Anda di halaman 1dari 22

SOURCE ROCK

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Pendahuluan
Minyak bumi telah menjadi energi primadona berpuluh puluh tahun di dunia. Hal
ini di karenakan besarnya energi yang diperoleh dari BBM (bahan bakar minyak ) lebih
tinggi dibanding dengan sumber energi lainnya. Pengetahuan tentang minyak bumi ini
sangat penting untuk kita ketahui, mengingat minyak bumi dan gas alam adalah suatu
sumber energi yang tidak dapat diperbaharui atau non renewabale, sedangkan
penggunaan sumber energi ini dalam kehidupan kita sehari-hari cakupannya sangat luas
dan cukup memegang peranan penting atau menguasai hajat hidup orang banyak.
Sebagai contoh minyak bumi digunakan sebagai sumber energi yang banyak digunakan
untuk memasak, kendaraan bermotor, dan industri, kedua bahan bakar tersebut berasal
dari pelapukan sisa-sisa organisme sehingga disebut bahan bakar fosil.
Minyak bumi merupakan campuran rumit dari ratusan rantai hidrokarbon, yang
umumnya tersusun atas 85% karbon (C) dan 15% hidrogen (H). Selain itu, juga
terdapat bahan organik dalam jumlah kecil dan mengandung oksigen (O), sulfur (S)
atau nitrogen (N).Para geologis umumnya sependapat bahwa minyak bumi terbentuk
selama jutaan tahun dari organisme, tumbuhan dan hewan, berukuran sangat kecil yang
hidup di lautan purba. Begitu organisme laut ini mati, badannya terkubur di dasar lautan
lalu tertimbun pasir dan lumpur, membentuk lapisan yang kaya zat organik yang
akhirnya akan menjadi batuan endapan (sedimentary rock). Proses ini berulang terus,
satu lapisan menutup lapisan sebelumnya.
Lalu selama jutaan tahun berikutnya, lautan di bumi ada yang menyusut atau
berpindah tempat. Deposit yang membentuk batuan endapan umumnya tidak cukup
mengandung oksigen untuk mendekomposisi material organik tadi secara komplit.
Bakteri mengurai zat ini, molekul demi molekul, menjadi material yang kaya hidrogen
dan karbon. Tekanan dan temperatur yang semakin tinggi dari lapisan bebatuan di
atasnya kemudian mendistilasi sisa-sisa bahan organik, lalu pelan-pelan mengubahnya
menjadi minyak bumi dan gas alam. Bebatuan yang mengandung minyak bumi tertua

diketahui berumur lebih dari 600-juta tahun. Yang paling muda berumur sekitar 1-juta
tahun. Secara umum bebatuan dimana diketemukan minyak berumur antara 10-juta dan
270-juta tahun.
Ada banyak hipotesa tentang terbentuknya minyak bumi yang dikemukakan oleh
para ahli, beberapa diantaranya adalah:
1. Teori Biogenesis (organik)
Macqiur (Perancis, 1758) merupakan orang yang pertama kali mengemukakan
pendapat bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kemudian M.W.
Lamanosow (Rusia, 1763) juga mengemukakan hal yang sama. Pendapat di atas
juga didukung oleh sarjana lainnya seperti, New Beery (1859), Engler (1909), Bruk
(1936), Bearl (1938) dan Hofer. Mereka menyatakan bahwa minyak dan gas bumi
berasal dari organisme laut yang telah mati berjuta-juta tahun yang lalu dan
membentuk sebuah lapisan dalam perut bumi.
Secara alami minyak bumi yang ada dibuat oleh alam ini dengan bahan dasarnya
dari ganggang. Selain ganggang, biota-biota lain yang berupa daun-daunan juga
dapat menjadi sumber minyak bumi dan gas alam (Gambar 1.1).

GAMBAR 1.1
ASAL MULA MINYAK BUMI

Tetapi ganggang merupakan biota terpenting dalam menghasilkan minyak dan


gas. Namun dalam studi perminyakan diketahui bahwa tumbuh-tumbuhan tingkat
tinggi

tersebut

akan

lebih

banyak

menghasilkan gas dibandingkan

menghasilkan minyak bumi. Hal ini disebabkan karena rangkaian karbonnya juga
semakin kompleks.
Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan teredapkan di dasar cekungan
sedimen. Keberadaan ganggang ini bisa juga dilaut maupun di sebuah danau. Jadi
ganggang ini bisa saja ganggang air tawar maupun ganggang air laut. Tentu saja
batuan yang mengandung karbon ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di
delta, maupun di dasar laut. Batuan yang mengandung banyak karbonnya ini yang
disebut Source Rock atau batuan Induk yang kaya mengandung unsur Carbon
(Gambar 1.2).

GAMBAR 1.2
PEMBENTUKAN SOURCE ROCK
Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk ini tentu saja berupa minyak
mentah. Walaupun berupa cairan, minyak bumi yang mentah ciri fisiknya berbeda
dengan air. Dalam hal ini sifat fisik yang terpenting yaitu berat jenis dan kekentalan.
Proses pembentukan carbon dari ganggang menjadi batuan induk ini sangat spesifik.
Itulah sebabnya tidak semua cekungan sedimen akan mengandung minyak atau gas

bumi. Kalau saja carbon ini teroksidasi maka akan terurai dan bahkan menjadi rantai
carbon yang tidak mungkin dimasak. Proses pengendapan batuan ini berlangsung
terus menerus. Kalau saja daerah ini terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh
batuan-batuan lain diatasnya, maka batuan yang mengandung karbon ini akan
terpanaskan. Tentu saja kita tahu bahwa semakin kedalam atau bumi maka akan
bertambah suhunya. Hal ini disebabkan karena adanya ada gradien geothermal.

GAMBAR 1.3
SOURCE ROCK MEMBENTUK HYDROCARBON
2. Teori Abiogenesis (Anorganik)
Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat logam
alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan bersentuhan
dengan karbondioksida dan membentuk suatu asitilena. Kemudian Mandeleyev
(1877) mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk akibat adanya pengaruh kerja
uap pada karbida-karbida logam dalam bumi. Yang lebih ekstrim lagi adalah
pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan bahwa minyak bumi mulai terbentuk
sejak zaman prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan bersamaan dengan proses
terbentuknya bumi. Pernyataan tersebut berdasarkan fakta ditemukannya material
hidrokarbon dalam beberapa batuan meteor dan di atmosfir beberapa planet lain.

Oleh karena itu , salah satu faktor utama terbentuknya minyak bumi yaitu adanya
source rock atau batuan asal yang biasa disebut pula dengan batuan induk. Tanpa
adanya source rock, oil reservoir tidak akan pernah terbentuk.

BAB II
ISI
II.1 Definisi Source Rock
Batuan induk atau source rock adalah batuan karbonat yang berasal dari zat-zat
organic yang terendapkan oleh batuan sedimen. Sehingga tidak terjadi siklus carbon
seperti selayaknya. Justru karbonat terendapkan dan menjadi batu. Source rock
adalah batuan yang terbentuk dari jasad organisme yang telah mati dan terendapkan
oleh sedimentasi ribuan tahun yang lalu. Akibat adanya proses alamiah (pressure dan
temperature) di dalam kulit bumi, Source rock dapat berubah menjadi hidrokarbon atau
lebih kita kenal dengan minyak mentah.
Source rock inilah yang menjadi bahan baku pembentukan hidrokarbon. batuan
ini kaya akan kandungan unsur atom karbon (C) yang didapat dari cangkang cangkang fosil yang terendapkan di batuan itu. Karbon inilah yang akan menjadi unsur
utama dalam rantai penyusun ikatan kimia hidrokarbon. Contoh dari batuan source rock
adalah batu gamping.
Shale dan Coal memiliki kandungan organik yang tinggi dan menjadi hal yang
menarik secara ekonomi. Sebaliknya, source rock HC mengeluarkan hanya sedikit
minyak dan gas bumi

per unit volume batuan yang terakumulasi dalam batuan

reservoar. Pengawetan material organik tersebut merupakan suatu fungsi kandungan


oksigen, tingkat sedimentasi, dan intensitas kehidupan bentonik. Menurunnya
tingkat oksigenasi dan aktifitas bentonik menyebabkan meningkatnya tingkat
fermentasi metana oleh bakteri. Akibatnya ada banyak atau sedikit material
organik yang tersimpan di dalam sedimen.

Material organik yang menghasilkan hidrokarbon tidak hanya memiliki unsur


karbon saja, namun haruslah berasosiasi/terikat dengan unsur hidrogenKenyataannya
adalah makin banyak hidrogen yang terikat dengan karbon justru akan makin banyak
menghasilkan hidrokarbon. Untuk itu kita membutuhkan sebuah indikator untuk
mengetahui jumlah hidrogen yang terkandung dalam suatu material organik. Indikator
kandungan hidrogen dapat diperkirakan secara langsung melalui beberapa metode
diantaranya Rock-Eval pyrolysis. Rock-Eval pyrolysis dapat memperkirakan
kandungan hidrogen dalam suatu material organik, dikenal sebagai nilai S2. Kombinasi
plot antara nilai TOC dan nilai S2 saat ini merupakan metode terbaik dalam
mengetahui kualitas material organik yang berasosiasi dengan seberapa banyak
kandungan hidrogen dalam material organik tersebut. Jadi jika kita memiliki nilai S2
tinggi ( high S2 value ) sudah pasti mencerminkan batuan induk terbaik (better source
rock) yang akan menghasilkan lebih banyak hidrokarbon.
II.2 Syarat Terbentuknya Source Rock
Dalam geologi minyak bumi , batu mengacu pada batuan sumber dari mana hidrokarbon
telah dihasilkan atau mampu dihasilkan. Mereka membentuk salah satu elemen penting dari
sebuah kerja sistem petroleum . Mereka adalah organik sedimen yang kaya yang mungkin
telah disimpan dalam berbagai lingkungan termasuk laut air dalam, lakustrin dan delta .
serpih minyak dapat dianggap sebagai source rock organik kaya tapi belum matang dari mana
minyak sedikit atau tidak telah dihasilkan dan dikeluarkan

Gambar 2
diagram kandungan dominan karogen dan potensi hidrokarbon serta hubunganya dengan
sedimentasi dan lingkungan

Tingkat sedimentasi yang rendah pada kondisi oksidasi lebih menghasilkan inertinite, dan
sebaliknya pada kondisi anoxic (reduksi) lebih menghasilkan liptinite yang kaya H. Material
organik pada source rock HC dibagi dalam 2 kelompok :
1. Bitumen : material organik larut yang hanya sedikit menunjukkan total TOC
2. Kerogen : material organik yang tidak larut yang lebih menjunjukkan total TOC
Batuan induk(source rock) diklasifikasikan dari jenis kerogen bahwa mereka
mengandung, yang pada gilirannya mengatur jenis hidrokarbon yang akan dihasilkan :
1. Tipe Liptinite (tipe I Kerogen), berasal dari lipid alga setelah mengalami degradasi
oleh bakteri, alterasi oleh proses dekomposisi, kondensasi dan polimerisasi. Endapan
yang kaya liptinite dicirikan oleh warna gelap, laminasi, dan kaya akan TOC. Liptinite
ini terbentuk di danau dan lagoon, tetapi liptinite juga banyak dalam lingkungan laut.
Liptinite relatif kaya akan Hidrogen dan punya rasio H/C yang tinggi ; memiliki
kandungan oksigen yang rendah dan rasio O/C yang rendah.
2. Tipe Exinite (tipe II Kerogen), berasal dari membran tumbuhan seperti spora, pollen,
kutikula daun, dsb. Tumbuhan tersebut bukan hanya bukan hanya hidup di darat,
swamp yang nantinya akan menghasilkan coal, akan tetapi bisa juga hidup di danau
maupun di laut (ex : dinoflagellata dan phytoplankton). Exinite memiliki kandungan

H atau H/C yang tinggi (lebih rendah dari Liptinite) dan kandungan O atau O/C yang
relatif menengah. Kebanyakan sedimen laut dan source rock mengandung campuran
liptinite, exinite dan vitrinite. Exinite berpotensial untuk menghasilkan oil, condensate
dan wet gas.
3. Tipe Vitrinite (tipe III Kerogen), berasal dari kayu tumbuhan (woody plant)
yang terdegradasi. Vitrinite memiliki kandungan H atau H/C yang rendah, akan tetapi
memiliki O/C yang tinggi. Kerogen ini merupakan komponen utama dari batubara
(coal). Vitrinite ini bisa juga terjadi di laut dan di danau. Vitrinite tersebut sangat
berpotensial untuk menghasilkan gas, akan tetapi bisa juga oil dan kondensat dalam
juga yang terbatas.
4. Tipe Inertinite (tipe IV Kerogen), berasal dari tumbuhan yang teralterasi kuat,
rombakan material organik. Karena proses oksidasi dan karbonisasi yang tinggi,
kandungan H atau H/C menjadi sangat rendah. Batuan yang mengandung Inertinite ini
kenyataannya tidak berpotensi untuk menghasilkan oil maupun gas.
Grafik rasio H/C dan O/C plot sering kita kenal sebagai Diagram Van Krevelen. Diagram
Van Krevelen sejatinya berasal dari hasil studi coal macerals, yang menggambarkan
perubahan komposisi tipe kerogen dikaitkan dengan kematangan (maturity).
Pada dasarnya sangat jarang sebuah source rock mengandung hanya satu tipe kerogen.
Sebagian besar sedimen mengandung dua atau lebih campuran tipe kerogen (mixed kerogen).
Plot data biasanya berada atau masuk ke dalam dua zona tipe kerogen, misal Tipe I atau Tipe
II bercampur dengan Tipe III atau Tipe I, II, III bercampur dengan Tipe IV. Kemunculan
campuran tipe kerogen umumnya selalu ada dalam ploting nilai H/C dan O/C dalam diagram
Van Krevelen, hal ini akan menyulitkan interpretasi data rock eval secara pasti.

Gambar 3
Diagram Pseudo-van Plot
Adapun syarat terbentuknya source rock lainnya adalah :
1. TOC ( total organic karbon ) merupakan kuantitas dari karbon
organic yang terendapkan dalam batuan tersebut. Semakin tinggi
nilai OC maka akan semakin baik source rock tersebut dan
kemungkinan terbentuknya hidrokarbon akan semakin tinggi. TOC
yang dapat menghasilkan adalah di atas 1 % .
2. Kerogen

merupakan

kualitas

dari

carbon

organic

yang

terendapkan dalam batuan tersebut. Keregon akan menentukan


hidrokarbon yang akan di bentuk. Kerogen ada beberapa tipe .
diantaranya :
a. Kerogen tipe I
- Terbentuk di perairan dangkal
- Berasal dari algae yang bersipat lipid

- H/C > 1.5 dan O/C < 0,1


- Menghasikan minyak
b. Kerogen tipe II
- Terbentuk di marine sedimen
- Berasal dari algae dan protozoa
- H/C antara 1,2 1,5 dan O/C antara 0,1-0,3
- Menghasilkan minyak dan gas
c. Kerogen tipe III
- Terbentuk di daratan
- Berasal dari tumbuhan daratan
- H/C < 1,0 dan O/C > 0,3
- Menghasilkan gas
d. Kerogen tipe IV
- Telah mengalami oksidasi sebelum terendapkan , sehingga
kandungan karbon telah terurai sebelum terendapkan
- Tidak menghasilkan hidrokarbon

GAMBAR 2.1
TEMPAT-TEMPAT PEMBENTUKAN KEROGEN
3.

Maturity (pematangan)
Maturity atau pametangan adalah proses perubahan biologi,
fisika, dan kimia zat-zat organic menjadi hidrokarbon. Sehingga
maturation ini disebut pula proses pematangan kerogen di source
rock. Proses pematangan terjadi karena adanya kenaikan suhu
atau terjadi pemanasan di dalam permukaan bumi. Proses yang
dibantu oleh temperatur dan tekanan yang tinggi ini akan
menyebabkan ikatan kompleks
terpecah

menjadi

ikatan

senyawa

yang

lebih

kimia dari kerogen


kecil

dan

kemudian

mematangkannya menjadi bentuk cairan minyak ataupun gas.


Dimana maturity di bagi 3 yaitu antara lain :
a. Immature

adalah

sourcerock

yang

belum

mengalami

sedang

mengalami

perubahan menjadi hidrokarbon


b. Mature

adalah

source

rock

yang

perubahan menjadi hidrokarbon


c. Overmature

adalah

source

rock

pematangan menjadi hidrokarbon.

yang

telah

mengalami

GAMBAR 2.2
PEMATANGAN SOURCE ROCK
Seperti disebutkan diatas bahwa pematangan source rock (batuan induk) ini
karena adanya proses pemanasan. Juga diketahui semakin dalam batuan induk maka
akan semakin panas dan akhirnya menghasilkan minyak dan gas. Tentunya akan ada
hubungan antara kedalaman dengan pematangan. Proses pemasakan ini tergantung
suhunya dan karena suhu ini tergantung dari besarnya gradien geothermalnya maka
setiap daerah tidak sama tingkat kematangannya.Daerah yang dingin adalah daerah
yang gradien geothermalnya rendah, sedangkan daerah yang panas memiliki gradien
geothermal tinggi.
Pada pada gambar dibawah dapat dilihat bahwa minyak terbentuk pada suhu
antara 50-180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai
bila suhunya mencapai 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah karena
cekungan itu semakin turun dalam yang juga diikuti penambahan batuan penimbun,
maka suhu tinggi ini akan memasak karbon yang ada menjadi gas.

GAMBAR 2.3
PENGARUH SUHU TERHADAP SOURCE ROCK
Pada tahapan ini, terjadi reaksi pada temperatur rendah yang mereduksi oksigen,
nitrogen dan belerang sehingga akan menghasilkan hidrokarbon.Proses ini terus
berlangsung sampai suhu batuan mencapai 50 derajat celcius. Selanjutnya,efek
peningkatan temperatur menjadi sangat berpengaruh sejalan dengan tingkat reaksi
dari bahan-bahan organik kerogen. Karena temperatur terus mengingkat sejalan
dengan bertambahnya kedalaman, efek pemanasan secara alamiah ditentukan oleh
seberapa dalam batuan sumber tertimbun (gradien geothermal).
Terlihat bahwa minyak bumi dapat dihasilkan diatas temperature 50 derajat atau
pada kedalaman sekitar 1200 meter lalu terhenti pada suhu 180 derajat atau pada
kedalaman sekitar 5200 meter.Sedangkan untuk gas terbentuk sejalan dengan
bertambahnya temperature atau kedalaman.
Batuan sumber tertentu yang disebut sebagai 'kelas dunia', yang berarti bahwa
mereka tidak hanya dari kualitas yang sangat tinggi tetapi juga tebal dan distribusi
geografis yang luas. Examples include: Contoh termasuk:
a. Devon Tengah untuk menurunkan minyak Mississipian anoksik luas laut dan
tempat tidur sumber gas di Benua Tengah dan Appalachia : (misalnya serpih Bakken

dari Basin Williston , yang Shale Antrim dari Cekungan Michigan , yang Shale
Marcellus dari Appalachian Basin ).
b. Kimmeridge tanah liat - ini Jurassic atas laut batulumpur atau setara stratigrafi
yang dihasilkan sebagian besar minyak yang ditemukan di Laut Utara dan Laut
Norwegia
c. La Luna serpih - Pembentukan Turonian dihasilkan sebagian besar minyak di
Venezuela
d. Akhir Karbon bara - bara yang dihasilkan dari usia ini sebagian besar gas di
selatan Laut Utara, Cekungan Belanda dan barat laut Jerman Basin
e. Pembentukan Hanifah - Jurassic atas ini kaya karbonat Unit dilaminasi telah
bersumber minyak di raksasa Ghawar lapangan di Arab Saudi
II.3 Ciri Ciri Source Rock Yang Baik
Berdasarkan material pembentukan dan proses nya, source rock dapat terklasifikasi
antara source rock yang baik dan source rock kurang baik. Semakin tinggi nilai
OC maka akan semakin baik source rock tersebut dan kemungkinan
terbentuknya hidrokarbon akan semakin tinggi.
Salah satu contoh batuan source rock yang baik adalah shale. Shale
merupakan jenis source rock yang baik dikarenakan batun shale kaya
akan sumber organic (hidrokarbon) dan sisanya 10 % merupakan
batuan karbonat seperti gamping dan batu bara dapat juga bertindak
sebagai source rock yang baik. Shale, batu bara, dan gamping, dapat
dikatakan sebagai source rock yang baik, dikarenakan batuan
tersebut juga memiliki porositas dan permeabilitas yang cukup
memungkinkan

agar

hidrokarbon

dapat

bermigrasi

reservoir, dan ditampung oleh batuan reservoir.

ke

batuan

GAMBAR 2.4
SHALE SEBAGAI BATUAN INDUK

II.4 Batu Bara Sebagai Batuan Induk Hidrokarbon


Pada saat ini, batubara dikenal sebagai bahan bakar antara lain untuk
kepentingan pembangkit listrik tenaga uap, industri semen, industri baja. Penelitian
batubara dibawah mikroskop memperlihatkan beberapa gambaran yang menunjukkan
bahwa batubara berperan aktif dalam pembentukan hidrokarbon. Hal ini termasuk juga
dengan didapatkannya veins dari unsur-unsur bitumen didalam batubara dan maceralmaceral yang menunjukkan adanya bahan yang sama dengan unsur bitumen tadi, didalam
pengamatan mikroskop dengan menggunakan sinar fluorescence.
Batuan induk hidrokarbon adalah suatu batuan yang mengandung unsur-unsur
atau sisa-sisa jasad renik binatang laut atau air tawar maupun tumbuh-tumbuhan. Pada
mulanya batuan diendapkan di laut dianggap sebagai satu-satunya batuan induk
hidrokarbon. Namun saat ini, kenyataan telah membuktikan bahwa batuan yang
mengandung unsur tumbuhan atau binatang air yang berasal dari darat dapat

menghasilkan minyak bumi dalam jumlah yang besar. Penemuan minyak di beberapa
cekungan di dunia menunjukkan adanya asosiasi dengan lapisan-lapisan batubara seperti
halnya penemuan minyak di delta Nigeria (Afrika), cekungan Gippsland, Caoper dan
Eromanga (Australia), cekungan Mahakam dan Sumatera Selatan di Indonesia.
Pada umumnya minyak bumi yang berasal dari sisa tumbuhan darat
mempunyai kandungan lilin yang cukup besar. Hal ini telah diteliti oleh Hedberg (1968)
dan Powel & Mc Kindy (1975) di manana telah diyakinkan bahwa kandungan lilin
tersebut berasal dari unsure-unsur organic/tumbuhan yang mempunyai kandungan
maceral eksinite. Beberapa peneliti antara lain Smith & Cook (1980), Smyth (1983),
Tissot & Welte (1984) dan Cook (1987), berpendapat bahwa maceral dari group liptinite
merupakan unsur yang penting dalam pembentukan hidrokarbon dan minyak bumi.
Senyawa hidrokarbon terdiri atas karbon dan hidrogen. Unsur ini terdiri atas
bisiklik alkali, hidrokarbon terpentin, dan pigmen kartenoid. Sebagai tambahan,
munculnya turunan picene yang mirip dengan sistem aromatik polinuklir dalam ekstrak
batubara dijadikan tanda inklusi material sterane-type dalam pembentukan batubara. Ini
menandakan bahwa struktur rangka tetap utuh selama proses pematangan, dan tidak
adanya perubahan serta penambahan struktur rangka yang baru.
1) Hidrokarbon Aromatik
Benzena merupakan senyawa aromatik tersederhana yang merupakan
hidrokarbon aromatik. Untuk pertama kalinya benzene didisolasi pada tahun 1825
oleh Michael Faraday dari residu berminyak yang tertimbun dalam pipa gas di
London.

Sumber utama benzena tersubtitusi dan senyawa aromatik lain adalah


petroleum. Sampai tahun 1940, ter batubara merupakan sumber utama. Macam
senyawa aromatik yang diperoleh sumber-sumber ini ialah hidrokarbon, fenol, dan
senyawa heterosiklik aromatik. Hidrokarbon aromatik memiliki atom C yang tersusun
dalam rangkaian rantai tertutup.

2) Hidrokarbon Aliphatik

Hidrokarbon Aliphatik memiliki atom C tersusun dalam rangkaian lurus /


terbuka. Beberapa sifat kimia dan fisika dari suatu senyawa alifatik berasal dari dari
bagian alkil molekul-molekulnya.

II.5 Hubungan Antara Source Rock dan Batuan Reservoir


Reservoir adalah suatu tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi. Pada
umumnya reservoir minyak memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung
dari komposisi, temperature dan tekanan pada tempat dimana terjadi akumulasi
hidrokarbon didalamnya. Suatu reservoir minyak biasanya mempunyai tiga unsur
utama yaitu adanya batuan reservoir, lapisan penutup dan perangkap.
Setiap reservoir yang ditemukan, akan diperoleh sekelompok molekul yang terdiri
dari elemen kimia Hidrogen (H) dan Karbon (C). Minyak dan gas bumi terdiri dari
kedua elemen ini, yang mempunyai proporsi yang beraneka ragam. Apabila
ditemukan deposit hidrokarbon disuatu tempat, akan sangat jarang dapat ditemukan
di tempat lain dengan komposisi yang sama, karena daerah pembentukkannya
berbeda.
Fluida reservoir terdiri dari fluida hidrokarbon dan air formasi. Hidrokarbon
sendiri terdiri dari fasa cair (minyak bumi) maupun fasa gas, tergantung pada kondisi
(tekanan dan temperatur) reservoir yang ditempati. Perubahan kondisi reservoir akan
mengakibatkan perubahan fasa serta sifat fisik fluida reservoir.
Fluida minyak bumi dijumpai dalam bentuk cair, sehingga sesuai dengan sifat
cairan pada umumnya. Pada fasa cair, jarak antara molekul-molekulnya relatif lebih
kecil daripada gas. Sifat-sifat minyak bumi yang akan dibahas adalah densitas dan
spesifik grafiti, viskositas, faktor volume formasi, kelarutan gas, kompressibilitas
dan tekanan bubble point.
Dalam hal ini, hidrokarbon yang terdapat dalam batuan induk (source rock) akan
berpindah (migrasi) ke batuan reservoir. Hal ini dimungkinkan karena batuan induk
dan batuan reservoir memiliki permeabilitas dan porositas yang memadai.

1. Sifat Sifat Fisik Batuan Reservoir


Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral, sedangkan suatu
mineral dibentuk dari beberapa ikatan kimia. Komposisi kimia dan
jenis mineral yang menyusunnya akan menentukan jenis batuan
yang terbentuk. Batuan reservoir umumnya terdiri dari batuan
sedimen, yang berupa batupasir dan karbonat (sedimen klastik)
serta batuan shale (sedimen non-klastik) atau kadang-kadang
vulkanik. Masing-masing batuan tersebut mempunyai komposisi
kimia yang berbeda, demikian juga dengan sifat fisiknya. Pada
hakekatnya setiap batuan dapat bertindak sebagai batuan reservoir
asal mempunyai kemampuan menyimpan dan menyalurkan minyak
bumi.
1.1
Porositas
Dalam reservoir minyak, porositas mengambarkan persentase
dari total ruang yang tersedia untuk ditempati oleh suatu cairan
atau gas. Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan
antara volume total pori-pori batuan dengan volume total batuan
per satuan volume tertentu, yang jika dirumuskan :

Dimana :
= Porositas absolute (total), fraksi (%)
Vp = Volume pori-pori, cc
Vb = Volume batuan (total), cc
Vgr = Volume butiran, cc
Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu:
1. Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori
total terhadap volume batuan total yang dinyatakan dalam persen,

atau secara matematik dapat ditulis sesuai persamaan sebagai


berikut :

2. Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang


saling berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume) yang
dinyatakan dalam persen

Dimana :
e = Porositas efektif, fraksi (%)
g = Densitas butiran, gr/cc
b = Densitas total, gr/cc
f = Densitas formasi, gr/cc

Berdasarkan

waktu

dan

cara

terjadinya,

maka

porositas

dapat

juga

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :


1. Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan
dengan proses pengendapan berlangsung.
2. Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses
pengendapan.

Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir,
susunan butir, sudut kemiringan dan komposisi mineral pembentuk batuan. Untuk
pegangan dilapangan, ukuran porositas dapat dilihat pada Tabel 1. berikut :

1.2 Permeabilitas
Permeabilitas

didefinisikan

sebagai

ukuran

media

berpori

untuk

meloloskan/melewatkan fluida. Apabila media berporinya tidak saling berhubungan


maka batuan tersebut tidak mempunyai permeabilitas. Oleh karena itu ada hubungan
antara permeabilitas batuan dengan porositas efektif.
Sekitar tahun 1856, Henry Darcy seorang ahli hidrologi dari Prancis mempelajari
aliran air yang melewati suatu lapisan batu pasir. Hasil penemuannya diformulasikan
kedalam hukum aliran fluida dan diberi nama Hukum Darcy. Dapat dilihat pada
gambar 2 dibawah :

Dimana :
Q = laju alir fluida, cc/det
k = permeabilitas, darcy
= viskositas, cp
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
A = luas penampang, cm2
Besaran permeabilitas satu darcy didefinisikan sebagai permeabilitas yang
melewatkan fluida dengan viskositas 1 centipoises dengan kecepatan alir 1 cc/det
melalui suatu penampang dengan luas 1 cm2 dengan penurunan tekanan 1 atm/cm.
Persamaan 4 Darcy berlaku pada kondisi :
1. Alirannya mantap (steady state)
2. Fluida yang mengalir satu fasa

3. Viskositas fluida yang mengalir konstan


4. Kondisi aliran isothermal
5. Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal
6. Fluidanya incompressible
Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir, permeabilitas
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
Permeabilitas absolute (Kabs)
Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir
melalui media berpori tersebut hanya satu fasa atau disaturasi 100% fluida, misalnya
hanya minyak atau gas saja.
Permeabilitas efektif (Keff)
Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir
lebih dari satu fasa, misalnya (minyak dan air), (air dan gas), (gas dan minyak) atau
ketiga-tiganya. Harga permeabilitas efektif dinyatakan sebagai ko, kg, kw, dimana
masing-masing untuk minyak, gas dan air.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
III.1 Kesimpulan
1. Minyak bumi terbentuk selama jutaan tahun dari organisme, tumbuhan dan hewan,
berukuran sangat kecil yang hidup di lautan purba. Begitu organisme laut ini mati,
badannya terkubur di dasar lautan lalu tertimbun pasir dan lumpur, membentuk
lapisan yang kaya zat organik yang akhirnya akan menjadi batuan endapan.

2. Terdapat dua teori terbentuknya minyak yaitu teori biogenesis dan anbiogenesis.
3. Terdapat 3 syarat terbentuknya source rock yaitu adanya total organic karbon ,
kerogen , dan maturity.
4. Untuk kerogen , ada 4 jenis kerogen yaitu tipe I, tipe II, tipe III, tipe
IV yang dibedakan berdasarkan tempat terbentuk , asal ,
perbandingan H/C dan O/C serta hasilnya.
5. Maturation ini disebut pula proses pematangan kerogen di source
rock karena adanya kenaikan suhu atau terjadi pemanasan di
dalam permukaan bumi.
6. Terdapat 3 jenis maturity yaitu immature , mature dan overmature.
III.2 Saran
Adapun saran yang disampaikan oleh penulis yaitu semoga apa yang telah penulis
rangkum pada makalah ini dapat dipelajari dan dapat berguna di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai