Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PROSES PELAKSANAAN KONSTRUKSI


BENDUNGAN

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Rahmat Gunadin
Revando Fakhri Atmanegara
Waskito Yudo P
Arnis Reginia
Garry Guntara

12511192
12511217
12511224
12511226
12511232

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2014/2015
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan

rahmat,

taufik

dan

hidayah-Nya

sehingga

kami

dapat

menyelesaikan makalah proses pelaksanaan konstruksi bendungan ini.


Makalah proses pelaksanaan konstruksi bendungan, dibuat sebagai tugas
dari mata kuliah Metode Pelaksanaan Bangunan untuk memenuhi LO4. Dalam
penyusunan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Atika Ulfa
Jamal,S.T, M.Eng, M.T selaku dosen Metode Pelaksanaan Bangunan
Harapan kami semoga makalah pelaksanaan bendungan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan kelompok kami pada
khususnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati dan kelapangan dada kami akan menerima segala
kritik dan saran yang bersifat membangun.

Yogyakarta, 9 Januari 2015

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pengelolaan sumber daya air merupakan aspek yang sangat penting untuk
keberhasilan suatu pembangunan, karena air adalah kebutuhan utama kehidupan
manusia. Sebagai upaya menjaga kelestarian air maka berbagai usaha telah
dilakukan baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Upaya non fisik diantaranya
pembuatan peta potensi catchmen area, mengatur penggunaan DAS, pembuatan
master plan pengendalian banjir dan mekanisme perijinan alih fungsi lahan yang
ketat. Upaya fisik diantaranya pembangunan bendungan yang diharapkan dapat
menampung laju air sungai sehingga dapat meresap ke dalam tanah serta
berfungsi sebagai pengendali banjir di daerah hilir.
Bendungan adalah suatu bangunan air yang dibangun khusus untuk
membendung (menahan) aliran air yang berfungsi untuk memindahkan aliran air
atau menampung sementara dalam jumlah tertentu kapasitas/volume air dengan
menggunakan struktur timbunan tanah homogen (Earthfill Dam), timbunan batu
dengan lapisan kedap air (Rockfill Dam), konstruksi beton (Concrete Dam) atau
berbagai tipe konstruksi lainnya.
1.2 TUJUAN
Agar mahasiswa dapat memahami tahapan yang ada pada proses
pelaksanaan bendungan.
1.3 RUMUSAN MASALAH
1. Apa sajakah tahapan pada proses pelaksanaan bendungan?
2. Bagaimana penjelasan dari setiap tahapan tersebut?
3. Berikan contoh dari penjelasan tersebut?

BAB II
PEMBAHASAN
Bendungan

memiliki

tipe

konstruksi

yang

berbeda-beda,

yaitu

menggunakan struktur timbunan tanah homogen (Earthfill Dam), timbunan batu


dengan lapisan kedap air (Rockfill Dam), konstruksi beton (Concrete Dam) atau

berbagai tipe konstruksi lainnya. Berikut merupakan contoh pelaksanaan


konstruksi bendungan dengan tipe rockfill dam (Bendungan Punggelan):
Bendungan Punggelan
Bendungan Punggelan di Kabupaten Banjarnegara adalah bendungan
dengan tipe rockfill dam dengan timbunan dibagi dalam zona-zona material
dengan inti tegak. Tahapan pelaksanaan Bendungan Punggelan secara umum
adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan persiapan
2. Pekerjaan awal
3. Pekerjaan utama, meliputi:
a. Bangunan pengelak (Diversion Tunnel)
b. Bangunan pengelak utama (Main Cofferdam)
c. Bangunan utama (Main Dam)
1) Bouring Grouting
2) Penyiapan pondasi di daerah core atau inti
3) Penyiapan pondasi di luar core atau inti
4) Pelaksanaan timbunan core atau inti
5) Pelaksanaan timbunan filter
6) Pelaksanaan timbunan transisi
7) Pelaksanaan timbunan rockfill
8) Pemasangan batu rip-rap
9) Pemasangan instrumentasi
10) Perkerasan crest dam
d. Pelimpah
4. Pekerjaan akhir
Untuk lebih jelasnya, tahapan-tahapan dari proses pelaksanaan konstruksi
Bendungan Punggelan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pekerjaan persiapan

Mobilisasi personil dan peralatan untuk melaksanakan pekerjaan


persiapan.

Melaksanakan survey di lapangan :

Memeriksa Bench Mark (BM)

Membuat peta topografi secara akurat dengan skala sama dengan peta
yang diberikan oleh Pemilik Proyek/Konsultan.

Klarifikasi hasil pemetaan tersebut dengan peta topografi dari Pemilik


Pekerjaan/Konsultan meliputi as bendungan, lokasi bangunanbangunan

pelengkap

seperti

bangunan

pengelak,

bangunan

pengambilan dan bangunan pelimpah.

Gambar 2.1 Kegiatan pengukuran lokasi tapak bendungan

Kalau semua hasil pemetaan sudah sesuai dengan dengan peta topografi
dari Pemilik Proyek/Konsultan, langsung dibuat cross section (potongan
melintang) dari semua rencana lokasi bangunan untuk MC-0.

Kalau ternyata hasil pemetaan tidak sama dengan peta yang diberikan
oleh Pemilik Pekerjaan/Konsultan maka dibuatkan usulan kepada Pemilik
Pekerjaan/Konsultan untuk diadakan Review Design.

Dari peta topografi tersebut mulai direncanakan gambar/denah lokasi


bangunan-bangunan fasilitas seperti perkantoran, gudang, laboratorium,

bengkel, motor pool, crushing dan batching plant, jalan-jalan hantar,


borrow area di sekitar bendungan, tempat-tempat pembuangan hasil
galian (disposal area/spoil bank), tempat-tempat penimbunan sementara
(stock pile), lokasi power supply, lokasi water supply, serta bangunan
sementara untuk para karyawan dan pegawai (mess, dapur umum dan
bedeng-bedeng kerja).

Merencanakan struktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan dan


tahap-tahap pelaksanaan proyek.

Merencanakan/menyiapkan

construction

schedule

(Jadwal

Waktu

Pelaksanaan )

Merencanakan mobilisasi peralatan konstruksi dan tenaga kerja.

Memproses perijinan untuk pengadaan, penggunaan dan penyimpanan


bahan peledak ke pihak berwajib.

2. Pekerjaan awal

Mobilisasi peralatan konstruksi dan tenaga kerja disesuaikan dengan


kebutuhan, termasuk tenaga-tenaga keamanan.

Mulai mengajukan gambar-gambar kerja (shop drawing) kepada Pemilik


Pekerjaan

dan Konsultan untuk bangunan-bangunan yang akan

dikerjakan secara bertahap.

Melaksanakan pekerjaan clearing dan grubbing yang meliputi :


-

Daerah rencana lokasi bangunan-bangunan fasilitas

Daerah rencana inlet dan outlet dari bangunan pengelak

Daerah sepanjang as bendungan untuk persiapan pekerjaan boring


grouting pada pondasi bendungan.

Daerah borrow area/rencana pengambilan batu (quarry)

Melaksanakan pembangunan bangunan fasilitas, termasuk bangunanbangunan di quarry (gudang bahan peledak, tanggul pengaman dan pagar,
kantor, pos penjagaan, tempat penyampuran).

Gambar 2.2 Kegiatan Clearing & Grubbing

Gambar 2.3 Penyiapan Base Camp dan peralatan kerja

Melaksanakan grouting test pada as bendungan.

Menentukan mix design untuk bermacam-macam mutu beton.

Merencanakan

eksploitasi

melaksanakan eksploitasinya.

quarry

(pekerjaan

quarrying)

dan

Setelah bahan peledak siap ditempat dan disimpan dalam gudang bahan
peledak, dilaksanakan test peledakan di quarry.

Melaksanakan penyelidikan dan tes material timbunan, terutama untuk


timbunan inti bendungan (lapisan kedap air) di daerah sekitar rencana
waduk yang telah ditetapkan dalam Tender Dokumen. Untuk mengetahui
baik kuantitas maupun kualitas.

Melaksanakan penyelidikan di borrow area yang telah ditentukan untuk


material beton (daerah pengambilan pasir dan kerikil), untuk mengetahui
baik kualitas maupun kuantitasnya.

3. Pekerjaan utama, meliputi:


a. Bangunan pengelak (Diversion Tunnel)

Galian terbuka di bagian inlet dan outlet

Menyiapkan jaringan power supply

Menyiapkan water supply untuk pengeboran/tandon air di atas


terowongan.

Menyiapkan air compressor untuk pengeboran

Menyiapkan mesin bor/leg drill

Menyiapkan steel support/steel legging

Menyiapkan peralatan untuk spray mortar/gunite dan rock anchor

Menyiapkan peralatan untuk hasil peledakan seperti rock shovel,


lorry, locomotif, rail, wheel loader, dump truck

Menyiapkan

peralatan

penghisap

hasil

peledakan

(blower).

Memasang penahan longsoran di bagian depan inlet dan outlet


terowongan

Menentukan drilling patern, dalamnya lubang bor, jumlah lubang bor,


jumlah dynamite masing-masing lubang bor dan nomer-nomer
detonator untuk masing-masing lubang bor

Melaksanakan pengalian terowongan dengan cara dan urut-urutan


sebagai berikut: pengeboran dan pembersihan lubang bor, pengisian
dinamit

dan

detonator,

menyambung

kabel-kabel

detonator,

meledakkan dengan mesin peledak (blasting machine), mempercepat


pengeluaran gas hasil peledakan dengan menyemprot memakai angin
dari air compressor dan blower, mengeluarkan hasil galian,
memasang steel support. Demikian seterusnya sampai selesai
pekerjaan penggalian.

Gambar 2.4 Kegiatan untuk Diversion Tunnel

Gambar 2.5 Pekerjaan pembersihan di dalam Diversion Tunnel

Kalau terowongan sudah agak dalam + >10 m dipasang penerangan,


kabel listrik diikatkan pada penyangga (steel support).

Kalau terdapat sumber-sumber air, dibuat saluran pengering/


pengumpul air kemudian dipompa keluar memakai submersible pump
atau pompa listrik yg kecil 2" lewat air hose/pipa diameter 2"

Setelah selesai penggalian terowongan, dilaksanakan pembetonan


dinding terowongan, biasanya dimulai dari bagian dalam ke arah inlet
dan outlet (mundur). Sekali pembetonan sepanjang 6.0 m - 9.0 m
tergantung dari diameter terowongan. Pembetonan bisa sekaligus
untuk dinding terowongan dan invert (lantai), bisa juga diselesaikan
dinding terowongan 2-3 seksi, disusul dengan lantai/invert

Peralatan pembetonan meliputi center form untuk form setting,


concrete pump lengkap dengan pipa-pipanya untuk penyaluran beton,
serta agitator truck untuk mengirimkan beton dari batching plant ke
concrete pump

Setelah pembetonan selesai dilaksanakan pekerjaan grouting yaitu


backfiil grouting dan consolidation grouting, melalui lubang-lubang

yang telah disiapkan selama pekerjaan pembetonan, yaitu dengan


jalan menanam pipa-pipa dalam dinding beton baik di bagian atas
maupun samping. Peralatan grouting dimasukkan dalam terowongan.

Gambar 2.6 Pekerjaan Boring Grouting di dalam Diversion Tunnel


b. Bangunan pengelak utama (Main Cofferdam)

Setelah selesainya bangunan pengelak, aliran sungai di belokkan


lewat bangunan pengelak dengan membuat primary cofferdam di
depan lokasi main cofferdam. Kemudian dilanjutkan dengan
pembangunan main cofferdam baik di bagian hulu bendungan
maupun di bagian hilir bendungan (bila diperlukan). Fungsi dari
cofferdam bersama saluran pengelak baik terowongan maupun open
channel adalah melindungi lokasi bendungan utama dari banjir selama

penimbunan/pembangunan bendungan utama.


Main cofferdam di upstream bendungan bisa berdiri sendiri (diluar
tubuh bendungan) dan bisa juga merupakan bagian dari upstream

tubuh bendungan utama.


Penimbunan main cofferdam dilaksanakan setelah penggalian pondasi
baik di dasar sungai maupun di kanan-kiri tebing sungai mencapai
batuan yang keras. Tidak ada treatment khusus seperti pondasi
bendungan utama. Cara pemadatannyapun sama dengan pemadatan

bendungan utama. Pada umumnya pembangunan cofferdam baik


upstream maupun downstream harus diselesaikan dalam satu musim
kering.

c. Bangunan utama (Main Dam)


1) Bouring Grouting

Pelaksanaan grouting pada bendungan tipe urugan biasanya


dilakukan di daerah sepanjang as bendungan di bawah lapisan
kedap air/inti bendungan/cIay core.

Ada 2 macam grouting yaitu curtain grouting yang berfungsi


menahan rembesan air/seepage yang berasal dari waduk dan
blangket grouting yang berfungsi memperbaiki bagian atas
pondasi dari retakan-retakan di seluruh contact core area.

Kedalaman curtain grouting tergantung dari kedalaman air waduk


yang menimbulkan "hydrostatic pressure. Secara empiris
ditentukan ditentukan dengan dengan rumus : d - 0.4S - 0.60 H,
atau d= 0,5H+C tergantung dari kondisi geologi batuan pondasi
dan hasil grouting test dan water pressure test/permeability test.
Jarak curtain grouting antara 0.75 - 1.25 m dan biasanya terdiri
dari 2-3 baris dengan jarak baris antara 1.0 - 1.50 meter.
dimungkinkan

adanya

tambahan

lubang

grouting

hingga

mencapai permeabilitas yang direncanakan.

Blanket grouting dilaksanakan dengan kedalaman sekitar 5.0 - 6.0


meter dengan jarak antara 2.50 -3.0 meter di seluruh contact core
area.

Material grouting terdiri dari campuran semen dan air dengan


perbandingan berat mulai dari 1 : 5 sampai 1:1. Untuk daerah
yang permeabilitasnya masih tinggi kekentalan injeksi : 1 ; 0.8 1 : 0.6.

Curtain grouting dilaksanakan dengan cara stage grouting dengan


kedalaman 5 m setiap tahap/stage. Sedangkan untuk blanket

grouting

dilaksanakan

dalam

stage/tahap.

Pelaksanaan

pengeboran curtain grouting dilaksanakan langsung dari grout


cap (terutama untuk di dasar sungai) atau memakai perancah
untuk daerah sepanjang tebing sungai.
2) Penyiapan pondasi di daerah core atau inti

Untuk daerah di palung sungai penyiapan pondasi dimulai begitu


aliran sungai sudah dibelokkan lewat bangunan pengelak,
bersamaan dengan pembersihan dasar sungai untuk pembangunan
cofferdam.

Setelah pembersihan dilanjutkan dengan galian cut-off sedalam


sesuai rencana kemudian dilanjutkan dengan pembetonan dasar
sungai, yang berfungsi sebagai concrete cap untuk pelaksanaan
grouting. Lebar dasar sungai yang dibeton sesuai dengan lebar
dasar rencana timbunan core dan (contact core area) sepanjang
dari tebing kiri-kanan sungai.

Kalau di dasar sungai dijumpai adanya palung yang cukup dalam,


maka palung tersebut dibersihkan dari timbunan/endapan lumpur
dan pasir sampai menampakkan lapisan batuan yang keras.
Kemudian palung ditutup/diisi dengan beton yang biasa untuk
concrete cap.

Untuk perbaikan pondasi di daerah tebing sungai kanan-kiri


dilaksanakan setelah pekerjaan grouting selesai, kemudian
dilanjutkan dengan penggalian dan pembersihkan. Pada bagian
yang tidak rata dan banyak cekungan ditutup dengan dental
concrete atau dengan slush grout/gunite. Pada bagian yang
terdapat tonjolan-tonjolan dipotong untuk diratakan. Ini semua
dilaksanakan agar terjadi contact yang rapat antara core material
dengan permukaan pondasi untuk menghindari terjadinya
rembesan di daerah core contact area tersebut.

Pada saat pembersihan dasar sungai kadang-kadang dijumpai


sumber air yang besar baik di daerah contact core area maupun

diluar contact core area, baik di bagian upsteam maupun


downstream.

Untuk mengatasi sumber air ini, cara yang bisa ditempuh adalah
membuat sump-pit (tempat berkumpulnya air) kemudian dipasang
buis beton berdiameter 80 cm 100 cm dan dipasang pompa
(biasanya submersible pump). Selama pekerjaan pondasi air yang
terkumpulkan di dalam buis beton tersebut dipompa dan dibuang
ke arah downstream.

Kalau pembersihan pondasi selesai dan siap dilaksanakan


penimbunan, maka air yang terkumpul tersebut tidak perlu
dipompa dan tingginya buis beton terus ditambah sejalan dengan
tingginya timbunan. Kalau sewaktu-waktu air dalam buis beton
tesebut tidak bertambah, ini berarti airnya sudah seimbang, maka
buis beton tersebut ditimbun dengan pasir dan batu kemudian
digrouting.

Treatment tersebut terutama dilaksanakan di bagian core area


maupun di bagian upstream. Untuk daerah downstream core
contact area, cukup air dialirkan ke bagian luar downstream slope
bendungan.

Gambar 2.7 Pembersihan lokasi di area core bendungan

Gambar 2.8 Penyiapan lokasi di area core bendungan


3) Penyiapan pondasi di luar core atau inti

Setelah penggalian dan pembersihan, pada umumnya tidak ada


special treatment untuk daerah di luar core contact area, termasuk
di dasar sungai maupun di tebing kanan-kiri sungai.

Baik di daerah timbunan filter, timbunan transisi maupun daerah


timbunan rockfill dan riprap tidak diperlukan perbaikan khusus,
kecuali penggalian dan pembersihan untuk menghilangkan tanahtanah yang lunak, rerumputan dan pepohonan.

Perbaikan dan pembersihan di daerah tebing sungai dilaksanakan


sesuai dengan kemajuan timbunan, kecuali kalau terdapat patahan
atau retakan. Kalau dijumpai patahan atau retakan di daerah
tebing sungai, maka daerah tersebut dikupas/digali sampai
mendapatkan lapisan yang masif. Patahan atau retakan ini
dijumpai/diketahui setelah dilaksanakan striping (pengupasan)
lapisan tanah di bagian pondasi.

4) Pelaksanaan timbunan core atau inti

Sebelum dilaksanakan penimbunan untuk tubuh bendungan


dilaksanakan trial embankment di suatu tempat untuk menentukan
tebalnya lapisan, kepadatan dan permeabilitasnya, termasuk
jumlah lintasan pemadatan guna mencapai kepadatan yang
direncanakan.

Tergantung dari tersedianya material di sekitar proyek/di sekitar


bendungan serta karakteristiknya. Core material biasa terdiri dari
natural core (tanah asli) atau campuran tanah dengan pasir yang
disebut blended core.

Kalau diperlukan blended core, maka untuk mencampur


diperlukan stock pile yang terdiri dari lapisan pasir dan tanah liat
dengan perbandingan 1 pasir dan 4 tanah liat atau 1 : 3 tergantung
dari hasil tes yang memenuhi syarat sesuai dengan yang
direncanakan.

Bilamana natural core sudah memenuhi persyaratan maka hasil


galian dari borrow area lagsung diangkut dengan dump truck dan
dihampar di tempat penimbunan, diratakan dengan bulldozer
LGP/swamp dozer pada ketebalan.

Sekitar 20-25 cm dan dipadatkan dengan compactor/shee foot


roller menjadi 15 cm. Demikian pula bila diperlukan blended
core, maka pada tempat pencampuran dimuat dengan back hoe
atau power shovel, di angkut dengan dump truck ke tempat
penimbunan, dihampar dengan swamp dozer dan dipadatkan
dengan shee foot roller. Baik nature core maupun blended core
pelaksanaan penimbunan dilakukan pada musim kering saja, ini
berkaitan dengan optimum rnoister content yang diijinkan. Kalau
sewaktu penghamparan dan pemadatan kondisi core terlalu kering
dan sukar dipadatkan, maka dilaksanakan penyiraman sehingga
mencapai moisture content yang diijinkan.

Setelah pemadatan dan sebelum ditimbun lapisan berikutnya,


dilaksanakan pengambilan sample secara echo sonder untuk
dilakukan tes di laboratorium.

Untuk diperhatikan

bahwa penimbunan core pada lapisan

pertama di atas concrete pad perataan dan pemadatannya tidak


boleh menggunakan bulldozer, tetapi menggunakan whell loader
dan

atau

tire

roller

untuk

mencegah

rusaknya

dasar

sungai/concrete pad.

Karena pemadatannya menggunakan tire roller, maka setiap kali


penimbunan untuk layer berikutnya, maka permukaan layer
pertama perlu dikasarkan menggunakan rake dari motor grader,
untuk mendaparkan ikatan yang kuat antara layer lama dengan
yang baru.

Timbunan pada bagian abutment dilaksanakan harus dengan hatihati dan dijaga agar terjadi kontak yang rapat untuk mencegah
terjadinya rembesan (seepage) dengan jalan pemadatannya
menggunakan tire roller dari wheel loader, atau menggunakan
tamping rammer dengan ketebalan 1.0 m dari abutment dengan
ketebalan layer antara 15cm20cm. Biasanya menggunakan
bahan clay core yang agak plastis.

Gambar 2.9 Pelaksanaan penimbunan material core

Gambar 2.10 Pemadatan material core di tubuh bendungan

Gambar 2.11 Pemadatan material core di lapangan

Gambar 2.12 Perataan material timbunan

5) Pelaksanaan timbunan filter

Filter material biasanya terdiri dari pasir alam yang gradasinya


telah memenuhi syarat. Sample diambil dari lokasi yang telah
ditentukan pada saat pelaksanaan survey dan investigasi. Ditinjau
dari tersedianya pasir alam, bilamana di suatu daerah terdapat
sumber pasir lain, misal pasir dari laut yang biasanya lebih halus,
bisa dilaksanakan campuran dan dites di laboratorium untuk
perbandingan tertentu.

Ketebalan lapisan pasir/filter disesuaikan dengan lapisan core


material. Dipadatkan dengan smooth drum roller kecil (baby
roller). Penimbunan filter selapis lebih tinggi dari lapisan core,
untuk menjaga lapisan core tidak melebar melebihi batas.
Penghentian penimbunan filter disamakan dengan penimbunan
core, jadi penimbunan filter selalu mengikuti penimbunan core
dan dilaksanakan pada musim kering saja.

6) Pelaksanaan timbunan transisi

Material transisi mempunyai gradasi peralihan dari filter ke


rockfiil. Lebar lapisan transisi berkisar antara < (10-20) x lebar
lapisan filter dan menyambung langsung dengan lapisan rockfill.

Ketebalan lapisan transisi berkisar 25 50 m, jadi biasanya lebih


tinggi sekitar 24 50 cm dari lapisan filter core.

Penghentian penimbunan lapisan transisi mengikuti penghentian


lapisan filter dan core.

Material transisi berupa rockfil diambil dari quarry dengan ukuran


dari pasir sampai boulder berukuran 50 cm.

Pemadatan daerah transisi cukup dengan menggunakan spreading


equipment saja yaitu bulldozer 20 30 ton.

7) Pelaksanaan timbunan rockfill

Material untuk timbunan rockfill bisa langsung diambil dari


quarry atau juga bisa diambil langsung dari stock pile, yaitu
timbunan sementara dari hasil galian batu pada penggalian
pondasi bendungan ataupun dari penggalian bangunan-bangunan
pelengkap lainnya seperti dari galian spillway atau galian inlet dan
outlet bangunan pengelak. Ukuran boulder batu untuk timbunan
rockfill ini disesuaikan dengan syarat-syarat ketebalan lapisan
timbunan rickfill, biasanya sekitar 1.0 1.50 meter.

Untuk perataan/spreading menggunakan bulldozer berukuran 20


30 ton, sekaligus juga berfungsi untuk pemadatan dengan
beberapa kali lintasan. Ada pula persyaratan bahwa pemadatan
daerah rockfill dan transisi disamping menggunakan spreading
equipment ditambah beberapa lintasan menggunakan vibrating
roller kapasitas 10 15 ton.

8) Pemasangan batu rip-rap

Rip-rap adalah berfungsi sebagai slope protection pada upstream


dan downstream slope dari main dam dan main cofferdam.
Tebalnya berkisar antara 2.0 meter 5.0 meter, terdiri dari boulder
berukuran > 1.0 meter dikunci dengan boulder kecil-kecil.

Pemasangan Rip-rap bersamaan dengan timbunan rockfill,


peralatan yang digunakan adalah bulldozer untuk mendorong
boulder yang besar-besar dan diatur oleh back hoe termasuk
mengisi rongga-rongga diantara boulder yang besar dengan
boulder yang lebih kecil. Tebal lapisan penimbunan mengikuti
tebalnya lapisan rockfill.

Untuk mengatur Rip-rap supaya kelihatan rapi dan merata


diperlukan operator back hoe yang sudah terampil dan
berpengalaman. Di beberapa bendungan pemasangan Rip-rap ini
ada yang menggunakan crane. Batu-batu besar yang akan
dipasang di tempat Rip-rap diikat dengan wire, kemudian diangkat
dengan crane (crawler crane/truck crane) serta dibantu banyak
tenaga untuk mengikat dan melepaskan wire tersebut.

Gambar 2.13 Pemasangan Rip-rap

Gambar 2.14 Rip-rap yang sudah selesai dilaksanakan

9) Pemasangan instrumentasi

Bersamaan dengan akan dimulainya penimbunan clay core perlu


dilaksanakan pemasangan peralatan monitoring untuk mengikuti
dan mengetahui tingkah laku dari bendungan dan keadaan pondasi
serta besar kecilnya seepage/rembesan setelah pengisian waduk.

Diantara peralatan-peralatan yang dipasang adalah :


-

Multi layer settlement point ditanam pada permukaan pondasi


dan

dalam

imbunan

untuk

mengetahui

terjadinya

settlement/penurunan pondasi dan timbunan.


-

Piezometer yang dipasang dalam timbunan clay core (inti


bendungan) dan dalam pondasi untuk mengetahui besarnya
Void pressure" dan rembesan (seepage) dalam tubuh
bendungan dan pondasi.

Surface settlement point dan Crest settlement point untuk


mengukur settlement pada puncak bendungan dan slope/lereng
dari bendungan.

V-Notch untuk mengukur debit rembesan yang dipasang di


kaki bendungan.

Gambar 2.15 Pemasangan peralatan instrumentasi

10) Perkerasan crest dam

Puncak bendungan biasanya dipergunakan untuk jalan inspeksi


maka penyelesaiannya adalah seperti pada pembuatan jalan, yaitu
ditimbun dengan base corse dan sub-base corse dan dilapisi
dengan asphalt (Hot Mix).

Sebagai pelindung di kanan-kiri dipasang hand-rail/parapet


dilengkapi dengan trotoar (walkway) dan tiang-tiang listrik dan
jaringannya untuk penerangan.

Gambar 2.16 Pembuatan Parapet dan walk-way

d. Pelimpah
Konstruksi Pelimpah menggunakan tipe pelimpah samping (side channel
spillway) dengan kosntruksi beton bertulang. Konstruksi Pelimpah ini
dibagi menjadi 4 area diantaranya:

Saluran Pelimpah

Saluran Transisi

Saluran Peluncur

Kolam Olak

Pelaksanaan konstruksi Pelimpah dilaksanakan dari dua arah; yaitu dari


atas ke bawah dan juga berbarengan dari bawah ke atas. Konstruksi
Pelimpah ini dilaksanakan dengan memakai mutu beton K-175.

Gambar 2.17 Pengecoran tembok penahan saluran transisi

Gambar 2.18 Penampang dari konstruksi Pelimpah

4. Pekerjaan akhir
Pada akhir tahapan pelaksanaan akan dilaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang
bersifat bangunan fasilitas bendungan seperti:

Lansekap

Pos Jaga

Gardu Pandang

Rumah Petugas O dan P dan lainnya

Tahap Penimbunan Bendungan Urugan

Gambar 2.19 Penampang Bendungan Tipe Urugan

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/225230616/Tahapan-Konstruksi-Bendungan
http://id.wikipedia.org/wiki/Bendungan
http://kk.mercubuana.ac.id/elearning/files_modul/11035-8-428992907523.pdf

Anda mungkin juga menyukai