekitar 15 cm agar pria yang mengenakannya tidak merasa terlalu ketat
dan agak bebas.
Terkadang, Baju Sadaria diberi bordiran pada kerah bagian tengah atau
sebelah kanan kiri. Bahan yang dipilih dalam membuat bordiran tersebut
bisa katun, sutera alam, atau lainnya.
Baju Sadaria dipadankan dengan dua pilihan celana. Yakni, celana bahan
yang panjang berwarna gelap atau celana panjang komprang dengan motif
batik.
Baju Sadaria ini dipakai oleh karyawan dari instansi pemerintah ataupun
swasta pada waktu-waktu tertentu, acara adat, atraksi pariwisata,
menyambut tamu istimewa, dan peringatan hari besar. Tidak ada filosofi
khusus dari pakaian ini. Hanya saja pakaian ini untuk menunjukkan
identitas pemakainya sebagai laki-laki yang rendah hati, dinamis, sopan,
dan memiliki wibawa.
3. Pangsi Betawi
Pakaian adat Betawi yang satu ini sering dipakai oleh para jawara Betawi
yang notabene para pendekar. Satu setel pakaian ini terdiri dari Baju Tikim
dan Celana Pangsi. Hanya saja, belakangan ini pakaian ini lebih dikenal
dengan Baju Pangsi.
Baju Pangsi ini memiliki bentuk leher bulat seperti huruf O atau Bahasa
kekiniannya O-neck. Disertai dengan lengan panjang, Baju Pangsi dibuat
dengan ukuran yang longgar dibanding ukuran tubuh pemakainya.
Warna Baju Pangsi Betawi ini tidak hanya hitam, namun ada juga warna
merah, hijau, dan putih. Masing-masing warna memiliki arti tersendiri. Baju
Pangsi berwarna putih atau krem biasanya digunakan oleh jago silat yang
juga merupakan pemuka agama.
Ilmu agama yang didpatakan oleh pesilat tersebut didapatkan dari berguru
kepada Engkong Haji. Baju Pangsi hitam biasanya digunakan oleh para
centeng. Dan Baju Pangsi warna merah digunakan oleh seseorang yang
memiliki kemampuan silat dan ilmu agama yang tinggi sehingga tidak
dapat diragukan lagi kemampuannya.
Oleh karena itu, peci merah beserta Baju Pangsi merah merupakan
pakaian yang sakral dan tidak bisa digunakan oleh sembarang orang.
Namun demikian, jika penggunaannya untuk keperluan seni, pakaian ini
boleh digunakan oleh orang biasa.
Pakaian satu ini sering digunakan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) atau
Pegawai negeri Sipil (PNS) di kantor pemerintah, acara pernikahan
sebagai tamu atau wali, peringatan hari besar, menyambut tamu istimewa,
dan acara-acara resmi lainnya.
Pakaian untuk mempelai wanita ini terdiri dari dari banyak jenis, mulai dari
pakaian atas, bawahan, mahkota, dan perhiasan. Di bawah ini akan kita
bahas satu per satu bagiannya.
a. Tuaki
Baju bagian atas berupa blus yang terbagi beberapa model, yang terkenal
model baju kurung Melayu dan model Shanghai China. Tuaki tampak
gemerlap dan penuh dengan kemilau. Baju ini juga dihiasi dengan manik-
manik keemasan terutama pada sekitar dada, bahu, dan kedua ujung
lengan.
b. Kun
Padanan dari Tuaki yang menjadi bawahan ini berupa rok yang bentuknya
melebar di bagian bawahnya. Panjangnya hingga mata kaki wanita yang
mengenakannya. Kun seringkali juga dihiasi dengan benang tebar dengan
warna dan kombinasi yang sesuai dengan atasannya.
c. Teratai
Aksesoris ini terbuat dari beludru yang dihiasi logam dengan motif bunga
tanjung. Teratai merupakan perhiasan yang diletakkan di bahu dan dada
sehingga keduanya tertutup. Jumlahnya ada delapan lembar yang disusun
secara simetris sehingga terlihat rapi dan estetik.
d. Sanggul
e. Tusuk Konde
Konon, tusuk konde ini mirip dengan huruf lam dalam Bahasa Arab yang
melambangkan keesaan Allah dalam agama Islam. Tusuk konde ini dipakai
dengan cara menusukkannya pada siangko kecil penutup simpul tali cadar.
f. Siangko Bercadar
i. Kalung tebar
j. Sumping atau Sunting Telinga
Konon, sumping ini jika dipakai oleh pengantin yang sudah tidak gadis alias
perawan, maka mempelai wanita akan mengalami pusing bahkan
parahnya bisa sampai pingsan.
k. Kerabu
Perpaduan antara anting dan giwang yang dijadikan satu sebagai
perhiasan telinga mempelai wanita.