Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dalam penyelesaian
makalah ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang kami miliki, untuk itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangatlah kami harapkan demi dan untuk pengembangan
makalah ini ke depan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya dan sekaligus dapat menambah pengetahuan.

PENULIS
KELOMPOK 1

BAB I
PENDAHULUAN

Setiap orang di dunia berusaha untuk mencapai kebahagiaan dan ketenangan hidup.
Berbagai upaya mereka lakukan untuk mencapainya. Dalam usaha pencapaian tersebut,
manusia selalu dihadapkan pada berbagai pilihan yang terkadang bersifat kontroversial.
Setiap pilihan yang diambil mengandung resiko. Tidak memilih pun adalah sebuah
resiko. Kesalahan menentukan pilihan yang terbaik dalam hidup akan menimbulkan perasaan
bersalah, penyesalan, dan kekecewaan pada individu. Pada akhirnya, ini akan menyebabkan
gangguan jiwa/mental.
Manusia merupakan makhluk yang paling mulia derajatnya dibandingkan dengan
makhluk lainnya. Mereka diberi dua kekuatan utama, yaitu kekuatan rohani dan kekuatan
mekanis . Dua kekuatan ini saling memengaruhi.
Segala sesuatu di dunia ini mempunyai ketentuan ukuran, termasuk juga manusia.
Manusia mempunyai ukuran atau batas-batas ketentuan, baik pada aspek fisik/jasmani
maupun aspek rohani/jiwa/mental. Segala sesuatu yang membuat manusia melampaui batas
keseimbangan dapat menimbulkan gangguan fisik, mental, bahkan menyebabkan
ketidakseimbangan pada perilaku seseorang. Penyakit-penyakit kejiwaan seperti sombong,
benci, dendam, fanatisme, serakah, dan kikir disebabkan oleh bentuk kelebihan. Rasa takut,
kecemasan, pesismisme, HDR, adalah kekurangan. Semua ini dapat menyebabkan stres pada
diri seseorang yang bisa mengakibatkan gangguan jiwa pada orang tersebut.
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtra yang memungkinkan hidup
harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang,dengan
memperhatikan semua segi kehidupan manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya
kemampuan dirinya,mampu menghadapi stres kehidupan dengan wajar,mampu bekerja
dengan produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya,dapat berperan serta dalam lingkungan
hidup,menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama dengan
orang lain(Keliat,dkk,2005)

BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Dasar Kesehatan Jiwa Dan Keperawatan
Kesehatan Jiwa.
A. Kesehatan Jiwa

Kesehatan jiwa seringkali sulit didefinisikan.Orang dianggap sehat jika mereka


mampu melaksanakan peran dimasyarakat dan perilaku mereka pantas serta
adaptif.Kebudayaan masyarakat sangat mempengaruhi nilai dan keyakinannya terhadap
definisi sehat.Untuk memperjelas definisi tentang kesehatan jiwa itu sendiri,dikutip
beberapa pandangan yang menerangkan tentang kesehatan jiwa.
Menurut UU Kesehatan jiwa No.3 tahun 1996,kesehatan jiwa adalah kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik,intelektual,emosional secara optimal dari seseorang
dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.Videbeck (2008) menjelaskan
kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional,psikologis dan sosial yang terlihat
dari hubungan interpersonal yang memuaskan,perilaku dan koping yang efektif,konsep
diri yang positif dan kestabilan emosional.Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental
sejahtra yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh
dari kualitas hidup seseorang,dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia
dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya,mampu menghadapi stres
kehidupan dengan wajar,mampu bekerja dengan produktif dan memenuhi kebutuhan
hidupnya,dapat berperan serta dalam lingkungan hidup,menerima dengan baik apa yang
ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama dengan orang lain(Keliat,dkk,2005)
Yahoda menerangkan 6 ciri sehat jiwa adalah 1)Bersikap positif terhadap diri sendiri,
2)mampu tumbuh dan berkembang serta mencapai aktualisasi diri, 3)mampu mengatasi
stres atau perubahan pada dirinya, 4)bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan
yang diambil, 5)mempunyai persepsi yang realistik dan menghargai perasaan serta sikap
orang lain, 6)Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan(Keliat,dkk,2005).
Kesehatan jiwa memiliki banyak komponen atau ciri dan dipengaruhi berbagai
faktor.Menurut Johnson (1997) ada 7 ciri kesehatan jiwa adalah 1) Otonomi dan
kemandirian, 2)Memaksimalkan potensi diri, 3)Mentoleransi ketidakpastian hidup,
4)mampu mengelola stres kehidupan, 5)menguasai lingkungan, 6)Orientasi realitas,dan 7)
harga diri realitas(Videbeck,2008).

B. Gangguan Jiwa
Dimasa lalu gangguan jiwa dipandang sebagai kerasukan setan atau hukuman karena
pelanggran

sosial,agama

atau

norma

sosial.

Oleh

sebab

itu

penderita

dianiaya,dihukum,dijauhi atau diejek masyarakat.Saat ini pandangan tentang gangguan


jiwa berubah.American Psychiatric Association (1994) mendefinisikan gangguan jiwa

sebagai sindrom atau pola psikologis atau pola prilaku yang penting secara klinis, yang
terjadi pada individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya distress (mis,gejala
nyeri,menyakitkan) atau disabilitas ( ketidakmampuan pada salah satu bagian atau
beberapa fungsi penting) atau disertai peningkatan resiko secara bermakna untuk
mati,sakit,ketidakmampuan,atau kehilangan kebebasan (Notosoedirdjo,Latipun,2007)
Videbeck (2008) menjelaskan kriteria umum untuk mendiagnosa gangguan jiwa
meliputi

:1)Ketidakpuasan

dengan

karakteristik,kemampuan,dan

prestasi

diri,

2)Hubungan yang tidak efektif atau tidak memuaskan, 3)Tidak puas hidup di dunia,
4)Koping yang tidak efektif terhadap peristiwa kehidupan dan 5)Tidak terjadi
pertumbuhan personal.
Ada juga beberapa ciri gangguan jiwa yang dapat diidentifikasi pada seseorang
menurut Keliat,dkk (2005) adalah :1)Marah tanpa sebab, 2)Mengurung diri, 3)Tidak
kenal orang lain, 4)Bicara kacau, 5)Bicara sendiri dan 6)Tidak mampu merawat diri.

C. Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa


A. Menurut American Nurses Associations (ANA)
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan
ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik
dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan
kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).

B. Menurut WHO
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan langsung, komunikasi dan
management, bersifat positif yaang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.
C. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal
dari seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain.
D. Menurut Center for Mental Health Services (CMHS)

Keperawatan kesehatan jiwa adalah salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa.
Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik, teori kepribadian
dan perilaku manusia untuk mendapatkan kerangka berpikir teoretis yang mendasari
praktek keperawatan(Suart,2007)
E. Menurut Caroline (1999)
Keperawatan kesehatan jiwa adalah merawat seseorang dengan penyimpangan mental
dimana

perawat

harus

memiliki

pengetahuan

dan

keterampilan

(peka,mau

mendengar,tidak menyalahkan dan memberikan dorongan) untuk menemukan kebutuhan


dasar klien yang terganggu seperti kebutuhan fisik,aman dan nyaman,kebutuhan
mencintai dan dicintai,harga diri dan aktualisasi diri.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan keperawatan kesehatan jiwa


adalah :
a.

Merupakan salah satu bidang spesialisasi ilmu keperawatan jiwa dalam praktek
keperawatan

b.

Memiliki dasar keilmuan yang khas sebagai batang tubuh ilmunya yaitu ilmu
perilaku,psikososial,biofisik,teori kepribadian,komunikasi,pendidikan dll

c.

Memiliki kiat khusus merawat klien yaitu menggunakan diri perawat yaitu gerak
tubuh,bahasa,ekspresi,sentuhan,tatapan mata dan nada suara.

d.

Perawat harus menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan(peka,mau


mendengar,empati,tidak menyalahkan,memotivasi dll.

e.

Klien yang dirawat berupa individu,keluarga,kelompok,organisasi dan masyarakat


dengan penyimpangan mental mulai masa konsepsi sampai lanjut usia dimanapun
berada.

f.

Tugas atau peran perawat adalah menemukan kebutuhan klien yang terganggu berupa
kebutuhan biopsikososiospiritual.

g.

Bertujuan untuk meningkatkan,mempertahankan dan memulihkan kesehatan mental


klien

D. Falsafah Keperawatan Kesehatan jiwa.

Menurut Dep.Kes (2000) Beberapa keyakinan yang mendasari praktek keperawatan


kesehatan jiwa,meliputi :
a.
b.
c.
d.

Individu memiliki harkat dan martabat yang perlu dihargai.


Tujuan individu adalah bertumbuh,berkembang,sehat,otonomi dan aktualisasi diri.
Individu berpotensi berubah.
Individu adalah makhluk holistik yang berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan

e.
f.
g.
h.

sebagai manusia utuh.


Setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang sama.
Semua perilaku individu bermakna.
Perilaku individu meliputi persepsi,pikiran,perasaan dan tindakan.\
Individu
memiliki
kapasitas
koping
yang
bervariasi,dipengaruhi

i.
j.
k.
l.
m.

genetik,lingkungan,kondisi stres dan sumber yang tersedia.


Sakit dapat menumbuhkembangkan psikologis seseorang.
Setiap orang berhak mendapat pelayanan kesehatan yang sama.
Kesehatan mental adalah komponen kritikal dan penting dalam pelayanan kesehatan.
Individu berhak berpartisipasi dalam pembuatan keputusan untuk kesehatannya.
Tujuan keperawatan adalah meningkatkan kesejahtraan,memaksimalkan fungsi dan

meningkatkan aktualisasi diri.


n. Hubungan interpersonal dapat menghasilkan perubahan dan pertumbuhan individu.

E. Maksud dan tujuan Keperawatan Kesehatan jiwa.


Adapun maksud dan tujuan keperawatan kesehatan jiwa adalah untuk menolong klien
agar kembali kemasyarakat sebagai individu yang mandiri dan berguna.Tujuan ini dapat
dicapai dengan proses komunikasi,diharapkan klien dapat menerima dirinya,dapat
berhubungan dengan orang lain atau lingkungannya serta mandiri.

F. Peran dan Fungsi Perawat dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa.


Menurut Stuart dan Sundeen (1995) dalam memberikan asuhan dan pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa,perawat dapat melakukan aktivitas pada tiga area utama
yaitu 1)Memberikan asuhan keperawatan secara langsung,2) Aktivitas komunikasi dan
3)Aktivitas dalam pengelolaan atau manajemen keperawatan.
Dalam hubungan perawat dengan klien,ada beberapa peran perawat dalam
keperawatan kesehatan jiwa,meliputi :
1.

Kompetensi klinik.

2.

Advokasi klien dan keluarga

3.

Tanggung jawab keuangan

4.

Kerja sama antar disiplin ilmu di bidang keperawatan

5.

Tanggung gugat sosial

6.

Parameter etik-legal.

Pada setiap tingkatan pelayanan kesehatan jiwa,perawat mempunyai peran tertentu :


a. Peran perawat dalam prevensi primer.
1). Memberikan penyuluhan tentang prinsip sehat jiwa.
2).Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan,tingkat kemiskinan dan
pendidikan.
3).Memberikan pendidikan dalam kondisi normal,pertumbuhan dan perkembangan dan
Pendidikan seks.
4).Melakukan rujukan yang sesuai sebelum terjadi gangguan jiwa.
5).Membantu klien di rumah sakit umum untuk menghindari masalah psikiatri .
6).Bersama keluarga untuk memberikan dukungan pada anggotanya untuk meningkatkan
Fungsi kelompok.
7).Aktif dalam kegiatan masyarakat atau politik yang berkaitan dengan kesehatan jiwa.
b. Peran perawat dalam prevensi sekunder.
1).Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa.
2).Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan di rumah.
3).Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di rumah sakit umum.
4).Menciptakan lingkungan terapeutik.
5).Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan.
6).Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri.
7).Memberi konsultasi.
8).Melaksanakan intervensi krisis.
9).Memberikan psikoterapi pada individu,keluarga dan kelompok pada semua usia.
10).Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yan teridentifikasi masalah.
c. Peran perawat dalam prevensi tertier.
1).Melaksanakan latihan vokasional dan rehabilitasi.
2).Mengorganisasi pelayanan perawatan pasien yang sudah pulang dari rumah sakit jiwa
untuk Memudahkan transisi dari rumah sakit ke komunitas.
3).Memberikan pilihan perawatan rawat siang pada klien.
Peran Perawat Kesehatan Jiwa :

Pengkajian yg mempertimbangkan budaya


Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan
Berperan serta dlm pengelolaan kasus
Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit

mental - penyuluhan dan konseling


Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan

kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan


Memberikan pedoman pelayana kesehatan

G.PRINSIP-PRINSIP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi
keperawatan jiwa : yang kompeten).

Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat


dengan klien).

Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).

Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).

Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam


keperawatan jiwa).

Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam


keperawatan jiwa).

Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya


dalam keperawatan jiwa).

Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan


dalam keperawatan jiwa).

Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam
keperawatan jiwa).

Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses


keperawatan : dengan standar- standar perawatan).

Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards


(aktualisasi

peran

keperawatan

jiwa:

melalui

penampilan

standar-standar

professional).
Keperawatan kesehatan jiwa merupakan spesialisasi praktek keperawatan mempunyai
beberapa prinsip,adalah sebagai berikut :
a.

Peran dan fungsi perawat jiwa adalah unik yaitu perawatan yang kompeten.

b.

Hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien adalah pengalaman belajar
bersama untuk memperbaiki emosi klien.

c.

Memiliki

konseptual

model

keperawatan

kesehatan

jiwa

antara

lain

Psikoanalisis(Freud,Erickson),Interpersonal(Sullivan,Peplau),Sosial(Caplan)Eksiste
nsial (Ellia,Rogers,Suportif terapi(Wermon)dan medikal(Meyer dan Kraeplin).
d.

Model stres dan adaptasi

memberikan asumsi bahwa lingkungan secara alami

memberikan berbagai strata sosial dimana dalam Keperawatan kesehatan jiwa


melalui proses keperawatan memberikan konsep yang jelas.
e.

Perawat jiwa harus belajar struktur dan fungsi otak untuk memahami penyebab agar
lebih efektif dalam menentukan strategi intervensi pada gangguan jiwa.

f.

Keadaan status mental klien dalam keperawatan kesehatan jiwa menggambarkan


rentang kehidupan psikologis melalui waktu.

g.

Perawat harus peka terhadap sosial budaya klien yang bervariasi sebagai salah satu
pengatahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam intervensi keperawatan jiwa.

h.

Keadaan lingkungan memberi pengaruh langsung pelayanan keperawatan jiwa.

i.

Aspek legal,etika dan profesional dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa.

j.

Penatalaksanaan proses keperawatan sesuai strandar perawatan.

k.

Aktualisasi peran keperawatan kesehatan jiwa melalui penampilan standar


profesional.

H. KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


a. Psycoanalytical (Freud, Erickson)

Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada seseorang apabila
ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting).
Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata
tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya
penyimpangan perilaku (deviation of Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis
terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak
tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkatakata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral
dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa
mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam
keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah
sadarnya digali dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal
ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang
khusus.
Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya,
sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai
keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu
misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar,
diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan
menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).

b. Interpersonal ( Sullivan, peplau)


Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya
ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan
alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain

(interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan
ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya membangun
rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin
hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain
sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing
mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat
berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship ( perawat
berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien).
Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam
berhubungan dengan orang lain.
c. Social ( Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan
perilaku apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan yang akan memicu
munculnya stress pada seseorang ( social and environmental factors create stress, which
cause anxiety and symptom).
Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah environment
manipulation and social support ( pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya
dukungan sosial)
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman
sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist berupaya : menggali
system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau
tempat kerja.
d. Existensial ( Ellis, Rogers)
Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila
individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki

kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodiimage-nya
Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar berpengalaman
bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses
atau dapat dianggap sebagai panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran
diri dengan cara introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan
kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan
menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept
self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam
memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya dan mendapatkan feed
back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk
memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward &
punishment.
e. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan respo
maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag,
migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah
cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya
memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak
mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi
menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan
dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya
dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu
diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya;
kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya.

Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki
dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan
empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.
f. Medica ( Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang
kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus
penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic,
farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim
medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan
dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan
menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.
g. Falsafah keperawatan jiwa
Beberapa keyakinan mendasar dalam keperawatan jiwa meliputi hal-hal sebagai berikut
1. Individu memiliki harkat dan martabat sehingga masing-masing individu perlu
dihargai.
2. Tujuan individu meliputi tumbuh, sehat, ekonomi, dan aktualisasi diri
3. Masing-masing individu berpotensi untuk berubah
4. Manusia adalah makhluk kholistik yang berinteraksi dan beraksi dengan
5.
6.
7.
8.

lingkungan sebagai manusia yang utuh.


Masing-masing orang memiliki kebutuhan dasar yang sama
Semua perilaku individu bermakna
Perilaku individu meliputi resepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan.
Individu memiliki kapasitas koping yang bervariasi, dipengaruhi oleh kondisi

genetik, lingkungan, kondisi stress, dan sumber yang tersedia.


9. Sakit dapat menumbuhkan dan mengembangkan psikologis bagi individu.
10. Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
sama.
11. Kesehatan mental adalah komponen kritikal dan penting dari pelayanan
kesehatan yang komprehensif .
12. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan
fisik dan mentalnya.
13. Tujuan keperawatan meningkatkan kesejahteraan memaksimalkan fungsi atau
meminimalkan kecacatan atau ketidakmampuan dan meningkatkan aktualisasi
diri.
14. Hubungan interpersonal dapat menghasilkan perubahan dan pertumbuhan
individu.

I. ASUHAN YANG KOMPETEN BAGI PERAWAT JIWA ( COMPETENT OF


CARING )
Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.
Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.
Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi,

koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga.


Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok, untuk
menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk

pelayanan terkait, teknologi dan sistem sosial yang paling tepat.


Meningkatkan dan memelihara kesehatanmental serta mengatasi pengaruh penyakit

mental melalui penyuluhan dan konseling.


Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan

penyakit jiwa dengan masalah fisik.


Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan
klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2.

Jakarta: EGC.
Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Farida kusumawati dan Yudi Hartono 2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai