Anda di halaman 1dari 10

Menghitung angka-angka kecelakaan menurut Dainur (1992), yang meliputi:

a) Angka frekuensi kecelakaan kerja (Frequency Rate)


FR = Banyaknya kecelakaan x 1.000.000Jumlah total jam kerja
b) Angka keparahan kecelakaan kerja (Safety Rate)
SR = Jumlah hari kerja yang hilang x 1.000.000
Jumlah seluruh jam kerja manusia
Dimana: Jumlah hari kerja yang hilang ditentukan dengan menggunakan
Standar Nasional Indonesia oleh Departemen Tenaga Kerja RI tahun 2001.
c) Safe-T-score (STS)
Safe-T-Score = FR (n)-FR (n-1)
FR (n-1)
Keterangan: FR (n) = Angka frekuensi kecelakaan kerja kini FR (n-1) = Angka
frekuensi kecelakaan kerja lampau Safe-T-score adalah angka yang tidak
memiliki dimensi, arti angka Safe-T-Scorepositif menunjukkan keadaan yang
memburuk, dan sebaliknya jika angka Safe-T-Score negatif menunjukkan
keadaan membaik.
STS antara +2,00 dan -2,00 tidak menunjukkan perubahan berarti
STS diatas +2,00 menunjukkan keadaan memburuk
STS dibawah -2,00 menunjukkan keadaan yang membaik
Perhitungan Incident Rate
Apakah ada yang punya referensi mengenai perhitungan Incident Rate? Dalam
sebuah referensi yang saya dapatkan, hitungannya sbb:
Incident Rate = (N/Ht)(200.000); dimana:
N = number of injuries/illness/loss workday
Ht = total hours worked by all employees during a year
use 173.3 hours per employee per month if hours are unknown.
Misalnya, ada 4 kali illness dalam sebulan, jadi N = 4 x 8 = 32. Jika katakanlah total
pekerja sebanyak 50 orang, jadi sebulan ada 50 x 173.3 = 8665 hours. Sehingga,
Incident Rate menjadi 32/8665*200.000 = 738,6. (But please correct me if I'm wrong
about this calculation)
Nah, yang menjadi pertanyaan-nya adalah:
1. Apakah maksud angka 738,6 itu? Apakah acuannya? Dan apakah ada
perbandingannya dengan angka di Industry Average?
2. Di batas Rate berapa-kah angka tersebut terkategorikan baik atau buruk
secara HSE Performance?
3. Apakah ada referensi perhitungan Incident Rate dengan metode umum lainnya
berdasarkan field best practise?

Saya coba sharing berdasarkan yang pernah saya baca dan saya dapatkan dalam
training: Apakah ada yang punya referensi mengenai perhitungan Incident Rate? Ada
dua standart yang saya ketahui tentang perhitungan incident rate:
1. Standart ILO IR= (jumlah kecelakaan yang terjadi/jumlah jam kerja)*
1.000.000
2. Standart OSHA/SMK3, IR = (jumlah kecelakaan yang terjadi/Jumlah jam
kerja)*200.000 (CMIIW)
Dalam sebuah referensi yang saya dapatkan, hitungannya sbb:
Incident Rate = (N/Ht)(200.000) ; dimana:
N = number of injuries/illness/ loss workday
Ht = total hours worked by all employees during a year
use 173.3 hours per employee per month if hours are unknown.
Sedikit koreksi tentang N di atas:
Ijuries ada beberapa kategori : ada Fatality,Lost time injury, Medical treatment
(MTC), dan first aid (FAC).
Ilness adalah penyakit akibat kerja (ada yang dampaknya langsung terasa dan ada
yang beberapa tahun kemudian).
Lost work days atau lebih terkenal dengan Lost Time injury adalah kehilangan jam
kerja akibat kecelakaan.
Untuk masalah perhitungan jumlah jam kerja seharusnya actual karena bisa kita
dapat dari HR atau time keeper jadi jarang yang unknown.atau secara perkalian
misalnya jam kerja normal 8 jam/hari, bekerja 25 hari dalam sebulan, 12 bulan dalam
setahun, maka perkaliannya adalah: 8 x 25 x 12 =2400 jam/orang, jadi kalau 50
orang menjadi 120000/tahunatau 50 x 8 x 25=10.000/bulan.
Incident rate biasa kami hitung perbulan dan terus berjalan rata-rata sampai akhir
tahun (monthly HSE performance).
Misalnya, ada 4 kali illness dalam sebulan, jadi N = 4 x 8 = 32. Jika katakanlah total
pekerja sebanyak 50 orang, jadi sebulan ada 50 x 173.3 = 8665 hours. Sehingga,
Incident Rate menjadi 32/8665 x 200. 000 = 738,6. (But please correct me if I'm
wrong about this calculation) Mungkin maksud Bapak adalah Injury ( kecelakaan 4 x
dalam sebulan, misalnya semuanya lost time ) maka perhitungannya adalah:
(4/120.000) x 200.000 = 6,67/tahun (lumayan tinggi) >>>>>>> saya kurang paham
angka 8 bapak darimana???
Nah, yang menjadi pertanyaan-nya adalah:
1. Apakah maksud angka 738,6 itu? Apakah acuannya? Dan apakah ada
perbandingannya dengan angka di Industry Average?
Angka 738,6 atau 6,67 itu adalah performance dari safety perusahaan, semakin
tinggi angka tersebut menandakan perusahaan tersebut tidak safety karena
banyak kecelakaan.
Biasanya angka tersebut dimuat didalam HSE objective and target dan dibahas di
dalam management review
2. Di batas Rate berapa-kah angka tersebut terkategorikan baik atau buruk secara
HSE Performance?

Angka tersebut baik (dan seharusnya) adalah bila kita dapat = 0 artinya zero LTI
(tidak ada kehilangan jam kerja akibat kecelakaan).biasanya dapat
penghargaan dari pemerintah
3. Apakah ada referensi perhitungan Incident Rate dengan metode umum lainnya
berdasarkan field best practise?
Berdasarkan pengalaman maka yang saya hitung adalah: LTIR (lost time injury
rate) = jumlah kecelakaan yang mengakibatkan kehilangan hari kerja/jumlah jam
kerja * 200.000
Adalagi MTIR (medical treatment injury rate), FAIR (first aid Injury rate),
severity rate (jumlah hari yang hilang akibat kecelakaan) dan total incident
frekwensi rate
Sesuai pencerahan bapak, Variabel N tersebut mengacu kepada Injuries (ada
Fatality, Lost time injury, Medical treatment (MTC), dan first aid (FAC)), Ilness
(penyakit akibat kerja (ada yang dampaknya langsung terasa dan ada yang beberapa
tahun kemudian)), dan Lost work days atau lebih terkenal dengan Lost Time injury
adalah kehilangan jam kerja akibat kecelakaan.
1. Bagaimana jika dalam satu hari terdapat accident, namun tidak sampai loss work
days? apakah dihitung dengan nilai 1 juga?
2. Kemudian, untuk kategori illness, jika misalnya ada pekerja yang izin tidak
masuk karena sakit, misalnya dengan alasan "klasik" seperti "tidak enak badan,
perlu istirahat", apakah itu dihitung dengan nilai 1 juga? ataukah nilai itu hanya
untuk yang berhubungan dengan pekerjaan saja dan loss workdays?
3. Bagaimana jika sampai fatality (kematian)? apakah juga dimasukkan dalam
perhitungan tersebut? Jika ya, berapakah angka yang dimasukkan kedalam nilai
N tersebut? kalau hanya dimasukkan 1, saya kira malah gak match karena kalau
injury kan juga dimasukkan 1.
4. Jika memang suatu pekerjaan dikategorikan high risk, berapakah biasanya nilai
IR yang ditargetkan dalam management review? Kalau target-nya 0, pasti
memang sangat baik. Tapi, jika suatu ketika terjadi accident, berapakah nilai IR
yang kira-kira masih acceptable? Hal ini tentunya sangat berguna untuk menjadi
acuan management dalam menetapkan target tahunannya. Apakah ada yang
punya referensinya berdasarkan pengalaman best practise?
Note: (4/120.000)* 200.000 = 6,67/tahun (lumayan tinggi) >>>>>>> saya kurang
paham angka 8 bapak darimana??? ---> Tadinya asumsi saya N itu mengacu kepada
jumlah work daysnya, jadi asumsi saya sehari itu 8 jam kerja... maklumlah pak samasama masih belajar kan... :)
Mohon pencerahannya sekali lagi, dan mungkin jika ada masukan dari anggota milis
lainnya.... Terima kasih banyak....
STATISTIK ITU ?
dikemukakan oleh : Suseno Hadi bahwa Secara sempit statistik dapat diartikan
sebagai data. Dalam arti yang luas statistik dapat berarti sebagai alat untuk :
menentukan sampel, mengumpulkan data, menyajikan data, menganalisa data dan
menginterpretasi data, sehingga menjadi informasi yang berguna.

JENISNYA
Statistika dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Statistik Deskriptif dan
Statistik Inferensial. Selanjutnya statistik inferensial dibedakan menjadi Statistk
Parametris dan Non-parametrik.
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan suatu
hasil observasi atau pengamatan. Juga hasil akhirnya tidak digunakan untuk
menarik kesimpulan.
Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data/hasil
observasi dari sampel, yang hasilnya akan digeneralisasikan (diinferensikan)
untuk populasi dimana sampel tersebut diambil. Selanjutnya yang disebut
sebagai Statistik Parametris terutama digunakan untuk menganalisa data
interval/rasio dan diasumsikan distribsinya normal. (bell-shaped). Statistik nonparametrik digunakan untuk menganalisa data nominal dan ordinal.
STATISTIK DALAM PENILAIAN KINERJA PROGRAM K3
Tujuan dan manfaat statistik dalam penerapan K3 adalah digunakan untuk
menilai OHS Performance Programs. Dengan menggunakan statistik dapat
memberikan masukan ke manajemen mengenai tingkat kecelakaan kerja serta
berbagai faktor yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mencegah menurunnya
kinerja K3.
Konkritnya statistik dapat digunakan untuk :
Mengidentifikasi naik turunnya (trend) dari suatu timbulnya kecelakaan kerja
Mengetahui peningkatan atau berbagai hal yang memperburuk kinerja K3
Membandingkan kinerja antara tempat kerja dan industri yang serupa (T-Safe
Score)
Memberikan informasi mengenai prioritas pengalokasian dana K3
Memonitor kinerja organisasi, khususnya mengenai persyaratan untuk
penyediaan sistim/tempat kerja yang aman
Jenis-jenis penerapan Statistik dalam Aspek K3 :
1. Ratio Kekerapan Cidera (Frequency Rate)
Frekwensi Rate digunakan untuk mengidentifikasi jumlah cidera yang
menyebabkan tidak bisa bekerja per sejuta orang pekerja. Ada dua data
penting yang harus ada untuk menghitung frekwensi rate, yaitu jumlah jam
kerja hilang akibat kecelakaan kerja (Lost Time Injury /LTI) dan jumlah jam
kerja
orang
yang
telah
dilakukan
(man
hours).
Angka LTI diperoleh dari catatan lama mangkirnya tenaga kerja akibat
kecelakaan kerja. Sedang jumlah jam kerja orang yang terpapar diperoleh dari
bagian absesnsi atau pembayaran gaji. Bila tidak memungkinkan, angka ini
dihitung dengan mengalikan jam kerja normal tenaga kerja terpapar, hari kerja
yang diterapkan dan jumlah tenaga kerja keseluruhan yang beresiko.

Rumus:
Frekwensi Rate = (Jumlah cidera dgn hilang waaktu kerja x 1,000,000) / Total
Person-hours Worked
Contoh:
Organisasi dengan tenaga kerja 500 orang, jumlah jam kerja yang telah
dicapai 1,150,000 juta jam kerja orang. Pada saat yang sama cidera yang
menyebabkan hilangnya waktu kerja sebanyak 46. Berapa frekwensi ratenya ?
Frekwensi Rate = 46 x 1,000,000 / 1,150,000 = 40
Nilai frekwensi rate 40 berarti, bahwa pada periode orang kerja tersebut
terjadi hilangnya waktu kerja sebesar 40 jam per-sejuta orang kerja. Angka ini
tidak mengindikasikan tingkat keparahan kecelakaan kerja. Angka ini
mengindikasikan bahwa pekerja tidak berada di tempat kerja setelah
terjadinya kecelakaan kerja.
2. Ratio Keparahan Cidera (Severity Rate)
Indikator hilangnya hari kerja akibat kecelakaan kerja untuk per sejuta jam
kerja orang.
Rumus :
Severity Rate = ( Jumlah hari kerja hilang x 1,000,000)/ Total Person-hours
Worked
Contoh:
Sebuah tempat kerja telah bekerja 365,000 jam orang, selama setahun telah
terjadi 5 kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan 175 hari kerja hilang.
Tentukan rate waktu kerja hilang akibat kecelakaan kerja tersebut.
Frekwensi Rate = ( 5 x 1,000,000) / 365,000 = 13,70
Severity Rate = (175 x 1,000,000) / 365,000 = 479
Nilai severity rate 479 mengindikasikan bahwa selama kurun waktu tersebut
berarti, pada tahun tersebut telah terjadi hilangnya waktu kerja sebesar 479
hari per sejuta jam kerja orang.
3. Rerata Hilangnya Waktu Kerja (Average Time Lost Rate/ALTR)
Ukuran indicator ini sering disebut juga Duration Rate digunakan untuk
mengidikasikan tingkat keparahan suatu kecelakaan. Dengan penggunaan
ALTR yang dikombinasikan denga Frekwensi Rate akan lebih menjelaskan
hasil kinerja program K3. ALTR dihitung dengan membagi jumlah hari yang
hilang akibat kecelakaan dengan jumlah jam kerja yang hilang (LTI).
Rumus:
Average Time Lost Rate = (Number of LTI x 1,000,000) / Total Person-hours
Worked
Atau
Average Time Lost Rate = ( Frekwensi Rate) / Severity Rate
Contoh:
Organisasi dengan tenaga kerja 500 orang, jumlah jam kerja yang telah
dicapai 1,150,000 juta jam kerja orang dan Lost Time Injury-nya (LTI)

sebesar 46. Misalkan dari laporan Kecelakaan Kerja selama 6 bulan diperoleh
informasi sbb:
10 kasus hilang waktu kerja dalam 3 hari sekali = 30
8 kasus hilang waktu kerja dalam 6 hari sekali = 48
12 kasus hilang waktu kerja dalam 14 hari sekali = 168
4 kasus hilang waktu kerja dalam 20 hari sekali = 80
10 kasus hilang waktu kerja dalam 28 hari sekali = 280
2 kasus hilang waktu kerja dalam 42 hari sekali = 84
Total keseluruhan = 690 hari kerja hilang
Dengan demikian,
Rerata Hilangnya Waktu kerja = 690 / 46 = 15
Dari informasi contoh diatas manajemen akan lebih jelas memperoleh
informasi bahwa organisasi mempunyai hilang waktu kerja kecelakaan
sebesar 40 tiap sejuta jam kerja orang dengan rata-rata menyebabkan 15 hari
tidak masuk kerja. Dengan informasi ini cukup bagi manajemen untuk
membuat keputusan untuk pencegahan lebih lanjut.
4. Incidence Rate
Incidence rate digunakan untuk menginformasikan kita mengenai prosentase
jumlah kecelakaan yang terjadi ditempat kerja
Rumus:
Incidence Rate = ( Jumlah Kasus x 100) / Jumlah tenaga kerja terpapar
Contoh : Masih melanjutkan kasus diatas
Incidence Rate = ( 46 x 100 ) / 500 = 9,2%
5. Frequency Severity Indicator (FSI)
Frequency Severity Indicator adalah kombinasi dari frekwensi dan severity
rate.
Rumus:
FSI = ( Frekwensi Rate x Severity Rate) / 1,000
Contoh:
Frekwensi Rate : Severity Rate : FSI
2 125 0,5
4 250 1,0
8 500 2,0
Nilai FSI ini dapat kita jadikan rangking kinerja antar bagian di tempat kerja.
6. Safe-T Score
Safe T score adalah nilai indikator untuk menilai tingkat perbedaan antara dua
kelompok yang dibandingkan. Apakah perbedaan pada dua kelompok tersebut
bermakna atau tidak. Dalam statistik biasanya disebut sebagai t-test.
Perbedaan ini dinilai untuk membandingkan kinerja suatu kelompok dengan
kinerja sebelumnya. Hasil perbedaan ini dapat dijadikan apakah terjadi
perbedaan yang mencolok atau tidak. Selanjutnya dapat dipakai untuk menilai
kinnerja yang telah kita lakukan.

Rumus:
Safe-T Score =(Frekwensi Rate Sekarang Frekwensi Rate Sebelumnya )
/((Frekwensi Rate Sebelumnya)/ Juta jam kerja orang sekarang))
Interpretasi
:
Score positif dari Safe T Score mengindikasikan jeleknya record kejadian,
sebaliknya score negatif menunjukkan peningkatan record terdahulu.
Interpretasi dari Score ini selengkapnya sebagai berikut:
Safe T Score diantara +2.00 dan 2.00, artinya tidak ada perbedaan atau
perbedaan tidak bermakna.
safe T Score lebih besar atau sama dengan +2.00 menunjukkan
menurunnya performance/kinerja K3, atau ada sesuatu yang salah.
Safe T Score lebih kecil atau sama dengan -2.00 menunjukkan
membaikknya performance/kinerja K3, atau ada sesuatu yang baik dan
perlu dipertahankan.
Contoh
:
Lokasi A
----------------------------------Tahun lalu
10 kasus kecelakaan
10,000 jam orang kerja
Frekwensi Rate = 1,000
Tahun ini - 15 kasus kecelakaan
10,000 jam orang kerja
Frekwensi Rate = 1,500
========================
Lokasi B
------------------------------------------------Tahun lalu 1000 kasus kecelakaan
1000,000 jam orang kerja
Frekwensi Rate = 1,000
Tahun ini 1,100 kasus kecelakaan
1000,000 jam orang kerja
Frekwensi Rate = 1,000
Frekwensi rate untuk lokasi A meningkat 50%, sedang pada B hanya 10%.
Apakah ada sesuatu yang salah dari salah satu atau kedua data ini ?
Jawab:
Frekwensi Rate Sekarang Frekwensi Rate Sebelumnya
Safe-T Score = ----------------------------------------------------------------Frekwensi Rate Sebelumnya
Juta jam kerja orang sekarang

Lokasi A
Safe-T Score = (1,500 1,000)/ akar dari ( 1000/0.01) = 500/ 317 = Safe-T
Score = +1,58
Artinya peningkatan 50% jumlah kasus pada lokasi A termasuk peningkatan
yang tidak bermakna
Lokasi B
Safe-T Score = 1,100 1,000/ akar dari ( 1000/0.01) = 100/ 317 =Safe-T
Score = +3,17
Artinya peningkatan 10% jumlah kasus pada lokasi ini ada perbedaan yang
bermakna, artinya ada sesuatu yang salah, yang perlu mendapat perhatian.
7. Pemantauan Dengan Grafik Statistik (Control Chart Technique)
Fluktuasi kejadian dalam statistik merupakan hal yang biasa, yang menjadi
pertanyaan dalam hal ini apakah fluktuasi kejadian tersebut masih dalam
rentang sesuai ketentuan yang ditetapkan ataukah keluar dari rentang yang
ditetapkan. Dengan dasar ini kita dapat menggunakan statistik untuk aplikasi
pengendalian suatu aspek K3. Dengan diketahuinya batas-batas rentang (batas
atas dan batas bawah) yang ditentukan dapat memberikan informasi kepada
pengelola, bahwa suatu aspek K3 tersebut terkendali atau tidak terkendali.
Contoh penggunaan statistik untuk pengendalian aspek K3 dapat dilihat di
lampiran.
Aspek-aspek K3 yang dapat ditetapkan batas-batasnya meliputi:
Hasil pengamatan perilaku tidak selamat
Frekwensi rate
Severity rate
FSI
Dll
Contoh penerapan Chart Control ini dapat dilihat pada lampiran.
Setelah data-data dihitung, kemudian dibuatlah grafik (chart), apabila
ditemukan dari salah satu aspek K3 yang melewati batas-batas yang
ditentukan, maka hal ini merupakan informasi untuk pengelola.
8. Safety Sampling (Survey K3)
Yang dimaksud Safety Sampling adalah mendapatkan data dengan cara
observasi ke lapangan. Sebelum dilakukan observasi, terlebih dahulu
ditetapkan apa yang mau diobservasi. Setelah itu tulis semua elemen yang
akan menjadi obyek obaservasi. Misalnya observasi cara kerja/perilaku yang
tidak selamat, maka sebelumnya kita tentukan jenis aktifitas apa saja yang
tergolong 'unsafe-act' Baru setelah ditentukan maka dilakukanlah observasi
dengan turun dilakukan. Setiap hasil observasi/temuan harus dicatat dalam
bentuk turus sehingga nantinya memudahkan membuat prosentase hasil
pengamatan.
Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang akurat maka masing-masing
aspek amatan perlu divalidasi, dengan kata lain dihitung jumlah amatan

minimum sehingga hasil amatan tersebut merupakan hasil yang akurat. Untuk
menentukan jumlah amatan yang representatif digunakan rumus sebagai
berikut:
N = 4 (1 P) / Y2 (P)
Keterangan:
N = Jumlah keseluruhan pengamatan yang dibutuhkan
P = Prosentase dari unsafe observation
Y = derajat akurasi yang diinginkan (biasanya 10% atau 5%)
Contoh:
Dari hasil survey awal ditemukan 126 jumlah observasi ditemukan 32 amatan
unsafe act, dengan demikian % unsafe act = 32 x 100/126 = 0,254. Untuk
mengetahui jumlah amatan yang sebenarnya untuk hasil yang akurat, maka
dimasukkanlah ke dalam rumus sebagai berikut:
N = 4 (1 P) / Y2 (P)
N = 4 (1 0,25) / 0,102 (0,25) = 3/0,0025 = 1,200 (jumlah observasi yang
sebaiknya dilakukan)
HAL PENTING UNTUK DIINGAT
Angka-angka Frekwensi Rate, Average Time Lost Rate dan Incidence Rate
merupakan tingkat pencapaian yang sifatnya specifik per tempat kerja.
Artinya angka perhitungan dari suatu perusahaan bukan merupakan standard
yang dapat dibuat patokan, untuk tempat kerja yang lain. Ini disebabkan
karena jumlah tenaga kerja yang tidak sama dan kondisi yang berlainan.
Angka-angka ini tidak cocok diterapkan untuk jumlah tenaga kerja yang
sedikit, karena akan kesulitan mencapai tingkat persejuta jam kerja orang
terpapar.
Rendahnya pencapaian angka ini tidak menggambarkan performa penerapan
K3 secara keseluruhan (hanya mempertimbangkan insiden-insiden kecelakaan
kerja saja). Tapi tidak menekankan upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan
untuk pencegahan kecelakaan kerja.
Angka ini tidak memperhitungkan jenis-jenis kecelakaan minor (tidak
menyebabkan hilangnya hari kerja, termasuk didalamnya near missess
incident). Dengan demikian kecelakaan-kecelakaan ringan seperti, lecet akibat
terjatuh, tangan tergores, hampir kejatuhan beban atau kejadian hampir celaka
tidak masuk dalam perhitungan.
SAFETY FIRST
Beberapa item utama yang menjadi fokus penelitian adalah:
1. Jenis pekerjaan yang paling sering terjadi kecelakaan kerja
2. Jenis pekerjaan yang paling sering terjadi kecelakaan kerja yang berakibat
cedera ringan
3. Jenis pekerjaan yang paling sering terjadi kecelakaan kerja yang berakibat
cedera berat

4. Jenis pekerjaan yang paling sering terjadi kecelakaan kerja yang berakibat cacat
5. Jenis pekerjaan yang paling sering terjadi kecelakaan kerja yang berakibat
kematian

Anda mungkin juga menyukai