Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat melekatnya yang normal pada
uterus sebelum janin dilahirkan. Hal ini berlaku pada kehamilan dengan massa gestasi
diatas 22 minggu ( trimester ketiga ) atau berat janin diatas 500 gram.
2.2 Etiologi
Penyebab primernya masih belum
berbagai faktor antara lain :

diketahui

namun

kejadiannya

melibatkan

a. Merokok ( risiko solutio plasenta 40% )


b. Penggunaan narkotik ( risiko solutio
berkaitan dengan peningkatan dosis )

plasenta

antara

13-35%

dan

c. Trauma ( terutama trauma abdomen, misalnya akibat dari kekerasan rumah tangga
dan kecelakaan kendaraan bermotor serta penggunaan sabuk pengaman di tengah
perut )
d.

Faktor risiko lain seperti riwayat solutio plasenta sebelumnya, korioamnionitis


(radang pada korion dan cairan ketuban), ketuban pecah dini (24jam),
preeklampsia, nutrisi buruk, usia ibu 35 tahun, sosioekonomi rendah, gemeli dll.

2.3 Patofisiologi
Solusio plasenta terjadi dengan dimulai trejadinya perdarahan dalam desidua basalis
yang menyebabkan hematoma retroplasenter. hematoma dapat semakin membesar ke
arah pinggir plasenta sehingga jika amniokorion sampai terlepas, perdarahan akan keluar
melalui ostium uteri ( perdarahan keluar ), sebaliknya apabila amniokhorion tidak
terlepas, perdarahan tertampung dlam uterus ( perdarahan tersembunyi ).
Jika perdarahan keluar, maka :
a. Keadaan umum penderita relatif lebih baik
b. Plasenta terlepas sebagian atau inkomplit

c. Jarang berhubungan dengan hipertensi.


Jika perdarahan tersembunyi, maka :
a. Keadaan penderita lebih jelek
b. Plasenta terlepas luas, uterus keras/tegang
c. Sering berkaitan dengan hipertensi.
2.4 Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik solusio plasenta pada umumnya adalah adanya perdarahan dengan
nyeri intermitten atau menetap, warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada
bekuan jika solusio relatif baru, dan jika ostium terbuka, terjadi perdarahan berwarna
merah segar. Selain itu, manifestasi klinik solusio plasenta juga tergantung dari seberapa
bagian plasenta yang terlepas, yaitu :
1. Solusio plasenta ringan
a. Terlepasnya plasenta < 1/4 bagian.
b. Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan.
c. Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan.
d. Persalinan berjalan dengan lancar pervaginam.
2. Solusio plasenta sedang
a. Terlepasnya plasenta > 1/4 tetapi belum mencapai 2/3 bagian.
b. Dapat menimbulkan gejala klinik :
- Perdarahan dengan rasa sakit.
- Perut terasa tegang.
- Gerak janin kurang.
- Palpasi bagian janin sulit diraba.
- Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang.

- Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol.


- Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
3. Solusio plasenta berat
a. Lepasnya plasenta > 2/3 bagian.
b. Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri.
c. Penyulit pada ibu :
- Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat.
- Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
- Pada pemeriksaan dijumpai turunnya tekanan darah sampai syok, tidak
sesuai dengan perdsarahan dan penderita tampak anemis.
- Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin sulit diraba, dinding perut
terasa sakit dan janin telah meninggal dalam rahim.
- Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol.
- Solusio plasenta berat dengan Couvelarie uterus terjadi gangguan kontraksi dan
atonia uteri.
2.5 Diagnosis
Diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan dengan melakukan :
1. Anamnesis
a. Terdapat perdarahan disertai rasa nyeri.
b. Terjadi spontan atau karena trauma.
c. Perut terasa nyeri.
d. Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik umum.

b. Pemeriksaan fisik khusus, antara lain :


- Palpasi abdomen
- Auskultasi
- Pemeriksaan dalam
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan USG dapat mendeteksi solutio plasenta dan membedakannya dengan
plasenta previa .
2.6 Penatalaksanaan
a. Atasi syok

Infus larutan NS/RL untuk restorasi cairan, berikan 500 ml dalam 15 menit
pertama dan 2 L dalam 2 jam pertama.

Berikan transfusi darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan akibat


koagulopati.

b. Jika terjadi perdarahan hebat ( nyata atau tersembunyi ), lakukan persalinan segera,
jika :

Pembukaan serviks lengkap, persalinan dengan ekstraksi vakum.

Pembukaan serviks belum lengkap, persalinan dengan seksio sesarea.

c. Jika perdarahan ringan atau sedang ( dimana ibu tidak berada dalam bahaya ), tindakan
tergantung pada denyut jantung janin (DJJ) :

DJJ normal atau tidak terdengar, pecahkan ketuban dengan kokher :


-- Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin
-- Jika serviks kenyal, tebal, dan tertutup, lakukan seksio sesarea.

DJJ abnormal (< 100 / > 180/menit) :


-- Lakukan persalinan pervaginam segera
-- Jika persalinan pervaginam tidak memungkinkan, akhiri persalinan dengan

seksio sesarea.
2.7 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghilangkan atau mengurangi
faktor risiko seperti merokok dan penggunaan kokain serta faktor pencetus lain. selian
itu, seorang ibu hamil sebaiknya segera menghubungi tenaga kesehatan apabila terjadi
perdarahan pada trimester ketiga.

Anda mungkin juga menyukai