07 Jenis Jenis Jawaban Sherlock Holmes Akibat Deduksi Analisis E280a6rachmad Dio P
07 Jenis Jenis Jawaban Sherlock Holmes Akibat Deduksi Analisis E280a6rachmad Dio P
ABSTRAK
Sir Arthur Conan Doyle menulis novel Sherlock Holmes dengan
mengenalkan ilmu deduksi analisis. Deduksi analisis merupakan salah satu
ilmu yang diterapkan Sherlock Holmes dalam memecahkan kasus-kasus
kriminalnya. Penelitian ini mencoba menelusuri bentuk behaviorisme dari
jawaban-jawaban Sherlock Holmes yang selalu menggunakan deduksi
analisis ketika memecahkan suatu kasus. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis bentuk hubungan yang dihasilkan dari relasi deduksi analisis
dan jawaban-jawaban Sherlock Holmes. Untuk mencapai tujuan tersebut,
penulis menggunakan teori Behaviorisme. Dalam menganalisis data-data
yang penulis ambil dari novel Sherlock Holmes, penulis menggunakan
metode analisis deskriptif berupa penjelasan jenis-jenis kalimat Sherlock
Holmes. Hasil analisis penulis menunjukkan adanya jenis-jenis behaviorisme
dalam kalimat Sherlock Holmes sebagai akibat adanya ilmu deduksi analisis.
Kata kunci: deduksi analisis, Sherlock Holmes, kalimat, behaviorisme.
A. PENDAHULUAN
Menurut psikolog asal Jerman Wilhelm Wundt, bahasa dapat
dijelaskan dengan prinsip-prinsip psikologis (Darjdjowidjojo, 2010:2).
Sehingga dalam perkembangan ilmu bahasa kita mengenal istilah
psikolinguistik. Ilmu psikolinguistik ini melahirkan pandangan
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
85
B. LANDASAN TEORI
Dalam teori Bloomfield, behaviorisme selalu mendasarkan diri
pada fakta-fakta objektif yang dapat dicocokkan dengan kenyataankenyataan yang dapat diamati (Chaer, 2007:359). Kaum radikal
behavioris dari pengikut John Watson di Amerika Serikat menganut
Jenis-Jenis Jawaban Sherlock Holmes akibat Deduksi Analisis (Rachmad Dio P)
86
C. SINOPSIS
NOVEL
A
STUDY
(PENELUSURAN BENANG MERAH)
IN
SCARLET
Cerita ini diawali dari pertemuan dokter Dr. John H. Watson dengan
Sherlock Holmes, yang saling mencari teman untuk tinggal di
sebuah apartemen. Saat Dr. John H. Watson bertemu pertama kali
dengan Sherlock Holmes, Dr. John H. Watson (Watson) sangat
terkejut dengan kemampuan Sherlock Holmes yang dapat menebak
tempat Watson dulunya tinggal. Watson akhirnya berteman akrab
dengan Sherlock Holmes dan menemukan bahwa Sherlock Holmes
ternyata bukan orang sembarangan. Dia adalah seorang detektif
konsultan yang memecahkan kasus-kasusnya dengan ilmu deduksi
analisis. Selanjutnya cerita ini membawa Watson dan Holmes ke
dalam satu kasus yaitu kasus pembunuhan di sebuah rumah kosong
di Lauristons Gardens No. 3. Mr. Enouch J. Drebber, sebagai korban
pembunuhan ditemukan tewas tanpa luka sedikitpun. Darah yang
Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 84 95
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
87
88
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
89
b. Tact
Karakter kedua terjadi dalam kasus pemecahan masalah
kasus kematian sesorang di Lauristons Gardens. Respon disini
terjadi akibat stimulus penglihatan atau pengamatan Sherlock
Holmes. Sherlock Holmes merespon dengan menjelaskan ciri-ciri
pelaku pembunuhan. Berikut Holmes dalam menyatakan responnya:
Come along, Doctor, he said; we shall go
and look him up. Ill tell you one thing which may
help you in the case, he continued, turning to the
two detectives. There has been murder done, and
Jenis-Jenis Jawaban Sherlock Holmes akibat Deduksi Analisis (Rachmad Dio P)
90
the murderer was a man. He was more than six
feet high, was in the prime of life, had small feet
for his height, wore coarse, square-toed boots and
smoked a Trichinopoly cigar. He came here with
his victim in a four-wheeled cab, which was drawn
by a horse with three old shoes and one new one
on his off fore leg. In all probability the murderer
had a florid face, and the finger-nails of his right
hand were remarkably long. These are only a few
indications, but they may assist you.
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
91
Still I had had suci extraordinary evidence of the quickness of his perceptive faculties, that I had no doubt that he could see a great deal which
was hidden from me.
Dengan acuh tak acuh, temanku itu malah menyusuri halaman dan dengan
pandangan kosong menatap tanah, langit, rumah-rumah di seberang, serta
jajaran pagar. Setelah itu ia perlahan-lahan menyusuri jalan setapak, denga
pandangan terpaku ke tanah. Dua kali ia berhenti, dan sekali kulihat ia
tersenyum, lalu berseru penuh kepuasa. Ada banya jejak kaki di tanah
basah tersebut, tapi polisi telah berkeliaran disana, aku tidak tahu
bagaimana temanku berharap dapat mempelajari sesuatu dari sana. Sekali
pun begitu aku telah mendapat bukti akan kemampuan persepsinya yang
luar biasa, sehingga aku tidak ragu bahwa ia mampu melihat banyak hal
yang tersembunyi dariku.
92
more he continued his researches, mea-suring with the most exact care the
distance be-tween marks which were entirely invisible to me, and
occasionally applying his tape to the walls in an equally incomprehensible
manner. In one place he gathered up very carefully a little pile of grey dust
from the floor, and packed it away in an enve-lope. Finally, he examined
with his glass the word upon the wall, going over every letter of it with the
most minute exactness. This done, he appeared to be satisfied, for he
replaced his tape and his glass in his pocket.
Holmes mengeluarkan pita pegukur dan kaca pembesar dari sakunya.
Dengan kedua alat ini ia berkeliaran tanpa suara di ruangan tersebut,
terkadang berhenti, sesekali berlutut, dan sekali menelungkup. Ia begitu
tenggelam dalam kesibukannya sehingga tampak melupakan kehadiran
kami. Ia berceloteh pelan sendiri sepanjang waktu, melontarkan seruan,
erangan, siulan. Saat mengawasinya, aku jadi teringat pada anjing pemburu
rubah yang sangat terlatih yang melesat kesana-kemari, merengek penuh
semangat sehingga menemukan bau yang dicari. Selama sekitar dua puluh
menit Holmes meneliti, mengukur dengan sangat hati-hati jarak antara
tanda-tanda yang sama sekali tidak terlihat olehku,juga mengukur dinding
dengan sikap yang sama misteriusnya. Di satu tempat, dengan hati-hati ia
mengumpulkan sedebu kelabu dari lantaidan memasukkannya ke dalam
amplop. Akhirnya, ia memeriksa tulisan di dinding dengan kaca pembesar,
mempelajari setiap huruf dengan ketepatannya yang luar biasa. Setelah
selesai, ia tampak puas karena ia mengantongi kembali pita pengukur dan
kaca pembesarnya.
c. Echoic
Karakter ketiga terdapat dalam kasus Sherlock Holmes
membedakan kasus darah. Sherlock Holmes menanyakan apakah
darah itu darah dari tersangka atau bukan kepada beberapa detektif
yang berada di sana. Dan para detektif tersebut berkata Positif?
maksudnya darah itu bukan darah korban. Dari kata Postif ini,
Holmes menanggapi pernyataan setuju. Jadi stimulus yang terdapat
dalam kasus ini adalah stimulus suatu kata yang diucapkan oleh
para detektif. Dan responnya berupa perkataan memiliki pendapat
sama. Stimulus dan respon dalam kasus ini dapat ditemukan dalam
kalimat berikut ini:
Positive! cried both detectives.
Positif! seru kedua detektif itu.
Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 84 95
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
93
d. Instrumental Tekstual
Karakter keempat, terdapat dalam kasus ditemukannya kata Rache
oleh detektif Lestrade. Sesaat setelah Holmes menyuruh para
detektif mengautopsi mayat, detektif Lestrade menemukan tulisan
Rache yang ditulis dengan darah di sudut tembok. Sherlock
Holmes menanggapi hal ini sebagai hal yang tidak begitu penting.
Karena kata Rache disitu tidak ada hubungannya dengan nama
orang seperti Rachel yang diduga kuat oleh detektif Lestrade
bahwa korban ingin menulis kata tersebut untuk menunjukkan nama
tersangka. Rache menurut Holmes adalah kata dari bahasa
Jerman yang berarti pembalasan. Jadi kata Rache merupakan
stimulus tekstual yang menghasilkan respon dari Holmes yaitu
Pembalasan. Berikut data yang menunjukkan stimulus tekstual dan
responnya:
Stimulus tekstual
I have remarked that the paper had fallen away
in parts. In this particular corner of the room a
large piece had peeled off, leaving a yellow square
of coarse plastering. Across this bare space there
was scrawled in blood-red letters a single word
RACHE.
Sebelum ini aku telah menerangkan bahwa kertas pelapis dinding ruang
makan sebagian robek. Di sudut ruangan yang ini secabik besar kertas
dindingnya telah terkelupas, menyisakan semen kekuningan kasar
berbentuk persegi. Di tempat kosong ini, dengan, dengan huruf-huruf merah
darah, tertulis
RACHE
94
Respon Sherlock Holmes
One other thing, Lestrade, he added, turning round at the door: Rache,
is the German for revenge; so dont lose your time looking for Miss
Rachel.
Satu hal lagi, Lestrade, tambahnya, bebalik di depan pintu, Rache adalah
kata Jerman untuk pembalasan, jadi jangan membuang-buang waktumu
dengan mencari Miss Rachel.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis di atas, peneliti menyimpulkan bahwa jenisjenis kalimat Sherlock Holmes merupakan pengaruh dari
ditemukannya ilmu deduksi analisis. Jenis-jenis kalimat ini dibagi
berdasarkan karakter behaviorisme, antara lain: Mand, Tact, Echoic,
dan Instrumental tekstual.
Mand merupakan karakter pertama behavorisme yang
terjadi karena adanya stimulus permintaan yang bersifat memaksa.
Karakter ini terdapat pada kasus Sherlock Holmes menebak
pekerjaan orang. Tact merupakan karakter kedua behaviorisme yang
terjadi karena adanya stimulus penglihatan benda. Karakter ini
terdapat pada kasus pemecahan masalah kasus kematian. Echoic
merupakan karakter ketiga behaviorisme yang terjadi akibat stimulus
perkataan orang lain. Karakter ini terdapat pada kasus Sherlock
Holmes dalam membedakan darah. Karakter behaviorime terakhir
adalah Instrumental tekstual. Karakter ini terjadi karena adanya
stimulus teks dan terdapat dalam kasus penemuan kata RACHE.
G. DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Print.
Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman
Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010.
Print.
Doyle, Conan. A Study in Scarlet. United Kingdom: Warlock & Co,
1887. Print.
Doyle, Conan. Penelusuran Benang Merah. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2001. Print.
Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 84 95
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
95