Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia adalah Negara demokrasi. Negara demokrasi adalah Negara yang
diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat karena kedaulatan berada di
tangan rakyat. Oleh karena itu, Negara Indonesia menerapkan system politik demokrasi.
Politik demokrasi adalah system yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan numum
ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat
dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
Dengan system politik seperti itu, memberi kesempatan kepada semua warga
Indonesia untuk mengabdikan dirinya menjadi wakil rakyat atau kepala pemerintahan,
yang telah dipilih oleh rakyat. Karena pemilihan tersebut ditentukan oleh rakyat, maka para
calon kepala pemerintahan harus bisa meyakinkan kepada rakyat bahwa dirinya layak
memimpin daerah. Proses untuk meyakinkan rakyat inilah yang sering disebut Kampanye.
Ketika calon Kepala Daerah berkampanye, mereka sering mengumbar janji, guna
meraih simpati. Janji seakan menjadi satu-satunya cara efektif untuk memengaruhi atau
meyakinkan masyarakat, misalnya biaya pendidikan dan kesehatan digratiskan. Seakan
butuh janji-janji itu, rakyat pun akan memilihnya. Namun, ketika calon pemimpin tersebut
terpilih, acap kali janji itu terlupakan karena dikalahkan oleh kesibukkan dengan urusanurusan elit poitik, sehingga kepentingan masyarakat yang telah memperjuangkan
kemenangannya hanya menunggu janji yang tidak tau kapan akan ditepatinya. Janjijanjinya tidak dilaksanakan atau tidak mengubah apapun, kecuali harapan kosong dan
bualan belaka. Janji dijadikan sebagai alat transportasi menuju ambisinya dengan cara
memanipulasi keindahan dengan menghidangkan harapan-harapan yang kosong namun
penuh dengan kebohongan.
Janji kampanye yang tidak dilaksanakan oleh Kepala Daerah sudah tentu masuk dalam
kategori pembohongan publik dan ini merupakan wujud nyata dari sebuah pelanggaran
etika politik yang dilakukan oleh Kepala Daerah. Adanya pelanggaran tersebut memicu
terjadinya pemakzulan atau impeachment terhadap kepala daerah, yang berujung pada
pemecatan.
1

Hal-hal di atas akan dibahas dalam makalah ini, dengan Pemilihan Gubernur Jawa
Tengah 2013 sebagai lingkup bahasan yang diambil. Menjelang pilgub Jateng 2013 yang
akan dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2013 mendatang, para pasangan calon gubernur
yang terdiri atas Hadi Prabowo-Don Murdono, Bibit Waluyo-Sudijono Sastroadmojo, dan
Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko, mulai berkampanye di tengah masyarakat. Beberapa
janji yang diucapkan oleh para pasangan dalam kampanye akan diulas dalam makalah ini.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Dapat mengetahui bagaimana pengawasan terhadap janji politik Kepala Daerah.
1.2.2 Dapat mengetahui apa saja janji yang diberikan oleh calon Kepala Daerah Jawa
Tengah 2013.
1.2.3 Dapat memahami analisa dari janji yang diberikan oleh calon Kepala Daerah Jawa

Tengah 2013.

BAB 2
PERMASALAHAN
2

2.1 Bagaimana pengawasan terhadap janji politik Kepala Daerah?


Dalam hal ini akan disebutkan Peraturan apa saja yang mengatur perihal pelaksanaan
kewajiban kepala daerah dan pertanggung jawabannya terhadap janji-janji politik yang
ditebar selama kampanye. Berlanjut dari pembahasan peraturan-peraturan yang terikat
tersebut, akan dibahas pula mengenai impeachment beserta contohnya dalam Negara
Indonesia.
2.2 Apa saja janji yang diberikan oleh calon Kepala Daerah Jawa Tengah 2013?
Menjelang pemilihan gubernur Jawa Tengah pada 26 Mei 2013, banyak janji yang
bertebaran di masyarakat Jateng yang diberikan oleh para calon. Dalam rumusan ini akan
disebutkan apa saja janji yang diberikan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah
tersebut.
2.3 Bagaimana analisis dari janji yang diberikan oleh calon Kepala Daerah Jawa Tengah
2013 tersebut?
Dalam bahasan ini berisi tentang analisa janji-janji yang diberikan calon Kepala
Daerah Jawa Tengah 2013 kepada masyarakat. Setiap janji yang diucapkan akan
dianalisa, realistis tidak kah janji tersebut bila dilihat dari pengalaman-pengalaman kepala
daerah di daerah Indonesia lainnya, serta dari pandangan penulis.

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Bagaimana pengawasan terhadap janji politik Kepala Daerah?
3

Pelanggaran politik yang dilakukan oleh Kepala Daerah dalam konteks janji
kampanye yang tidak dilaksanakan, nantinya bisa dilakukan impeachment atau
pemakzulan. Dalam perspektif hukum tata negara, rakyat bisa menyampaikan Janji
Kampanye Kepala Daerah itu kepada DPRD. Selanjutnya, DPRD bisa mempertanyakan
ingkar janji itu kepada Kepala Daerah yang pada akhirnya akan bermuara pada
impeachment atau pemakzulan seorang Kepala Daerah.
Bila mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang tahapan tata cara
penyusunan, Pengendalian dan evaluasi Pelaksanaan Rencana pembangunan Daerah,
bunyi pasal 6 hurup (c) mengatakan perencanaan pembangunan daerah menggunakan
pendekatan politis, selanjutnya bunyi pasal 9 menyatakan bahwa pendekatan politis
sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hurup (c), bahwa program-program pembangunan
yang ditawarkan masing-masing calon kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih
pada saat kampanye, disusun dalam rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD).
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut sudah sangat jelas disampaikan
bahwa janji kampanye yang dilakukan oleh calon kepala daerah terpilih dikenai
kewajiban untuk menuangkan janji-janjinya itu dalam peraturan daerah tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Maka melalui Peraturan Daerah
(perda) ini rakyat dan DPRD dapat terus menagih janji kepala daerah terpilih tersebut.
Sehingga melalui Perda itu dapat menjadi dasar bagi masyarakat dan DPRD untuk
menilai kinerja kepala daerah. Kalau masyarakat merasa tidak puas atas kinerja Kepala
Daerah, Perda itu juga dapat jadi dasar untuk mengajukan mosi tidak percaya kepada
Kepala Daerah. Akibat selanjutnya bisa berujung pada diturunkannya kepala daerah itu
dari jabatannya.
Secara konstitusional ketentuan mengenai pemakzulan atau impeachment kepala
daerah memang sudah diatur dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah, ada tiga hal yang menjadi dasar bagi pemakzulan kepala daerah
yakni perbuatan kriminal, pengkhianatan dan perbuatan tercela. Dalam ketentuan itu juga
diatur mekanisme dan tata cara pemberhentian kepala daerah, baik melalui peran DPRD
maupun tindakan langsung yang dilakukan oleh presiden tanpa melalui usulan DPRD.

Dua contoh kasus pemakzulan yang dilakukan oleh DPRD terhadap kepala daerah,
yaitu kasus pemakzulan DPRD Kota Surabaya terhadap Walikota Surabaya Tri
Rismaharini dan kasus pemakzulan terhadap Bupati Garut Aceng Fikri. Pemakzulan
DPRD terhadap Walikota Surabaya, dengan alasan Walikota dinilai telah melanggar
Peraturan Walikota No. 56 dan 57 tentang nilai sewa reklame. DPRD Surabaya akan
menggunakan hak menyatakan pendapatnya untuk menentukan apakah sang walikota
akan dinonaktifkan atau tidak yang selanjutnya akan diajukan ke Mahkmah Agung.
Sesuai pasal 29 ayat 4 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menyebutkan bahwa Mahkamah Agung berwenang memutus pendapat DPRD atas
pemberhentian kepala daerah yang diusulkan jika kepala daerah dinilai melanggar
sumpah/janji jabatan dan atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya. Selanjutnya,
putusan usul pemberhentian itu disampaikan kepada presiden dan memprosesnya paling
lambat 30 hari sejak DPRD menyampaikan usul itu. Namun Pemakzulan terhadap
walikota Surabaya akhirnya gagal karena tidak cukup dasar dan tidak memenuhi kriteria
persyaratan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pemakzulan kedua terjadi pada kasus pelanggaran etika yang telah dilakukan oleh
Bupati Garut, setelah mendapat tekanan hebat dari publik, akhirnya DPRD Garut
membentuk pansus untuk melakukan investigasi terhadap adanya dugaan pelanggaran
etika, tak lama kemudian hasil pansus di putuskan dalam sidang paripurna dan keputusan
sidang paripurna DPRD Garut memutuskan bahwa Bupati Aceng Fikri telah melanggar
etika, perundang-undangan dan sumpah jabatan akibat skandal nikah siri Aceng dengan
Fany Oktora yang hanya berumur 4 hari karena dianggap sudah tidak perawan.
Selanjutnya DPRD Garut membuat surat permohonan kepada Mahkamah Agung, tak
lama kemudian surat permohonan dari DPRD itu akhirnya dikabulkan oleh mahkmah
Agung.
Pertimbangan Majelis Hakim dalam mengabulkan Permohonan DPRD Kabupaten
Garut di antaranya karena dalam kasus perkawinan, posisi termohon dalam jabatan
sebagai bupati tidak dapat dipisahkan atau dikotomi antara posisi pribadi di satu pihak
dengan posisi jabatannya selaku Bupati Garut di lain pihak. Sebab dalam perkawinan,
jabatan tersebut tetap melekat dalam diri pribadi yang bersangkutan. Oleh karena itu,
perilaku pejabat tetap harus dijaga sesuai dengan sumpah jabatan yang telah diucapkan.

Dengan dikabulkannya permohonan DPRD Garut oleh Mahkamah Agung, maka


langkah berikutnya tinggal menunggu eksekusi dari DPRD Kabupaten Garut agar
pemakzulan ini bisa segera dilaksanakan melalui sidang paripurna DPRD dan putusannya
disampaikan Kemendagri, selanjutnya tinggal menunggu penetapan pemberhentian
bupati yang akan dilakukan oleh presiden.
Kasus pemakzulan yang dilakukan oleh DPRD, baik Kota Surabaya maupun
Kabupaten Garut, secara tidak langsung telah memberikan pendidikan politik bagi
masyarakat, lepas dari gagal atau tidaknya pemakzulan tersebut, ada intisari yang bisa
diambil hikmahnya yakni terbukti bilamana kepala daerah telah melanggar kewajibannya
selaku kepala daerah maka dimungkinkan bagi rakyat untuk melakukan gugatan mosi
tidak percaya yang disampaikan melalui mekanisme lembaga perwakilan rakyat (DPRD).

3.2 Apa saja janji yang diberikan oleh calon Kepala Daerah Jawa Tengah 2013?
Menjelang Pemilihan Gubernur Jawa Tengah atau Pilgub Jateng 2013, banyak janjijanji yang mulai bertebaran dari para calon gubernur dan calon wakil gubernurnya.
Pasangan calon gubernur nomor urut satu, Hadi Prabowo-Don Murdono, atau biasa
disebut HP-Don, mulai berjalan dari kota asalnya yaitu Klaten. Di kota kelahiran Hadi
Prabowo tersebut, pihaknya berjanji akan memajukan kota Klaten. Tentu hal tersebut
menyimpan pesan tersirat agar para warga Klaten memilih pasangan HP-Don dalam
pilgub mendatang. Di tempat yang berbeda, yakni Batang, pasangan nomor urut satu
tersebut dibantu oleh ibu-ibu kaum tani yang tergabung dalam Omah Tani Batang. Para
ibu membagikan Kartu Sejahtera yang bergambarkan HP-Don. Kartu Sejahtera memang
telah dijanjikan oleh pasangan tersebut, jika pada akhirnya mereka terpilih menjadi
Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah 2013. Kartu Jateng Sejahtera merupakan
kartu yang dapat memberikan layanan gratis pada hal pembuatan akta kelahiran,
puskesmas, rawat inap, bedah rumah tak layak huni, dan lain-lain.
Pasangan calon gubernur dengan nomor urut dua ialah Bibit Waluyo dan Sudijono
Sastroadmojo, atau biasa disebut Bissa. Menurut pasangan ini, ada empat hal yang
menjadi sasaran program kerjanya, yakni pertumbuhan ekonomi kerakyatan, pendidikan,
kesehatan, dan social kemasyarakatan. Katanya, program kerja itu tidak perlu mulukmuluk, yang penting berjalan dan berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pasangan Bissa tersebut mempunyai komitmen untuk menyejahterakan guru-guru swasta
6

dan pembenahan pendidikan di Jawa Tengah. Pihaknya juga berjanji akan menjadikan
kota Batang menjadi kota Lumbung Pangan. Hal ini dilakukan karena kota Batang sangat
berpotensi dalam melancarkan misi keduanya. Misi kedua dari pasangan ini bisa dibilang
merupakan lanjutan dari misi pertama yang sebelumnya berhasil dijalankan. Misi kedua
dari Gerakan Bali Ndesa Mbangun Desa yakni pemberdayaan ekonomi kerakyatan
dengan intensifikasi pertanian dalam arti luas, UMKM, dan industry padat karya.
Pasangan terakhir dengan nomor urut tiga adalah Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko,
atau biasa disebut Gagah. Pada hari Kartini, pasangan ini menyempatkan untuk
mengunjungi makam Kartini. Pasangan Gagah berkomitmen untuk mengembangkan
pertanian organik. Setiap desa akan diberi satu orang penyuluh pertanian yang telah
didiklat, sehingga bisa membimbing para petani desa serta terlibat langsung dalam
pertanian masyarakat. Di tempat berbeda, pasangan nomor urut tiga ini berjanji kepada
para pedagang Pasar Projo, Ambarawa, dalam hal perbaikan pasar yang tidak terurus
sejak kebakaran tahun lalu. Janji perbaikan juga diberikan pada penghuni Rusunawa
Kaligawe, Semarang, karena gedung Rusunawa seperti sudah tidak layak untuk
ditempati. Janjinya yang lain ialah pengurangan dana atau penghapusan Bantuan Sosial
(Bansos). Dalam pernyataannya, cagub Ganjar siap mengurangi atau justru menghapus
seluruh pos bansos dalam APBD Jateng, dan dialihkan ke desa-desa, jika terpilih menjadi
gubernur Jawa Tengah. Langkah penghapusan bansos tersebut dilakukan karena sesuai
dengan slogannya, yaitu Mboten Korupsi Mboten Ngapusi. Selain itu, untuk
mengambil hati para jiwa muda, Ganjar berjanji untuk mengundang band Metallica
tampil di Semarang. Pasangan Gagah juga telah membentuk Satuan Petugas (Satgas) Anti
Politik Uang. Pembentukan satgas tersebut bertujuan untuk mengantisipasi adanya
kecurangan yang dilakukan oleh calon lainnya dalam berkampanye. Gaya kampanye
Gagah dinamai dengan Kampanye Jateng Lucu.

2.4 Bagaimana analisis dari janji yang diberikan oleh calon Kepala Daerah Jawa
Tengah 2013 tersebut?
HP-Don menyampaikan janji yang cukup menarik hati para pemilih, yakni pembagian
Kartu Jateng Sejahtera. Kartu tersebut hampir serupa dengan Kartu Jakarta Sehat, tetapi
manfaatnya lebih luas, tidak hanya terbatas pada bidang kesehatan saja. Hingga akhir
Maret 2013, kartu tersebut telah di distribusikan sekitar 30 juta lembar. Janji pelayanan
gratis itu umumnya diterjemahkan dengan gratis berobat pada fasilitas pelayanan
7

kesehatan pemerintah yaitu puskesmas, dan rumah sakit. Ditengah mahalnya pelayanan
kesehatan, janji itu untuk masyarakat menjadi berbau surga. Sehingga mendorong
masyarakat untuk memilih pasangan nomor urut satu tersebut.
Namun sebenarnya, tak semudah itu mensukseskan program berbau layanan gratis,
apalagi dalam hal kesehatan. Semua orang tahu bahwa biaya kesehatan sangat mahal
harganya. Sedangkan janji itu menina bobokkan masyarakat miskin. Karena mereka bisa
berobat gratis kalau sakit, maka mereka terlupa untuk menjaga kesehatannya. Buat apa
menaruh perhatian pada cuci tangan, minum air matang, berhenti merokok, kalau sakit
bisa berobat gratis. Buat apa pula ber-KB, kalau melahirkan bisa gratis. Sering kali janji
ini dilakukan untuk tujuan politis, yaitu menenangkan dan menyenangkan hati
masyarakat. Banyak pemimpin daerah beranggapan bahwa kalau sudah menyediakan
pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat tidak mampu mereka merasa telah bekerja
dengan baik. Fakta bahwa masyarakat miskin berobat berkali kali dengan penyakit yang
sama bertahun-tahun tidak menjadi perhatian. Apalagi, sering kali janji ini tidak diikuti
dengan restruktur dan realokasi anggaran daerah keseluruhan, lupa kalau pelayanan
kesehatan yang kuratif ini mahal ongkosnya. Ditambah dengan masalah birokrasi yang
menyebabkan berbagai kasus sulitnya masyarakat miskin untuk mengakses pelayanan
gratis itu. Masyarakat, baik miskin atau tidak perlu selalu menyadari bahwa pelayanan
kesehatan, terutama pelayanan di rumah sakit adalah pelayanan yang mahal biayanya.
Kesadaran itu hilang dengan berobat gratis. Jadi perlu ada sistem yang memberikan
insentif untuk setiap orang menjaga kesehatannya dan memberikan disinsentif kalau
melalaikannya.
Di Jepang, orang yang sakit bisa menggunakan asuransi kesehatan, kecuali bila sakit
itu karena mabuk, karena berkelahi, atau karena penyakit kelamin. Salah satu usaha yang
bisa dilakukan adalah, usaha kemandirian yang banyak dilakukan oleh masyarakat miskin
di berbagai daerah perlu dibangun kembali dan dilibatkan dalam penentuan besarnya
kontribusi anggotanya bila menggunakan fasilitas kesehatan.
Bibit dan Sudijono mempunyai potensi besar untuk memenangkan pilgub jateng 2013.
Pasalnya, Bibit merupakan calon incumbent, yaitu calon yang masih memegang jabatan
sebagai pemimpin daerah (dalam kasus ini sebagai gubernur). Sehingga menurutnya,
kampanye yang dilakukan tidak perlu muluk-muluk karena pihaknya telah berkampanye

selama lima tahun ini, yaitu dengan kesuksesannya dalam menerapkan program Bali
Ndeso Mbangun Deso.
Namun walaupun begitu, pasangan dengan nomor urut dua ini tetap memberikan
beberapa janji pada masyarakat jika pihaknya terpilih menjadi pemimpin, salah satunya
ialah menyejahterakan guru-guru swasta. Jika mengingat tugas guru swasta yang
demikian berat dengan gaji yang lebih sedikit daripada guru negeri, membuat prihatin
yang menjalaninya. Apalagi bagi guru swasta yang mengajar penuh dalam seminggu,
dijalani mulai pagi sampai sore pun tidak akan bisa menyamai gaji guru negeri. Atau
yang mendapat jam mengajar hanya sedikit bahkan karena banyaknya guru, ada yang
hanya mendapat dua jam mengajar dalam seminggu. Jika dikalkulasi, hasil keringat yang
diperoleh tidak sepadan dengan biaya selama kuliah. Memang kelihatan materialis dan
cengeng jika selalu mengaitkan dengan rupiah. Tapi inilah fakta, yang ada di luar rasa
ikhlas dan sosial. Di beberapa daerah, Tegal misalnya, banyak guru swasta yang
tergabung dalam Forgusta berunjuk rasa untuk menagih janji dalam penyejahteraan guru
swasta.
Adanya janji penyejahteraan guru swasta dari pemerintah yang belum berhasil
ditangani menjadi tantangan tersendiri untuk pasangan Bissa. Pasalnya, janji tersebut
terkesan cukup berat mengingat kondisi guru swasta yang hingga kini masih
memprihantinkan.
Pasangan dengan nomor urut tiga yakni Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko, sejauh
penulis membaca berita-berita hingga makalah ini ditulis, pasangan Gagah adalah
pasangan yang cukup banyak memberi janji kepada masyarakat.
Pertama, Gagah berjanji akan memberi satu orang penyuluh pertanian pada tiap desa.
Hal ini dimaksudkan agar para petani bisa lebih produktif dengan bimbingan penyuluh
yang terlibat langsung dalam pertanian masyarakat. Namun tak semudah itu memberi
penyuluh pada masing-masing desa. Anggaran yang akan dikeluarkan cukup banyak,
mengingat tiap-tiap penyuluh harus diberi fasilitas yang mencukupi dalam pelaksanaan
tugasnya, seperti misalnya fasilitas kendaraan atau motor. Menurut informasi yang
penulis himpun dari internet, banyak petani yang menyampaikan argumentasinya perihal
kurangnya pemberian fasilitas terhadap para penyuluh. Kurangnya fasilitas tersebut
menurut para petani membuat kinerja para penyuluh menjadi tidak maksimal. Belum lagi
9

fasilitas penunjang administrasi, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang dibutuhkan oleh para
penyuluh. Tentu hal ini membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Kedua, Gagah berjanji akan memperbaiki Pasar Projo di Ambarawa yang tidak terurus
sejak kebakaran tahun lalu pada Juli 2012. Menurut para pedagang, pemerintah kurang
memperjuangkan audiensi para pedagang dengan DPRD. Kegagalan audiensi tersebut
dikarenakan perbedaan pandangan. Pemerintah akan memindahkan para pedagang ke
Jalan Baru selama pembangunan pasar, tetapi para pedagang hanya ingin pindah ke
Kawasan Tambak Boyo. Dari keluhan tersebut, Ganjar berjanji akan memperjuangkan hal
seputar itu. Namun menurut penulis, janji Ganjar tersebut tidak semudah itu diwujudkan.
Sebab pertimbangan pemerintah daerah yang saat ini masih menjabat pasti sudah
dipikirkan matang-matang. Seharusnya para pedagang bisa mengikuti saran pemerintah,
bukannya asal meminta sesuai keinginan hatinya tanpa memperhatikan kondisi yang ada.
Karena sebab itu lah menurut penulis janji tersebut cukup sulit untuk direalisasikan.
Ketiga, Gagah berjanji akan memperbaiki Rusunawa Kaligawe di Semarang. Kondisi
rusunawa memang cukup memprihatinkan. Sekiranya janji tersebut bisa direalisasikan.
Namun berbeda cerita bila diingat bahwa rusunawa yang tidak layak huni bukan hanya di
Kaligawe Semarang. Banyak hunian yang tidak layak yang menyebar di Provinsi Jawa
Tengah. Memang, janji Ganjar ditujukan pada rusunawa Kaligawe Semarang. Namun
bukan berarti tanggungan Ganjar hanya rusunawa tersebut. Masih banyak rusunawa dan
hunian tidak layak lainnya yang harus diperbaiki. Karena apabila hanya satu rusunawa
yang diperbaiki, otomatis akan membuat hunian-hunian lainnya iri dan dapat berpotensi
menimbulkan demo.
Keempat, Gagah berjanji akan mengundang Band Metallica. Janjinya tersebut serentak
disambut gegap gempita oleh mayoritas anak muda. Dapat diakui bahwa pasangan
bernomor urut tiga ini cukup cerdik, karena pihaknya menjanjikan sesuatu yang jarang
dijanjikan oleh calon-calon pemerintah pada umumnya. Namun menurut penulis,
kebijakan mendatangkan hiburan Band Metallica yang notabenenya band Internasional
itu kurang efektif, bila mengingat fungsi pemerintah menurut undang-undang, dan biaya
yang dikeluarkan nantinya. Tak masalah jika biaya untuk memanggil band tersebut
ditanggung oleh pihaknya pribadi, bukan dari anggaran pemerintahan.
Kelima, komitmen Gagah dalam penghapusan Bantuan Sosial (Bansos). Menurutnya
penyaluran bansos selama ini kurang tepat sasaran, sehingga alokasi bansos dalam APBD
10

Provinsi Jawa Tengah menjadi besar. Ganjar mengatakan akan mengalihkan bansos
tersebut dalam bentuk penyaluran ke desa-desa. Sehingga dananya akan diterima utuh
oleh pemerintah desa tanpa ada potongan dari pihak manapun. Menurut penulis,
kebijakan tersebut kurang efektif, karena bila penyaluran dana hanya disalurkan pada
desa-desa, bagaimana dengan nasib orang-orang jalanan yang tidak mempunyai tempat
tinggal? Para orang jalanan atau sejenisnya yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap
pun akan menjadi terabaikan oleh pemerintah apabila penyaluran hanya pada desa-desa.
Namun pastinya pihak Ganjar sudah memikirkan hal tersebut, karena seorang pemerintah
tidak boleh bertindak secara gegabah.

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Indonesia menerapkan system politik demokrasi. Kegiatan politik yang berbasis
demokrasi tersebut senantiasa diawasi dengan berpacu pada undang-undang yang telah
ditetapkan. Pelanggaran politik yang dilakukan, seperti kepala daerah yang tidak
menepati janji kampanyenya, akan memicu terjadinya impeachment atau pemakzulan,
yang berujung pada pemecatan.

11

Pemilihan kepala daerah yang akan berlangsung ialah pilgub Jateng 2013. Para calon
kepala daerah memberikan sekian janji kepada masyarakat. HP-Don dengan Kartu Jateng
Sejahteranya, Bibit-Sudijono dengan misi kedua Bali ndeso mbangun deso nya, dan
Ganjar-Heru dengan banyak janjinya. Janji-janji yang diberikan tersebut terlalu
normative atau datar-datar saja. Dari beberapa janji yang diucapkan, ada yang realistis
dan kurang realistis. Hal tersebut dianalisis dari beberapa kasus pemerintahan di beberapa
daerah di Indonesia.
4.2 Saran
Menjadi kepala pemerintahan memang suatu impian. Namun bukan berarti untuk
meraih impian tersebut, masyarakat harus dibohongi dengan janji-janji kampanye yang
terdengar menjanjikan. Seharusnya, masyarakat jangan digiurkan atau dibohongi dengan
janji-janji palsu.
Dalam kasus kampanye calon gubernur Jateng 2013, HP-Don sebaiknya menyiapkan
matang-matang Kartu Jateng Sejahtera, mulai dari biaya hingga penyeleksian pemilik
kartu tersebut. Bibit-Sudijono, yang notabenenya calon incumbent, harus mampu
menunjukkan progress di tahun kedua jika nanti terpilih kembali. Ganjar-Heru, yang
merupakan calon gubernur termuda di antara dua yang lain, sebaiknya bisa meletakaan
prioritas pada tempatnya. Karena jika dilihat dari janji-janjinya, ada yang terlihat kurang
penting atau mempunyai prioritas rendah bagi masyarakat.
Para calon gubernur maupun calon kepala daerah lainnya sebaiknya memberikan janjijanji yang realistis atau bukan sekedar angan belaka. Masyarakat juga sebaiknya mampu
menyeleksi janji-janji mana yang sekiranya realistis sehingga dapat menjatuhkan
pilihannya pada calon kepala daerah yang memang benar-benar berkualitas.
4.3 Referensi

12

13

14

15

Anda mungkin juga menyukai