Disusun Oleh:
Kelompok 1
Ade Binna Sheradita 2010811120003
Adryan Ramadhan Hidayat 2010811210020
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL
BANJARBARU
2022
TAHAPAN DAN METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBUATAN
TEROWONGAN
1.1 Umum
Terowongan adalah suatu lobang yang dibuat didalam bumi (dibawah laut atau didalam
bukit), untuk berbagai kegunaan antara lain untuk ; saluran air, lalu lintas kendaraan
mobil / kereta api, manusia, untuk pekerjaan tambang dan lain sebagainya.
Dalam tulisan ini akan diuraikan secara singkat tentang pelaksanaan pembuatan
terowongan untuk saluran air sebagai bangunan pelengkap pada proyek bendungan baik
untuk tujuan serbaguna (PLTA dan Irigasi), atau khusus untuk irigasi atau khusus untuk
PLTA.
Secara fisik ada tiga macam terowongan yaitu :
i. Terowongan mendatar
Free flow tunnel lazim dibangun untuk terowongan pengelak dan spillway, sebagai
contoh : terowongan pengelak Bendungan Wonorejo, Tulungagung Jawa Timur,
terowongan pengelak & spillway bendungan batutegi, lampung, spillway bendungan
cirata, kabupaten purwakarta jawa barat, terowongan pengelak bendungan Selorejo,
Malang Jawa Timur.
Free flow tunnel juga sudah lama dibuat di bali untuk keperluan irigasi yang
tergabung dalam sistem “irigasi subak”. Terowongan ini biasanya dibangun dengan
tenaga orang secara tradiosional dengan peralatan sederhana, yang hingga saat ini
masih berfungsi dengan baik. Terowongan yang dibangun untuk irigasi subak di Bali
ada yang berdiri sendiri ada juga yang gabungan antara terowongan mendatar
sebagai saluran air dan terowongan tegak sebagai sumur kontrol pada saat
membangun, ada yang dilapis pasangan batu ada pula yang tanpa pelapisan
tergantung dari kondisi tanah disepanjang terowongan tersebut.
Terowongan Tulungagung Selatan I dan II yang juga disebut sebagai Terowongan
Neyama, dibangun untuk membuang air banjir didaerah Tulungagung, kearah laut
selatan (Samudera Indoseia). Terowongan ini juga termasuk free flow tunnel.
2. Pressure tunnel (terowongan aliran tekan)
Pressure tunnel biasanya untuk terusan air (waterway) atau headrace tunnel, sebagai
saluran air guna pembangkitan listrik pada proyek PLTA. Pressure tunnel bisa terdiri
dari pressure tunnel dan penstock tunnel, sesuai dengan keadaan topografi dan
kebutuhan.
Namun ada pula pressure tunnel untuk bangunan saluran pengelak, sebagai contoh
terowongan pengelak (diversion tunnel) bendungan Saguling, Kabupaten Bandung Jawa
Barat.
Pada bidang galian yang masih cukup banyak material clay nya dan
dimungkinkan rumput bisa tumbuh, gebalan rumput (sodding) dapat
diterapkan. Biasanya jenis perkuatan bidang galian dengan sodding
ini untuk arel yang tidak membahayakan terhadap bangunan yang ada
disekitarnya atau untuk daerah yang kurang penting, misalnya untuk
access road.
1.2.3 Tahap III, Pekerjaan Penggalian Dalam Tanah (Under Ground Excavation)
Pekerjaan penggalian dalam tanah (under ground excavation) atau lazim juga
disebut penggalian terowongan (tunnel excavation) adalah pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus pula.
1.2.3.1 Pekerjaan persiapan
3m 3m
3m 2,5 m
3m 3m
2,5 m
3m
Bidang bebas
Bidang bebas
c. Pola zigzag bujursangkar d. Pola zigzag persegipanjang
2) Wedge cut disebut juga V-cut, angled cut atau cut berbentuk baji:
Setiap pasang dari empat atau enam lubang dengan diameter yang
sama dibor ke arah satu titik, tetapi lubang bor antar pasangan
sejajar, sehingga terbentuk baji (lihat Gambar 1.3). Cara
mengebor tipe ini lebih mudah disbanding pyramid cut, tetapi
kurang efektif untuk meledakkan batuan yang keras.
Gambar 1.4 memperlihatkan drag cut yang dibuat dari arah lantai.
4) Burn cut disebut juga dengan cylinder cut (Gambar 1.5): Pola ini
sangat cocok untuk batu yang keras dan regas seperti batupasir
(sandstone) atau batuan beku. Pola ini tidak cocok untuk batuan
berlapis, namun demikian, dapat disesuaikan dengan berbagai
variasi. Ciri-ciri pola burn cut antara lain:
60
150
300
140
e. BULLOCK CUT 90
520
Sumbu
P enutup
M u a t a n P rim e r
(d e t o n a t o r)
Cara ini sama halnya dengan cara biasa, hanya dapat dilaksanakan
apabila lapisan batu tidak sama misalnya lapisan atas keras dan
lapisan bawah agak lunak atau lubang pengisian terlalu dalam
(lihat gambar 1.6).
Didalam melakukan pengisian semacam ini harus menggunakan
ketelitian agar supaya sumbu detonator (leg wire) dari detonator
tidak mengalami putus diwaktu penyumbatan. Adapun maksud
dari cara ini terutama untuk menghindari adanya hasil peledakan
yang tidak berhasil, batu banyak yang besar-besar karena dari
pengisian atau keadaan batunya.
Sumbu
M uatan
K edua
P enutup
M uatan
P rim er
M uatan
P ertam a
75 cm Detonating Penghubung
Detonating Cord
3 meter satu sama lain unbtuk seluruh bidang galian batu. Pada
bidang galian yang bukan batu misalnya shear zone atau soft dyke,
rock bolt biasanya tidak perlu karena tidak efektif.
Kontrol survai juga harus diperhatikan dan dilakukan dengan sangat teliti,
karena jika terdapat kesalahan sedikit saja akan menimbulkan arah
(alignment) terowongan bisa berubah. Kontrol survai ini untuk memantau
alignment (tunnel axist), slope dan diameter dari terowongan
1.2.3.6 Tahapan penggalian terowongan
PERCOBAAN PELEDAKAN
a. Persiapan / Surveying
• Supply udara
• Supply aliran listrik
• Ventilasi
• Drainase
• Sistem komunikasi
b. Drilling
i. Peralatan drilling :
- Rock Hammer
- Pick Hammer
- Air Compressor
Pola pengeboran yang umum dipakai antara lain ”burn cut” dimana
bagian terjadi penampang yang pertama kali meledak, kemudian
diikuti bagian sekelilingnya berturut-turut sampai bagian terkecil
yang terletak di bagian tepi penampang.
Gambar 1.11
c. Charging
Mengisi material dinamit dengan memakai timber stick diameter 30 mm
material : Detonator, power gell, Stamming.
d. Blasting
Setelah semua aktifitas selesai, kemudian leg wire, connecting wire, lead wire
dipasang disambungkan dengan blasting machine. Contoh blasting equipment
dan material adalah :
i. Exploder (blasting machine) T100
v. Leg wire
f. Mucking
Akibat ledakan, biasanya batuan mengalami retak-retak yang mudah lepas atau
runtuh, untuk itu diperlukan penyangga atau perkuatan untuk keselamatan kerja.
Konstruksi penyangga atau baja profil H dengan jarak + 1,20 m dan diantara
penyangga diselipkan papan kayu yang tebal untuk menahan reruntuhan.
Perkuatan juga dapat dilaksanakan dengan pemasangan rock bolt atau dengan
shotcrete.
c. Pembetonan Terowongan
Agar pekerjaan lalu lintas pembetonan lancar, maka bagian lantai digali /
dirapikan, kemudian dilapisi beton sebagai jalan masuk karena bagian ini rusak
akibat lalu lintas alat berat selama penggalian.
b. Pengukuran kembali penampang galian
i. Cetakan / shutter
c) d)
e. Pengecoran Beton
1. Setiap blok 60 m
2. Diujung form dipasang cetakan beton dari kayu (maksudnya agar hubungan
antara shutter dan beton lama menjadi bagus).
3. Perindahan form sekaligus sampai 60 m menunggu beton keras.
f. Perbaikan Cacat-cacat
i. Ruang kosong antara shutter dengan batuan galian pada waktu shutter
masih dijumpai concrete yang tidak terisi.
ii. Kurang menyatunya antara beton lama dan beton baru (cold joint), karena
pembetonan dilaksanakan tidak menerus, hari libur panjang, juga antara
beton lama dan beton baru perlu dichipping.
iii. Honey comb (bekas gelembung udara) dan segregation (permisahan
material) yang disebabkan kurangnya pemadatan dalam pelaksanaan dan
kurang lamanya pengadukan di batching plant.
Air
Bahan pembantu
Pengadukan
Pengangkutan
Pengecoran
Pemadatan
Perawatan beton
1. Jenis I
❖ sisa di atas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80% dan
95%.
• Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua
mutu beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga
pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
1.4.1.3 Agregat Kasar (kerikil dan batu pecah)
• Perawatan
1.4.3 Pengadukan
• Pengadukan beton pada semua mutu beton, kecuali mutu Bo, harus dilakukan
dengan mesin pengaduk.
• Selama pengadukan berlangsung kekentalan adukan beton harus diawasi
terus menerus oleh tenaga pengawas yang ahli dengan jalan memeriksa
slump pada setiap campuran beton yang baru.
• Waktu pengadukan bergantung pada kapasitas drum pengaduk, banyaknya
adukan yang diaduk, jenis dan susunan butir dari agregat yang dipakai dan
slump dari betonnya, akan tetapi pada umumnya harus diambil paling sedikit
1.5 menit setelah semua bahan-bahan dimasukkan kedaam drum pengaduk.
• Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat
minimal,misalnya terlalu encer karena kesalahan dalam pemberian jumlah air
pencampur atau sudah mengeras sebagian atau yang tercampur denga bahan-
bahan asing, maka adukan ini tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari
tempat pelaksanaan.
1.4.4 Pengangkutan
Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat dicegah pemisahan dan
kehilangan bahan-bahan.
Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan
waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dengan yang
akan dicor.
Adukan beton sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah pengadukan dengan
air dimulai. Jangka waktu ini dapat diperpanjang apabila digerakkan kontinu
secara mekanis dan bila perlu dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan
setelah mendapat izin.
1.4.5 Pengecoran
Beton harus dicor sedekat-dekatnya ke tujuannya yang terakhir untuk mencegah
pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan adukan di dalam cetakan.
Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan ini harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai
mencapai siar-siar pelaksanaan yang ditetapkan sebagai berikut :
1. Siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa hingga
tidak banyak mengurangi kekuatan dari konstruksi.
2. Antara pengecoran balok atau pelat dan pengakhiran pengecoran kolom
harus ada waktu yang cukup untuk memberi kesempatan kepada beton dari
kolom untuk mengeras.
3. Pada pelat dan balok, siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan kira-kira di
tengah-tengah bentangnya, dimana pengaruh gaya melintang sudah banyak
berkurang.
1.4.6 Pemadatan
• Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan sarang-sarang kerikil, adukan
beton harus dipadatkan selama pengecoran.
• Pemadatan ini dapat dilakukan dengan menumbuk-numbuk adukan atau
dengan memukul-mukul cetakan, tetapi dianjurkan untuk senantiasa
menggunakan alat-alat pemadat mekanis (alat penggetar).
• Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan kira-
kira vertical, tetapi dalam keadaan-keadaan khusus boleh miring 45 derajat.
• Selama penggetaran jarum tidak boleh digerakkan kea rah horizontal karena
hal ini akan menyebabkan pemisahan bahan-bahan
• Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang
sudah mulai mengeras.
• Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum dan pada
umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 a 50 cm ;
• Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai nampak
mengkilap sekitar jarum.
• Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa hingga daerah-
daerah pengaruhnya saling menutupi.
1.4.7 Pemeliharaan Beton
Setelah pelaksanaan pengecoran, beton akan mengeras dan menyusut.
Hal ini disebabkan karena terjadinya reaksi kimia antara air dan semen yang
mengeringkan sebagian masa beton.
Besarnya penyusutan sangat dipengaruhi oleh banyaknya air yang digunakan
dalam campuran beton.
Penyusutan pada beton cair akan lebih besar dari beton kental. Beton di udara
yang lembab akan berkurang penyusutannya bila dibandingkan beton yang
berada pada udara kering. Dengan demikian maka untuk mengurangi penyusutan
menjadi sekecil mungkin seminimum mungkin, menggunakan alat penggetar
mekanik dan beton dalam keadaan lembab selama mungkin setelah pengecoran.
Adanya penyusutan dapat menimbulkan retak. Biasanya retak terjadinya karena
adanya penahanan penyusutan.
Untuk mengurangi terjadinya keretakan, maka diusahakan agar beton pada
kondisi kelembaban yang merata.
Dalam aplikasi di lapangan maka setelah pelaksanan pengecoran dilakukan
pemeliharaan dengan cara membasahi permukaan beton dengan air, menutup
permukaan beton dengan karung yang basah, membasahi permukaan dengan
membuatkan pelindung / atap disertai dengan pengukuran kelembaban udara.
Pekerjaan menggetar beton memakan banyak waktu tenaga kerja dan harus
secara akurat, agar menghasilkan konstruksi beton yang baik, dibutuhkan tenaga
kerja dan pekerja harus diberi instruksi cara bekerja alat tersebut.
Gambar 1.19 Kesalahan pemadatan beton
- pada tempat-tempat yang dekat jaraknya dilakukan dengan waktu getar yang
pendek
- masukkan jarum penggetar dalam arah vertikal dan dengan beratnya sendiri
(jangan dipaksakan);
- bila tampak permukaan di sekitar jarum penggetar mulai licin, tarik
peralahan-lahan sehingga lubang yang ditinggalkan jarum penggetar akan
menutup dengan sendirinya
- perhatikan letak kerja dari alat penggetar, jarak yang digetarkan harus
sedemikian agar tidak saling berlewatan
- jangan sampai menggetarkan konstruksi tulangan
Pada penuangan spesi beton senantiasa akan terdapat tidak tercampurnya spesi beton
(dari salah satu sebab). Bahan-bahan yang halus (ringan) biasanya oleh bahan kasar
(berat). Air merupakan bahan yang paling ringan dalam campuran dan akibatnya yaitu
air naik ke permukaan beton. Pengendapan dan penaikan air ini dinamakan pendarahan
susunan butir, banyaknya air dan kecepatan spesi mengeras. Akibat dari pendarahan
akan menghasilkan kualitas permukaan beton sangat buruk.
Sangkar kerikil
Akibat dari tinggi jatuh yang tinggi atau kerapatan tulangan dalam bekistinig dan jarak
dari dinding yang terlalu dekat, dapat terjadi sungkar kerikil. Hal ini adalah
pengumpulan kerikil di satu tempat di mana kadar air pasir dan semennya sedikit.
Sangkar kerikil ini dapat dicegah secara :
Penuangan
Pengisian acuan dengan beton dinamakan „penuangan / pengecoran“, karena spesi beto
harus dikerjakan dalam waktu yang singkat, maka ini merupakan suatu pekeraan yang
kritis. Ketika pengecoran harus dilakukan penjagaan yang cukup. Apabila pada
penuangan terjadi suatu kesalahan, maka tindakan biaya perbaikannya tinggi dan besar.
Kemungkinan bahwa nivo kualitas pekerjaan beton juga sangat mengecewakan.
Bergantung pada masalah yang spesifik. Untuk dinding dan kolom jarak „tinggi jatuh“
dari spesi beton tidak boleh jatuh, agar mencegah segresi spesi beton. Pencampuran
spesi ini disebabkan karena bahan-bahan yang terberat dan terbesar akan jatuh ke bawah
lebih dahulu. Selanjutnya kerikil dan kemudian pasir dan akhirnya pasta semen yang
akan jatuh dalam bekisting. Pencampuran sebelumnya yang baik itu akan terpengaruh
dan kualitas beton buruk sekali.
Karena itu maksimal tinggi jatuh bebas akan dibatasi sampai sekitar 1,5 meter. Untuk
tinggi jatuh yang sangat tinggi harus digunaan talang cor atau klep cor pada bekisting.
Tulangan pada lantai-lantai dimana pekerja cor akan berjalan diatasnya jangan dirancang
terlalu kecil (lunak). Perhitungkan pula dengan pembebanan yang tinggi akibat
kendaraan angkutan pada dasar tanah.
Cheklist berikut ini harus dilakukan sebelum penuangan :
- apakah bekisting / acuan telah dibasahi dan atau diberi minyak bekisting
- cukup personil
• Bekisting disiapkan sesuai tebal lining dan dipasang diantara segmen lining
sampai dengan kaki lining. Posisi yang tepat dari bekisting pada expansion
joint, control joint dan construction joint dan joint sealant untuk
memudahkan pengecoran beton.
• Batching Plant digunakan untuk lokasi yang bisa dijangkau truk mixer dan
beton mixer digunakan ditempat yang sempit.
• Setelah adukan beton mengering, bekisting dapat dilepas dan diisi dengan
expansion joint atau joint sealant untuk dilatasi.
• Galian ditempat lokasi struktur dilakukan dengan excavator dan / atau man
power
• Potong dan bengkok pembesian di base camp
Peralatan :