Metode Penelitian Kuantitatif Rancangan Variabel Dan Data
Metode Penelitian Kuantitatif Rancangan Variabel Dan Data
PENDAHULUAN
Data dan informasi ilmiah yang termaktub dalam khasanah pengetahuan dan
ilmu semata-mata merupakan hasil rekayasa manusia yang semula diawali
kekaguman manusia terhadap lingkungan di sekitarnya . Kekaguman ini menimbulkan
keinginan manusia untuk mengetahui dan selanjutnya bagaimana alam dapat dikuasai
manusia. Fenomena dan kejadian alam dapat dipelajari karena lazimnya hal-hal yang
terjadi secara alamiah akan berlangsung menurut hukum keteraturan dan konsistensi.
Lazimnya suatu "Ilmu" disusun berdasarkan pengalaman manusia dari hasil
pengamatan manusia terhadap alam, semula menghubungkan satu fenomena satu
dengan lainnya yang bilamana diketahui manusia disebut pengetahuan (knowledge).
Pengamatan adalah suatu tindakan manusia dalam usaha memahami suatu kejadian
(gejala), dan dari hasil pengamatannya manusia berusaha menarik kesimpulan umum
(generalisasi). Pada prinsipnya ada dua pokok kegiatan mental manusia yang
memungkinkan tersusunnya ilmu pengetahuan, yaitu (1) pengamatan, dan (2)
inferensia. Keduanya merupakan komponen dari metoda penelitian ilmiah (scientific
research).
Scientific research: kegiatan manusia yang membutuhkan kecer dikan
(astute), pengamatan atau persepsi obyektif dan dan daya evaluasi dan generalisasi
yang tajam. Tujuan dari penelitian ilmiah adalah untuk memperoleh pengertian
terhadap suatu fenomena atau proses dalam penyelidikan spesifik untuk dapat
memprediksikan dengan akurat mengenai apa yang terjadi dalam proses itu sendiri
atau memodifikasikan proses atau dalam mengembangkan proses baru seperti
metoda produksi (teknologi) yang lebih efisien. Dilihat dari segi metodologi, seluruh
ilmu pengetahuan didasarkan pada:
(1). Pengamatan dan pengalaman manusia yang terus menerus; dan pengumpulan
data yang sistematis.
(2). Analisis yang digunakan dalam bentuk berbagai cara, antara lain: (a). Analisis
langsung (direct analysis), (b). Analisis perbandingan (comparative analysis), (c).
Analisis matematis dengan meng gunakan model matematis.
(3). Penyusunan model-model atau teori, serta pemuatan peramalan-peramalan
dengan menggunakan model itu.
(4). Penelitian-penelitian untuk menguji ramalan-ramalan tersebut, hasilnya mungkin
benar atau mungkin salah.
Proses penelitian juga dapat diartikan sebagai usaha manusia yang dilakukan
secara sadar dan terencana dengan pentahapan proses secara sistematik untuk : (1)
memecahkan masalah dan menjawab pertanyaan praktis di lapang, atau (2)
menambah khasanah ilmu penge tahuan, baik berupa penemuan teori-teori baru atau
penyempurnaan yang sudah ada.
Dengan demikian penelitian juga dapat digunakan sebagai tolok ukur
kemajuan suatu negara, karena melalui penelitian inilah ilmu pengetahuan dan
teknologi baru dapat dihasilkan.
Secara umum penelitian (research), dalam
pengertian umum dapat dibedakan antara survai (survey) atau studi kasus (case
study) di satu pihak dan penelitian (experiment) di pihak lain.
Untuk dapat
melaksanakan penelitian secara baik, diperlukan penguasaan yang memadai tentang
metode penelitian itu sendiri, baik yang menyangkut pengetahuan teoritikal,
ketrampilan dalam praktek dan juga pengalaman-pengalaman. Lebih dari itu, cara
pelaksanaan penelitian yang baik saja sering dirasa belum mencukupi bila kita tidak
berhasil menyebar luaskan dan meyakinkan akan kegunaan hasil penelitian tersebut
kepada masyarakat, melalui publikasi-publikasi dan pertemuan ilmiah.
Sementara orang seringkali mencampur-adukkan pengertian "metode
penelitian" dan "metodologi penelitian". Metodologi penelitian membahas konsep
teoritik berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya, serta pemilihan metode yang
akan digunakan dalam suatu penelitian. Sedangkan "metode penelitian"
mengemukakan secara teknis tentang metode-metod yang dipakai dalam suatu
penelitian.
Seringkali metodologi penelitian diperkenalkan dalam maknanya yang teknis
belaka, misalnya langsung membahas tentang populasi, teknik sampling, merumuskan
masalah, mendisain dan merancang instrumen kuantifikasi data, dan sebagainya.
Selain itu, banyak peneliti telah tenggelam pada berbagai teknik sampling, teknik
instrumentasi, teknik analisis, tanpa menyadari bahwa dia telah menjadi penganut
filsafat ilmu tertentu. Pengguna metodologi seperti biasnaya akan cenderung menolak
cara-cara kerja lainnya sebagai spekulatif, subyektif, dan sebagainya. Sebaliknya para
penganbut filsafat ilmu yang berbeda memberi cap "bohong", "munafik" pada
lanbgkah-langkah kerja penelitian yang memulai tulisannya dengan "alasan pemilihan
judul", dan lainnya. Mereka ini lupa atau tidak tahu bahwa ada metodologi penelitian
berbeda yang menggunakan dasar filsafat ilmu yang lain, yang memang menuntut
langkah kerja seperti itu.
Berdasarkan uraian di atas maka seyogyanya seorang peneliti mengetahui dan
menyadari bahwa dia menggunakan landasan filsafat ilmu yang mana untuk
metodologi penelitian yang digunakannya; sehingga dia menyadari kelebihan dan
kelemahan metodologi yang digunakannya, dan sadar pula bahwa ada metodologi
epenelitian lain yang menggunakan landasan filsafat ilmu yang berbeda.
Metodologi penelitian merupakan ilmu yang mempelajari metode-metode
penelitian, ilmu tentang alat-alat untuk penelitian. Di lingkungan filsafat, logika dikenal
sebagai ilmu tentang alat untuk mencari kebenaran, dan kalau disusun secara
sistematis, metodologi penelitian merupakan bagian dari logika. Kita mengenal lima
macam model logika, yaitu (1) logika formal Aristoteles, (2) Logika matematika
deduktif, (3) Logika matematika induktif, (4) Logika matematik probabilistik, dan (5)
Logika reflektif.
Logika formal Aristoteles berupaya menyusun struktur hubungan antara
sejumlah
proposisi.
Untuk
membuat
generalisasi,
logika
Aristoteles
mengaksentuasikan pada prinsip-prinsip relasi formal antar proposisi. Proposisi
merupakan penegasan tentang relasi antar jenis , proposisi juga dapat dimaknakan
sebagai hubungan antar konsep.
SATUAN
CAKUPAN
WAKTU
Populasi juga dapat diartikan sebagai jumlah keseluruhan unit analisis yang
ciri-cirinya akan diduga (akan dianalisis). Dalam konteks ini dapat dibedakan antara
POPULASI TARGET dan POPULASI SURVEI. Populasi target adalah populasi yang
telah kita tentukan sesuai dengan permasalahan penelitian, dan hasil penelitian dari
populasi ini akan disimpulkan. Populasi survei merupakan populasi yang terliput
dalam penelitian. Secara ideal kedua populasi ini sehatrusnya identik, tetapi pada
kenyataannya seringkali berbeda.
SAMPEL atau CONTOH adalah sebagian dari populasi yang diteliti/diobservasi
dan dianggap dapat menggambarkan keadaan atau ciri populasi. Dalam teknik
penarikan sampel dikenal dua jenis, yaitu penarikan sampel probabilita dan non
probabilita. Sampel probabilita adalah teknik poenarikan sampel dimana setiap
anggota populasi diberi/disediakan kesempatan yang sama untuk dapat dipilih
menjadi sampel.
1. Sampel Probabilita
Ada empat macam cara yang lazim:
(1). Penarikan sampel Secara Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Sampel acak sederhana adalah sampel ayang diambil sedemikian rupa sehingga
anggota populasi mempunyai kesempatan/peluang yang sama untuk dipilih
menjadi sampel.
(2). Penarikan Sampel Sistematis (Systematic Random Sampling)
Metode pengambilan sampel dimana anggota sampel dipilih secara sistematis
dari daftar populasi. Daftar populasi harus berada dalam keadaan acak atau
membaur.
(3). Penarikan Sampel Stratifikasi (Stratified Random Sampling)
Apabila kita akan mengkaji hubungan antar variabel, atau kita melibatkan variabel
bebas dan variabel tidak bebas (terikat), maka diperlukan metode penarikan
sampel berlapis atau berstrata. Suatu kriteria yang jelas harus ditetapkan untuk
membatasi strata. Penarikan sampel dari setiap strata dapat dilakukan secara
pro porsional atau tidak proporsional. Keuntungan dari cara penarikan sampel ini
adalah (a) semua ciri populasi yang heterogen dapat terwakili, (b) dapat dikaji
hubungan antar strata, atau memban dingkannya.
(4). Penarikan Sampel Secara Bergerombol (Cluster Sampling)
Dalam praktek seringkali kita tidak mempunyai daftar populasi yang lengkap.
Dalam kondisi seperti ini diperlukan "POPULASI MINI" yang sifat dan karakternya
sama dengan seluruh POPULASI. Populasi mini seperti ini disebut CLUSTER
atau GEROMBOL. Setelah cluster ditetapkan, barulah memilih sampel secara
acak. Kelemahan cara ini adalah sulit mengetahui bahwa setiap gerombol
menggambarkan sifat populasi secara tuntas.
2. Sampel Tidak Probabilita
(1). Penarikan Sampel Secara Kebetulan (Accidental Sampling)
Peneliti dapat memilih orang atau responden yang terdekat dengannya, atau
yang pertama kali dijumpainya dan seterusnya.
(2). Penarikan Sampel Secara Sengaja (Purposive Sampling)
PREPOSISI PENELITIAN
Jenis Preposisi
Generalisasi
Empiris
Hipotesis
Teori
Postulasi
Aksioma.
Bagaimana dibuat
Dibuat dari data
ya
ya
tidak
tidak
Nominal
ya
-
Ordinal
ya
ya
-
Interval
ya
ya
ya
-
Rasio
ya
ya
ya
ya
Dalam penelitian, selain "sekala" kita lazim mengenal istilah "indeks", yaitu
ukuran gabungan untuk suatu variabel. Dari beberapa variabel kita menggabungkannya dengan cara etertentu untuk megukur suatu variabel atau konsep baru.
Dalam proses penggabungan ini dapat digunakan pembobot yang sama atau berbeda
untuk setiap variabel yang digabungkan. Dalam penggabungan ini dapat digunakan
cara (1) Summated Rating, (2) Sekala Likert, dan (3) Sekala Guttman.
Dunia konsep
(abstrak)
Operasionalisasi
-------------------- X -------------------------
X1
Dunia nyata/
empiris
konkrit
X1.1 X1.2
X2
X2.1 X2.2
X3
X3.1
X3.2
Keterangan:
X = Status sosial ekonomi
X1 = Pendidikan; X2 = pekerjaan; X3 = penghasilan
X1.1 = jenjang pendidikan terakhir
X1.2 = lama waktu pendidikan
X2.1 = jenis pekerjaan utama; X2.2 = jenis pek. sampingan
X3.1 = jumlah penghasilan utama;
X3.2 = jumlah penghasilan sampingan
X1,X2, dan X3 adalah indikator untuk X
X1.1 dan X1.2 adalah indikator untuk X1.
Definisi operasional merupakan petunjuk tentang suatu variabel yang diukur,
sangat membantu dalam komunikasi antara peneliti. Misalnya, "Penduduk yang
tergolong miskin adalah mereka yang mempunyai tingkat pengeluaran senilai
kurang dari 320 kg beras per kapita per tahun untuk penduduk pedesaan dan
480 kg untuk perkotaan."
Tingkatan
empiris
sbb:
Teori
KONSEP <-----------------------------> KONSEP
Hipotesis
VARIABEL <---------------------------> VARIABEL
10
Variabel bebas
Variabel antara
X --------------------------> Z ---------------------------------> Y
Variabel bebas
X1
Variabel antara
Z ----------------------------------------- > Y
Variabel bebas
X2
Tingkat
kejahatan
hubungan
positif
Z
Besar-kecilnya kota
11
RANCANGAN PENELITIAN:
RUMUSAN PERMASALAHAN, TUJUAN DAN KEGUNAAN, KERANGKA
TEORI DAN KONSEPSI, HIPOTESIS
1. Pendahuluan
Jika peneliti ingin usulan yang ditulis dapat bersaing maka ikutilah petunjuk
format penulisan proposal yang diberlakukan. Mengapa harus diikuti ? Karena usul
penelitian itu akan dievaluasi, yang pertama dinilai apakah format telah sesuai; jika
tidak sesuai maka usul penelitian akan gagal memasuki babak penilaian akademis
berikutnya yang menilai mengenai isi usul penelitian.
Beberapa hal penting dalam penyusunan usul penelitian ialah (1) Rumusan
permasalahan, (2) tujuan dan kegunaan, (3) kerangka teori dan konseptual dan (4)
Hipotesis. Outline usul penelitian secara umum adalah sbb: judul, latar belakang,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, kerangka teori dan konseptual, hipotesa,
metodologi: teknik pengambilan contoh, instrumen penelitian (untuk survey) rancangan percobaan (untuk experimen), metoda analisis - kalau ada model statistik.
Urutan itu tidak baku, tetapi komponen-komponen itu harus ada. Para calon peneliti
dan peneliti hendaknya menyadari bahwa penyusunan rancangan penelitian bukan
hanya berguna bagi diri peneliti sendiri. Akan tetapi, juga bermanfaat bagi orang lain
baik untuk memperoleh masukan, atau meyakinkan pihak pemberi dana. Rancangan
penelitian yang diusulkan pada pihak lain, disebut usulan penelitian (research
proposal).
Sampai sejauh manakah kelengkapan penulisan rancangan penelitian ? A
good research proposal is a final report minus data. Dalam keinginan yang ideal
ini, berarti segala kegiatan dari tahapan penelitian harus ada dikemukakan dalam
rancangan penelitian. Dari rancangan penelitian, pembaca dapat memprakirakan hasil
dan kualitas penelitian yang akan dihasilkan. Hal ini tidak berarti rancangan penelitian
tidak dapat dirubah, penyesuaian atau revisi rancangan dalam pelaksanaan penelitian
selalu dapat dilakukan, demi tercapainya tujuan penelitian.
Adalah tidak dapat dibenarkan apabila seorang peneliti beranggapan, model
atau konsep analisis data itu tidak perlu dicantumkan dalam usul (proposal)
penelitian . Analisis data itu adalah urusan belakang, nanti pasti akan dilakukan jika
data telah terkumpul. Bilamana hal ini dilakukan oleh peneliti, seringkali penyelesaian
laporan penelitian terlambat, karena (i) peneliti masih mereka-reka bagaimana
menganalisa data, (ii) karena tidak mantap dalam konsep analisis, maka kurang rinci
pula data yang dikumpulkan. Seringkali tujuan akan tidak tercapai karena setelah
sampai pada analisis - ternyata data yang dikumpulkan tidak memadai.
2. Hakekat Penelitian
IPTEK, ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi adalah hasil dari kegiatan
penelitian. Dengan demikian, penelitian itu pada hakekatnya adalah untuk
menghasilkan sains dan teknologi. Kejadian alam dapat kita pelajari karena kejadian
itu beraturan. Dari hasil mengamati kejadian alamiah ini timbullah apa yang disebut
pengetahuan. Jadi pengetahuan lahir sebagai hasil pengalaman manusia.
12
13
14
oleh faktor penanganan, dan (b) jumlah bakteri awal air susu sapi perah di kab. A
termasuk dalam kategori susu yang diperoleh dengan banyak komtaminasi.
Contoh lain ialah penelitian prevalensi penyakit tanaman tertentu di suatu
daerah atau monitoring populasi hama tanaman di suatu daerah. Penelitian
semacam ini tidak lain hanya bersifat inventarisasi.
Kualifikasi penelitian
semacam ini mutunya kurang dibandingkan dengan penelitian yang analitis. Data
yang dihasilkan inventarisasi ini memang tidak diragukan pentingnya bagi
pengambil kebijakan, atau dalam penelitian selanjutnya. Hal penting yang
dipermasalahkan bukan pentingnya data yang dikumpulkan, tetapi kualifikasi
ditinjau dari proses penelitian kurang memadai. Penelitian itu hanya mampu
menjawab "what" belum sampai pada "how" dan "why".
b. Penelitian Analitis
Dapat dibedakan dua macam yaitu diskriptif analitis dan analitis kuantitatif.
Perbedaan antara dua macam penelitian ini terletak pada analisa yang dipakai,
yang pertama menggunakan analisis tabuler, sedangkan yang kedua
menggunakan metoda kuantitatif persamaan /model-model matematis.
Keunggulan penelitian analisis kuantitatif, dapat digunakan untuk memprediksikan.
4. Rumusan Masalah Penelitian
Dalam pengalaman melaksanakan kursus penelitian, saya seringkali ditanya
mengenai isi yang harus dicantumkan dalam "heading" latar belakang dan masalah
penelitian. Yang seharusnya dicantumkan dalam latar belakang adalah memberikan
alasan mengapa peneliti memilih topik tertentu.
Setiap peneliti, mahasiswa ataupun dosen yang sedang mencari obyek
penelitian, seringkali mengalami kesulitan untuk merumuskan masalah penelitian. Titik
tolak munculnya idea penelitian harus dimulai dengan masalah. Selanjutnya penelitian
akan diarahkan untuk mencari jawaban terhadap masalah yang dikemukakan. Para
mahasiswa bilamana ditanya, apa masalah penelitian mereka, pada umumnya
mereka menyebutkan topik (judul) penelitian. Topik memang berkaitan dengan
masalah penelitian, tetapi masalah penelitian harus dimunculkan terlebih dahulu,
bukan judul penelitian ditentukan terlebih dahulu kemudian merumuskan problematik
penelitian. Menyatakan masalah penelitian, dalam kenyataannya memang tidak selalu
mudah. Para mahasiswa seharusnya dilatih untuk menyatakan permasalahan
penelitiannya dengan singkat. Masalah penelitian harus dirumuskan dengan jelas,
akurat.
Rumusan masalah penelitian berguna untuk beberapa kepen tingan, yaitu (a)
justifikasi atau alasan mengapa penelitian dilakukan bisa dilihat dari pentingnya
permasalahan. Problematik penelitian hendaknya juga mencakup "What" "whom",
"where", and "when", (b) mampu mengarahkan penelitian.
4.1. Peranan Teori dalam Perumusan Masalah
Rumusan masalah itu lebih rinci diberikan dalam Kerangka Teori dan
Konsepsi, pada bagian ini dicoba diungkapkan masalah, simplifikasi, dirumuskan
dalam variabel-variabel yang dapat diamati. Jika penelitian berupa percobaan,
dikemukakan teori-teori yang akan mendukung metodologi pelaksanaan percobaan.
4.2. Bagaimana mengungkapkan permasalahan ?
Kata "masalah" memang mempunyai arti yang berbeda-beda, dapat berarti
bidang cakup - atau mengenai. Seorang dokter yang didatangi pasien, selalu diha-
15
dapkan pada masalah untuk mengetahui mengapa orang itu sakit. Masalah penelitian
dapat berupa pertanyaan yang muncul karena ketidak tahuan atau kesenjangan.
Rumusan pertanyaan yang lebih spesifik akan lebih mudah dijawab daripada
pertanyaan umum. Ada beberapa cara untuk mengetahui apakah rumusan masalah
telah dapat terungkap dengan baik. Difinisi permasalahan yang dimaksud dalam
penelitian mempunyai arti yang spesifik.
4.3. Sumber Memperoleh Masalah Penelitian.
Masalah penelitian dapat diperoleh dari beberapa sumber. Yang pertama,
berasal dari teori yang sudah ada. Jika teori akan diangkat oleh peneliti, berarti ia
akan menguji kebenaran teori itu dalam lingkungan yang sama atau dalam lingkungan
yang berbeda, di mana sesuatu teori telah diterima. Dalam keadaan seperti itu, teori
dalam penelitian tertentu berubah menjadi hipotesa, dan penelitian itu bertujuan untuk
menguji hipotesa. Sumber yang kedua: berasal pengamatan di lapangan. Dalam
situasi seperti itu, peneliti terpanggil untuk menjawab permasalahan praktis.
Penelitian dapat ditujukan untuk mengisi kekosongan penge tahuan mengapa
terjadi perbedaan antara "what is" (apa yang terjadi) dan "what should be" (apa yang
seharusnya terjadi).
Seorang peneliti dapat membuat percobaan untuk mengha silkan teknologi
baru, misalnya beberapa penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Teknik Unibraw,
berupaya mengembangkan "konstruksi ulir", menampung kebisingan yang terjadi di
pabrik untuk menjadi enersi, sehingga mampu menghemat enersi. Sebagai peneliti
tentunya ingin berhasil menghasilkan teknologi seperti yang ia inginkan. Percobaan
dilakukan. Penelitian itu tidak selalu berhasil mencapai tujuan, sukses menghasilkan
teknologi. Penelitian untuk menghasilkan teknologi baru itu, bukan berhasil atau
tidaknya yang menjadi ukuran. Pada tahapan tertentu, jika ia gagal, mampu
menjelaskan kegagalannya, bila ia sukses ia juga mempu menjelaskan kesuksesan
yang diraih.
Seorang Peneliti berupaya melakukan penelitian percobaan bawang putih di
dataran rendah. Rumusan masalah yang dikemukakan: "Produksi bawang putih di
dalam negeri tidak cukup memenuhi kebutuhan, sehingga harus impor. Lahan
dataran tinggi yang dapat ditanami bawang putih dengan produktif terbatas,
untuk meningkatkan produksi dipandang perlu untuk mencoba menanam
bawang putih di lokasi yang lebih rendah. Pertanyaan penelitian, apakah
tanaman bawang putih dapat ditanam dengan menguntungkan di dataran
rendah ? "
Dalam diri peneliti paling tidak ada pengetahuan mengenai teori agronomi
yang menyebabkan ia tertarik mencoba atau mencari peluang untuk menumbuhkan
bawang putih di dataran rendah. Mungkin pada penelitian pendahuluan, peneliti
masih mencoba-coba menanam di dataran rendah. Ada dua kemungkinan hasil yang
akan diperoleh, bawang putih di dataran rendah memberikan keuntungan atau tidak
menguntungkan bagi yang mengusahakan. Bilamana penelitian berhenti sampai disini, saya menganggap kualifikasi penelitian kurang berbobot. Kualifikasi penelitian
akan menjadi lebih tinggi bilamana peneliti mampu menjelaskan mengapa bawang
putih itu berhasil atau tidak berhasil ditanam di dataran rendah dengan menggunakan
teori pelbagai ilmu agronomi, tanah, atau lainnya.
Jika peneliti tidak mampu menjelaskan kegagalan atau kesuksesan
penelitiannya, tidak ada bedanya dengan petani yang hanya coba- coba menanam
tanaman yang tidak biasa ditanam. Jika ia gagal maka selesailah percobaan yang
dilakukan, karena ia tidak mampu menggunakan teori untuk memperbaiki
percobaannya lebih lanjut. Demikian pula seseorang insinyur teknik yang gagal atau
sukses melakukan percobaan tertentu, tetapi ia tidak mampu menjelaskan kesuske-
16
17
b. WHO: Apakah masalah itu terjadi pada semua individu atau hanya sebagian
individu ?
c. WHOM: Adanya masalah itu berakibat pada siapa ?
d. WHEN: Kapan masalah itu terjadi dan seberapa sering terjadi ? Kapan masalah
itu mulai terjadi ?
Data pendahuluan memang diperlukan dalam men-diskripsikan masalah.
Masalah dapat dilihat dari magnitude dan distribusi kejadian. Misalnya dalam dunia
kedokteran menghadapi masalah dalam pelaksanaan Keluarga Berencana, akibat
sterilisasi. Informasi yang diperlukan dalam merumuskan masalah adalah sbb:
a. Siapa yang meninggal: apakah yang meninggal hanya terjadi pada wanita, atau
laki-laki juga banyak meninggal karena vasectomi ?
b. Dimana kematian itu terjadi ? Apakah terjadi di semua kabupaten atau provinsi ?
c. Kapan kematian itu terjadi, apakah bersifat musiman, atau jika dikaitkan dengan
pelaksanaan operasi pada saat apa kematian itu terjadi.
d. Bagaimana pasien itu meninggal; apa yang menyebabkan kematian - apakah
dapat dihindari.
Jika beberapa informasi itu tidak tersedia, tidak berarti peneliti harus mulai
penelitiannya dari awal. Gunakanlah teori-teori yang sudah ada untuk digunakan
dalam menentukan variabel-variabel yang perlu diteliti. Jika informasi point (b) tidak
tersedia, bukan berarti peneliti harus mulai dengan inventarisasi jumlah kematian
yang terjadi.
Upayakan mengenali kemungkinan sebab-sebab dari sosok masalah.
Inventarisasi jawaban ini merupakan sumber hipotesa. Untuk itu peneliti harus
menggunakan teori-teori yang relevan yang dapat membe rikan arah untuk
menemukan variabel sebab-sebab terjadinya masalah.
Paling tidak ada tiga kemungkinan terjadinya masalah ketidak lancaran tugas,
yaitu (a) kesenjangan pengetahuan dan keakhlian, (b) kesenjangan motivasi, (c)
hambatan. Tugas dari seorang peneliti adalah memperoleh bukti-bukti empiris
sehingga dapat meng identifikasi sebab- sebab terjadinya masalah.
Apakah
pelaksana tahu cara melaksanakan tugas dengan baik ? Dengan kata lain apakah ia
tahu cara melaksanakan pekerjaan ? Jika ia mampu maka sebab-sebab terjadinya
masalah bukanlah disebabkan "skill and knowledge", harus dicari sebab- sebab
lainnya.
Jika masalah itu timbul karena adanya kesenjangan "skill and knowledge",
pertanyaan berikut revelan untuk memperoleh informasi untuk memecahkan masalah:
Apakah tugas dapat disederhanakan ?
Apakah pelaksana pernah mahir melaksanakan tugas dengan baik, ternyata ia
sekarang tidak mampu melaksanakannya ? Bilamana demikian apakah perlu praktek
lebih sering karena keakhlian dapat hilang jika jarang dipraktekkan. Pertanyaan
berikutnya mengapa terjadi penurunan kemampuan ?
Langkah-langkah penyelesaian merupakan hipotesis, yang juga dapat diuji
dengan melakukan ekperimen dalam upaya menyelesaikan permasalahan. Dengan
menggunakan kerangka pemikiran ini, proble matik penelitian secermat mungkin
dengan menggunakan kerangka permikiran yang relevant.
5. Tujuan dan Kegunaan.
5.1. Tujuan Penelitian
Umumnya pernyataan tujuan penelitian dimulai dengan kalimat sebagai
berikut:
(1) untuk menentukan . . . . . . . dst.nya,
18
19
Tidak semua bahan sitasi yang diambil dari tulisan orang lain Pustaka selalu
pantas dimasukkan dalam tinjauan pustaka. Saya seringkali menjumpai, dalam
rancangan penelitian, keadaan daerah penelitian dicantumkan dalam tinjauan
pustaka, dengan alasan diperoleh dari pustaka. Ini tidak benar.
6. Teori dan Kerangka Konsepsi.
Teori
Teori adalah unsur informasi ilmiah atau pengetahuan ilmiah yang berlaku
paling umum. Tetapi teori dapat diangkat menjadi "hipotesa", yaitu bilamana kita akan
mengetes berlakunya suatu teori dalam lingkungan yang berbeda.
Jika teori diangkap menjadi hipotesa, mungkin teori itu masih belum
operasional dipetakan di daerah penelitian terpilih. Biasanya teori itu harus
dioperasionalkan supaya dapat diuji secara empiris. Teori terdiri dari konsep-konsep
dan variabel, yang harus didifiniskan dengan baik, dicantumkan dalam metoda
penelitian.
Model merupakan bagian dari teori.
Model merupakan abstraksi dan simplifikasi dari dunia nyata, dapat berbentuk
model statistik berupa persamaan atau bagan. Yang pertama, hubungan fungsionil
dinyatakan dalam fungsi matematis, misalnya: fungsi respon antara produksi dan
masukan. Untuk menyusun ini perlu pengetahuan statistik, dalam ekonomi ekonometrika, dalam biologi - biometrika, dalam sosiologi - sosiometri, teopri
dirumuskan dalam pernyataan matematis) + statistika (alat untuk inferensia - proses
generalisasi) + matematik (diperlukan dalam analisa kuantitatif).
Konsep
Konsep merupakan salah satu komponen dasar dalam teori, contoh misalnya
aliran air, pertumbuhan tanaman, manusia, ternak; tingkat fertilitas, ketajaman
pendengaran seseorang, kebisingan dalam lingkungan industri, ketahanan varietas
terhadap kekeringan. Konsep yang disebut itu adalah abstrak. Tugas seorang
peneliti pada tahapan pembuatan rancangan penelitian adalah menterjemahkan
konsep abstrak itu menjadi empirical konsep yang dapat diamati di lapangan, baik
dalam percobaan atau survey. Komponen dari konsep yaitu simbol dan makna.
Setiap ilmu mempunyai simbol tersediri, yang mungkin hanya dimengerti oleh para
ilmuan di lingkungannya sendiri. tetapi tidak semua fenomena dapat diukur secara
kuantitatif - diperlukan instrument lain untuk mewakilinya.
7. Hipotesis
Apakah dalam penelitian selalu harus ada hipotesa ? Jawaban: ya. Tetapi tidak
selalu perlu dirumuskan dalam bentuk kalimat dalam rancangan penelitian. Hipotesa
adalah suatu perkiraan atau dugaan me ngenai fakta-fakta yang diperoleh atau
jawaban sementara mengenai suatu gejala atau hubungan antara dua gejala impiris.
Hipotesa harus didasari oleh teori - untuk menghindari hubungan palsu.
Peneliti dapat sampai pada kesimpulan yang menyesatkan, karena kesimpulan yang
diperoleh itu didukung dengan data tetapi tidak mempunyai dasar teori. Dengan
demikian, peneliti tidak boleh memberikan hipotesa seenaknya, mencoba-coba
menghubungkan satu konsep (variabel) dan konsep (variabel) lainnya. Hipotesa
ilmiah adalah sesuatu hubungan antar konsep (variabel) yang dapat diterima oleh
logika - berdasarkan kerangka logika dengan menggunakan teori yang ada - tetapi
20
belum dapat dipastikan kebenaran secara empiris. Teori dapat diangkat menjadi
hipotesa - yang akan diuji secara empiris dalam suatu lingkungan tertentu. Hasil uji
hipotesa dapat mendukung teori atau dapat menolak teori. Oleh karena itu, hasil
penelitian tidak perlu sesuai dengan hipotesa baik hipotesa yang diangkat dari teori
ataupun hasil pengamatan lapang.
Setiap tahap pengembangan pemikiran ilmiah dibuat dengan memperkirakan
kejadian dengan mengembangkan hipotesa (yang diusahakan untuk dibuktikan) yang
seringkali dimulai dengan dasar yang tidak kuat. Pemikiran ilmiah itu dapat diangkat
jadi hipotesa, untuk dibuktikan dengan data empiris. Jika peneliti menolak atau
mendukung pemikiran ilmiah itu berarti ia telah berhasil memperluas khasanah dunia
ilmu pengetahuan.
7.1. Prosedur perumusan hipotesis
Penelitian yang baik yaitu penelitian yang menguji hipotesis hasil rumusan
yang baik sangat diperlukan dalam proses pembangunan dengan dua alasan umum.
Pertama, peranan kualitas sumberdaya manusia menjadi vital dalam program
pembangunan yang sedang berjalan dan yang akan datang. Kenyataan ini mengaki batkan perhatian banyak diberikan pada kualitas sumberdaya manusia belakangan ini.
Hal ini berkaitan dengan tingkat kesulitan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan
program pembangunan tersebut semakin tinggi. Keadaan demikian memang tidak
dapat dihindari karena merupakan sifat dari proses pembangunan itu sendiri yang
terus mengalami perubahan kemajuan dengan waktu.
Pada program pembangunan sebelumnya, perhatian banyak dicu rahkan pada
pembangunan ekonomi khususnya sektor pertanian. Tujuan pembangunan tersebut
yaitu peningkatan produksi untuk mencapai terutama swasembada pangan dapat
diwujudkan dengan peningkatan perluasan areal tanam, penggunaan pupuk,
pemeliharaan tanaman yang intensif dan pembangunan jaringan irrigasi. Penerapan
tindakan ini dan penggunaan varietas unggul yang umumnya dihasilkan dari tehnik
pemuliaan konvensional (seleksi dan hibridisasi) membawa kepada peningkatan
produksi pada taraf swasembada. Apabila semua faktor-faktor produksi ini sudah
diterapkan pada tingkat optimum, maka kendala upaya peningkatan produksi pangan
lebih lanjut tentu tidak lagi terletak pada faktor-faktor ini. Keadaan sekarang
membutuhkan pengetahuan yang lebih luas dan dalam. Sebagai kiasan, penciptaan
varietas unggul tidak lagi dapat hanya mengandalkan pemuliaan tanaman
konvensional, karena tehnik ini membutuhkan waktu yang lama khususnya untuk
tanaman tahunan.
Penciptaan suatu varietas unggul tanaman tahunan dapat
menghabiskan waktu puluhan tahun dengan tehnik hibridisasi. Tehnik hibridisasi juga
sulit diterapkan karena mengandung sifat untung-untungan (gambling) dalam proses
rekonstitusi operon genetik yang diinginkan. Rekonstitusi operon genetik akan lebih
mudah dilakukan, apabila pengetahuan mengenai biologi molekuler dan rekayasa
genetik dikuasai. Ini tentu membutuhkan manusia yang berkualitas tinggi, karena
pengetahuan ini tidak akan dapat dikuasai hanya dengan pendidikan biasa. Kualitas
sumberdaya manusia yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tinggi sekalipun
(setara S1) mungkin tidak banyak mengusai hal tersebut. Kesadaran akan masalah
pemuliaan tanaman diatas mengakibatka ilmu-ilmu dasar seperti biologi molekuler and
rekayasa genetik (genetic engineering) mendapat banyak perhatian. Persoalan yang
sama juga dijumpai pada bidang ilmu pengetahuan biologi lain seperti kedokteran,
peternakan dan perikanan.
Alasan kedua adalah kebutuhan akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
tinggi tidak dapat digantungkan pada sumber manca negara, karena selain tidak
selalu tersedia sehubungan dengan persoalannya yang spesifik negara atau bahkan
daerah, tetapi adanya pembatasan akibat keterlibatan unsur kompetisi. Sistem
pendidikan struktural yang formal juga tidak dapat diharapkan dalam peningkatan
21
22
23
karena kita tidak tau kapan peristiwa demikian terjadi dihada pan kita. Kendalan lain
dalam pengamatan adalah bahwa manusia pada umumnya cenderung melihat apa
yang ingin dilihat atau apa yang dipikirkan untuk dilihat. Memang apa yang ada
sesungguhnya sangat sulit diperoleh akibat pengetahuan yang terbatas.
7.2.3. Perumusan Masalah
Setelah hasil pengamatan diperoleh, langkah kedua dari metode ilmiah adalah
perumusan masalah yang berfungsi untuk membatasi dan menegaskan
permasalahan. Pemikiran yang kritis diperlukan dalam proses ini untuk menilai hasil
observasi, dan ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan mengenai hasil
pengamatan tersebut.
Pertanyaan awal yang perlu dijawab adalah apa
masalahnya ? dan apakah masalah itu cukup logis ?. Untuk memperjelas jawaban
pertanyaan kedua, terutama bila hasil pengamatan tersebut diperoleh dari penelitian,
pertanyaan berikut dapat diajukan yaitu (i) bagaimana hal itu terjadi dan (ii) apa
yang menyebabkannya. Pengajuan pertanyaan demikian membedakan ilmuwan
dengan orang awam; setiap orang dapat melakukan pengamatan, tetapi tidak setiap
orang mempunyai kuriositas.
Suatu kenyataan adalah bahwa tidak semua orang melihat adanya
kemungkinan hubungan dari suatu masalah dengan hasil suatu observasi.
Sebagaimana diketahui, benda pada ketinggian tertentu yang tidak ditopang akan
jatuh ke bumi diterima begitu saja selama ribuan tahun. Ilmuwan tidak menerima
sesuatu begitu saja, tetapi menanyakan bahkan dengan risiko menjengkelkan dan
tidak disenangi orang lain. Seorang yang sering mengajukan pertanyaan yang kritis
dapat mendapat kesulitan besar karena dapat dipandang sebagai orang yang tidak
manusiawi. Tetapi seseorang harus terus mengajukan pertanyaan jika ingin tetap
menjadi ilmuwan, dan orang lain harus bersedia menerima pertanyaan yang
menjengkelkan jika ingin mempunyai ilmu pengetahuan.
Setiap orang dapat mengajukan pertanyaan, tetapi pertanyaan yang baik,
seperti melakukan observasi yang baik, adalah suatu seni tersendiri. Agar mempunyai
nilai ilmiah, suatu pertanyaan harus relevan dan dapat diuji (testable). Kesulitannya
adalah bahwa sering sangat sulit atau tidak mungkin mengatakan sebelumnya apakah
suatu pertanyaan relevan atau tidak relevan, dan dapat diuji atau tidak dapat diuji.
Jika seseorang jatuh pingsan ditengah jalan, dan seseorang yang lewat dan ingin
membantunya dan mengajukan pertanyaan apakah dia sudah makan. Orang yang
tidak mempunyai pengalaman dalam hal ini tidak dapat memutuskan mengenai
relevansi pertanyaan ini dengan peristiwa yang terjadi, bahkan dapat mengatakan
orang yang mengajukan pertanyaan gila. Pada umumnya, pertanyaan ilmiah dimulai
dengan bagaimana (how) atau apa/apakah (what). Pertanyaan yang dimulai dengan
mengapa (why) adalah yang paling sering menyulitkan.
7.3. Rumusan Hipotesis
Setelah pertanyaan diajukan, tahap berikutnya - yang kelihatanya tidak bersifat
ilmiah - adalah melakukan penebakan (guessing).
Ilmuwan harus melakukan
penebakan jawaban dari perta nyaan yang diajukan, jawaban ini dapat berupa
pertanyaan yang dapat dirubah kemudian ke dalam bentuk kalimat normal yang
kemudian menjadi bagian dari hipotesis.
Pengertian hipotesis dibatasi sebagai prinsip umum yang dapat diterima
secara ilmiah yang ditawarkan untuk menjelaskan fenomena; atau hasil analisis
sejumlah fakta dalam hubungan satu sama lain. Hipotesis dapat hanya berupa
pernyataan umum yang diterima begitu saja atau pernyataan yang dibuat untuk diuji
yang dikenal dengan hipotesis kerja (working hypothesis). Jadi hipotesis dapat
timbul dari dua cara yaitu suatu fenomena diamati diikuti dengan pemeriksaan melalui
pengumpulan fakta untuk menjelaskan fenomena tersebut yang melahirkan hipotesis.
24
Cara lain adalah sejumlah fakta terkumpul dan kemudian dianalisis dan disintesis
menjadi suatu pernyataan umum yang merangkum semua fakta tersebut dalam
bentuk hipotesis. Cara pertama lebih banyak diterapkan dalam dunia penelitian,
karena lebih terarah untuk mendapatkan permasalahan. Jarang orang mengum
pulkan fakta tanpa tahu tujuannya seperti pada cara kedua.
Banyak orang berhenti hanya pada pengamatan atau pengajuan pertanyaan.
Beberapa ingin mengetahui jawaban pertanyaan tersebut, dan inilah yang dapat
dikelompokkan sebagai ilmuwan. Kemungkinan jawaban dari suatu pertanyaan dapat
beberapa atau bahkan ribuan. Pembatasan jawaban yang dianggap paling tepat
perlu dilakukan karena pengujian beberapa apalagi ribuan pertanyaan tidak mungkin.
Jawaban yang didukung oleh fakta yang paling banyak yang diperoleh dari acuan
literatur menjadi kandidat hipotesis.
Sampai tahap ini, seseorang tidak akan
mengetahui apakah jawaban ini benar atau tidak sampai pengujian melalui penelitian
(percobaan) diselesaikan. Penebakan dan pengujian tebakan jitu (hipotesis) dapat
berlangsung bertahun-tahun tanpa pernah mendapatkan jawaban yang benar.
Kepercayan diri, naluri dan keberuntungan mempunyai peranan penting dalam
penentuan tebakan jitu.
Sebagai contoh, seorang petani yang pertama kali menanam tanaman
tembakau pada suatu lahannya menghadapi masalah dalam pertumbuhan tanaman
tersebut. Petani ini yang sudah berhasil nenanam tanaman lain pada lahan tersebut
dan tembakau pada lahan lain mendatangi ahli pertanian dan menanyakan; apa yang
salah pada tanaman tembakau saya. Ahli ini, setelah melakukan pemeriksaan di
lapangan dan menerapkan pengatahuannya tetang tanaman serta membaca hasilhasil penelitian serta bahan acuan lain yang berhubungan dengan tembakau, dapat
mempersempit permasalahan kepada pertanyaan; Apakah kekurangan unsur hara
dalam tanah menyebabkan penghambatan pertumbuhan batang dan daun
tanaman tembakau tersebut ?. Sebelum sampai kepada pertanyaan itu, ahli
tersebut telah mempertimbangkan berbagai kemungkinan lain seperti penyakit, air,
cahaya dan bahkan metode budidaya tanaman tembakau. Tetapi fakta yang tersedia
membawa kepada pertanyaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Cochran,W.G. dan G.M. Cox. 1957. Experimental Designs. John Wiley and Sons, New
York.
DP4M. 1993. Pedoman Pengelolaan dan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian
Pada Masyarakat. DP4M DIKTI, Jakarta.
DRN. 1996. Petunjuk Penyusunan Proposal Riset Unggulan Terpadu (RUT) VI.
MENRISTEK-DRN, Jakarta.
DRN. 1997. Petuntuj Penyusunan Proposal Riset unggulan Kemitraan. MENRISTEKDRN, Jakarta
Federer, W.T., 1963. Experimental design. Theory and Application. The Mcmillan Co.,
New York.
Meyer, B.S., Anderson, D.B. and Bohning, R.H., 1964.
Introduction to plant
physiology. D. Van Nostrand, Princenton, New Jersey.
Mutsaers, H.J.W., N.M. Fisher, W.O.Vogel, dan m.C.Palada. 1986. A Field Guide for
on-Farm Research. Farming Systems Program, IITA, Ibadan nigeria.
25